Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN COVID 19 PADA ANAK

KEPERAWATAN ANAK II

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Ns. Zuhrotul Eka Yulis, M.Kes.

Oleh :

Nama : Noviar Alfagyta

NIM : 1911011046

Kelas : 5B

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2022
A. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul Menurut SDKI.

No Diagnosis Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Defisit nutrisi
3. Gangguan pertukaran gas
4. Gangguan ventilasi spontan
5. Hipertermi
6. Pola nafas tidak efektif
7. Ansietas
8. Diare
9. Gangguan Integritas Kulit
10. Intoleransi aktifitas

B. Kriteria Hasil Menurut SLKI

No. Diagnosis Keperawatan Kriteria Hasil


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif. - Kemampuan batuk efektif meningkat.
- Produksi sputum Menurun.
- Kesulitan bernafas (dipsnea) menurun.
- Gelisah membaik.
- Frekuensi nafas dalam batas normal
(12-24x/menit).
- Pola nafas membaik.

2. Defisit Nutrisi - Porsi makan yang dihabiskan


meningkat.
- Nyeri abdomen menurun.
- Fungsi GI meningkat.
- Berat badan membaik.
- Nafsu makan membaik.
- Tingkat depresi menurun.
- Tingkat nyeri menurun.
3. Gangguan pertukaran gas - Dispenia menurun.
- Bunyi nafas tambahan menurun.
- Gelisah menurun.
- Nafas cuping hidung menurun.
- PCO2 membaik.
- CO2 membaik.
- Pola nafas membaik.
- Warna Kulit membaik.
- Pefusi Paru membaik.
4. Gangguan ventilasi spontan - Tingkat kesadaran meningkat.
- Nadi dalam batas normal (80-
100x/menit).
- Frekuensi nafas dalam batas normal
(12-24x/menit).
- Suhu tubuh dalam batas normal
(36,50C – 37,50 C0).
- Saturasi oksigen pada anak dalam
batas normal 11 g/dl.
- Gambaran EKG aritmia dalam batas
normal.
5. Hipertermi - Suhu tubuh dalam batas normal
(36,50C – 37,50 C0).
- Tidak sakit kepala.
- Nadi dalam batas normal (80-
100x/menit).
- Frekuensi nafas dalam batas normal
(12-24x/menit).
- Tidak ada perubahan wara kulit.
- Status cairan cukup.
6. Pola nafas tidak efektif - Ventilasi semenit meningkat.
- Tekanan ekspirasi meningkat.
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun.
- Otopnea menurun.
- Kedalaman nafas membaik.
7. Ansietas. - Verbilasasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Keluhan pusing menurun.
- Diafrosresis menurun.
- Tremor menurun.
8. Diare - Kontrol pengeluaran feses menurun.
- Distensi abdomen menurun
- Teraba massa pada rektal menurun
- Nyeri abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekuensi defekasi membaik.

9. Gangguan Intregritas Kulit - Elasitas kulit meningkat.


- Hidrasi meningkat.
- Kerusakan lapisan dan jaringan
menurun.
- Kemerahan kulit menurun.
- Tidak ada hematoma pada kulit.
- Suhu kulit membaik.
10. Intoleransi Aktifitas - Kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
- Frekuensi nadi meningkat
- Kekuatan tubuh meningkat

C. Intervensi Keperawatan Berdasarkan SIKI.

No. Diagnosis Intervensi


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif. 1. Observasi.
- Indentifikasi kemampuan batuk.
- Monitor adannya retensi sputum.
- Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas (mis. Jumlah dan
karakteristik).
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya nafas.
- Monitor pola napas (seperti
brapdipnea, takipnea,
hiperventilasi,kussmaul, cheyne-
stokes,Biot, ataksik).
- Monitor batuk efektif.
- Monitor adannya produksi sputum.
- Monitor adannya sumbatan jalan nafas.
- Palpasi kesemitrisan ekspansi paru.
- Aukultrasi bunyi napas.
2. Terapeutik.
- Atur posisi semi-fowler atau flower.
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien.
- Buang sekret pada tempat sputum.
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien.
- Dokumentasikan hasil pemantauan.
3. Edukasi.
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif.
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama
2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan ) selama 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali.
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik nafas dalam yang ke-3.
- Jelaskan tujuan pemantauan.
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
4. Kolaborasi.
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspetoran, jika perlu.
2. Defisit Nutrisi 1. Observasi.
- Indentifiksi status nutrisi.
- Indentifikasi alergi dan intoleransi
makanan.
- Indentifikasi Kebutuhan kalori dan
jenis nutrisi.
- Monitor asupan makanan.
- Monitor Berat Badan.
2. Terauputik.
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
pada anak.
- Sajikan Makanan yang menarik dan
suhu yang sesuai.
- Berikan makanan tinggi kalori dan
protein.
3. Kolaborasi.
- Kolaborasikan pemberian medikasi
sebelum makan misalnya pereda nyeri.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
3. Gangguan pertukaran gas 1. Observasi.
- Monitor frekuensi, irama kedalaman
dan upaya nafas.
- Monitor pola nafas.
- Monitor adannya produksi skutum
Aukultasi bunyi nafas.
2. Terauputik.
- Dokumentasi hasil pemantauan.
3. Edukasi.
- Jelaskan tujuan, prosedur dan
informasi terkait pemantauan.
4. Gangguan ventilasi spontan 1. Observasi.
- Identifikasi adannya kelelahan otot
bantu nafas.
- Indentifikasi efek perubahan posisi
terhadap status pernafasan.
- Monitor status respirasi dan oksigenasi
(mis. Frekuensi dan kedalaman nafas,
penggunaan otot bantu nafas, bunyi
nafas tambahan , saturasi oksigen).
2. Edukasi
- Ajurkan melakukan teknik relaksasi
nafas dalam.
- Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri.
- Ajarkan teknik batuk efektif.
3. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronchodilator,
jika perlu.
5. Hipertermi 1. Observasi.
- Indentifikasi penyebab hipertermi.
- Monitor suhu tubuh.
- Monitor haluan urine.
2. Terauputik.
- Sediakan lingkungan yang dingin.
- Longgarkan atau lepaskan pakaian.
- Berikan cairan oral.
3. Edukasi.
- Anjurkan tirah baring.
6. Pola nafas tidak efektif 1. Observasi.
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman usaha napas).
- Monitor bunyi napas tambahan (Mis.
Gurgling,mengi,wheezing, ronkhi
kering).
- Monitor sputum (jumlah, warna ,
aroma).
2. Terapeutik.
- Pertahanakan kepatenan jalan nafas
dengan head-tlit dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal).
- Posisikan semi-flowler atau fowler.
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.
- Lakukan penghisapan lender jika
perlu.
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal.
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill.
- Berikan Oksigen, jika perlu.
3. Edukasi.
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi.
- Anjurkan teknik batuk efektif.
4. Kolaborasi.
- Kolaborasi pemberian bronkodiator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
7. Ansietas. 1. Observasi.
- Indentifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis. Kondisi, waktu, stesor).
- Monitor tanda – tanda ansietas (verbal
dan non verbal).
2. Terapeutik.
- Ciptakan suasana terauputik untuk
menambahkan kepercayaan.
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkintkan.
- Pahami situasi yang membuat ansietas.
- Motivasi mengendentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang.
3. Edukasi.
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi.
- Latih pengunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
- Latih teknik relaksasi.
4. Kolaborasi.
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
8. Diare 1. Observasi.
- indentifikasi penyebab diare (mis.
Inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastronintertertinal, proses infeksi,
malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat-
obatan, pemberian botol susu).
- Indentifikasi riwayat pemberian
makana.
- Indentifikasi gejala invaginasi (mis.
Tagisan keras, kepucatan pada bayi).
- Monitor warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja.
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia
(mis. Takikardia, nadi teraba rendah,
tekanan darah turun, mukosa kulit
kering, CRT melambat, BB menurun).
- Monitor jumlah diare.
- Monitor keamanan penyiapan
makanan.
2. Terapeutik.

- Berikan asupan cairan oral (mis.


Larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte).
- Pasang jalur intravena.
- Berikan cairan intravena (mis. Ringer
asetat, ringer laktat), jika perlu.
- Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit.
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika
perlu.
3. Edukasi.

- Anjurkan makanan porsi kecil dan


sering secara bertahap.
- Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas mengandung
laktosa.
- Anjurkan melanjutkan Pemberian ASI.

4. Kaloborasi.

- Kolaborasi pemberian obat antimolitas


(mis. Loparomide, dinoksilat).
- Kaloborasi pemberian obat
antisplasmodic/spasmolitik (mis.
Papaverin, ekstra belladonna,
mebevona).
- Kaloborasi pemberian obat pengeras
feses (mis. Atapulgit, smektit, kaolin-
pektin).
9. Gangguan Intergritas Kulit. 1. Observasi.
- Indentifikasi penyebab gangguan
intregritas kulit misalnya perubahan
sirkulasi.
2. Terauputik.
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring.
- Hindari kulit berbahan alkohol pada
kulit kering.
- Gunakan produk berbahan ringan dan
hipoalergik pada kulit sensitive.
3. Edukasi.
- Anjurkan minum yang cukup.
- Anjurkan meningkatkan nutrisi.
- Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur.
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem.
10. Intoleransi aktifitas 1. Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola tidur
2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman
- Berikan aktivitas difraksi yang
menenangkan
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

Anda mungkin juga menyukai