Anda di halaman 1dari 17

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Definisi............................................................................................................................3
2.1.1 Definis Etika….......................................................................................................3
2.1.2 Definisi Auditing…................................................................................................3
2.1.3 Definisi Etika Dalam Auditing...............................................................................5
2.2 Prinsip – Prinsip Aturan Perilaku Profesional.................................................................5
2.3 Tanggung Jawab Auditor Kepada Publik........................................................................7
2.4 Tanggung Jawab Dasar Auditor......................................................................................7
2.5 Independensi....................................................................................................................8
2.6 Standar Akuntansi...........................................................................................................9
2.7 Standar Pekerjaan Lapangan.........................................................................................10

2.8 Standar Pelaporan..........................................................................................................10

2.9. Contoh Kasus...............................................................................................................11

2.10 Solusi Pemecahan Masalah.........................................................................................12

2.11 Kontribusi Kasus Terhadap Materi Makalah..............................................................12


BAB III Penutup.......................................................................................................................13

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................13

4.2. Saran…...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA…...........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan pentingnya informasi keuangan pada saat ini sangat tinggi, untuk
setiap pengambilan keputusan-keputusan bisnis, informasi keuangan sangat diperlukan
sebagai salah satu bahan pertimbangan guna pengambilan keputusan. Informasi keuangan
yang dibutuhkan salah satunya bersumber dari data Laporan Keuangan.

Laporan keuangan yang digunakan merupakan laporan keuangan hasil pemeriksaan


auditor independent (laporan audit). Tujuan dari laporan keuangan audit bagi sebuah
perusahaan adalah sebagai berikut :

 Transaksi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan semakin kompleks.


Walaupun pada saat ini masyarakat semakin mampu membaca laporan keuangan,
tetapi masyarakat tetap butuh orang yang memiliki keahlian profesional untuk
menguji informasi dalam Laporan Keuangan tersebut.
 Pihak manajemen dari organisasi merasa perlu melakukan verifikasi kebenaran
laporan keuangan, guna meminimalisir kesalahan.
 Menambah kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui data laporan keuangan.
 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
 Identifikasi terhadap kelemahan sistem.

Semakin tingginya suatu kepercayaan pengguna laporan keuangan maka semakin tinggi
pula tuntutan independensi seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan.
Hal ini tentunya diiringi dengan etika baik seorang pemeriksa/auditor.

Seorang auditor dihadapkan dalam independensi auditor dan kepentingan auditor


terhadap audit fee. Audit fee seharusnya tidak menginterfensi/mempengeruhi keputusan-
keputusan dalam melakukan pemeriksaan hingga seorang auditor mengeluarkan opini.
Semakin tinggi tingkat kesadaran etis atau tidak etisnya tindakan yang dipakai dalam
pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional auditor.

Pelaksanaan proses auditing seorang auditor dituntut secara profesional dan independen
sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Regulasi tetang kode etik dan aturan profesional
seorang auditor telah ditetapkan oleh Pasar Modal dan BAPEPAM.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Etika?
2. Apa itu Etika Auditing?
3. Apa itu Etika dalam Auditing?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengerti apa itu etika dalam auditing,
apa saja yang ada didalamnya serta bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan auditor.
Menanggulangi dan mencegah untuk terjadinya penyimpangan terhadap kode etik auditor.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat yang bisa dirasakan antara lain :
1. Menambah pengetahuan mengenai Auditor yang bertanggung jawab.
2. Dapat menilai suatu hal yang menyimpang dari etika auditing atau tidak.
3. Mengetahui dan mengerti apa itu etika dalam auditing, apa saja yang ada didalamnya
serta bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan auditor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
2.1.1. Definisi Etika
Secara bahasa, kata "etika" berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti "di luar
kebiasaan". Dalam hal ini, sudut pandang objek adalah tindakan, hubungan, atau perilaku
manusia. Secara khusus pengertian etika adalah ilmu tentang sikap dan martabat seseorang
dalam suatu lingkungan sosial yang penuh dengan aturan dan prinsip yang berkaitan dengan
perilaku yang dianggap benar.

Secara umum pengertian etika adalah suatu aturan, norma, aturan, atau prosedur yang
biasa digunakan sebagai asas atau asas seseorang dalam bertingkah laku dan berperilaku.
Penerapan norma ini erat kaitannya dengan baik buruknya seorang individu dalam
masyarakat. Etika dengan demikian adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruk, serta
kewajiban sosial dan moral, hak dan tanggung jawab terhadap setiap individu dalam
kehidupan publik. Atau bisa dikatakan etika mencakup nilai-nilai yang berkaitan dengan
moralitas seseorang dalam hal benar dan salah.

Ada beberapa jenis etika yang mungkin kita jumpai di lingkungan kita. Misalnya etos
pertemanan, etos kerja atau etos kerja, etos keluarga, etos bisnis, dsb. Etika tentunya harus
dimiliki oleh setiap orang dan diperlukan dalam komunikasi sebagai jembatan yang
menciptakan kondisi baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam arti luas, etika dapat didefinisikan sebagai prinsip atau nilai moral. Dalam hal
ini, tuntutan etika begitu urgen dalam masyarakat sehingga nilai-nilai etika tersebut
seringkali dimasukkan dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku di negara kita.
Banyaknya nilai-nilai etika yang ada tidak dapat dijadikan sebagai hukum atau aturan karena
sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada penilaian manusia.

2.1.2. Definisi Auditing


Auditing atau audit merupakan sebuah inspeksi yg dilakukan secara kritis & pula
sistematis. Dimana pihak yg melakukan bersifat independen terhadap laporan keuangan yg
sudah disusun sang manajemen dan catatan-catatan pembukuan & bukti pendukung.
Tujuannya supaya mampu pertanda pendapat tentang kewajaran laporan keuangan.

3
Menurut ASOBAC atau A Statement of Basic Auditing Concepts, Auditing merupakan
suatu proses sistematik buat menghimpun & mengevaluasi bukti secara objektif tentang
asersi mengenai aneka macam tindakan atau kejaidan ekonomi buat memilih taraf kesesuaian
antara asersi tersebut.

Ada beberapa hal yang dianggap penting dalam pengertian auditing yang harus dibahas lebih
lanjut, diantaranya :

1. Sebagai seorang Audit harus menekankan objektifitas. Ketika mengumpulkan bukti


dan juga mengevaluasi, harus menjadi pihak yang objektif dan juga netral, anda tidak
boleh memihak pada siapapun dan dimanapun. Auditor tidak dapat ditekan atau tidak
boleh ditekan oleh pihak manapun terkait audit. Dimana pekerjaan auditor dinilai ke-
objektifitan nya terhadap hasil pekerjaan orang lain.
2. Sistematis, Proses auditing berjalan maka haruslah terarah dan terstruktur, mereka
tidak bisa melakukannya secara acak. Selain itu, prosedur dalam auditing memiliki
tujuan yang jelas dan dilakukan dengan sistematis. Dengan proses yang teratur
mengandung makna bahwa auditing dilakukan dengan perencanaan yang matang dan
juga baik, selain itu jelas arahan yang dilakukan dan tujuannya.
3. Menentukan standar atau tingkat kesesuaian sangatlah penting, dimana mereka bisa
menentukan standar sebelum membandingkan dengan asersi atau informasi yang
terkandung daam sebuah laporan manajemen (Baca juga: Fungsi Akuntansi
Manajemen ) atau laporan keuangan. Tentunya standar ini sudah mendapat
kesepakatan sebelumnya, sehingga semua auditor mendapatkan standar yang sama
untuk perbandingan ketika bekerja. Selain itu audit juga membandingkan antara
output atau outcomes dari sebuah perusahaan dengan input atau antara biaya dan
manfaat bisa juga antara anggrana dan juga relisasi.
4. Kriteria yang ditentukan dapat berupa sistem atau prosedur yang disepakati atau juga
ditetapkan sebelumnya. Hal ini bisa ditentukan berupa standar keuangan, aturan tetap,
pagu anggaran maupun ukuran kinerja manajemen tersebut. Kriteria yang ditentukan
ini sama dengan menentukan standar yang berguna untuk perbandingan.
5. Hasil audit bisa disampaikan dalam bentuk laporan tertulis, dengan begitu anda bisa
menjelaskan kriteria dan hal yang harus diperbaiki dalam laporan. Selain penting,
laporan ini bisa saja memperkuat atau memperlemah kredibilitas asersi yang sudah
dibuat. Dalam laporan keuangan semua bisa memberikan dampak yang positif
maupun negatif.

4
6. Pemakai yang berkepentingan merupakan pengambil keputusan yang menggunakan
atau mengandalkan temuan yang diinformasikan melalui laporan audit yang telah
disampaikan. Para pemakai laporan biasanya meliputi manajemen, pemerintah,
investor, bank dan juga pemegang saham. Namun tak menghindari bahwa masyarakat
atau publik (Baca juga: Tujuan Akuntansi Sektor Publik) juga bisa menjadi pemakai
yang berkepentingannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Auditing adalah proses pengumpulan dan


pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria  – kriteria yang dimaksud dilakukan oleh seseorang yang komoeten dan independen.

2.1.3. Definisi Etika dalam Auditing


Etika dalam audit merupakan suatu prinsip yang melakukan proses pengumpulan dan
evaluasi bukti informasi terukur tentang entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria- kriteria yang dimaksud yang dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.

Profesi akuntan memainkan peran penting dalam masyarakat sehingga tanggung


jawabnya bergantung pada kepentingan publik. Kepentingan publik adalah kepentingan
lembaga yang dilayani oleh masyarakat dan anggotanya secara keseluruhan. Ketergantungan
ini bermuara pada kenyataan bahwa sikap dan perilaku akuntan dalam pemberian jasa
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

2.2 Prinsip – prinsip Aturan yang Perilaku Profesional Mengandung 7 Cakupan


Umum :
1. Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut. Banyak dari kode etik AICPA
yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar hukum/peraturan. Alasan utama dari
kode etik ini adalah menyemangati anggotanya untuk melatih disiplin diri di dalam/di
luar hukum/peraturan.
2. Tanggung jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional CPA
harus menggunakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua
aktifitasnya. Sebagaimana disebutkan dalam bab I, CPA/akuntan publik
melaksanakan suatu peran penting di masyarakat. Mereka bertanggung jawab, bekerja
sama satu sama lain untuk mengembangkan metode akuntansi dan pelaporan,

5
memelihara kepercayaan publik, dan melaksanakan tanggung jawab profesi bagi
sendiri.
3. Kepentingan publik. CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme.
Salah satu tanda yang membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya
kepada publik. CPA diandalkan oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien,
kreditor, pemerintah, pegawai, investor, dan komunitas bisnis serta keuangan.
Kelompok ini mengandalkan obyektifitas dan integritas CPA untuk memelihara
fungsi perdagangan yang tertib.
4. Integritas.  Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, CPA harus
melaksanakan semua tanggung jawab profesionalnya dengan integritas tertinggi.
Perbedaan karakteristik lainnya dari suatu profesi adalah pengakuan anggotanya akan
kebutuhan memiliki integritas. Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus
terang meskipun dihambat kerahasiaan klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak
boleh dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Integritas dapat mengakomodasi
kesalahan akibat kurang berhati-hati dan perbedaan pendapat yang jujur, akan tetapi,
integritas tidak dapat mengakomodasi kecurangan/pelanggaran prinsip.
5. Obyektifitas dan independensi.  Seorang CPA harus mempertahankan obyektifitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional.
Seorang CPA dalam praktek publik harus independent dalam kenyataan dan dalam
penampilan ketika memberikan jasa auditing dan jasa atestasi lainnya. Prinsip
obyektifitas menuntut seorang CPA untuk tidak memihak, jujur secara intelektual,
dan bebas dari konflik kepentingan. Independensi menghindarkan diri dari hubungan
yang bisa merusak obyektifitas seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.
6. Kemahiran.  Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus
berjuang meningkatkan kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung
jawab profesional dengan sebaik- baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut
CPA untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya. CPA akan
memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan pengalaman dimulai dengan
menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang CPA. Kompetensi juga menuntut CPA
untuk terus belajar di sepanjang karirnya.
7. Lingkup dan sifat jasa.  Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari
prinsip kode etik perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
akan diberikan. Dalam menentukan apakah dia akan melaksanakan atau tidak suatu
6
jasa, anggota AICPA yang berpraktik publik harus mempertimbangkan apakah jasa
seperti itu konsisten dengan setiap prinsip perilaku profesional CPA.n kesan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

2.3 Tanggung Jawab Auditor kepada Publik


Profesi akuntan memainkan peran penting dalam masyarakat, menciptakan
ketergantungan pada tanggung jawab akuntan untuk kepentingan publik. Berdasarkan Kode
Etik yang diungkapkan, akuntan memiliki kewajiban tidak hanya kepada pelanggan yang
membayarnya, tetapi juga kepada masyarakat umum. Kepentingan publik adalah
kepentingan masyarakat dan organisasi di mana ia berfungsi secara keseluruhan. Publik
mengharapkan akuntan untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan Kode Etik Profesi AKDA
yang berlaku.

Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh


auditor kepada publik, antara lain:

 Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif


 Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
 Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung
jawab mereka kepada publik.

2.4 Tanggung Jawab Dasar Auditor


The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan tanggung jawab auditor :

1. Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,


mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
2. Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan
dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan.
3. Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.
4. Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.

7
5. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau
ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan
kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk
memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

2.5 Independensi
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri
dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam menyatakan hasil pendapatnya. Sikap mental
independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan
prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1)
auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik
sebagai auditor intern). Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi akuntan
publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan.

Independensi meliputi:

1. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang profesional. Hal
ini merupakan bagian integritas profesional.
2. Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan
pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut:

1. Independence in fact (independensi dalam fakta). Artinya auditor harus mempunyai


kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan). Artinya pandangan
pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
3. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya). Independensi
dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.

8
Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada
profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai
mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :

1. Independensi sikap mental.


Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
2. Independensi penampilan.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik
bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi
penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan
publik.

Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz


mengemukakan bahwa independensi akuntan publik juga meliputi :

 Independensi praktisi (practitioner independence). Independensi praktisi berhubungan


dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang
wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan
verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup
tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran, independensi investigatif, dan
independensi pelaporan.
 Independensi profesi (Profession independene).   Independensi profesi berhubungan
dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

2.6 Standar Akuntansi


 Standar Umum
 Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit sampai pada
suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang
ahli dalam bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dari pendidikan
formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit dan menjalani
pelatihan teknis yang cukup. Asisten junior yang baru masuk dalam karir auditing

9
harus memperoleh pengalaman profe sionalnya denganmendapatkan supervisi yang
memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman.
Pelatihan yang dimaksudkan di sini mencakup pula pelatihan kesadaran untuk secara
langsung terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bidang bisnis
dan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.
 Dalam Semua Hal yang Berhubungan dengan Perikatan, Independensi dan Sikap
Mental Harus dipertahankan Oleh Auditor. Standar ini mengharuskan seorang auditor
bersikap independen, yanga artinya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi karena
pekerjaannya untuk kepentingan umum.Kepercayaan masyarakat umum atas
independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi
akuntan publik. Untuk menjadi independen, seorang auditor harus secara intelektual
jujur.
 Dalam Pelaksanaan Audit dan Penyusunan Laporannya Auditor Wajib Menggunakan
Kemahiran Profesionalnya dengan Cermat dan Seksama. Pengguanaan kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama menekankan tanggungjawab setiap
profesional yang bekerja dalam organisasi auditor.

2.7 Standar Pekerjaan Lapangan


 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat,saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan
dan permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

2.8 Standar Pelaporan


 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
 Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerpan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

10
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
hrus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

2.9 Contoh Kasus


 Studi Kasus Hasil Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tahun 2018
Pada pertengahan tahun 2019 PT Garuda Indonesia dikenakan sanksi oleh Lembaga
keuangan pemerintah dan non pemerintah. Hal ini dikarenakan, adanya ditemukan
kejanggalan laporan keuangan untuk tahun buku 2018. Dalam laporan keuangan tersebut,
Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar USD 809,85 atau setara Rp 11,33
Milyar (asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS) . Angka ini melonjak tajam dibandingkan pada
tahun 2017 yang mengalami kerugian USD 216,5 juta. Tentu hal menimbulkan polemik,
karena dua komisaris yang menjabat Garuda Indonesia saat itu yaitu Chairul Tanjung dan
Dony Askara, beranggapan bahwa laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai
dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuanagan (PSAK).

Kejanggalan tersebut disebabkan adanya temuan bahwa, Garuda Indonesia


memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada Garuda
Indonesia terkait transaksi pemasangan wifi yang belum dibayarkan.

Kasus ini tidak hanya berimbaskan kepada Garuda Indonesia Group, namun juga pada
Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumpea Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu Tanubrata
Sustanto Fahmi Bmbang dan Rekan (Member of BDO Internasional) yang dikenakan sanksi
atas audit yang telah dilakukan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi PT Garuda Indonesia terkait
permasalahan laporan keuangan tersebut. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh auditor yang
memeriksa keuangan GIAA, yaitu KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan
(Member of BDO Internasional) selaku auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT
Garuda Indonesia (persero) Tbk.

11
2.10 Solusi Pemecahan Masalah

Dari permasalahan tersebut Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian


Keuangan (PPPK Kemenkeu) pada 28 Juni 2019 telah menetapkan ditemukannya
pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit terhadap PT
Garuda Indonesia Tbk. Hal ini tentu mempengaruhi opini laporan auditor independen, dan
selain itu KAP dianggap belum menerapkan sistem pengendalian mutu yang optimal terkait
konsultasi dengan pihak eksternal.
Imbas dari pelanggaran ini, Kementrian Keuangan menjatuhkan sanksi pembekuan
izin selama 12 bulan kepada AP Kasner Sirumpean dan KAP Tanubrata, Sustano, Fahmi,
Bambang dan rekan, selaku auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia.
Penjatuhan sanksi ini dimaksudkan Kemenkeu dan OJK sebagai tindakan regulator
untuk meningkatkan kualitas sistem keuangan dan profesi keuangan dalam menjaga
kepercayaan publik. Selain itu, PPPK Kemenkue juga mengirimkan peringatan tertulis
disertai dengan kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu
KAP dan dilakukan reviu oleh BDO International Limited.
PT Garuda Indonesia dinyatakan telah melakukan pelanggaran peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan diberikan
Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp 100jt. Seluruh anggota Direksi PT Garuda
Indonesia juga dikenakan Sanksi Administratif berupa masing-masing Rp 100jt karena sudah
melanggar Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan.

2.11 Kontribusi Kasus Terhadap Materi Makalah

Dalam kasus yang terjadi di PT Garuda Indonesia ini, mambuktikan bahwa pentingnya
kode etik dan etika profesi yang harus dijunjung tinggi dan diterapkan oleh seorang Auditor.
Auditor dituntut untuk memiliki sikap integritas yang tinggi, objektif, independent serta
tanggungjawab pada tugasnya, karena auditor mempunyai kewajiban untuk menjamin
kepercayaan public terhadap kebenaran dan kesesuaian berdasarkan standar yang berlaku.
Jika terjadi pelanggaran atas audit yang dilakukan auditor hal ini akan merusak citra baik atau
nama baik auditor itu sendiri serta KAP yang bersangkutan. Daripada itu, juga akan
mengurangi kepercayaan publik terhadap kualitas Laporan Keuangan yang telah diaudit
untuk menjamin kebenaran suatu Laporan Keuangan.
12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepercayaan publik terhadap laporan keuangan yang sangat tinggi membuat profesi
seorang auditor mejadi pusat perhatian khusus. Semakin tingginya suatu kepercayaan
pengguna laporan keuangan maka semakin tinggi pula tuntutan independensi seorang
auditor . Dalam menjalankan tugas nya untuk melakukan pemeriksaan suatu laporan
keuangan menuntut auditor memiliki standar khusus dalam profesinya. Selain standar yang
berlaku ditetapkan auditor harus memiliki etika dalam melakukan pekerjaannya. Auditor
harus menjunjung tinggi sikap integritas, indenpent objektif serta tanggung jawab atas
tugasnya terhadap publik.

Etika dalam Auditing merupakan suatu prinsip yang melakukan proses pengumpulan
dan evaluasi bukti informasi terukur tentang entitas ekonomi untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria- kriteria yang dimaksud
yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Didalam melaksanakan tugas,
auditor akan dihadapkan oleh beberapa standar yang telah ditetapakan oleh Akuntan Publik
Indonesia sebagai pedoman dalam mengerjakan tugasnya. Mutu audit harus dijaga agar
profesi auditor tetap mendapatkan kepercayaan publik, dan peran etika tentunya akan
berpengaruh terhadap penerapan standar audit.

3.2. Saran
Diharapkan etika dalam auditing diterapkan oleh setiap auditor. Standar audit yang
ada tidak akan berjalan dengan baik jika tidak diiringi dengan etika profesi yang dijunjung
tinggi. Perlunya menjaga citra baik untuk mendapatkan kepercayaan publik tentu menjadi
nilai penting setiap pelaksanaan audit.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan serta
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
membangun dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Apa Yang Dimaksud Dengan Auditing, (2021, 10 Oktober). https://pengertian.apa-itu.net/apa-


yang-dimaksud-dengan-auditing.html

Ini Putusam Kasus Laporan Keuangan Tahunan PT Garuda Indonesia 2018.(n.d).


Kementrian Keuangan. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-putusan-
kasus-laporan-keuangan-tahunan-pt-garuda-indonesia-2018/ .

Mohammad Fadly Assagaf, (2016) Etika Dalam Auditing,


https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/etika-dalam-auditing/

Okezone. (2014, July 13). Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia Hingga
Kena Sanksi : Okezone Economy.
https://economy.okezone.com/.http://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320
/2072245/kronoligi-kasus-laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-
sanksi .

Pengertian Etika: Macam-Macam Etika & Manfaat Etika, (2021, Agustus 30),
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/

14

Anda mungkin juga menyukai