Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEDOMAN PEMBUATAN DESAIN KONTRAK / PERJANJIAN


EKONOMI SYARIAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Desain
Kontrak Perjanjian Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Program Studi
Perbankan Syariah Kelompok 3

DOSEN MATA KULIAH :


RAHMAENI NUR, S.Pd., M.E.
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
MUHAEMIN SUHARDI EL HAKIM
612062019067
MISBAH SABAH
612062019075
ASRUL
612062019085

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM PROGRAM STUDI


PERBANKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Segala puji bagi Allah Subahana wa ta’ala yang teleh memberikan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula kita kirimkan solawat
dan salam kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam yang telah
membawa manusia dari masa jahilia kemasa intelektual seperti saat ini
Makalah yang kami buat ini memaparkan tentang “Pedoman Pembuatan
Desain Kontrak / Perjanjian Ekonomi syariah”.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk memenuhi tugas
kelompok yang diberikan oleh dosen RAHMAENI NUR, S.Pd., M.E. pada
semester 5 ini dengan mata kuliah Desain kontrak perjanjian syariah.
Adapun materi dari makalah ini kami dapatkan dari beberapa sumber
yakni internet dan buku,mata kuliah itu sendiri yang menjadi acuan dalam
pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberi
sumbansi kepada para pembaca dalam proses pembelajaran, dapat
menambah pengetahuan pembaca maupun penulis itu sendiri serta dapat
menjadi bahan referensi bagi kawan mahasiswa.
Kami selaku penyusun makalah sangat sadar akan kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran dari kawan mahasiswa terlebih kepada dosen mata kuliah Desain
kontrak perjanjian syariah agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Sekian dan terimaksih
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Watampone, 13 Januari 2022


Penyusun

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
A. Matriks kaidah dan pedoman desain kontrak ekonomi syariah.........3
B. Contoh desain kontrak ekonomi syariah............................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................11
A. Simpulan...........................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembahasan pada bab ini merupakan penjelasan teknis dan praktis
tentang teknik merancang sebuah desain yang sesuai dengan norma
ekonomi Islam. Dalam pembuatannya berpatokan pada norma, prinsip-
prinsip, dan kaidah-kaidah dari petunjuk dalil nash Al-Qur’an dan Hadis
Nabi Saw yang diformulasi secara simpel agar mudah dipahami. Langkah-
langkah yang harus dipahami dalam membuat suatu desain kontrak agar
tidak keluar dari substansi norma syariat.
Implementasi dari prinsip tauhid dan prinsip niat, adalah bahwa
setiap akad yang digunakan wajib konsisten sesuai dengan niat para
pelaku. Desain kontrak yang disiapkan dalam bentuk kontrak baku tidak
dapat digunakan sebelum diketahui kesesuaiannya dengan niat (maksud
dan kehendak) para pelaku. Oleh karena itu, desain akad yang telah
disiapkan tidak boleh langsung disodorkan untuk digunakan sebelum
terlebih dahulu dilakukan pembicaraan oleh para calon pelaku akad untuk
mengetahui maksud dan kehendak masing-masing terhadap objek akad.
Pilihan akad yang akan digunakan tidak dapat ditentukan sepihak/oleh satu
pihak saja, atau hanya menyiapkan satu opsi akad saja dengan
mengabaikan niat dari pihak mitra.
Adapun syarat-syarat khusus suatu akad disesuaikan dengan
kekhasan / kekhususan desain akad yang dibuat. Syarat-syarat khusus
dapat dibuat dan ditambahkan dalam kontrak sepanjang syarat itu dapat
dibenarkan dalam syariat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana matriks kaidah dan pedoman desain kontrak ekonomi
syariah?
2. Apa saja contoh desain kontrak ekonomi syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui matriks kaidah dan pedoman desain kontrak
ekonomi syariah!
2. Untuk mengetahui contoh desain kontrak ekonomi syariah!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Matriks Kaidah Dan Pedoman Desain Kontrak Ekonomi Syariah

NO UNSUR ARTIKULASI DALAM PENJELASAN


KONTRAK
I Niat Basmalah/Kata Pembuka, - Niat para pihak
dan maksud para pihak wajib
Niat para pihak melakukan akad, Misalnya: disampaikan
menjadi dasar untuk diketahui
penentuan ‫لرحيماحمنلراللهبسم‬ dan
pilihan akad dijadikan dasar
- Dapat ditambahkan ayat, untuk
hadis, atau Motto yang memilih akad
relevan yang
Niat, misalnya: relevan
- Pihak pertama bermaksud - Niat harus jelas
menjual rumah sebagai dan
usaha bisnis tegas sesuai
- Pihak kedua bermaksud dengan
memiliki/membeli rumah kata hati
yang ditawarkan pihak - Niat tidak boleh
pertama bercabang,
mendua,
atau ambigu

3
4

II Akad Misalnya: - Wajib


disebutkan
Akad menjadi “Perjanjian Jual Beli akad pokoknya
dasar penentuan Rumah” (akad
rukun dan syarat Dapat ditambahkan asasi) secara jelas
spesifikasi bentuk akad dan
yang digunakan, misalnya; dapat disertai
“Dengan Sistem Urbun atau beberapa
dengan sistem istishna’ “ akad tambahan
(akad idhafi)
- Tidak boleh
terjadi
dua akad pokok
dalam satu
kontrak
- Akad harus
konsisten
pada ranahnya
(tijari
atau idhafi)
III Rukun dan Rukun dan Syarat Umum: - Sebelum
Syarat 1. Subjek: penandatanganan
a. Identitas kedua/para kontrak wajib
Rukun dan pihak disebutkan secara diteliti dan
syarat menjadi jelas dan mencakup ditelaah
dasar penentuan unsur-unsur yang kelengkapan
proses diperlukan, misalnya: unsur
- Nama dan syarat-syarat
- Tempat Tgl lahir yang diperlukan
- Alamat sesuai
- Pekerjaan dengan akad
- Agama yang digunakan
- Status sebagaimana
b. Pernyataan hasil yang telah
telaah bahwa kedua/ ditentukan dalam
para pihak yang berkontrak fiqh muamalah
memenuhi - Syarat-syarat
syarat-syarat; balig, yang
berakal sehat, dan digunakan wajib
ikhtiar (kemauan disesuaikan
sendiri dengan
tanpa unsur kekhususan/
paksaan) spesifikasi
2. Objek: akad yang
a. Identitas objek (misalnya, digunakan
barang dan harga) - Tidak boleh
5

tertentu dilakukan
b. Pernyataan hasil telaah spekulasi
bahwa objek kontrak - Tidak boleh
memenuhi syaratsyarat; mengandung
jelas kuantitas unsur riba,
dan kualitasnya, halal, garar, dan maisir
suci, bermanfaat, dan - Tujuan
dapat diserahkan dilakukannya
3. Tujuan: akad tidak
Tujuan yang dibenarkan bertentangan
hanya dua yaitu: dengan
- U ntuk memenuhi syariat
kebutuhan - Maksud
yang dilakukannya
sipatnya pokok (wajib) akad tidak
- untuk memenuhi bersifat
kebutuhan yang mubasir dan israf
sifatnya
pendukung
(sunnat)
4. Akad/ Ijab dan Qabul:
K esepakatan penawaran
dan permintaan dituangkan
dalam kontrak
dengan
memenuhi syarat-
syarat: jelas, bersesuaian
(relevan), dan
Bersambung.

3. Kesepakatan Syarat - Dapat ditambah


Khusus: kesepakatan-
Berisi kesepakatankesepakatan kesepakatan
khusus yang khusus yang
berkaitan dengan proses diminta atau
pelaksanaan ditawarkan
perjanjian, dan telah
konsekuensi/sanksi, risiko, disepakati,
dan cara mengatasinya/ sepanjang
menyelesaiakan jika terjadi tidak
perselisihan, misalnya; “menghalalkan
- K esepakatan khusus: yang haram, atau
Misalnya, Perjanjian ini mengharamkan
disertai dengan barang yang
jaminan (rahn) berupa halal”
sertifikat rumah dipegang -
6

oleh pihak I (penjual) dan Sedapatmungkin


akan diserahkan setelah menyepakati
seluruh harga telah halhal
dilunasi yang sifatnya
- K esepakatan khusus: menjadi
Rumah yang dijual akan jalan/cara
diserahterimakan dalam pelaksanaan
jangka waktu 30 hari kontrak
ke depan dan setelah atau solusi
diperbaiki pintu dan penyelesaian
jendelanya oleh penjual jika terjadi
- Sanksi: Misalnya, jika perselisihan
salah satu pihak melakukan
wanprestasi akan
dikenakan
ganti rugi dan/
atau denda
- Risiko: Misalnya, kerusakan
barang ditanggung
oleh penjual sampai
barang
telah diserahterimakan
- Penyelesaian sengketa:
Misalnya, Jika terjadi
perselisihan antara pihak
pertama dengan
pihak kedua maka akan
diselesaikan melalui
Badan Arbitrase Syariah
atau Pengadilan

IV Proses Berisi uraian: - Dapat ditambah


- Bahwa dalam pelaksanaan penegasan-
Proses menjadi akad, para pihak penegasan
dasar penentuan yang berakad tidak boleh untuk memastikan
keabsahan keluar dari apa yang telah bahwa dalam
disepakati yang di jabarkan proses
dalam rukun dan pelaksanaan akad
syarat-syarat akad. tidak terjadi
- Bahwa kedua pihak siap penyimpangan
melaksanakan isi kontrak/ dari norma
perjanjian dengan syariat
jujur dan i’tikad baik. - Dapat
- Menggambarkan kewajiban ditambahkan
dan hak kedua pernyataan yang
7

pihak secara seimbang, sifatnya penguatan


adil, benar, dan bertanggung bahwa proses
jawab pelaksanaan
akad
sudah sesuai
dengan
kesepakatan dan
substansi akad

V Keabsahan Berisi penegasan keabsahan - Keabsahan


perjanjian dan koreksi jikan perjanjian
Keabsahan terjadi kekeliruan minimal setelah
menjadi dasar - K eabsahan: Misalnya, ditandatangani
penilaian apakah Perjanjian ini dinyatakan oleh dua pihak
kontraknya sah dan berlaku/mengikat yang
syariah atau kedua pihak setelah melakukan kontrak
bukan syariah, ditandatangani - Saksi harus
halal atau di atas benarbenar
haram, sah atau kertas bermaterai 6000 menyaksikan
batil oleh kedua pihak proses
- Perjanjian ini dibuat dua penandatanganan
rangkap asli dan diserahkan kontrak/
kepada masingmasing perjanjian
pihak - K eberadaan
- Jika terjadi kekeliruan materai,
dalam isi perjanjian, saksi, pihak yang
maka akan diperbaiki menyetujui,
sebagaimana mestinya dan/atau
- Tempat dan Tanggal pihak yang
penandatanganan mengetahui
kontrak merupakan
- Para pihak yang penguat perjanjian
bertandatangan,
dikuatkan
oleh saksi, pihak yang
menyetujui, atau pihak
yang mengetahui

Petunjuk penggunaan pedoman:

Kaidah dan desain kontrak ekonomi syariah tersebut dalam penggunaannya


8

harus memperhatikan tujuh ketentuan sebagai berikut:


1. Kelima unsur tersebut disusun dan diterapkan secara hirarkis dan
Tertib.
2. Unsur I harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum membahas unsur II,
demikian seterusnya ke bawah.
3. Jika unsur yang lebih tinggi (di atas) belum terpenuhi maka, unsur
berikutnya (di bawahnya) tidak dapat dibahas dan tidak dapat
diwujudkan, karena eksistensinya bergantung pada unsur sebelumnya
4. Unsur I sampai III merupakan unsur dasar/pokok (asasi/asli) yang
eksistensinya tidak dapat dihilangkan dalam kontrak dan sifatnya
mutlak. Sedangkan unsur IV dan V merupakan unsur tambahan dan
penegasan yang sifatnya elastis dan dinamis.
5. Syarat-syarat yang ada pada unsur III merupakan syarat dasar yang
disesuaikan dengan akad yang digunakan
6. Rukun dan syarat-syarat kontrak yang dicantumkan wajib memenuhi
rukun dan sayarat-syarat umum akad dan syarat-syarat khusus sesuai
dengan spesifikasi akad dalam fiqh muamalah
7. Syarat-syarat yang digunakan atau diperjanjikan harus konsisten
sesuai dengan spesifikasi akadnya.
Pedoman tersebut di atas dibuat berdasarkan metodologi fiqh
muamalah, dijabarkan dari kaidah-kaidah, ijtihad para ulama, prinsip-
prinsip ekonomi syariah, dan merupakan ikhtisar dari substansi dalil-dalil
nash (Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw.
B. Contoh Desain Kontrak Syariah
Pada dasarnya desain kontrak dapat dibuat secara elastis dan
dinamis. Teknis perumusan naskah perjanjian dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing dan format penulisan yang dipilih. Namun
demikian, desain kontrak yang dibuat tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
dan pedoman yang dielaborasi dan diturunkan dari prinsip-prinsip
ekonomi syariah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis Nabis Saw, maka nilai
kesyariahannya belum tentu dapat dipenuhi, dengan kata lain belum tentu
9

dapat dibenarkan dalam perspektif ekonomi syariah.


Demikian halnya, jika desain kontrak yang dibuat atau digunakan
hanya mencontoh desain kontrak yang telah ada dalam ekonomi
konvensional tidak dapat dijamin keabsahannya dalam ekonomi syariah,
karena dalam desain kontrak ekonomi syariah harus terpenuhi norma
dasar, prinsip, kaidah dan substansi yang ditentukan dalam dalil-dalil nash
(Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw). Jika kaidah-kaidah dan pedoman
tersebut di atas diwujudkan dalam bentuk kontrak/akad ekonomi syariah
maka dapat dibuat contoh sebagai berikut:
Contoh:

“Akad Jual Beli Rumah Dengan Sistem Urbun”

َ‫الش `ي ْٰط ُن ِمن‬ َّ ُ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ الرِّ ٰب``وا اَل يَقُوْ ُم``وْ نَ اِاَّل َك َما يَقُ``وْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُ `ه‬
ۗ `‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح` َّر َم ال ِّر ٰب‬
‫`وا‬ ۘ ‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الر ِّٰب‬ ۗ ‫ْالم‬
َ ِ‫سِّ ٰذل‬ َ
‫هّٰللا‬ ۗ
‫فَ َم ْن َج` ا َء ٗه َموْ ِعظَ`ةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَ``ا ْنت َٰهى فَلَ``هٗ َما َس`لَفَ َواَ ْم` ر ٗ ُٓه اِلَى ِ ۗ َو َم ْن‬ ۤ
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ُ‫ب‬‫ح‬ٰ ْ‫ص‬ َ ‫ا‬ َ‫ك‬`
ِ ‫ٕى‬
ِٕ ‫ول‬ ‫عَا َد فَا‬
Terjemahnya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah:275).

‫َواَ ْش ِه ُد ْٓوا اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم‬


10

Terjemahnya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli (QS. Al


Baqarah: 282)

: ‫ص`لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي` ِه َو َس `لَّ َم ُس `ئِ َل‬ َّ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ ِ ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ب ِْن َرافِ ٍع َر‬
‫ُور َر َواهُ ْالبَ َّزا ُر‬
ٍ ‫ َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬، ‫ َع َم ُل ال َّرج ُِل بِيَ ِد ِه‬: ‫ال‬ ْ َ‫ب أ‬
َ َ‫طيَبُ ؟ ق‬ ِ ‫أَيُّ ْال َك ْس‬
Artinya: Dari Rafi’ bin Khadij dari Kakeknya, ia berkata Rasulullah Saw ditanya
tentang usaha yang paling baik, Rasulullah Saw menjawab “ seseorang yang
bekerja dengan tangannya sendiri, dan jual-beli yang mabrur (HR. Ahmad)

َ ‫صاةِّ َو َع ن‬
‫ب ي ِّع‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ ع ََل يهِّ َو َسلَّ َم َع ن ا‬
َ ‫لح‬ َ ِّ ‫نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬
‫ا لغ ََر ِّر‬
Artinya: Rasulullah Saw melarang jual beli hashah (dengan cara melempar
kerikil) dan jual beli yang mengandung garar (HR. Muslim).

Motto: “ Jual beli yang sesuai syariah mendatangkan berkah dan pahala,
jual beli yang melanggar syariah mendatangkan bencana dan dosa”
11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaidah dan desain kontrak ekonomi syariah tersebut dalam
penggunaannya harus memperhatikan tujuh ketentuan Pedoman tersebut
yang dibuat berdasarkan metodologi fiqh muamalah, dijabarkan dari
kaidah-kaidah, ijtihad para ulama, prinsip-prinsip ekonomi syariah, dan
merupakan ikhtisar dari substansi dalil-dalil nash (Al-Qur’an dan Hadis
Nabi Saw. Desain kontrak yang dibuat tanpa memperhatikan kaidah-
kaidah dan pedoman yang dielaborasi dan diturunkan dari prinsip-prinsip
ekonomi syariah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis Nabis Saw, maka nilai
kesyariahannya belum tentu dapat dipenuhi, dengan kata lain belum tentu
dapat dibenarkan dalam perspektif ekonomi syariah.
Demikian halnya, jika desain kontrak yang dibuat atau digunakan
hanya mencontoh desain kontrak yang telah ada dalam ekonomi
konvensional tidak dapat dijamin keabsahannya dalam ekonomi syariah,
karena dalam desain kontrak ekonomi syariah harus terpenuhi norma
dasar, prinsip, kaidah dan substansi yang ditentukan dalam dalil-dalil nash
(Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw). Jika kaidah-kaidah dan pedoman
tersebut di atas diwujudkan dalam bentuk kontrak/akad ekonomi syariah
maka dapat dibuat contoh Akad Jual Beli Rumah Dengan Sistem Urbun.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pada mahasiswa agar lebih
mudah memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang
dikaji yaitu tentang pedoman pembuatan desain kontrak / perjanjian
ekonomi syariah. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu, kepada para pembaca dan penulis
mengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya
membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.

11
DAFTAR RUJUKAN
Abdulahanaa, ‘Kaidah-Kaidah Keabsahan Multi Akad (Hybrid
Contract) & Desain Kontrak Ekonomi Syariah’, 3 (2020), 1–167, diakses
pada pukul 01.30 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai