Anda di halaman 1dari 279

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

BIOLOGI LAUT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan dan Mengikuti Ujian Praktikum
Biologi Laut

OLEH :

NAMA : INDIRA SALSABILA


STAMBUK : F1D1 20 059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
DESEMBER 2021
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indira Salsabila


Tempat/tanggal lahir : Jeneponto, 09 Desember 2002
Alamat : Kendari, Sulawesi Tenggara
No tlp/Hp : 082210413687
E-mail : indirasalsabila62@gmail.com
Nama Ayah : Kasim
Nama ibu : Nuraeni
Riwayat Pendidikan :
1. SD : SD Negeri 1 Wonggeduku tahun lulus 2014
2. SMP : SMP Negeri 1 Wawotobi tahun lulus 2017
3. SMA : SMA Negeri 1 Wawaotobi tahun lulus 2020
4. Perguruan Tinggi : Universitas Halu Oleo, tahun masuk 2020 dan jalur masuk
SMMPTN
Motto : Tetap semangat walaupun sedang rapuh
Kesan : Kesan saya selama mengikuti praktikum Biola ini saya
banyak mendapat ilmu dari berbagai sumber baik itu dari
asisten maupun sumber yang lain.
Pesan : a. Untuk asisten, sudah sangat baik dalam membimbing
Kami, semoga sehat selalu dan sangat baik kepada
praktikanya
b. Untuk praktikan, agar lebih tertib dan lebih bersemangat
dalam menjalankan praktium yang akan datang dan
tetap menjaga solidaritas antar satu sama lain.
c. Untuk laboratorium, lebih baik lagi dalam menjaga
kebersihan laboratorium agar nyaman digunakan
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah subhaanallahu wata’ala, karena berkat taufik


dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap
PraktikumBiologi Laut dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan dan
untuk mengikuti ujian PraktikumBiologi Laut.
Dalam penyusunan laporan lengkap ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepala Labolatorium Biologi
Andi Septiana, S.Si., M.Si., M.Sc khususnya kepada Dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah Biologi Laut, Prof. Analuddin, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D, Drs.
Nasaruddin, M.Si dan Lalang, S.Pi., M.Siyang telah memberikan dasar teori
yang berguna selama praktikum ini serta kepadaKoordinatorAsisten sekaligus
Asisten Pembimbing Praktikum Biologi Laut saya, Zukni Indarwanidan Tim
Asisten Praktikum Biologi Laut lainnya atas arahan dan koreksi kepada penulis
sehingga laporan lengkap ini dapat selesai seperti yang diharapkan. Penulis tak
lupa pula mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah berbagi suka
duka selama praktikum berlangsung serta semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan motivasinya kepada penulis hingga laporan lengkap ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan lengkap praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi kesempurnaan laporan lengkap ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, 17 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii

PRAKTIKUM

I. Porifera……………………………………………………………… 2
II. Cnidaria…………………………………………………………….. 15
III. Echinodermata………………………………………………………. 26
IV. Crustacea…………………………………………………………… 41
V. Pisces……………………………………………………………….. 53
VI. Mollusca……………………………………………………………. 71
VII. Identifikasi Jenis-Jenis Plankton…………...................…………….. 95
VIII. Identifikasi Jenis-Jenis Benthos……………..................….….…...... 106
IX. Identifikasi Jenis-Jenis Lamun……………...................……………. 123
X. Karakteristik Organisme Pantai Berpasir dan Berbatu…...............… 136
XI. Identifikasi Jenis-Jenis Mangrove…………....,................………….. 153
XII. Snorkeling…………………………………………………………… 165

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 176


LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 186

DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Porifera 6
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Porifera 6
Tabel 3 Hasil Pengamatan Porifera 9
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Cnidaria 20
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Cnidaria 20
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Cnidaria 22
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Echinodermata 31
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Echinodermata 31
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Echinodermata 33
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Crustacea 46
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Crustacea 48
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Crustacea 49
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Pisces 56
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Pisces 56
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Pisces 58
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Mollusca 76
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Mollusca 76
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Mollusca 78
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
Plankton 100
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
Plankton 100
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Plankton 102
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
110
Benthos
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
110
Benthos
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Benthos 112
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
Lamun 128
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
Lamun 128
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Lamun 129
Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Karakteristik Organisme
Tabel 1 141
Berpasir dan Berbatu
Alat dan Kegunaan pada Praktikum Karakteristik Organisme
Tabel 2 141
Berpasir dan Berbatu
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Karakteristik Organisme Berpasir 152
dan Berbatu
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
Mangrove 158
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis
Mangrove 158
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Mangrove 160
Tabel 1 Bahan dan Kegunaan pada Praktikum Snorkeling 170
Tabel 2 Alat dan Kegunaan pada Praktikum Snorkeling 170
Tabel 3 Hasil Pengamatan Praktikum Snorkeling 171

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. Praktikum 1
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
2. Praktikum 2
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
3. Praktikum 3
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
4. Praktikum 4
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
5. Praktikum 5
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
6. Praktikum 6
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
7. Praktikum 7
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
8. Praktikum 8
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
9. Praktikum 9
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
10.  Praktikum 10
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
11.  Praktikum 11
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
12.  Praktikum 12
 Cover
 Daftar Pustaka
 Laporan Sementara
 Lampiran Jurnal
PRAKTIKUM I
PORIFERA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Porifera berasal dari bahasa Latin “porus” yang berarti lubang kecil

atau pori-pori dan “ferre” yang berarti mempunyai atau mengandung. Porifera

adalah hewan yang memiliki lubang-lubang kecil (pori-pori) pada tubuhnya.

Pori-pori ini berfungsi untuk melewatkan air sehingga dapat menyaring

makanan dari air. Rangka Porifera merupakan perserikatan sel yang tersusun

longgar, sehingga Porifera bukan merupakan jaringan sejati, sel-selnya masih

belum terspesialisasi. Porifera juga sering disebut dengan hewan spons,

habitatnya ada di dalam air. Sebagian besar terdapat di lautan yang tenang, dan

sebagiannya lagi dapat ditemukan di air tawar.

Ciri-ciri porifera di antaranya yaitu termasuk dipoblastik, karena

tersusun atas dua lapisan embrional yang berupa ectoderm dan mesoderm.

Porifera juga tidak memiliki otot dan saraf, sehingga hewan ini relatif menetap

di dasar dan menempel pada substrat, tubuhnya bersimetri radial, pencernaan

secara intraseluler yang dilakukan oleh sel leher yang berflagella (sel

koanosit/sel collar). Pernapasan dilakukan oleh masing-masing sel secara

difusi, porifera bereproduksi secara vegetatif, menghasilkan tunas (gemmulae)

yang dilanjutkan dengan fragmentasi, reproduksi generatif secara

hermaphrodite di mana sperma dan ovum dihasilkan dalam satu individu.

Sistem pernafasan porifera adalah Porifera bernafas dengan cara

memasukkan air kedalam tubuhnya dengan melalui pori-pori. Air yang masuk

dialirkan ke rongga tubuh sehingga akan terjadi pertukaran oksigen serta juga
karbon dioksida kedalam tubuh. Proses pertukaran oksigen dengan karbon

dioksida tersebut dilakukan oleh sel koanosit. Porifera hidup secara heterotrof.

Makanannya merupakan bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke

tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera dikata juga sbg pemakan

cairan. Habitat porifera umumnya di laut. Berdasarkan latar belakang diatas

maka dilakukan praktikum Porifera.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah apa ciri morfologi dan

anatomi dari hewan porifera?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari hewan porifera.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari hewan porifera.


II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Sponge

Sponge merupakan organisme laut invertebrata yang berasal dari

filum porifera yang dicirikan memiliki banyak pori-pori di sepanjang tubuhnya.

Sponge termasuk hewan yang bersifat menyaring makanan (filter feeder).

Sponge laut hidupnya menetap (immobile) dan dapat hidup di berbagai habitat

seperti pasir, karang mati, batu serta pada media apapun yang mempunyai

struktur keras. Sponge berperan dalam siklus karbon, siklus silikon dan siklus

nitrogen serta melakukan asosiasi dengan organisme lain dimana sponge

memiliki peran sebagai produsen primer dan produsen sekunder dalam

penyediaan microhabitat (Sari, 2016).

B. Anatomi Sponge

Dinding tubuh sponge, termasuk kelas demospongia pada genus

spongia sp. terdiri dari tiga lapis, dari luar ke dalam yaitu, pinacoderm,

merupakan sel yang tersusun berupa sel pipih (pinacocyte). Tubuh Spongia sp.

memiliki banyak pori-pori yang merupakan awal dari sistem kanal (saluran air)

yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh

porifera tidak dilengkapi dengan apendiks dan bagian tubuh yang dapat

digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan,

adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler (Marzuki, 2018).

C. Morfologi sponge
Sponge adalah hewan metazoa multiseluler, yang tergolong ke dalam

filum Porifera, yang memiliki perbedaan struktur dengan metazoan lainnya.

Secara umum spons terdiri dari beberapa jenis sel yang menyusun struktur

tubuh dan biomassanya. Sel-sel tersebut memiliki fungsi yang berperan dalam

organisasi tubuh spons. Dinding tubuh spons terorganisasi secara sederhana.

Lapisan luar dinding tubuh disusun oleh sel-sel pipih yang disebut pinacocytes.

Pada dinding tubuh spons juga terdapat pori-pori tempat masuknya air ke

dalam tubuh, yang dibentuk oleh porocyte. Sel-sel ini dapat membuka dan

menutup dengan adanya kontraksi (Ismet, dkk., 2011).

C. Ciri-ciri Sponge

Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap

(sedentaire) dan menyaring apa yang ada. Spons tampak sebagai hewan

sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta

organ dalam. Tubuh spons berongga dan disokong oleh mesohil, zat mirip jeli

yang tersusun dari kolagen, mesohil mengandung sel yang disebut amebosit

yang memiliki berbagai fungsi seperti mengedarkan sari makanan dan oksigen,

membuang partikel sisa metabolisme, dan membentuk sel reproduktif (Subagio

dan Aunurohim, 2013).

D. Habitat sponge

Sponge berperan dalam siklus Karbon, siklus Silikon dan siklus

Nitrogen serta melakukan asosiasi dengan organisme lain dimana sponge

memiliki peran sebagai produsen primer dan produsen sekunder dalam


penyediaan microhabitat. Secara ekologi, sponge merupakan salah satu biota

penyusun ekosistem pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang

dan padang lamun baik di perairan tropik maupun subtropik. Keanekaragaman

jenis sponge di suatu habitat umumnya ditentukan oleh kondisi perairan yang

jernih dan tidak memiliki arus kuat. Sponge juga dapat ditemui pada setiap

kondisi kedalaman yang berbeda dengan tingkat kecerahan yang cukup untuk

pertumbuhannya (Haris dkk., 2019).


III. METODE PRAKTIKUM

A. WaktudanTempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari kamis, 11 Oktober 2021 pukul

15.30-Selesai WITA. Bertempat di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang di gunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.Alatdankegunaan
No Alat Kegunaan
1 2 3
1 Pisau/silet Untuk membedah hewan uji.
2 Tissue Untuk membersihkan alat bedah.
3 Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil pengamatan.
4 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan.

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini sponge (Porifera).

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menyimpan sponge diatas papan bedah.

3. Mengamati morfologi dari sponge.

4. Mendokumentasikan sponge.

5. Membedah dan mengamati anatomi sponge.


6. Mendokumentasikan anatomi dari sponge.

7. Menggambar morfologi dan anatomi sponge.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Porifera


Gambar Pengamatan
Keterangan
N Morfologi Anatomi
Spesies Klasifikasi
o
1. Stronglylophots Kingdom : Animalia Morfologi
Filum : Porifera
1. Pori
Kelas : Demospongiae
Ordo : Poecilosclerida 2. Osculum
Famili : Isodictyudae
3. Tunas
Genus : Petrosia
Spesies : Stronglylophots (Apriyandi dan 4. Spikula
(Marsuki, 2018) Hadisaputri, 2019)

1 2 3 4 1 Anatomi
1. Spongosol
Tabel 3. Lanjutan
B. Pembahasan

Porifera adalah hewan yang memiliki lubang-lubang kecil (pori-pori)

pada tubuhnya. Pori-pori ini berfungsi untuk melewatkan air sehingga dapat

menyaring makanan dari air. Rangka Porifera merupakan perserikatan sel yang

tersusun longgar, sehingga porifera bukan merupakan jaringan sejati, sel-selnya

masih belum terspesialisasi. Porifera juga sering disebut dengan hewan spons,

habitatnya ada di dalam air, sebagian besar terdapat di lautan yang tenang.

Sponge termasuk hewan yang bersifat filter feeder (menyaring makanan).

Sponge laut hidupnya menetap (immobile) dan dapat hidup di berbagai habitat

seperti pasir, karang mati, batu serta pada media apapun yang mempunyai

struktur keras.

Ciri-ciri porifera di antaranya yaitu, porifera termasuk hewan

dipoblastik, karena tersusun atas dua lapisan embrional yang berupa ectoderm

dan mesoderm. Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup

menetap (sedentaire) dan menyaring apa yang ada. Spons tampak sebagai

hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf

serta organ dalam. Tubuh spons berongga dan disokong oleh mesohil, zat mirip

jeli yang tersusun dari kolagen, mesohil mengandung sel yang disebut

amebosit yang memiliki berbagai fungsi seperti mengedarkan sari makanan

dan oksigen.

Berdasarkan hasil pengamatan porifera, dinding tubuh spons

terorganisasi secara sederhana. Lapisan luar dinding tubuh disusun oleh sel-sel

pipih. Dinding tubuh spons juga terdapat pori-pori tempat masuknya air ke
dalam tubuh, yang dibentuk oleh porocyte. Sel-sel ini dapat membuka dan

menutup dengan adanya kontraksi. Tubuh porifera belum memiliki saluran

pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler.

Menurut Suparno, dkk., (2019), menyatakan spons memiliki warna yang

berbeda, walaupun dalam satu jenis. Spons yang hidup di lingkungan gelap,

akan berbeda warnanya dengan spons sejenis yang hidup pada lingkungan

dengan kecerahan sinar matahari cukup atau terang. Warna spons sebagian

dipengaruhi oleh fotosintesa mikrosimbionnya yaitu cyanobakteri dan eukariot

alga, seperti dinoflagella atau zooxanthella. Peranan sponge dalam ekologis

yaitu sebagai indikator biologi untuk pemantauan pencemaran laut.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah dinding tubuh sponge

terorganisasi secara sederhana karena, lapisan luar dinding tubuh disusun oleh

sel-sel pipih yang disebut pinacocytes. Dinding tubuh spons juga terdapat pori-

pori tempat masuknya air ke dalam tubuh, yang dibentuk oleh porocyte. Sel-sel

ini dapat membuka dan menutup dengan adanya kontraksi. Tubuh porifera

belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya

berlangsung secara intraseluler.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk asisten sebaiknya bahan praktikum selanjutnya disiapkan perkelas

bukan perkelompok dan untuk poin pembahasannya sebaiknya perwakilan

kelas setiap bahan praktikum.

2. Untuk praktikan agar mematuhi peraturan laboratorium agar tidak ada

kecelakaan didalam laboratorium ataupun dilapangan.

3. Untuk laboratorium sebaiknya memperlengkap fasilitas laboratorium, sarana

prasarana laboratorium dan menjaga kerapihan laboratorium.


PRAKTIKUM II
CNIDARIA
II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologi Cnidaria berasal dari bahasa Yunani yakni “Cnidos”

yang artinya jarum penyengat. Pengertian cnidaria adalah kelompok hewan

invertebrata yang memiliki rongga tubuh sebagai alat pencernaan makanan.

Cnidaria merupakan sebuah filum yang terdiri atas 10 ribu spesies hewan

yang tergolong sederhana dan hanya dapat ditemukan di perairan atau daerah

dengan lingkungan laut. Cnidaria juga disebut coelenterate yang berarti

berongga dan usus karena mempunyai rongga besar ditengah-tengah tubuh,

memiliki dua fase kehidupan sebagai medusa (berenang bebas) dan polip

(menetap).

Tubuh cnidaria terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan epidermis

adalah lapisan tubuh paling luar yang tersusun atas lima macam sel, yaitu sel

epitel otot, sel interstisial, sel knidosit, sel kelenjar lendir dan sel saraf indra.

Cnidaria adalah hewan yang memiliki dua lapisan embrionik (diplobastik)

yakni ektoderm dan endoderm. Cnidaria juga hidup secara heterotrof sebagai

karnivor dengan memakan udang serta ikan kecil. Polip yang berbentuk

silindris yang memiliki dua ujung yaitu ujung yang satu sebagai mulut yang di

kelilingi oleh tentakel, sedangkan ujung yang lainnya sebagai aboral yang

melekat pada substrat.

Habitat cnidaria sebagian besar hidup di lingkungan air laut serta

hanya beberapa spesies saja yang hidup di air tawar dan cnidaria hidup di
daerah perairan yang dangkal secara berkoloni (soliter). Berdasarkan latar

belakang diatas maka dilakukan praktikum Cnidaria.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana struktur

morfologi dan anatomi hewan ubur-ubur (Aurelia sp.) ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur

morfologi dan anatomi hewan ubur-ubur (Aurelia sp.).

D. Manfaat Praktikum

Manfaat pada praktikum ini adalah dapat mengetahui struktur

morfologi dan anatomi hewan ubur-ubur (Aurelia sp.).


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Cnidaria

Cnidaria berasal dari bahasa yunani “cnidos” yang berarti jarum

penyengat adalah suatu filum yang terdiri atas sekitar 10.000 spesies hewan

sederhana yang hanya ditemukan di perairan, kebanyakan di lingkungan laut.

Tubuh simetri radial, dipoblastik dan memiliki knidosit atau sel-sel penyengat

yang terdapat pada epidermisnya. Cnidaria juga disebut coelenterate yang

berarti berongga dan usus karena mempunyai rongga besar ditengah-tengah

tubuh, memiliki dua fase kehidupan sebagai medusa (berenang bebas) dan

polip (menetap) (Hanum dan Karim, 2013).

B. Jenis Cnideria

Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan salah satu jenis dari filum

cnideria koelenterata yang hidup di laut baik dalam bentuk polip yang melekat

di dasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk medusa. Tubuhnya lunak

seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air. Bentuk tubuhnya unik

sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis koelenterata lainnya. Ubur-

ubur ini dikenal sebagai binatang pengganggu di perairan dekat pantai terutama

pada tempat-tempat rekreasi, karena dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit

bila tersentuh. Hal ini disebabkan oleh sel-sel penyengat atau nematosis yang

terdapat di dalam jaringan epidermisnya, baik pada tentakel maupun di bagian

lain tubuhnya (Manupputy, 2017).


C. Morfologi Ubur-ubur

Secara garis besar bentuk tubuh Scyphomedusae dibagi atas bentuk

payung dan lengan atau kaki-kaki yang menggantung bebas. Tekstur tubuh

seperti gelatin dan mengandung banyak air. Bentuk payung bervariasi, ada

yang seperti lonceng atau genta, seperti kubah, terompet atau juga seperti

kubus, dan bentuk-bentuk ini dapat di bagi menjadi empat bagian yang sama

atau tetramerus simetri. Ukuran atau diameter payung berkisar antara beberapa

cm sampai 50 cm bahkan beberapa jenis dapat mencapai 2 dan merupakan

koelenterata terbesar (Manupputy, 2017).

D. Anatomi Ubur-ubur

Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut tak bertulang belakang yang

termasuk dalam filum Cnidaria, ubur-ubur yang dimaksud di sini adalah hewan

dari kelas Schypozoa, sehingga sering disebut ubur-ubur sejati agar tidak

dibingungkan dengan hewan lain yang juga disebut ubur-ubur seperti:

Ctenophora dan Cubozoa. Filum Cnidaria memiliki organ intraselular yang

unik dalam jaringan tubuh ektoderemnya, yaitu cnidae yang akan dilepaskan

keluar tubuhnya jika ada rangsangan dari lingkungan dimana fauna ini tinggal.

Cnidae digunakan untuk menangkap mangsa, melawan predator, menyerang

Cnidaria lainnya yang berada di sekitarnya, atau untuk melekatkan tubuhnya

pada substrat yang cocok selama proses setelmen (Paruntu dan kusen, 2013).
E. Manfaat Cnideria

Ubur-ubur dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembuatan

makanan dan industri. Umumnya ubur-ubur dianggap binatang beracun,

namun ada beberapa jenis yang dapat dikonsumsi misalnya ubur-ubur pantai

(Aurelia sp.), Aurelia aurita juga memiliki kandungan MgO yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber material baku keramik tahan api. Sebagian besar

Cnidaria lainnya pada ekosistem laut memiliki peran ekologis yang penting, seperti

membentuk batu karang penahan gelombang. Terumbu karang yang terdiri dari

spesies-spesies dari filum Porifera dan Cnidaria membentuk pemandangan

yang indah di dasar laut (Rahma dan zakaria, 2017).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Oktober 2021 pukul

15.30-Selesai WITA. Bertempat di Laboratorium Unit Ekologi, Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
1 2 3
1 Pisau/silet Untuk membedah hewan uji.
2 Tissue Untuk membersihkan alat bedah.
3 Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil pengamatan.
4 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan.

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ubur-ubur (Aurelia

sp.).

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

8. Menyiapkan alat dan bahan.

9. Menyimpan ubur-ubur (Aurelia sp.) diatas papan bedah untuk diamati

morfologinya.
10. Mendokumentasikan morfologi dari ubur-ubur (Aurelia sp.).

11. Membedah lalu mengamati anatomi ubur-ubur (Aurelia sp.).

12. Mendokumentasikan anatomi dari ubur-ubur (Aurelia sp.).

13. Menggambar morfologi dan anatomi ubur-ubur (Aurelia sp.).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada tabel 3.

Tabel 2. Pengamatan pada Cnidaria


Gambar Pengamatan
No. Spesies Klasifikasi Keterangan
Morfologi Anatomi
1. Ubur-Ubur Kingdom : Animalia 2 Morfologi
(Aurelia sp.) Filum : Cnidaria 3 5 3 1. Lengan (Vena)
Kelas : Schypozoa 1 2. Mulut (Oris)
Ordo : Semaeostomeae 2 3. Badan (Corpus)
Famili : Ulmariade 4. Tentakel
Genus : Aurelia 1 4 5. Dinding luar
Spesies : Aurelia sp. 4 (Ma
(Manuputty, 1988) nuputty, 1988)
Anatomi
1. Otak (Ensephalon)
2. Rongga Gastrovaskuler
3. Usus
4. Dinding dalam

1 2 3 4 5 1 2 3
4
Tabel 3. Lanjutan
B. Pembahasan

Cnidaria adalah kelompok hewan invertebrata yang memiliki rongga

tubuh sebagai alat pencernaan makanan. Cnidaria juga disebut coelenterate

yang berarti berongga dan usus karena mempunyai rongga besar ditengah-

tengah tubuh, memiliki dua fase kehidupan sebagai medusa (berenang bebas)

dan polip (menetap). Habitat cnidaria sebagian besar hidup di lingkungan air

laut serta hanya beberapa spesies saja yang hidup di air tawar dan cnidaria

hidup di daerah perairan yang dangkal.

Cnidaria adalah hewan yang memiliki dua lapisan embrionik

(diplobastik) yakni ektoderm dan endoderm. Cnidaria juga hidup secara

heterotrof sebagai karnivor dengan memakan udang serta ikan kecil. Tubuhnya

lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air. Bentuk

tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis koelenterata

lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan pada ubur-ubur secara garis besar

bentuk tubuh atau morfologinya dibagi atas bentuk payung dan lengan atau

kaki-kaki yang menggantung bebas. Tekstur tubuh seperti gelatin dan

mengandung banyak air. Bentuk payung bervariasi, ada yang seperti lonceng

atau genta, seperti kubah, terompet atau juga seperti kubus. Ubur-ubur

memiliki rongga tubuh sebagai alat pencernaan makanan, serta memilki

tentakel yang salah satunya berfungsi sebagai menangkap atau melumpuhkan

mangsa yang mengeluarkan penyegat atau yang dinamakan nematosis.  Ubur-

ubur  berperan penting dalam ekosistem laut yaitu ubur-ubur  sebagai sumber


makanan utama beberapa jenis ikan dan penyu laut.  Menurut Hasanah, dkk.,

(2016), Ubur-ubur mempunyai kavitas gastrovaskular tunggal yang berfungsi

sebagai pencernaan, sirkulasi dan satu set tentakel. Tentakel dilapisi oleh

deretan alat penyengat khusus yang disebut nematocyst. Fungsi tentakel yaitu

sebagai alat pertahanan diri dalam keadaan terancam.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah secara garis besar bentuk

tubuh atau morfologi dari ubur-ubur dibagi atas bentuk payung dan lengan atau

kaki-kaki yang menggantung bebas. Tekstur tubuh seperti gelatin dan

mengandung banyak air. Bentuk payung bervariasi, ada yang seperti lonceng

atau genta, seperti kubah, terompet atau juga seperti kubus. Ubur-ubur

memiliki rongga tubuh sebagai alat pencernaan makanan, serta memilki

tentakel yang salah satunya berfungsi sebagai menangkap atau melumpuhkan

mangsa yang mengeluarkan penyegat atau yang dinamakan nematosis.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

4. Untuk asisten sebaiknya laporan kedepannya tidak usah dikasih poin-poin.

5. Untuk laboratorium sebaiknya memperlengkap fasilitas laboratorium, sarana

prasarana laboratorium dan menjaga kerapihan laboratorium.

6. Untuk praktikan agar mematuhi peraturan laboratorium agar tidak ada

kecelakaan didalam laboratorium ataupun dilapangan.


PRAKTIKUM III
ECHINODERMA
TA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filum Echinodermata adalah sebuah filum hewan laut yang mencakup

bintang laut, Teripang dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini

ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode

Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000

spesies yang sudah punah. Secara umum ciri-ciri tubuh Echinodermata terdiri

atas 3 lapisan embrional (ectoderm, mesoderm, dan endoderm), dan

mempunyai rongga tubuh (selom) yang sempurna atau disebut dengan

tripoblastik selomata. Selom dibatasi oleh peritoneum bersilia.

Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki

anggota yang hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah

dikenali dari bentuk tubuhnya, kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya

simetri radial pentameral (terbagi lima). Peranan Echinodermata yang dapat

dimanfaatkan manusia, antara lain, Bulu babi dapat diambil gonadnya untuk

dikonsumsi. Mentimun laut (Holothuria) diperdagangkan sebagai teripang

kering atau kerupuk teripang. Mentimun laut dimanfaatkan sebagai bahan obat-

obatan, jelly gamat.

Karakteristik yang paling mencolok dari echinodermata yaitu

memiliki kepingan duri endoskeleton, sistem vaskular air, modifikasi duri,

lapisan brancia atau yang sering disebut lapisan pernapasan dan mempunyai

bentuk tubuh simetri radial atau bilateral. Echinodermata memiliki peranan


untuk menjaga keseimbangan ekosistem dilaut yaitu sebagai pembersih limbah,

jaringan makanan sebagai herbivore, karnivora, omnivore ataupun sebagai

pemakan detritus. Echinodermata memiliki nilai ekonomis yanbg tinggi dan

beberapa jenis diantaranya dapat dimakan misalnya bulu babi dan teripang

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan praktikum Echinodermata.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara

mengetahui ciri morfologi dan anatomi hewan bintang laut (Protoreaster

nodosus), bulu babi (Diadema setosum) dan teripang (holothuroidea)?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

ciri morfologi dan anatomi hewan bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu

babi (Diadema setosum) dan teripang (holothuroidea).

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperolah pada praktikum ini adalah agar dapat

mengetahui ciri morfologi dan anatomi hewan bintang laut (Protoreaster

nodosus), bulu babi (Diadema setosum) dan teripang (holothuroidea).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 November 2021 pukul

15.30-Selesai WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi unit Ekologi dan

Taksonomi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Halu Oleo.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bintang laut

(Protoreaster), bulu babi (Diadema setosum) dan teripang (Holothuroidea)

sebagai objek pengamatan.

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No
Alat Kegunaan
.
1. Cutter/pisau bedah Untuk membedah objek pengamatan
2. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
Untuk menyimpan bintang laut
3. Sterofom (asteroidea), bulu babi (echinoidea),
dan teripang (holothuroidea).
4. Kamera Untuk mengambil gambar objek

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengamati morfologi bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu babi

(Diadema setosum) dan teripang (Holothuroidea).

3. Mendokumentasikan morfologi dari bintang laut (Protoreaster nodosus),

bulu babi (Diadema setosum) dan teripang (Holothuroidea).

4. Membedah dan mengamati anatomi bintang laut (Protoreaster nodosus),

bulu babi (Diadema setosum) dan teripang (Holothuroidea).

5. Mendokumentasikan anatomi dari bintang laut (Protoreaster nodosus),

bulu babi (Diadema setosum) dan teripang (Holothuroidea).

6. Menggambar morfologi dan anatomi Mendokumentasikan morfologi dari

bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu babi (Diadema setosum) dan

teripang (Holothuroidea) pada lembar pengamatan.

7. Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan hasil pengamatan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

E. Echinodermata

Echinodermata berasal dari bahasa yunani, echino yang berarti duri

dan derma yang artinya kulit jadi echinodermata adalah hewan yang berkulit

berduri yang merupakan filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota

yang hidup diair tawar, echinodermata juga merupakan salah satu komponen

utama dari keanekaragaman hayati laut yang berperan penting dalam fungsi

ekosistem yaitu pada jaring-jaring makanan (Sese, dkk., 2018).

B. Ciri-ciri Echinodermata

Echinodermata adalah hewan laut yang memiliki kulit berduri atau

berbintil. Hewan-hewan ini dibagi dalam 5 kelas utama yakni teripang

(Holothuroidea), bintang laut (Asteroidea), bintang ular (Ophiuroidea), bulu

babi (Echinoidea) dan lili laut (Crinoidea). Hewan ini sangat umum di jumpai

di daerah pantai terutama di daerah terumbu karang. Indonesia dan sekitarnya

(kawasan Indo-Pasifik Barat) terdapat biota teripang kurang lebih 141 jenis,

bintang laut 87 jenis, bintang ular 142 jenis, bulu babi 84 jenis dan lili laut 91

jenis. Anggota echinodermata merupakan hewan laut, hidup terutama di dasar

laut. Hewan ini memiliki endoskeleton dari osikel berkapur dan karenanya

nama echinodermata (tubuh berduri), sistem pencernaan lengkap, mulut ada

disisi ventral dan anus disisi dorsal. Fitur yang paling khas adalah sistem
vaskular air, tidak memiliki sistem sekresi, jenis kelamin terpisah, fertilisasi

biasanya (Kambey dkk, 2015).

F. Siklus Hidup Echinodermata

Echinodermata memiliki khasnya sendiri yaitu memiliki sistem

pembuluh air (water vascular system) adalah jaringan saluran hidrolik

mempunyai cabang menjulur yang disebut kaki tabung (tube feet) berfungsi

untuk makan, lokomonasi dan pertukaran gas. Perkembangbiakkan

echinodermata bersifat deoseus atau bersaluran reproduksi sederhana.

Reproduksi seksual anggota filum echinodermata pada umumnya melibatkan

individu jantan dan betina dengan terpisah membebaskan gametnya kedalam

air laut. Kemudian zigot yang dihasilkan berkembang menjadi larva yang

berbentuk simetris bilateral bersilia akan berenang mengikuti massa persebaran

air laut sehingga penyebarannya meluas (Jalaluddin dan Ardeslan, 2017).

G. Habitat Echinodermata

Echinodermata memiliki banyak jenis habitan yang cocok untuk

dijadikan sebagai tempat hidup dan berkembang, salah satu contohnya yaitu

daerah yang berkarang dapat dijadikan tempat hidup bagi Echinodermata.

Pantai yang bertekstur pasir dapat menjadi penopang hidup bagi

Echinodermata, selain itu pantai yang terdapat padang lamun dapat menjadi

penunjang hidup dari berbagai jenis Echinodermata. Echinodermata memiliki

kemampuan untuk mengetahui atau menentukan daerah yang dapat dijadikan

tempat hidup karena Echinodermata mampu menyesuaikan diri dengan tempat

hidupnya. Ekosostem Padang lamun dapat dijadikan sebagai naungan, tempat


mencari makanan dan berkembang biak dari berbagai jenis biota laut. Selain

itu, pasir dapat membantu Echinodermata dalam upaya melindungi diri dari

sinar matahati (Bahan, dkk., 2019).

E. Peranan Echinodermata

Hewan-hewan dari kelompok filum echinodermata memiliki berbagai

peran ekologi. Pasir dolar dan teripang yang menggali ke dalam pasir. Kegiatan

ini akan menyediakan lebih banyak oksigen pada kedalaman lebih besar dari

dasar laut. Bintang laut mampu mencegah pertumbuhan alga di terumbu

karang. Karang untuk menyaring makanannya dengan lebih mudah.

Echinodermata yang memiliki kerangka dengan struktur keras, kerangkanya

dimanfaatkan untuk dijadikan kapur (di beberapa daerah yang sulit

ditemukannya batu kapur). Prospek pertanian, kapur digunakan petani untuk

dicampurkan ke tanahnya. Proses ini dimaksudkan agar tanaman dapat

mengambil lebih banyak nutrisi. Jumlah sedikit yang diperlukan untuk

kepentingan ini, yaitu sekitar 4.000 ton hewan yang digunakan setiap tahun

(Jalaluddin dan Ardeslan, 2017).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Praktikum

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Echinodermata


Gambar Pengamatan
Keterangan
No Morfologi Anatomi
Spesies Klasifikasi
1. Bulu Babi Kingdom  : Animalia Morfologi
(Diadema Filum : Echinodermata 1. Duri primer
setosum) Kelas : Echinoidea (Spina)
Ordo : Diadematoida 2. Mulut (Oris)
Famili : Diadematidae 3. Duri sekunder
Genus : Diadema (Spina)
Spesies : Diadema 4. Anus
Suryanti, 2020 Suryanti, 2020
setosum 5.Tuberkel

1 2 3 4 5 1 2 3 Anatomi
1. Lentera aristoteles
2. Lambung
(Venticulus)
3. Radial canal
Ampulla
Tabel 3. Lanjutan

2 Bintang laut Kingdom : Animalia Morfologi


(Protoreaster Filum : Echinodermata 1. Tangan
nodosus) Kelas : Asteroidea 2. Celah
Ordo : Valvatida amburakral
Famili : Oreasteridae 3. Kaki tabung
(Pes)
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster
nodosus
Al Farizi, 2019 Al Farizi, 2019

1 2 3 1 Anatomi
1. Mulut (Oris)
Tabel 3. Lanjutan

3. Teripang (Holot Kingdom : Animalia Morfologi


huria scabra) Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea 1. Badan
Ordo : Aspidochirotida 2. Tentakel
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria scabra
Efildasari dkk, 2012 Al Farizi, 2019

1 2 1 2 3 4 Anatomi

1. Usus
2. Gonad
3. Anus
4. Lambung
Sal uran faring
Tabel 3. Lanjutan
B. Pembahasan

Echinodermata berasal dari bahasa yunani, echino yang berarti duri

dan derma yang artinya kulit jadi echinodermata adalah hewan yang berkulit

berduri yang merupakan filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang

hidup diair tawar, echinodermata juga merupakan salah satu komponen utama dari

keanekaragaman hayati laut yang berperan penting dalam fungsi ekosistem yaitu

pada jaring-jaring makanan.

Echinodermata merupakan hewan tak bertulang belakang, anggota

dari invertebrata. Echinodermata termasuk yang tingkatannya tinggi.

Echinodermata berkembang biak secara seksual, yaitu hewan jantan dan betina

yang melepaskan sel gametnya ke air laut, dan proses fertilisasi yang berlangsung

secara eksternal (di dalam air laut). Echinodermata memiliki karakteristik

yaitutriploblastik selomata,pada saat larva tubuhnya simetri bilateral, sedangkan

pada saat dewasa tubuhnya simetri radial.

Praktikum tentang filum Echinodermata ini menggunakan beberapa

beberapa spesies diantaranya bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu babi

(Diadema setosum) dan teripang (Holothuroidea). Tubuh bintang laut umumnya

berbentuk simetris radial (cakram) dengan 5 lengan, pada beberapa jenis tertentu,

jumlah lengan dapat mencapai 40 buah. Mulut bintang laut terletak di tengah

cakram pada sisi bawah tubuh, dibawah lengan bintang laut terdapat alur yang

dalam mulai dari mulut hingga ujung lengan yang disebut celah ambulakral.

Bulu babi (Echinoidea) tidak mempunyai lengan. Tubuh bulu

babi(Echinoidea) umumnya berbentuk agak bulat. Mulut treletak dibawah seperti


bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri

terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerakkan. Duri dan kaki

tabungnya digunakan untuk bergerak merayap didasar  laut. Mulut terletak di

bawah menghadap ke dasar laut sedangkan anusnya menghadap ke dasar laut

sedangkan anusnya menghadap ke atas di puncak bulatan cangkang. Mulut dan

gigi merapat jadi satu, dilekatkan oleh suatu bagian dari kapur, membentuk

struktur yang dikenal sebagai rentera asistoteles.

Teripang termasuk hewan laut yang berbadan lunak yang berbentuk

memanjang seperti mentimun. Teripang (Holothuria scabra) mempunyai bentuk

bulat panjang di sepanjang sumbu oral dan aboral. Mulut dan anus Holothuria

scabra terletak pada ujung poros yang berlawanan Hewan ini termasuk dalam

kelas holothuroida dari bangsa echinodermata yang merupakan hewan tidak

bertulang belakang dan bertubuh lunak atau berduri.

Menurut (Rani, 2015), Echinodermata merupakan hewan avertebrata

yang memiliki duri pada permukaan kulitnya. Filum Echinodermata terdiri atas 5

kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiurodea (bintang mengular), Echinoidea

(bulu babi), holothuroidea (timun laut) dan Crinoidea (lili laut). Masing-masing

dari kelas tersebut memiliki peranan tersendiri terhadap ekologi laut. Asteroidea

(bintang laut) dan Ophiuroidea (bintang mengular) memiliki peranan sebagai

pelindung karang dari pertumbuhan alga yang berlebihan. Holothuroidea dan

Echinoidea memiliki peranan sebagai pendaur ulang nutrien.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah pada filum echinodermata memiliki

morfologi dan anatomi yang berbeda-beda pada bintang laut morfologinya

memiliki 5 tangan, celah amburakral dan kaki tabung sedangkan pada anatominya

memilki mulut pada bagian bawah tubuh bintang laut. Bulu babi memiliki

morfologi duri primer, mulut, duri sekunder, anus dan tuberkel sedangkan

anatominya yaitu lentera aristoteles, lambung dan radial canal ampulla.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut :.

1. Untuk asisten sebaiknya untuk jurnal pembanding pada pembahasan hanya

mewakili kelas atau filum saja tidak usah semua spesies.

2. Untuk praktikan agar jangan datang terlambat ketika praktikum

3. Untuk laboratorium agar menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium.


PRAKTIKUM IV
CRUSTACEA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Crustacea atau Udang-udangan adalah suatu kelompok besar dari

artropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan dan

biasanya dianggap sebagai suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-

hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta

teritip. Crustacea dalam bahasa romawi crusta atau kulit keras atau kerak

yaitu, Arthropoda yang memiliki eksoskeleton berupa kulit tubuh atau kutikula

yang keras. Hidup di air, yaitu air tawar dan air laut. Crustacea hidup sebagai

herbivora, karnivora, pemakan bangkai atau parasit. Contoh Crustacea yang

paling umum adalah udang dan kepiting.

Ukuran tubuh Crustacea bervariasi, tubuh Crustacea terdiri dari

kepala menyatu (sefalotoraks) dan perut (abdomen) yang bersegmen-segmen.

Tubuh bagian kepala  dantoraks sering terlindung oleh kulit yang keras

disebut karapaks. Bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang

antenula, sepasang antena, sepasang  mandibula dan dua pasang maksila.

Dasar antenula terdapat alat keseimbangan. Bagian dada terdapat maksiliped,

sepasang  kaki capit (keliped) dan empat pasang kaki jalan (pereiopod). Setiap

segmen bagian perut terdapat sepasang kaki renang (pleopod).

Udang jantan memiliki pasangan pleopod ke 1 dan ke 2 mengalami

modifikasi menjadi alat kopulasi dan disebut gonopod sedangkan, pada udang

betina pleopod juga berfungsi untuk menyimpan telur dan membawa

anaknya. Telson dan uropod sebagai alat kemudi berenang terdapat di ujung


posterior tubuh. Crustacea memiliki lambung dan hati yang terdapat dekat

dengan lambung. Alat ekskresi pada Crustacea disebut kelenjar hijau. Udang

bernafas dengan insang, sistem peredaran darah terbuka, serta memiliki

jantung, arteri dan sinus. Udang bereproduksi secara seksual, pembuahan

terjadi secara internal dan ada pula yang partenogenesis. Berdasarkan latar

belakang diatas maka dilakukan praktikum Crustacea.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara

mengetahui ciri morfologi dan anatomi hewan udang windu (Penaeus

monodon) dan kepiting bakau (Brachyura)?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui ciri morfologi dan anatomi hewan udang windu (Penaeus

monodon) dan kepiting bakau (Brachyura).

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperolah pada praktikum ini adalah agar dapat

mengetahui ciri morfologi dan anatomi hewan udang windu (Penaeus

monodon) dan kepiting bakau (Brachyura).


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Crustacea

Crustacea merupakan invertebrata yang memiliki 6 kelas yang

meliputi Branchiopoda, Remipedia, Cephalocarida, Maxillopoda, Ostracoda

dan Malacostraca. Crustacea dapat hidup di sungai, laut, payau atau daerah

mangrove, namun crustacea yang dapat hidup di lingkungan tersebut hanya

jenis tertentu. Crustacea yang terdapat di belawan hidup diarea mangrove

dengan cara membuat liang-liang untuk bersembunyi.  Komunitas mangrove

juga merupakan sumber unsur hara bagi kehidupan hayati (biota perairan)

laut, serta sumber pakan bagi kehidupan (Noveria dan Duya, 2019).

B. Habitat Crustacea

Habitat yang paling disukai adalah perairan dengan dasar pasir yang

ditumbuhi rumput laut. Habitat udang karang (lobster) pada umumnya adalah

di perairan pantai yang banyak terdapat bebatuan atau terumbu karang.

Terumbu karang ini disamping sebagai barrier (pelindung) dari ombak, juga

tempat bersembunyi dari predator serta berfungsi pula sebagai daerah pencari

makan. Akibatnya daerah pantai berterumbu ini juga menjadi daerah

penangkapan lobster bagi para nelayan. lobster mendiami suatu perairan

tertentu menurut jenisnya. Jenis lobster tersebut yaitu Panulirus homarus

(lobster hijau pasir), Panulirus homarus (lobster hijau pasir), Panulirus


longipes (lobster merah/bintik seribu), Panulirus longipes (lobster

merah/bintik seribu), Panulirus versicolor (lobster hijau), dan Panulirus

poliphagus (lobster bambu) (Verienta, 2016).

C. Struktur Tubuh Crustacea

Tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalotoraks dan

abdomen, yang pertama tertutup dengan tameng keras (carapace) yang

menjulur ke depan di antara dua mata. Penujuluran tameng itu disebut

rastrum. Tiga belas pasang pertama alat tambahan dan mata bertaut dengan

sefalatoraks. Enam alat tambahan lainnya bertaut dengan abdomen, dan

masing-masing berakhir sebagai telson (sirip horisontal). Abdomen dibagi

menjadi segmen-segmen, di sebelah dorsal dan di sebelah lateralnya masing-

masing dilindungi oleh suatu skeleton yang bercabang. Skeleton dibagi

menjadi dua: sebuah tergit (dorsal) dan dua buah pleura (lateral) (Syafarudin,

2016).

D. Jenis-jenis Crustacea

Crustacean atau cangkang yang keras mencakup udang, kepiting,

lobster dan kerabat lainnya. Sebagian besar spesiesnya hidup dilaut, tetapi

banyak yang hidup diair tawar juga dan beberapa seperti sow bug,

menempatidaerah lembab didarat. Crustacean hidup bebas dan soliter, beberapa

spesies hidup berkelompok dan terdapat dalam kumpulanyang sangat banyak,

sedangkan spesies lain bersifat komensalisme atau parasit (Syafrudin, 2016).


E. Peranan Crustasea

Mangrove memiliki peranan penting untuk menjaga keseimbangan

rantai makanan sebagai mangsa dan pemangsa biota lain, sebagai sumber

protein masyarakat. Informasi mengenai keragaman komunitas krustasea di

kawasan mangrove desa Jangkaran masih sangat sedikit. Keluarga udang-

udangan dan kekerangan serta biota lainnya. Krustasea merupakan hewan

omnivora yang hidup berasosiasi dengan mangrove, memakan bangkai, alga,

mikroba dan detritus (amalia, dkk., 2017).


III. METODE PRAKTIKUM

E. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 November 2021 pukul

15.30-Selesai WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi unit Ekologi dan

Taksonomi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Halu Oleo.

F. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah udang windu

(Penaeus monodon) dan kepiting bakau (Brachyura)

G. Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No
Alat Kegunaan
.
1. Cutter/pisau bedah Untuk membedah objek pengamatan
2. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
3. Sterofom Untuk menyimpan objek pengamatan
4. Kamera Untuk mengambil gambar objek

H. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

8. Menyiapkan alat dan bahan.

9. Mengamati morfologi udang windu (Penaeus monodon) dan kepiting

(Brachyura).
10. Mendokumentasikan morfologi dari udang windu (Penaeus monodon) dan

kepiting bakau (Brachyura).

11. Membedah dan mengamati anatommi udang windu (Penaeus monodon)

dan kepiting bakau (Brachyura).

12. Mendokumentasikan anatomi dari udang windu (Penaeus monodon) dan

kepiting bakau (Brachyura).

13. Menggambar morfologi dan anatomi udang windu (Penaeus monodon)

dan kepiting bakau (Brachyura) pada lembar pengamatan.

14. Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan hasil pengamatan.


B. Pembahasan

Crustacea merupakan invertebrate yang memiliki 6 kelas yang

meliputi Branchiopoda, Remipedia, Cephalocarida, Maxillopoda, Ostracoda

dan Malacostraca. Crustacea dapat hidup di sungai, laut, payau atau daerah

mangrove, namun crustacea yang dapat hidup di lingkungan tersebut hanya

jenis tertentu. Jumlah jenis terbesar hanya dari dua suku yaitu Ocypodidae

(daerah pantai dekat muara sungai) dan Sesarmidae (daerah kering, memanjat

akar dan batang pohon mangrove).

Ukuran tubuh Crustacea bervariasi, tubuh Crustacea terdiri dari

kepala menyatu (sefalotoraks) dan perut (abdomen) yang bersegmen-segmen.

Tubuh bagian kepala  dantoraks sering terlindung oleh kulit yang keras

disebut karapaks. Bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang

antenula, sepasang antena, sepasang  mandibula dan dua pasang maksila.

Dasar antenula terdapat alat keseimbangan. Bagian dada terdapat maksiliped,

sepasang  kaki capit (keliped) dan empat pasang kaki jalan (pereiopod). Setiap

segmen bagian perut terdapat sepasang kaki renang (pleopod).

Berdasarkan hasil pengamatan pada udang windu (Penaeus monodon),

memiliki morfologi kaki depan 5 pasang, kaki belakang 5 pasang tersebar

setiap abdomen. Abdomen terdiri dari 6 segmen dan 1 telson. Mandibula 3

pasang pada bagian cepalotorax. Ekornya lebar, memiliki 1 pasang antenna

dan 1 pasang mata di bagian toraksnya. Bagian kepala terdiri dari 5 segmen

dan dada 8 segmen.


Pengamatan ke dua pada kepiting bakau (Brachyura) merupakan

family dari portinuidae dan orfologi yaitu Cangkang berwarna hijau hingga

jingga, pada bagian kiri dan kanan cangkang terdapat 9 buah duri. Bagian

frontal mempunyai spina yang tajam. Capit kanan lebih besar daripada capit

kiri. Capit berwarna hijau hingga biru kehijauan dengan permukaan yang

rendah. Dasar jari biasanya berwarna kuning pucat hingga orange

kekuningan.Bagian depan di antara kedua tangkai matanya terdapat 6 buah

duri. Memiliki 3 pasang kaki jalan dan 1 pasang kaki renang pada ujung

abdomen. Menurut (Rina, 2016), Kepiting bakau (Brachyura) tergolong dalam

famili Portunidae yang hidup hampir di seluruh perairan pantai terutama pada

pantai yang ditumbuhi mangrove, perairan dangkal yang dekat dengan hutan

mangrove, estuari, dan pantai berlumpur yang berperan dalam peranan

ekologis lainnya. Kepiting bakau (Brachyura) adalah hewan yang beradaptasi

kuat dengan hutan mangrove dan memiliki daerah penyebaran yang luas.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah Ukuran tubuh Crustacea

bervariasi, tubuh Crustacea terdiri dari kepala menyatu (sefalotoraks) dan perut

(abdomen) yang bersegmen-segmen. Tubuh bagian kepala  dantoraks sering

terlindung oleh kulit yang keras disebut karapaks. Bagian kepala terdapat

sepasang mata majemuk, sepasang antenula, sepasang antena, sepasang 

mandibula dan dua pasang maksila.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut :.

4. Untuk asisten sebaiknya untuk jurnal pembanding pada pembahasan hanya

mewakili kelas atau filum saja tidak usah semua spesies.

5. Untuk praktikan agar jangan datang terlambat ketika praktikum

6. Untuk laboratorium agar menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium.


PRAKTIKUM V
PISCES
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteichthyes atau disebut juga Ikan bertulang sejati adalah kelas

dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari Pisces.

Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon yang berati tulang dan

ichthyes yang berarti ikan. Ikan jenis ini hidup di laut, rawa-rawa, atau air

tawar. Pisces (Ikan) merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat 

berdarah dingin (poikilotermis ), memiliki ciri khas pada tulang belakang,

insang (operculum) dan siripnya serta bergantung pada air tempatnya tinggal

sebagai medium kehidupannya.

Pisces (ikan) merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang

bersifat berdarah dingin (poikilotermis) , memiliki ciri khas pada tulang

belakang, insang (operculum) dan siripnya serta bergantung pada air tempatnya

tinggal. Pisces (ikan) ini diklasifikasikan dengan berbagai ciri-ciri dan manfaat

atau peranan dari jenis-jenis pisces (ikan). Tubuh ikan ini mempunyai bentuk

pipih lateral (misalnya ikan bandeng) atau pipih dorsoventral (misalnya ikan

pari), hal ini untuk memudahkan dalam bergerak di air. Anggota geraknya

berupa sirip yang terdiri dari sepasang sirip dada dan juga sepasang sirip perut,

selain dari itu terdapat pula sirip anal serta sirip punggung dimana bagian

depannya dan belakang tidak berpasangan. Bernapas dengan insang yang

memiliki tutup insang (operkulum).

Pisces mempunyai habitat yaitu pada perairan, baik perairan tawar,

payau, maupun laut. Pisces memiliki manfaat yang sangat menguntungkan bagi
kehidupan manusia yaitu, pada daging ikan merupakan sumber protein tinggi

dan mengandung asam lemak yang tak jenuh. Kulit ikan tertentu dapat disamak

untuk dibuat tas, dompet, sepatu dan juga jaket. Tulang ikan bisa dimanfaatkan

sebagai bahan pembuatan lem. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu

dilakukan praktikum Pisces.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui

struktur morfologi dan anatomi dari ikan ekor kuning (Caesio cuning), ikan

ruma-ruma (rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus macrodon) dan ikan

lajang (Decapterus sp.)?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui struktur morfologi dan anatomi dari ikan ekor kuning (Caesio

cuning), ikan ruma-ruma (Rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus

macrodon) dan ikan lajang (Decapterus sp.).

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui struktur morfologi dan anatomi dari ikan ekor kuning (Caesio

cuning), ikan ruma-ruma (Rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus sp.) dan

ikan lajang (Decapterus sp.).


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pisces

Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang

tidak dimiliki hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan pekembangan

ogan-organ disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, misalnya sebagai

hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar maupun perairan laut

menyebabkan ikan harus mengetahui kekuatan maupun arah arus, karna ikan

dilengkapi dengan organ yang disebut linea lateralis. Ikan merupakan hewan

vertebrata aquatis yang bernafas menggunakan insang. Oleh karena itu

perubahan pada ekosistemnya akan mempengaruhi keberadaannya (Primawati,

dkk., 2016).

B. Jenis-jenis Pisces

Pisces dalam istilah bahasa Indonesia dikenal sebagai ikan yang

meliputi semua jenis ikan, baik yang tidak mempunyai rahang (termasuk ke

dalam superkelas: Agnatha) maupun ikan yang mempunyai rahang (termasuk

ke dalam superkelas: Gnathostomata) yang terdiri dari ikan bertulang rawan

(kelas chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (kelas osteichthyes).  Contoh

pisces adalah berbagai macam spesies ikan seperti ikan tuna, ikan salmon, ikan

hiu, ikan bandeng, ikan kakap, ikan lele, juga kuda laut (Ferdyan, dkk., 2020).
C. Ciri-ciri Pisces

Ciri-ciri umum ikan (Pisces) adalah mempunyai rangkat tulang sejati

dan berulang rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan

mempunyai operculum, tubuhnya ditutupi oleh sisik dan berlendir, serta

mempunyai bagian tubuh yang jelas antara kepala, badan dan ekor. Ukuran

ikan bervariasi mulau dari yang kecil sampai yang besar. Filamen insang

memberikan satu ruang permukaan yang besar untuk pertukaran gas dan insan

terbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna muda dan selalu lembab. (Siregar,

2019).

D. Habitat Pisces

Ikan merupakan penghuni utama pada ekosistem perairan yang

tersebar pada perairan tawar, seperti danau, sungai dan rawa serta perairan

payau dan perairan laut. Habitat yang menjadi distribusi ikan pada perairan

tawar adalah danau yang merupakan badan perairan alami berukuran besar

yang dikelilingi oleh daratan yang tidak bercampur dengan air laut, kecuali air

sungai. Berdasarkan topografi lautan terbagi menjadi beberapa zona yaitu

zona litoral, zona neritik, zona bathial dan zona abisal (Fauziah, dkk., 2017).

E. Manfaat Fisiologis

Peranan pisces yang menguntungkan yaitu, sebagai sumber protein

hewani dan vitamin A, lemak ikan adalah sumber asam lemak tidak jenuh,

sebagai bahan kerajinan atau bahan ampelas dari kulit ikan yang telah disamak,

maka munculah pabrik penyamak kulit ikan, mendorong berdirinya pabrik-


pabrik pengawetan ikan, ikan sebagai bahan praktikum atau penelitian demi

perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, serta sebagai

sumber usaha mata pencaharian, misalnya dengan budi daya ikan kolam,

tambak dan pemijihan ikan hias di aquarium. Pemanfaatan ikan pada ekosistem

juga adalah terjaganya rantai makanan pada ekosistem perairan atau sebagai

rantai makanan, selain itu ikan juga dapat membantu memicu penutrisian pada

terumbu karang (Agustiani, 2013).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Oktober 2021 pukul

15.30-Selesai WITA. Bertempat di Laboratorium Biologi unit Ekologi dan

Taksonomi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Halu Oleo.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan ekor kuning

(Caesio cuning), ikan ruma-ruma (rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus

macrodon) dan ikan lajang (Decapterus sp.).

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No
Alat Kegunaan
.
1. Cutter/pisau bedah Untuk membedah objek pengamatan
2. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
3. Sterofom Untuk mengalas bahan
4. Kamera Untuk mengambil gambar objek

E. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Mengamati morfologi ikan ekor kuning (Caesio cuning), ikan ruma-

ruma (rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus macrodon) dan ikan

lajang (Decapterus sp.).

3. Mendokumentasikan gambar sebagai hasil pengamatan.

4. Membedah ikan ekor kuning (Caesio cuning), ikan ruma-ruma

(rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus macrodon) dan ikan lajang

(Decapterus sp.).

5. Mengamati anatomi ikan ekor kuning (Caesio cuning), ikan ruma-ruma

(rastrelliger sp.), ikan kerapu (Epinephelus macrodon) dan ikan lajang

(Decapterus sp.).

6. Mendokumentasikan gambar sebagai hasil pengamatan.

7. Menggambar morfologi dan anatomi ikan ekor kuning (Caesionidae),

ikan ruma-ruma (rastrelliger brachysoma), ikan kerapu (Epinephelus)

dan ikan lajang (Decapterus) pada lembar pengamatan

8. Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan hasil pengamatan.


IV. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengamatan pada Pisces


Gambar Pengsamatan
Keterangan
No Morfologi Anatomi
Spesies Klasifikasi
1. Ikan kerapu Kingdom: Animalia Morfologi
(Epinephelus Filum : Chordata
microdon.) Class : Actinopterygii 1. Mata (oculus)
Ordo : Perciformes 2. Kepala (caput)
Familia : Serranidae 3. Mulut (Oris)
Genus : Epinephelus 4.Badan (Corpus)
Species : Epinephelus (Campbell, dkk, 2012) 5.Siripdada(PectoralisFin)
microdon (Lestari dan Putu, 2014) 6. SiripDubur
(Ani fin)
(Puspitasari, 2017) 7. Ekor (Cauda)
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5
Anatomi
1. Insang (Gill)
2. Hati (Hepar)
3. Lambung (Ventrikullus)
4. Ginjal (Ren)
5. Tulang (Ossis)
Tabel 3. Lanjutan
2 Ikan Ruma- Kingdom : Animalia Morfologi
Ruma Filum : Chordata 1. Mata (oculus)
(Rastrelliger Class : Pisces 2. Kepala (caput)
sp.) Ordo :Percommorphy 3. Mulut (Oris)
Familia :Scombroidea 4.Badan (Corpus)
Genus :Rastrelliger 5. Ekor (Cauda)
Species :Rastrelligersp. Anatomi
1. Insang (Gill)
(Puspitasari, 2013) 2. Hati (Hepar)
3. Tulang (Ossis)
1 2 3 4 5 1 2 3

Tabel 3. Lanjutan
3 Ikan Ekor Kingdom: Animalia Morfologi
Kuning Filum :Chordata 1.Kepala (Caput)
(Caesio cuning) Kelas : Osteichthyes 2. Mata
Ordo : Perciformes 3.Sirip punggung
Famili :Caesionidae (Pinna dorsalis)
Genus :Caesio 4.Sirip perut (Pinna
Spesies :Caesio ventralis)
Cuning 5.Sirip ekor (Pinna
analis)
(Zyhdi dan Maduppa, 2020)
(Aeni, 2017) 6.Mulut
(Indarsyah, dkk., 2018)
Anatomi
1. Insang
2. Empedu
3. Usus
4. Anus
5. Hati
6.Tulang punggung

Tabel 3. Lanjutan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Tabel 3. Lanjutan
4 Ikan lajang Kingdom : Animalia Morfologi
(Decapterus sp. ) Filum :chordata 1. Mata (oculus)
Kelas :Aktinopterygii 2. Kepala (caput)
Ordo : Perciformes 3. Mulut (Oris)
Famili :Carangidae 4. Badan (Corpus)
Genus :Decapterus 5.Sirip dada
Spesies :Decapterussp. (Prihartini, 2006) (Pectoralis
(Prihartini, 2006) Fin)
(Prihartini, 2006) 6. Ekor (Cauda)

Anatomi
1. Insang (Gill)
2. Hati (Hepar)
3. Lambung
(Ventrikullus)
4. Tulang (Ossis)
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

Tabel 3. Lanjutan
B. Pembahasan

Pisces (ikan) merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang

bersifat berdarah dingin (poikilotermis) , memiliki ciri khas pada tulang

belakang, insang (operculum) dan siripnya serta bergantung pada air tempatnya

tinggal. Tubuh ikan ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun atas zat kapur

dengan permukaan sisik yang berlendir yang berfungsi dalam memberikan

kemudahan dalam gerakan ikan dalam air. Sisi kiri kanan tubuh ikan terdapat

gurat sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan dan juga sebagai penentu

arah arus air serta kedalaman sewaktu berenang. Pisces dibagi dalam tiga kelas

yakni ikan tidak berahang (Agnatha), ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)

dan ikan bertulang sejati (Osteichthyes).

Ciri-ciri ikan atau pisces adalah mempunyai rangka tulang sejati dan

berulang rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai

operculum, tubuhnya ditutupi oleh sisik dan berlendir, serta mempunyai bagian

tubuh yang jelas antara kepala, badan dan ekor. Ukuran ikan bervariasi mulau

dari yang kecil sampai yang besar. Mekanisme pernapasan ikan yaitu

menggunakan ingsang, saat ikan menarik napas, ikan akan membuka mulut dan

menutup insang. Oksigen kemudian masuk lewat mulut menuju insang yang

kemudian diserap oleh pembuluh darah pada insang. Saat katup insang

terbuka, ikan akan mengeluarkan karbondioksida dan air.

Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan kerapu (Epinephelus

macrodon), ikan ruma-ruma (Rastrelliger sp.), ikan ekor kucing (Caesio

cuning) dan ikan lajang (Decapterus sp.) merupakan kelas ikan bertulang sejati
yaitu osteichthyes. Morfologi yang dapat diamati pada ikan yaitu kepala

(caput), badan (corpus), ekor (caudal), mata (oculus), mulut (oris), sirip

punggung (dorsalin), sirip dubur ( ani fin), sirip dada (pectoralis fin), sirip

perut (palvicus fin) dan sisik (scale). Pengamatan selanjutnya adalah pada

anatomi ikan yang terdapat operculum atau insang, gonad, ginjal, usus, anal,

lambung dan hati. Menurut Kusuma, dkk., (2021), ikan kerapu merupakan ikan

karnivora yang memiliki relung habitat kedalaman yang beragam. Ikan kerapu

hidup pada ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, pasir berbatu, hingga

berlumpur. Ikan kerapu juga dapat dikenali dengan bentuk operculum, corak

dan warna tubuhnya.

Menurut Baweleng, dkk., (2018), ikan layang (Decapterus sp.)

termasuk komponen perikanan pelagis yang penting di Indonesia dan biasanya

hidup bergerombol dengan ikat lain. Ikan lajang mendiami perairan tropis dan

subtropis di Indo-Pasifik dan Lautan Atlantik. Meskipun ikan layang hidup di

wilayah yang luas, setiap jenis mempunyai sebaran tertentu dan ada juga yang

daerah sebarannya tumpang tindih satu sama lain. Morfologi Decapterus

berarti ikan yang mempunyai sepuluh sayap yang mampu bergerak sangat

cepat di air laut. Kecepatan tinggi ini memang dapat dicapai karena bentuknya

seperti cerutu dan sisiknya sangat halus.

Menurut Indarsyah, (2014), ikan ekor kuning (Caesio cuning)

termasuk ke dalam famili Caesionidae, merupakan jenis ikan yang hidup di

perairan karang. Memiliki karakteristik berbadan compressed. Berwarna

kuning pada bagian atas sirip ekor dan bagian belakang. Bagian bawah dan
perut putih atau kemerah-merahan (merah muda). Sirip dada, sirip perut, dan

sirip anal, berwarna putih hingga merah muda. Hidup dengan kebiasaan

memakan plankton. Jenis ini sering dijumpai dalam bentuk gerombolan besar

di bagian atas arus dekat karang atau gugusan karang.

Menurut (Puspitasari, 2013) Ikan kembung atau Rastrelliger

sp.merupakan ikan air laut. Ikan kembung ini termasuk genus Rastrelliger. Ikan

Kembung merupakan  ikan  pelagis yang  hidup di perairan  pantai maupun

lepas pantai. Ikan ini hidup bergerombol dan masuk ke perairan estuari untuk

mencari makan berupa plankton, copepoda dan crustacea.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah morfologi dari ikan ekor

kuning (Caesio cuning), ikan ruma-ruma (rastrelliger sp.), ikan kerapu

(Epinephelus macrodon) dan ikan lajang (Decapterus sp.) yaitu terdapat kepala

(caput), badan (corpus), ekor (caudal), mata (oculus), mulut (oris), sirip

punggung (dorsalin), sirip dubur ( ani fin), sirip dada (pectoralis fin), sirip

perut (palvicus fin) dan sisik (scale) sedangkan, anatomi pada ikan yaitu

terdapat operculum atau insang, gonad, ginjal, usus, anal, lambung dan hati.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

7. Untuk asisten sebaiknya bahan praktikum selanjutnya disiapkan perkelas

bukan perkelompok.

8. Untuk laboratorium sebaiknya memperlengkap fasilitas laboratorium dan

sarana prasarana laboratorium.

9. Untuk praktikan agar mematuhi peraturan laboratorium agar tidak ada

kecelakaan didalam laboratorium.


PRAKTIKUM VI
MOLLUSCA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mollusca merupakan salah satu filum yang kedua terbesar pada

kelompok hewan invertebrata, baik dalam jumlah spesies maupun dalam

jumlah individu, dua kelas terbesar dari filum Mollusca adalah Gastropoda dan

Bivalvia. Moluska  merupakan  hewan  triploblastik  selomata yang bertubuh

lunak, kedalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa

cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi

dan kerabatnya.Mollusca hidup sejak periode cambrian, terdapat lebih dari

100.000 spesies hidup dan 35.000 spesies fosil. Mollusca memiliki 5 kelas

yaitu Amphineura, Gastropoda, Scapopoda, Bivalvia dan Cephalopoda.

Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas, tubuh hewan

ini tripoblastik mempunyai 3 lapisan lembaga, yaitu eksoderm (lapisan luar),

mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm (lapisan dalam), bilateral simetri,

umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkang berupa

kalsium karbonat. Cangkang tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar)

yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang tiram, siput sawah dan bekicot.

Cangkang kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput

berbentuk seperti kerucut yang melingkar.

Kebanyakan Mollusca dijumpai di laut dangkal, beberapa pada

kedalaman sampai 7.000 m, beberapa di payau, di air tawar, dan di darat.

Umumnya Molussca berada pada zonasi litoral. Zona litoral juga disebut

dengan zona pesisir atau zona pasang surut. Laut zona litoral berada di antara


garis air laut pasang dan haris air laut surut. Saat air laut pasang, zona ini

tergenang air laut, sedangkan pada saat air laut surut, zona ini menjadi daratan.

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di lakukan praktikum Mollusca.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui

struktur morfologi dan anatomi dari gurita (Octopus sp.), cumi-cumi (Loligo

sp.), kerang dara (Anadara granosa), pokea (Batissa violacea celebensis),

kerang hijau (Perna viridis), Nelia nirata dan Rhinoclavis sinensis?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui struktur morfologi dan anatomi dari gurita (Octopus sp.), cumi-

cumi (Loligo sp.), kerang dara (Anadara granosa), pokea (Batissa violacea

celebensis), kerang hijau (Perna viridis), Nelia nirata dan Rhinoclavis sinensis.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui struktur morfologi dan anatomi dari gurita (Octopus sp.), cumi-

cumi (Loligo sp.), kerang dara (Anadara granosa), pokea (Batissa violacea

celebensis), kerang hijau (Perna viridis), Nelia nirata dan Rhinoclavis sinensis.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Molussca

Mollusca adalah hewan inveterbrata yang berarti tidak memiliki

kerangka, tidak memiliki tulang belakang, memiliki tubuh yang lunak, dan

termasuk hewan yang berdarah dingin. Tubuh Mollusca terdiri dari tiga yaitu

kepala, mantel, dan kaki otot. Mollusca termasuk hewan hidup secara

heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan atau pun sisa organisme.

Mollusca umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik dan

berperan sebagai indikator lingkungan, kebanyakan hidup di daerah perairan

dan menempel pada batu atau pada permukaan lain (Ariani, dkk., 2019).

B. Jenis Molussca

Moluska yang diantaranya adalah Gastropoda dan Bivalvia

merupakan salah satu filum dari makrozoobentos yang dapat dijadikan sebagai

bioindikator pada ekosistem perairan. Mollusca memiliki 5 kelas yaitu

Amphineura seperti kiton, Gastropoda yaitu hewan siput, Scapopoda seperti

Dentalium vulgare., Bivalvia yaitu hewan kerang-kerangan dan Cephalopoda

yaitu hewan seperti cumi-cumi, gurita dan sejenisnya (Wahyuni, dkk, 2012).

C. Ciri-ciri Molussca

Mollusca berasal dari bahasa Romawi molis yang berarti lunak.

Molussca memiliki ciri berbentuk simetri bilateral, tidak beruas, diantaranya

mempunyai cangkang dari kapur dan mempunyai kaki ventral. Kaki pada
keong biasanya digunakan untuk mengeduk melalui dasar lumpur dan pada

cumi-cumi untuk menangkap mangsa. Mollusca memiliki alat pencernaan

sempurna dan di dalam rongga mulut terdapat radula. Mulut berhubungan

dengan esofagos, perut dan usus yang melingkar. Anus terletak pada tepi dorsal

rongga mantel di bagian posterior (Ahmad, 2018).

D. Habitat Mollusca

Mollusca hidup di laut, hidup di sepanjang pantai dan perairan

dangkal, tetapi beberapa spesies menepati perairan yang sangat dalam, dan

beberapa jenis lain hidup di laut terbuka. Banyak siput dan beberapa Bivalvia

menempati air tawar, tetapi siput yang lain dan hidup di darat. Mayoritas

Mollusca hidup bebas dan dapat merangkak dengan pelan, beberapa melekat ke

batu, cangkang, atau kayu, beberapa Mollusca yang bersembunyi, mengapung

atau berenang bebas seperti cumi-cumi. Mollusca merupakan hewan lunak

yang mempunyai cangkang. Mollusca juga sangat banyak ditemukan di

ekosistem mangrove, hidup di permukaan substrat maupun di dalam substrat

dan menempel pada pohon mangrove (Novita, 2018).

E. Manfaat Fisiologis Mollusca

Molussca biasanya menjadikan mangrove sebagai habitatnya.

Molussca berperan penting di ekosistem laut, mollusca berperan sebagai rantai

makanan dan siklus nutrient dan akan melibatkan moluska mangrove sebagai

konsumen pertama maupun sebagai pengurai. Moluska yang memiliki

cangkang dengan bahan kalsium karbonat turut berperan dalam siklus karbon
yang terjadi di hutan mangrove. Moluska juga memiliki beberapa manfaat bagi

manusia diantaranya sebagai sumber protein, bahan pakan ternak, bahan

industri, dan perhiasan bahan pupuk serta untuk obat-obatan (Ningsih dan

Patria, 2018).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 2 November 2021, pukul

15.30 WITA–Selesai dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Ekologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No. Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1 Gurita (Octopus sp.) Sebagai objek pengamatan
2 Cumi-cumi (Loligo sp.) Sebagai objek pengamatan
3 Kerang dara (Anadara granusa) Sebagai objek pengamatan
4 Kerang pokea (Batissa violacea Sebagai objek pengamatan
celebensis)
5 Kerang hijau (Perna viridis) Sebagai objek pengamatan
6 (Nelia nirata) Sebagai objek pengamatan
7 (Rhinoclavis sinensis) Sebagai objek pengamatan

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1 Cutter Untuk membedah hewan yang diamati
2 Lembar pengamatan Untuk menggambar morfologi dan anatomi
hewan yang diamati
3 Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
4 Kamera Untuk mendokumentasikan
D. ProsedurKerja

Prosedurkerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengamati morfologi mollusca dari Gurita (Octopus sp.), Cumi-cumi (Loligo

sp.), Kerang dara (Anadara granusa), Kerang pokea (Batissa violacea

celebensis), Kerang hijau (Perna viridis), (Nelia nerata) dan (Rhinoclavis

sinensis).

3. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

4. Membedah mollusca dengan menggunakan cutter.

5. Mengamati anatomi mollusca dari Gurita (Octopus sp.), Cumi-cumi (Loligo

sp.), Kerang dara (Anadara granusa), Kerang pokea (Batissa violacea

celebensis), Kerang hijau (Perna viridis), (Nelia nerata) dan (Rhinoclavis

sinensis).

6. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

7. Mengamati dan menggambar anatomi mollusca dilembar pengamatan.

8. Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan.


IV. HASIL PENGAMATAN

B. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengamatan pada Molussca


Gambar Pengsamatan
Keterangan
Spesies Klasifikasi Morfologi Anatomi
No
1. Gurita Kingdo : Animalia Morfologi
(Octopus sp.) Filum : Molussca
Class : Cephalopoda 1. Mata (oculus)
Ordo : Octopoda 2. Kepala (caput)
Familia : Octopodidae 3. Mulut (Oris)
Genus : Octopus 4. kaki
Species : Octopus sp. (Carolus, dkk., 2009) (Balasanda, dkk., 2019) 5. Penghisap

Anatomi
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1. Insang (Gill)
2. Hati (Hepar)
3. Lambung (Ventrikullus)
4. Ginjal (Ren)

Tabel 3. Lanjutan
2 Cumi-cumi Kingdom : Animalia Morfologi
(Loligo) Filum : Molussca 1. Mata (oculus)
Class : Cephalopoda 2. Kepala (caput)
Ordo : Myopsida 3. Mulut (Oris)
Familia : Loligonidae 4. Kaki
Genus : Loligo 5. penghisap
Species : Loligo sp. 6. Kantung tinta
(Rudiana dan pringgenies, (Rudiana dan pringgenies, Anatomi
2004) 2004) 1. Insang (Gill)
2. Hati (Hepar)
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 3. Insang (Gill)
4. Hati (Hepar)

Tabel 3. Lanjutan
3 Kerang dara Kingdom : Animalia Morfologi
(Anadara Filum : Molussca 7. Ligament
granosa) Kelas : Bivalvia 8. Puncak cangkang
Ordo : Myopsida (Umbo)
Famili : Arcidae 9.Anterior
Genus : Anadara 10. Posterior
Spesies : Anadara 11. Radial
granosa sculupture

(Sulistiyaningsih dan Arbi, Anatomi


(Sulistiyaningsih dan Arbi, 1. Muscle scars
2020)
2020) 2. Pallial line
3. Hinge teeth

Tabel 3. Lanjutan
1 2 3 4 5 6 1 2 3
Tabel 3. Lanjutan
4 Pokea (Batissa Kingdom : Animalia Morfologi
violacea Filum : Molussca 1. Ligament
celebensis) Kelas : Bivalvia 2. Puncak cangkang
Ordo : Eulamelli- (Umbo)
branchia 3. Anterior
Famili : Corbiculidae 4. Posterior
Genus :Batissa 5. Radial sculupture
Spesies : Batissa
violacea Anatomi
celebensis 1. Muscle scars
2. Pallial line
(Nurjannah dkk., 2019) (Nurjannah dkk., 2019) 3. Hinge teeth

1 2 3 4 5 1 2 3
Tabel 3. Lanjutan

5 Kerang hijau Kingdo: Animalia Morfologi


(Perna viridis) Filum: Molussca 1. Ligament
Class: Bivalvia 2. Puncak cangkang
Ordo: Filibranchia (Umbo)
Family: Mytilidae 3. Anterior
Genus: Perna 4. Posterior
5. Radial sculupture
Species: Perna Viridis
Anatomi
1. Muscle scars
(Cappenberg, 2008) 2. Pallial line
(Cappenberg, 2008) 3. Hinge teeth
Tabel 3. Lanjutan
1 2 3 4 5 1 2 3
Tabel 3. Lanjutan
6 Rhinoclavis Klasifikasi
sinensis Kingdom : Animalia Morfologi
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda 1. Posterior
Ordo : Clade
2. Anterior
Famili : Cerithidae
Genus : Badak
Spesies : Rhinoclavis Anatomi
sinensis (Mudjiono, 1989)
1.Gladiator
2. Conus Lucidus
(Mudjiono, 1989) 3. Ximenes
1 2 1 2 3
Tabel 3. Lanjutan

7 Siput nerite Kingdom : Animalia Morfologi


(Nelia nirata) Filum : Mollusca
Classis : Gastropoda 1. Posterior
Ordo : Archeales 2. Anterior
Familia : Archae
gastropoda Anatomi
Genus : Nelia
species : Nelia nirata 1.Gladiator
(Novita, 2018) 2. Conus Lucidus
(Novita, 2018)
3. Ximenes
Tabel 3. Lanjutan
1 2 3 1 2 3
B. Pembahasan

Mollusca merupakan salah satu filum yang kedua terbesar pada

kelompok hewan invertebrata. Mollusca adalah hewan lunak dan tidak

memiliki ruas, tubuh hewan ini tripoblastik mempunyai 3 lapisan lembaga,

yaitu eksoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm

(lapisan dalam), bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat

menghasilkan bahan cangkang berupa kalsium karbonat.

Mollusca merupakan kelompok hewan unik karena bertubuh lunak,

hewan-hewan mollusca memiliki beberapa ciri-ciri khas yang membedakannya

dengan hewan kelompok lain. Ciri-ciri dari mollusca yaitu, mempunyai ukuran

dan tubuh yang bervariasi, lunak dan tidak beruas-ruas, merupakan tripoblastik

selomata, hidup di air dan didarat, organ ekskresi berupa nefridia, mempunyai

radula (lidah bergigi), bersifat hewan heterotrof, mollusca memiliki struktur

tubuh yang simetri bilateral, tubuh terdiri dari kaki, massa visseral dan mineral,

merupakan hewan hermafrodit yaitu mempunyai 2 kelamin (jantan dan betina)

dalam satu tubuh. Mollusca yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi dan

kerang bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam insang dan

terjadi pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat,

seperti siput darat (bekicot) bernapas menggunakan paru-paru.

Berdasarkan hasil pengamatan pada gurita (Octopus sp.) memiliki 8

lengan dengan alat pengisap atau tentakel berupa bulatan-bulatan cekung pada

lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut, menangkap mangsa dan

membantu pernapasan dengan adanya sipon. Gurita memiliki habitat di


terumbu karang, gurita juga mampu hidup di perairan laut tropis hingga

wilayah kutub. Menurut Andika (2019), morfologi spesimen gurita memiliki

mantel berbentuk oval, otot tebal, bukan mantel sangat besar dan memiliki 4

tonjolan papilia pada dorsal mantel, kepala menonjol dan berukuran sadang,

terdapat struktur yang sedikit keras pada bagian dorsal kepala, mata berukuran

kecil dan menonjol. Biasanya gurita ditemukan paling dalam dikedalaman

7.000 meter di bawah laut.

Pengamatan selanjutnya adalah pada cumi-cumi (Loligo), sama seperti

gurita, cumi-cumi juga memiliki tentakel pada kakinya yang berfungsi sebagai

bergerak di dasar laut, menangkap mangsa dan membantu pernapasan. Cumi-

cumi memiliki habitat di perairan laut dangkal hingga dilaut dalam. 

Umumnya, cumi-cumi hidup di perairan dengan suhu antara 8 hingga 32

derajat celcius. Menurut Wulandari (2018), Cumi-cumi merupakan salah satu

jenis chepalopoda bertubuh lunak, dan sirip berbentuk belah ketupat. Cumi-

cumi merupakan salah satu jenis Filum Molusca, kelas Cephalopoda yang tidak

bertulang belakang. Molusca merupakan hewan bertubuh lunak, sebagian

anggotanya dilindungi dengan cangkang dari zat kapur dan sebagian lainnya

tanpa cangkang.

Pengamatan selanjutnya adalah pada kerang dara (Anadara granusa),

Kerang dara mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan

menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada

bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis.  Kerang dara dapat ditemukan di

perairan tropis dan subtropis. Hidup di perairan pantai yang berdasar lumpur
atau lumpur berpasir halus dan dipengaruhi air sungai. Menurut Nagir (2013)

Kerang darah memiliki cangkang yang tebal, lebih kasar, lebih bulat dan

bergerigi di bagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut.

Bentuk cangkang bulat kipas, agak lonjong, terdiri dari dua belahan yang sama

(simetris), mempunyai garis palial pada cangkang sebelah dalam yang lengkap

dan garis palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna putih

mengkilat. Warna dasar kerang putih kemerahan (merah darah) dan bagian

dagingnya merah.

Pengamatan selanjutnya adalah pada kerang hijau (Perna viridis),

kerang ini termasuk dalam kelas bivalvia, kerang hijau tidak memiliki kepala

(termasuk otak), organ yang terdapat dalam kerang dara adalah ginjal, jantung,

mulut dan anus. Kerang hijau hidup pada perairan estuari, teluk dan daerah

mangrove dengan substrat pasir lumpuran serta salinitas yang tidak terlalu

tinggi. Kerang hijau juga sering ditemukan pada bebatuan atau benda lain

untuk melekatkan dirinya pada benda tersebut. Menurut Hedrik (2018), kerang

hijau (Perna viridis) termasuk binatang lunak (Moluska) yang hidup di laut

terutama pada daerah litoral, memiliki sepasang cangkang (bivalvia), berwama

hijau egak kebiruan. Insangnya berlapis-lapis (Lamelii branchia) dan berkaki

kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus. Kerang hijau adalah

"suspension feeder", dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki

dan benang "byssus", hidup dengan baik pada perairan dengan kisaran

kedalaman 1 m sampai 7 m.
Pengamatan selanjutnya pada kerang pokea (Batissa violacea

celebensis), morfologi pada kerang pokea yaitu memiliki ligament atau

penghubung antara kulit kerang satu dan kulit kerang lainnya yang seperti pada

engsel. Puncak cangkang juga  disebut umbo dan merupakan

bagian cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo

menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk

jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di

bawah cangkang. Menurut bahtiar, dkk., (2018), Kerang pokea Batissa violacea

var. celebensis, von Martens 1897 merupakan salah satu jenis kerang-kerangan

yang termasuk dalam Famili Corbicullidae. Kerang ini menghuni perairan

muara sungai yang terdistribusi dan menempati seluruh relung sungai (tengah

dan tepi sungai). Kerang pokea dapat tumbuh disebabkan oleh fungsi dari

kualitas lingkungan perairan (kualitas air dan ketersediaan makanan).

Pengamatan selanjutnya adalah pada kelas gastropoda yaitu pada hewan

Rhinoclavis sinensis memiliki cangkang berbentuk bulat memanjang.

Cangkangnya berwarna gelap dengan corak tidak beraturan berwarna coklat

tua. Permukaan cangkangnya kasar Karena Terdapat Rusuk Yang Menonjol

Dan Tekstur Cangkangnya Padat, Kuat Serta Tebal. Panjang Cangkang Spesies

Ini Kurang Lebih Berukuran 25 Mm. Menurut, Zahida (2012), Rhinoclavis

Sinensis adalah siput laut yang umum ditemukan di daerah pesisir yang berpasir

dan berterumbu karang. keluarga dari jenis ini biasa ditemukan secara

melimpah di perairan indo-pasifik.


Pengamatan yang terakhir yaitu pada Nelia nerata, Nelia nerata

termasuk pada kelas gastropoda, morfologi Nelia nerata yaitu mempunyai

kepala, kaki pada bagian perut dan cangkang sebagai rumah atau tempat

tinggal. Anatomi pada jenis siput Nelia nerata adalah mempunya insang

sebagai organ pernapasan dan mempunyai dua jenis kelamin pada setiap

individunya. Habitat siput ini adalah litoral yang dimana jenis siput ini berada

di pinggir pantai, biasanya melengket pada benda-benda disekitarnya seperti

bebatuan atau kayu. Menurut, Mujiona (2016), marga Nerita merupakan

anggota Neritidae yang hidup pada perairan bagian hulu, mulai dari hulu

sungai, hutan bakau sampai dengan pesisir pantai. Nerita dapat bersifat

herbivora, karnivora dan omnivora.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah morfologi dari kelas

Cephalopoda, Gastropoda dan Bivalvia adalah memiliki masa viseral, kaki dan

mantel, massa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. berperan

sebagai tempat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi dan reproduksi.

Anatomi mollusca pada kelas Cephalopoda, Gastropoda dan Bivalvia adalah

memiliki 2 jenis kelamin, Kerang-kerangan bernafas dengan dua buah insang

dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang

banyak mengandung batang insang. Habitat mollusca yaitu terdapat pada zona

litoral atau terdapat pada pinggiran pantai dan sebagian mollusca juga berada

pada laut dalam.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk asisten sebaiknya bahan praktikum selanjutnya disiapkan

perkelas bukan perkelompok dan untuk poin pembahasannya sebaiknya

perwakilan kelas setiap bahan praktikum.

2. Untuk laboratorium sebaiknya memperlengkap fasilitas laboratorium,

sarana prasarana laboratorium dan menjaga kerapihan laboratorium.

3. Untuk praktikan agar mematuhi peraturan laboratorium agar tidak ada

kecelakaan didalam laboratorium ataupun dilapangan.


PRAKTIKUM VII
IDENTIFIKASI
JENIS-JENIS
PLANKTON
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang

layang di lautan terbuka. Plankton terdiri dari organisme-organisme yang

berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka

ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar.

Terdapat dua jenis golongan plankton, yaitu dari golongan binatang (zoo

plankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan (fitoplankton). Banyak di

antara golongan hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif

walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan.

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang

hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut dan badan air tawar. 

Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di

dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi

kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka.

Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Walaupun

termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk

melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal

garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk

memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan

ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai.


Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat

menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada

plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah

seperti batu karang, kerang dan ikan paus.  Berdasarkan latar belakang di

atas maka dilakukan praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Plankton.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui

identifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada lokasi pengamatan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui identifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada lokasi

pengamatan.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui identifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada lokasi

pengamatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Plankton

Plankton adalah mahluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya

mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan

renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawak hanyut oleh

arus. Secara fungsional, plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan

utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

Suatu ekosistem perairan zooplankton merupakan konsumer pertama yang

memakan fitoplankton, kemudian zooplankton dimakan oleh anak-anak ikan.

Dengan adanya keterkaitan plankton ini dalam ekosistem perairan, maka

menempatkan zooplankton dimakan ikan–ikan kecil dan seterusnya (Prima,

2012).

B. Jenis Plankton

Plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan makanan alami

larva organisme di Perairan laut. Sebagai produsen primer, fitoplankton

memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber

energi dalam aktivitas kehidupannya. Sementara itu zooplankton

berkedudukan sebagai konsumen primer dengan memanfaatkan sumber energi

yang dihasilkan oleh produser primer (Tiha, 2017).

C. Zooplankton
Fitoplankton sebagai produsen primer dimangsa oleh zooplankton,

pada gilirannya zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil pada tingkatan

tropik yang lebih tinggi. Peristiwa ini menunjukan bahwa hubungan

ketergantungan antara fitoplankton dan zooplankton adalah sangat erat. Dari

ketergantungan ini memberikan dampak pada kelimpahan keduanya di

perairan. Zooplankton melakukan gerakan vertikal secara berkala dalam

rentang waktu tertentu di Perairan Laut. Sebagai contoh, zooplankton bergerak

ke permukaan pada malam hari dan menuju ke kedalaman menjelang cahaya

matahari kembali tersedia di kolom perairan pada siang hari. Pada siang hari

zooplankton bergerak menyusup ke perairan yang lebih dalam, baru pada

malam hari mereka kembali ke permukaan perairan (Tambaru, 2014).

B. Fitoplankton

Fitoplankton dijadikan sebagai indikator kualitas perairan karena siklus

hidupnya pendek, respon yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan,

dan merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta

oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan cara fotosintesis.

Pengaruh cahaya matahari dalam proses fotosintesis juga menyebabkan

fitoplankton berdistribusi secara horizontal. setiap jenis fitoplankton

merupakan penyusun dari kelompok saprobik tertentu yang akan

mempengaruhi nilai saprobitas (Irzan, 2018).

C. Habitat Plankton
Habitat terbagi menjadi 2 yaitu habitat terestrial dan akuatik (perairan)

yang meliputi perairan tawar dan perairan laut. Lingkungan hidup perairan

tawar dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu perairan menggenang

(lentik) dan perairan mengalir (lotik). Contoh perairan lentik adalah danau,

sedangkan contoh perairan lotik adalah sungai dan kanal. Perairan tawar

berperan sebagai habitat bagi berbagai organisme, salah satu kelompok

organisme yang hidup di air tawar tersebut adalah plankton (Dewiyanti, 2015).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jenis-Jenis Plankton


Gambar
No. Jenis Klasifikasi
Lapangan Literatur
1. Rhizosolenia Divisi : Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Famili : Rhizosoleniaceae
Genus : Rhizosolenia
Spesies : Rhizosolenia

2. Tabalaria Divisi : Chrysophyta


Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Famili : Tabelariaceae
Genus : Tabalaria
Spesies : Tabalaria

B. Pembahasan

Plankton adalah mahluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya

mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan

renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh

arus. Secara fungsional, plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan

utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.


Suatu ekosistem perairan zooplankton merupakan konsumer pertama yang

memakan fitoplankton, kemudian zooplankton dimakan oleh anak-anak ikan.

Dengan adanya keterkaitan plankton ini dalam ekosistem perairan, maka

menempatkan zooplankton dimakan ikan–ikan kecil dan seterusnya.

Pengamatan pada praktikum ini dilakukan di pesisr pantai desa

Tanjung Tiram yang dilakukan dengan pengambilan sampel di mangrove. Jenis

plankton yang di temukan yaitu Tabalaria sp. dan Rhizosolenia sp. cara

pengambilan sampel ini dilakukan dengan memasukkan air kedalam botol

gelap kemudian botol di tutup di dalam air, tujuan nya yaitu agar plankton

tidak terkontaminasi dengan oksigen di luar habitatnya.

Tabalaria sp. memiliki ciri-ciri dengan bentuk sepeti kubus dan

memiliki rumbai-rumbai di sekitaran pinggirnya dan memiliki bentuk yang

agak lebih besar dibanding jenis plankton lainnya. Jenis plankton selanjutnya

yaitu Rhizosolenia sp. memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh yang mmanjang

dan terlihat seperti balok yang memanjang dengan dua mata diatasnya.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah teknik sampling plankton dapat

dilakukan dengan mengambil sampel pada tiga titik berbeda menggunakan botol

gelap dan pemimdahan plankton dari habitusnya kebotolharus dilakukan di dalam

air agar tidak terkontaminasi dengan udara diluar habitus nya. Jenis-jenis plankton

yang di temukan pada praktikum ini yaitu Tabalaria sp dan Rhizosolenia sp,

B. Saran

Saran yang di ajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk laboratorium agar menyediakan alat praktikum lapangan atau

membiayai praktikum lapangan agar tidak memberatkan praktikan.

2. Untuk asisten agar menyediakan waktunya untuk praktikannya.

3. Untuk praktikan agar selalu tepat waktu untuk konsul.


PRAKTIKUM
VIII
IDENTIFIKASI
JENIS-JENIS
BENTHOS
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bentos adalah adalah organisme yang hidup didasar laut atau sungai

baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Bentos memegang

beberapa peranan penting dalm peraira seperti dekomposisi dan

mineralisis meterial organik yang memesuki perairan dan menduduki

beberapa tingkat trofik dalam rantai makan. Bentos juga dapat dijadikan

sebagai indikator biologis dalam pencemaran air sungai. Sehingga baik

digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak

dengan limbah yang masuk kehabitatnya. Kelompok sewan tersebut dapat

lebih mencerminkan adanya perubahan faktor lingkungan dari waktu

kewaktu.

Makrobentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam

atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan

terhadap beberapa bahan pencemar, mudah ditangkap dan memiliki

kelangsungan hidup yang panjang. Peran makrobentos dalam

keseimbangan suatu ekosistem perairan dapat menjadi indikator kondisi

ekologi terkini pada kawasan tertentu. Mengungkapkan bahwa

makrobentos mempunyai peran penting dalam siklus unsur hara di dasar

perairan. Kelompok fauna ini berperan sebagai salah satu mata rantai

penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai

konsumen tingkat tinggi.


Organisme yang termasuk bentos tidak hidup sendiri. Mereka hidup

dalam satu ekosistem serta saling bergantungan satu  dengan yang lainnya.

Hal inilah yang membuat bentos juga memiliki peranan yang sangat

penting dalam suatu ekosistem agar tetap dijaga dan dikembangkan

keberadaannya, guna menjaga stabilitas ekosistem di suatu tempat,

khususnya ekosistem pantai. Berdasarkan latar belakang di atas maka

dilakukan praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Bentos.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah:

1. Bagaimana mengetahui teknik sampling benthos?

2. Bagaimana mengenal jenis-jenis benthos?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui teknik sampling benthos.

2. Untuk mengenal jenis-jenis benthos.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah:

1. Dapat mengetahui teknik sampling benthos.

2. Dapat mengenal jenis-jenis benthos.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Benthos

Benthos merupakan organisme yang hidup didasar perairan. Hewan

benthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan

lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok

makrozoobentos. Hewan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas air

tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan

distribusinya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya

perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu kewaktu, karena hewan bentos

terus menerus. Organisme bentos dapat digunakan sebagai indikator biologis

dalam mempelajari ekosistem sungai (Iswanti, dkk, 2012).

B. Peranan Benthos

Peranan bentos diperairan sangatpenting dan dalam penelitian bentos

berperan dalammenentukan indikator kualitas perairan karena sifatbentos yang

diam atau menetap dan tidak banyakdipengaruhi oleh faktor lingkungan baik

arus ataupungelombang. Kehidupan bentos dipengaruhi olehberbagai macam

faktor. Faktor–faktor yangmempengaruhi kehidupan bentos tersebut yaitu

tipesedimen, salinitas dan kedalaman. Bentos yang relatif mudah


diidentifikasidan peka terhadap perubahan lingkungan perairanadalah jenis-

jenis yang termasuk dalam kelompokinvertebrate (Dwirastina, 2013).

C. Makrobenthos

Makrobentos (benthic macroinvertebrate) adalah salah satu indikator

kualitas lingkungan akuatik yang dapat diandalkan. Fauna ini hidup di dalam

sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk

melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos terhadap lingkungannya

merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka panjang.

Pemantauan kualitas lingkungan sungai dengan biota dapat dilakukan terhadap

berbagai jenis habitat, seperti riak (riffle), kedung (pool), kedung berbatu,

hamparan makrofita dan kayu yang tenggelam (Winarno, dkk, 2010).

D. Struktur Komunitas Makrobentos

Struktur komunitas makrobentos antara lain sebagai indikator kondisi

ekosistem terkini dan sebagai indikator kualitas perairan danau

Sentani.Ekosistem dengan tingkat keragaman jenis yang tinggi akan lebih

stabil dan kurang terpengaruh oleh tekanan dari luar dibandingkan dengan

ekosistem dengan keragaman yang rendah. Keragaman jenis merupakan

parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan yang

mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan suatu komunitas. Faktor utama

yang mempengaruhi jumlah makrobentos, keragaman jenis dan dominasi,

antara lain adanya kerusakan habitat alami, pencemaran kimiawi, dan


perubahan iklim. Salah satu makrobentos yang dapat digunakan adalah

moluska (Purwanto, dkk, 2013).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan

Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pantai Berpasir


No Nama Jenis Gambar Gambar Klasifikasi
. Pengamatan Literatur
1. Kerang dara
(Anadara Kingdom : Animalia
granosa) Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Species : Anadara granosa
(Dewi dkk., 2018)

2. Kerang bulu
(Anadara Kingdom : Animalia
antiquata) Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Species : Anadara
antiquata

(Silaban dkk.,
2021)
3.
Bintang laut Kingdom: Animalia
(Protoreaster Filum : Echinodermata
nodosus) Class : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Famili : Oreasteridae
Genus : Protoreaster
Species:
Protoreasternodo
(Umboh dkk.,
sus
2016)
Tabel 3.Lanjutan
4 Kepiting
. (Metopogra Kingdom : Animalia
pus Filum : Arthropoda
thukuhar) Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Grapsidae
Genus : Metopograpsus
Species : Metopograpus
(Rustikasari, 2021) thukuhar

B. Pembahasan

Bentos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan dan

tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Hewan yang hidup di dasar

perairan adalah makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satu

kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya

sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat

keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai

indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk

bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan limpet air tawar, kijing, kerang,

cacing pipih siput memiliki operkulum dan siput tidak beroperkulum yang

hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan kedalam perairan yang

berkualitas sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan kerang dara (Anadara granusa), Kerang

dara mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup

dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian

dorsal tebal dan bagian ventral tipis.  Kerang dara dapat ditemukan di perairan

tropis dan subtropis. Hidup di perairan pantai yang berdasar lumpur atau
lumpur berpasir halus dan dipengaruhi air sungai. Menurut Nagir (2013)

Kerang darah memiliki cangkang yang tebal, lebih kasar, lebih bulat dan

bergerigi di bagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut.

Bentuk cangkang bulat kipas, agak lonjong, terdiri dari dua belahan yang sama

(simetris), mempunyai garis palial pada cangkang sebelah dalam yang lengkap

dan garis palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna putih

mengkilat. Warna dasar kerang putih kemerahan (merah darah) dan bagian

dagingnya merah.

Tubuh bintang laut umumnya berbentuk simetris radial (cakram)

dengan 5 lengan, pada beberapa jenis tertentu, jumlah lengan dapat mencapai

40 buah. Mulut bintang laut terletak di tengah cakram pada sisi bawah tubuh,

dibawah lengan bintang laut terdapat alur yang dalam mulai dari mulut hingga

ujung lengan yang disebut celah ambulakral. Menurut (Rani, 2015),

Echinodermata merupakan hewan avertebrata yang memiliki duri pada

permukaan kulitnya. Filum Echinodermata terdiri atas 5 kelas yaitu Asteroidea

(bintang laut), Ophiurodea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi),

holothuroidea (timun laut) dan Crinoidea (lili laut). Masing-masing dari kelas

tersebut memiliki peranan tersendiri terhadap ekologi laut. Asteroidea (bintang

laut) dan Ophiuroidea (bintang mengular) memiliki peranan sebagai pelindung

karang dari pertumbuhan alga yang berlebihan. Holothuroidea dan Echinoidea

memiliki peranan sebagai pendaur ulang nutrien.


Tabel 4. Hasil Pengamatan Pantai Berbatu
No Nama Jenis Gambar Gambar Klasifikasi
. Pengamatan Literatur

Kingdom : Animalia
1. Siput laut Filum : Mollusca
(Nerrita Class : Gastropoda
articulata) Ordo : Cycloneritida
Family : Neritidae
Genus : Nerita
Spesies : Nerita articulata

(Zen dan Reni,


2018)

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
2. Kerang bulu
Class : Bivalvia
(Anadara
Ordo : Arcoida
ntiquate)
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Species : Anadara antiquata

(Silaban dkk.,
2021)
Tabel 4. Lanjutan
No. Nama Jenis Gambar Gambar Klasifikasi
Pengamatan Literatur

3. Bintang laut Kingdom : Animalia


(Protoreaster Filum : Echinodermata
nodosus) Class : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Famili : Oreasteridae
Genus : Protoreaster
Species : Protoreasternodosus

(Umboh dkk.,
2016)

4. Kepiting
Kingdom : Animalia
(Metopograp
Filum : Arthropoda
us thukuhar)
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Grapsidae
Genus : Metopograpsus
Species : Metopograpus
thukuhar

(Rustikasari,
2021)

5. Siput laut Kingdom : Animalia


(Rhinoclavis Filum : Mollusca
sinnensis) Class : Gastropoda
Ordo : Cycloneritida
Family : Rhinoclavdae
Genus : Rhinoclavis
Spesies : Rhinoclavis sinensis

(Miszora, 2018)

Berdasarkan pengmatan pada Pantai Berbatu Rhinoclavis sinensis

memiliki cangkang berbentuk bulat memanjang. Cangkangnya berwarna gelap


dengan corak tidak beraturan berwarna coklat tua. Permukaan cangkangnya

kasar Karena Terdapat Rusuk Yang Menonjol Dan Tekstur Cangkangnya

Padat, Kuat Serta Tebal. Panjang Cangkang Spesies Ini Kurang Lebih

Berukuran 25 Mm. Menurut, Zahida (2012), Rhinoclavis Sinensis adalah siput

laut yang umum ditemukan di daerah pesisir yang berpasir dan berterumbu

karang. keluarga dari jenis ini biasa ditemukan secara melimpah di perairan

indo-pasifik.

Tubuh bintang laut umumnya berbentuk simetris radial (cakram)

dengan 5 lengan, pada beberapa jenis tertentu, jumlah lengan dapat mencapai

40 buah. Mulut bintang laut terletak di tengah cakram pada sisi bawah tubuh,

dibawah lengan bintang laut terdapat alur yang dalam mulai dari mulut hingga

ujung lengan yang disebut celah ambulakral. Menurut (Rani, 2015),

Echinodermata merupakan hewan avertebrata yang memiliki duri pada

permukaan kulitnya. Filum Echinodermata terdiri atas 5 kelas yaitu Asteroidea

(bintang laut), Ophiurodea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi),

holothuroidea (timun laut) dan Crinoidea (lili laut).


Tabel 5. Hasil pengamatan pantai berlumpur
No Nama jenis Gambar Gambar klasifikasi
pengamatan literatur

Kingdom : Animalia
1. Siput Filum : Mollusca
mangrove Kelas : Gastropoda
(Cerithidea Ordo :Mesogastropoda
cingulata) Famili : Potamididae
Genus : Cerithidea
Spesies : Cerithidea cingulata

(Aditya, 2011)

Kingdom : Animalia
2. Kepiting Filum : anthropoda
geleteng Kelas : malacostraca
pasir Ordo : decapoda
(Ochipode Famili : ochypodidae
kuhlii) Genus : ochypode
Spesies : ochypode kuhlii

(De, 2010)

3. Ikan buntal Kingdom : Animalia


kuning Filum : Chordata
(chonerhinos Kelas : Actinopterygii
naritus) Ordo : tetraodontiformes
Famili : tentradontidae
Genus : chonerhinos
Spesies : chonerhinos naritus

(Abidin, 2015) (arreola., dkk, 2012)


Tabel 3. Lanjutan
No Nama jenis Gambar Gambar literatur Klasifikasi
pengamatan

Kingdom : Animalia
4. Siput laut Filum : mollusca
(Rhinoclavi Kelas : gastropoda
s sinensis) Ordo : mesogastropoda
Famili : cheritedae
Genus : rhinoclavis
Spesies : Rhinoclavis sinensis

(Novita, 2019)
(Novita, 2019)

Kingdom : Animalia
5. Siput laut Filum : Mollusca
(Monodonta Class : Gastropoda
labio) Ordo : Trochida
Family  : Trochidae
Genus  : Monodonta
Species : Monodonta labio

(Fajeriadin dkk., 2018).

Berdasrkan pengmatan pada pantai berlumpur Rhinoclavis sinensis

memiliki cangkang berbentuk bulat memanjang. Cangkangnya berwarna gelap

dengan corak tidak beraturan berwarna coklat tua. Permukaan cangkangnya

kasar karena terdapat rusuk yang menonjol dan tekstur cangkangnya padat,

kuat serta tebal. panjang cangkang spesies ini kurang lebih berukuran 25 mm.

Menurut, Zahida (2012), Rhinoclavis Sinensis adalah siput laut yang umum
ditemukan di daerah pesisir yang berpasir dan berterumbu karang. keluarga

dari jenis ini biasa ditemukan secara melimpah di perairan indo-pasifik.

Siput laut (Monodonta labio) cangkangnya berjumlah satu dengan bentuk

oval, strukturnya kuat dan permukaan kasar. Ukuran cangkang yaitu panjang

3 cm, tinggi 2,1 cm dan lebar 2,5 cm. arah putaran cangkang kekiri sebanyak

4 putaran. Mulut cangkang bergelombang sebanya 11 buah. Memiliki

operculum berwarna coklat keemasan. Proboscis dengan siphon sepanjang

0,7 cm. ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, tidak memiliki kanal

siphon. Kaki berukuran panjang 2,3 cm, tidak mempunyai usus. Habitatnya di

pesisir pantai, menempel pada batu sepanjang garis pantai yang mengalami

pasang surut.
V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang terdapat pada praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Bentos

adalah sebagai berikut :

1. Teknik sampling pengambilan sampel bentos dengan cara menangkap

organisme yang ada di pantai berbatu dan berpasir ataupun berlumpur.

2. Jenis-jenis bentos yang ditemukan adalah dari kelas gastropoda meliputi

Nerrita articulata dan Anadara antiquata.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut :.

1. Untuk asisten agar selalu baik dan mengerti praktikan

2. Untuk praktikan agar menjaga sopan santun kepada asisten dan

menghargai asisten.

3. Untuk laboratorium agar menjaga kebersihan ruangannya.


PRAKTIKUM IX
IDENTIFIKASI
JENIS-JENIS
LAMUN
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup potensial

dimanfaatkan baik secara biologis, fisika maupun kimianya. Secara biologis,

lamun merupakan produktifitas permanen diperairan dangkal yang

menghasilkan sumber makanan bagi organisme lain seperti hewan yang

beraktivitas didaerah pesisir. Secara fisika lamun berfungsi sebagai pemecah

ombak, penahan terjadinya sedimentasi dan sebagai tempat hidup beberapa

hewan lau., sedangkan secara kimia lamun mempunyai fungsi sebagai

penghasil oksigen di daerah pesisir, karena lamun merupakan salah satu

kelompok tumbuh-tumbuhan yang berada di laut.

Lamun atau sea grass termasuk dalam kelompok tumbuh-tumbuhan

berbunga yang berada di lingkungan laut dan daerah pesisir pantai yang

dangkal. Lamun berkembang biak dengan cara mengeluarkan tunas yang baru

selayaknya rumput yang berada didaratan. Lamun memiliki daun yang tegak,

bertangkai-tangkai dan beberapa spesies hidup dengan cara merambat

sehingga posisi lamun dapat kokoh saat berada didaerah pesisir. Akar dari

tumbuhan lamun yang hidup di laut memiliki sistem internal untuk

mengangkut gas dan zat-zat hara. Lamun juga mirip dengan tanaman atau

tumbuhan yang berada didaratan, dimana lamun juga dapat menghasilkan

bunga, buah dan biji.

Lamun yang berada didaerah laut maupun didaerah pesisir pantai terdiri

atas berbagai spesies yang berbeda baik dari sifat maupun ciri morfologi dan
anatominya. Ciri morfologi merupakan ciri dari suatu bahan pengmatan yang

dapat diidentifikasi secara langsung karena ciri morfologi merupakan ciri fisik

suatu bahan objek pengamatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu

dilakukan praktikum tentang Identifikasi Jenis-Jenis Lamun.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui

dan mengidentifikasi ciri morfologi dan anatomi dari jenis-jenis lamun?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui dan mengidentifikasi ciri morfologi dan anatomi dari jenis-jenis

lamun.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui dan mengidentifikasi ciri morfologi dan anatomi dari jenis-jenis

lamun.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun

Lamun merupakan tumbuhan angiospermae yang memiliki

bunga, daun, dan rhizoma. Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan yang

produktif di laut dangkal dan bersih, tumbuhan tersebut juga dapat tumbuh

pada substrat yang berpasir, berlumpur ataupun yang berbatu. Penelitian

lamun lebih banyak dari segi ekologi yang meliputi kerapatan, pemetaan

dan biota laut yang berasosiasi dengan lamun. Identifikasi spesies lamun

dilakukan berdasarkan ciri-ciri morfologi. Pantai di Nusa Lembongan

merupakan pantai yang ditumbuhi lamun. Nusa Lembongan terdapat 6

spesies lamun yang ditemukan di daerah Jungut batu (Wakano, 2014).

B. Morfologi Lamun

Secara morfologi daun pada lamun memiliki bentuk yang hampir

sama secara umum, dimana jenis lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk

anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Struktur rhizoma dan

batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi tergantung dari susunan di

dalam stele masing-masing lamunnya. Rhizoma seringkali terbenam di dalam

substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang utama pada

reproduksi secara vegetatif (merupakan hal yang penting untuk penyebaran dan

pembibitan lamun). Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak

pada rhizoma dan percabangannya. Daun lamun mudah dikenali dari bentuk daun,

ujung daun dan ada tidaknya ligula (lidah daun). Daun lamun memiliki dua bagian
yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Sedangkan secara anatomi, daun lamun

memiliki ciri khas dengan tidak memiliki stomata dan memiliki kutikel yang tipis

(Tuwo, 2011).

C. Ciri-Ciri Lamun

Lamun memiliki ciri yaitu merupakan tumbuhan berbunga

yang sepenuhnya menyesuaikan diri dengan hidup terbenam dalam laut.

Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma adalah batang

yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Buku-

buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan

berbunga, serta tumbuh akar. Rhizoma dan akar inilah yang menahan

hempasan ombak dan arus. Fungsi dan peranan lamun, bergantung pada

jumlah helaian daun, panjang daun, lebar daun, serta biomassa total,

kesemua itu sangat ditentukan kondisi setempat (Rawung, dkk., 2018).

C. Karakteristik Lamun

Lamun (seagrass) adalah satu-satunya tumbuh-tumbuhan

berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Seperti halnya rumput di darat,

mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang

merayapefektif untuk berkembang-biak dan mempunyai akar dan sistem

internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Lamun juga merupakan

tumbuhan yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal.

Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram


dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak

dan gelombang (Juraj, dkk. 2010).

D. Peranan Lamun di Lingkungan

Peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal yaitu sebagai

produsen primer lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti

ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Lamun memberikan tempat

perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan

(algae). Peranan selanjutnya adalah sebagai pendaur zat hara, lamun memegang

peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang

langka di lingkungan laut berupa zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifitik

(Kamarudding, dkk., 2016).

E. Siklus Hidup Lamun

Lamun merupakan tumbuhan air sang cupup sensitive dengan

pengaruh lingkungan. Lingkungan yang telah terkontaminasi dengan

kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai tolak ukur akan kelestarian

pesisir tersebut. Lamun yang merupakan kelompok tumbuh-tumbuhan

berkembang biak dengan cara menyerap zat-zat hara yang terdapat pada

daerah pesisir pantai tepatnya pada garis pantai yang berair dangkal.

Apabila limbah darat telah berkontaminasi dengan daerah pesisir, maka

lamun yang berhabitat disana sebelumnya lambat laun akan berpindah

tempat atau mengalami kematian akibat tidak tersedianya substrat yang

sesuai dengan keinginannnya (Azkab, 2011).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 5 Desember 2021 pukul

07.30–Selesai WITA dan bertempat di Desa Tanjung Tiram, Kecematan

Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Kendari.

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu lamun berguna

sebagai objek pengamatan.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. NamaAlat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk mengidentifikasi organisme laut
Untuk mendokumentasikan hasil
2. Kamera
pengamatan
Untuk mengetahui sifat dan ciri objek
3. Buku Identifikasi
pengamatan

D. ProsedurKerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi pengamatan.


2. Mencari dan mengamati lamun meliputi ciri-ciri dan morfologi.

3. Mengidentifikas jenis-jenis lamun dan menentukan klasifikasinya.

4. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Lamun
No Gambar
Nama Jenis Kalsifikasi
. Pengamatan Literatur
1 2 3 4 5
1. Enhalus Regnum : Plantae
acoroides Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Alismatales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
(Graha, 2015)
(Irawan, 2015)
2. Cymodocea Regnum : Plantae
rotundata Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Alismatales
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea
rotundat
(Adim dkk., 2016) a

(Rawung dkk., 2018)


3. Thalassodendron Regnum : Plantae
ciliatum Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Thalassodendron
Spesies
(Musthag, 2020) Thalassodendron
ciliatum

(Nana, 2019)
4. Halodule Regnum : Plantae
uninervis Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Cymodoceaceae
(Rawung dkk., Genus : Halodule
2018) Spesies : Haloduleuninervis
(Rawung dkk., 2018)

Tabel 2. Lanjutan
1 2 3 4 5
5. Halodule pinifolia Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Helobiae
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
(Lwin dkk., 2019) (Hadad dan Abubakar, 2016)
6. Thalassia Regnum : Plantae
hemprichii Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Spesies

(Rawung dkk., hemprichii


2018)
(Alprianti, 2018)

B. Pembahasan

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati. Lamun hidup

terendam di dalam laut dan beradaptasi secara penuh di perairan yang

salinitasnya cukup tinggi. Ekosistem lamun juga dikenal denganistilah padang

lamun (Seagrass), yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area

pesisir atau laut dangkal, yang terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan
kerapatan padat atau jarang.Peranan penting dalam kehidupan biota laut dan

merupakan salah satu ekosistem bahari yang paling produktif, sehingga mampu

mendukung potensi sumberdaya yang tinggi pula. Fungsi ekologis ekosistem

lamun adalah sebagai produsen primer, pendaur unsur hara, penstabil substrat,

penangkap sedimen, habitat dan makanan serta tempat berlindung organisme

laut lainnya. Selain itu, ekosistem lamun juga berhubungan erat dengan

terumbu karang dan mangrove, sehingga penting artinya bagi pengelolaan

perairan pantai secara terpadu. Padang lamun merupakan ekosistem yang

sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di perairan.

Hasil pengamatan identifikasi jenis-jenis lamun terdapat Enam jenis lamun

yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Halodule univervis, Cymodocea

rotundata, Thalassodendron ciliatum, Halodule pinifolia dan Thalassia emprichis.

Enhalus acoroides, jenis lamun ini disebut juga dengan lamun tropika. Jenis

lamun ini memiliki akar yang kuat dan diselimuti oleh benang-benang hitam

yang kaku. Daun berwarna hijau pekat, daunnya panjang dan kebar seperti

sabuk. Daun mempunyai tulang daun, dan terdapat dalam pasangan pelepah

bonggol. Rhizoma terdapat semacam rambut yang merupakan akar dan akar

lainnya yang menjulur ke bawah berwarna putih dan kaku. Tumbuhan ini

terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasang surut purnama pada dasar

pasir lumpuran.

Pengamatan selanjutnya adalah pada Halodule uninervis memiliki

rhizoma berukuran kecil dan berwarna putih. Halodule uninervis memiliki

karakteristik tulang daun yang tidak lebih dari tiga, ciri khas spesies ini adalah
ujung daun yang berbentuk seperti trisula. Rata-rata panjang daun 37,83 mm

dan rata-rata lebar daun 2,22 mm. Halodule uninervis pada daerah ini tumbuh

pada substrat pasir berlumpur.

Thallasia hemprichii memiliki ciri khusus rhizoma yang beruas-ruas.

Ujung daun berbentuk setengah lingkaran dengan tepi daun mulus tidak

bergerigi. Panjang daun pada subsrat pasir berlumpur memiliki rata-rata 79,80

mm dan rata-rata panjang daun pada substrat pasir pecahan karang yaitu 77,57

mm. Thalassia hemprichii di daerah ini tumbuh pada substrat pasir berlumpur

dan subsrat pasir pecahan karang.

Cymodocea rotundata adalah salah satu jenis tumbuhan laut dari

keluarga Cymodoceaceae. Tumbuhan ini sering terjadi di air jernih, dan di

zona intertidal tinggi. Spesies ini tahan terhadap kondisi marjinal.

Cymodocea rotundata berbentuk ramping, mirip. Daun seperti garis lurus

dan lengkap, lurus sampai agak bulat, tidak menyempit sampai ujung daun

yang bulat dan seludang daun keras. Bentuk Rimpang lebih ramping dengan

tunas pendek yang tegak, dan setiap ruas ada 2-7 daun. Buah nya berbulu

tanpa tangkai, berada dalam seludang daun. Setengah lingkaran dan agak

keras, serta pada bagian bawah berlekuk dengan 3-4 geligi runcing.

Thalassodendron ciliatum atau lamun kayu memiliki rhizoma yang

sangat keras dan berkayu, terdapat ligule, akar berjumlah 1-5, ujung daun

membentuk seperti gigi, dan helaian daunnya lebar serta pipih. Daun-daunnya

berbentuk sabit, dimana agak menyempit pada bagian pangkalnya, ujung daun

membulat seperti gigi, tulang daun lebih dari tiga. Menurut Anggraini, (2013),
menyatakan bahwa lamun jenis  Thalassodendron ciliatum  dijumpai pada

dasar perairan yang cekung dan berdekatan dengan daerah tubir terumbu

karang. Menurut Azkab (2014), menyatakan bahwa rimpang mempunyai ruas-

ruas dengan panjang 1,5 sampai 3,0 cm. Tegakan batang mencapai 10 sampai

65 cm. Daun-daunnya berbentuk seperti pita. Akar dan rimpangnya sangat kuat

sehingga sangat cocok untuk hidup pada berbagai tipe sedimen termasuk di

sekitar bongkahan batuan karang

Halodule pinifolia tanaman lurus mirip dengan Halodule uninervis.

Daun panjang, bergaris seluruhnya dan beberapa lebih bulat pada bagian ujung

dan sempit pada bagian dasar dan mempunyai sejumlah sel tanin kecil. Urat

tengah daun jelas, tetapi urat antara bagian tepi tidak jelas. Seludang daun

panjang membungkus sekitar tegak lurus batang. Ujung daun agak membulat

dengan sejumlah gigi halus. Rimpang merambat dengan batang pendek pada

setiap ruas, ada 2-3(4) daun.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang terdapat pada praktikum ini adalah identifikasi

jenis-jenis lamun terdapat Enam jenis lamun yang ditemukan yaitu

Enhalus acoroides, Halodule univervis, Cymodocea rotundata,

Thalassodendron ciliatum, Halodule pinifolia dan Thalassia emprichis.

Enhalus acoroides, jenis lamun ini disebut juga dengan lamun tropika.

Jenis lamun ini memiliki akar yang kuat dan diselimuti oleh benang-

benang hitam yang kaku. Daun berwarna hijau pekat, daunnya panjang

dan kebar seperti sabuk. Daun mempunyai tulang daun, dan terdapat

dalam pasangan pelepah bonggol. Rhizoma terdapat semacam rambut

yang merupakan akar dan akar lainnya yang menjulur ke bawah berwarna

putih dan kaku.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:
1. Untuk asisten agar selalu baik dan mengerti kepada praktikanya.

2. Untuk praktikan agar selalu menghormati dan mengerti asistennya.

3. Untuk laboratorium agar menjaga kebersihan laboratorium.

PRAKTIKUM X
KARAKTERISTI
K ORGANISME
PANTAI
BERPASIR DAN
BERBATU
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zona intertidal merupakan daerah yang paling mudah dan paling

banyak  berinteraksi dengan aktivitas manusia, daerah ini merupakan wilayah

peralihan antara ekosistem perairan dengan ekosistem daratan. Wilayah ini

akan terendam air laut pada waktu air pasang dan akan menjadi daerah

terbuka pada saat air laut surut. Kondisi ini menjadikan pantai Tanjung Tiram

sebagai tempat yang paling mudah untuk dieksploitasi. Selain itu, daerah

intertidal juga merupakan wilayah laut yang paling besar memperoleh

tekanan baik secara fisik maupun kimia pada daerah pantai.

Pantai adalah kawasan yang selalu berubah-ubah, perubahan ini oleh

proses pengendapan dari padatan-padatan yang berada dalam badan air,

proses pengikisan (abrasi) dan transportasi sedimen dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Pantai merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut,

ke arah darat wilayah pantai meliputi daratan, baik kering maupun terendam

air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin

laut serta perembasan air asin. Sedangkan kearah laut wilayah pantai

mencakup bagian pantai yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang

terjadi di daratan. Terdapat tipe-tipe golongan pada pantai, contohnya pada

ekosistem pantai  berbatu dan berpasir.

Ekosistem pantai berbatu dan berpasir yang berada di Desa Pantai

Tanjung Tiram memiliki ciri khas dengan komunitas flora dan fauna karang,

pada saat air laut surut sebagian kawasan pantai ini merupakan merupakan
wilayah terbuka (tidak terendam air), berbagai komunitas biota yang dapat

ditemukan di Pantai Tanjung Tiram saat ini antara lain adalah Komunitas

Algae (rumput laut), Bivalvia, Terumbu karang, Ikan hias karang dan

berbagai organisme invertebrate lainnya. Living cover rumput laut, terumbu

karang dan berubahnya struktur komunitas berbagai organisme invertebrate

lainya. Berdasarkan latar  belakang diatas, maka peru dilakukan dilakukan

praktikum yang berjudul Pantai Berbatu dan Berpasir.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengetahui karakteristik organisme pantai berbatu?

2. Bagaimana mengetahui karakteristik organisme pantai berpasir?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang dapat di peroleh pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk karakteristik organisme Pantai berbatu?

2. Untuk karakteristik organisme pantai berpasir?

D. Manfaat Praktikum

Manfaat pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui karakteristik organisme pantai berbatu

2. Dapat mengetahui karakteristik organisme pantai berpasir


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Zona Intertidal

Zona intertidal adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi

dan surut terendah,daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi

daratan,. Zona ini merupakan daerah laut yang dipengaruhi oleh daratan, zona

ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimyang mendukung semua organisme

di dalamnya untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Zona ini

luasnya sangat terbatas, tetapi banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang

terbesar dibandingkan dengan daerah lautan lainnya (Katili, 2011).

B. Jenis Zona Interdal

Zona intertidal terbagi menjadi tiga zona yaitu; 1) zona intertidal atas

(upper intertidal zone), 2) zona intertidal tengah (middle intertidal zone), dan

3) zona intertidal bawah (lower intertidal zone). Ketiga zona intertidal ini

memiliki karakteristik lingkungan yang berbedabeda. Penyebaran tumbuhan

lamun pada ketiga zona inter lamun pada ketiga zona intertidal ini pun

berbeda-b tidal ini pun berbeda-beda, dengan memperhatikan eda, dengan

memperhatikan  peran padang lamun bagi gastropoda, maka diduga

penyebarannya pun selalu mengikuti penyebaran padang lamun pada perairan

pantai (zona intertidal). Salah satu daerah yang memiliki padang lamun di

pulau Ambon adalah desa Waai (Salmanu, 2014).


C. Karakteristik Pantai Berpasir

Karakteristik wilayah pantai berpasir biasanya terjadi secara terus

menerus sehingga kondisi lahan pantai berpasir yang marjinal menjadi semakin

kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah yang berada di

sekitarnya. Pengelolaan Pesisir Terpadu, menyatakan bahwa hendaknya

pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar sehingga

dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi angin dan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman

semusim dan tanaman keras serta buah-buahan yang sesuai dan bernilai

ekonomi (Harjadi, 2008).

D. Karakteristik Pantai Berbatu

Karakteristik pantai berbatu merupakan material dasar yang dominan

didaerah pesisir adalah berbatu. Tipe pesisir ini telah dibudidayakan oleh

masyarakat maka kemungkinan mengalami proses destruksional khususnya

oleh proses erosi di wilayah daratan. Beberapa vegetasi dominan yang tumbuh

di tipe pesisir ini jenis tumbuhan pantai yang kurang ekonomis.

Pembudidayaan pesisir ini untuk kepentingan pertanian khususnya lahan

kering. Tipe pesisir ini merupakan daerah yang masih relative asli dan sesuai

untuk kawasan lindung, karena pesisirnya berbatu dengan ekosistem hutan dan

relatif belum tersentuh oleh intervensi manusia (pembudidayaan) (Suprajaka,

2005).
E. Biota Laut Pantai Berpasir

Biota laut yang sering ditemukan di pantai Pulau Pari adalah bintang

laut. Hewan ini mempunyai kulit yang ditutupi oleh duri-duri halus sehingga

tergolong ke dalam filum Echinodermata (echinos, duri, derma kulit).

Seringkali bintang laut ditemukan mempunyai lima lengan, kadang juga

terlihat hanya empat bahkan enam lengan. Jika salah satu lengan terputus maka

lengan baru akan terbentuk dengan segera karena adanya daya regenerasi

hewan ini. Secara umum, hewan ini mempunyai badan relatif tipis. Jika pada

bagian dorsal ditemukan madreporit dan anus maka pada ventral ditemukan

mulut serta kaki tabung (kaki ambulakral) pada setiap lengannya. Madreporit

adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam (Fitriana, 2010).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 5 Desember 2021

pukul 06.00 – Selesai WITA dan bertempat di Desa Tanjung Tiram,

Kecematan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara,

Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah organisme pantai

berbatu dan berpasir yang terdapat di pantai Tanjung Tiram, Konawe Selatan.

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1. Kantung Plastik Untuk menyimpan sampel pengamatan
2. Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
3. Kamera Untuk mendokumentasikan data pengamatan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum karakteristik organisme pantai berbatu

dan berpasir adalah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi awal.

2. Menentukan lokasi pengamatan organisme pantai berbatu dan berpasir.

3. Mengambil sampel identifikasi.

4. Mengambil gambar sampel untuk di deskripsikan dalam laporan.


B. Pembahasan

Bentos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan dan

tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Hewan yang hidup di dasar

perairan adalah makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satu

kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya

sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat

keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai

indikator pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk

bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan limpet air tawar, kijing, kerang,

cacing pipih siput memiliki operkulum dan siput tidak beroperkulum yang

hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan kedalam perairan yang

berkualitas sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan kerang dara (Anadara granusa), Kerang

dara mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup

dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian

dorsal tebal dan bagian ventral tipis.  Kerang dara dapat ditemukan di perairan

tropis dan subtropis. Hidup di perairan pantai yang berdasar lumpur atau

lumpur berpasir halus dan dipengaruhi air sungai. Menurut Nagir (2013)

Kerang darah memiliki cangkang yang tebal, lebih kasar, lebih bulat dan

bergerigi di bagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut.

Bentuk cangkang bulat kipas, agak lonjong, terdiri dari dua belahan yang sama

(simetris), mempunyai garis palial pada cangkang sebelah dalam yang lengkap
dan garis palial bagian luar beralur. Bagian dalam halus dengan warna putih

mengkilat. Warna dasar kerang putih kemerahan (merah darah) dan bagian

dagingnya merah.

Tubuh bintang laut umumnya berbentuk simetris radial (cakram)

dengan 5 lengan, pada beberapa jenis tertentu, jumlah lengan dapat mencapai

40 buah. Mulut bintang laut terletak di tengah cakram pada sisi bawah tubuh,

dibawah lengan bintang laut terdapat alur yang dalam mulai dari mulut hingga

ujung lengan yang disebut celah ambulakral. Menurut (Rani, 2015),

Echinodermata merupakan hewan avertebrata yang memiliki duri pada

permukaan kulitnya. Filum Echinodermata terdiri atas 5 kelas yaitu Asteroidea

(bintang laut), Ophiurodea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi),

holothuroidea (timun laut) dan Crinoidea (lili laut). Masing-masing dari kelas

tersebut memiliki peranan tersendiri terhadap ekologi laut. Asteroidea (bintang

laut) dan Ophiuroidea (bintang mengular) memiliki peranan sebagai pelindung

karang dari pertumbuhan alga yang berlebihan. Holothuroidea dan Echinoidea

memiliki peranan sebagai pendaur ulang nutrien.

Rhinoclavis sinensis memiliki cangkang berbentuk bulat memanjang.

Cangkangnya berwarna gelap dengan corak tidak beraturan berwarna coklat

tua. Permukaan cangkangnya kasar Karena Terdapat Rusuk Yang Menonjol

Dan Tekstur Cangkangnya Padat, Kuat Serta Tebal. Panjang Cangkang Spesies

Ini Kurang Lebih Berukuran 25 Mm. Menurut, Zahida (2012), Rhinoclavis

Sinensis adalah siput laut yang umum ditemukan di daerah pesisir yang berpasir
dan berterumbu karang. keluarga dari jenis ini biasa ditemukan secara

melimpah di perairan indo-pasifik.

Siput mangrove (Cerithidea cingulata) merupakan salah satu anggota

dari family Potamididae yang berperan dalam deposit feeder pada ekosistem

mangrove. Siput mangrove (Cerithidea cingulata) memiliki cangkang yang

bertipe turreted, cangkang berwarna cokelat dengan garis cokelat dan titik

putih serta tidak memiliki tonjolan garis-garis spiral. Cangkang tinggi dan

tidak cembung sehingga cangkang terlihat meruncing. Siput mangrove

memiliki operculum bertipe multispiral dan berbahan dasar kitin yang

berfungsi sebagai alat pertahanan diri.

Siput laut (Monodonta labio) cangkangnya berjumlah satu dengan bentuk

oval, strukturnya kuat dan permukaan kasar. Ukuran cangkang yaitu panjang

3 cm, tinggi 2,1 cm dan lebar 2,5 cm. arah putaran cangkang kekiri sebanyak

4 putaran. Mulut cangkang bergelombang sebanya 11 buah. Memiliki

operculum berwarna coklat keemasan. Proboscis dengan siphon sepanjang

0,7 cm. ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, tidak memiliki kanal

siphon. Kaki berukuran panjang 2,3 cm, tidak mempunyai usus. Habitatnya di

pesisir pantai, menempel pada batu sepanjang garis pantai yang mengalami

pasang surut.
V. PENUTUP

C. Simpulan

Simpulan yang terdapat pada praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Bentos

adalah sebagai berikut :

3. Teknik sampling pengambilan sampel bentos dengan cara menangkap

organisme yang ada di pantai berbatu dan berpasir ataupun berlumpur.

4. Jenis-jenis bentos yang ditemukan adalah dari kelas gastropoda meliputi

Nerrita articulata dan Anadara antiquata.

D. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut :.

4. Untuk asisten agar selalu baik dan mengerti praktikan

5. Untuk praktikan agar menjaga sopan santun kepada asisten dan

menghargai asisten.

6. Untuk laboratorium agar menjaga kebersihan ruangannya.


PRAKTIKUM XI
IDENTIFIKASI
JENIS-JENIS
MANGROVE
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata mangrove berasal dari kata mangue (bahasa Portugis) yang

berarti tumbuhan, dengan grove (bahasa Inggris) yang berarti

belukar, sementara itu dalam literatur lain disebutkan bahwa

istilah mangrove berasal dari kata mangi-mangi. Salah satu ciri

tanaman mangrove memiliki akar yang menyembul ke permukaan.

Penampakan mangrove seperti hamparan semak belukar yang memisahkan

daratan dengan laut. Komponen penyusun ekosistem tersebut saling

berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat berdiri

sendiri. Hutan mangrove termasuk tipe ekosistem yang tidak terpengaruh

oleh iklim, tetapi faktor edafis sangat dominan dalam pembentukan

ekosistem ini.

Mangrove merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang

mempu beradaptasi dengan lingkungan laut. Definisi ekosistem mangrove

merupakan vegetasi pohon didaerah tropis yang terdapat didaerah

intertidal (pasang surut) dan mendapat pasokan air laut dan air tawar

(payau). Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis

yang terdapat disepanjang garis pantai perairan tropis. Hutan ini

merupakan peralihan habitat lingkungan darat dan lingkungan laut, maka

sifat-sifat yang dimiliki tidak sama persis sifat-sifat yang dimiliki hutan

hujan tropis didaratan. Karakteristik hutan mangrove diantaranya yaitu


memiliki habitat disubstrat yang berlumpur, lempung, dan berpasir, karena

substrat ini mempengaruhi spesies yang tinggal ditempat tersebut.

Produsen utama dihutan mangrove ini adalah serasah dari daun atau

ranting pohon mangrove.

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar,

baik ditinjau secara fisik, kimia, biologi, ekonomi, bahkan wahana wisata.

Secara fisik hutan mangrove dapat menjaga garis pantai agar tidak terjadi

abrasi, menahan sedimen, tiupan angin, dan menyangga rembesan air laut

kedarat. Secara kimia hutan mangrove mampum mengolah limbah agar

kemungkinan pencemaran sedikit dan yang paling utama menghasilkan

oksigen. Secara biologi hutan mangrove merupakaan habitat biota darat

dan laut, sebagai daerah asuhan, mencari makan dan hutan mangrove

dijadikan sebagai tempat penelitian dan tempat wisata. Berdasarkan latar

belakang di atas maka dilakukan praktikum Identifikasi Jenis-Jenis

Mangrove.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana mengetahui

karakteristik jenis-jenis mangrove yang terdapat pada lokasi pengamatan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui karakteristik jenis-jenis mangrove yang terdapat pada lokasi

pengamatan.
D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mengetahui karakteristik jenis-jenis mangrove yang terdapat pada lokasi

pengamatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mangrove

Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem yang berada di

daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga

lantainya selalu tergenang air. Ekosistem mangrove berada di antara level

pasang naik tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut

rata-rata pada daerah pantai yang terlindungi dan menjadi pendukung

berbagai jasa ekosistem di sepanjang garis pantai di kawasan tropis.

Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa. Hutan

mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik

ke dalam rantai makan (Senoaji dan Hidayat, 2016).

B. Vegetasi Mangrove

Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove

membentuk zonasi mulai dari daerah yang paling dekat dengan laut

sampai dengan daerah yang dekat dengan daratan. Pada kawasan delta atau

muara sungai, biasanya vegetasi mangrove tumbuh subur pada areal yang

luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas. Sedangkan pada daerah
pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove tumbuh membentuk sabuk

hijau atau green belt dengan komposisi yang hampir seragam (Majid,

2016).

C. Habitat Mangrove

Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik,

vegetasi mangrove tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari

gerakan gelombang, bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu

tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Ekosistem mangrove

berada di wilayah pesisir yang merupakan daerah pertemuan antara

ekosistem darat dan laut. Lingkup ekosistem ini dibagi menjadi dua, yaitu

ke arah darat meliputi bagian tanah baik yang kering maupun yang

terendam air laut dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti

pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut, ke arah laut

mencakup bagian perairan laut dan dipengaruhi oleh proses alami yang

terjadi di darat seperti sedimentasi serta aliran air tawar dari sungai

termasuk yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan, pembuangan limbah, perluasan permukiman serta

intensifikasi pertanian (Wardhani, 2011).

D. Fungsi Mangrove

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat

besar, baik ditinjau secara fisik, kimia, biologi, ekonomi, bahkan wahana

wisata. Secara fisik hutan mangrove dapat menjaga garis pantai agar tidak
terjadi abrasi, menahan sedimen, tiupan angin, dan menyangga rembesan

air laut kedarat. Secara kimia hutan mangrove mampum mengolah limbah

agar kemungkinan pencemaran sedikit dan yang paling utama

menghasilkan oksigen. Secara biologi hutan mangrove merupakaan habitat

biota darat dan laut, sebagai daerah asuhan, mencari makan, dan tempat

menghasilkan bibit ikan, batangnya dapat dijadikan bahan bakar, bahkan

dapat dijadikan suplemen dan sebagai fungsi wahan wisata, hutan

mangrove dijadikan sebagai tempat penelitian dan tempat wisata (Senoaji,

2016).

E. Ekosistem Hutan Mangrove

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis,

namun labil. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping

dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa

dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah

perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat

yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang

tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium termasuk

kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah

daratan (Buwono, 2017).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Ahad, 13 Oktober 2019

pukul 08.00 selesai-WITA. Bertempat di Tanjung Tiram, Kabupaten

Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah mangrove yang

digunakan sebagai objek pengamatan.

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk menulis dan mencatat jenis-jenis mangrove
2. Kamera Untuk mengambil gambar mangrove
3. Buku identifikasi Untuk mengetahui sifat dan ciri objek pengamatan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan observasi awal

2. Menentukan lokasi pengamatan jenis-jenis mangrove.

3. Melakukan pengambilan gambar jenis-jenis mangrove yang terdapat dilokasi

pengamatan .

4. Membuat deskripsi dan klasifikasi masing-masing jenis mangrove

5. Membuat hasil pengamatan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil pengamatan


No Jenis Gambar Gambar Literatur Klasifikasi
Pengamatan
.
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Bakau Kurap
Famili :Rhizophoraceae
1 (Rhizophora
Genus : Rhizophora
mucronata)
Spesies : Rhizophora
mucronata
Akar Tunjang
(Syafwan, 2016)

2. Bruguiera Regnum : Plantae


gymnorriza Divisi : Tracheobionta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera
gymnorriza

(Nurlaili., 2020)

Akar Lutut Regnum : Plantae


Divisi : Magnoliopyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Perepat Famili : Lythraceae
3. (Sonneratia Genus : Sonneratia
alba Spesies : Sonneratia alba

Akar Napas (Nurlaili., 2020)

B. Pembahasan

Mangrove merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang

mempu beradaptasi dengan lingkungan laut. Definisi ekosistem mangrove

merupakan vegetasi pohon didaerah tropis yang terdapat didaerah intertidal

(pasang surut) dan mendapat pasokan air laut dan air tawar (payau). Hutan

mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat

disepanjang garis pantai perairan tropis. Hutan ini merupakan peralihan habitat

lingkungan darat dan lingkungan laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak sama

persis sifat-sifat yang dimiliki hutan hujan tropis didaratan.

Berdasarkan hasil pengamatan Pohon bakau kurap (Rhizophora

mucronata) dengan ketinggian 27 m tetapi terkadang ada yang sampai 30 m,

diameter batang hingga 70 cm, kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan
terdapat celah horizontal. Akar berupa akar napas dan akar tunjang. Ciri-ciri

tanaman bakau kurap (Rhizophora mucronata) yaitu, daun lebar dengan ujung

daun yang meruncing, di bagian bawah atau belakang daun terdapat bintik-

bintik hitam. Warna daun hijau muda, buahnya memanjang dan agak

membulat, panjang 36-70 cm dengan diameter 3-4 cm, permukaan berbintik

dan agak kasar, berwarna hijau agak kecoklatan. Bunganya agak besar

berwarna kuning yang terdiri dari 6-8 bunga per kelompok.

Menurut Muharrahmi, dkk., (2016), menyatakan bahwa, mangrove

Rhizopora mucronata Lamk. adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah

daun, dan jumlah cabang. Berdasarkan pengamatan pertumbuhan yang telah

dilakukan dalam kurun waktu selama 3 bulan, jumlah daun dan jumlah cabang

menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang kurang signifikan, hal ini

disebabkan belum adanya pertumbuhan yang terlihat pada periode pangamatan

tersebut.

Bruguiera gymnorriza memiliki sistem perakaran, berbentuk

seperti lutut dimana akarnya tumbuh keatas kemudian membengkok lagi

masuk kedalam tanah sehingga nampak seperti lutut yang dibengkokkan,

berwarna coklat, kasar, panjang rata-rata 12 cm dan lebar 2,5 cm. Jenis

tanaman Mangrove yang yang memiliki tipe akar lutut yaitu Bruguiera. Fungsi

akar ini adalah untuk membantu pernapasan pada tumbuhan Mangrove.

Perepat (Sonneratia alba) sistem perakarannya yaitu akar napas,

akar napas adalah akar yang naik ke atas tanah, khususnya ke atas air seperti

pada tanaman bakau. Akar nafas berfungsi untuk penyerap air dan fotosintesis.
Berdasarkan hasil pengamatan ciri- ciri akar napas yaitu, Akar muncul di

permukaan tanah dan juga ada sebagian lagi berada di dalam tanah. Akar

tersebut dapat terlihat seperti sedang menopang tegaknya batang. Akar napas

memiliki banyak celah tempat untuk masuknya udara, berbentuk seperti pensil

atau kerucut yang menonjol ke atas, dan berwarna kecoklat –coklatan, tinggi

hampir mencapai 31 cm dan diameter 1cm. Adapun jenis bakau yang memiliki

akar napas yaitu Avicennia alba, Xylocarpus moluccensis dan Sonneratia alba.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah jenis-jenis mangrove yang

didapatkan yaitu bakau kurap (Rhizophora mucronata) yang berkulit kayu

berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar berupa akar

napas dan akar tunjang. Ciri-ciri tanaman bakau kurap (Rhizophora mucronata)

yaitu, daun lebar dengan ujung daun yang meruncing, kemudian Bruguiera

gymnorriza, Bruguiera gymnorriza memiliki sistem perakaran, berbentuk

seperti lutut dimana akarnya tumbuh keatas kemudian membengkok lagi

masuk kedalam tanah sehingga nampak seperti lutut yang dibengkokkan,

berwarna coklat, kasar dan perepat (Sonneratia alba), sistem perakarannya


yaitu akar napas, akar napas adalah akar yang naik ke atas tanah, khususnya ke

atas air seperti pada tanaman bakau.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Untuk asisten agar selalu baik kepada praktikannya.

2. Untuk praktikan agar selalu menjaga sopan santun kepada asistennya.

3. Untuk laboratorium agar selalu menjaga kebersihan ruangan.

PRAKTIKUM XII
SNORKELING
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selam permukaan adalah kegiatan berenang atau menyelam dengan

mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu, penyelam

sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki katak untuk menambah daya

dorong pada kaki. Snorkling merupakan suatu kegiatan berenang atau

menyelam yang dilakukan dipermukaan laut dengan menggunakan alat bantu

pernapasan berupa snorkle. Kegiatan snorkeling bisa dilakukan semua orang,

penyelam yang tidak bisa berenang atau tidak bisa mengapung bisa

mengenakan baju pelampung. Ketika menyelam di air bersuhu rendah,

penyelam memakai baju selam untuk menjaga tubuh dari kedinginan. Selain
itu, baju selam merupakan pelindung tubuh dari luka tergores terumbu karang

atau sengatan ubur-ubur.

Snorkling memerlukan beberapa perlatan dalam menunjang

kegiatannya, alatnya seperti Masker (kaca mata khusus air untuk melindungi

mata dari air laut), Fins (sepatu khusus yang menyerupai ekor ikan untuk

mempercepat pergerakan dalam air) dan Snorcle atau alat pernapasanyang

dipasang dimulut berfungsi untuk bernapas dipermukaan laut tanpa harus

menengadakan muka ke udara. Snorkeling (selam permukaan) atau selam

dangkal (skin diving) adalah kegiatan berenang atau menyelam dengan

mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu, penyelam

sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki katak (sirip selam) untuk

menambah daya dorong pada kaki.

Menyelam diperlukan peralatan-peralatan penting selain yang tersebut

diatas yaitu tabung silinder berisi gas lengkap dengan alat pernapasannya

berfungsi untuk mendukung pernapasan dalam air, ikat pinggang pemberat

berfungsi untuk menenggelamkan badan dalam air, jam tangan air berfungsi

untuk mengatur waktu penyelaman, kompas berfungsi sebagai penunjuk arah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan praktikum snorkling.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah:

1. Bagaimana memahami peralatan dan kegunaan alat-alat snorkeling?

2. Bagaimana mengetahui cara menggunakan alat-alat snorkeling dengan

baik dan benar?


C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah:

1. Untuk memahami peralatan dan kegunaan alat-alat snorkeling.

2. Untuk mengetahui cara menggunakan alat-alat snorkeling dengan baik dan

benar.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah:

1. Dapat memahami peralatan dan kegunaan alat-alat snorkeling.

2. Dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat snorkeling dengan baik dan

benar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Snorkeling

Snorkeling adalah kegiatan rekreasi olahraga air yang popular, terutama

di daerah resor tropis dan lokasi menyelam. Kalau di definisikan, snorkeling

adalah kegiatan berenang dan mengaung di air sambilbernapasdenganalat bantu

berupa selang plastik panjan yang biasa disebut snorkel, ditambah dengan

perlengkapanlain, yaitu kaca mata renang besar (mask) serta kaki katak (fins),

yang biasanya dilakukan dilaut lepas untuk melihat, mengamatai dan


menikmati keindahan taman di bawah laut dan terumbu karang (Purnamasari,

2011).

B. Kriteria Snorkeling

Snorkeling merupakan skill utama yang harus dimiliki oleh semua

penyelam. Kemampuan snorkeling yang mumpuniakan menjadi pejagaan bagi

sipenyelam saat melakukan kegiatan penyelaman. Kriteria yang utama dalam

menjatuhkan pemilihan piranti snorkeling terdiri atas empat macam yaitu alat,

kedalaman, lokasi dan teknik yang digunakan. Snorkcling hanya dilengkapi

dengan masker, snorkel dan fin. Selebihnya adalah kekuatan tubuh dan

beberapa skill penyelam (Aditama dkk., 2016).

C. SCUBA (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus)

SCUBA merupakan alternative untuk melaksanakan penyelaman yang

aman. Pengisian SCUBA diisi menggunakan kompresor khusus untuk

menyelam. Kompresor untuk pengisian SCUBA dilengkapi filter udara, filter

oli dan pengatur kelembaban sehingga udara yang dipompakan ke SCUBA

akan bersih dan tidak kering. Kompresor penyelaman juga menggunakan

minyak nabati (nabati oil) sebagai pelumas, sehingga apabila terjadi kebocoran

mesin dan masuk kedalam udara di SCUBA akan aman bagi kesehatan tubuh

manusia (Luthfi dkk., 2016).

D. Alat-alat Snorkeling
Olahraga snorkeling atau menyelam di permukaan air membutuhkan

alat yang sederhana yaitu masker, snorkel dan fins (kaki katak) sedangkan

untuk melakukan scuba diving kita harus dilengkapi dengan alat Bantu untuk

pernafasan bawah air yang disebut dengan alat SCUBA (Self Contained

Underwater Breathing Apparatus). Alat yang digunakan dalam olahraga selam

baik yang skin diving (snorkeling) dan scuba diving ada yang sama, tetapi

untuk scuba diving menggunakan alat aqualung (tabung yang berisi oksigen)

dan SCUBA alat yang dibutuhkan untuk bertahan di dalam air (Umbarno,

2008).

E. Kegunaan Alat Selam

Peralatan apung berfungsi dalam memberikan daya apung

positip selama berenang dipermukaan air. Tabung selam dibuat untuk

menampung udara yang dimampatkan secara aman. Sirip renang

diciptakan untuk member kekuatan pada kaki dan merupakan piranti

bergerak. Baju selam ini berguna untuk melindungi tubuh dari dinginnya

air sehingga tubuh kita tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan

untuk melindungi diri dari sengatan binatang berbisa dan binatang beracun

serta dapat melindungi kulit dari pergeseran dengan batu karang atau

benda tajam yang lain (Hadi, 2019).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilPengamatan

HasilpengamatanpadapraktikuminidapatdilihatpadaTabel 3.

Tabel 3.HasilPengmatanSnorkeling
N Nam GambarPenga Keterangan
o a matan
Alat
1 Snor Snorkel yang
. kel berfungsiuntukmengaturpernapasansewaktuberenang agar
tidakmengangkatkepalakeluardandalammelihatkebawahperm
ukaan air snorkel terbuatdaripipa solid adajugadaripipaflekibe
(Handayani, 2019).

2 Mask Masker berfungsisebagaijendelauntukmelihatsaatberada di


. (Mas dalam air. Masker
ker selamterbuatdaribahansiliconvbeningatauberwarnakarenaperti
waja mbanganlebihtahan lama daripadakaret(Handayani, 2019).
h)
3 Fins Kaki
. (Kaki katakberfungsiuntukmemaksimalkandorongandanmeminimal
katak kanupaya yang harusdikerahkan (mengurangigerakan kaki)
) (Handayani, 2019).
B. Pembahasan

Snorkeling adalah kegiatan rekreasi olahraga air yang popular,

terutama di daerah resor tropis dan lokasi menyelam. Kalau di definisikan,

snorkeling adalah kegiatan berenang dan mengaung di air

sambilbernapasdenganalat bantu berupa selang plastik panjan yang biasa

disebut snorkel, ditambah dengan perlengkapanlain, yaitu kaca mata renang

besar (mask) serta kaki katak (fins), yang biasanya dilakukan dilaut lepas untuk

melihat, mengamatai dan menikmati keindahan taman di bawah laut dan

terumbu karang.

Berdasarkan hasil pengamatan alat yang digunakan pada saat

snorkeling adalah snorkel, mask (kaca mata renang) dan fins.

Snorkel adalah peralatan selam berupa selang berbentuk huruf J dengan

pelindung mulut di bagian ujung sebelah bawah.  Alat ini berfungsi sebagai

jalan masuk udara ketika bernapas dengan mulut tanpa harus mengangkat

muka dari permukaan air. Pemandangan bawah air bisa dilihat sambil berenang

dengan wajah menghadap ke permukaan air dan bernapas melalui snorkel.

Penyelam bisa mengambil napas dalam-dalam sebelum menyelam ke bawah

air. Penyelam skuba menggunakan snorkel untuk menghemat udara di dalam

tabung sewaktu berenang di permukaan air.

Mask atau masker selam adalah penutup kedap air yang melindungi

sebagian wajah, terutama mata dan hidung dari air. Bagian lensa dibuat

dari kaca pengaman sementara kantong hidung serta kerangka masker dibuat

dari silikone atau karet. Bagian sisi masker terdapat tempat untuk memasang


snorkel. Masker dapat menjadi berembun atau kemasukan air bila penyelam

memaksa untuk bernapas melalui hidung. Rambut penyelam juga tidak boleh

terjepit di antara masker dan wajah supaya masker tidak kemasukan air.

Masker tersedia dalam berbagai ukuran, termasuk untuk anak-anak dan wanita.

Penyelam harus memakai ukuran masker yang pas dengan wajah agar masker

tidak kemasukan air. Ukuran masker yang pas bisa diperiksa tanpa perlu

memasangkan tali pengikat di kepala. Masker diletakkan di wajah, dan ditekan

sambil menarik napas perlahan-lahan. Tekanan air membuat masker menjadi

kedap udara, sementara tali pengikat hanya menahan masker agar tidak

terlepas.

Fins Kaki katak adalah sepatu karet dengan sirip yang melebar di

bagian ujung kaki. Selam permukaan bisa saja dilakukan tanpa kaki katak,

tetapi alat ini bisa menambah daya dorong kaki manusia ketika berenang. Kaki

katak terdiri dari dua jenis: tumit terbuka (open heel) dan kaki tertutup (full

foot atau pocket foot). Jenis kaki katak kaki tertutup tersedia dalam berbagai

ukuran seperti halnya ukuran sepatu. Kaki katak tumit terbuka, jenis kaki katak

tertutup memiliki ujung sirip yang lebih pendek. Sepatu bot berfungsi sebagai

pelindung kaki dari dari luka, dinginnya air, atau pencegah lecet. Kaki katak

tumit terbuka hanya dibuat dalam beberapa ukuran kecil, sedang, besar dan

ekstra besar. Ukuran kaki katak disesuaikan dengan kaki pemakainya dengan

mengencangkan sabuk di bagian tumit.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Alat yang digunakan pada saat snorkeling adalah snorkel, mask (kaca mata

renang) dan fins.

2. Alat snorkel ini berfungsi sebagai jalan masuk udara

ketika bernapas dengan mulut tanpa harus mengangkat muka dari

permukaan air. Mask atau masker selam adalah penutup kedap air yang

melindungi sebagian wajah, terutama mata dan hidung dari air. Fins Kaki

katak adalah sepatu karet dengan sirip yang melebar di bagian ujung kaki

yang berfungsi bisa menambah daya dorong kaki manusia ketika berenang.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini sebagai berikut:

4. Untuk asisten agar selalu baik kepada praktikannya.

5. Untuk praktikan agar selalu menjaga sopan santun kepada asistennya.

6. Untuk laboratorium agar selalu menjaga kebersihan ruangan.


DAFTAR PUSTAKA
Adim, M. F., Hasyimuddin dan Kaseng, E., 2016, Identifikasi Jenis dan Kerapatan
Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang
Tupabbiring Kabupaten Pangkep, Prosiding Seminar Nasional from
Basic Science to Comprehensive Education, 1(1): 180-187
Aditama, P.W., Susila, P.N. dan Kusuma, I.W.W., 2016, Data Mining untuk
Pemilihan Snorkeling dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering,
Jurnal Sacies, 7(1): 37

Aeni, A., 2017, Bioakumulasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Ekor Kuning
(Cesio cuning) di Perairan Pulau Lae-Lae Makassar, Skripsi Fakultas
Sains dan Teknologi, Makassar.

Agustiani, J. 2013, Penerapan Metode Observasi untuk Meningkatkan Motivasi


dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Vertebrata di Kelas X SMA
Biokri 2 Yogyakarta, Skripsi, Program Studi Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Ahmad, 2018, Identifikasi Filum Mollusca (Gastropoda) di Perairan Palipi


Soreang Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Uin Alauddin Makassar, Makassar.

Amalia, S.B., Djumanto, dan Probosuno, N., 2017, Komunitas Krustasea di


Kawasan Mangrove Desa Jangkaran Kabupaten Kulon Progo, Jurnal
Perikanan Universitas Gadjah Mada, 19 (2): 80

Andika R., Balansada, Medy Ompi dan Lumuindong, R., 2019, Identifikasi Dan
Habitat Gurita (Cephalopoda) Dari Perairan Salibabu, Kabupaten
Kepulauan Talaud, Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 7(3): 247-248
Anggraini, K. 2013. Mengenal Ekosistem Perairan. Jakarta. Grasindo.

Ariani, D., Swasta, J. dan Adnyana B., 2019, Studi Tentang Keanekaragaman dan
Kemelimpahan Mollusca Bentik Serta Faktor-Faktor Ekologis yang
Mempengaruhinya di Pantai Mengening, Kabupaten Badung, Bali,
Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 6(3): 146-147

Azkab, M. H., 2011, Pedoman Inventarisasi Lamun, Jurnal Oseana, 14(1): 1- 16

Azkab, M. H. 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta : COREMAP


CTI LIPI 2014

Bahan, L. D., Fransiskus, K. D. dan Andriani, N. M., 2019, Analisis Habitat dan
Kelimpahan Echinodermata di Pantai Lalendo Kecamatan Kupang
Barat Kabupaten Kupang, Jurnal Biotroikal Sains, 16(1): 29-31
Bahtiar, Anadi, L., Nurgayah, W. dan Emiyarti, 2018, Dinamika Populasi Kerang
Pokea Batissa Violacea Var. Celebensis Von Martens 1897 Di Muara
Sungai Lasolo Sulawesi Tenggara, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, 10(2): 301-311

Balansada, A.R., Medy O. dan Frans L., 2019, Identifikasi dan Habitat Gurita
(Cephalopoda) dari Perairan Salibabu, Kabupaten Kepulauan Talaud,
Jurnal Pesisirdan Laut Tropis, 7(3): 351-253

Baweleng, S., Manginsela, F. B. dan Sangari, J. R. R., Studi Otolith Ikan Layang,
Decapterus Akaadsi Abe 1958 Dari Perairan Teluk Amurang, Jurnal
Ilmiah Platax, 6(2): 66-67

Budiyanto, A. dan Herri S., 1997, Catatan Mengenai Si Tangan Delapan


(Gurita/Octopus sp.), Oseana, 22(3): 27-31

Buwono, Y. R., 2017., Identifikasi dan Kerapatan Ekosistem Mangrove di


Kawasan Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Ilmu
Perikanan, 8(1): 32-33

Campbell, N. A., Recce, J. B. dan Michel, L. G., 2012, Biologi, Erlangga, Jakarta.

Dewiyanti, G. A. D., Irawan, B., dan Moehamadi, N., 2015, Kepadatan dan
Keanekaragaman Plankton di Perairan Mangetan Kanal Kabupaten
Sidoarjo Provinsi Jawa Timur dari Daerah Hulu Daerah Tengah dan
Daerah Hilir Bulan Maret 2014, Universitas Airlangga, Surabaya.

Duya, N., dan Noveria, R., 2019, Jenis-Jenis Crustaceae Cagar Alam Teluk Klowe
Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, Jurnal Konservasi
Hayati, 10(1) : 16-22

Dwirastina, M., 2013, Teknik Pengambilan dan Identifikasi Bentos Oligochaeta


Di Daerah Indakiat Riau Pekanbaru, Jurnal BTL. 11(2): 41

Fauziah, P., Purnama, A. A., Yolanda, R. dan Karno R., 2016, Keanekaragaman
Ikan (Pisces) di Danau Sipogas Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau,
Jurnal Biologi Udayana, 21(1): 17

Ferdyan, R., Razak, A., Sumarmin, R. dan Zulyusri, 2020, Analisis Relevansi
Materi Superkelas Pisces dalam Aspek Penerapan Ilmu Taksonomi
Hewan di Sekolah, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 6(4): 442-443
Fitriana, N., 2010, Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) Di
Pantai Pulau Pari, Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu, Jurnal Ilmiah
Faktor Exacta, 3(2) : 167-174
Graha, Y. I., 2015, Simpanan Karbon Padang Lamun di Kawasan Pantai Sanur,
Kota Denpasar, Thesis, Jurusan Ilmu Lingkungan, Universitas Udaya.

Hadad, M. S dan Abubakar, S., 2016, Distribusi Komunitas Padang Lamun


(Seagrass) di Perairan Tanjung Gosale Kecamatan Oba Utara Kota
Tidore Kepulauan, Jurnal Techno, 5(1): 76-95

Hadi, N., 2019, Tinjauan tentang Penyelaman, Oseana, 16(2): 4-7


Hanum, L. dan Karim, A. K., 2013, Bahan Alam Laut Senyawa Bioaktif Dan
Aktivitas Farmakologis Untuk Antimalaria, Jurnal Oseana, 38(2): 11-
14

Haris, A., Nurafni, Lestari, D. N. dan Hasania, M., 2019, Keanekaragaman dan
Komposisi Jenis Sponge (Porifera: Demospongiae) di Reef Flat Pulau
Barranglompo, Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan, 3(1): 26-27

Harjadi, B dan Octavia, D., 2008, Penerapan Teknik Konservasi Tanah Di Pantai
Berpasir untuk Agrowisata ( Applying Of   Applying Of Soil
Conservation Technique At Sandy Coastal Areas For The Agro-
Recreation), Jurnal Hutan, 5(2) : 113-121

Hartati, S. T., Wahyuni, I. S. dan Indarsyah, I. J., 2014, Pertumbuhan, sebaran


ukuran panjang, dan kematangan gonad ikan ekor kuning (Caesio
cuning) di perairan Kepulauan Seribu, Prosiding Seminar Nasional,
Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta Utara.

Hasanah, V. A., Munawir, A. dan Efendi, E., 2016, Pengaruh Induksi Racun
Ubur-Ubur (Physalia utriculus) terhadap Fungsi Oksigenasi dari
Eritrosit pada Mencit Jantan, Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(1): 122-123

Hendrik, A.W. dan Cappenberg, 2018, Beberapa Aspek Biologi Kerang Hijau
Perna Viridis Linnaeus 1758, Jurnal Oseana, 22(1): 33-40

Irzan, A. M., 2018, Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air, kabupaten


Takalar, Sulawesi Selatan, Jurnal Biodiversitas, 9(3): 217.

Ismet, M. S., Soedharma, D. dan Effendi, H., 2011, Morfologi dan Biomassa Sel
Spons Aaptos Aaptos dan Petrosia sp., Jurnal Ilmiah dan Teknologi
Kelautan Tropis, 3(2): 153-161

Isnaningsih, N. R. dan Patria, M. P., 2018, Peran Komunitas Moluska dalam


Mendukung Fungsi Kawasan Mangrove di Tanjung Lesung,
Pandeglang, Banten, Jurnal Biotropika, 6(2): 35-36
Iswanti, S., Ngabekti, S dan Martuti, T.K.N., 2012, Distribusi dan
Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Sungai Damar Desa
Weleri Kabupaten Kendal, Unnes Journal Of Life Science. 1(2): 1-2

Jalaluddin dan Ardeslan, 2017, Identifikasi dan Klasifikasi Phylum


Echinodermata di Perairan Laut Desa Sembilan Kecamatan Simeulue
Barat Kabupaten Simeulue, Jurnal Biology Education, 6(1): 89-91

Jalaluddin dan Ardeslan., 2017, Identifikasi dan Klasifikasi Phylum


Echinodermata di Perairan Laut Desa Sembilan Kecamatan Simeulue
Barat Kabupaten Simeulue, Jurnal Biology Education, 6(1): 23—28

Juraj, Nugraha, A.H. dan Kawaroe, M., 2016, padang lamun, IPB press, Jakarta.

Kamauddin, S.Z., Rondonuwu, S.B dan Maabuat, V.P., 2016, keragaman lamun
(seagras) di pesisir desa lihunu pulau Bangka kecamatan likupan
kabupaten minahasa utara, Sulawesi utara, jurnal mipa unsrat online,
5(1): 21

Kambey,A.G., Rembet,U.N.W.J. dan Wantasen,A.S., 2015, Komunitas


Echinodermata di Daerah Intertidal Perairan Pantai Mokupa
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa, Jurnal Ilmiah
Platax,3(1): 10-11

Katili, A.S., 2011, Struktur Komunitas Echinodermata pada Zona Intertidal


Gorontalo, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 8(1) : 51-61

Kusuma, A. B., Tapilatu, R. F. dan Tururaja, T. S., 2021, Identifikasi Morfologi


Ikan Kerapu (Serranidae: Epinephelinae) yang didaratkan di Waisai
Raja Ampat, Jurnal Enggano, 6(1): 37-38

Lestari, A. T. dan Putu, S. E., 2014, Studi kimia Darah Organ Kerapu Macan
(Epinephelus fuscogottatus) yang di infeksi Virus Isolat Lapang
Penyebab Viral Nervous Necrosis, Jurnal Sains Veteriiner, 32(1): 85-
89

Luthfi, O.M., Yamindago, A. dan Dewi, C.S.U., 2016. Perbaikan Standar


Keamanan Penyelaman Nelayan Kompresor Kondang Merak Malang
dengan Penggunaan SCUBA (Self-Containted Underwater Breathing
Apparatus), Journal Of Innovation And Applied Technology,
1(2):167-169
Lwin, M. L., Htay, Y., New, N. N., Thin, P., Wai, T. L., Jones, S. M. dan Htun, U.
S., 2019, Sea grass surveys in the Eastern part of Lampi Island in
Myanmar, Journal of Aquaculture & Marine Biology, 8(2): 47-53.
Majid, I. 2016., Konservasi Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah, Jurnal Bioeduksi, 4(2): 488

Manuputty, A. E. W., 2017, Ubur-Ubur (Aurelia sp.) dan Cara Pengolahannya,


Jurnal Oseana, 13(2)

Manuputty, A.E.W., 2017, Ubur-Ubur (Aurelia sp.) dan Cara Pengolahannya,


Jurnal Oseana, 13(2)

Marzuki, I., 2018, Eksplorasi Spons Indonesia Seputar Kepulauan Spermonde,


Penerbit Nas Media Pustaka, Makassar.

Muharrahmi, N., Budihastuti, R. dan Hastuti, E.D., 2016, Pertumbuhan Semai


Rhizophora Mucronata Lamk. Pada Komposisi Jenis Mangrove dan
Lebar Saluran Outlet yang Berbeda di Tambak Wanamina Kelurahan
Mangunharjo, Semarang, Jurnal Biologi, 5(1): 60-71

Mujiono, N., 2016, Gastropoda Marga Nerita Dari Pulau Lombok, Jurnal Oseana,
10(3): 1-5

Nagir, M.T., Morfometri Kerang Darah Anadara Granosa L Pada Beberapa Pasar
Rakyat Makassar, Sulawesi Selatan, Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

Nana, I. H., Analisis Sampah Rumah Tangga Terhadap Keanekaragaman Padang


Lamun di Desa Geliting Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur
sebagai Sumber Belajar Biologi, Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Malang.

Noaji, G dan hidarat, M. F., 2016., Peranan Ekosistem Mangrove di Pesisir Kota
Bengkulu dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpanan
Karbon, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(3): 327-328

Novita, M., 2018, Keanekaragaman Mollusca di Ekosistem Mangrove Kecamatan


Baitussalam Kabupaten Aceh Besar sebagai Referensi Pendukung
Materi Keanekaragaman Hayati di Sman 1 Baitullsalam, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darusalam, Banda Aceh.
Paruntu, C. P., Rifai, H. dan Kusen, D. J., 2013, Nematosit dari Tiga Spesies
Karang Scleractinia, Genus Pocillopora, Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis, 9(2): 60

Paruntu, C.P., Farnis B. dan Sujito L.T., 2009, Gurita (Cephalopoda) dari Perairan
Sangise, Sulawesi Utara, Ekoton, 9(2): 17-19
Prihartini, A., 2006, Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus sp.)
Hasil Tangkapan Seine yang di Daratkan di PPN Pekalongan, Skripsi
Universitas Diponegoro. Jawa Timur.

Prima, D., Raza’i, T. S., dan Zulfikar, A., 2012, Keanekaragaman dan
Kelimpahan Zooplankton di Sungai Ekang Anculai Kecamatan Teluk
Sebong Kabupaten Bintan, Jurnal Agroknow, 2(1): 39.

Primawati, S. N., Efendi, I. dan Marnita, 2016, Identifikasi Jenis Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan Di Pantai Jeranjang, Jurnal Pendidikan Mandala,
1(1): 73-77

Purnamasari, I., 2011, Flash packing Kelling Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Purwanto., Surbakti, S dan Tanjung, R.H.R., 2013, Studi Kualitas Perairan Danau
Sentani Menggunakan Bioindikator Makrobentos, Jurnal Biologi
Papua. 5(2): 53-54

Puspitasari, A. F., 2013, Identifikasi dan Prevelensi Cacing Ektoparasi pada Ikan
Kembung di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan,
Skripsi, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Rahmah, F. F. dan Zakaria, I. J., 2017, Kelimpahan Ubur-Ubur (Aurelia Aurita


L.) di Perairan Pantai Batu Kalang Tarusan, Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat, Jurnal Dinamika Lingkungan Indonesia, 4(1)

Rani, T., Dewi, E. dan Indra, B.V., 2015, Identifikasi Echinodermata di Selatan
Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.
ProsSemnas Masy Biodiv Indon, 1(3): 455

Rawung, S., Tilaar, S. S. dan Rondonuwu, A. B., 2018, Inventarisasi Lamun di


Perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara,
Jurnal Ilmiah Platax, 6(2): 38-45.

Rina, S.D.G., 2016, Keanekaragaman Jenis Kepiting Bakau (Scylla, sp) di Taman
Nasional Alas Purwo, Jurnal Biologi dan Pembelajran Biologi, 1(2) ;
149

Rudiana, E. dan Delianis P., Morfologi dan AnatomiCumi-Cumi (Liligoduvauceli


yang Memancarkan Cahaya, 2004, IlmuKelautan, 9(2): 98-102

Salmanu, S.I.A., 2014, Keanekaragaman Gastropoda pada Zona Intertidal Tengah


( Intertidal Zone) dan Zona Intertidal Bawah ( Lower Intertidal Zone)
Daerah Padang Lamun Desa Waai, Jurnal Biopendix, 1(1) : 10-14
Sari, N. P. D. P., 2016, Aktivitas Antimikroba Jamur Endofit Penicillium
Oxalicum dari Spons Genus Homaxinella, Skripsi, Fakultas Farmasi,
niversitas Airlangga, Surabaya.

Senoaji, G. dan Hidayat, M.F., 2016, Peranan Ekosistem Mangrove di Pesisir


Kota Bengkulu dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui
Penyimpanan Karbon, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(3): 327

Sese, M.R., Annawaty dan Yusron, E., 2018, Keanekaragaman Echinodermata


(Echinodea dan Holothuroidea) di Pulau Bakalan, Banggai
Kepulauan, Sulawesi Tengah, Indonesia, Jurnal Scripta Biologica,
5(2): 124-135

Siregar, H. R. D., 2019, Identifikasi Jenis Makanan Ikan Mujair yang Tertangkap
di Danau Siombak Kecamatana Medan Marelan Provinsi Sumatra
Utara, Skripsi, Universitas Sumatra Utara.

Subagio, I. B. dan Aunurohim, 2013, Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera)


di Pantai Pasir Putih, Situbondo, Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(2)

Sulistyaningsih, E. dan Uca Y.A., 2020, Aspek Bio-Ekologi dan Pemanfaatan


Kerang Marga Anadara (Mollusca: Bivalvia: Arcidae, Oseana, 45(2):
80

Suparno, Soedharma, D., Zamani, N. P. dan Rachmat, R., 2019, Transplantasi


Spons Laut Petrosia nigricans, Jurnal Ilmu Kelautan, 14(4): 234-237

Suprajaka., Poniman, A dan Hartono., 2005, Konsep dan Model Penyusunan


Tipologi Pesisir Indonesia Menggunakan Teknologi Sistem Informasi
Geografi, Jurnal of Society and Space, 1(1) : 76-84
Syafarudin, 2016, Identifikasi Jenis Udang (Crustacean) didaderah Aliran Sungai
(Das) Kahayan Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah,
Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri Palangkaraya.

Syafarudin., 2016, Identifikasi Jenis Udang di Daerah Aliran Sungai Khayatan,


Skripsi, Kota Palang karaya Provinsi Kalimantan Tengah.

Tambaru, R., Muhiddin, A. H., dan Malida, H. S., 2014, Analisis Perubahan
Kepadatan Zooplankton Berdasarkan Kelimpahan Fitoplankton pada
Berbagai Waktu dan Kedalaman di Perairan Pulau Padi Kabupaten
Pangkep, Jurnal Ilmu Kelautan dan Peikanan, 24(3): 40-48.

Teleng, A. T. R., 2010, Perikanan Tangkap Kembung (Rastraligger sp.) di


Perairan Sekitar Teluk Buyat, Jurnal Maritek, 10(1):51-59
Tiha, H., 2017, Kelimpahan Plankton di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk,
Taman Nasional Bali Barat, Jurnal Makara Sains, 11(1): 44-48

Tuwo, A., 2011, Pengelolaan Ekowisata pesisir dan Laut, Brilian Internasional,
Sidoarjo.

Umbarno, 2008, Survey Pelaksanaan Pelatihan Selamdi Pangkalan Angkatan Laut


Semarang, Tesis, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Verianta, M., 2016, Jenis Lobster di Panrai Baron Gunung Kidul, Modul,
Yogyakarta.

Wahyuni, S, Purnama, A, A dan Afifah, N., Jenis-Jenis Mollusca (Gastropoda dan


Bilvalvia) pada Ekosistem Mangrove di Desa Dedap Kecamatan Tasik
putripuyu Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, Prosseding Seminar,
1(1)

Wakano, d., 2014, invetarisasi jenis-jenis lamun (seagrass) di perairan pantai desa
waai dan desa liang, Prosiding Seminar Nasional, Universitas
patimura.

Wardhani, M.K., 2011, Kawasan Konservasi Mangrove Suatu Potensi Ekowisata,


Jurnal Kelautan, 6(1): 60

Winarno, K., Astirin, P.O dan Setyawan D.A., 2010, Pemantauan Kualitas
Perairan Rawa Jabung Berdasarkan Keanekaragamn dan Kekayaan
Komunitas Bentos, Jurnal Biologi Smart. 2(1): 40-41

Wulandari, D.A., 2018, Morfologi, Klasifikasi, Dan Sebaran Cumi-Cumi Famili


Lolinginidae, Jurnal Oseana, 12(2): 48-65

Yaqin, K., Liestiaty F. dan Fitriyani, 2018, Efek Ukuran Cangkang Terhadap
Indeks Kondisi dan Kandungan Logam Timbek Kerang Hijau
(Pernavidiris), Jurnal Pengelolaan Perairan, 1(2): 31-34

Zahida, F., 2012, Dinamika Populasi Rhinoclavis Sinensis Gmelin 1791


(Gastropoda: Cerithiidae) Di Pantai Krakal, Yogyakarta, Skripsi,
Program Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Yogyakarta.

Zahida, F., 2012, Dinamika Populasi Rhinoclavis Sinensis Gmelin 1791


(Gastropoda: Cerithiidae) Di Pantai Krakal, Yogyakarta, Skripsi,
Program Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Yogyakarta.

Zuhdi, M. F. dan Mahduppa, H., 2020, identifikasi Ceasio berdasarkan


Karaktrsitik Morfometri dan DNA Barcoding yang didaratkan di Pasar
Ikan Muara Baru, Jakarta, Jurnal Kelautan Tropis, 23(2): 1-5
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM I
CNIDARIA
OLEH:
NAMA : INDIRA SALSABILA
STAMBUK : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Hanum, L. dan Karim, A. K., 2013, Bahan Alam Laut Senyawa Bioaktif Dan
Aktivitas Farmakologis Untuk Antimalaria, Jurnal Oseana, 38(2): 11-
14
Hasanah, V. A., Munawir, A. dan Efendi, E., 2016, Pengaruh Induksi Racun
Ubur-Ubur (Physalia utriculus) terhadap Fungsi Oksigenasi dari
Eritrosit pada Mencit Jantan, Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(1): 122-123

Manuputty, A. E. W., 2017, Ubur-Ubur (Aurelia sp.) dan Cara Pengolahannya,


Jurnal Oseana, 13(2)

Manuputty, A.E.W., 2017, Ubur-Ubur (Aurelia sp.) dan Cara Pengolahannya,


Jurnal Oseana, 13(2)

Paruntu, C. P., Rifai, H. dan Kusen, D. J., 2013, Nematosit dari Tiga Spesies
Karang Scleractinia, Genus Pocillopora, Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis, 9(2): 60

Rahmah, F. F. dan Zakaria, I. J., 2017, Kelimpahan Ubur-Ubur (Aurelia Aurita


L.) di Perairan Pantai Batu Kalang Tarusan, Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat, Jurnal Dinamika Lingkungan Indonesia, 4(1)
S
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM II
PORIFERA

OLEH:
NAMA : INDIRA SALSABILA
STAMBUK : F1D120059
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR PUSTAKA

Haris, A., Nurafni, Lestari, D. N. dan Hasania, M., 2019, Keanekaragaman dan
Komposisi Jenis Sponge (Porifera: Demospongiae) di Reef Flat Pulau
Barranglompo, Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan, 3(1): 26-27

Ismet, M. S., Soedharma, D. dan Effendi, H., 2011, Morfologi dan Biomassa Sel
Spons Aaptos Aaptos dan Petrosia sp., Jurnal Ilmiah dan Teknologi
Kelautan Tropis, 3(2): 153-161

Marzuki, I., 2018, Eksplorasi Spons Indonesia Seputar Kepulauan Spermonde,


Penerbit Nas Media Pustaka, Makassar.

Sari, N. P. D. P., 2016, Aktivitas Antimikroba Jamur Endofit Penicillium


Oxalicum dari Spons Genus Homaxinella, Skripsi, Fakultas Farmasi,
niversitas Airlangga, Surabaya.

Subagio, I. B. dan Aunurohim, 2013, Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera)


di Pantai Pasir Putih, Situbondo, Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(2)

Suparno, Soedharma, D., Zamani, N. P. dan Rachmat, R., 2019, Transplantasi


Spons Laut Petrosia nigricans, Jurnal Ilmu Kelautan, 14(4): 234-237
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

PRAKTIKUM III

ECHINODERMATA

OLEH:
NAMA : INDIRA SALSABILA
STAMBUK : F1D120059
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR PUSTAKA

Bahan, L. D., Fransiskus, K. D. dan Andriani, N. M., 2019, Analisis Habitat dan
Kelimpahan Echinodermata di Pantai Lalendo Kecamatan Kupang
Barat Kabupaten Kupang, Jurnal Biotroikal Sains, 16(1): 29-31

Jalaluddin dan Ardeslan, 2017, Identifikasi dan Klasifikasi Phylum


Echinodermata di Perairan Laut Desa Sembilan Kecamatan Simeulue
Barat Kabupaten Simeulue, Jurnal Biology Education, 6(1): 89-91

Jalaluddin dan Ardeslan., 2017, Identifikasi dan Klasifikasi Phylum


Echinodermata di Perairan Laut Desa Sembilan Kecamatan Simeulue
Barat Kabupaten Simeulue, Jurnal Biology Education, 6(1): 23—28

Kambey,A.G., Rembet,U.N.W.J. dan Wantasen,A.S., 2015, Komunitas


Echinodermata di Daerah Intertidal Perairan Pantai Mokupa
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa, Jurnal Ilmiah
Platax,3(1): 10-11

Rani, T., Dewi, E. dan Indra, B.V., 2015, Identifikasi Echinodermata di Selatan
Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.
ProsSemnas Masy Biodiv Indon, 1(3): 455

Sese, M.R., Annawaty dan Yusron, E., 2018, Keanekaragaman Echinodermata


(Echinodea dan Holothuroidea) di Pulau Bakalan, Banggai
Kepulauan, Sulawesi Tengah, Indonesia, Jurnal Scripta Biologica,
5(2): 124-135
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

PRAKTIKUM IV

CRUSTACEA

OLEH:

NAMA : INDIRA SALSABILA

STAMBUK : F1D120059

KELOMPOK : VII (TUJUH)

ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S.B., Djumanto, dan Probosuno, N., 2017, Komunitas Krustasea di


Kawasan Mangrove Desa Jangkaran Kabupaten Kulon Progo, Jurnal
Perikanan Universitas Gadjah Mada, 19 (2): 80

Duya, N., dan Noveria, R., 2019, Jenis-Jenis Crustaceae Cagar Alam Teluk Klowe
Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, Jurnal Konservasi
Hayati, 10(1) : 16-22

Rina, S.D.G., 2016, Keanekaragaman Jenis Kepiting Bakau (Scylla, sp) di Taman
Nasional Alas Purwo, Jurnal Biologi dan Pembelajran Biologi, 1(2) ;
149

Syafarudin, 2016, Identifikasi Jenis Udang (Crustacean) didaderah Aliran Sungai


(Das) Kahayan Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah,
Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri Palangkaraya.

Syafarudin., 2016, Identifikasi Jenis Udang di Daerah Aliran Sungai Khayatan,


Skripsi, Kota Palang karaya Provinsi Kalimantan Tengah

Verianta, M., 2016, Jenis Lobster di Panrai Baron Gunung Kidul, Modul,
Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM V
PISCES
OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, A., 2017, Bioakumulasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Ekor Kuning
(Cesio cuning) di Perairan Pulau Lae-Lae Makassar, Skripsi Fakultas
Sains dan Teknologi, Makassar.

Agustiani, J. 2013, Penerapan Metode Observasi untuk Meningkatkan Motivasi


dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Vertebrata di Kelas X SMA
Biokri 2 Yogyakarta, Skripsi, Program Studi Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Baweleng, S., Manginsela, F. B. dan Sangari, J. R. R., Studi Otolith Ikan Layang,
Decapterus Akaadsi Abe 1958 Dari Perairan Teluk Amurang, Jurnal
Ilmiah Platax, 6(2): 66-67

Campbell, N. A., Recce, J. B. dan Michel, L. G., 2012, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Fauziah, P., Purnama, A. A., Yolanda, R. dan Karno R., 2016, Keanekaragaman
Ikan (Pisces) di Danau Sipogas Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau,
Jurnal Biologi Udayana, 21(1): 17

Ferdyan, R., Razak, A., Sumarmin, R. dan Zulyusri, 2020, Analisis Relevansi
Materi Superkelas Pisces dalam Aspek Penerapan Ilmu Taksonomi
Hewan di Sekolah, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 6(4): 442-443

Hartati, S. T., Wahyuni, I. S. dan Indarsyah, I. J., 2014, Pertumbuhan, sebaran


ukuran panjang, dan kematangan gonad ikan ekor kuning (Caesio
cuning) di perairan Kepulauan Seribu, Prosiding Seminar Nasional,
Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta Utara.

Kusuma, A. B., Tapilatu, R. F. dan Tururaja, T. S., 2021, Identifikasi Morfologi


Ikan Kerapu (Serranidae: Epinephelinae) yang didaratkan di Waisai
Raja Ampat, Jurnal Enggano, 6(1): 37-38

Lestari, A. T. dan Putu, S. E., 2014, Studi kimia Darah Organ Kerapu Macan
(Epinephelus fuscogottatus) yang di infeksi Virus Isolat Lapang
Penyebab Viral Nervous Necrosis, Jurnal Sains Veteriiner, 32(1): 85-
89

Prihartini, A., 2006, Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus sp.)
Hasil Tangkapan Seine yang di Daratkan di PPN Pekalongan, Skripsi
Universitas Diponegoro. Jawa Timur.

Primawati, S. N., Efendi, I. dan Marnita, 2016, Identifikasi Jenis Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan Di Pantai Jeranjang, Jurnal Pendidikan Mandala,
1(1): 73-77

Puspitasari, A. F., 2013, Identifikasi dan Prevelensi Cacing Ektoparasi pada Ikan
Kembung di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan,
Skripsi, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Siregar, H. R. D., 2019, Identifikasi Jenis Makanan Ikan Mujair yang Tertangkap
di Danau Siombak Kecamatana Medan Marelan Provinsi Sumatra
Utara, Skripsi, Universitas Sumatra Utara.

Teleng, A. T. R., 2010, Perikanan Tangkap Kembung (Rastraligger sp.) di


Perairan Sekitar Teluk Buyat, Jurnal Maritek, 10(1):51-59

Zuhdi, M. F. dan Mahduppa, H., 2020, identifikasi Ceasio berdasarkan


Karaktrsitik Morfometri dan DNA Barcoding yang didaratkan di Pasar
Ikan Muara Baru, Jakarta, Jurnal Kelautan Tropis, 23(2): 1-5
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM VI
MOLLUSCA

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2018, Identifikasi Filum Mollusca (Gastropoda) di Perairan Palipi


Soreang Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Uin Alauddin Makassar, Makassar.

Andika R., Balansada, Medy Ompi dan Lumuindong, R., 2019, Identifikasi Dan
Habitat Gurita (Cephalopoda) Dari Perairan Salibabu, Kabupaten
Kepulauan Talaud, Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 7(3): 247-248

Ariani, D., Swasta, J. dan Adnyana B., 2019, Studi Tentang Keanekaragaman dan
Kemelimpahan Mollusca Bentik Serta Faktor-Faktor Ekologis yang
Mempengaruhinya di Pantai Mengening, Kabupaten Badung, Bali,
Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 6(3): 146-147

Bahtiar, Anadi, L., Nurgayah, W. dan Emiyarti, 2018, Dinamika Populasi Kerang
Pokea Batissa Violacea Var. Celebensis Von Martens 1897 Di Muara
Sungai Lasolo Sulawesi Tenggara, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, 10(2): 301-311
Balansada, A.R., Medy O. dan Frans L., 2019, Identifikasi dan Habitat Gurita
(Cephalopoda) dari Perairan Salibabu, Kabupaten Kepulauan Talaud,
Jurnal Pesisirdan Laut Tropis, 7(3): 351-253

Budiyanto, A. dan Herri S., 1997, Catatan Mengenai Si Tangan Delapan


(Gurita/Octopus sp.), Oseana, 22(3): 27-31

Hendrik, A.W. dan Cappenberg, 2018, Beberapa Aspek Biologi Kerang Hijau
Perna Viridis Linnaeus 1758, Jurnal Oseana, 22(1): 33-40

Isnaningsih, N. R. dan Patria, M. P., 2018, Peran Komunitas Moluska dalam


Mendukung Fungsi Kawasan Mangrove di Tanjung Lesung,
Pandeglang, Banten, Jurnal Biotropika, 6(2): 35-36

Mujiono, N., 2016, Gastropoda Marga Nerita Dari Pulau Lombok, Jurnal Oseana,
10(3): 1-5

Nagir, M.T., Morfometri Kerang Darah Anadara Granosa L Pada Beberapa Pasar
Rakyat Makassar, Sulawesi Selatan, Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

Novita, M., 2018, Keanekaragaman Mollusca di Ekosistem Mangrove Kecamatan


Baitussalam Kabupaten Aceh Besar sebagai Referensi Pendukung
Materi Keanekaragaman Hayati di Sman 1 Baitullsalam, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darusalam, Banda Aceh.

Paruntu, C.P., Farnis B. dan Sujito L.T., 2009, Gurita (Cephalopoda) dari Perairan
Sangise, Sulawesi Utara, Ekoton, 9(2): 17-19

Rudiana, E. dan Delianis P., Morfologi dan AnatomiCumi-Cumi (Liligoduvauceli


yang Memancarkan Cahaya, 2004, IlmuKelautan, 9(2): 98-102

Sulistyaningsih, E. dan Uca Y.A., 2020, Aspek Bio-Ekologi dan Pemanfaatan


Kerang Marga Anadara (Mollusca: Bivalvia: Arcidae, Oseana, 45(2):
80

Wahyuni, S, Purnama, A, A dan Afifah, N., Jenis-Jenis Mollusca (Gastropoda dan


Bilvalvia) pada Ekosistem Mangrove di Desa Dedap Kecamatan Tasik
putripuyu Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, Prosseding Seminar,
1(1)
Wulandari, D.A., 2018, Morfologi, Klasifikasi, Dan Sebaran Cumi-Cumi Famili
Lolinginidae, Jurnal Oseana, 12(2): 48-65

Yaqin, K., Liestiaty F. dan Fitriyani, 2018, Efek Ukuran Cangkang Terhadap
Indeks Kondisi dan Kandungan Logam Timbek Kerang Hijau
(Pernavidiris), Jurnal Pengelolaan Perairan, 1(2): 31-34

Zahida, F., 2012, Dinamika Populasi Rhinoclavis Sinensis Gmelin 1791


(Gastropoda: Cerithiidae) Di Pantai Krakal, Yogyakarta, Skripsi,
Program Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM VII
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PLANKTON

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Dewiyanti, G. A. D., Irawan, B., dan Moehamadi, N., 2015, Kepadatan dan
Keanekaragaman Plankton di Perairan Mangetan Kanal Kabupaten
Sidoarjo Provinsi Jawa Timur dari Daerah Hulu Daerah Tengah dan
Daerah Hilir Bulan Maret 2014, Universitas Airlangga, Surabaya.

Irzan, A. M., 2018, Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air,


kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Jurnal Biodiversitas, 9(3):
217.

Prima, D., Raza’i, T. S., dan Zulfikar, A., 2012, Keanekaragaman dan
Kelimpahan Zooplankton di Sungai Ekang Anculai Kecamatan
Teluk Sebong Kabupaten Bintan, Jurnal Agroknow, 2(1): 39.

Tambaru, R., Muhiddin, A. H., dan Malida, H. S., 2014, Analisis


Perubahan Kepadatan Zooplankton Berdasarkan Kelimpahan
Fitoplankton pada Berbagai Waktu dan Kedalaman di Perairan
Pulau Padi Kabupaten Pangkep, Jurnal Ilmu Kelautan dan
Peikanan, 24(3): 40-48.
Tiha, H., 2017, Kelimpahan Plankton di Ekosistem Perairan Teluk
Gilimanuk, Taman Nasional Bali Barat, Jurnal Makara Sains, 11(1):
44-48.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT


PRAKTIKUM VIII
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BENTHOS

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Dwirastina, M., 2013, Teknik Pengambilan dan Identifikasi Bentos Oligochaeta


Di Daerah Indakiat Riau Pekanbaru, Jurnal BTL. 11(2): 41

Iswanti, S., Ngabekti, S dan Martuti, T.K.N., 2012, Distribusi dan


Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Sungai Damar Desa Weleri
Kabupaten Kendal, Unnes Journal Of Life Science. 1(2): 1-2

Nagir, M.T., Morfometri Kerang Darah Anadara Granosa L Pada Beberapa Pasar
Rakyat Makassar, Sulawesi Selatan, Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

Purwanto., Surbakti, S dan Tanjung, R.H.R., 2013, Studi Kualitas Perairan Danau
Sentani Menggunakan Bioindikator Makrobentos, Jurnal Biologi Papua.
5(2): 53-54

Rani, T., Dewi, E. dan Indra, B.V., 2015, Identifikasi Echinodermata di Selatan
Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. ProsSemnas
Masy Biodiv Indon, 1(3): 455

Winarno, K., Astirin, P.O dan Setyawan D.A., 2010, Pemantauan Kualitas
Perairan Rawa Jabung Berdasarkan Keanekaragamn dan Kekayaan
Komunitas Bentos, Jurnal Biologi Smart. 2(1): 40-41
Zahida, F., 2012, Dinamika Populasi Rhinoclavis Sinensis Gmelin 1791
(Gastropoda: Cerithiidae) Di Pantai Krakal, Yogyakarta, Skripsi, Program
Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
Yogyakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT


PRAKTIKUM IX
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS LAMUN

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Adim, M. F., Hasyimuddin dan Kaseng, E., 2016, Identifikasi Jenis dan Kerapatan
Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring
Kabupaten Pangkep, Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to
Comprehensive Education, 1(1): 180-187

Anggraini, K. 2013. Mengenal Ekosistem Perairan. Jakarta. Grasindo.

Azkab, M. H., 2011, Pedoman Inventarisasi Lamun, Jurnal Oseana, 14(1): 1- 16

Azkab, M. H. 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta : COREMAP


CTI LIPI 2014

Graha, Y. I., 2015, Simpanan Karbon Padang Lamun di Kawasan Pantai Sanur,
Kota Denpasar, Thesis, Jurusan Ilmu Lingkungan, Universitas Udaya.

Hadad, M. S dan Abubakar, S., 2016, Distribusi Komunitas Padang Lamun


(Seagrass) di Perairan Tanjung Gosale Kecamatan Oba Utara Kota Tidore
Kepulauan, Jurnal Techno, 5(1): 76-95

Juraj, Nugraha, A.H. dan Kawaroe, M., 2016, padang lamun, IPB press, Jakarta.

Kamauddin, S.Z., Rondonuwu, S.B dan Maabuat, V.P., 2016, keragaman lamun
(seagras) di pesisir desa lihunu pulau Bangka kecamatan likupan
kabupaten minahasa utara, Sulawesi utara, jurnal mipa unsrat online, 5(1):
21
Lwin, M. L., Htay, Y., New, N. N., Thin, P., Wai, T. L., Jones, S. M. dan Htun, U.
S., 2019, Sea grass surveys in the Eastern part of Lampi Island in
Myanmar, Journal of Aquaculture & Marine Biology, 8(2): 47-53.

Nana, I. H., Analisis Sampah Rumah Tangga Terhadap Keanekaragaman Padang


Lamun di Desa Geliting Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur sebagai
Sumber Belajar Biologi, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Malang.

Rawung, S., Tilaar, S. S. dan Rondonuwu, A. B., 2018, Inventarisasi Lamun di


Perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal
Ilmiah Platax, 6(2): 38-45.

Tuwo, A., 2011, Pengelolaan Ekowisata pesisir dan Laut, Brilian Internasional,
Sidoarjo.
Wakano, d., 2014, invetarisasi jenis-jenis lamun (seagrass) di perairan pantai desa
waai dan desa liang, Prosiding Seminar Nasional, Universitas patimura.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM X
KARAKTERISTIK ORGANISME PANTAI BERPASIR DAN BERBATU

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, N., 2010, Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) Di


Pantai Pulau Pari, Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu, Jurnal Ilmiah
Faktor Exacta, 3(2) : 167-174

Harjadi, B dan Octavia, D., 2008, Penerapan Teknik Konservasi Tanah Di Pantai
Berpasir untuk Agrowisata ( Applying Of  Applying Of Soil
Conservation Technique At Sandy Coastal Areas For The Agro-
Recreation), Jurnal Hutan, 5(2) : 113-121

Katili, A.S., 2011, Struktur Komunitas Echinodermata pada Zona Intertidal


Gorontalo, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, 8(1) : 51-61

Nagir, M.T., Morfometri Kerang Darah Anadara Granosa L Pada Beberapa Pasar
Rakyat Makassar, Sulawesi Selatan, Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.

Rani, T., Dewi, E. dan Indra, B.V., 2015, Identifikasi Echinodermata di Selatan
Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.
ProsSemnas Masy Biodiv Indon, 1(3): 455

Salmanu, S.I.A., 2014, Keanekaragaman Gastropoda pada Zona Intertidal Tengah


( Intertidal Zone) dan Zona Intertidal Bawah ( Lower Intertidal Zone)
Daerah Padang Lamun Desa Waai, Jurnal Biopendix, 1(1) : 10-14

Suprajaka., Poniman, A dan Hartono., 2005, Konsep dan Model Penyusunan


Tipologi Pesisir Indonesia Menggunakan Teknologi Sistem Informasi
Geografi, Jurnal of Society and Space, 1(1) : 76-84
Zahida, F., 2012, Dinamika Populasi Rhinoclavis Sinensis Gmelin 1791
(Gastropoda: Cerithiidae) Di Pantai Krakal, Yogyakarta, Skripsi,
Program Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Yogyakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT


PRAKTIKUM XI
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS MANGROVE

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Buwono, Y. R., 2017., Identifikasi dan Kerapatan Ekosistem Mangrove di


Kawasan Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Ilmu
Perikanan, 8(1): 32-33

Majid, I. 2016., Konservasi Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate


Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah, Jurnal Bioeduksi, 4(2): 488

Muharrahmi, N., Budihastuti, R. dan Hastuti, E.D., 2016, Pertumbuhan Semai


Rhizophora Mucronata Lamk. Pada Komposisi Jenis Mangrove dan
Lebar Saluran Outlet yang Berbeda di Tambak Wanamina Kelurahan
Mangunharjo, Semarang, Jurnal Biologi, 5(1): 60-71

Noaji, G dan hidarat, M. F., 2016., Peranan Ekosistem Mangrove di Pesisir Kota
Bengkulu dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpanan
Karbon, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(3): 327-328

Senoaji, G. dan Hidayat, M.F., 2016, Peranan Ekosistem Mangrove di Pesisir


Kota Bengkulu dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpanan
Karbon, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(3): 327

Wardhani, M.K., 2011, Kawasan Konservasi Mangrove Suatu Potensi Ekowisata,


Jurnal Kelautan, 6(1): 60
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
PRAKTIKUM XII
SNORKELING

OLEH :
NAMA : INDIRA SALSABILA
NIM : F1D120059
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, P.W., Susila, P.N. dan Kusuma, I.W.W., 2016, Data Mining untuk
Pemilihan Snorkeling dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering, Jurnal
Sacies, 7(1): 37

Hadi, N., 2019, Tinjauan tentang Penyelaman, Oseana, 16(2): 4-7

Luthfi, O.M., Yamindago, A. dan Dewi, C.S.U., 2016. Perbaikan Standar


Keamanan Penyelaman Nelayan Kompresor Kondang Merak Malang
dengan Penggunaan SCUBA (Self-Containted Underwater Breathing
Apparatus), Journal Of Innovation And Applied Technology, 1(2):167-169

Purnamasari, I., 2011, Flash packing Kelling Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Umbarno, 2008, Survey Pelaksanaan Pelatihan Selamdi Pangkalan Angkatan Laut


Semarang, Tesis, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai