Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN PROGRAM GIZI

“SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH (TTD) DAN FORTIFIKASI


GIZI BESI”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Augresza Qirani (1913211051 ) Maharani Tiara A (1913211001)

Cantika Trisnadia (1913211011) Mifta Elvi Karima (1913211033)

Desvira Rahmadani (1913211016) Mutiara Haniifah (1913211035)

Elsa Putri (19132110) Nadia Fitria O (

Hendriawan (19132110) Novia Anggun S (

Dosen Pengampu:

Maria Nova, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI S1 GIZI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Fungsi Manajemen dalam Sistem Penyelenggaraan Makanan” guna
memenuhi tugas kelompok Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan.

Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami di lain waktu.

Harapan yang paling besar dari kami ialah semoga makalah ini dapat
bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca
makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Padang, 27 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................................2

A. Tablet Tambah Darah (TTD)................................................................................................2

B. Fortifikasi Gizi Besi..............................................................................................................7

BAB III : PENUTUP.......................................................................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................................................8

B. Kritik dan saran.....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia tidak
dapatmempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Karena itu, usaha pemenuhan
kebutuhan pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar. Beberapa ahli
bahkanmenyatakan kebutuhan atas pangan merupakan suatu hak asasi manusia yang
paling dasar.Dalam kaitan ini, penjelasan Undang-undang Republik Indonesia No. 7
Tahun 1996tentang Pangan, bahkan secara tegas
menyatakan bahwa “Pangan sebagai kebutuhan dasar
manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia harus
senantiasatersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan
harga yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat”.
Kekurangan akan tiga jenis zat gizi mikro (micronutrient), yaitu iodium, besi,
danvitamin A secara luas menimpa lebih dari sepertiga penduduk dunia. Konsekuensi
serius darikekurangan tersebut terhadap individu dan keluarga termasuk ketidakmampuan
belajarsecara baik, penurunan produktivitas kerja, kesakitan, dan bahkan kematian.Di
Indonesia terdapat lebih dari 100 juta orang mengalami defisiensi zat gizi mikro.(Depkes,
2003). Berdasarkan data Riskesdas dan Survei Kesehatan Dasar Rumah Tangga
prevalensi Anemia gizi besi tertinggi di Indonesia merupakan kelompok anak usia 5
tahun(48,1 %) dan kelompok ibu hamil (40,1%). (Tildon, 2010). Beberapa negara
menetapkantarget untuk menghilangkan kekurangan zat gizi mikro pada tahun 2000.
Tujuan dasar darisemua program-program zat gizi mikro nasional adalah untuk menjamin
bahwa zat gizimikro yang dibutuhkan tersedia dan dikonsunsi dalam jumlah yang cukup,
oleh penduduk(terutama penduduk yang rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro
tersebut).Strategi yang digunakan harus tepat untuk menjawab kebutuhan dan harus
menggunakansistem dan teknologi yang tersedia. Kombinasi beberapa intervensi
mencakup promosi pemberian ASI, modifikasi makanan (misalnya meningkatkan

1
ketersediaan pangan danmeningkatkan konsumsi pangan), fortifikasi pangan dan
suplementasi. (Siagian, 2003)Masalah kekurangan zat gizi mikro merupakan fenomena
yang sangat jelas menunjukkanrendahnya asupan zat gizi dari menu sehari-hari. Untuk
itu, intervensi gizi yang mampu menjamin konsumsi makanan masyarakat mengandung
cukup zat gizi mikro perlu
dilakukan. Selain itu, peranan zat gizi mikro secara lengkap perlu dikembangkan
untukdaerah miskin dan sulit terjangkau dengan memberdayakan keanekaragaman
makanan lokal untuk peningkatan status gizi mikro masyarakat. Atas dasar itulah maka
perlu dilakukan terobosan teknologi yang murah, memberikan dampak yang nyata,
diterima oleh masyarakatdan berkelanjutan. Diantara berbagai solusi perbaikan gizi,
fortifikasi merupakan salah satuupaya yang dapat dilakukan. (Siagian, 2003)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakud dengan suplementasi tablet tambah darah ?
2. Apa yang dimaksud dengan fortifikasi gizi besi ?
3. Bagaimana cara penanggulangan fortifikasi gizi besi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian suplementasi tablet tambah darah
2. Mengetahui pengertian dengan fortifikasi gizi besi
3. Mengetahui cara penanggulangan fortifikasi gizi besi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH (TTD)


Anemia erat kaitannya dengan kelelahan, dimana kelelahan dapat mengganggu
aktivitas fisik. Hal tersebut disebabkan karena penurunan kadar hemoglobin akan
menurunkan transport oksigen dan menurunnya kemampuan otot untuk menangkap
oksigen sehingga akan menyebabkan akumulasi asam laktat (Almatsier, 2010).
Penanganan anemia dapat diberikan suplemen besi atau tablet tambah darah.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengadakan program pencegahan anemia
dengan subsidi pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) yang diperuntukkan bagi remaja
putri usia 11-18 tahun yang disalurkan melalui sekolah (Kemenkes, 2016).
Menurut Proverawati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah
sebagai berikut :
1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L)
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Menurut Almatzier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia salah satunya
adalah dengan mengonsumsi Tablet Tambah Darah.
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg
Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah karena wanita
mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang.
Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang
perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu
mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan
belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus.
Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita.
Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah seminggu sekali dan
dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. Minumlah Tablet Tambah Darah

3
dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan
penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
1. Pengertian Tablet Tambah Darah
Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi, dimana
setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi elemental dan0,25
mg asam folat. Zat besi adalah mineral yang di butuhkan untuk membentuksel
darah merah (Hemoglobin). (Kristyan, 2011)
Pemerintah meluncurkanprogram pemberian suplemen zat besiatau tablet
tambah darah (TTD) untukremaja putri agar dapat berkontribusimemutus
lingkaran malnutrisiantargenerasi (WHO 2005).Pemerintah menyatakan bahwa
pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari 60 mg zat besi elemental (dalam
bentuk sediaan Ferro sulfat, Ferro Glukonat) dan 0,400mg asam folat pada remaja
putri usia 12- 18 tahun dan Wanita Usia Subur (WUS).
2. Manfaat Tablet Tambah Darah
Tablet tambah darah (Fe) adalah suplemen untuk menanggulangi anemia
defisiensi besi.Komposisi tablet tambah darah (Fe) yangdibagikan berisi Ferrous
sulfat dan asam folat.Selain itu ada komposisi lain yaitu ferrous fummarate.
Manfaat tablet tambah darah (Fe)pada remaja putri adalah mencegah
terjadinyaanemia pada remaja putri sejak dini dan mempersiapkan remaja sebagai
calon ibu.
Tablet tambah darah di butuhkan oleh ibu hamil untuk memperbaiki status
zat besi secara cepat, sebagai strategi dan dapat mengurangi resiko terjadinya
kekurangan zat besi. Jika ibu kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan
zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi sangat
dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi di awal kelahirannya. Kekurangan zat
besi sejak sebelum hamil bila tidak teratasi dapat mengakibatkan ibu hamil
menderita anemia, mempengaruhi pertumbuhan janin saat lahir, berat badan lahir
rendah (BBLR). Akibat lain dari anemia defesiensi besi selama hamil adalah bayi
lahir prematur.
3. Program Pemberian Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri

4
Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-65 yang
menyepakati rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan
komitmen mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada WUSpada tahun
2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintahIndonesia
melakukan intensifikasi pencegahan dan penanggulangan anemiapada remaja
putri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian TTD melaluiinstitusi sekolah
(Kemenkes, 2016).
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-2019
menargetkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri secara bertahap dari10%
(2015) hingga mencapai 30% (2019). Diharapkan sektor terkait di tingkatpusat
dan daerah mengadakan TTD secara mandiri sehingga intervensi efektifdengan
cakupan dapat dicapai hingga 90% (Kemenkes, 2016).
a) Tujuan Program
Secara umum, program ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi
anemia pada remaja putri dan WUS, dan secara khusus bertujuan untuk :
1) Meningkatkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri dan
WUS
2) Meningkatkan kepatuhan mengonsumsi TTD pada remaja putri
dan WUS
3) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga kesehatan
dalam penanggulangan anemia pada remaja putri dan WUS
4) Meningkatkan manajemen suplementasi TTD pada remaja putri
dan WUS
5) Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam pemberian TTD
pada remaja putri dan WUS
6) Meningkatkan komitmen pengambil kebijakan dari tingkat pusat
sampai daerah Kabupaten dan kota
7) Meningkatkan komitmen dan peran serta lintas program dan lintas
sektor, organisasi profesi, swasta, LSM, dan masyarakat. (TP UKS,
GP2SP/Perusahaan, dan KUA/tempat ibadah lainnya).
b) Sasaran Program

5
Sasaran program ini berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan
danPenanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
(WUS) Tahun 2016 yaitu :
1) Pengelola program, terdiri dari Tenagakesehatan, Kepala sekolah
dan guru UKS serta Pengelola klinik kesehatan di tempat kerja
2) Penerima program, terdiri dari Remaja Putri dan WUS,Orang tua
dan masyarakat.
c) Pelaksanaan Program
Surat Edaran Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang
PemberianTablet tambah Darah Pada Remaja Putri dan Wanita Usia
Suburmenjelaskan program ini awalnya dilakukan dengan memberikan
tablettambah darah bagi remaja putri dengan aturan pemberian tablet 1x
perminggu dan 1 tablet perhari selama masa menstruasi 10 hari. Jadi
dalamsatu bulan setiap remaja putri mengkonsumsi tablet tambah
darahsebanyak 13 butir yang dilakukan selama minimal 3 bulan.
Upaya suplementasi tablet tambah darah di Indonesia diatur alam
buku Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2006. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa
kegiatan Suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan dosis satu
tablet seminggu sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum
satu tablet setiap hari selama masa menstruasi.
d) Cara Pemberian
Pemberian TTD dilakukan secara blanket approach atau dalam bahasa
Indonesia berarti “pendekatan selimut”, berusaha mencakup seluruh
sasaran program dengan cara pemberian yang berpedoman pada Buku
Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri
dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016 yaitu :
1) TTD Program
TTD program diberikan kepada remaja putri usia 12-18
tahun di sekolah dengan frekuensi 1 tablet setiap minggu

6
sepanjang tahun. Pemberian TTD pada remaja putri di sekolah
dapat dilakukan dengan menentukan hari minum TTD bersama
setiap minggunya sesuai kesepakatan di masing-masing sekolah.
Saat libur sekolah TTD diberikan sebelum libur sekolah.
2) TTD Mandiri
Pemberian TTD Mandiri dilakukan di tempat kerja
dilakukan melalui klinik perusahaan, UKBM, dan kelompok
lainnya seperti karang taruna, LSM, dan lain-lain. TTD dapat
diperoleh secara mandiri dari apotek/ toko obat. TTD dikonsumsi 1
tablet setiap minggu sepanjang tahun.
e) Penyimpanan dan Pendistribusian
Berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun
2016,sistem penyimpanan dan pendistribusian Tablet Tambah Darah
RemajaPutri dijelaskan sebagai berikut :
1) Pencatatan
Pencatatan dilakukan di institusi pendidikan melalui Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) oleh tim pelaksana UKS di sekolah
(guru 20 UKS) sesuai dengan tugas tambahan. Pemberian TTD
dicatat pada Kartu Suplementasi Gizi dan Buku Rapor
Kesehatanku.
2) Pelaporan
Pelaporan pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD
direkapitulasi dan dilaporkan oleh :
i. Sekolah, dimana data pemberian TTD dan kepatuhan
konsumsi TTD direkapitulasi oleh guru pembina UKS
untuk dilaporkan ke Puskesmas
ii. Puskesmas, selanjutnya petugas puskesmas merekap
laporan dari sekolah dan melaporkan ke dinas kesehatan
Kabupaten dan kota

7
iii. Dinas Kesehatan Kab/Kota, dimana Laporan dari
Puskesmas direkap oleh pengelola program gizi dan
dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi
iv. Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian melakukan
rekapitulasi dan analisis semua laporan dinas kesehatan
kota dan Kabupaten yang ada di wilayah kerjanya dan
hasilnya dilaporkan ke Kementerian Kesehatan
v. Kementrian Kesehatan, selanjutnya melakukan rekapitulasi
dan analisis semua laporan dinas kesehatan provinsi.
Frekuensi pelaporan dari semua tingkatan dilakukan
setiap 3 bulan sekali. Masing-masing tingkatan administrasi
yang menerima laporan berkewajiban menganalisis laporan
yang diterima dan menyampaikan umpan balik penerimaan
laporan dan hasil analisisnya dalam rangka penilaian dan
pengembangan program serta untuk memacu
kesinambungan pelaporan. Masing-masing tingkatan
administrasi juga berkewajiban untuk memberikan umpan
balik sebagai informasi hasil pelaksanaan pemberian TTD
yang telah dilakukan pada wilayah kerja.

B. FORTIFIKASI GIZI BESI


1. Pengertian Fortifikasi

Fortifikasi adalah sebuah upaya yang sengaja dilakukan


untukmenambahkan mikronutrien yang penting, yaitu vitamin dan
mineral ke dalam makanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
nutrisi dari pasokan makanan dan bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat dengan risiko yang minimal untuk kesehatan. (WHO,
2006).

8
Fortifikasi pangan umumnya digunakan untuk mengatasi masalah gizi mikro pada jangka
menengah dan panjang. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat
gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Peran pokok dari fortifikasi
pangan adalah pencegahan defisiensi, dengan demikian menghindari terjadinya gangguan
yang membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian sosio ekonomis. Namun demikian,
fortitkasi pangan juga digunakan untuk menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan
gangguan yang diakibatkannya.

2. Definisi Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan mineral logam mikro yang paling banyak


terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 g di dalam
tubuh manusia. Zat besi mempunyai beberapa fungsi ensensial di dalam
tubuh diantaranya sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, sebagai alat angkut eletron di dalam sel dan sebagai terpadu
berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Kekurangan zat besi dalam
jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya anemia gisi besi/AGB (iron
deficiency anemia/IDA). Selain pada manusia, zat besi juga memiliki
peranan dalam proses sintetis klorofil dalam tumbuhan, (Almatsier, S.,
2006).

Pada kesehatan manusia, defisiensi zat besi dapat menyebabkan


anemia, gangguan sistem imun, serta dapat meningkatkan resiko kanker
dan hepatitis. Zat besi tidak rusak oleh proses pemanasan (kecuali heme
iron), radiasi cahaya, oksigen, maupun keasaman. Tetapi dapat hilang oleh
pemisahan secara fisik misalnya pada milling pada serealia.
Bioavailabilitas zat besi di dalam tubuh ditentukan oleh efisiensi
penyerapan zat besi di dalam usus. (Sri Palupi. N, 2008).
Ditinjau berdasarkan mekanisme penyerapannya, zat besi
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :

a) Heme Iron

9
Heme iron merupakan zat besi yang terdapat di dalam hemoglobin
dan myoglobin. Sumber dari Heme Iron adalah daging-dagingan. Heme
Iron diserap sebagai iron phorpyrin kompleks yang dipecah oleh enzim
heme oxygenase di dalam sel mukosa usus. Senyawa ini akan
meninggalkan sel mukosa dalam bentuk kimia yang sama dengan non
heme iron.

b) Non Heme Iron

Senyawa ini secara alami terdapat di dalam daging, kacang -


kacangan, sayur dan buah-buahan. Bioavailabilitas non heme iron
dipengaruhi oleh keberadaan senyawa inhiibitor seperti fitat, tannin,
dan polifenol (Sri Palupi. N, 2008).

3. Fortifikasi Zat Besi

Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemi gizi
besi, fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan
strategitermurah untuk memulai, mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi
yang terbesar, dan menjamin pendekatan jangka panjang (Cook and Reuser, 1983).
Fortifikasi Zat besi tidak menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan.
Inilahkeuntungan pokok dalam hal keterterimaannya oleh konsumen dan pemasaran
produk- produk yang diperkaya dengan besi. Penetapan target penerima fortifikasi zat
besi,yaitu mereka yang rentan mengalami defisiensi zat besi, merupakan strategi
yangaman dan efektif untuk mengatasi masalah anemi besi (Ballot, 1989). Pilihan
pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan beratnya kekurangan zat besi (INAAG,1977).
Tahapan kritis dalam perencanaan program fortifikasi besi adalah pemilihansenyawa besi
yang dapat diterima dan dapat diserap (Cook and Reuser, 1983). Harus diperhatikan
bahwa wanita hamil membutuhkan zat besi sangat besar selama akhirtrimester kedua
kehamilan.

10
Terdapat beberapa fortifikan yang umum digunakan untuk fortifikasi besi seperti
besi sulfat besi glukonat, besi laktat, besi ammonium sulfat, danlain-lain. (Siagian,
2003)Contoh: fortifikasi zat besi pada mie kering yang dibuat dari campuran tepungterigu
dan tepung singkong.

4. Fortifikan Besi yang Digunakan

a) Ferro sulfate

Pemberian sediaan besi oral terutama menggunakan bentuk garam-


garam fero karena memiliki bioavilabilitas yang lebih baik daripada garam
feri; kelarutan garam fero lebih tinggi dari garam feri dan mampu
diabsorbsi tubuh 3 kali lebih tinggi daripada garam feri, terutama pada
kondisi lambung kosong. Garam fero utama yang banyak digunakan
adalah fero sulfat (FeSO4.7H2O) karena harganya relatif lebih murah
daripada bentuk garam fero lainnya, selain itu garam fero juga
memberikan efektifitas dan toleransi yang setara dengan fero fumarat
ataupun fero glukonat (Dary, Omar., 2002; McDiarmid dan Johnson,
2002).

b) Etilendiamintetraacetic Acid

Etilendiamiantetraacetic acid (EDTA) adalah asam berproton 4


(H4Y) biasanya ditemukan dalam bentuk garam Na2H2 EDTA. 2H2O
merupakan ligan heksadentat.
EDTA dapat secara mudah mengkelat atau mengikat zat besi
yang terlarut dalam lambung dan usus, hingga dua atau tiga kali lipat
bahan pangan banyak mengandung inhibitor dalam jumlah tinggi
dengan catatan zat besi berasal dari sumber yang mudah larut dalam air
(Whittaker P., et al, 1990)

c) NaFeEDTA

11
Dari beberapa penelitian terakhir terungkap bahwa NaFeEDTA {sodium
iron (Fe3+) ethylenediaminetetraacetic acid} dapat meningkatkan
bioavailabilitas zat besi fortifikan (Hurrel, R. H., Reddy, M. B., 2000). Hal
ini disebabkan karena ion komplek (FeEDTA-) sulit/tidak dapat diikat oleh
senyawa fitat yang juga bersifat sesama agen pengopleks maupun senyawa
penghambat lainnya, akibatnya absorpsi zat besi oleh tubuh menjadi tidak
terganggu. Fortifikan NaFeEDTA juga tidak menimbulkan perubahan
warna dan citarasa, serta tidak mengakibatkan pengendapan selama
penyimpanan produk makanan.

5. Program Pemerintah Dalam Upaya Fortifikasi Gizi Besi

Berdasarkan Global Nutrition Report (GNR) tahun 2018, Indonesia merupakan


salah satu negara yang mengalami beban ganda gizi. Untuk memperbaiki masalah gizi
tersebut, pemerintah melakukan fortifikasi pada sejumlah pangan di Indonesia

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan ada penurunan stunting turun


dari 37,2% berdasarkan Riskesdas 2013 menjadi 30,8% tahun 2018. Namun WHO tetap
meminta di bawah 20% bahkan Presiden Joko Widodo mengharapkan stunting tidak ada
di Indonesia.

Fortifikasi pangan atau pengayaan zat gizi mikro pada bahan makanan
komersil seperti garam, tepung terigu, dan minyak goreng sawit perlu dilakukan
pemerintah untuk percepatan perbaikan gizi anak Indonesia. Pemerintah yang terlibat
dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas didukung oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia
(KFI), Nutrition International, UNICEF, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan POM, dan Badan
Standardisasi Nasional.

Fortifikasi pangan sebagai salah satu upaya pemenuhan zat gizi mikro
masyarakat merupakan intervensi yang terbukti cost-effective. Hal itu dikarenakan

12
fortifikasi dilakukan melalui bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat secara luas
terutama penduduk tidak mampu dan biaya yang relatif lebih rendah.

Fortifikasi yang dilakukan adalah dengan penambahan zat besi pada tepung
terigu. Diketahui, bila tepung terigu adalah produk pangan yang sangat tinggi
konsumsinya di Indonesia. Sebagian besar rumah tangga menggunakan bahan pangan
ini dalam makanan sehari-hari, termasuk rumah tangga miskin.  Dengan adanya
kewajiban tepung difortifikasi dengan tambahan zat fortifikan, maka diharapkan
pemenuhan gizi bagi seluruh keluarga, termasuk keluarga miskin, akan  dapat tercapai.
Ini akan berkontribusi pada upaya pencegahan stunting secara keseluruhan.

Dengan fortifikasi ini, diharapkan mampu meningkatkan pemahaman masyarakat


dan sektor yang terlibat seperti swasta, terhadap konsep, justifikasi, manfaat serta
kebijakan fortifikasi pangan. Selain itu juga dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan
fortifikasi pangan untuk memperbaiki konsumsi zat gizi mikro masyarakat.

Upaya ini dilakukan pemerintah adalah perubahan perilaku masyarakat agar


mengkonsumsi sumber makanan yang beragam dan kaya akan kandungan gizi serta
kaya akan zat gizi makro maupun mikro.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia erat kaitannya dengan kelelahan, dimana kelelahan dapat mengganggu
aktivitas fisik. Hal tersebut disebabkan karena penurunan kadar hemoglobin akan
menurunkan transport oksigen dan menurunnya kemampuan otot untuk menangkap
oksigen sehingga akan menyebabkan akumulasi asam laktat (Almatsier, 2010).
Penanganan anemia dapat diberikan suplemen besi atau tablet tambah darah.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengadakan program pencegahan anemia
dengan subsidi pemberian TTD (Tablet Tambah Darah) yang diperuntukkan bagi remaja
putri usia 11-18 tahun yang disalurkan melalui sekolah.
Fortifikasi gizi merupakan salah satu metode dalam penanganan masalah
gizimikro di dunia khususnya di Indonesia dengan upaya meningkatkan mutu bahan
pangan yang sering dikonsumsi. Adapun pemilihan bahan makanan yang
akandifortifikasi harus dikaji terlebih dahulu sifat-sifatnya. Untuk berjalannya
usahafortifikasi ini perlu dilakukan kerjasama yang baik antara Pemerintah, Industri, dan
Konsumen.

B. Kritik dan saran


Diperlukan pengawasan dan pemilihan bahan pangan yang akan difortifikasi(vehicle)agar
masyarakat dapat terjangkau dalam pembelian bahan makanantersebut

14
DAFTAR PUSTAKA

Astuti Setiawati., Rumintang B. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Tablet


Tambah Darah (TTD) Pada Kelas Ibu Hamil Terhadap Kepatuhan Ibu dalam
Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah di UPT Blud Puskesmas Meninting Tahun 2018.
Jurnal Midwifery Update (Mu) : 28-36
Cantika Zaddana., Indriani L., dkk. 2019. Pengaruh Edukasi Gizi dan Pemberian Tablet Tambah
Darah (TTD) Terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Remaja Putri. Jurnal Ilmiah
Farmasi 9(2): 131-137
Eka Haryanti., Kamesyworo., & Maksuk. 2020. Pengaruh Pemberian Tablet Besi Dalam
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang 15(2): 136-139
Nur Hasanah. 2018. “Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah Pada
Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun
2018”. Skipsi. Kendari: Politeknik Kesehatan Kendari
Susi Irianti., Sahiroh. 2019. Gambaran Faktor Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja
Putri. Jurnal Ilmiah Kebidanan 6(2): 92-97
Temi Chintia Risva., Suyatno., & Rahfiludin M. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
DenganKebiasaan Konsumsi Tablet Tambah Darah Sebagai Upaya Pencegahan Anemia
Pada Remaja Puteri (Studi Pada Mahasiswa Tahun Pertama di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro). JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) 4(3): 243-250
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20190219/1729527/perbaiki-gizi-pemerintah-
lakukan-fortifikasi-pangan/

15

Anda mungkin juga menyukai