Anda di halaman 1dari 16

Makalah Arti Agama serta Fungsinya Dalam

Kehidupan Manusia

Disusun oleh :
Muhammad Satria Indra Pratama 11200840000055
Rafa Azzahra 11200840000097
Syahrul Gunawan 11200840000015

Ekonoi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
Bab 1
ARTI AGAMA SERTA FUNGSINYADALAM KEHIDUPAN MANUSIA

A. Arti Agama

Secara sederhana, pengertian Agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan (etimologis)
dan sudut istilah (terminologis).Mengartikan Agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih
mudah daripada mengartikan Agama dari sudut istilah karena pengertian Agama dari sudut
istilah ini sudah mengandun gmuatan subjektivitas dari orang yang mengartikannya. Atas
dasar ini, maka tidak mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik
mendefinisikan Agama.

Pengertian Agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan
Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata Agama, dikenal
pula katadin dari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Masih menurut Harun
Nasution, Agama berasal dari kata Sanskrit. Menurut satu pendapat, kata itu tersusun dari dua
kata, A = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat,diwarisi
secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi
secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Ada juga yang berpendapat
bahwa kata Agama berasal dari akar A yang berarti "tidak", dan gama yang berarti "kacau".
Jadi bisa diartikan Agama adalah tidak kacau (tentram). Selanjutnya ada lagi pendapat yang
mengatakan bahwa Agama berarti teks atau kitab suci, dan Agama-agama memang
mempunyai kitab-kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa Agama berarti tuntunan.
Pengertian ini tampak menggambarkan salah satu fungsi Agama sebagai tuntunan bagi
kehidupan manusia.

Selanjutnya din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa
Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan
kebiasaan. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan Agama yang di dalamnya terdapat
peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi penganut Agama
bersangkutan. Selanjutnya Agama juga menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan
patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran Agama. Agama lebih lanjut
membawa utang yang harus dibayar oleh para penganutnya. Paham kewajiban dan kepatuhan
ini selanjutnya membawa kepada timbulnya paham balasan. Orang yang menjalankan
kewajiban dan patuh kepada perintah Agama akan mendapat balasan yang baik dari Tuhan.
Sedangkan orang yang tidak menjalankan kewajiban dan ingkar terhadap perintah Tuhan
akan mendapat balasan yang menyedihkan.

Dari beberapa definisi tersebut, inti yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah
ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan
itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak
dapat ditangkap oleh panca indera.

B. Asal Usul Agama

Edward Burnett Tylor


Tylor memiliki pandangan bahwa mitos merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh
untuk mengetahui asal-usul agama, karena mitos lahir dari penggabungan ide-ide yang logis,
serta di dalamnya juga menerangkan fakta-fakta alam dan hidup dengan bantuan analogi dan
komparasi. Pada dasarnya orang-orang dahulu menganggap mitos untuk menggambarkan
sesuatu, seperti penggambaran kekuatan alam misalnya.

Mengenai asal agama, Tylor juga berpendapat bahwa kita tidak akan dapat menjelasakan
sesuatu jika kita tidak mengetahui hakekat dari sesuatu tersebut. Berangkat dari hal ini kita
harus lebih dulu tahu apa hakekat dari agama dan mendefinisikannya jika ingin tahu lebih
dalam tentang agama. Definisi awal yang diusulkan tylor mengenai hal ini adalah agama
sebagai “keyakinan terhadap sesuatu yang spiritual”. Menurutnya definisi tersebut bisa
diterima banyak orang karena memiliki cakupan yang luas, sederhana dan cukup gamblang.
Apabila kita cermati setiap agama yang ada hampir semua memiliki kepercayaan terhadap
roh. Menurut tylor, jika kita ingin menjelaskan agama, pertanyaan pertama yang harus
dijawab adalah; “Bagaimana dan kenapa awal mulanya manusia mulai mempercayai
keberadaan sesuatu sebagai sebuah roh? Untuk pertanyaan ini tidaklah mudah untuk dijawab
secara ilmiah dan bersifat umum. Apabila menggunakan persepktif islam, mereka akan
menjawab sebagaimana dogma yang mereka pelajari dan yakini, tentunya bukan jawaban
yang diinginkan dari pertanyaan tersebut.

Lalu pengamatan seperti apakah yang dilakukan oleh orang-orang primitif dahulu yang
awam akan agama, ketuhanan dan lain-lainnya? Dalam hal ini tylor memandang jauh ke
dalam masa pra-sejarah untuk merekontruksi pemikiran paling awal mengenai konsep agama.
Pada mulanya mereka para primitif menalar tentang hal sederhana yang ada dalam
kehidupannya, mereka menganggap bahwa setiap kehidupan disebabkan oleh sejenis roh atau
prinsip spiritual.

Taylor berspekulasi bahwa yang berdampingan dengan manusia adalah mati dan mimpi,
ini merupakan fenomena yang menimbulkan pertanyaan dalam masyarakat primitife. Dari
pertanyaan ini lahirlah konsep jiwa ( Anima/Animisme). Ketika bermimpi jiwa kita pergi
dulu lalu kemudian kembali saat terbangun. Sementara ketika mati jiwanya tak kembali,
pergi entah kemana. Maka dia meyakini bahwa ada kekuatan yang maha di luar diri kita
munculah konsep kepercayaan terhadap ruh (animisme) yang diekspresikan lewat ritual-
ritual. (Daniel L. Pals, 2011:30-44)

James George Frazer

J.G Frazer: “Abad agama dimanapun selalu didahului oleh abad Magis” (Mariasusai
dhavamony, 1995:50)

Frazer adalah salah satu orang yang menobatkan dirinya sebagai murid Tylor.Jadi, teori
yang dikemukakannya kebanyakan menginduk dari teori Tylor dan ditambah dengan
sentuhan ide yang murni dari pemikirannya sendiri.Termasuk teori survival yang dibangun
oleh Tylor. Teori tersebut mengatakan bahwa fakta yang paling mendasar dari kehidupan
manusia , siapapun dan dimanapun itu adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (survival).
Para pemburu butuh binatang untuk dimakan, petani membutuhkan matahari dan hujan yang
cukup untuk tanaman mereka.

Akan tetapi, ketika kondisi alam tidak berjalan sesuai dengan harapan mereka, mereka
akan berfikir dan berusaha apa saja agar bisa memahami alam dan berusaha untuk
mengubahnya. Jalan pertama yang mereka tempuh adalah magis. Mereka melakukan sesuatu
yang dianggap akan bisa memaksa kekuatan supranatural untuk memenuhi kebutuhan
mereka.

Magis dibangun berdasarkan asumsi bahwa ketika satu ritual atau perbuatan dilakukan
secara tepat, maka akibat yang diharapkan akan terwujud begitupun sebaliknya. Pada saat itu,
orang-orang yang mengaku memiliki kemampuan magis, akan memiliki kekuatan sosial yang
lebih kuat. Terkadang sampai disamakan dengan penguasa. Karena mereka adalah orang-
orang yang paling tahu tentang apa yang terjadi dengan sukunya.
Lambat laun, kekuatan magis mulai memudar karena adanya kemajuan dalam berpikir
kritis yang terjadi pada masyarakat primitive. Mereka pada akhirnya dapat menyimpulkan
bahwa magis pada dasarnya adalah isapan jempol belaka. Hal itu didasarkan pada penemuan-
penemuan ilmiah tentang alam yang sudah banyak ditemukan. Di saat magis mulai
mengalami kemunduran, agama datang menggantikan posisinya. Jadi, hubungan Magis
dan Agama disini adalah sebagai sebuah fase perjalanan sejarah kepercayaan manusia.

Merujuk definisi agama menurut Tylor, bahwa agama didefinisikan sebagai kepercayaan
terhadap kekuatan supranatural. Tylor kemudian berkesimpulan bahwa secara umum agama
mirip dengan magis karena sama-sama didirikan di atas gabungan ide-ide yang tidak kritis
dan irrasional. Namun Frazer alih-alih tertarik pada persamaan keduanya (Magis dan agama),
dia malah tertarik dengan perbedaan antara keduanya.

Menurut Frazer, agamawan mengklaim bahwa kekuatan supranatural di balik alam


semesta sama sekali bukan prinsip –seperti yang diklaim oleh magician- tetapi kekuatan
supranatural itu berbentuk pribadi, sesuatu yang supranatural yang disebut tuhan. Jadi ketika
ingin mengendalikan atau merubah alam yang semestinya dia lakukan bukanlah merapalkan
mantra-mantra magis melainkan berdoa kepada tuhan yang mereka yakini. Bagi Frazer,
pergantian fase magis ke fase agama adalah sebuah indicator kemajuan intelektual manusia.
Karena penjelasan yang diberikan agama tentang dunia lebih baik ketimbang yang diberikan
oleh magis. Masyarakat Magis selalu hadir dengan paksaannya terhadap kekuatan
supranatural untuk memenuhi kebutuhan hasrat pribadi. Sedangkan masyarakat agama selalu
hadir dengan permohonan kepada tuhannya yang dilakukan secara lebih sopan. (Daniel L.
Pals, 2011:56-60)

Dalam Pandangan Islam

1. Latar Belakang Fitrah Manusia


Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut untuk pertama kali
ditegaskan dalam ajaran Islam,yakni bahwa Agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Latar
belakang perlunya manusia akan Agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat
potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan,
pengembangan, dan seterusnya dengan cara mengenalkan Agama kepadanya, Asal-usul
mengapa adanya Agama dan mengapa manusia beragama ialah dikarenakan semua manusia
sejak dahulu hingga kini dan diduga keras hingga masa depan, tidak luput dari ras cemas dan
harap. Sekian banyak kecemasan yang tidak dapat terelakkan olehnya, sekian banyak juga
harapan yang menyertai hari-hari kehidupan manusia, yang semua itu pada akhirnya
menjadikan manusia mengarah kepada Allah SWT, berharap kecemasannya dielakkan dan
harapannya dikabulkan. Kecemasan dan harapan yang menyertai hidup manusia sejak awal
kehadirannya di muka bumi ini,mendorongnya berhubungan dengan kekuatan yang
diyakininya mampu mengenyahkan kecemasan dan ketakutannya serta memenuhi
harapannya.

2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia


Faktor lainnya adalah karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan,
manusia juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata al-
nafs(dorongan hati yang kuat). Dalam pandangan Alquran, nafs diciptakan Allah dalam
keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan
dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Alquran dianjurkan untuk
diberi perhatian lebih besar.Walaupun Al-Qur'an menegaskan bahwa nafs berpotensi
positifdan negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif
manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat
daripada daya tarik kebaikan. Karena itu manusia dituntut agar memelihara kesucian nafs,
dan tidak mengotorinya. Untuk menjaga kesucian nafs ini, manusia harus selalu mendekatkan
diri pada Tuhan dengan bimbingan Agama, dan di sinilah letaknya perlunya manusia
terhadap Agama.

3. Tantangan Dalam Hidup Manusia


Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang
datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa
nafsu dan bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-
upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia
dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi
menjauhkan manusia dari Tuhan. Untuk itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia
adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan Agama. Godaan dan tantangan hidup
demikian itu, saat ini semakin meningkat,sehingga upaya menjalankan nilai-nilai kebaikan
masyarakat menjadi penting.
C. Macam-macam atau Pengelompokan Agama

Pengelompokan Agama ada beberapa versi, misalnya pengelompokan Agama menurut


negara atau benua asalnya, seperti Agama Mesir Kuno, Agama Yahudi kuno, Agama
Romawi kuno. Versi Agama menurut sifat dan kondisi masyarakat penganutnya seperti
Agama-agama primitif (Anamisme, Dinamisme, politeisme).Agama pasca primitif (Agama
Monoteisme).

Pengelompokan Agama bisa juga dibedakan dari agama misionaris (seperti Buddhisme,
Kristen dan Islam) dan Agama Non-Misionari (seperti Yudaisme, Brahmaisme, dan
Zoroasterianisme). Selanjutnya pengelompokan agama berdasarkan klasifikasi rasial dan
geografikal menjadi:

1. Semitik, yaitu agama Yahudi, Nasrani dan Islam

2. Arya, itu Hinduisme, Jainisme, Sikhisme, dan Zoroasterianisme, dan

3. Mongolian, ialah Confuisianisme, Taoisme, dan Shintoisme.

Selain disebutkan di atas pengelompokan agama juga berdasarkan atas sumbernya, yaitu:

a. Agama Alamiah (Agama Budaya)

Agama Alamiah (Natural Religion), atau disebut juga agama budaya adalah bukan
agama wahyu sering disebut juga dengan agama ardhi, agama bumi, agama budaya. Agama
budaya ini ada pada awalnya merupakan hasil renungan dan pemikiran mendalam tentang
hidup dan kehidupan.mula-mula hanya merupakan pemikiran filosofis yang kemudian setelah
berkembang pemikiran tersebut serta banyak pengikutnya kemudian dipopulerkan sebagai
agama. Ciri-ciri agama budaya antara lain:

1) Berkembang secara evolusi dalam masyarakat penganutnya.

2) Tidak disampaikan melalui utusan Tuhan.

3) Konsep ketuhanannya animisme, dinamisme, politeisme, atau monoteisme nisbi.


4) Tidak memiliki kitab suci, atau kitab sucinya telah mengalami perubahan oleh
intervensi pikiran manusia.

5) Ajaran prinsipnya mengalami perubahan.

Agama budaya ini banyak ragamnya, yang termasuk di dalamnya antara lain:

a. Agama majusi: yakni agama yang pemeluknya memuja dan menyembah api.

b. Agama watsani, yakni agama yang pemeluknya memuja berhala dan patung-patung.

c. Agama shabi'ah, yakni agama yang pemeluknya memuja dan menyembah bintang-
bintang atau benda-benda langit.

d. Agama Buddha yang merupakan pengembangan dari ajaran-ajaran Sidharta Budha


Gautama.

b. Agama Samawi

Agama samawi sering disebut juga sebagai agama langit, agama prophetis, itu agama
yang berasal dari Wahyu Allah kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia.
Ciri-ciri agama samawi (Revealed religion) atau agama wahyu antara lain:

1. Berkembang secara revolusi, diwahyukan Tuhan.

2. Disampaikan melalui utusan Tuhan.

3. Ajaran ketuhanan nya monoteisme mutlak (tauhid).

4. Memiliki kitab suci ( berupa Wahyu) yang bersih dari campur tangan manusia.

5. Ajaran prinsipnya tetap (ajaran tauhid tetap dari waktu ke waktu).

Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang termasuk dalam kelompok agama wahyu ini
adalah agama Yahudi, Nasrani dan Islam.Namun dalam kenyataan yang sebenarnya Islam
adalah satu-satunya agama samawi. Bagaimana hanya dengan Yahudi dan Nasrani? Dalam
bentuknya yang asli (dalam bentuknya yang dulu ketika diturunkan masing-masing kepada
nabi Musa a.s. dan Isa a.s.) keduanya (Yahudi dan Nasrani) merupakan agama samawi, dalam
pandangan Alquran keduanya adalah Islam. Tegasnya nabi Musa a.s. adalah muslim dan
memperoleh tugas dari Allah subhanahu wa ta'ala untuk menyampaikan agama Allah (Islam)
kepada umatnya, begitu pula nabi Isa a.s. adalah muslim yang memperoleh amanah Allah
untuk menyampaikan wahyu/agama Allah (Islam) kepada umatnya. Jadi, Islam adalah satu-
satunya agama samawi murni, satu-satunya agama Allah SWT.

D. Unsur-unsur Agama

Menurut Abuddin Nata, ada 4 unsur yang membentuk suatu agama, yaitu:

1. Unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil
bentuk yang bermacam-macam.Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat
mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti).Ruh jiwa yang
terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan misterius, dewa-dewa dan Tuhan atau
Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama Islam.

kepercayaan pada adanya Tuhan adalah dasar yang utama sekali dalam paham keagamaan.
Tiap-tiap agama kecuali buddhisme yang asli dan beberapa agama lain berdasar atas
kepercayaan pada suatu kekuatan gaib dan cara hidup tiap-tiap manusia yang percaya pada
agama di dunia ini amat rapat hubungannya dengan kepercayaan tersebut.

2. Unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan
di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib
yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan yang baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan
yang dicari akan hilang pula. hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
peribadatan, selalu mengingat-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi
larangan-Nya.

3. Unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon tersebut dapat
mengambil bentuk rasa takut, seperti yang terdapat pada agama primitif atau perasaan cinta
seperti yang terdapat pada agama agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut dapat pula
mengambil bentuk penyembahan seperti yang terdapat pada agama agama monoteisme dan
pada akhirnya respon tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat
yang bersangkutan.

4. Unsur paham adanya yang kudus (Sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib,
dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran ajaran agama yang bersangkutan, tempat-
tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya.
Dalam The Encyclopedia of Philosofy , disebutkan bahwa ciri-ciri agama meliputi hal-
hal sebagai berikut.

a. Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan)

b. Pembedaan antara yang sakral dan profan

c. Melakukan ritual yang berpusat pada objek sakral.

d. Tuntunan moral yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan.

e. Perasaan takjub, misteri, harap, cemas, merasa berdosa, memuja, dan sebagainya yang
dihubungkan dengan Tuhan.

f. Sembahyang, berdoa atau komunikasi dengan Tuhan.

g. Memiliki konsep hidup didunia yang dihubungkan dengan Tuhan.

h. Membentuk kelompok sosial seagama, seiman atau seaspirasi.

Sementara dari aspek sosiologis kebudayaan, agama menurut Atho Mudzhar, harus
memiliki elemen-elemen sebagai berikut.

a. Scripture, naskah-naskah sumber ajaran dan simbol-simbol agama.

b. Para penganut atau pemimpin dan pemuka agama, yaitu sikap, perilaku, dan
penghayatan para penganutnya.

c. Ritus, lembaga dan ibadah-ibadah, seperti salat, puasa, haji,.perkawinan, dan waris.

d. Alat-alat agama seperti lonceng, peci, masjid, gereja, dan lain sebagainya.

e. Organisasi keagamaan tempat berkumpul seperti Muhammadiyah, Nahdlatul ulama,


Syiah, gereja protestan, Gereja Katolik, dan sebagainya.

Di sisi lain, religi menurut koentrjaraningrat adalah bagian dari sistem kebudayaan, yang
umumnya terdiri atas 4 komponen, yaitu:

1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religius.


2. Sistem keyakinan yang yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia
tentang sifat-sifat Tuhan tentang wujud dari alam gaib (supranatural); serta segala nilai,
norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan.

3. Sistem sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari
hubungan dengan Tuhan, dewa dewa, atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.

4. Umat atau kesatuan an sosial yang menganut sistem keyakinan tersebut dan yang
melaksanakan sistem ritus dalam upacara tersebut.

Keempat komponen tersebut sudah barang tentu terjalin erat satu dengan yang lain
menjadi suatu sistem yang terintegrasi secara bulat. Emosi keagamaan merupakan suatu
getaran yang menggerakkan jiwa manusia.Proses-proses fisiologis dan psikologisogis apakah
yang terjadi apabila manusia dihinggapi oleh getaran jiwa oleh cahaya Tuhan.

Karena getaran jiwa yang disebut emosi keagamaan tadi bisa juga dirasakan seseorang
individu dalam keadaan sendiri, maka suatu aktivitas religius dapat dilakukan seorang diri
dalam keadaan sunyi senyap, sehingga ia akan membayangkan Tuhan, dewa, roh, atau
lainnya. Wujud dari bayangan tadi akan dipengaruhi oleh kepercayaan kepercayaan yang
lazim hidup dalam masyarakat dan kebudayaannya.

Sistem keyakinan dalam suatu religi dijiwai oleh emosi keagamaan, tetapi sebaliknya
emosi keagamaan juga bisa dikobarkan oleh sistem kepercayaan. Seorang pemeluk Islam
yang mencium batu Hajar Aswad, bisa merasakan emosi di dalam dirinya, padahal orang lain
yang bukan Islam mencium Hajar Aswad berperasaan dingin tanpa emosi. Dengan demikian,
suatu keyakinan bisa menyebabkan timbulnya emosi keagamaan dalam jiwa individu.
Menurut Romdon, bikinan dan keimanan seseorang akan kebenaran agamanya sendiri serta
kesalahan atau kekurangan agama orang lain adalah wajar dan tidak dapat dicampuri, dan
memang demikian seharusnya orang beragama.

Suatu sistem kepercayaan di atas mengandung keyakinan serta bayangan manusia


tentang sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib.kepercayaan-kepercayaan tersebut
biasanya diajarkan kepada manusia dari buku-buku suci dari agama yang bersangkutan, atau
dari mitologi dan dongeng yang hidup dalam masyarakat cat. Sistem kepercayaan erat
berkaitan dengan ritus dan menentukan tata urut dari unsur-unsur, rangkaian acara serta
peralatan yang dipakai dalam upacara.Adapun sistem ritus dan upacara itu melaksanakan dan
mengembangkan konsep-konsep yang terkandung dalam sistem keyakinan.Sistem upacara
atau ritual merupakan wujud dari kelakuan (behavioral manifestation) dari sistem religi.

Komponen sistem kepercayaan, komponen sistem upacara dan kelompok religius yang
mengabut sistem kepercayaan dan menjalankan upacara upacara religius, jelas merupakan
ciptaan dan hasil akal manusia.Adapun komponen emosi keagamaan, digetarkan oleh cahaya
Tuhan.Religi sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi cahaya Tuhan
yang menjiwai nya dan membuatnya keramat (sakral) sudah barang tentu bukan bagian dari
kebudayaan.

E. Manfaat dan Fungsi Agama

Agama dalam kehidupan manusia berpengaruh dalam banyak aspek,bukan hanya dalam
aspek kerohanian saja.Menilik kembali dari awal,Agama merupakan kata serapan dari bahasa
sansekerta,yaitu a dan gama.A dalam sansekerta memiliki arti “tidak” , sedangkan gama
berarti “kacau” .Jika diartikan,arti kata agama dalam bahasa sansekerta adalah tidak
kacau,jadi maksud dari agama adalah aturan yang membimbing manusia menuju kedalam
keberaturan.Demikian pentingnya agama bagi kehidupan manusia,disadari atau tidak
sesungguhnya manusia memerlukan Agama bukan saja pada zaman primitif melainkan juga
di zaman modern seperti sekarang ini.

Bukti konkret dapat dilihat bahwa Agama:sebagai sumber moral,sebagai petunjuk


kebenaran,sebagai informasi metafisika,sebagai bimbingan manusia,sebagaimana penjelasan
berikut ini:

a. Agama sebagai sumber moral

Perbedaan yang fundamental antara hewan dan manusia,adalah akal dan moral yang
dimiliki manusia.Sehingga moral merupakan mustika hidup yang membedakan manusia
dengan hewan.Bisa dibayangkan andaikata kehidupan manusia tanpa moral,kehidupan akan
kacau balau,tidak ada baik dan buruk,halal,dan haram.Persoalannya dari mana moral itu
diperoleh.Jawabannya adalah dari Agama,karena Agama adalah sumber moral,bahkan
sumber moral yang paling tangguh.Hal ini bukan saja karena Agama mengajarkan keimanan
kepada Tuhan dan kehidupan akhirat melainkan juga Agama memerintahkan hal-hal yang
baik dan melarang hal-hal yang buruk.Dari sinilah kemudian munculnya moral manusia itu.

b. Agama sebagai petunjuk kebenaran


Manusia adalah makhluk berakal.Dengan akal itulah akhir ilmu dan filsafat sebagai
sarana untuk mencari kebenaran.Tapi sayang tidak semua kebenaran yang dicari
manusia(lebih-lebih masalah fundamental manusia)terjawab oleh ilmu dan filsafat dengan
memuaskan karena pijakannya adalah akal yang memiliki kemampuan terbatas dengan hasil
kebenaran yang relatif atau nisbi.Oleh karena itu,manusia masih memerlukan sumber
kebenaran lain.Sumber kebenaran lain itu adalah Agama,yaitu informasi dari Tuhan Yang
Maha Mutlak,Tuhan Yang Maha Benar.

c. Agama sebagai sumber informasi metafisika

Banyak hal-hal yang belum terjawab dan terungkap oleh akal manusia,lebih-lebih hal
metafisika,misalkanya kehidupan setelah mati,surga,neraka.Jika mengandalkan akal,tentu
jawabannya adalah duga-duga atau perkiraan bahkan bisa jadi khayalan.Oleh karenanya
untuk menyingkap persoalan metafisika tersebut tentu harus dicarikan sumber lain.Sumber
lain itu tidak lain adalah Agama,sebab Agama adalah informasi dari Tuhan Yang Maha
Mengetahui.

d. Agama pembimbing manusia

Kehidupan manusia bagaikan gelombang lautan.Ada kalanya pasang ada saatnya


surut.Begitu juga kehidupan manusia ada waktunya merasakan kesenangan dan kebahagiaan
dan sekali waktu merasakan kesusahan dan kesedihan.Kenyataannya sering terlihat orang
salah dalam bersikap menghadapi keadaan suka maupun duka.Sering terlihat orang karena
suka sampai mabuk kepayang lupa daratan,sebaliknya yang dirundung duka hanyut dalam
himpitan kesedihan yang berkepanjangan.Agama turun untuk membimbing manusia ke arah
jalan yang benar.

Dilihat dari fungsi,adanya Agama memiliki beberapa manfaat.Adapun manfaat Agama


yang diperoleh manusia yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Memberikan Manusia Tuntunan dan Ajaran Hidup

Manusia tanpa Agama merupakan manusia yang tidak memiliki tujuan.Dalam ajaran
Agama,manusia dituntun agar beribadaha dan melakukan kebaikan dalam hidup,baik antar
sesama manusia maupun dengan alam.Manusia dianjurkan oleh agama untuk saling tolong
menolong antar manusia,saling bertoleransi dalam menerima keberagaman dalam manusia
baik berdasarkan suku,agama,ras dan kelompok.Agama juga mengajarkan manusia untuk
tidak melakukan hal yang merugikan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

Agama berguna dalam kebudayaan agar manusia tidak akan kembali menjadi makhluk
primitif yang hanya memiliki tujuan bertahan hidup dan berkembang biak tanpa memiliki
orientasi untuk berkembang.

2. Memberi Jawaban Tentang Hal yang Tidak Dapat Dijawab oleh Manusia

Agama merupakan sumber tatanan hidup dan pengetahuan manusia.Di dunia ini terdapat
banyak hal dan kejadian yang tidak mampu dijawab dengan keterbatasan yang ada pada
manusia.Misalnya pertanyaan seperti kemanakah jiwa manusia setelah mati?Untuk apa
manusia ada di dunia ini?Untuk apa manusia hidup dengan berbagai cara namun akhirnya
harus mati?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu sulit untuk dijawab manusia dengan keterbatasan


pikiran yang ada.Agama memberikan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat
ditemukan oleh nalar manusia.Agama akan membimbing manusia untuk menemukan hakikat
hidup dari setiap manusia merupakan salah satu dari banyak manfaat Agama.

3.Mengenalkan Baik dan Buruk

Pada dasarnya,manusia ingin memperoleh semua hal yang ada di dunia ini karena nafsu
yang ada dalam masing-masing diri manusia.Segala cara tentu akan dilakukan untuk
mendapatkan hal yang diinginkan.Dengan adanya agama dan ajaran yang ada dalam
Agama,manusia dapat mengetahui mana hal yang boleh dilakukan dan mana hal yang tidak
boleh dilakukan.Aturan-aturan dalam Agama,adalah mengatur mana hal yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan oleh manusia.

Dengan adanya larangan dalam Agama bertujuan agar manusia tidak merugikan diri
sendiri,merugikan orang lain atau merugikan makhluk hidup lain dalam rangka memperoleh
hal yang ingin dimiliki oleh manusia.

4.Menjadi Penyeimbang Antara Fisik dan Jiwa Manusia

Menurut filsuf Yunani Kuno yaitu Plato,manusia dilihat secara dualistic yang terdiri dari
unsur raga dan jiwa.Kesehatan manusia tidak dapat dilihat dari fisik nya saja,namun dari
jiwa.Agama memberikan tuntunan kepada manusia untuk dapat memperoleh ketenangan dan
kematangan jiwa ketika beribadah untuk menyeimbangkan kebutuhan fisik dan jiwa manusia.

Dengan banyaknya hal yang dapat diperoleh manusia dalam mempercayai dan
menjalankan aturan dan ajaran dalam Agamanya,banyak aspek dalam ajaran Agama yang
digunakan untuk menjadi acuan dalam menentukan dasar serta hukum suatu negara.Disadari
atau tidak,banyak peraturan dalam suatu negara yang diadopsi dari peraturan Agama karena
dilihat dari banyaknya hal yang diperoleh dalam manfaat Agama.
Daftar Pustaka

L, Daniel. 2011.Seven Theories of Religion,Pals. Yogyakarta: IRCiSod.

Zulkifli, MA. 2016. Pengantar Studi Islam. Tangerang : UWAN.

Anonim. Manfaat Agama dalam Kehidupan Manusia. http://manfaat.co.id/manfaat-agama-


dalam-kehidupan-manusia/ diakses pada 23 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai