Tugas Hukum Lingkungan - 2040057037 - Sienny Sumali
Tugas Hukum Lingkungan - 2040057037 - Sienny Sumali
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLH) Jawa Tengah mendapati sebanyak 63
perusahaan di wilayah Soloraya
Plt Kepala DLHK Provinsi Jateng, Widi Hartanto mengatakan hal tersebut didasari temuan yang
merupakan hasil pengawasan di lapangan sejak Agustus hingga pekan pertama September di
Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Solo, Blora.
"Kebanyakan (perusahaan) tekstil di Karanganyar, Sukoharjo, dan Sragen. Di Solo ada tapi cuma
sedikit," katanya, Rabu (8/9). Perusahaan-perusahaan tersebut kedapatan membuang limbah
ke sungai tanpa melakukan pengolahan limbah. Air limbah langsung dibuang ke sungai melalui
saluran bypass.Widdi mengatakan DLHK telah menjatuhkan sanksi administratif berupa
perintah paksa untuk menutup saluran bypass dan membangun instalasi pengolahan air limbah
(IPAL). Sebanyak 31 perusahaan telah menyelesaikan pembuatan IPAL.
Namun terdapat 4 perusahaan di Sukoharjo dan Karanganyar yang masih mengabaikan sanksi
administratif dari Pemprov Jateng. Widdi mengatakan pihaknya telah mengangkat kasus
pencemaran di 4 perusahaan tersebut ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK).
Ia menerangkan, pelanggaran 4 perusahaan tersebut bisa berujung denda hingga hukuman
kurungan. Merujuk Pasal 104 Undang-undang No 32 tahun 2009, dumping limbah ke
lingkungan diancam pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda maksimal Rp 3
miliar.Sebelumnya, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi milik PDAM Toya Wening Kota Solo
berhenti beroperasi karena tingginya tingkat pencemaran di Bengawan Solo. IPA tersebut
menggunakan air sungai sebagai air baku untuk diolah menjadi air bersih.
Pencemaran di Bengawan Solo tidak hanya berasal dari industri besar. Tak sedikit industri mikro
dan kecil di daerah Soloraya yang membuang langsung ke anak sungai Bengawan Solo tanpa
melalui pengolahan limbah yang baik. Industri mikro dan kecil yang menjadi kontributor
pencemaran terbesar umumnya bergerak di bidang pembuatan ciu. Minuman keras tradisional
yang banyak diproduksi di Bekonang, Sukoharjo. Selain pembuatan ciu, pabrik tekstil dan batik
juga bertanggungjawab terhadap pemcemaran ini. Namun, yang masih menjadi masalah
pencemaran dari industri mikro dan kecil masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
Dikarenakan, sektor industri golongan ini tidak mampu membangun IPAL yang membutuhkan
biaya besar.
Pemerintah sendiri sudah berulang kali membangun IPAL komunal untuk ratusan industri mikro
dan kecil yang umumnya dikelola rumahan. Hanya saja, kemampuan pemerintah tak sebanding
dengan pertumbuhan industri tersebut.Masalah pencemaran dari industri mikro dan kecil akan
sangat terbantu jika banyak pihak yang berkontribusi, yaitu dengan perusahaan yang
menyalurkan CSR-nya dengan membuatkan IPAL komunal untuk industri rumahan. -Solo, CNN
Indonesia.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pencemaran lingkungan hidup merupakan masalah yang harus dihadapi semua negara di dunia
baik negara maju maupun berkembang. Sejumlah faktor seperti pertumbuhan populasi dunia
dan teknologi mendorong pemanfaatan seluruh sumber daya alam sampai ke titik maksimum.
Konsekuensinya terjadi sejumlah persoalan lingkungan hidup baik itu pencemaran tanah, air,
dan udara. Lebih jauh lagi, persoalan lingkungan tersebut dapat mengancam kehidupan
makhluk hidup terutama manusia.Agar dapat memahami masalah ini, kita perlu tahu terlebih
dahulu soal pengertian pencemaran lingkungan hidup, jenis-jenisnya dan peraturan
Perundangan yang mengaturnya.
Berbagai peraturan hukum termasuk juga hukum lingkungan mengandung kaidah hukum yang
bertujuan mengatur perilaku dan perbuatan manusia untuk melindungi lingkungan dari
kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannyamendatang. Hukum
lingkungan dapat digunakan untuk memprediksi keadaaan atau kondisi lingkungan pada masa
mendatang. Selain itu hukum lingkungan dapat pula berfungsi sebagai sarana yang dapat
digunakan mengantisipasiberbagai keadaan lingkungan masa mendatang dan sebagai sarana
untuk memprediksikan keadaan di masa mendatang hal tersebut menyebabkan berbagai
peraturan hukum lingkungan yang diciptakan dan diperlukan seharusnya mampu pula
menjangkau keadaan dan pengaturan jauh kedepan dalam menetapkan berbagai kaidah atau
norma yang menyangkut pula penetapan nilai-nilai yaitu nilai yang berlaku saat ini dan nilai
yang diharapkan diberlakukan di masa mendatang.
Hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan norma guna mengatur tindakan atau
perbuatan manusia dengan tujuan melindungi lingkungan dari kerusakan, pencemaran dan
kemerosotan mutunya untuk menjamin kelestariannya dan daya dukungnya agar dapat secara
berkelanjutan (sustainable) digunakan secara berkelanjutan oleh generasi sekarang maupun
generasi mendatang.
Sebaliknya hukum lingkungan klasik menetapkan ketentuan dan norma dengan tujuan
terutama untuk menjamin penggunaan dan ekploitasi sumber daya lingkungan dengan
berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin dan
sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.
II. PEMBAHASAN
Seperti yang dikutip dari The Environment Dictionary karya David Kemp, pencemaran
lingkungan hidup adalah kontaminasi komponen fisik dan biologis dari sistem bumi atau
atmosfer sedemikian rupa yang membuat proses lingkungan terganggu.
Miguel Angel Santos dari Harvard University dalam bukunya The Environmental Crisis
menyebut terdapat tiga karakteristik umum dari pencemaran lingkungan yakni pencemaran
tidak mengenal perbatasan. "Pencemaran itu lintas batas."
Kemudian menurut Santos mayoritas pencemaran tidak dapat dihilangkan oleh organisme
hidup dan karena itu pencemaran ini akan bertahan di alam selama bertahun-tahun.
"Pencemaran itu menghancurkan makhluk hidup dalam suatu daerah dan habitatnya," tulis
Santos.
2. Aktivitas manusia yang menggunakan bahan yang tidak dapat didaur ulang seperti plastik dan
kemudian dibuang ke tanah.
3. Penggunaan pembasmi hama dan pupuk yang terbuat dari bahan kimia dalam aktivitas
pertanian secara berlebihan.
2. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah pelepasan berbagai gas ke atmosfer melebihi kapasitas alami
lingkungan untuk menghilangkan atau menyerapnya. Jenis gas yang yang berperan dalam
pencemaran udara yakni karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan ozon.
Dampak pencemaran udara secara langsung pada manusia bisa memicu terjadinya gangguan
pernapasan seperti asma, infeksi saluran pernapasan atas, dan bahkan kanker paru-paru.
2. Emisi dari pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi fosil baik itu batu bara dan
diesel.
3. Pencemaran Air
Pencemaran air terjadi ketika zat berbahaya masuk dalam air tanah di bawah permukaan atau
ke danau, aliran, sungai, muara dan lautan ke titik di mana zat itu menurunkan kualitas air.
Dampak pencemaran air sangat besar. Mulai dari rusaknya ekosistem hingga menipisnya
ketersediaan air bersih untuk konsumsi.
Penyebab pencemaran air:
1. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,
toksin organik, minyak, dan padatan. Tanpa diolah limbah ini dibuang lagi ke aliran air atau
sungai.
2. Penggunaan zat kimia secara berlebihan dalam pertanian juga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan hidup di air, baik itu untuk pembasmi hama maupun pupuk.
Pencemaran lingkungan hidup secara langsung maupun tidak akan berdampak pula pada
manusia. Hal ini bisa dihindari dengan mengurangi aktivitas memakai bahan kimia berlebihan.
Industri pun harus mengolah kembali limbahnya sebelum dilepas ke alam.
Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan Pencemaran lingkungan hidup, adalah “Masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
Sementara itu, untuk mengukur adanya suatu pencemaran ditetapkan dengan baku mutu
lingkungan hidup sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 1 Ayat (13) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa Baku
mutu lingkungan hidup, adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup
D. TINDAK PIDANA PENCEMARAN LINGKUNGAN
Dilansir dari dlhk.bantenprov.go.id, Tindak Pidana Lingkungan Hidup saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada Bab XV, yaitu mulai dari Pasal 97 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH. Pasal 97
UUPPLH menyatakan bahwa tindak pidana yang diatur dalam ketentuan Pidana UUPPLH,
merupakan kejahatan (rechtdelicten), sehingga level perbuatan tercelanya di atas
pelanggaran.
Secara umum, perbuatan yang dilarang dengan ancaman sanksi pidana bagi yang
melanggarnya dalam UUPPLH yaitu perbuatan Pencemaran lingkungan hidup dan perusakan
lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. (Pasal 1 angka 14
UUPPLH).
Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPPLH menyatakan bahwa penentuan terjadinya
pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu
lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
III. KESIMPULAN
Dari kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa di era perkembangan industri UMKM ternyata
berdampak terhadap lingkungan. Selain serius menanggapi Pencemaran Lingkungan yang
dilakukan Industri besar, pemerintah tidak boleh lengah terhadap perkrmbangan UMKM dan
dampak terhadap lingkungan yang diakibatkannya.
Selain membuat sanksi peraturan yang tegas serta membangun IPAL komunal untuk industri
mikro dan kecil , pemerintah dapat melakukan edukasi terhadap perusahaan Industri UMKM
dan juga standarisasi bahan pakai yang tidak beresiko tinggi dalam mencemari lingkungan.
Sehingga, dapat mejadi upaya minimalisasi dan preventif dalam produksi limbah lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/20210908200506-20-
691669/gara-gara-limbah-di-bengawan-solo-63-pabrik-disanksi/amp
Waty Suwarty Haryono, Hukum Lingkungan, Jakarta : Universitas Islam Jakarta,2011
Peraturan Menteri Energy dan Sumber Daya Mineral No.17 Tahun 2012
Muhammad Taufik Makarao, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Ctk. 1, PT Indeks, Jakarta, 2006.
Niniek Suparni, Pelestarian dan penegakan hukum lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 1992
P. Joko Subagyo, Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya, Rineka Cipta, Jakarta,
1992
R.M. Gatot P. Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996