Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TA’LIM
‘’Ta’lim dalam perspektif sosio kultural sebelum dan sesudah kemerdekaan’’

Dosen pengampu : IDRIS ,M.pd

Oleh kelompok 3:

1. Khairilina susanti (200102220)


2. Mar’atus sholehah (200102221)
3. Mauliana hartati (200102224)
4. M.asmul bahri (200102225)
5. Nia sari rizki (200102226)
6. Nikmatul hasanah (200102227)
7. Nila mahariani (200102228)
8. Nining anjarwati (200102229)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2021
PEMBAHASAN

TA’LIM DALAM PERSFEKTIF SOSIO KULTURAL

Dilihat dari segi historis Islami, Majelis Taklim dengan dimensi yang berbeda-beda
telah berkembang sejak zaman Rasululah saw. Pada zaman itu muncul berbagai jenis
kelompok pengajian sukarela, tanpa bayaran, biasa disebut halaqah, yaitu kelompok
pengajian di Masjid Nabawi atau Masjid al-Haram. Ditandai dengan salah satu pilar masjid
untuk dapat berkumpulnya peserta kelompok masing-masing dengan seorang sahabat yaitu
ulama terpilih.

1. Dari sejarah kelahirannya, Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam
Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah saw. sekalipun tidak disebut
dengan Majelis Taklim. Rasulullah saw. menyelengarakan sistem taklim secara priodik di
rumah sahabat Arqam di Mekah di mana pesertanya tidak dibatasi oleh usia dan jenis
kelamin.
Di kalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok pengajian
khusus yang disebut al-kuttab, mengajarkan baca al-Quran, yang pada masa selanjutnya
menjadi semacam pendidikan formal untuk anak-anak, karena di samping baca al-Quran
juga diajarkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, dan sebagainya.2

2. Pada priode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat,
penyelengaraan pengajian lebih pesat. Rasulullah saw duduk di Masjid Nabawi
memberikan pengajian kepada sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Dengan cara
tersebut Nabi saw telah berhasil menyiarkan Islam, dan sekaligus berhasil membentuk
karakter dan ketaatan umat. Nabi saw juga berhasil membina para pejuang Islam yang
tidak saja gagah perkasa di medan perjuangan bersenjata membela dan menegakkan
Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan membina kehidupan
masyarakat.

3. Pengajian yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. tersebut dilanjutkan oleh para
sahabat, tabi’ al-tabi’in dan sampai sekarang berkembang dengan nama Majelis Taklim,
yaitu pengajian yang diasuh dan dibina oleh tokoh agama/ulama.
Pada masa puncak kejayaan Islam, terutama di saat Bani Abbas berkuasa, Majelis
Taklim di samping dipergunakan sebagai tempat menimba ilmu, juga menjadi tempat para
ulama dan pemikir menyebarluaskan hasil penemuan atau ijtihadnya. Barangkali tidak salah
bila dikatakan bahwa para ilmuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu ketika itu merupakan
produk dari Majelis Taklim.

Sementara di Indonesia, terutama di saat-saat penyiaran Islam oleh para wali dahulu,
juga mempergunakan Majelis Taklim untuk menyampaikan dakwah. Dengan demikian,
Majelis Taklim juga merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Barulah kemudian
seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur pendidikan, di samping
Majelis Taklim yang bersifat non-formal, tumbuh lembaga pendidikan yang formal, seperti
pesantren, madrasah, dan sekolah.

Jadi, menurut pengalaman historis, sistem Majelis Taklim telah berlangsung sejak awal
penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam di
Asia, Afrika, dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang

Ta’lim Pada Walisongo dan Kerajaan Islam

A. Majelis Ta’lim Wali Songo berada di kelurahan Jombang kecamatan Ciputat kabupaten
Tangerang propinsi Banten.

Majelis ta’lim ini berada di samping stasiun kereta api Sudimara dan bangunannya
berada di atas tanah seluas + 500 M2. Untuk menuju majelis ta’lim para jama’ah rata-rata
membutuhkan waktu sepuluh sampai tiga puluh menit dari tempat tinggal masing-masing.

Secara geografis desa Jombang berada di ketinggian 80 M diatas permukaan laut.


Banyaknya curah hujan 3000 mm dan suhu udara rata-rata 21° C. Jarak desa Jombang
dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 1 km, dari pusat kota administrative 7 km,
dari ibu kota kabupaten 60 km, dari provinsi Banten 80 km, dan dari ibu kota negara 10
km, berdasarkan sensus bulan Desember tahun 2003.

Bengkel (tempat tinggal) para jama’ah majelis ta’lim mayoritas berada di 4 wilayah
kecamatan, yaitu kecamatan Pamulang, kecamatan Ciputat, kecamatan Pondok Aren, dan
kecamatan Ciledug, walaupun ada sebagian dari anggota majelis ta’lim berasal dari
Jakarta.

B. Sejarah Singkat Majelis Ta’lim Wali Songo


Pada pertengahan tahun 1999 terbentuk sebuah pengajian yang di namakan
pengajian Syarif Hidayatullah di kawasan Gaplek Ciputat yang diadakan di pangkalan
kusen milik H. Ikhwan, dimana pembimbingnya terdiri dari 2 orang yaitu KH. Wawan
Arwani dan KH. Busrol Karim keduanya berasal dari Pondok Pesantren Buntet Cirebon
Jawa Barat. Pengajian ini diadakan setiap malam minggu ba’da Isya. Pengajian yang
beranggotakan (jamaah) para pengrajin kusen ini pun ternyata dibarengi dengan kegiatan
arisan.

Atas beberapa pertimbangan, maka pengajian ini dibelah menjadi dua nama yakni
Syarif Hidayatullah dan Wali Songo. Pertimbangannya adalah saking banyaknya jamaah
yang berasal dari Ciledug dan sekitarnya. Pada tanggal 12 bulan Juni tahun 2001 para
jamaah memusyawarahkan masalah ini sehingga diambillah keputusan bahwa pengajian
dibelah menjadi dua dan lahirlah Majelis Ta’lim Wali Songo di kediaman salah satu guru
pembimbing yaitu K.H. Busrol Karim di kelurahan Jombang kecamatan Ciputat.

Nama Wali Songo di ambil dari nama sebuah kelompok para wali yang
menyeberkan agama Islam di daerah Jawa, nama ini terinspirasi oleh semangat da’wah
para wali yang tak pernah putus asa untuk berdakwah baik melalui budaya, pernikahan
dan bahkan melalui perdagangan.

Mereka semua adalah pedagang yang mengagumi para wali, maka nama Wali
Songo yang popular itupun dijadikan sebagai nama pengajian agar mudah di ingat dan
diharapkan mempunyai pengaruh terhadap semanagt dakwah dan kehidupan para jamaah.

Setelah berlangsung sekitar kurang lebih 2 tahun, para pengurus majelis ta’lim
mengusulkan kepada pembimbing agar membuat Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Wali
Songo, yakni pendidikan anak seperti Taman Pendidikan Al-Quran (TPA). Usulan ini di
izinkan oleh pembimbing. Dan sampai saat ini kegiaan TPA itupun masih berlangsung
bahkan mempunyai anak didik ratusan orang.

C. Kegiatan Majelis Ta'lim Wali Songo


Majelis Ta’lim Wali Songo sangat berperan dalam meningkatkan etos kerja para
pengrajin kusen, terutama memotivasi untuk meningkatkan produktivitas dengan
dibarengi nilai-nilai kerja secara Islami. Dalam meningkatkan produktivitas umat
(jamaah/ anggota Majelis Ta’lim) ini, maka diadakan bimbingan terhadap para jamaah
yang dilaksanakan setiap malam kamis pukul 19.30 WIB sampai pukul 22.30 WIB
dengan materi yang bervariasi.

Materi-materi yang disampaikan tentu saja adalah pengetahuan agama Islam yang
memuat berbagai macam kajian ilmu, seperti tauhid, fiqih, akhlak, serta ilmu Tasawuf.
Adapun guru-gurunya adalah KH.Drs. Busrol Karim, KH. Drs. Nuruddin Munawar
(pimpinan Pondok Pesantren Tapak Sunan, Condet), dan Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam
M.Ag. (pimpinan Pondok Pesantren Ibnu Tholhah).

Kitab yang digunakan sebagai rujukan pemateri adalah kebanyakan kitab-kitab


salaf (kitab kuning) seperti kitab Hikam, al-Um, Ihya ‘Ulumuddin, Fathul Qorib dan lain-
lain. Materi yang disampaikan adalah menjelaskan aspek tauhid, akhlak dan fiqih. KH.
Busrol Karim mengatakan, “ Yang terpenting di dalam pengajian ini, adalah pemantapan
keimanan para jamaah terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, juga menanamkan
kesadaran bahwa setiap manusia melakukan kegiatannya, semua akan dinilai oleh Allah
SWT”.
Taklim Pada Masa Kerajaan Islam

Dilihat dari segi historis Islami, Majelis Taklim dengan dimensi yang berbeda-beda
telah berkembang sejak zaman Rasululah saw. Pada zaman itu muncul berbagai jenis
kelompok pengajian sukarela, tanpa bayaran, biasa disebut halaqah, yaitu kelompok
pengajian di Masjid Nabawi atau Masjid al-Haram. Ditandai dengan salah satu pilar
masjid untuk dapat berkumpulnya peserta kelompok masing-masing dengan seorang
sahabat yaitu ulama terpilih.

Dari sejarah kelahirannya, Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan tertua


dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah saw. Sekalipun tidak
disebut dengan Majelis Taklim. Rasulullah saw. Menyelengarakan sistem taklim secara
priodik di rumah sahabat Arqam di Mekah di mana pesertanya tidak dibatasi oleh usia
dan jenis kelamin.

Di kalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok pengajian


khusus yang disebut al-kuttab, mengajarkan baca al-Quran, yang pada masa selanjutnya
menjadi semacam pendidikan formal untuk anak-anak, karena di samping baca al-Quran
juga diajarkan ilmu agama seperti fikih, tauhid, dan sebagainya.

Pada priode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam
masyarakat, penyelengaraan pengajian lebih pesat. Rasulullah saw duduk di Masjid
Nabawi memberikan pengajian kepada sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Dengan
cara tersebut Nabi saw telah berhasil menyiarkan Islam, dan sekaligus berhasil
membentuk karakter dan ketaatan umat. Nabi saw juga berhasil membina para pejuang
Islam yang tidak saja gagah perkasa di medan perjuangan bersenjata membela dan
menegakkan Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan membina
kehidupan masyarakat.

Pengajian yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Tersebut dilanjutkan oleh para
sahabat, tabi’ al-tabi’in dan sampai sekarang berkembang dengan nama Majelis Taklim,
yaitu pengajian yang diasuh dan dibina oleh tokoh agama/ulama.

Pada masa puncak kejayaan Islam, terutama di saat Bani Abbas berkuasa, Majelis
Taklim di samping dipergunakan sebagai tempat menimba ilmu, juga menjadi tempat
para ulama dan pemikir menyebarluaskan hasil penemuan atau ijtihadnya. Barangkali
tidak salah bila dikatakan bahwa para ilmuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu ketika
itu merupakan produk dari Majelis Taklim.

Sementara di Indonesia, terutama di saat-saat penyiaran Islam oleh para wali


dahulu, juga mempergunakan Majelis Taklim untuk menyampaikan dakwah. Dengan
demikian, Majelis Taklim juga merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
Barulah kemudian seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur
pendidikan, di samping Majelis Taklim yang bersifat non-formal, tumbuh lembaga
pendidikan yang formal, seperti pesantren, madrasah, dan sekolah.
Jadi, menurut pengalaman historis, sistem Majelis Taklim telah berlangsung sejak
awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia
Islam di Asia, Afrika, dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.

Ta’lim dalam Kemerdekaan

Pertumbuhan Majelis Ta’lim Dalam Kemerdekaan Islam sebagai agama yang


menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping
sebagai pedoman hidup, Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus
dida’wahkan dan memberika pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya.
Sarana yang dapat dilakukan dalam mentranspormasikan nilai-nilai agama tersebut antara
lain melalui Majlis Ta’lim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai
ajaran tersebut. Hal ini dilakukan sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat
125.

Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk “.

Majlis Ta’lim merupakan lembaga pendidikan masyarakat yang tumbuh dan


berkembang dari kalangan masyarakat Islam itu sendiri yang kepentingannya untuk
kemaslahatan umat manusia. Pertumbuhan Majlis Ta’lim dikalangan masyarakat
menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama.
Pada kebutuhan dan hasrat masyarakat yang lebih luas yakni sebagai usaha memecahkan
masalah – masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia. Meningkatkan tuntutan jamaah
dan peranan pendidikan yang bersifat nonformal, menimbulkan pula kesadarana dari dan
inisiatif dari para ulama beserta anggota masyarakat untuk memperbaiki , meningkatkan
dan mengembangkan kwalitas dan kemampuan , sehingga eksistensi dan peranan serta
fungsi majlis ta’lim benar benar berjalan dengan baik.

Eksistensi majelis taklim beserta perangkatnya sebagai lembaga pendidikan dan


dakwah serta lembaga kemasyarakatan telah tumbuh dan berkembang bersama warga
masyarakatnya sejak berabad-abad. Oleh karena itu secara kultural lembaga ini bisa
diterima, tetapi juga ikut serta membentuk dan memberikan corak serta nilai kehidupan
kepada masyarakat yang senantiasa tumbuh dab berkembang. Figur kyai, ustadz, jama’ah
serta seluruh perangkat fisik yang menandai sebuah majelis taklim senantiasa dikelilingi
oleh sebuah kultur yang bersifat keagamaan.

Majlis Ta’lim sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam yang bersifat Nonformal ,
tampak memiliki kekhasan tersendiri. Dari segi nama jelas kurang lazim dikalangan
masyarakat Islam Indonesia bahkan sampai di negeri Arab nama itu tidak dikenal,
meskipun akhir – aklhir ini Majlis Ta’lim Sudah berkembang pesat. Juga merupakan
kekhasan dari Majlis Ta’lim adalah tidak terikat pada faham dan organisasi keagamaan
yang sudah tumbuh dan berkembang. Sehingga menyerupai kumpulan pengajian yang
diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk memahami Islam disela – sela kesibukan
bekerja dan bentuk – bentuk aktivitas lainnya atau sebagai pengisi waktu bagi Ibu – ibu
rumah tangga.8 Majelis Ta’lim saat ini bahkan sudah sampai ke kalangan bapak-bapak
atau kaum laki-laki juga

Anda mungkin juga menyukai