LAPORAN PENDAHULUAN
ANAK USIA PRASEKOLAH DENGAN ACUTE MYELOID LEUKIMIA
(AML)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan untuk
saya dalam penulisan tugas Laporan Pendahuluan Keperawatan Anak dengan
AML. Tanpa pertolongan-Nya tentu saya tidak akan dapat membuat makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas Profesi Keperawatan
Anak 1 dan menambah wawasan bagi mahasiswa S1 Keperawatan dan penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing yaitu Ibu
Ade Susanty yang telah membimbing saya dalam penulisan makalah ini. Selain
itu, juga kami berterima kasih telah diberikannya tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Tujuan..............................................................................................................
BAB 2 Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Pra Sekolah................................
2.1 Pertumbuhan Anak Usia Prasekolah...............................................................
2.2 Perkembangan Anak Usia Prasekolah.............................................................
2.3 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan........................................................
2.4 Pemenuhan Kebutuhan Tumbuh Kembang Usia Pra Sekolah........................
BAB 3 Laporan Pendahuluan.................................................................................
3.1 Definisi............................................................................................................
3.2 Etiologi............................................................................................................
3.3 Patofisiologi.....................................................................................................
3.4. Manifestasi Klinis penyakit............................................................................
3.5 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................
3.6 Komplikasi......................................................................................................
3.7 Penatalaksanaan...............................................................................................
3.8 Pengkajian Teori..............................................................................
3.9 WOC..............................................................................................
3.10 Diagnosa Keperawatan..................................................................................
3.11 Intervensi Keperawatan.................................................................................
BAB 4 Penutup.........................................................................................................
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
4.2 Saran................................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan AML
BAB II
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH
3. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial pada usia prasekolah adalah
Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah, anak usia prasekolah
adalah siswa yang ingin tahu, mereka sangat antusias mempelajari hal-hal
baru. Tahap pengembangan hati nurani selesai selama periode prasekolah,
dan tahap ini merupakan dasar untuk tahap perkembangan moral yaitu
anak dapat memahami benar dan salah.
a. Mengenalkan pada anak mengenai apa itu BAK dan BAB
b. Memperhatikan tanda-tanda
Orangtua harus peka mengenali ketika anak
mengejan, meremas celananya, menyilangkan kaki, mundur
ke pojok, atau bersembunyi. Tandanya dia akan BAK atau
BAB.
c. Mengatur pola waktu dan jangan bosan
Ketika anak baru banyak minum dan makan,
sesekali tanyakan apakah dia mau BAK atau BAB,
mungkin dapat dengan jeda waktu antara setengah jam
sampai satu jam setelah minum, tapi untuk BAB mungkin
orangtua bisa mengatur waktunya lebih agak lama.
d. Mengajak anak untuk buang air ke toilet setiap akan tidur
e. Mengurangi frekuensi pemakaian diapers/popok
f. Jangan mudah menyerah tetapi tidak boleh memaksakan
Tugas orang tua pada tahap perkembangan ini adalah :
a. Orang tua mengetahui bahwa anak usia prasekolah belajar
mengendalikan diri melalui interaksi dengan orang lain.
b. Orang tua mulai memberikan informasi pendidikan seks
sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
c. Orang tua harus membiasakan membacakan buku cerita
untuk anak.
4. Perkembangan Kognitif
Menurut teori Jean Piaget anak usia prasekolah berada di tahap
praoperasi. Pemikiran pra operasi mendominasi selama tahap ini dan
didasarkan pada pemahaman dunia yang mementingkan diri sendiri. Pada
fase prakonseptual pra operasi berpikir, anak tetap egosentris dan mampu
mendekati masalah hanya dari satu sudut pandang. Anak usia prasekolah
muda memahami konsep penghitungan dan mulai terlibat dalam
permainan fantasi atau khayalan. Mereka percaya bahwa pikirannya sangat
kuat, fantasi yang dialami melalui pemikiran magis memungkinkan anak-
anak prasekolah untuk membuat ruang di dunianya yang nyata. Berikut
adalah beberapa contoh untuk membantu siswa meningkatkan
keterampilan kognitif mereka.
a. Permainan Pencocokan Memori
• Identifikasi item atau beberapa item.
• Ingat barangnya.
• Cari item yang cocok.
• Identifikasi kapan kecocokan ditemukan.
• Menemukan pasangan bisa sangat
memuaskan dan membuat anak sangat
bangga dengan penemuan mereka, itulah
sebabnya mengapa banyak anak usia
prasekolah menyukai ini.
b. Teka-Teki
c. Sortifikasi Dan Klasifikasi
Melalui sortasi, anak-anak mulai memahami bahwa
hal-hal tertentu memiliki persamaan dan perbedaan. Pilih
aktivitas yang mendorong penyortiran dan
mengklasifikasikan item, seperti menyortir mainan
berdasarkan warna, jenis atau ukuran.
d. Pengurutan
Misalnya, “kemarin” bisa berarti sesuatu yang
terjadi kapan saja di masa lalu), tetapi dapat bekerja pada
keterampilan urutan mereka untuk mengembangkan rasa
waktu yang lebih baik.
8. Perkembangan Sensorik
Anak usia prasekolah berisiko lebih tinggi untuk menelan benda
asing secara tidak sengaja. Ketajaman visual terus mengalami kemajuan
dan harus sama secara bilateral. Berikut ini adalah contoh permainan
sensorik menurut:
a. Merangsang kemampuan linguistik
Ajarkan mana benda yang keras, kasar, lembek, lembut
b. Membangun kemampuan kognitif
Menyuruh buah hati membangun sesuatu dari balok-balok
kayu
c. Mendorong bersosialisasi
d. Untuk kesehatan fisik
Lompat kodok, main bola, atau berjalan mengikuti
garis akan sangat seru dan melatih fisiknya.
3.1 Definisi
Acute myelogenous leukimia (AML) adalah keganasan klon yang ditandai
dengan munculnya peningkatan jumlah sel mieloid yang belum matang di
sumsum dan darah. Meskipun peristiwa onkogenik mendasar terjadi pada tingkat
sel progenitor yang sangat awal, progeni ganas sering mampu melakukan
diferensiasi yang cukup besar. Ini telah menyebabkan skema klasifikasi yang
menekankan karakteristik morfologis sel, yang terpola setelah klasifikasi
granulosit normal.
AML merupakan jenis leukimia akut tersering pada dewasa dan angka
kejadian menjadi semakin meningkat seiring usia dengan usia rata-rata pada 65
tahun. Jenis ini hanya merupakan fraksi kecil (10-15%) dari seluruh jenis leukimia
pada anak-anak. Kelainan sitogenetik dan respons terhadap terapi awal
berpengaruh besar terhadap prognosis.
3.2 Etiologi
Kejadian AML sebanding untuk anak-anak kulit putih dan kulit hitam di
semua kelompok umur. Dalam memahami mekanisme molekuler yang mengarah
ke aml, tidak diketahui apakah mutasi dan penataan ulang kromosom terjadi
secara acak atau apakah insiden kelainan ini meningkat oleh paparan lingkungan
atau prodisposisi genetik. Distribusi dan frekuensi aml di wilayah geografis yang
berbeda dan dalam populasi yang berbeda berubah secara substansial karena
faktor genetik dan lingkungan. Paparan terhadap lingkungan, profesional, atau
iatrogenik terhadap agen-agen yang berpotensi leukemia (minyak bumi, pestisida,
obat-obatan sitotoksik) secara signifikan meningkatkan risiko terserang aml.
Asal molekuler aml tidak diketahui. Mekanisme phatophysiologic
beragam, bertindak bersama, dan berbeda dalam berbagai jenis AML. Predisposisi
genetik yang diwariskan dan mutagen lingkungan seperti radiasi, obat-obatan dan
racun lainnya semua memainkan peran dalam pengembangan AML. Penyebab
genetik ditunjukkan oleh peningkatan kejadian AML pada kembar identik, serta
hubungan AML dengan berbagai kelainan bawaan. AML yang timbul dari
gangguan hematologis yang sudah ada sebelumnya, paling sering sindrom
myelodyplastic, memiliki prognosis yang lebih rendah.
Faktor risiko yang diketahui untuk AML meliputi:
1. Paparan lingkungan
Benzena dan turunannya, etilena oksida, dan herbisida
2. kelainan genetik
a. Down sindrom
b. Anemia fanconi
c. Ataksia
d. Li-Fraumeni Syndrome (LFS)
e. Sindrom kostmann
f. Sindrom klinefelter
3. Gangguan hematologis yang sudah ada sebelumnya
a. Myelodysplastic syndrome (MDS) atau praleukimia
b. Gangguan mieloproliferatif
c. Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH)
4. Terkait pengobatan
a. Agen alkilasi: AML biasanya muncul dari mds, setelah periode latensi 3
hingga 10 tahun dan berhubungan dengan kelainan kromosom yang
khas, terutama penghapusan yang melibatkan kromosom 5 atau 7.
b. Topoisomerase II inhibators: AML tidak memiliki myelodysplasia
sebelumnya, memiliki latensi yang lebih pendek, menunjukkan
morfologi monocytis, dan dikaitkan dengan perubahan sitogenetik khas
yang melibatkan lengan panjang kromosom 11.
c. Radioterapi sendiri atau dalam kombinasi dengan kemoterapi.
3.3 Patofisiologi
AML merupakan penyakit dengan transformasi ganas dan perluasan klon-
klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa
berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk
hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid
dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk mieloid akan
berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit.
Kemudian maturasi terganggu, sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan
menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel leukemik
tersebut masuk kedalam sirkulasi darah kemudian dilepaskan ke dalam aliran
darah yang menyebabkan proliferasi sel darah putih immature. Ketika sel darah
putih immature, terjadilah infiltrasi organ tubuh dan hematopoesis terganggu.
2. Pemeriksaan biokimia
Dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal, hipokalemia, dan
peningkatan kadar bilirubin.
3. Profil koagulasi
Dapat menunjukkan waktu protrombin dan waktu tromboplastin
parsial teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering terjadi DIC
4. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi
5. Aspirasi tulang
Dengan mengambil sampel kecil dari tubuh pasien. Pasien dapat
terdiagnosis AML, jika 20% atau lebih sel darah di dalam sumsum tulang
belum matang
3.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat AML, yaitu:
1. Perdarahan
AML dapat menyebabkan tubuh rentan mengalami memar dan
perdarahan karena trombositopenia.
2. Leukostasis
Leukostasis terjadi ketika jumlah sel darah putih dalam alirab
darah >50.000/uL darah. Hal tersebut memicu terjadinya penggumpalan
sel darah putih sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan
terganggunya asupan oksigen ke sel-sel tubuh. Kondisi tersebut
menimbulkan gangguan fungsi organ terutama otal dan paru-paru.
2. Kemoterapi
Terapi definitif adalah dengan kemoterapi sitotoksik menggunakan
kombinasi obat multipel. Obat sitotostik bekerja dengan berbagai
mekanisme untuk menghancurkan sel leukimia.
3. Transpalasi sumsum tulang
Pilihan terapi setelah kemoterapi dosis tibggi dan radioterapi pada
pasien AML. Transpalasi bersifat autolog, yaitu sel sumsum tulang
diambil sebelum pasien menerima terapi dosis tinggi, disimpan, dan
kemudia diinfusikan kembali. Dan bersifat alogenik, yaitu sumsum tulang
berasal dari donor yang cocok dengan Human Leucocyte Antigen-nya
(HLA). Transpalasi alogenik menunjukkan bahwa sumsum yang
ditransplalasikan akan berefek antitumor yang kuat.
Hematopoesis terganggu
Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh Risiko cedera
Gg. Integritas
Kloroma Pertumbuhan jar. Kulit abnormal Kerusakan jaringan atau
jaringan dan
lapisan kulit
kulit
3. Risiko perdarahan Setelah diberikan intervensi - Monitor tanda dan gejala perdarahan - Monitor digunakan
d.d gangguan keperawatan 1x24 jam, maka - Monitor nilai untuk memantau
koagulasi dan tingkat perdarahan menurun, hematokrit/hemoglobin sebelum dan keadaan pasien dari
proses keganasan dengan kriteria hasil: setelah kehilangan darah sebelum dan sesudah
1. Kelembabab membran - Monitor TTV ortistatik tindakan agar
mukosa meningkat - Monitor koagulasi diketahui apakah
2. Kelembapab kulit - Meminta orang tua agar anak bed kondisi membaik atau
meningkat rest total memburuk
3. Hemagoblin meningkat - Batasi tindakan invasif - Edukasi kepada
4. Tekanan darah membaik - Gunakan kasur pencegahan orangtua dapat
5. Suhu tubuh meningkat dekubitus memdukung
- Hindari pengukuran suhu rektal pengobatan agar lebih
- Menjelaskan pada orangtua tanda optimal untuk
dan gejala perdarahan pada anak kesembuhan pasien
- Menganjurkan orangtua untuk
mengenakan kaus kaki pada anak
saat ambulasi
- Menganjurkan orangtua untuk
meningkatkan asupan cairan pada
anak untuk menghindari konstipasi
- Menganjurkan orangtua untuk
meningkatkan asupan makanan pada
anak
- Menganjurkan orangtua untuk
segera lapor jika terjadi perdarahan
Manajemen nutrisi
- Identifikasi penyebab BB kurang
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dsn
nutrien
- Monitor asupan makanan
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi
- Monitor BB
- Berikan perawatan mulut pada anak
sebelum pemberian makanan
- Sajikan makanan yang menarik
- Sediakan tempat yang tepat dan
sesuai (tekstur halus atau diblender)
- Memberi vitamin untuk nafsu
makan
- Menjelaskan kepada orang tua
makanan yang bergizi tinggi
- Menjelaskan kepada orang tua
peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
A. Kesimpulan
1. Acute myelogenous leukimia (AML) adalah keganasan klon yang
ditandai dengan munculnya peningkatan jumlah sel mieloid yang
belum matang di sumsum dan darah
2. Faktor risiko yang diketahui untuk AML meliputi:
a. Paparan lingkungan
b. kelainan genetik
c. Gangguan hematologis yang sudah ada sebelumnya
d. Terkait pengobatan
3. Manifestasi klinis penyakit seperti Demam, keletihan, pucat,
anoreksia, petekie dan/atau perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri
abdomen yang tidak jelas, dan BB turun.
B. Saran
Mahasiswa sebaiknya lebih banyak membaca referensi tentang
penyakit AML agar lebih mudah memahami materi dan mampu
melakukan asuhan keperawatan dengan baik pada penyakit AML.
DAFTAR PUSTAKA