Anda di halaman 1dari 18

BENTUK PENYELENGGARA PENDIDIKAN

NONFORMAL DAN INFORMAL

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI)

Dosen Pengampu: Moh. Sholeh, S.Pd.i M.Pd.

Disusun Oleh:

Rima Wafi A. N (D93217070)


Rina Roatusalamah (D93217113)
Dyana Maftuhatu R (D03217012)
Siti Aisah (D93217116)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “Manajemen Pendidikan
Non Formal dan Informal (PNFI)”. Dan tidak lupa Sholawat serta salam tetap
kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang telah membawa
kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yakni agama Islam.
Dalam makalah ini kami berusaha memberikan penjelasan seputar ragam
bentuk penyelenggara pendidikan nonformal dan informal, Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali kekurangan atau pun
kesalahan yang belum kami ketahui. Karena dalam penyusunannya pun tidak
terlepas dari hambatan dan rintangan. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih
kepada penulis yang bukunya telah kami jadikan referensi sebagai pelengkap
makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran atas kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalah ini guna perbaikan dalam pembuatan makalah kami
yang selanjutnya.
Akhir kata, syukran kathiran. semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.Aamiin.
Wassalammuailaikum Wr. Wb.

Surabaya, 5 September 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i


Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II: PEMBAHASAN


A. Bentuk penyelenggara Pendidikan nonformal .................................................. 3
B. Bentuk penyelenggara pendidikan informal ................................................... 10

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................. 14

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 15


1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal wajib yang dimiliki oleh setiap individu, baik
didapatkan melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan
dalam lingkungan manapun sangat penting namun pendidikan yang pertama kali
didapatkan oleh setiap individu adalah pendidikan dilingkungan keluarga yang
akan mempengaruhi karakter seorang individu. Melalui pendidikan nonformal
dan informal akan sangat menunjang pendidikan formal.
Pendidikan non formal dapat menjadi salah satu solusi untuk memberikan
akses pendidikan bagi anak yang tidak sekolah atau putus sekolah. Pendidikan
non formal adalah jalur pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah,
dan melengkapi pendidikan formal. Pendidikan ini diselenggarakan oleh suatu
lembaga khusus dengan berpedoman pada standart nasional pendidikan, sehingga
pendidikan nonformal dapat dihargai setara pendidikan formal.
Pendidikan informal merupakan jalur pendidikan yang dilakukan didalam
lingkungan keluarga dan lingkungan, dimana kegiatan belajarnya dilakukan
secara mandiri. Pendidikan dini diberikan sejak lahir hingga akhir hayat yang
berkaitan langsung dengan karakter dan kepribadian seseorang.
Pendidikan diluar sekolah ini berfungsi dalam hal hal memenuhi
kebutuhan belajar yang tidak ada dalam pendidikan formal, sebagai pendidikan
lanjutan dan pendidikan nilai-nilai hidup dan lain-lain. Dengan mendapatkan
pendidikan diluar sekolah, setiap orang mampu memperoleh dan pengetahuan
dan pengalaman baru yang bermanfaat dalam perkembangan hidupnya dan
kehidupan bermasyarakat.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk penyelenggara pendidikan non formal?
2. Bagaimana bentuk penyelenggara pendidikan informal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk penyelenggara pendidikan nonformal
2. Untuk mengetahui bentuk penyelenggara pendidikan informal
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Penyelenggara Pendidikan Nonformal


Pengertian Pendidikan sesuai dengan Pasal 1, ayat 1, UU No.20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan
direalisasikan dalam satuan-satuan pendidikan. Satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal
tersebut tertuang pada Bab 1 Pasal 1 ayat 10.1
Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa
lembaga pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal adalah
pendidikan yang disediakan bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti atau
menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal.2
Terdapat enam satuan pendidikan non formal, antara lain:
1. Lembaga Kursus
Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1991 tentang PNF memberi batasan
bahwa kursus adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas
sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Sesuai dengan Pasal 14 ayat 1,
kursus diselenggarakan bagi warga belajar yang memerlukan bekal untuk
1
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal(Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2012), 52
2
Ibrahim Bafadhol,Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia,Jurnal Edukasi Islam Jurnal Pendidikan
Islam, Vol.06 No.11, Januari 2017, 61.
4

mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, melanjutkan ke tingkat atau


pendidikan yang lebih tinggi.3
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari kursus adalah kegiatan
pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat yang dilakukan dengan
sengaja, terorganisasi guna memberikan pengetahuan, keterampilan yang
sebelumnya belum dimiliki agar dapat memiliki keterampilan yang
diinginkan.
Menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat pada 1989, ada beberapa jenis
kursus yang terdapat di masyarakat guna memenuhi kebutuhan seiring dengan
perubahan pola hidup masyarakat ke arah yang lebih baik, antara lain:
a. Rumpun teknologi kerumahtanggan. Terdiri atas: keterampilan tata
busana, tata boga, meningkatkan pendapatan keluarga, membina
keluarga sehat, mengurus bayi dan anak.
b. Rumpun kesehatan. Terdiri atas: keterampilan merawat dan menghias
diri, kebugaran, senam aerobic.
c. Rumpun olahraga. Terdiri atas: kursus sepak bola, bulu tangkis, bola
voli, dan lain-lain.
d. Rumpun pertanian. Terdiri atas: keterampilan mengolah tanah,
memilih bibit unggul, mengolah hasil pertanian.
e. Rumpun kesenian. Terdiri atas: kursus menyanyi, menari, melukis,
musik.
f. Rumpun kerajinan dan industri. Terdiri atas: anyaman, ukiran, sablon,
pembuatan kue, dan jenia-jenis home industri.
g. Rumpun teknik. Terdiri atas:keterampilan otomotif, elektronika,
pertukangan, dan lain-lain.
h. Rumpun administrasi dan niaga. Misalnya akuntansi dan perdagangan.

3
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal(Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2012),53
5

i. Rumpun bahasa. Seperti bahasa Inggris, Jerman, khusus MC, dan lain-
lain.
j. Rumpun ilmu pengetahuan dan agama. Seperti kursus pemahaman
agama, membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.4
Jenis-jenis kursus tersebut tentunya dapat disesuaikan dan berkembang
sesuai perubahan yang terjadi di masyarakat.
2. Lembaga Pelatihan
Menurut Sikula, pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi di mana peserta pelatihan
biasanya tingkat nonmanagerial dengan tujuan mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan teknis serta tujuan tertentu. Menurut Flipo, latihan pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk memperoleh pengetahuan dan
kecakapan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.5
Jadi, pengertian dari pelatihan adalah kegiatan untuk memberikan,
memperoleh, meningkatkan, dan mengembangkan keterampilan,
produktivitas, sikap kerja pada tingkat keterampilan tertentu berdasarkan
persyaratan jabatan tertentu.
Menurut Simamora terdapat jenis-jenis pelatihan yang dapat digunakan
dalam organisasi yaitu pelatihan keahlian, pelatihan ulang, pelatihan tim dan
pelatihan kreativitas. Dan menurut Admodiwirio menjelaskan bahwa jenis-
jenis pelatihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Latihan Prajabatan: pelatihan yang diperuntukkan bagi siswa,
mahasiswa/i yang mendapat ikatan dinas dan calon pegawai (tugas
belajar, CPNS)

4
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal,54
5
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal,55
6

b. Latihan Dalam Jabatan: diperuntukkan bagi seseorang yang telah atau


yang akan menduduki jabatan tertentu. Seperti pelatihan struktural,
fungsional dan pelatihan teknis.6
3. Kelompok Belajar
Pengertian kelompok belajar sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 PP No.73
Tahun 1991 tentang PNF adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri
atas sekumpulan atas sekumpulan warga masyarakat yang saling
membelajarkan pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan
mutu dan taraf kehidupan. Napitupulu menjelaskan kelompok belajar atau
yang biasa disingkat ‘kejar’ mengandung arti mengejar ketinggalan-
ketinggalan. Dapat diambil kesimpulan bahwa program kejar (kelompok
belajar) dijalankan untuk mengejar ketinggalan, bersifat bekerja dan belajar,
menggunakan wadah kelompok belajar.7 Program Kejar dapat di klasifikasi
menjadi dua yaitu:
a. Kelompok Belajar Fungsional, di antaranya adalah Keaksaraan
fungsional, Kelompok Belajar Usaha (KBU), Kelompok Pemuda
Produktif Pedesaan (KPPP), Kelompok Pemberdayaan Swadaya
Mayarakat (KPSM), dan Kelompok Pemuda Produktif Mandiri
(KPPM).
b. Kelompok Belajar Kesetaraan, di antaranya adalah Kejar Paket A
setara SD, Kejar Paket B setara SMP, Kejar Paket C setara SMA.
4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) menurut Sutaryat adalah
tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan bakat warga masyarakat,
yang bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan potensi SDM dan
SDA yang berada di lingkungannya. Beberapa program yang dilaksanakan di

6
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal,55
7
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal,56
7

PKBM selalu dikaitkan dengan upaya meningkatkan taraf hidup. Program-


program yang dimaksud adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan
keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan lansia, dan
lain-lain.8
5. Majelis Taklim
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984) majelis diartikan elok,
cantik, rapi, bersih. Sedangkan taklim diartikan pengajaran agama (Islam),
pengajian. Maka jika kedua pengertian tersebut digabung akan mengandung
arti pengajian/pengajaran agama Islam yang dilakukan secara rapi.
Jadi, majelis taklim adalah suatu proses pendidikan nonformal yang
dilaksanakan oleh masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan serta perubahan sikap hidup terutama yang berhubungan dengan
ajaran islam. Dalam hal ini, majelis taklim merupakan suatu kegiatan yang
dibentuk oleh masyarakat sehubungan dengan permasalahan-permasalahan
yang harus dipecahkan oleh masyarakat dimana permasalahan tersebut
berkaitan dengan keyakinan hidup yaitu agama (Islam).
Majelis taklim berdasarkan PP No.73 Tahun 1991 tentang Pendidikan
Nonformal termasuk dalam satuan pendidikan sejenis. Sehubungan dengan
kebutuhan masyarakat tentang pengetahuan keagamaan (Islam) maka dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, majelis taklim
berdiri sendiri menjadi satuan PNF. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
majelis taklim adalah kelompok yasinan, kelompok pengajian, Taman
Pengajian Al-Qur’an, pengajian kitab kuning, salafiyah dan lain-lain.
6. Satuan Pendidikan Sejenis
Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan belajar dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

8
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal,58
8

dan perubahan sikap cakupannya sangat luas, maka perlu adanya landasan
hokum untuk menjamin keberadaan kegiatan tersebut. Maka, ditetapkan
satuan pendidikan yang sejenis setelah satuan pendidikan nonformal majelis
taklim (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 26 Ayat 4).
Jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam satuan pendidikan yang sejenis
(ainnya) menurut PP No.73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Nonformal adalah
pra sekolah (kelompok bermain, penitipan anak), balai latihan dan
penyuluhan, kepramukaan, padepokan pencak silat, sanggar kesenian,
lembaga komunikasi edukatif melalui media massa (cetak dan elektronik) dan
majelis taklim (dalam UU No.20 tahun 2003 berdiri sendiri menjadis Satuan
Pendidikan Nonformal).

Satuan Pendidikan Nonformal yang dikembangkan oleh Direktorat


Pendidikan Masyarakat terdiri dari lima kategori yaitu :
1. Kejar Paket A, B, dan C
a. Umur peserta kejar paket berdasarkan kesetaraannya dengan
pendidikan persekolahan dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :
1) Kejar yang disetarakan (paket A setara SD, paket B setara SLTP,
dan paket C setara SMU)
Maksud disetarakan yaitu kualitas lulusan, proses belajar
mengajar, peralatan yang digunakan, ijazah, dan umur peserta
setara (hampir sama) dengan persekolahan. Lulusan paket A dan B
bisa melanjutkan ke sekolah negeri ataupun swasta. Ijazah yang
diperoleh juga sah dan diakui untuk melamar kerja.
2) Tidak setara.
Yang dimaksud tidak setara adalah umur peserta dan frekuensi
belajar tidak sama dengan persekolahan tetapi ijazah, evaluasi dan
lain-lain sama dengan persekolahan.
b. Dari segi dana, kejar dibedakan menjadi 2 yaitu :
9

1) Kejar Swadana (bagi kejar paket A dan B)


Yang termasuk swadana ialah segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar biayanya
dibebankan kepada peserta sedang pemerintahhanya membantu
pengadaan buku paket, insentif tutor dan evaluasi.
2) Subsidi Pemerintah
Kejar yang disubsidi pemerintah adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan kejar biayanya berasal dari
pemerintah yaitu Departemen Pendidikan Nasional. Contoh Kejar
paket A setara SD, kejar paket B setara SLTP dan kejar Paket C
setara SMU dimana pesertanya diprioritaskan pada masyarakat
yang tidak mampu.
c. Pelaksanaan program kejar
Penyelenggaraan kejar berkaitan dengan pemberantaan tuna
aksara dan angka, tuna pengetahuan dasar, dan tuna Bahasa Indonesia.
Penyelenggaraan paket kejar dihubungkan dengan pembinaan dan
pengembangan keterampilan fungisonal peserta didik berkaitan
dengan mata pencaharian. Pada perkembangannya kejar paket A dan B
berperan dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun yaitu untuk
melayani kebutuhan pendidikan peserta didik.
2. Kelompok Belajar Usaha (KBU)
Pelaksanaan KBU terpadu dan terintegrasi dengan proses bekerja dan
berusaha. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh peserta dari
pelaksanaan pekerjaan dan berusaha. Proses belajar berlangsung pada saat
melakukan pencatatan, surat menurat, menyusun laporan, pemasaran,
pengelolaan, rapat anggota, mencari mitra kerja dan lain-lain.
3. Kursus-Kursus
Bertitik tolak pada kualitas lulusan pendidikan persekolahan yang
belum siap memasuki dunua kerja, maka SKB sebagai ujung tombak
10

pelaksanaan pendidikan nonformal menyelenggarakan berbagai kursus


keterampilan yang diperlukan masyarakat. Kursus yang dimaksud adalah
kursus menjahit, pertukangan, perbengkelan, elektronika, tata rias dan
lain-lain.
4. Pogram Magang
Program magang pada prinsipnya mengikutsertakan peserta magang
dalam pusat-pusat kerja (perbengkelan, perusahaan, rumah-rumah, industri
dan lain-lain). Peserta dalam magang ini bekerja sambil belajar dalam arti
mereka mengerjakan sesuatu yang dibebankan kepadanya dan sambil
mengerjakan pekerjaan tersebut mereka belajar dengan bimbingan pemilik
pusat kerja tersebut (orang lain yang ditunjuk). Lama magang biasanya 3-
6 bulan tergantung dari kesepakatan.
5. Program belajar mandiri termasuk di dalamnya PKBM
PKBM diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, swasta dan
masyarakat (LSM). PKBM yang dilaksanakan oleh masyarakat segala
sesuatu yang berhubungan dengan PKBM tersebut dilaksanakan oleh
masyarakat. PKBM yang dilaksanakan pemerintah (SKB, BPKB, Dinas
Pendidikan) peran pemerintah di dalamnya adalah sebagai fasilitator
(pendamping) yaitu membantu memecahkan permasalahan yang ada.
Pembelajaran dalam PKBM adalah pembelajaran sendiri, saling belajar,
belajar bersama dan berguru (bimbingan narasumber) serta magang.
Kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam PKBM adalah semua aktivitas
masyarakat baik yang dilakukan perorangan atau kelompok.

Lembaga lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan nonformal selain


Dinas Pendidikan di antaranya Departemen Pertanian yang menyelenggarakan
penyuluhan pertanian, termasuk kursus-kursus dan demonstrasi di lapangan untuk
membantu meningkatkan usaha tani. Departemen kesehatan melalui Puskesmas yang
menyelenggarakan Posyandu. Departemen Tenaga Kerja mendirikan Balai Latihan
11

Kerja (BLK) yang menyelenggarakan pelatihan di bidang otomotif, elektronik,


pertukangan, peternakan dan lain sebagainya.9

B. Bentuk penyelenggara pendidikan informal

Menurut UU No. 2 Tahun 1989 dan PP No. 73 Tahun 1991, pendidikan


diselenggarakan melalui dua jalur, yaitu jalur sekolah dan jalur luar sekolah, terdapat
pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, sementara pendidikan informal jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.10
Dengan adanya ketiga jalur pendidikan tersebut, menunjukkan bahwa
pendidikan adalah tanggungjawab bersama, mulai dari keluarga lingkungan dan
masyarakat, serta pemerintah, ketiga jalur diatas harus berjalan dengan baik dan
seimbang, karena ketiganya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi. Adanya
pendidikan informal dimulai sejak seorang anak masih sangat kecil, pendidikan
keluarga merupakan pendidikan pertama yang diperoleh seorang anak, begitu pula
lingkungan dan masyarakat yang akan menentukan kepribadian dari anak tersebut.
Ketika seorang guru disekolah menghimbau kepada para siswanya agar tidak
buang sampah sembarangan, atau dilarang merokok, tapi pada kenyataannya dirumah
tidak diterapkannya larangan tersebut, maka apa yang dikatakan guru kemungkinan
besar hanya akan menjadi wacana tanpa adanya praktek dari siswa selama berada
dirumah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sekolah juga sangat bergantung
pada pendidikan apa yang diperoleh dirumah dan lingkungan siswa tersebut.
Telah disinggung diatas, bahwasanya penyelenggaraan pendidikan informal
dapat diperoleh dari:
a. Keluarga

9
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi,Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal, 63.
10
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal, ( Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2012), hal, 17.
12

Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi seorang


anak, keluarga memiliki fingsi merawat, melatih menjaga dan mendidik
anak. Dalam mendidik anak hendaknya orang tua menggunakan
pendekatan yang bersifat kasih sayang, dengan pendekatan ini akan
memunculkan keharmonisan dan kenyamanan dalam keluarga. Keluarga
diharapkan mampu menciptakan suasana yang mendukung terwujudnya
tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri sesuai potensi
yang dimiliki oleh anak-anaknya.11
Keluarga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter anak,
diantaranya adalah pembentukan sikap, keterampilan dasar, pendidikan
agama, budipekerti, sopan santun estetika, dan kasih sayang. 12 pendidikan
dalam keluarga menjad snagat dominan karena sebagian besar waktu anak
dihabiskan bersama keluarga, maka keberhasilan pendidikan tidak semata-
mata menjadi tanggungjawab sekolah namun anggota keluarga memliki
kewajiban untuk medidika anakanya atau keluarganya.penididikan dari
orangtua atau keluarga disisni diperlukan keteladanan, anak akan melihat
serta meneladani apa yang dilakukan oleh orang tuanya,13 jika orang
tuanya mendidik dan memberikan teladan yang baik dalam beragama
misalnya, maka anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya dan
terciptalah keluarga yang religius.

b. Lingkungan
Pengertian lingkungan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada
diluar diri individu, para ahli membedakan jenis lingkungan menjadi :
1. Lingkungan Alam
11
Ihat Hatimah, Regulasi dan Implementasi Pendidikan Informal, Jurnal Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia, vol 13. No. 1, Tahun 2015,194.
12
Ihat hatimah, Regulasi dan Implementasi Pendidikan Informal, 195
13
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan, ( Sukabumi: CV Jejak, 2017), 54.
13

Yang dimaksud lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada


didunia ini yang berada diluar diri anak yag bukan manusia, seperti
tumbuhan, binatang, iklim, air gedung dan rumah.14 Hal ini juga
berpengaruh terhadap proses dan hasil pendidikan. Keadaan geografis
dan klimatologis sangat mempengaruhi perkembangan individu.
2. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah semua manusia yang berada diluar
seseorag yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Contohnya program televisi, radio,
media sosial ini adalah lingkungan sosial yang tidak langsung. Teman
sekelas, teman bermain dan orang disekitar tempat tinggal meripakan
lingkungan sosial yang bersifat langsung. 15

3. Lingkungan Kebudayaan
Lingkungan kebudayaan adalah suatu/ beberapa hal hasil budi
daya yang dihasilkan oleh manusia yang ada disekitar individu, bisa
berupa adat, sopan santun, dan juga sikap. Hal ini juga berpengaruh
besar bagi proses dan hasil pendidikan. Karena masing-masing
individu berbeda, ada yang mudah terpengaruh negative namun ada
pula yang dengan mudah menghindari pengaruh negative tersebut.

14
Syarif, Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Prenadamedia Group, 2017), 93.
15
Syarif Zelhendri, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 94.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyelenggara pendidikan nonformal disebutkan dalam UU No 20 Tahun
2003 tentang sidiknas yakni bahwa pendidikan yang tersedia bagi warga negara
yang tidak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan formal. Beberapa
diantara pendidikan nonformal adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis taklim, satuan
pendidikan sejenis. Menurut direktorat pendidikan masyarakat satuan pendidikan
nonformal terdiri dari 5 kategori yakni : kejar paket ABC, kelompok belajar
usaha, krsus-kursus, progam magang, program belajar mandiri termasuk
didalamnya PKBM.
Penyelenggara pendidikan informal disebutkan dalam UU No 2 Tahun
1989 dan PP No 1991, pendidikan informal dapat diperoleh melalui keluarga dan
lingkungan. Pendidikan informal berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat yang
berkaitan langsung dengan karakter dan kepribadian seseorang.

B. Saran
Demikian penjelasan ringkas mengenai bentuk penyelenggara pendidikan
nonformal dan informal dalam makalah kami. Kami sangat mengharap adanya
kitik dan saran atas makalah tersebut agar menjadi lebih baik
kedepannya.Semoga atas apa yang ada di dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak dan Ugi Suprayogi. 2012. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan
Nonformal. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)

Bafadhol, Ibrahim. 2017. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Edukasi


Islam Jurnal Pendidikan Islam, Vol.06 No.11

Zen, Syarif Zelhendri. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. (Depok: Prenadamedia


Group)
Hatimah,, Ihat. 2015. Regulasi dan Implementasi Pendidikan Informal, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, vol 13. No. 1

Dewi, Annisa Anita. 2017. Guru Mata Tombak Pendidikan. ( Sukabumi: CV Jejak)

Anda mungkin juga menyukai