Anda di halaman 1dari 25

http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.

me/wawasan_muslim

‫جممل أصول أهل السنة‬


‫واجلماعة‬
‫يف العقيدة‬

Prinsip Ahlussunnah wal Jamaah


Dalam Masalah Akidah

Dr. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql

Alih Bahasa:
Marwan Hadidi, M.Pd.I

1
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Daftar Isi

Pengantar...........................................................................................................3
Pertama, Kaidah dan Ushul (Pokok-Pokok) Dalam Menerima Ilmu dan Berdalil.....5
Kedua, Tauhid Yang Berupa Ilmu Yang Wajib Diyakini...........................................7
Ketiga, Tauhid Yang Berupa Tuntutan (Tauhid Uluhiyyah).....................................10
Keempat, Tentang Iman.......................................................................................14
Kelima, Tentang Al Qur’anul Karim.......................................................................16
Keenam, Tentang Qadar......................................................................................17
Ketujuh, Tentang Jamaah dan Imamah................................................................19
Ciri Khusus dan Tanda Ahlussunnah wal Jamaah.......................................................23

2
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

1
Pengantar
Akidah secara bahasa artinya mengikat,
menguatkan, mengokohkan, dan mengikat dengan
kuat.
Secara istilah, akidah adalah keimanan yang kokoh
yang tidak dimasuki keraguan sedikit pun di sisi
pemiliknya.

Maksud akidah Islam adalah keimanan yang kokoh


kepada Allah Ta’ala, serta yang wajib untuk-Nya
seperti tauhid dan ketaatan kepada-Nya, serta 1
beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari Akhir, qadar, serta perkara gaib
lainnya yang telah sahih, demikian pula berita-berita
yang disampaikan, perkara-perkara pokok, baik yang
sifatnya harus diketahui maupun diamalkan.

Salaf adalah generasi awal umat ini dari kalangan


sahabat dan tabiin, para pemimpin yang di atas
petunjuk pada tiga abad yang utama. Sebutan ini
juga tertuju kepada mereka yang mengikuti generasi
yang disebutkan dan berjalan di atas manhaj
mereka sepanjang masa. Sedangkan nisbat kepada
mereka disebut ‘salafi’.

Ahlussunnah wal Jamaah adalah orang-orang yang


sama seperti keadaan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dan para sahabatnya.

Mereka disebut Ahlussunnah karena berpegang dan


mengikuti sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

1
Kitab ini –Al Hamdulillah- sudah penerjemah buatkan syarahnya dan sudah dimuat dalam blog penerjemah:
http://wawasankeislaman.blogspot.com pada menu Aqidah dengan judul Aqidah Islam (1) s.d Aqidah Islam (26),
silahkan dilihat.
3
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
Dan disebut ‘Jama’ah’ karena mereka berkumpul di
atas kebenaran dan tidak berpecah belah di dalam
agama. Mereka berkumpul mengikuti pemimpin
yang berada di atas kebenaran dan tidak keluar dari
mereka, serta mengikuti kesepakatan generasi
pertama umat ini.

Oleh karena mereka mengikuti sunnah Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam dan mengikuti atsar
(riwayat), maka disebutlah mereka dengan ‘Ahlul
Hadits’, ‘Ahlul Atsar’, ‘Ahlul Ittiba’, dan disebut juga
‘Ath Thaifah Al Manshurah’ serta ‘Al Firqatun
Najiyah’.

4
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Pertama, Kaidah dan Ushul (Pokok-


Pokok) Dalam Menerima Ilmu dan
Berdalil
1
1. Sumber pengambilan akidah Islam adalah kitab
Allah, Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dan Ijma' salafush shaalih.

2. Semua yang shahih dari sunnah Rasulullah


shallallahu 'alaihi wa sallam wajib diterima dan 2
diamalkan meskipun jalur periwayatannya Ahad,
baik dalam masalah akidah maupun lainnya.

3. Yang dijadikan rujukan dalam memahami Al


Qur'an dan As Sunnah adalah nash-nash yang 3
menerangkannya, pemahaman salafush shaalih dan
pemahaman orang-orang yang mengikuti jejak
mereka di kalangan para imam kaum muslimin.
Semua yang telah tsabit (sahih) dari hal tersebut
tidak boleh ditolak dengan kemungkinan-
kemungkinan lain dari sisi bahasa.
4. Prinsip-prinsip agama (Ushuluddin) semuanya
telah diterangkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam. Oleh karena itu, tidak diperkenankan bagi
4
seseorang mengadakan sesuatu sambil beranggapan
bahwa ia termasuk bagian agama.

5. Tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu


'alaihi wa sallam baik lahir maupun batin, sehingga 5
tidak boleh mempertentangkan satu pun bagian dari
Al Qur'an atau As Sunnah yang shahih dengan qiyas,
dzauq (perasaan), kasyf (penyingkapan tabir
rahasia), pendapat syaikh, pendapat imam, dsb.

6. Akal yang benar akan selalu sama dengan nash


atau dalil yang shahih. Keduanya jika qath'i (pasti)
tidak akan bertentangan selama-lamanya, dan jika 6
ada anggapan bertentangan, maka dalil harus
didahulukan.

7. Wajib berpegang dengan lafaz syar'i dalam

5
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
berakidah dan menjauhi lafaz bid'ah yang diada-
adakan oleh manusia. Lafaz-lafaz yang masih 7
mujmal (umum) yang bisa mengandung salah dan
benar, maka digali maknanya. Jika benar, maka
ditetapkan dengan lafaz yang syar'i, dan jika batil,
maka ditolak.

8. Kema'shuman (terpelihara dari kesalahan) ada


pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umat
ini (seperti para sahabat) secara keseluruhannya 8
juga terjaga dari bersepakat di atas kesesatan,
namun secara individu, maka tidak ada seorang pun
di antara mereka yang ma'shum. Jika ada perbedaan
di antara para imam atau selain mereka, maka
perkara tersebut dikembalikan kepada Al Qur'an
dan As Sunnah, jika ada dalilnya, maka diterima
sambil memaafkan orang yang keliru dari kalangan
mujtahid umat ini.

9. Di tengah umat ini ada orang-orang yang


mendapatkan ilham seperti Umar bin Khaththab
radhiyallahu anhu. Mimpi yang baik adalah hak 9
(benar), ia bagian dari kenabian dan firasat yang
benar adalah hak. Ini semua merupakan karamah
dan kabar gembira dengan syarat sesuai syari'at.
Namun ia bukanlah sumber rujukan dalam
berakidah dan menetapkan syari'at.

10. Miraa' (bertengkar) dalam masalah agama


adalah tercela, dan berdebat dengan cara yang baik
adalah disyariatkan. Dalam hal yang telah jelas (ada 10
dalil dari Al Qur'an dan As Sunnah) larangan
membicarakan secara mendalam, maka wajib
diikuti. Wajib menahan diri dari pembicaraan secara
mendalam dalam masalah dimana seorang muslim
tidak memiliki ilmu tentangnya. Selanjutnya ia
menyerahkan ilmu tentang hal tersebut kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang Maha
Mengetahui.
11. Wajib berpegang dengan manhaj (cara) Al
Qur'an dan As Sunnah dalam menolak sesuatu; 11
sebagaimana dalam hal 'Akidah dan menetapkan
sesuatu. Oleh karena itu, bid'ah tidak boleh dibalas
dengan bid'ah, kekurangan tidak boleh dibalas
dengan berlebihan, demikian juga sebaliknya.
12. Semua perkara baru dalam agama adalah bid'ah.
Setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap 12
6
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
kesesatan tempatnya di Neraka.

Kedua, Tauhid Yang Berupa Ilmu


Yang Wajib Diyakini

1. Prinsip penting dalam masalah nama-nama dan


sifat Allah adalah menetapkan apa yang ditetapkan
1
Allah Ta'ala untuk Diri-Nya atau yang ditetapkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk-Nya
tanpa mentamtsil (menyerupakan dengan sifat
makhluk) dan tanpa takyif (menanyakan bagaimana
hakikatnya), serta meniadakan segala sifat yang
ditiadakan Allah bagi Diri-Nya atau ditiadakan Rasul-
Nya tanpa mentahrif (mentakwil) dan tanpa
menta'thil (meniadakan), sebagaimana firman Allah
Ta'ala: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Qs. Asy Syura: 11) disertai dengan mengimani
makna (kandungan) dari lafaz nash-nash tersebut
11
dan yang ditunjukkan olehnya.

2. Mentamtsil dan menta'thil nama-nama Allah dan 2


sifat-Nya adalah sebuah kekufuran. Adapun tahrif
atau yang biasa disebut ahlul bid'ah sebagai takwil,
maka ada yang kufur seperti ta'wilnya kaum
Bathiniyyah, ada juga yang merupakan bid'ah
dhalalah (sesat) seperti takwil orang-orang yang
menafikan sifat dan ada yang berupa kekeliruan
(tanpa disengaja).

3. Keyakinan Wihdatul wujud (semua yang ada


adalah Allah) dan keyakinan hulul (Allah menempati 3
makhluk-Nya) atau ittihad (Allah menyatu dengan
makhluk-Nya) adalah keyakinan kufur dan
menjadikan pelakunya keluar dari Islam.
4. Beriman kepada para malaikat yang mulia secara
ijmal (garis besar). Adapun secara tafshil (rinci),
maka berdasarkan dalil yang shahih yang 4
menerangkan nama, sifat dan tugas mereka sesuai
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang mukllaf
(orang yang sudah baligh).
5. Beriman kepada semua kitab yang diturunkan,
dan bahwa Al Qur'anul karim adalah kitab yang
paling utama serta menasakh (menghapus) kitab- 5
kitab sebelumnya, dan bawa kitab-kitab sebelumnya

7
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
telah dimasuki oleh tahrif (perobahan). Oleh karena
itu, yang wajib kita ikuti adalah kitab Al Qur'an saja,
tidak kitab-kitab sebelumnya..
6. Beriman kepada para nabi Allah dan para rasul-
Nya –semoga shalawat Allah dan salam-Nya
terlimpah kepada mereka-, dan bahwa mereka lebih 6
utama dari semua manusia. Barang siapa yang
meyakini selain itu, maka dia kafir. Dalil shahih yang
menyebutkan secara rinci tentang salah seorang di
antara mereka, wajib diimani secara rinci pula. Kita
juga wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal
(garis besar), dan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang paling
utama dan terakhir (tidak ada lagi nabi setelahnya)
di antara mereka. Allah telah mengutusnya kepada
semua manusia.

7. Beriman bahwa wahyu telah terputus setelah


Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan
bahwa Beliau adalah penutup para nabi dan rasul. 7
Barang siapa yang meyakini selain ini, maka dia
kafir.

8. Beriman kepada hari akhir, dan kepada berita-


berita yang shahih tentang hari akhir, serta beriman 8
kepada tanda-tandanya yang mengawalinya.

9. Beriman kepada qadar Allah yang baik maupun


yang buruk, yaitu dengan beriman bahwa Allah 9
Ta'ala Mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi
sebelum terjadinya, mencatat semua itu dalam Al
Lauhul Mahfuzh, dan bahwa apa yang Allah
kehendaki pasti terjadi, sedangkan yang Dia tidak
kehendaki tidak akan terjadi. Oleh karena itu,
tidaklah terjadi sesuatu kecuali dengan kehendak-
Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakuasa atas
segala sesuatu, Dia pula yang menciptakan segala
sesuatu dan berbuat apa yang Dia kehendaki.

10. Beriman kepada apa yang disebutkan oleh dalil


yang sahih tentang hal-hal gaib, seperti 'Arsy, Kursi,
10
Surga, Neraka, nikmat kubur dan azabnya, Shirat,
Mizan dan lainnya tanpa mentakwil sedikit pun
daripadanya.

11. Beriman kepada syafaat Nabi shallallahu 'alaihi


wa sallam, syafaat para nabi, malaikat, orang-orang 11
8
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
saleh dan selain mereka pada hari Kiamat
sebagaimana disebutkan secara tafsil (rinci) dalam
dalil-dalil yang sahih.

12. Melihatnya kaum mukmin kepada Tuhan mereka 12


pada hari kiamat di surga dan di padang mahsyar
adalah benar. Barang siapa yang mengingkarinya
atau menakwilnya, maka dia menyimpang dan
tersesat, dan hal itu (melihat Allah) tidak dapat
terjadi bagi seorang pun di dunia.

13. Karomah para wali dan orang-orang saleh adalah


benar. Namun tidak semua sesuatu yang luar biasa 13
disebut karomah, bahkan bisa saja sebagai istidraj
(cobaan dari Allah), pengaruh setan dan orang-
orang jahat. Tolok ukur dalam masalah ini adalah
dengan melihat sesuai-tidaknya dengan Al Qur'an
dan As Sunnah.

14. Orang-orang mukmin semuanya wali Allah Ar


Rahman. Pada diri orang mukmin terdapat tingkat 14
kewaliannya sesuai kadar keimanannya.

9
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Ketiga, Tauhid Yang Berupa Tuntutan


(Tauhid Uluhiyyah)
1
1. Allah Ta'ala Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya,
baik dalam rububiyyah, dalam uluhiyyah, asma dan
sifat-Nya. Dia-lah Rabb (Pencipta, Penguasa, dan
Pengatur) alam semesta. Hanya Dia sendiri yang
berhak ditujukan segala macam ibadah.
2
2. Mempersembahkan ibadah, seperti doa,
istighatsah (meminta bantuan), isti'anah (memohon
pertolongan), nazar, menyembelih, tawakal, khauf
(takut), raja' (berharap), mencintai dan sebagainya
kepada selain Allah Ta'ala adalah perbuatan syirik,
meskipun perbuatan itu ditujukan kepada malaikat
yang dekat dengan Allah, seorang nabi utusan,
kepada hamba yang saleh atau lainnya.

3. Termasuk pilar ibadah adalah beribadah kepada


Allah Ta'ala dengan penuh rasa cinta, rasa takut dan 3
penuh harap secara bersamaan. Beribadah kepada
Allah dengan sebagian daripadanya tanpa yang lain
adalah kesesatan. Sebagian ulama berkata, "Barang
siapa yang beribadah kepada Allah hanya dengan
rasa cinta maka dia seorang zindik (orang yang sesat
dalam agama dan menyimpang dari jalan
kebenaran). Barang siapa yang beribadah kepada
Allah hanya dengan rasa takut maka dia adalah
seorang haruri (Khawarij), dan barang siapa yang
beribadah kepada-Nya hanya dengan penuh harap
maka dia adalah seorang murji'ah.
4. Patuh, tunduk dan taat secara mutlak kepada 4
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Muhammad shalallahu
'alaihi wasallam. Beriman kepada Allah sebagai
Hakim termasuk iman kepada-Nya sebagai Rabb dan
Tuhan yang disembah. Tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam hukum dan perintah-Nya. Pembuatan hukum

10
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
yang tidak diizinkan Allah, berhukum kepada
thaghut2, mengikuti selain syariat Nabi Muhammad
shalallahu 'alaihi wasallam dan merubah sesuatu
darinya adalah kufur. Barang siapa yang
mengatakan, seseorang boleh keluar dari syariatnya
maka dia kafir.

5. Menggunakan hukum yang bukan dari Allah


adalah kufur akbar, yang bisa menyebabkan 5
seseorang keluar dari Islam; dan bisa juga termasuk
kufur duna kufrin (kufur di bawah kufur; yang tidak
menyebabkan keluar dari Islam).
Kufur akbar terjadi ketika berpegang teguh kepada
selain hukum Allah, atau membolehkan penggunaan
hukum tersebut. Sedangkan kufur duna kufrin,
terjadi jika tidak menggunakan hukum Allah dalam
suatu kejadian tertentu karena menuruti hawa
nafsu, tetapi secara umum ia masih berpegang
teguh kepada hukum Allah.
6. Pembagian agama kepada ‘hakikat’ yang
dikhususkan untuk orang-orang tertentu dan syariat
yang hanya wajib diikuti orang-orang awam saja 6
serta memisahkan urusan politik atau urusan
lainnya dari agama adalah tindakan batil (tidak
benar). Semua yang bertentangan dengan syariat,
baik hakikat, politik maupun perkara lainnya maka
hukumnya bisa kufur dan bisa pula sesat, sesuai
dengan tingkatannya.
7. Tidak ada yang mengetahui perkara gaib selain
Allah saja. Meyakini bahwa selain Allah ada pula
yang mengetahui perkara gaib adalah sebuah
kekufuran. Namun kita mengimani bahwa Allah 7
terkadang memperlihatkan sedikit perkara gaib
kepada sebagian rasul-Nya.

8. Percaya kepada ahli nujum dan para dukun


adalah kekufuran, sedangkan mendatangi dan pergi
ke tempat mereka adalah dosa besar.
8

9. Wasilah yang diperintahkan di dalam Al Qur'an


adalah apa yang mendekatkan seseorang kepada 9
Allah Ta'ala, berupa ketaatan yang disyariatkan.
Tawassul (mengadakan perantara) ada tiga macam:

a) Masyru' (disyariatkan), yaitu tawassul kepada

2
Thaghut adalah segala yang diperlakukan secara melampaui batas dari yang telah ditentukan Allah, misalnya dengan
disembah, ditaati dan dipatuhi.
11
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
Allah Ta'ala dengan asma dan sifat-Nya, dengan
amal saleh yang dikerjakannya, atau melalui doa
orang saleh yang masih hidup.
b) Bid'ah, yaitu tawassul kepada Allah Ta'ala
dengan cara yang tidak disebutkan dalam
syari'at, seperti tawassul dengan pribadi para
nabi dan orang-orang shaleh, dengan
kedudukan mereka, kehormatan mereka, dan
sebagainya.

c) Syirik, yaitu apabila menjadikan orang-orang


yang sudah meninggal sebagai perantara dalam
ibadah, termasuk berdoa kepada mereka,
meminta hajat, memohon pertolongan kepada
mereka, dsb.

10. Berkah berasal dari Allah Ta'ala. Namun Allah


mengkhususkan sebagian makhluk-Nya dengan
sebagian keberkahan sesuai yang Dia kehendaki. 10
Oleh karena itu, sesuatu tidak boleh dinyatakan
mempunyai berkah kecuali berdasarkan dalil.
Berkah artinya kebaikan yang banyak dan
bertambah atau kebaikan yang tetap dan tidak
hilang.
Waktu-waktu yang mengandung keberkahan seperti
malam lailatul Qadar. Adapun tempat yang ada
berkahnya seperti masjid yang tiga (Masjidilharam,
masjid Nabawi dan masjid Al Aqsha). Benda yang
ada berkahnya seperti air Zamzam. Amal yang ada
berkahnya adalah setiap amal saleh yang memang
diberkahi, dan pribadi yang ada berkahnya adalah
seperti para nabi. Kita tidak boleh mencari berkah
kepada manusia dan peninggalan mereka, kecuali
kepada pribadi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan
sesuatu yang terpisah dari badannya, seperti air liur
Beliau, keringat dan rambutnya karena dalil yang
ada hanya menyatakan demikian. Namun hal ini
tidak berlaku lagi setelah wafatnya Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam dan hilangnya apa yang disebutkan
itu.

11. Tabarruk (mencari berkah) termasuk perkara


yang tauqifi (tergantung ada atau tidak dalilnya).
Oleh karena itu, tidak boleh bertabarruk kepada
sesuatu kecuali pada hal yang telah dinyatakan oleh
11
12
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
dalil.

12. Perbuatan yang dilakukan orang di kuburan dan


12
ketika ziarah kubur ada tiga macam:

a. Masyru' (disyariatkan), yaitu ziarah kubur dengan


tujuan untuk mengingat akhirat, untuk memberikan
salam kepada ahli kubur dan mendoakan mereka.

b. Bid'ah, yang menafikan kesempurnaan tauhid. Hal


ini merupakan salah satu sarana berbuat syirik,
misalnya ziarah ke kuburan dengan tujuan untuk
beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya di dekat kuburan, atau bertujuan untuk 2
mendapat berkah, menghadiakan pahala kepada
ahli kubur, membuat bangunan di atas kuburan,
mengecatnya dan memberinya lampu penerang.
Termasuk perbuatan bid'ah juga apabila menjadikan
kuburan sebagai tempat ibadah dan sengaja
bepergian jauh untuk mengunjunginya (tour ziarah
kubur). Masih banyak perbuatan lain yang
dinyatakan telah terlarang dan tidak mempunyai
dasar hukum dalam syariat.
c. Syirik yang bertentangan dengan tauhid, misalnya
mempersembahkan salah satu macam ibadah
kepada ahli kubur, seperti berdoa kepadanya
sebagaimana layaknya kepada Allah, meminta
bantuan dan pertolongannya, bertawaf di
sekelilingnya, menyembelih kurban, bernazar
untuknya, dan sebagainya.
13. Sesuatu yang menjadi wasa'il (sarana) dihukumi
berdasarkan tujuan dan sasaran. Setiap sesuatu
yang menjadi sarana menuju syirik dalam beribadah 13
kepada Allah atau menjadi sarana menuju bid'ah
dalam agama, maka wajib dihentikan dan dilarang.
Setiap perkara baru (yang tidak ada dasarnya) dalam
agama adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat.

13
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Keempat, Tentang Iman

1. Iman secara bahasa artinya membenarkan 1


(percaya). Secara syara’, Iman adalah ucapan dan
perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
Iman adalah ucapan hati dan lisan, serta perbuatan
hati, lisan dan anggota badan. Ucapan hati, yaitu
keyakinan dan kepercayaannya. Adapun ucapan
lisan, yaitu pernyataannya, sedangkan perbuatan
hati, yaitu kepatuhan, keikhlasan, ketaatan,
kecintaan dan keinginannya kepada segala amal
saleh. Adapun perbuatan anggota badan, yaitu
melaksanakan segala perintah dan meninggalkan
segala larangan.

2. Barang siapa yang menyatakan bahwa amal


perbuatan tidak termasuk iman maka dia adalah
seorang Murji'ah. Barang siapa yang memasukkan
2
ke dalam iman sesuatu yang tidak termasuk di
dalamnya maka dia adalah seorang mubtadi' (orang
yang melakukan bid'ah).
3. Barang siapa tidak bersedia mengucapkan dua
3
kalimat syahadat maka dia tidak berhak
memperoleh sebutan sebagai orang yang beriman
(belum muslim). Dia juga tidak dihukumi sebagai
orang yang beriman, baik di dunia maupun di 4
akhirat.
4. Islam dan iman adalah dua sebutan dalam agama.
Di antara keduanya terdapat pengertian umum dan
pengertian khusus. Setiap mukmin, sudah pasti
muslim, namun tidak setiap muslim sudah pasti
mukmin. Ahlul Qiblah3 disebut sebagai kaum 5
muslimin.

3
Ahlul Qiblah adalah orang yang mengaku beragama Islam, melakukan shalat seperti kaum muslimin, menghadap ke
kiblat dan memakan sesembelihan mereka, meskipun termasuk orang yang menuruti hawa nafsunya atau berbuat
dosa, selama tidak mendustakan ajaran yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
14
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
5. Pelaku dosa besar yang bukan kufur maupun syirk
tidak keluar dari keimanannya. Di dunia tetap
beriman tetapi kurang imannya, sedangkan di
akhirat dia berada di bawah masyi'ah (kehendak)
Allah, artinya jika Allah mengkehendaki, akan Dia
ampuni dan jika Dia mengkehendaki maka Dia akan
menyiiksanya (sesuai dengan keadilan-Nya). Orang-
orang yang bertauhid tempat kembalinya adalah
surga. Meskipun ada di antara mereka yang disiksa
terlebih dulu tetapi tidak ada seorang pun dari
mereka yang kekal di dalam neraka.
6. Tidak boleh memastikan terhadap salah seorang 6
Ahlul Qiblah, bahwa ia termasuk ahli surga atau
neraka, kecuali terhadap seseorang yang telah
dinyatakan oleh nash demikian.
7. Kufur dalam bahasa syara/agama ada dua 7
macam: pertama, kufur akbar, yaitu kufur yang
menyebabkan seseorang keluar dari agama. Kedua,
kufur asghar, yaitu kufur yang tidak menyebabkan
seseorang keluar dari agama. Kufur semacam ini
terkadang disebut dengan kufur 'amali.
8. Takfir (pernyataan atau penghukuman terhadap 8
seseorang bahwa dia orang kafir) termasuk hukum
agama yang kembalinya adalah Al Qur’an dan As
Sunnah. Oleh karena itu, kita tidak boleh
mengkafirkan seorang muslim karena suatu ucapan
atau perbuatan jika tidak ada dalil syar'i yang
menyatakan demikian. Suatu ucapan atau
perbuatan yang dinyatakan sebagai kufur tidak
mesti pelakunya pun menjadi kafir, kecuali jika
syarat-syaratnya terpenuhi dan tidak ada hal-hal
yang menghalanginya. Takfir termasuk hukum
paling serius. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati
dan waspada dalam mentakfirkan seorang muslim.

15
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Kelima, Tentang Al Qur’anul Karim

1
1. Al Qur'an adalah firman Allah, baik huruf maupun
maknanya. Turun dari sisi Allah dan bukan makhluk.
Al Qur'an berasal dari Allah dan akan kembali
kepada-Nya. Al Qur'an adalah mukjizat yang
menunjukkan kebenaran Nabi yang membawanya
(Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam),
Keasliannya akan tetap dijaga Allah sampai hari
Kiamat.
2. Allah Ta'ala berfirman menurut apa yang Dia
2
kehendaki, kapan saja Dia mengkehendaki dan
dengan cara yang Dia kehendaki. Firman Allah Ta'ala
adalah hakiki (benar-benar), dengan lafaz dan suara.
Adapun bagaimana firman-Nya, maka kita tidak
mengetahuinya dan tidak mempermasalahkannya.
3. Pendapat yang mengatakan bahwa kalam Allah
3
adalah makna spiritual, Al Qur'an adalah hikayah
(cerita) atau 'ibarah (terjemahan) dari firman Allah,
dan mengatakan pula bahwa Al Qur'an adalah majaz
(kiasan) atau faidh (curahan) maka orang yang
menyatakan demikian telah sesat dan menyimpang.
Bahkan bisa sebagai kekufuran. Dan bahwa
mengatakan Al Qur’an adalah makhluk adalah
sebuah kekufuran.
4. Barang siapa yang mengingkari satu saja dari Al
Qur’an atau mengatakan bahwa di dalamnya 4
terdapat kekurangan, tambahan atau
penyelewengan, maka dia kafir.
5. Al Qur'an harus ditafsirkan menurut cara yang
telah dikenal dalam metode salaf. Al Qur'an tidak 5
boleh ditafsirkan dengan hanya menggunakan akal
saja. Hal ini termasuk berkata terhadap Allah tanpa
dasar ilmu, dan penafsiran Al Qur'an dengan cara
seperti tafsiran kaum Bathiniyyah (aliran kebatinan)
dan semisalnya adalah kekufuran.

16
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Keenam, Tentang Qadar

1
1. Termasuk rukun iman adalah beriman kepada
qadar (takdir), yang baik maupun yang buruk dari
Allah Ta'ala. Iman kepada qadar meliputi iman
kepada setiap nash tentang qadar serta
tingkatannya (diketahui, dicatat, dikehendaki, dan
diciptakan oleh Allah Ta’ala). Tidak ada seorang pun
yang dapat menolak ketetapan-Nya atau yang dapat
membatalkan keputusan-Nya.

2. Iradah (kehendak) dan amr (perintah) yang 2


tercantum dalam Al Qur'an dan As Sunnah ada dua
macam:
a. Iradah kauniyah qadariyah4 (kehendak yang
berkenaan dengan takdir Allah di alam semesta)
yang pengertiannya sama dengan masyi'ah, dan amr
kauny qadariy5.
b. Iradah syar'iyah6 (kehendak yang berkenaan
dengan syariat) adalah iradah yang disenangi dan
dicintai Allah, dan amr syar'iy7.
Makhluk mempunyai keinginan dan kehendak,
tetapi keinginan dan kehendaknya itu mengikuti
kehendak Allah Al Khaliq.

3. Mendapatkan petunjuk dan menjadi sesat 3


seseorang ada di tangan Allah. Di antara makhluk
ada yang diberi Allah petunjuk karena karunia-Nya,

4
Iradah Kauniyah qadariyah ialah kehendak yang berkenaan dengan takdir Allah terhadap alam semesta.
5
Amr kauniy qadariy adalah perintah yang berkenaan dengan takdir Allah terhadap alam semesta. Contohnya, firman
Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam surat Yaasin ayat 82, "Sesungguhnya perintah Allah apabila Dia mengkehendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!,” maka jadilah ia."
6
Iradah syar'iyah ialah kehendak yang berkenaan dengan syari'at atau apa yang dicintai Allah dalam agama.
7
Amr syar'i, yaitu perintah yang berhubungan dengan syari'at, seperti perintah tentang shalat, zakat, puasa, dan lain-
lain.
17
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
dan ada pula yang sesat karena keadilan-Nya.

4. Makhluk dengan segala tingkah lakunya adalah 4


ciptaan Allah Ta'ala. Hanya Dia-lah Yang Mencipta.
Allah-lah yang menciptakan tingkah laku makhluk
dan makhluk melakukannya secara hakiki.

5
5. Menetapkan hikmah (kebijaksanaan) terhadap
semua yang dilakukan Allah, dan ‘sebab’ memiliki
pengaruh atas kehendak Allah Ta'ala.

6
6. Ajal telah ditulis, rezeki telah dibagi, dan
kebahagiaan serta kesengsaraan telah dicatat oleh-
Nya untuk seluruh manusia sebelum mereka
diciptakan.
7
7. Berdalih dengan takdir boleh dilakukan terhadap
musibah dan cobaan, namun dosa dan kesalahan
tidak boleh berdalih dengan takdir, tetapi harus
bertobat, dan pelakunya berhak mendapatkan
celaan. 8

8. Bersandar kepada sebab saja adalah syirik dalam


tauhid, sedangkan meninggalkan sebab sama sekali
berarti menolak ajaran agama. Menyatakan bahwa
sebab tidak ada pengaruh dan hasilnya,
bertentangan dengan ajaran agama dan akal. Dan
bahwa tawakal tidak berarti meninggalkan sebab.

18
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Ketujuh, Tentang Jamaah dan


Imamah
1. Jamaah dalam masalah ini adalah para sahabat 1
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik serta
berpegang teguh dengan jejak mereka sampai hari
Kiamat. Merekalah yang dimaksud dengan Al Firqah
An Najiyah (golongan yang selamat). Orang yang
senantiasa menerapkan manhaj mereka, maka dia
termasuk dalam jamaah, sekali pun melakukan
kesalahan dalam sebagian masalah kecil.

2. Tidak boleh berselisih dalam agama, juga tidak 2


boleh memfitnah (menguji) kaum muslimin. Segala
masalah yang mengandung perbedaan pendapat di
antara umat Islam wajib dikembalikan kepada
Kitabullah, sunnah Rasulullah dan kesepakatan para
Salafush Shalih.

3. Orang yang keluar dari jamaah wajib diberi


nasehat. Kita wajib menyampaikan dakwah 3
kepadanya. Dia harus diajak berdiskusi dengan cara
yang baik dan menjelaskan hujjah (dalil, bukti,
argumentasi) kepadanya. Apabila dia tidak mau
bertobat, maka dia diberi hukuman yang layak
sesuai dengan syara'.
4. Wajib membawa umat Islam kepada ungkapan 4
dan kalimat yang tersebut di dalam Al Qur'an, As
Sunnah dan Ijma'. Kita tidak boleh menguji orang-
orang awam dari kaum muslimin dengan perkara-
perkara yang pelik dan pengertian-pengertian yang
mendalam.
5
5. Pada dasarnya seluruh kaum muslimin
mempunyai tujuan dan keyakinan yang baik, kecuali
jika tampak sesuatu yang bertentangan dengan hal
tersebut. Pada dasarnya ucapan mereka pun harus
dipahami dengan pemahaman yang baik, tetapi
19
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
barang siapa yang menampakkan kedurhakaan dan
tujuan jahatnya maka tidak boleh dicari penafsiran
yang dibuat-buat terhadap dirinya.
6
6. Golongan-golongan lain dari Ahlul Qiblat (kaum
muslimin) yang menyimpang dari Sunnah berhak
mendapatkan ancaman kebinasaan dan neraka.
Hukum mereka adalah sebagaimana hukum orang-
orang yang berhak mendapatkan ancaman pada
umumnya, kecuali mereka yang kafir dalam
batinnya atau menyelisihi dasar-dasar akidah yang
telah disepakati kaum salaf. Golongan-golongan
yang keluar dari agama Islam secara umum adalah
kafir, dan hukum bagi mereka adalah hukum bagi
orang-orang yang murtad.
7
7. Shalat Jumat dan jamaah termasuk syi'ar Islam
terpenting yang tampak dan shalat bermakmum
kepada seorang muslim yang tidak diketahui
keadaannya adalah sah, sedangkan tidak
bermakmum kepadanya dengan dalih tidak
mengetahui keadaannya adalah bid'ah.

8
8. Tidak boleh shalat bermakmum kepada orang
yang menampakkan bid'ah atau kefasikan, selama
bisa bermakmum kepada yang lain. Akan tetapi jika
hal itu terjadi, maka shalatnya sah dan berdosa
orang yang melakukannya, kecuali jika tujuannya
adalah untuk menghindari mafsadah (bahaya) yang
lebih besar. Andaikan tidak ada orang lain kecuali
dia atau ada yang lebih jahat lagi, maka boleh shalat
bermakmum kepadanya dan kita tidak boleh
meninggalkannya. Barang siapa yang dihukumi
sebagai kafir maka tidak sah bermakmum
kepadanya.
9
9. Imamah Kubra (pengangkatan khalifah atau
pemimpin) terjadi dengan kesepakan umat atau
bai'at8 dari wakil-wakil umat yang disebut Ahlul halli

8
Faedah: Syaikh Shalih Al Fauzan ditanya sebagai berikut:
“ Kita sering mendengar jama'ah-jama'ah kecil mengadakan bai'at kepada imam yang mereka tunjuk, masing-masing
jama'ah memiliki imam, sehingga terjadi banyak bai'at, lantas apakah yang demikian dibenarkan? »
Syaikh Shalih Al Fauzan berkata, "Bai'at hanya boleh diberikan kepada penguasa (pemerintah) kaum muslimin. Bai'at-
bai'at yang berbilang-bilang dan bid'ah itu merupakan akibat perpecahan. Setiap kaum muslimin yang berada dalam
satu pemerintahan dan satu kekuasaan wajib memberikan satu bai'at kepada satu orang pemimpin. Tidak dibenarkan
memunculkan bai'at-bai'at yang lain. Bai'at-bai'at tersebut merupakan hasil perpecahan kaum muslimin pada zaman
ini dan akibat kejahilan terhadap agama.”
20
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
wal 'Aqd9. Barang siapa yang memperoleh
kemenangan sehingga terjadilah kesepakatan
terhadap dirinya, maka dia wajib ditaati dengan
baik, wajib dibela dan kita tidak boleh keluar dari
kepemimpinannya, kecuali jika dia secara terang-
terangan menampakkan kekafiran dan terdapat
bukti dari nash yang jelas dari Allah Ta'ala.

10. Shalat, haji dan jihad wajib dilaksanakan


bersama imam kaum muslimin meskipun dia orang 10
yang zalim.

11. Tidak boleh berperang dengan sesama muslim 11


karena suatu kepentingan duniawi atau fanatisme
jahiliyah (adat kebiasaan atau pandangan yang
bertentangan dengan Islam). Ini adalah dosa yang
sangat besar. Tetapi, kaum muslimin dibolehkan
memerangin ahli bid'ah, para pemberontak dan
sejenisnya jika mereka tidak dapat dicegah dengan
cara lain yang lebih kecil resikonya. Bahkan
terkadang hukumnya wajib sesuai dengan maslahat
dan situasinya.

12
12. Para sahabat yang mulia seluruhnya adalah adil
dan terpercaya. Mereka adalah generasi terbaik dari
umat ini. Mempersaksikan keimanan dan
keutamaan mereka adalah prinsip asasi yang tidak
dapat ditawar lagi dalam agama. Mencintai mereka
adalah agama dan keimanan, sedangkan membenci
mereka adalah kekafiran dan kemunafikan.
Hendaklah kita menahan diri dari membicarakan
pertentangan yang terjadi di antara mereka. Jangan
memperdebatkannya sehingga mengurangi dan
menjelek-jelekkan kehormatan mereka. Yang paling
mulia di antara mereka adalah Abu Bakar, kemudian
Umar, Utsman dan Ali. Mereka adalah Al khulafa'ur
Rasyidin (para pemimpin yang berjalan di atas
kebenaran). Khilafah (kepemimpinan) mereka
terjadi berdasarkan urutan mereka.
13. Termasuk bagian agama, mencintai dan
13
membela ahlul bait (keluarga) Rasulullah, serta
menghargai kehormatan istri-istri Beliau yang
merupakan ibu kaum mukminin. Juga termasuk
agama mengetahui keutamaan mereka, begitu pula
dengan mencintai para imam salaf, ulama sunnah

9
Ahlu al hal wal 'aqd adalah dewan yang mewakili kaum muslimin yang berhak mengeluarkan keputusan, tentunya
keputusan yang tidak menyimpang dari Al-Qur'an dan Sunnah.
21
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka
dengan baik serta menjauhi ahli bid'ah dan orang-
orang yang menuruti hawa nafsu.

14. Jihad fi sabilillah (berjuang di jalan Allah) adalah 14


puncak kejayaan Islam, dan ini tetap berlaku sampai
hari kiamat.

15. Amar ma'ruf dan nahi munkar (menyeru kepada 15


kebaikan dan melarang kemungkaran) termasuk
syi’ar Islam yang sangat penting dan merupakan
faktor pemelihara keutuhan Islam. Kedua perkara ini
wajib dilaksanakan menurut kemampuan, dan
dalam hal ini memperhatikan maslahat menjadi
bahan pertimbangan.

22
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

Ciri Khusus dan Tanda Ahlussunnah wal


Jamaah
Ahlussunnah wal Jamaah sebagai Al Firqatun
Najiyah (Golongan yang selamat) dan Ath Thaifah Al
Manshurah (Kelompok yang ditolong Allah)
meskipun tingkatan mereka berbeda-bena, namun
mereka memiliki ciri khusus dan tanda yang
membedakan mereka dengan yang lain, yaitu:
1. Memberikan perhatian kepada Kitab Allah dengan 1
menghapal, membaca, dan mengkaji tafsirnya. Di
samping itu juga memberikan perhatian kepada
hadits dengan mengetahui, memahami dan
memilah antara yang shahih dengan yang dha'if,
karena keduanya (Al Qur’an dan Hadits) merupakan
sumber utama pengambilan, dan tentunya dengan
disertai pengamalan terhadap ilmu yang
diketahuinya.
2. Masuk ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)
2
dan beriman kepada semua isi Kitabullah. Oleh
karena itu, mereka mengimani seluruh nash yang
berkenaan dengan janji maupun ancaman Allah,
nash yang berkenaan dengan penetapan asma dan
sifat Allah maupun yang berkenaan dengan
penolakan hal-hal yang tidak patut bagi-Nya.
Mereka menggabung antara beriman kepada takdir
Allah dan menetapkan adanya keinginan dan
kehendak bagi hamba, sebagaimana mereka
memadukan antara ilmu dengan ibadah, kekuatan
dengan kasih sayang, berusaha dengan menjalankan
sebab dan sikap zuhud (sederhana).
3. Mengikuti sunnah, meninggalkan bid'ah, bersatu
dan menjauhkan diri dari perpecahan serta 3
perselisihan dalam agama.

4. Mencontoh dan mengikuti jejak para pemimpin


dalam kebenaran yang dapat dipercaya. Yang
4
dicontoh dalam hal ilmu, amal dan dakwah. Yang
terdiri dari para shahabat serta orang-orang yang

23
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim
mengikuti manhajnya. Di samping itu juga menjauhi
orang-orang yang menyalahi jalan mereka.

5. Mengambil jalan tengah, baik dalam akidah


maupun dalam amal serta dalam perilaku. Mereka 5
dalam berakidah berada di antara golongan yang
berlebihan dan golongan yang meremehkan; berada
di antara orang-orang yang melampau batas dan
orang-orang yang bermalas-malasan.

6. Senantiasa menjaga kesatuan kaum muslimin di 6


atas hak (kebenaran) dan mempersatukan
barisannya di atas tauhid dan ittiba' (mengikuti
sunnah). Di samping itu, mereka juga menjauhkan
setiap faktor yang dapat menyebabkan
pertentangan dan perselisihan di antara umat.
Oleh karena itu, mereka tidak memiliki
keistimewaan atas umat dalam prinsip-prinsip
agama, kecuali dengan sebutan Sunnah wal
Jama'ah. Tidak memihak serta tidak memusuhi
selain atas ikatan Islam dan Sunnah.

7. Berdakwah kepada Allah, beramar ma'ruf dan 7


bernahi munkar, berjihad, menghidupkan Sunnah,
berusaha untuk tajdid10 (pembaharuan) terhadap
kehidupan beragama kaum muslimin (agar sesuai
ajaran Islam) serta menegakkan syari'at dan hukum
Allah dalam segala urusan; yang kecil maupun yang
besar.

8. Bersikap adil dan bijaksana dan senantiasa 8


memperhatikan hak Allah Ta'ala, bukan hak pribadi
atau golongan. Oleh karena itu, mereka tidak
bersikap berlebihan terhadap orang yang memihak
dan tidak pula berlaku zalim terhadap orang yang
memusuhinya. Mereka tidak mengingkari kelebihan
yang ada pada orang lain siapa pun dia.

9. Kesatuan dalam pemahaman dan kesamaan


9
dalam sikap dan pandangan, sekalipun berjauhan
tempat dan berbeda zaman. Inilah salah satu hasil
dari kesatuan sumber dan pengambilan.

10. Berbuat baik, berkasih sayang, dan berakhlak 10


mulia kepada seluruh umat manusia.

10
Tajdid, yaitu pembaharuan tentang pemahaman dan pengamalan Islam dengan cara kembali kepada ajaran Al
Qur'an dan Sunnah seperti yang dipahami dan diamalkan para sahabat radhiyallahu 'anhum.
24
http://wawasankeislaman.blogspot.com/ Telegram: https://t.me/wawasan_muslim

11. Ikhlas dan setia kepada Allah, Kitabullah,


Rasulullah, pemimpin umat Islam dan seluruh kaum
muslimin. 11

12. Memperhatikan urusan umat Islam, membela


kepentingannya dan melaksanakan hak-haknya.
Mereka juga tidak melakukan tindakan yang
12
mengganggu umat Islam.
Selesai walhamdulillah

‫انتهى واحلمد هلل رب العاملني‬

25

Anda mungkin juga menyukai