Anda di halaman 1dari 37

ANGGARAN DASAR

HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA


PENDIDIKAN NON FORMAL
(AD HISPPI PNF)

MUKADIMAH

Pendidikan Non Formal adalah usaha dan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur, dan terencana dalam membina kepribadian untuk mengembangkan kemampuan
manusia Indonesia seutuhnya yang berlangsung seumur hidup, sebagai bagian dari
pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Bahwa bidang pendidikan, khususnya bidang Pendidikan Non Formal diharapkan


dapat menghasilkan tenaga-tenaga yang kompeten dan profesional yang pada gilirannya akan
dapat memperluas kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan daya
saing dalam menghadapi pasar bebas.

Dewasa ini Pendidikan Non Formal memiliki potensi yang cukup besar setelah dapat
membuktikan peranan dan kemampuannya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
kompeten, profesional, dan siap kerja dengan dilandasi semangat kebersamaan untuk
mencerdaskan dan menerampilkan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan
pembangunan dimasa mendatang.

Menyadari fungsi dan tanggung jawab serta dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional, maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami para pendidik dan penguji
pendidikan non formal menghimpun diri dalam satu wadah organisasi nasional yang
merupakan mitra pemerintah dalam pendidikan nonformal, dengan Anggaran Dasar sebagai
berikut:

Halaman 1
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU

Pasal 1
Nama

1. Organisasi ini bernama Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan
Non Formal disingkat HISPPI PNF.
2. HISPPI Pendidikan Non Formal pada Tingkat Nasional dinamakan Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal.
3. HISPPI Pendidikan Non Formal pada Tingkat Daerah dinamakan Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal Propinsi.
4. HISPPI Pendidikan Non Formal pada Tingkat Cabang dinamakan Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal Kabupaten/Kota.

Pasal 2
Tempat Kedudukan

1. Organisasi di Tingkat Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dengan


wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Indonesia.
2. Organisasi di Tingkat Daerah berkedudukan di ibukota propinsi dengan wilayah kerja
meliputi seluruh wilayah Propinsi yang bersangkutan.
3. Organisasi di Tingkat Cabang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dengan wilayah
kerja meliputi seluruh wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pasal 3
Waktu

Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal (HISPPI PNF)
didirikan pada tanggal 7 Februari 1986 yang sebelumnya bernama Himpunan Sumber Belajar
dan Penguji Praktek Indonesia Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan oleh
Masyarakat (HISPPI DIKLUSEMAS) pada Munas ke V di Jakarta tanggal 24-25 Juli 2003.
Selanjutnya disyahkan oleh notaris Edi Priyono, SH., dengan akte nomor 26 tanggal 22
Nopember 2006, yang selanjutnya disempurnakan pada Munas ke VI di Surabaya tanggal 28-
31 Juli 2010 khususnya yang berhubungan dengan AD/ART, dan Disempurnakan ke dua di
Munas ke VII di Bandar Lampung berhubungan dengan penyempurnaan dan penambahan
pasal – pasal sesuai dengan perkembangan terkini.

BAB II
AZAS DAN LANDASAN

Pasal 4
Asas

HISPPI Pendidikan Non Formal berazaskan Pancasila.

Halaman 2
Pasal 5
Landasan

HISPPI Pendidikan Non Formal berlandaskan:


1. Undang–Undang Dasar 1945 sebagai Landasan Konstitusional.
2. Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai
Landasan Dasar.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan.
4. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang–Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 tentang perubahan kedu atas peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai
Landasan Operasional.
6. Permendiknas Nomor 40 tahun 2009 tentang Standar Penguji pada kursus dan pelatihan
sebagai Landasan Operasional.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 90 tahun 2014 tentang Standar
Instruktur pada Kursus dan Pelatihan.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 tahun 2017 tentang
Perlindungan Bagi Pendidika dan Tnaga Kpendidikan sebagai landasan operasional.
9. Keputusan Musyawarah Nasional HISPPI Pendidikan Non Formal sebagai landasan
operasional.
10. Keputusan–Keputusan Dewan Pengurus HISPPI Pendidikan Non Formal sebagai
landasan operasional.

BAB III
SIFAT DAN TUJUAN

Pasal 6
Sifat

HISPPI Pendidikan Non Formal adalah organisasi kemasyarakatan non politis, mandiri secara
profesional dan kompeten dalam bidang pendidikan non formal.

Pasal 7
Tujuan

HISPPI Pendidikan Non Formal didirikan dengan tujuan:


1. Menghimpun para Pendidik dan atau Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal dari
berbagai jenis kompetensi yang berbasis kursus dan pelatihan.
2. Mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam proses belajar mengajar Pendidik
Pendidikan Non Formal sesuai dengan jenis kompetensinya.
3. Mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang Pendidikan Non Formal dalam rangka
membantu pemerintah menyukseskan pembangunan nasional.
4. Menyebarluaskan gagasan-gagasan baru dalam bidang Ilmu, Teknologi dan Metodologi
Pendidikan Non Formal untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan pada era global.
5. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota.
6. Melindungi kepentingan masyarakat dalam pendidikan non formal.

Halaman 3
Halaman 4
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 8
HISPPI Pendidikan Non Formal mempunyai tugas dan wewenang:
1. Meningkatkan mutu dan profesionalisme Pendidik Pendidikan Nonformal.
2. Meningkatkan mutu dan profesionalisme Penguji Pendidikan Nonformal.
3. Mengembangkan Kurikulum dan Metode Pendidikan Non Formal.
4. Mendata, menghimpun dan membina Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non
Formal sesuai jenis kompetensinya.
5. Mencetak Penguji dan Master Penguji Pendidikan Non Formal.
6. Memberikan rekomendasi kepada pendidik Pendidikan Non Formal untuk mendapatkan
sertifikat pendidik.
7. Memberikan rekomendasi kepada Penguji Pendidikan Non Formal untuk mendapatkan
sertifikat Penguji.

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 9

Struktur Organisasi HISPPI Pendidikan Non Formal terdiri atas:


1. Dewan Pembina Utama, Pembina Teknis, dan Penasehat
2. Dewan Pakar
3. Dewan Pengurus
4. Koordinator Wilayah

Pasal 10
Dewan Pembina Utama, Pembina Teknis, Penasehat, dan Dewan Pakar

1. Dewan Pembina Utama dan Pembina Teknis


a. Pada tingkat pusat diangkat Dewan Pembina Utama dan Pembina Teknis yang
bertugas sebagai fasilitator dan pembina dalam rangka pengembangan dan kemajuan
organisasi di tingkat Nasional/Pusat.
b. Pada tingkat Daerah diangkat Dewan Pembina yang bertugas sebagai fasilitator dan
Pembina dalam rangka pengembangan dan kemajuan organisasi di tingkat
Daerah/Propinsi.
c. Pada tingkat Cabang diangkat Dewan Pembina yang bertugas sebagai fasilitator dan
Pembina dalam rangka pengembangan dan kemajuan organisasi di tingkat
Kabupaten/Kota.

2. Dewan Penasehat
a. Pada tingkat Pusat diangkat Dewan Penasehat yang bertugas memberikan saran-saran
untuk meningkatkan dan memajukan organisasi di tingkat Nasional/Pusat baik diminta
maupun tidak.
b. Pada tingkat Daerah diangkat Penasehat yang bertugas memberikan saran-saran untuk
meningkatkan dan memajukan organisasi di tingkat Daerah/Propinsi baik diminta
maupun tidak.

Halaman 5
c. Pada tingkat Cabang diangkat Penasehat yang bertugas memberikan saran-saran untuk
meningkatkan dan memajukan organisasi di tingkat Kabupaten/Kota baik diminta
maupun tidak.

3. Dewan Pakar
Pada tingkat pusat diangkat Dewan Pakar yang bertugas sebagai fasilitator dan inspirator
dalam rangka pengembangan dan kemajuan organisasi ditingkat Nasional/Pusat.

Pasal 11
Dewan Pengurus

Dewan Pengurus diatur menurut tingkatan sebagai berikut:


1. Dewan Pengurus Pusat berada di tingkat Nasional (Pusat).
2. Dewan Pengurus Daerah berada di tingkat Propinsi.
3. Dewan Pengurus Cabang berada di tingkat Kabupaten/Kota.

BAB VI
PEMILIHAN DAN PENETAPAN DEWAN PENGURUS

Pasal 12
Pemilihan dan Penetapan Dewan Pengurus

1. Dewan Pengurus Pusat (DPP) dipilih, ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah
Nasional, serta dikukuhkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
2. Dewan Pengurus Daerah (DPD) dipilih melalui Musyawarah Daerah, disahkan oleh
Dewan Pengurus Pusat, dikukuhkan oleh Pemerintah Daerah.
3. Dewan Pengurus Cabang (DPC), dipilih melalui Musyawarah Cabang, disahkan oleh
Dewan Pengurus Daerah, dikukuhkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
4. Pemilihan Dewan Pengurus berasaskan Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber)

BAB VII
TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB
DEWAN PENGURUS

Pasal 13
Dewan Pengurus Pusat dan Koordinator Wilayah

1. Dewan Pengurus
a. Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah pemegang kekuasaan dan pelaksana harian
tertinggi organisasi di tingkat Pusat berdasarkan mandat dari Musyawarah Nasional.
b. Dalam keadaan luar biasa/mendesak, Dewan Pengurus Pusat dapat mengganti,
memberhentikan dan mengangkat anggota Pengurus Pusat melalui rapat pleno Dewan
Pengurus Pusat yang sengaja diadakan untuk hal tersebut.
c. Dewan Pengurus Pusat bertindak untuk dan atas nama organisasi di tingkat Pusat
dalam segala kebijakan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
d. Dewan Pengurus Pusat dapat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Pusat,
Lembaga/Instansi di tingkat Pusat/Nasional, Regional dan Internasional.

Halaman 6
e. Dewan Pengurus Pusat dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi–organisasi
formal/non formal dan asosiasi profesi lainnya di tingkat Pusat/Nasional, Regional dan
Internasional.
f. Dewan Pengurus Pusat bertanggung jawab sepenuhnya kepada Musyawarah Nasional.

2. Koordinator Wilayah
a. Koordinator wilayah tingkat pusat diangkat oleh Dewan Pengurus Pusat untuk
memfasilitasi dan mengkoordinir aktivitas dan kegiatan tingkat regional guna
memperlancar roda organisasi.
b. Koordinator wilayah mencakup:
- Korwil I melingkupi : Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatra
Barat
- Korwil II melingkupi : Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan
Bangka Belitung
- Korwil III melingkupi : Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY
- Korwil IV melingkupi : Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT
- Korwil V melingkupi : Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara
- Korwil VI melingkupi : Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan
- Korwil VII melingkupi : Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat

Pasal 14
Dewan Pengurus Daerah

1. Dewan pengurus Daerah adalah pemegang kekuasaan dan pelaksana harian tertinggi
organisasi di tingkat daerah berdasarkan mandat dari Musyawarah Daerah.
2. Dalam keadaan luar biasa/mendesak, Dewan Pengurus Daerah dapat mengganti,
memberhentikan dan mengangkat anggota Pengurus Daerah melalui rapat pleno Dewan
Pengurus Daerah yang khusus diadakan untuk hal tersebut dan memberitahu sebelumnya
kepada Dewan Pengurus Pusat.
3. Dewan Pengurus Daerah bertindak untuk dan atas nama organisasi di tingkat Daerah
dalam segala kebijakan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
4. Dewan Pengurus Daerah dapat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Daerah,
Lembaga/Instansi di tingkat Propinsi.
5. Dewan Pengurus Daerah dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi–organisasi
formal/Non Formal Asosiasi profesi lainnya di tingkat Daerah/Propinsi.
6. Dewan Pengurus Daerah bertanggung jawab sepenuhnya kepada Musyawarah Daerah
dan Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 15
Dewan Pengurus Cabang

1. Dewan Pengurus Cabang (DPC) adalah pemegang kekuasaan dan pelaksana harian
tertinggi organisasi di tingkat Cabang berdasarkan mandat dari Musyawarah Cabang.
2. Dalam keadaan luar biasa/mendesak, Dewan Pengurus Cabang dapat mengganti,
memberhentikan dan mengangkat anggota Pengurus Cabang melalui rapat pleno Dewan

Halaman 7
Pengurus Cabang yang sengaja diadakan untuk hal tersebut dan memberitahu sebelumnya
kepada Dewan pengurus Daerah.
3. Dewan Pengurus Cabang bertindak untuk dan atas nama organisasi di tingkat
Kabupaten/Kota dalam segala kebijakan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
4. Dewan Pengurus Cabang dapat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota, Lembaga/Instansi di Tingkat Kabupaten/Kota.
5. Dewan Pengurus Cabang Dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi–organisasi
formal/nonformal, Asosiasi Profesi lainnya di tingkat Cabang (Kabupoten/Kota).
6. Dewan Pengurus Cabang bertanggung jawab sepenuhnya kepada Musyawarah Cabang
dan Dewan Pengurus Daerah.

BAB VIII
KEANGGOTAAN ORGANISASI

Pasal 16

1. Keanggotaan HISPPI Pendidikan Non Formal adalah:


a. Seluruh Pendidik Pendidikan Non Formal yang berbasis Kursus dan pelatihan.
b. Seluruh Penguji Pendidikan Non Formal yang berbasis Kursus dan Pelatihan.
c. Masyarakat/Para ahli/Pakar Pendidikan Non Formal.

2. Keanggotaan HISPPI Pendidikan Non Formal terdiri dari:


a. Anggota Biasa yang selanjutnya disebut dengan Anggota.
b. Anggota Luar Biasa yang selanjutnya disebut dengan Anggota Luar Biasa.
c. Anggota Kehormatan yang selanjutnya disebut dengan Anggota Kehormatan.

BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 17
Keuangan
Keuangan organisasi diperoleh dari:
1. Uang pangkal anggota
2. Uang iuran anggota
3. Uang kartu tanda anggota
4. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat
5. Sumber-sumber lain/usaha yang syah.

Pasal 18
Kekayaan

Semua kekayaan yang dimiliki organisasi baik asset maupun kewajiban, menjadi tanggung
jawab Dewan Pengurus.

Halaman 8
BAB X
RAPAT DAN MUSYAWARAH

Pasal 19
Rapat dan Musyawarah

Rapat dan musyawarah HISPPI Pendidikan Non Formal terdiri dari:


1. Tingkat Pusat
a. Musyawarah Nasional
b. Musyawarah Nasional Luar Biasa
c. Rapat Kerja Nasional
d. Rapat Pimpinan Nasional
e. Rapat Koordinasi Nasional
f. Rapat Pengurus

2. Tingkat Daerah
a. Musyawarah Daerah
b. Musyawarah Daerah Luar Biasa
c. Rapat Kerja Daerah
d. Rapat Pimpinan Daerah
e. Rapat Koordinasi Daerah
f. Rapat Pengurus

3. Tingkat Cabang
a. Musyawarah Cabang
b. Musyawarah Cabang Luar Biasa
c. Rapat Kerja Cabang
d. Rapat Koordinasi Cabang
e. Rapat Konsolidasi Anggota
f. Rapat Pengurus

BAB XI
PENJAMINAN MUTU

Pasal 20

Dalam rangka penjaminan mutu pendidik dan penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
maka dibentuk Lembaga Sertifikasi.

Halaman 9
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 21
Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional yang
dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah utusan daerah dan diputuskan serta
ditetapkan melalui Sidang Pleno.

Pasal 22
Pembubaran Organisasi

Organisasi HISPPI Pendidikan Non Formal hanya dapat dibubarkan melalui Musyawarah
Nasional Luar Biasa yang diadakan untuk hal tersebut, dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) utusan daerah serta disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari yang hadir.

BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Keputusan-keputuasan
Organisasi melalui Rapat-rapat Organiasi.

Ditetapkan di : Lampung
Pada tanggal :
Pada Sidang Pleno Komisi-Komisi
Munas VII HISPPI PNF

Ketua Sidang Pleno Ketua Komisi A

d.t.o. d.t.o.

Rifyanto Bakri, S.I.P. Jentot Tugiyono, S.Kom., MM.

Anggota Komisi,

1. Rosalia Sulistufi Dwi Astuti, S.Kom., Dipl. Cidesco Bali


2. Hendro Susilo Irawan, A.Md. Bangka Belitung
3. Jais Susilo, SE. DIY
4. Juliana Tjandra, S.Kom., MM. DKI Jakarta
5. Annita Kastoer, SE., M.Pd. Jawa Timur
6. Mohammad Aliwafa, S.Kom. Jawa Timur
7. Slamat Nurhadi Kalimantan Barat
8. Dr. Nandang Hidayat LSK PKP PNF
9. Jasman Rasyid, SE., S.Kom. Sulawesi Barat
10. Nirwan Hudri, ST., MM. Sulawesi Selatan

Halaman 10
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL YANG DISELENGGARAKAN MASYARAKAT
(ART HISPPI PENDIDIKAN NON FORMAL)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Landasan Penyusunan

Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari
Anggaran Dasar HISPPI Pendidikan Non Formal BAB XII Aturan tambahan.

BAB II
ORGANISASI

Pasal 2
Pembentukan Organisasi

HISPPI Pendidikan Non Formal adalah merupakan Organisasi Profesi yang dibentuk sebagai
wadah untuk menyatukan Visi, Misi, dan Tujuan dari para Pendidik dan Penguji Pendidikan
Non Formal dari berbagai rumpun dan kompetensi guna mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional sesuai Amanat pembukaan Undang–Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB III
KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 3
Anggota

1. Anggota Biasa yang selanjutnya disebut dengan istilah Anggota, adalah Pendidik dan atau
Penguji pada Pendidikan Non Formal yang berbasis Kursus dan Pelatihan yang telah
mendaftarkan diri serta memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota.
2. Anggota Luar Biasa adalah para Tenaga Ahli Pendidik dan atau Tokoh Masyarakat yang
telah menyatakan menyumbangkan pemikiran di bidang pendidikan non formal dan
menyatakan diri untuk menjadi anggota.
Halaman 11
3. Anggota Kehormatan adalah Pejabat Pemerintah yang menangani bidang Pendidikan Non
Formal.

Pasal 4
Kewajiban Anggota

1. Kewajiban Anggota Biasa adalah:


a. Menghayati, mengamalkan Azaz dan Landasan Organisasi.
b. Menghayati dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi.
c. Mentaati dan menjunjung tinggi sumpah/janji dan Kode Etik organisasi.
d. Mematuhi dan menjalankan hasil–hasil keputusan rapat-rapat organisasi.
e. Membantu pimpinan di dalam melaksanakan tugas organisasi.
f. Menghindari setiap usaha dan tindakan yang merugikan organisasi.
g. Membayar uang pangkal, uang pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA), iuran anggota
dan kewajiban lainnya.
h. Menghadiri rapat–rapat organisasi.
i. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik, harkat dan martabat organisasi maupun
pribadi.
j. Memahami dan menjalankan program-program organisasi.

2. Kewajiban anggota luar biasa adalah:


a. Menghayati dan mengamalkan Azaz dan Landasan Organisasi.
b. Menghayati dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi.
c. Mentaati dan menjunjung tinggi sumpah/janji dan kode etik organisasi.
d. Memberikan pembinaan, nasehat, dan saran pada Dewan Pengurus.
e. Menjunjung tinggi nama baik, harkat, dan martabat organisasi maupun Pribadi.

Pasal 5
Hak Anggota

1. Hak Anggota Biasa adalah:


a. Memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi.
b. Memperoleh informasi dan peningkatan mutu yang sama dari organisasi.
c. Menyampaikan pendapat dan saran yang bersifat membangun organisasi.
d. Berhak memilih dan dipilih sebagai pengurus.
e. Menghadiri rapat dan musyawarah.
f. Memperoleh perlindungan, pembelaan, dan pembinaan dari organisasi.
g. Membela diri dari sanksi organisasi apabila tidak sesuai dengan azaz dan landasan
organisasi.
h. Memperoleh Kartu Tanda Anggota sebagai Anggota HISPPI Pendidikan Non Formal.
i. Memperoleh kesejahteraan yang sama dari organisasi.

2. Hak Anggota Luar Biasa adalah:


a. Menghadiri rapat dan musyawarah.
b. Memperoleh informasi dari organisasi.

Halaman 12
c. Menyampaikan pendapat dan saran yang bersifat membangun organisasi.

BAB IV
PENDAFTARAN, SANGSI DAN BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN

Pasal 6
Pendaftaran Anggota

Pendafataran Anggota Biasa (Anggota):


1. Pendaftaran Anggota melalui sekretariat DPC HISPPI Pendidikan Non Formal di Tingkat
Cabang/Kabupaten/Kota atau Cabang terdekat dari wilayah masing-masing.
2. Melengkapi persyaratan sesuai dengan hasil keputusan musyawarah dan rapat organisasi.
3. Pendafataran dilakukan dengan mengisi Formulir, membayar Uang Pangkal, Biaya
Pembuatan KTA dan Iuran Anggota sesuai dengan Keputusan Musyawarah/Rapat–rapat
organisasi.
4. Ketentuan lain-lain dapat ditanyakan pada saat pendaftaran di sekretariat organisasi.

Pasal 7
Sangsi Terhadap Anggota

Setiap Anggota yang melakukan tindakan yang merugikan organisasi dikenai sangsi
organisasi berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan, antara lain berupa:
1. Teguran/peringatan secara langsung/tertulis melalui pendekatan sistem kekeluargaan dan
pembinaan.
2. Pengurangan pelayanan terhadap hak-hak anggota.
3. Pemberhentian terhadap pelayanan organisasi.
4. Pemberhentian sebagai anggota.

Pasal 8
Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan dapat berakhir:


1. Karena meninggal dunia.
2. Atas permintaan sendiri secara tertulis.
3. Diberhentikan dari Anggota.

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 9
Susunan Pengurus

1. Dewan Pengurus Pusat terdiri dari:


a. Dewan Pembina Utama
b. Dewan Pembina Teknis
c. Dewan Penasehat
d. Dewan Pakar
e. Dewan Pengurus Pusat terdiri dari:
Halaman 13
Ketua Umum yang didampingi oleh seorang ketua Harian dan 4 (empat) orang Ketua
terdiri dari:
Ketua Harian
Ketua I
Ketua II
Ketua III
Ketua IV
f. Sekretaris Jenderal, Sekretaris I, Sekretaris II, dan Sekretaris III
g. Bendahara Umum, Bendahara I, dan Bendahara II
h. Koordinator Wilayah dibagi 6 (enam) Wilayah:
Koordinator wilayah mencakup:
- Korwil I melingkupi : Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera
Barat
- Korwil II melingkupi : Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan
Bangka Belitung
- Korwil III melingkupi : Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY
- Korwil IV melingkupi : Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT
- Korwil V melingkupi : Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara
- Korwil VI melingkupi : Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan
- Korwil VII melingkupi : Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat

Dibantu oleh Bidang-bidang yang terdiri dari:


1. Bidang Organisasi
2. Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
3. Bidang Kewirausahaan
4. Bidang Penelitian dan Pengembangan
5. Bidang Informasi, Komunikasi, dan Teknologi
6. Bidang Sosial dan Kesejahteraan
7. Bidang Musyawarah Kerja Instruktur Kursus dan Pelatihan (MKIKP)

2. Dewan Pengurus Daerah terdiri dari:


a. Pembina
b. Penasehat
c. Ketua, Ketua I, Ketua II (dapat ditambah sesuai kebutuhan)
d. Sekretaris dan Wakil Sekretaris
f. Bendahara dan Wakil Bendahara
g. Bidang-bidang disesuaikan dengan kebutuhan Daerah merujuk formasi bidang-
bidang yang di pusat.

3. Dewan Pengurus Cabang terdiri dari:


a. Pembina
b. Penasehat
c. Ketua dan Wakil Ketua I (dapat ditambah sesuai kebutuhan)
d. Sekretaris, Wakil Sekretaris
e. Bendahara, Wakil Bendahara
f. Bidang-bidang disesuaikan dengan kebutuhan daerah kabupaten/kota merujuk
formasi bidang-bidang yang ada di pusat.
Halaman 14
BAB VI
MASA BAKTI KEPENGURUSAN

Pasal 10

Masa bakti kepengurusan ditentukan selama 5 (lima) tahun sebagai berikut:


1. Dewan Pengurus Pusat 5 (lima) tahun
2. Dewan Pengurus Daerah 5 (lima) tahun
3. Dewan Pengurus Cabang 5 (lima) tahun
dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya Melalui Musyawarah
Nasional/Daerah/Cabang sesuai dengan tingkatan masing-masing.
4. Apabila dalam keadaan tertentu yang tidak memungkinkan untuk mengadakan
Musyawarah, maka MASA BHAKTI kepengurusan dapat diperpanjang melalui
mekanisme RAPAT PIMPINAN dan disetujui sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah utusan Dewan Pengurus yang hadir.
5. Mekanisame pada ayat 4 (empat) tersebut diatas harus mendapatkan persetujuan secara
tertulis oleh Dewan Pengurus Pusat untuk DPD dan Dewan Pengurus Daerah untuk DPC.

BAB VII

Pasal 11
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional (Munas) dihadiri oleh:


a. Dewan Pengurus Pusat
b. Dewan Pengurus Daerah
c. Peninjau dan Undangan
2. Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah utusan Dewan Pengurus Daerah.
3. Apabila Munas tersebut di atas tidak memenuhi butir (2) di atas, maka Musyawarah
Nasional harus diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya tanpa
mempertimbangkan jumlah peserta yang hadir.
4. Setiap keputusan Musyawarah Nasional diambil secara Musyawarah dan Mufakat.
5. Apabila tidak terjadi mufakat, diadakan pemungutan suara dan keputusan diambil
berdasarkan jumlah suara terbanyak.
6. Utusan Daerah memiliki 5 (lima) hak suara, terdiri dari 2 (dua) unsur DPD dan 3 (tiga)
unsur DPC atau sebaliknya.
7. Anggota Dewan Pengurus Pusat Demisioner, yang selajutnya mempunyai kedudukan
sebagai Anggota biasa.
8. Dewan Pengurus Pusat Demisioner Mempunyai 5 (lima) Hak Suara, yang sudah diatur
sebelumnya oleh Dewan Pengurus Demisioner.

Pasal 12
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dihadiri oleh:


a. Dewan Pengurus Daerah
Halaman 15
b. Dewan Pengurus Cabang
c. Utusan Dewan Pengurus Pusat
d. Peninjau dan Undangan
2. Pengurus Daerah memberitahukan kepada Dewan Pengurus Pusat jika akan
melaksanakan Musyawarah Daerah dan Mendapatkan Persetujuan dari Dewan Pengurus
Pusat
3. Musyawarah Daerah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah utusan Dewan Pengurus Cabang.
4. Apabila Musyawarah Daerah tidak memenuhi butir 2 (dua) di atas, maka Musyawarah
Daerah harus diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya tanpa
mempertimbangkan jumlah peserta yang hadir.
5. Keputusan dalam Musyawarah Daerah diambil secara musyawarah dan mufakat.
6. Apabila tidak terjadi mufakat diadakan pemungutan suara dan keputusan diambil
berdasarkan jumlah suara terbanyak.
7. Utusan Cabang memiliki 2 ( dua) hak suara.
8. Anggota Dewan Pengurus Daerah Demisioner, selanjutnya mempunyai kedudukan
sebagai Anggota biasa.
9. Dewan Pengurus Daerah Demisioner mempunyai 3 (tiga) hak suara yang sudah diatur
sebelumnya oleh Dewan Pengurus Demisioner.

Pasal 13
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dihadiri oleh:


a. Dewan Pengurus Cabang
b. Anggota
c. Utusan Dewan Pengurus Daerah
d. Peninjau dan Undangan
2. Pengurus Cabang memberitahukan kepada Dewan Pengurus Daerah jika akan
melaksanakan Musyawarah Cabang dan mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengurus
Daerah
3. Musyawarah Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah dari jumlah anggota.
4. Apabila terjadi penundaan, maka Musyawarah Cabang berikutnya diselenggarakan dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dan tidak lagi tergantung pada jumlah peserta yang
hadir.
5. Keputusan dalam Musyawarah Cabang diambil secara musyawarah dan mufakat.
6. Apabila tidak terjadi mufakat diadakan pemungutan suara dan keputusan diambil
berdasarkan jumlah suara terbanyak.
7. Setiap anggota yang hadir memiliki satu suara.
8. Anggota Dewan Pengurus Cabang Demisioner, selanjutnya mempunyai kedudukan
sebagai Anggota biasa.
9. Dewan Pengurus Cabang Demisioner mempunyai 3 (tiga) hak suara yang sudah diatur
sebelumnya oleh Dewan pengurus demisioner.

BAB VIII
RAPAT-RAPAT

Pasal 14
Rapat Kerja

Halaman 16
1. Rapat Kerja Nasional disingkat Rakernas:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali (dalam masa bakti kepengurusan).
b. Mengadakan penilaian, menterjemahkan dan membuat evaluasi program kerja
organisasi di tingkat pusat sesuai keputusan Munas.
2. Rapat Kerja Daerah disingkat Rakerda:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali (dalam masa bakti kepengurusan).
b. Mengadakan penilaian dan pemantauan terhadap pelaksanaan program kerja
organisasi di tingkat daerah.
3. Rapat Kerja Cabang disingkat Rakercab
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali (dalam masa bakti kepengurusan).
b. Mengadakan penilaian dan pemantauan terhadap pelaksanaan program kerja
organisasi di tingkat cabang.

Pasal 15
Rapat Pimpinan

1. Rapat Pimpinan (Rapim) adalah rapat kerja yang dihadiri oleh para pimpinan jajaran
organisasi dengan agenda kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka
merencanakan dan melaksanakan program–program strategik yang tidak dibahas dalam
musyawarah yang dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam masa bhakti
kepengurusan.
2. Pada Tingkat Pusat disebut dengan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas).
3. Pada Tingkat Provinsi disebut dengan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda).
4. Pada Tingkat Kabupaten/Kota disebut dengan Rapat Konsolidasi Anggota.

Pasal 16
Rapat Koordinasi

1. Rakor Koordinasi (Rakor) adalah rapat yang dihadiri oleh para pejabat terkait Pendidikan
Non Formal, para pimpinan organisasi Asosiasi Profesi/Mitra serta Tokoh Masyarakat
yang peduli Pendidikan Non Formal dan pihak lain yang relevan dengan agenda kegiatan
koordinasi dan sinkronisasi program kerja masing-masing dalam rangka merencanakan
kegiatan bersama. Rakor dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam masa bhakti
kepengurusan.
2. Pada Tingkat Pusat disebut dengan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas).
3. Pada Tingkat Provinsi disebut dengan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda).
4. Pada Tingkat Kabupaten/Kota disebut dengan Rapat Koordinasi Cabang (Rakorcab).

Halaman 17
Pasal 17
Rapat Pengurus

Rapat Pengurus adalah rapat yang hadiri oleh para pengurus organisasi HISPPI Pendidikan
Non Formal sesuai dengan tingkatan-tingkatannya yang diadakan untuk membahas segala
sesuatu yang berhubungan dengan organisasi baik dalam rencana pelaksanaan kegiatan atau
hal-hal lain yang menyangkut keanggotaan organisasi.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 18

1. Uang pangkal dan iuran ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat HISPPI Pendidikan Non
Formal.
2. Biaya Kartu Tanda Anggota dipungut oleh Dewan Pengurus Pusat.
3. Uang Iuran yang dipungut ditingkat cabang dengan pembagian diatur sebagai berikut:
a. Untuk Dewan Pengurus Pusat = 20%
b. Untuk Dewan Pengurus Daerah = 30%
c. Untuk Dewan Pengurus Cabang = 50%
d. Untuk Dewan Pengurus Cabang menerima uang pangkal dari anggota
4. Uang Iuran ditarik dari anggota minimal setiap 6 (enam) bulan/1 (satu) tahun.
5. Usaha-usaha lain untuk memperoleh keuangan yang sah diatur lebih lanjut oleh dewan
pengurus.
6. Bilamana organisasi dibubarkan, maka kekayaan organisasi disumbangkan kepada Badan
Sosial atau yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Luar Biasa.

BAB X
SIMBOL – SIMBOL ORGANISASI

Pasal 19
Lambang

Lambang Organisasi berbentuk Logo Bingkai Segi Lima berwana kuning dengan Gelang
bertulisan Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji melintang dengan Mata Pena bersisik
tegak dengan ujung mengarah ke atas terdiri dari arsiran–arsiran mata pena, dengan kedua
sayap Tut Wuri Handayani mengepak ke kanan dan kiri melingkari Pena yang berada diatas
buku, dengan dihiasi sekuntum bunga Kapas berjumlah 8 (delapan) dan Daun Kapas
berjumlah 17 (tujuh belas) berada di sisi kanan dengan setangkai padi menguning berjumlah
45 (empat puluh lima) butir, dengan menduduki tulisan Indonesia Pendidikan Non Formal.
(lihat lampiran 1)

Halaman 18
Pasal 20
Hymne dan Mars

11. Hymne
a. Hymne Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
adalah Hymne Pendidik berjudul ”INSAN MULIA” ciptaan DR. HM. Nasrullah
Yusuf, SE., MBA., yang dikumandangkan pertama kali pada tanggal 29 Juli 2010
pada acara MUNAS VI HISPPI Pendidikan Non Formal yang diselenggarakan di
Surabaya Jawa Timur, pada tanggal 28-31 Juli 2010.
b. Hymne HISPPI Pendidikan Non Formal wajib dinyanyikan pada pertemuan–
pertemuan/acara-acara resmi HISPPI Pendidikan Non Formal setelah menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
(lihat lampiran 2)

12. Mars
a. Mars Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
adalah Mars Pendidik berjudul ”CAHAYA BANGSA” Ciptaan DR. HM. Nasrullah
Yusuf, SE., MBA., yang dikumandangkan pertama kali pada tanggal 29 Juli 2010
pada acara MUNAS VI HISPPI Pendidikan Non Formal yang diselenggarakan di
Surabaya Jawa Timur, pada tanggal 28-31 Juli 2010.
b. Mars HISPPI Pendidikan Non Formal wajib dinyanyikan pada pertemuan–
pertemuan/acara-acara resmi HISPPI Pendidikan Non Formal setelah menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
(lihat lampiran 3)

Pasal 21
Bendera

Bendera organisasi berbentuk 4 persegi panjang dengan warna dasar Kuning dengan disertai
Gambar Lambang Organisasi.
(lihat lampiran 4)

Pasal 22
Stempel

Stempel Organisasi berbentuk segi lima yang merupakan Logo dan Lambang organisasi
dengan tulisan Himpunan Seluruh Pendidik & Penguji Indonesia Pendidikan Nonformal
1. Ukuran stempel adalah : Panjang 5 cm x 5 cm dengan diagonal segilima untuk keperluan
surat menyurat dan penggunaan di sertifikat dan piagam.
2. Penggunaan Stempel untuk keperluan KTA maka menggunakan ukuran kecil disesuaikan
dengan besarnya KTA.
(lihat lampiran 5)

Halaman 19
Pasal 23
Papan Nama

1. Papan Nama organisasi HISPPI Pendidikan Non Formal dengan tulisan ”DEWAN
PENGURUS PUSAT/DAERAH/CABANG, HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN
PENGUJI INDONESIA PENDIDIKAN NON FORMAL ( HISPPI PNF )”.
2. Papan Nama Organisasi di tingkat Daerah dan Cabang diikuti dengan nama
daerah/cabang masing-masing.
3. Papan Nama dengan komposisi: paling atas Lambang Organisasi, kemudian di bawahnya
tulisan Dewan Pengurus sesuai dengan tingkatan masing-masing.
4. WARNA DASAR PAPAN NAMA PUTIH dengan TULISAN HITAM dengan jenis
FONT (huruf) TAHOMA dengan Ukuran font disesuaikan.
5. Ukuran Papan Nama:
a. DPP dengan Ukuran Panjang = 200 cm dengan Lebar = 150 cm
b. DPD dengan Ukuran Panjang = 180 cm dengan Lebar = 135 cm
c. DPC dengan Ukuran Panjang = 160 cm dengan Lebar = 120 cm
(lihat lampiran 6)

Pasal 24
Kop Surat

Kop surat organisasi HISPPI PNF adalah dengan tulisan DEWAN PENGURUS PUSAT/
DAERAH/CABANG, HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
(HISPPI–PNF), PROPINSI (nama propinsi) dan disertai dengan Alamat Sekretariat, No.
Telp/Fax, Kode Pos, Email dan Website.
(lihat lampiran 7)

Pasal 25
Kartu Anggota

Kartu Anggota HISPPI PNF merupakan identitas keanggotan dari HISPPI Pendidikan Non
Formal yang bagian depan berisikan : Nomor Register Anggota, Nama dan Jenis Kompetensi,
Bagian Belakang berisikan VISI dan MISI HISPPI PNF.
(lihat lampiran 8)

Pasal 26
Seragam

Seragam Resmi HISPPI Pendidikan Non Formal adalah seragam yang wajib dipakai oleh
semua Pengurus dan Anggota HISPPI PNF dalam kegiatan organisasi.
(Lihat lampiran 9)

Pasal 27
Kode Etik

Kode etik HISPPI PNF adalah sebuah aturan yang mengikat moral dan perilaku seluruh
anggota organisasi yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya senantiasa menjunjung
tinggi martabat organisasi. (Lihat Lampiran 10)

Halaman 20
Pasal 28
Visi, Misi Dan Tujuan
(Lihat Lampiran 11)

BAB XI
PENJAMINAN MUTU

Pasal 29

Penjaminan Mutu Pendidik dan Penguji Indonesia pada Pendidikan Non Formal dilakukan
oleh Lembaga Sertifikasi.

Pasal 30

Lembaga Sertifikasi dibentuk oleh HISPPI PNF.

Pasal 31
Pembubaran Lembaga Sertifikasi

HISPPI PNF memiliki kewenangan untuk pembubaran Lembaga Sertifikasi apabila Lembaga
Sertifikasi menyimpang dari tujuan.

Pasal 32
Kepengurusan Lembaga Sertifikasi

Struktur Kepengurusan Lembaga Sertifikasi disusun dengan mengacu pada peraturan


tersendiri.

Pasal 33

Lembaga Sertfikasi memberikan konstribusi kepada DPP HISPPI PNF sebesar 5%, dan DPD
HISPPI PNF sebesar 5% pada setiap pelaksanaan sertifikasi.

BAB XII
ATURAN TAMBAHAN DAN PENUTUP

Pasal 33
Aturan Tambahan

1. Setiap Anggota HISPPI Pendidikan Non Formal harus mengetahui, menghayati dan
melaksanakan isi, maksud, dan tujuan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga.
2. Perbedaan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diselesaikan
oleh Dewan Pengurus Pusat.
3. Hal–hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dikemudian
hari melalui mekanisme Keputusan Rapat Pimpinan/Rapat Kerja.

Halaman 21
Pasal 34
Penutup

Anggaran Rumah Tangga mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh Musyawarah Nasional
VII HISPPI Pendidikan Non Formal.

Ditetapkan di : Lampung
Pada tanggal :
Pada Sidang Pleno Komisi-Komisi
Munas VII HISPPI PNF

Ketua Sidang Pleno Ketua Komisi A

d.t.o. d.t.o.

Rifyanto Bakri, S.I.P. Jentot Tugiyono, S.Kom., MM.

Anggota Komisi,

1. Rosalia Sulistufi Dwi Astuti, S.Kom., Dipl. Cidesco Bali


2. Hendro Susilo Irawan, A.Md. Bangka Belitung
3. Jais Susilo, SE. DIY
4. Juliana Tjandra, S.Kom., MM. DKI Jakarta
5. Annita Kastoer, SE., M.Pd. Jawa Timur
6. Mohammad Aliwafa, S.Kom. Jawa Timur
7. Slamat Nurhadi Kalimantan Barat
8. Dr. Nandang Hidayat LSK PKP PNF
9. Jasman Rasyid, SE., S.Kom. Sulawesi Barat
10. Nirwan Hudri, ST., MM. Sulawesi Selatan

Halaman 22
HASIL PEMBAHASAN KOMISI C

tentang

KELENGKAPAN ADMINISTRASI HISPPI PNF

MUSYAWARAH NASIONAL VII


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL

Bandar Lampung, 20 – 22 Mei 2017

Halaman 23
KELENGKAPAN ADMINISTRASI HISPPI PNF

No. Kelengkapan Administrasi Keterangan


1 Lambang Logo masih ditetapkan, apabila ada
perubahan dasar hukum maka dilakukan
penyesuaian.
2 Hymne dan Mars 1. Sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Pasal 20, Hymne dan
Mars wajib dinyanyikan saat
pertemuan rutin.
2. Diberikan notasi
3. Diagendakan sebagai salah satu
rumpun lomba dalam event-event
tertentu (misal: ulang tahun HISPPI
PNF)
3 Bendera Masih ditetapkan dan tidak ada usul
perubahan.
4 Stempel Masih ditetapkan dan tidak ada usul
perubahan.
5 Papan Nama Masih ditetapkan dan tidak ada usul
perubahan.
6 Kop Surat Masih ditetapkan dan tidak ada usul
perubahan.
7 Kartu Tanda Anggota Masa berlaku Kartu Tanda Anggota yang
semula 2 (dua) tahun diusulkan menjadi 5
(lima) tahun

Halaman 24
No. Kelengkapan Administrasi Keterangan
8 Seragam 1. Untuk acara resmi:
- Wanita : jas hijau
(atasan dan bawahan), bagi yang
berhijab disarankan warna hijab
hijau muda
- Pria : jas dan celana
panjang hijau serta kemeja warna
hijau muda
2. Pembuatan seragam batik berlogo
HISPPI PNF dengan harga terjangkau
3. Pembuatan seragam kaos/shirt atau t-
shirt
9 Kode Etik Masih ditetapkan dan tidak ada usul
perubahan. Mohon untuk direalisasikan.
10 Visi, Misi, dan Tujuan 1. Visi tidak ada perubahan
2. Mohon penjelasan tentang misi:
- Point ke-2 tentang Kesejahteraan
Pendidik
- Point ke – 3 tentang Perlindungan
Pendidik
3. Tujuan tidak ada perubahan

Halaman 25
Lampiran 1 Lambang HISPPI PNF

Keterangan:

Mata Pena : Berisi tegak dengan ujung mengarah ke atas terdiri dari
arsiran yang mempunyai arti bahwa Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia terdiri dari berbagai
jenis pendidikan.

Gelang : Bertuliskan HISPPI PNF merupakan suatu pengikat


jenis-jenis pendidikan dalam suatu wadah kesatuan
yang tunggal.

Sayap : Merupakan lambang sarana pendukung pendidikan


menuju tujuan dan cita-citanya, dan mempunyai unsur
Departemen Pendidikan adalah yang bersifat Pembina
dan membimbing himpunan ini, serta fungsi
kerjasamanya dalam dunia pendidikan dan bersifat “Tut
Wuri Handayani”.

Buku : Melambangkan seluruh pendidik yang selalu berusaha


menimba ilmu dari buku-buku dan pengalaman.

Setangkai Kipas : Sebelah kanan berbunga 8 (delapan) kuntum dan


daunnya berjumlah 17 (tujuh belas) helai,
melambangkan Proklamasi 17 Agustus.

Setangkai Padi : Sebelah kiri berbuah 45 (empat puluh lima) butir


melambangkan kesejahteraan yang adil dan merata
yang dijiwai semangat proklamasi empat lima.

Bingkai Segi Lima : Berarti pendidikan selalu dijiwai oleh sila-sila dalam
Pancasila.

Warna Lambang : Peri anom (hijau padi muda) yang berarti kesuburan,
kemakmuran, kebahagiaan, keteguhan, kerukunan, dan
keanggunan.

Pelita : Melambangkan cahaya terang bagi HISPPI PNF.

Halaman 26
Lampiran 2 Hymne HISPPI PNF

HYMNE PENDIDIK “INSAN MULIA”

Cipt. Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE., MBA.


Arr. M. Effendi, S.Pd.

Engkau para pendidik bangsa


Insan Mulia
Mencerdaskan dan menerampilkan
Meraih cita-cita
Mencetak generasi siap kerja
Mandiri dan berkarya
Meningkatkan daya saing bangsa
Indonesia nan jaya

Reff. Tanpa pamrih akan penghargaan


Tetapkan terus berbakti
Tetapkan terus mengabdi
Melenyapkan pengangguran

Meski aral merintang menghadap


Tetapkan maju berjuang
Tetapkan maju menerjang
Mensejahterakan Indonesia

Engkau para pendidik bangsa


Insan Mulia
Mewujudkan segala cita
Pendiri bangsa
Masyarakat adil dan makmur
yang bermartabat
Membangun Indonesia
aman sentosa

Halaman 27
Lampiran 3 Mars HISPPI PNF

MARS PENDIDIK “CAHAYA BANGSA”

Cipt. Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE., MBA.


Arr. M. Effendi, S.Pd.

Engkau pendidik bangsa


Engkau cahaya bangsa
Insan yang mulia
Mendidik putra Indonesia
Meraih cita-cita nan jaya

Engkau satria bangsa


Engkau cahaya bangsa
Mendidik putra Indonesia
Menjadi patriot bangsa
Cerdas dan terampil
Beretos kerja

Membangun karakter bangsa


Yang berakhlak mulia
Berlandaskan iman dan taqwa
Pada yang Esa

Membentuk budaya bangsa


Menjadi insan mulia
Raih ilmu pengetahuan
Teknologi dan seni

Mari kita lestarikan


Mari kita melanjutkan
Cita-cita luhur
Kemerdekaan Indonesia
Adil makmur sejahtera

Engkau cahaya bangsa


Engkau penerang bangsa
Insan yang mulia
Meraih cita-cita
Indonesia nan raya

Mandiri dan berkarya


Meningkatkan daya saing bangsa
Indonesia nan jaya

Halaman 28
Lampiran 4 Bendera HISPPI PNF

Halaman 29
Lampiran 5 Stempel HISPPI PNF

Provinsi untuk DPD

Kab/Kota untuk DPC

Halaman 30
Lampiran 6 Papan Nama HISPPI PNF

DPP HISPPI PNF


Ukuran: Panjang x Lebar x Tinggi (200 cm x 150 cm x 3 cm)

DEWAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL
(HISPPI PNF)

(alamat, no telepon, fax, email dan website)

DPD HISPPI PNF


Ukuran: Panjang x Lebar x Tinggi (180 cm x 135 cm x 3 cm)

DEWAN PENGURUS DAERAH


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL
PROPINSI LAMPUNG

(alamat, no telepon, fax, email dan website)

Sesuaikan dengan Nama Provinsi

DPC HISPPI PNF


Ukuran: Panjang x Lebar x Tinggi (160 cm x 120 cm x 3 cm)

DEWAN PENGURUS CABANG


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL
KABUPATEN/KOTA BANDARLAMPUNG

(alamat, no telepon, fax, email dan website)

Sesuaikan dengan Nama Kab/Kota


KOTA SURABAYA - JAWA TIMUR

Halaman 31
Lampiran 7 Kop Surat HISPPI PNF

DPP HISPPI PNF

DEWAN PENGURUS PUSAT


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL
(HISPPI PNF)

(alamat, no telepon, fax, email dan website)

DPD HISPPI PNF

DEWAN PENGURUS DAERAH


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL
PROPINSI LAMPUNG

(alamat, no telepon, fax, email dan website)

Sesuai dengan provinsi

DPC HISPPI PNF

DEWAN PENGURUS CABANG


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL
KABUPATEN/KOTA BANDARLAMPUNG

(alamat, no telepon, fax, email dan website)

Sesuai dengan Kab/kota

Halaman 32
Lampiran 8 Kartu Tanda Anggota HISPPI PNF

DPD MASING-MASING 0001 = Nomor Induk Anggota


5209 = Kode Kab/kota Sesuai Ditbinsuslat

Halaman 33
Lampiran 9 Seragam HISPPI PNF

Contoh Seragam Wanita

Halaman 34
Lampiran 10 Kode Etik HISPPI PNF

KODE ETIK
PENDIDIK DAN PENGUJI PENDIDIK
PENDIDIKAN NON FORMAL

I. LANDASAN IDIIL

Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal (HISPPI PNF)
menyadari bahwa pendidik adalah merupakan suatu pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, bangsa, dan tanah air, serta kemanusiaan pada umumnya.

Pendidik dan Penguji Indonesia yang berjiwa Pancasila, merasa turut bertanggung jawab
terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

II. LANDASAN OPERASIONAL

Berbicara mengenai etika jabatan, atau tata tertib jabatan, maka yang dimaksud adalah suatu
sistem atau kode etik tentang moral dari suatu jabatan tertentu.

Sistem tersebut merupakan prinsip-prinsip dan pendapat-pendapat mengenai tingkah laku


yang baik dan berkepribadian atau karakter yang ideal, yang diperlukan dalam suatu jabatan
tersebut, maka pendidik dan penguji Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai
pendidik, dan penguji dengan berpedoman pada dasar-dasar sebagai berikut:

1. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal berbakti membimbing peserta
didik seutuhnya untuk membentuk manusia yang bermartabat.
2. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memiliki kejujuran dalam
menjalankan tugasnya secara profesional.
3. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal mengadakan komunikasi tentang
peserta didik dalam memperoleh informasi tentang peserta didik dan menghindari diri
dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal menciptakan suasana kehidupan
lembaga non formal sebaik-baiknya bagi kepentingan warga negara.
5. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memelihara dan memupuk
hubungan secara berkesinambungan dengan masyarakat.
6. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal secara sendiri-sendiri dan atau
bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu sesuai profesinya.
Halaman 35
7. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal menciptakan dan memelihara
hubungan antara sesama peserta didik Pendidikan Non Formal.
8. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal bersama-sama memelihara,
membina dan meningkatkan mutu organisasi Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan
Non Formal sebagai sarana pengabdian.
9. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal melaksanakan segala ketentuan
yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.
10. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal wajib menjaga rahasia jabatan
organisasi tempat kerja.
11. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal senantiasa menjaga penampilan
dan kesehatan dalam melaksanakan tugas.
12. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memperlakukan teman
sejawatnya atas dasar harga menghargai dan kasih sayang.

Halaman 36
Lampiran 11 Visi, Misi, dan Tujuan HISPPI PNF

VISI, MISI, DAN TUJUAN


HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIK NON FORMAL

VISI

Meningkatkan mutu pendidik Pendidikan Non Formal agar dapat mencetak lulusan yang
memiliki keunggulan bersaing di era global, siap kerja, profesional, mandiri dan berkarya.

MISI
1. Meningkatkan mutu pendidik Pendidikan Non Formal.
2. Meningkatkan kesejahteraan pendidik Pendidikan Non Formal.
3. Meningkatkan perlindungan pendidik Pendidikan Non Formal.
4. Meningkatkan standar kualifikasi dan sertifikasi pendidik Pendidikan Non Formal.

TUJUAN
1. Menghimpun para Pendidik dan atau Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal dari
berbagai jenis kompetensi yang berbasis kursus dan pelatihan.
2. Mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam proses belajar mengajar pendidik
Pendidikan Non Formal sesuai dengan jenis kompetensinya.
3. Mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang Pendidikan Non Formal dalam rangka
membantu pemerintah menyukseskan pembangunan Nasional.
4. Menyebarluaskan gagasan-gagasan baru dalam bidang ilmu, teknologi dan metodologi
Pendidikan Non Formal untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan pada era global.
5. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam Pendidikan Non Formal.

Halaman 37

Anda mungkin juga menyukai