MUKADIMAH
Pendidikan Non Formal adalah usaha dan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur, dan terencana dalam membina kepribadian untuk mengembangkan kemampuan
manusia Indonesia seutuhnya yang berlangsung seumur hidup, sebagai bagian dari
pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dewasa ini Pendidikan Non Formal memiliki potensi yang cukup besar setelah dapat
membuktikan peranan dan kemampuannya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
kompeten, profesional, dan siap kerja dengan dilandasi semangat kebersamaan untuk
mencerdaskan dan menerampilkan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan
pembangunan dimasa mendatang.
Menyadari fungsi dan tanggung jawab serta dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional, maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami para pendidik dan penguji
pendidikan non formal menghimpun diri dalam satu wadah organisasi nasional yang
merupakan mitra pemerintah dalam pendidikan nonformal, dengan Anggaran Dasar sebagai
berikut:
Halaman 1
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
Nama
1. Organisasi ini bernama Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan
Non Formal disingkat HISPPI PNF.
2. HISPPI Pendidikan Non Formal pada Tingkat Nasional dinamakan Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal.
3. HISPPI Pendidikan Non Formal pada Tingkat Daerah dinamakan Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal Propinsi.
4. HISPPI Pendidikan Non Formal pada Tingkat Cabang dinamakan Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal Kabupaten/Kota.
Pasal 2
Tempat Kedudukan
Pasal 3
Waktu
Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal (HISPPI PNF)
didirikan pada tanggal 7 Februari 1986 yang sebelumnya bernama Himpunan Sumber Belajar
dan Penguji Praktek Indonesia Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan oleh
Masyarakat (HISPPI DIKLUSEMAS) pada Munas ke V di Jakarta tanggal 24-25 Juli 2003.
Selanjutnya disyahkan oleh notaris Edi Priyono, SH., dengan akte nomor 26 tanggal 22
Nopember 2006, yang selanjutnya disempurnakan pada Munas ke VI di Surabaya tanggal 28-
31 Juli 2010 khususnya yang berhubungan dengan AD/ART, dan Disempurnakan ke dua di
Munas ke VII di Bandar Lampung berhubungan dengan penyempurnaan dan penambahan
pasal – pasal sesuai dengan perkembangan terkini.
BAB II
AZAS DAN LANDASAN
Pasal 4
Asas
Halaman 2
Pasal 5
Landasan
BAB III
SIFAT DAN TUJUAN
Pasal 6
Sifat
HISPPI Pendidikan Non Formal adalah organisasi kemasyarakatan non politis, mandiri secara
profesional dan kompeten dalam bidang pendidikan non formal.
Pasal 7
Tujuan
Halaman 3
Halaman 4
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 8
HISPPI Pendidikan Non Formal mempunyai tugas dan wewenang:
1. Meningkatkan mutu dan profesionalisme Pendidik Pendidikan Nonformal.
2. Meningkatkan mutu dan profesionalisme Penguji Pendidikan Nonformal.
3. Mengembangkan Kurikulum dan Metode Pendidikan Non Formal.
4. Mendata, menghimpun dan membina Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non
Formal sesuai jenis kompetensinya.
5. Mencetak Penguji dan Master Penguji Pendidikan Non Formal.
6. Memberikan rekomendasi kepada pendidik Pendidikan Non Formal untuk mendapatkan
sertifikat pendidik.
7. Memberikan rekomendasi kepada Penguji Pendidikan Non Formal untuk mendapatkan
sertifikat Penguji.
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
Pasal 10
Dewan Pembina Utama, Pembina Teknis, Penasehat, dan Dewan Pakar
2. Dewan Penasehat
a. Pada tingkat Pusat diangkat Dewan Penasehat yang bertugas memberikan saran-saran
untuk meningkatkan dan memajukan organisasi di tingkat Nasional/Pusat baik diminta
maupun tidak.
b. Pada tingkat Daerah diangkat Penasehat yang bertugas memberikan saran-saran untuk
meningkatkan dan memajukan organisasi di tingkat Daerah/Propinsi baik diminta
maupun tidak.
Halaman 5
c. Pada tingkat Cabang diangkat Penasehat yang bertugas memberikan saran-saran untuk
meningkatkan dan memajukan organisasi di tingkat Kabupaten/Kota baik diminta
maupun tidak.
3. Dewan Pakar
Pada tingkat pusat diangkat Dewan Pakar yang bertugas sebagai fasilitator dan inspirator
dalam rangka pengembangan dan kemajuan organisasi ditingkat Nasional/Pusat.
Pasal 11
Dewan Pengurus
BAB VI
PEMILIHAN DAN PENETAPAN DEWAN PENGURUS
Pasal 12
Pemilihan dan Penetapan Dewan Pengurus
1. Dewan Pengurus Pusat (DPP) dipilih, ditetapkan dan disahkan oleh Musyawarah
Nasional, serta dikukuhkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
2. Dewan Pengurus Daerah (DPD) dipilih melalui Musyawarah Daerah, disahkan oleh
Dewan Pengurus Pusat, dikukuhkan oleh Pemerintah Daerah.
3. Dewan Pengurus Cabang (DPC), dipilih melalui Musyawarah Cabang, disahkan oleh
Dewan Pengurus Daerah, dikukuhkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
4. Pemilihan Dewan Pengurus berasaskan Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber)
BAB VII
TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB
DEWAN PENGURUS
Pasal 13
Dewan Pengurus Pusat dan Koordinator Wilayah
1. Dewan Pengurus
a. Dewan Pengurus Pusat (DPP) adalah pemegang kekuasaan dan pelaksana harian
tertinggi organisasi di tingkat Pusat berdasarkan mandat dari Musyawarah Nasional.
b. Dalam keadaan luar biasa/mendesak, Dewan Pengurus Pusat dapat mengganti,
memberhentikan dan mengangkat anggota Pengurus Pusat melalui rapat pleno Dewan
Pengurus Pusat yang sengaja diadakan untuk hal tersebut.
c. Dewan Pengurus Pusat bertindak untuk dan atas nama organisasi di tingkat Pusat
dalam segala kebijakan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
d. Dewan Pengurus Pusat dapat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Pusat,
Lembaga/Instansi di tingkat Pusat/Nasional, Regional dan Internasional.
Halaman 6
e. Dewan Pengurus Pusat dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi–organisasi
formal/non formal dan asosiasi profesi lainnya di tingkat Pusat/Nasional, Regional dan
Internasional.
f. Dewan Pengurus Pusat bertanggung jawab sepenuhnya kepada Musyawarah Nasional.
2. Koordinator Wilayah
a. Koordinator wilayah tingkat pusat diangkat oleh Dewan Pengurus Pusat untuk
memfasilitasi dan mengkoordinir aktivitas dan kegiatan tingkat regional guna
memperlancar roda organisasi.
b. Koordinator wilayah mencakup:
- Korwil I melingkupi : Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatra
Barat
- Korwil II melingkupi : Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan
Bangka Belitung
- Korwil III melingkupi : Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY
- Korwil IV melingkupi : Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT
- Korwil V melingkupi : Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara
- Korwil VI melingkupi : Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan
- Korwil VII melingkupi : Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat
Pasal 14
Dewan Pengurus Daerah
1. Dewan pengurus Daerah adalah pemegang kekuasaan dan pelaksana harian tertinggi
organisasi di tingkat daerah berdasarkan mandat dari Musyawarah Daerah.
2. Dalam keadaan luar biasa/mendesak, Dewan Pengurus Daerah dapat mengganti,
memberhentikan dan mengangkat anggota Pengurus Daerah melalui rapat pleno Dewan
Pengurus Daerah yang khusus diadakan untuk hal tersebut dan memberitahu sebelumnya
kepada Dewan Pengurus Pusat.
3. Dewan Pengurus Daerah bertindak untuk dan atas nama organisasi di tingkat Daerah
dalam segala kebijakan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
4. Dewan Pengurus Daerah dapat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Daerah,
Lembaga/Instansi di tingkat Propinsi.
5. Dewan Pengurus Daerah dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi–organisasi
formal/Non Formal Asosiasi profesi lainnya di tingkat Daerah/Propinsi.
6. Dewan Pengurus Daerah bertanggung jawab sepenuhnya kepada Musyawarah Daerah
dan Dewan Pengurus Pusat.
Pasal 15
Dewan Pengurus Cabang
1. Dewan Pengurus Cabang (DPC) adalah pemegang kekuasaan dan pelaksana harian
tertinggi organisasi di tingkat Cabang berdasarkan mandat dari Musyawarah Cabang.
2. Dalam keadaan luar biasa/mendesak, Dewan Pengurus Cabang dapat mengganti,
memberhentikan dan mengangkat anggota Pengurus Cabang melalui rapat pleno Dewan
Halaman 7
Pengurus Cabang yang sengaja diadakan untuk hal tersebut dan memberitahu sebelumnya
kepada Dewan pengurus Daerah.
3. Dewan Pengurus Cabang bertindak untuk dan atas nama organisasi di tingkat
Kabupaten/Kota dalam segala kebijakan yang bersifat ke dalam dan ke luar.
4. Dewan Pengurus Cabang dapat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota, Lembaga/Instansi di Tingkat Kabupaten/Kota.
5. Dewan Pengurus Cabang Dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi–organisasi
formal/nonformal, Asosiasi Profesi lainnya di tingkat Cabang (Kabupoten/Kota).
6. Dewan Pengurus Cabang bertanggung jawab sepenuhnya kepada Musyawarah Cabang
dan Dewan Pengurus Daerah.
BAB VIII
KEANGGOTAAN ORGANISASI
Pasal 16
BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 17
Keuangan
Keuangan organisasi diperoleh dari:
1. Uang pangkal anggota
2. Uang iuran anggota
3. Uang kartu tanda anggota
4. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat
5. Sumber-sumber lain/usaha yang syah.
Pasal 18
Kekayaan
Semua kekayaan yang dimiliki organisasi baik asset maupun kewajiban, menjadi tanggung
jawab Dewan Pengurus.
Halaman 8
BAB X
RAPAT DAN MUSYAWARAH
Pasal 19
Rapat dan Musyawarah
2. Tingkat Daerah
a. Musyawarah Daerah
b. Musyawarah Daerah Luar Biasa
c. Rapat Kerja Daerah
d. Rapat Pimpinan Daerah
e. Rapat Koordinasi Daerah
f. Rapat Pengurus
3. Tingkat Cabang
a. Musyawarah Cabang
b. Musyawarah Cabang Luar Biasa
c. Rapat Kerja Cabang
d. Rapat Koordinasi Cabang
e. Rapat Konsolidasi Anggota
f. Rapat Pengurus
BAB XI
PENJAMINAN MUTU
Pasal 20
Dalam rangka penjaminan mutu pendidik dan penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
maka dibentuk Lembaga Sertifikasi.
Halaman 9
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 21
Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional yang
dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah utusan daerah dan diputuskan serta
ditetapkan melalui Sidang Pleno.
Pasal 22
Pembubaran Organisasi
Organisasi HISPPI Pendidikan Non Formal hanya dapat dibubarkan melalui Musyawarah
Nasional Luar Biasa yang diadakan untuk hal tersebut, dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) utusan daerah serta disetujui paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari yang hadir.
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Keputusan-keputuasan
Organisasi melalui Rapat-rapat Organiasi.
Ditetapkan di : Lampung
Pada tanggal :
Pada Sidang Pleno Komisi-Komisi
Munas VII HISPPI PNF
d.t.o. d.t.o.
Anggota Komisi,
Halaman 10
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
PENDIDIKAN NON FORMAL YANG DISELENGGARAKAN MASYARAKAT
(ART HISPPI PENDIDIKAN NON FORMAL)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Landasan Penyusunan
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari
Anggaran Dasar HISPPI Pendidikan Non Formal BAB XII Aturan tambahan.
BAB II
ORGANISASI
Pasal 2
Pembentukan Organisasi
HISPPI Pendidikan Non Formal adalah merupakan Organisasi Profesi yang dibentuk sebagai
wadah untuk menyatukan Visi, Misi, dan Tujuan dari para Pendidik dan Penguji Pendidikan
Non Formal dari berbagai rumpun dan kompetensi guna mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional sesuai Amanat pembukaan Undang–Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
BAB III
KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA
Pasal 3
Anggota
1. Anggota Biasa yang selanjutnya disebut dengan istilah Anggota, adalah Pendidik dan atau
Penguji pada Pendidikan Non Formal yang berbasis Kursus dan Pelatihan yang telah
mendaftarkan diri serta memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota.
2. Anggota Luar Biasa adalah para Tenaga Ahli Pendidik dan atau Tokoh Masyarakat yang
telah menyatakan menyumbangkan pemikiran di bidang pendidikan non formal dan
menyatakan diri untuk menjadi anggota.
Halaman 11
3. Anggota Kehormatan adalah Pejabat Pemerintah yang menangani bidang Pendidikan Non
Formal.
Pasal 4
Kewajiban Anggota
Pasal 5
Hak Anggota
Halaman 12
c. Menyampaikan pendapat dan saran yang bersifat membangun organisasi.
BAB IV
PENDAFTARAN, SANGSI DAN BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN
Pasal 6
Pendaftaran Anggota
Pasal 7
Sangsi Terhadap Anggota
Setiap Anggota yang melakukan tindakan yang merugikan organisasi dikenai sangsi
organisasi berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan, antara lain berupa:
1. Teguran/peringatan secara langsung/tertulis melalui pendekatan sistem kekeluargaan dan
pembinaan.
2. Pengurangan pelayanan terhadap hak-hak anggota.
3. Pemberhentian terhadap pelayanan organisasi.
4. Pemberhentian sebagai anggota.
Pasal 8
Berakhirnya Keanggotaan
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
Susunan Pengurus
Pasal 10
BAB VII
Pasal 11
Musyawarah Nasional
Pasal 12
Musyawarah Daerah
Pasal 13
Musyawarah Cabang
BAB VIII
RAPAT-RAPAT
Pasal 14
Rapat Kerja
Halaman 16
1. Rapat Kerja Nasional disingkat Rakernas:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali (dalam masa bakti kepengurusan).
b. Mengadakan penilaian, menterjemahkan dan membuat evaluasi program kerja
organisasi di tingkat pusat sesuai keputusan Munas.
2. Rapat Kerja Daerah disingkat Rakerda:
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali (dalam masa bakti kepengurusan).
b. Mengadakan penilaian dan pemantauan terhadap pelaksanaan program kerja
organisasi di tingkat daerah.
3. Rapat Kerja Cabang disingkat Rakercab
a. Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali (dalam masa bakti kepengurusan).
b. Mengadakan penilaian dan pemantauan terhadap pelaksanaan program kerja
organisasi di tingkat cabang.
Pasal 15
Rapat Pimpinan
1. Rapat Pimpinan (Rapim) adalah rapat kerja yang dihadiri oleh para pimpinan jajaran
organisasi dengan agenda kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka
merencanakan dan melaksanakan program–program strategik yang tidak dibahas dalam
musyawarah yang dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam masa bhakti
kepengurusan.
2. Pada Tingkat Pusat disebut dengan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas).
3. Pada Tingkat Provinsi disebut dengan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda).
4. Pada Tingkat Kabupaten/Kota disebut dengan Rapat Konsolidasi Anggota.
Pasal 16
Rapat Koordinasi
1. Rakor Koordinasi (Rakor) adalah rapat yang dihadiri oleh para pejabat terkait Pendidikan
Non Formal, para pimpinan organisasi Asosiasi Profesi/Mitra serta Tokoh Masyarakat
yang peduli Pendidikan Non Formal dan pihak lain yang relevan dengan agenda kegiatan
koordinasi dan sinkronisasi program kerja masing-masing dalam rangka merencanakan
kegiatan bersama. Rakor dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam masa bhakti
kepengurusan.
2. Pada Tingkat Pusat disebut dengan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas).
3. Pada Tingkat Provinsi disebut dengan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda).
4. Pada Tingkat Kabupaten/Kota disebut dengan Rapat Koordinasi Cabang (Rakorcab).
Halaman 17
Pasal 17
Rapat Pengurus
Rapat Pengurus adalah rapat yang hadiri oleh para pengurus organisasi HISPPI Pendidikan
Non Formal sesuai dengan tingkatan-tingkatannya yang diadakan untuk membahas segala
sesuatu yang berhubungan dengan organisasi baik dalam rencana pelaksanaan kegiatan atau
hal-hal lain yang menyangkut keanggotaan organisasi.
BAB IX
KEUANGAN
Pasal 18
1. Uang pangkal dan iuran ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat HISPPI Pendidikan Non
Formal.
2. Biaya Kartu Tanda Anggota dipungut oleh Dewan Pengurus Pusat.
3. Uang Iuran yang dipungut ditingkat cabang dengan pembagian diatur sebagai berikut:
a. Untuk Dewan Pengurus Pusat = 20%
b. Untuk Dewan Pengurus Daerah = 30%
c. Untuk Dewan Pengurus Cabang = 50%
d. Untuk Dewan Pengurus Cabang menerima uang pangkal dari anggota
4. Uang Iuran ditarik dari anggota minimal setiap 6 (enam) bulan/1 (satu) tahun.
5. Usaha-usaha lain untuk memperoleh keuangan yang sah diatur lebih lanjut oleh dewan
pengurus.
6. Bilamana organisasi dibubarkan, maka kekayaan organisasi disumbangkan kepada Badan
Sosial atau yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Luar Biasa.
BAB X
SIMBOL – SIMBOL ORGANISASI
Pasal 19
Lambang
Lambang Organisasi berbentuk Logo Bingkai Segi Lima berwana kuning dengan Gelang
bertulisan Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji melintang dengan Mata Pena bersisik
tegak dengan ujung mengarah ke atas terdiri dari arsiran–arsiran mata pena, dengan kedua
sayap Tut Wuri Handayani mengepak ke kanan dan kiri melingkari Pena yang berada diatas
buku, dengan dihiasi sekuntum bunga Kapas berjumlah 8 (delapan) dan Daun Kapas
berjumlah 17 (tujuh belas) berada di sisi kanan dengan setangkai padi menguning berjumlah
45 (empat puluh lima) butir, dengan menduduki tulisan Indonesia Pendidikan Non Formal.
(lihat lampiran 1)
Halaman 18
Pasal 20
Hymne dan Mars
11. Hymne
a. Hymne Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
adalah Hymne Pendidik berjudul ”INSAN MULIA” ciptaan DR. HM. Nasrullah
Yusuf, SE., MBA., yang dikumandangkan pertama kali pada tanggal 29 Juli 2010
pada acara MUNAS VI HISPPI Pendidikan Non Formal yang diselenggarakan di
Surabaya Jawa Timur, pada tanggal 28-31 Juli 2010.
b. Hymne HISPPI Pendidikan Non Formal wajib dinyanyikan pada pertemuan–
pertemuan/acara-acara resmi HISPPI Pendidikan Non Formal setelah menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
(lihat lampiran 2)
12. Mars
a. Mars Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal
adalah Mars Pendidik berjudul ”CAHAYA BANGSA” Ciptaan DR. HM. Nasrullah
Yusuf, SE., MBA., yang dikumandangkan pertama kali pada tanggal 29 Juli 2010
pada acara MUNAS VI HISPPI Pendidikan Non Formal yang diselenggarakan di
Surabaya Jawa Timur, pada tanggal 28-31 Juli 2010.
b. Mars HISPPI Pendidikan Non Formal wajib dinyanyikan pada pertemuan–
pertemuan/acara-acara resmi HISPPI Pendidikan Non Formal setelah menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
(lihat lampiran 3)
Pasal 21
Bendera
Bendera organisasi berbentuk 4 persegi panjang dengan warna dasar Kuning dengan disertai
Gambar Lambang Organisasi.
(lihat lampiran 4)
Pasal 22
Stempel
Stempel Organisasi berbentuk segi lima yang merupakan Logo dan Lambang organisasi
dengan tulisan Himpunan Seluruh Pendidik & Penguji Indonesia Pendidikan Nonformal
1. Ukuran stempel adalah : Panjang 5 cm x 5 cm dengan diagonal segilima untuk keperluan
surat menyurat dan penggunaan di sertifikat dan piagam.
2. Penggunaan Stempel untuk keperluan KTA maka menggunakan ukuran kecil disesuaikan
dengan besarnya KTA.
(lihat lampiran 5)
Halaman 19
Pasal 23
Papan Nama
1. Papan Nama organisasi HISPPI Pendidikan Non Formal dengan tulisan ”DEWAN
PENGURUS PUSAT/DAERAH/CABANG, HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN
PENGUJI INDONESIA PENDIDIKAN NON FORMAL ( HISPPI PNF )”.
2. Papan Nama Organisasi di tingkat Daerah dan Cabang diikuti dengan nama
daerah/cabang masing-masing.
3. Papan Nama dengan komposisi: paling atas Lambang Organisasi, kemudian di bawahnya
tulisan Dewan Pengurus sesuai dengan tingkatan masing-masing.
4. WARNA DASAR PAPAN NAMA PUTIH dengan TULISAN HITAM dengan jenis
FONT (huruf) TAHOMA dengan Ukuran font disesuaikan.
5. Ukuran Papan Nama:
a. DPP dengan Ukuran Panjang = 200 cm dengan Lebar = 150 cm
b. DPD dengan Ukuran Panjang = 180 cm dengan Lebar = 135 cm
c. DPC dengan Ukuran Panjang = 160 cm dengan Lebar = 120 cm
(lihat lampiran 6)
Pasal 24
Kop Surat
Kop surat organisasi HISPPI PNF adalah dengan tulisan DEWAN PENGURUS PUSAT/
DAERAH/CABANG, HIMPUNAN SELURUH PENDIDIK DAN PENGUJI INDONESIA
(HISPPI–PNF), PROPINSI (nama propinsi) dan disertai dengan Alamat Sekretariat, No.
Telp/Fax, Kode Pos, Email dan Website.
(lihat lampiran 7)
Pasal 25
Kartu Anggota
Kartu Anggota HISPPI PNF merupakan identitas keanggotan dari HISPPI Pendidikan Non
Formal yang bagian depan berisikan : Nomor Register Anggota, Nama dan Jenis Kompetensi,
Bagian Belakang berisikan VISI dan MISI HISPPI PNF.
(lihat lampiran 8)
Pasal 26
Seragam
Seragam Resmi HISPPI Pendidikan Non Formal adalah seragam yang wajib dipakai oleh
semua Pengurus dan Anggota HISPPI PNF dalam kegiatan organisasi.
(Lihat lampiran 9)
Pasal 27
Kode Etik
Kode etik HISPPI PNF adalah sebuah aturan yang mengikat moral dan perilaku seluruh
anggota organisasi yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya senantiasa menjunjung
tinggi martabat organisasi. (Lihat Lampiran 10)
Halaman 20
Pasal 28
Visi, Misi Dan Tujuan
(Lihat Lampiran 11)
BAB XI
PENJAMINAN MUTU
Pasal 29
Penjaminan Mutu Pendidik dan Penguji Indonesia pada Pendidikan Non Formal dilakukan
oleh Lembaga Sertifikasi.
Pasal 30
Pasal 31
Pembubaran Lembaga Sertifikasi
HISPPI PNF memiliki kewenangan untuk pembubaran Lembaga Sertifikasi apabila Lembaga
Sertifikasi menyimpang dari tujuan.
Pasal 32
Kepengurusan Lembaga Sertifikasi
Pasal 33
Lembaga Sertfikasi memberikan konstribusi kepada DPP HISPPI PNF sebesar 5%, dan DPD
HISPPI PNF sebesar 5% pada setiap pelaksanaan sertifikasi.
BAB XII
ATURAN TAMBAHAN DAN PENUTUP
Pasal 33
Aturan Tambahan
1. Setiap Anggota HISPPI Pendidikan Non Formal harus mengetahui, menghayati dan
melaksanakan isi, maksud, dan tujuan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga.
2. Perbedaan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diselesaikan
oleh Dewan Pengurus Pusat.
3. Hal–hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dikemudian
hari melalui mekanisme Keputusan Rapat Pimpinan/Rapat Kerja.
Halaman 21
Pasal 34
Penutup
Anggaran Rumah Tangga mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh Musyawarah Nasional
VII HISPPI Pendidikan Non Formal.
Ditetapkan di : Lampung
Pada tanggal :
Pada Sidang Pleno Komisi-Komisi
Munas VII HISPPI PNF
d.t.o. d.t.o.
Anggota Komisi,
Halaman 22
HASIL PEMBAHASAN KOMISI C
tentang
Halaman 23
KELENGKAPAN ADMINISTRASI HISPPI PNF
Halaman 24
No. Kelengkapan Administrasi Keterangan
8 Seragam 1. Untuk acara resmi:
- Wanita : jas hijau
(atasan dan bawahan), bagi yang
berhijab disarankan warna hijab
hijau muda
- Pria : jas dan celana
panjang hijau serta kemeja warna
hijau muda
2. Pembuatan seragam batik berlogo
HISPPI PNF dengan harga terjangkau
3. Pembuatan seragam kaos/shirt atau t-
shirt
9 Kode Etik Masih ditetapkan dan tidak ada usul
perubahan. Mohon untuk direalisasikan.
10 Visi, Misi, dan Tujuan 1. Visi tidak ada perubahan
2. Mohon penjelasan tentang misi:
- Point ke-2 tentang Kesejahteraan
Pendidik
- Point ke – 3 tentang Perlindungan
Pendidik
3. Tujuan tidak ada perubahan
Halaman 25
Lampiran 1 Lambang HISPPI PNF
Keterangan:
Mata Pena : Berisi tegak dengan ujung mengarah ke atas terdiri dari
arsiran yang mempunyai arti bahwa Himpunan Seluruh
Pendidik dan Penguji Indonesia terdiri dari berbagai
jenis pendidikan.
Bingkai Segi Lima : Berarti pendidikan selalu dijiwai oleh sila-sila dalam
Pancasila.
Warna Lambang : Peri anom (hijau padi muda) yang berarti kesuburan,
kemakmuran, kebahagiaan, keteguhan, kerukunan, dan
keanggunan.
Halaman 26
Lampiran 2 Hymne HISPPI PNF
Halaman 27
Lampiran 3 Mars HISPPI PNF
Halaman 28
Lampiran 4 Bendera HISPPI PNF
Halaman 29
Lampiran 5 Stempel HISPPI PNF
Halaman 30
Lampiran 6 Papan Nama HISPPI PNF
Halaman 31
Lampiran 7 Kop Surat HISPPI PNF
Halaman 32
Lampiran 8 Kartu Tanda Anggota HISPPI PNF
Halaman 33
Lampiran 9 Seragam HISPPI PNF
Halaman 34
Lampiran 10 Kode Etik HISPPI PNF
KODE ETIK
PENDIDIK DAN PENGUJI PENDIDIK
PENDIDIKAN NON FORMAL
I. LANDASAN IDIIL
Himpunan Seluruh Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal (HISPPI PNF)
menyadari bahwa pendidik adalah merupakan suatu pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, bangsa, dan tanah air, serta kemanusiaan pada umumnya.
Pendidik dan Penguji Indonesia yang berjiwa Pancasila, merasa turut bertanggung jawab
terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Berbicara mengenai etika jabatan, atau tata tertib jabatan, maka yang dimaksud adalah suatu
sistem atau kode etik tentang moral dari suatu jabatan tertentu.
1. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal berbakti membimbing peserta
didik seutuhnya untuk membentuk manusia yang bermartabat.
2. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memiliki kejujuran dalam
menjalankan tugasnya secara profesional.
3. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal mengadakan komunikasi tentang
peserta didik dalam memperoleh informasi tentang peserta didik dan menghindari diri
dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal menciptakan suasana kehidupan
lembaga non formal sebaik-baiknya bagi kepentingan warga negara.
5. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memelihara dan memupuk
hubungan secara berkesinambungan dengan masyarakat.
6. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal secara sendiri-sendiri dan atau
bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu sesuai profesinya.
Halaman 35
7. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal menciptakan dan memelihara
hubungan antara sesama peserta didik Pendidikan Non Formal.
8. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal bersama-sama memelihara,
membina dan meningkatkan mutu organisasi Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan
Non Formal sebagai sarana pengabdian.
9. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal melaksanakan segala ketentuan
yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.
10. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal wajib menjaga rahasia jabatan
organisasi tempat kerja.
11. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal senantiasa menjaga penampilan
dan kesehatan dalam melaksanakan tugas.
12. Pendidik dan Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal memperlakukan teman
sejawatnya atas dasar harga menghargai dan kasih sayang.
Halaman 36
Lampiran 11 Visi, Misi, dan Tujuan HISPPI PNF
VISI
Meningkatkan mutu pendidik Pendidikan Non Formal agar dapat mencetak lulusan yang
memiliki keunggulan bersaing di era global, siap kerja, profesional, mandiri dan berkarya.
MISI
1. Meningkatkan mutu pendidik Pendidikan Non Formal.
2. Meningkatkan kesejahteraan pendidik Pendidikan Non Formal.
3. Meningkatkan perlindungan pendidik Pendidikan Non Formal.
4. Meningkatkan standar kualifikasi dan sertifikasi pendidik Pendidikan Non Formal.
TUJUAN
1. Menghimpun para Pendidik dan atau Penguji Indonesia Pendidikan Non Formal dari
berbagai jenis kompetensi yang berbasis kursus dan pelatihan.
2. Mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam proses belajar mengajar pendidik
Pendidikan Non Formal sesuai dengan jenis kompetensinya.
3. Mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang Pendidikan Non Formal dalam rangka
membantu pemerintah menyukseskan pembangunan Nasional.
4. Menyebarluaskan gagasan-gagasan baru dalam bidang ilmu, teknologi dan metodologi
Pendidikan Non Formal untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan pada era global.
5. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam Pendidikan Non Formal.
Halaman 37