Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAKALAH

KELOMPOK 2 “PUASA”

Oleh :

1. MITA YULI RAHMAN


2. MONALYSSA
3. MUH. ZAINUL JUM’ATI MAJDI
4. MUHAMAD FARQAN
5. MUHAMMAD AOZA’I
6. MUHAMMAD HERIAWAL
7. RINIYATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NTB


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan bahwa


nanti di syurga ada pintu khusus yang hanya akan dilalui oleh Ash-Shaimin
yaitu orang-orang yang berpuasa.

َ‫الص ائِ ُمونَ يَ وْ َم ْالقِيَا َم ِة الَ يَ ْد ُخ ُل ِم ْن هُ أَ َح ٌد َغ ْي ُرهُ ْم يُقَ ا ُل أَ ْين‬ َّ ُ‫إِ َّن فِي ْال َجنَّ ِة بَابًا يُقَا ُل لَهُ ال َّريَّانُ يَ ْد ُخ ُل ِم ْنه‬
َ ِ‫الصَّائِ ُمونَ فَيَقُو ُمونَ الَ يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد َغ ْي ُرهُ ْم فَإ ِ َذا َد َخلُوا أُ ْغل‬
.‫ق فَلَ ْم يَ ْد ُخلْ ِم ْنهُ أَ َح ٌد‬

“Sesungguhnya kelak di surga ada sebuah pintu namanya Ar-Royyan, yang


tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa. Dikatakan, ‘Mana
orang-orang yang berpuasa?’ Maka serentaklah mereka bangkit kemudian
masuk ke pintu, ketika mereka masuk terkuncilah pintu tersebut, kemudian
tidak ada orang yang masuk setelahnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Akan tetapi, masih banyak orang-orang yang melakasanakan puasa


hanya sekedar melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-
hal yang membatalkan puasa. Hasilnya, pada saat mereka berpuasa mereka
hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah
berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala.

Puasa merupakan salah satu rukun Islam, karena itu setiap orang yang
beriman, setiap orang Islam yang mukallaf wajib melaksanakannya.
Melaksanakan ibadah puasa ini selain untuk mematuhi perintah Allah adalah
juga untuk menjadi tangga ke tingkat taqwa, karena taqwalah dasar
keheningan jiwa dan keluruhan budi serta akhlak.

Oleh karena itu, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan
puasa, mulai dari hakekat puasa (dasar hukum, syarat-syarat, rukun puasanya),
mengapa Allah mewajibkannya, tujuan dan fungsi puasa, hikmah puasa,
makna spiritual puasa serta bagaimana peran puasa dalam pembentukan insan
yang berkarakter.
Sejatinya sebagai seorang hamba, kita setidaknya harus memiliki ilmu
untuk beribadah kepada-Nya. Berilmu sebelum beramal, seperti yang Allah
‘Azza wa Jalla firmankan dalam Surah Al-A’raf ayat 33 berikut :
‫تَ ْعلَ ُمونَ الَ َما لل ِها َعلَى تَقُولُوا َوأَ ْن‬

Katakanlah: “...dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa


saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)”

Dan juga berdasarkan hadits riwayat Bukhari berikut ini :

‫العمل و قبل لملعا‬


yang artinya adalah “ilmu sebelum berkata dan berbuat”

Sehingga kita akan lebih menghayati proses ibadah kita, sehingga kita
akan menemukan ‘ibroh dari setiap ibadah yang kita lakukan, jika dengan
menggunakan ilmu, yang mana dalam pembahasan kali ini adalah ibadah
puasa.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah ini yaitu :
1. Bagaimana hakekat puasa?
2. Mengapa Allah mewajibkan berpuasa?
3. Apa makna spiritual puasa?
4. Bagaimana peran puasa dalam pembutukan insan yang berkarakter?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini agar
kita sebagai mahasiswa dapat memahami hakekat puasa dan hal-hal yang
berhubungan dengannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKEKAT PUASA

1. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa
berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
َ ‫إِنِّي نَ َذ ْرتُ لِل َّر ْحم ِن‬
.‫ص ْو ًما‬
“Sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan
berbicara )” 1
“Shaumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang
tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut syariat yaitu
“menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya,
mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa
syarat.”2 Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, 

.‫ار َس ْب ِع ْينَ َخ ِر ْيفًا‬


ِ َّ‫صا َم يَوْ ًما فِ ْي َسبِ ْي ِل هللاِ بَا َع َد هللاُ َوجْ هَهُ َع ِن الن‬
َ ‫َم ْن‬

“Siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, niscaya Allah jauhkan dia
dari api neraka selama 70 tahun.”

2
2. Syarat Puasa
a. Syarat wajib berpuasa
1. Islam
2. Baligh dan berakal; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa;
tetapi apabila kuat mengerjakannya, boleh diajak berpuasa sebagai
latihan.
3. Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan
yang sudah tua. Orang sakit dan orang tua, mereka ini boleh tidak
berpuasa, tetapi wajib membayar fidyah.
b. Syarat-syarat sahnya puasa
1. Islam.
2. Tamyiz (pembedaan)
3. Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak
sah jika mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain,
sebanyak bilangan hari yang ia tinggalkan.
4. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar
bulan Ramadhan3; seperti puasa pada Hari Raya Idul Fitri ( 1
Syawal), Idul Adha (10 Zulhijjah), tiga Hari Tasyrik, yakni hari 11,
12 dan 13 Zulhijjah, Hari Syak, yakni hari 30 Sya’ban yang tidak
terlihat bulan (hilal) pada malamnya.

3. Rukun Puasa
1. Niat, yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari
hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati
telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa
wajib Ramadhan. Adapun puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada
pagi harinya.

3
2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar
hingga terbenam matahari.
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

ُ َ‫طُ اأْل َ ْبي‬R‫ َربُ ْوا َحتَّي يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي‬R ‫اش‬


َ‫ض ِمن‬ ْ ‫وا َو‬R ِ َ‫فَا ْلئنَ ب‬
ْ Rُ‫اش ُر ْوهُنَّ َوا ْبتَ ُغ ْوا َما َكت ََب هللاُ لَ ُك ْم َو ُكل‬
۰‫الصيَا َم إِلَي الَّ ْيل‬ ِّ ‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَ ْج ِر ثُ َّم أَتِ ُّم ْوا‬
ْ َ ‫ا ْل َخ ْي ِط اأْل‬
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan
hendaklah kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu,
dan makan-minumlah hingga nyata garis putih dan garis hitam
berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam.”4

4. Hal yang Membatalkan Puasa


1. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja,
seperti makan, minum, merokok, memasukkan benda ke dalam telinga
atau ke dalam hidung hingga melewati pangkal hidungnya. Tetapi jika
karena lupa, tiadalah yang demikian itu membatalkan puasa. Suntik di
lengan, di paha, di punggung atau lainnya yang serupa, tidak
membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan berarti melalui
lobang rongga badan.
2. Muntah dengan sengaja; muntah tidak dengan sengaja tidak
membatalkannya.
3. Haid dan nifas; wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa,
tetapi wajib mengqodha sebanyak hari yang ditinggalkan waktu haid
dan nifas.
4. Jima’ pada siang hari.
5. Gila walaupun sebentar.
6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.

4
7. Murtad, yakni keluar dari agama Islam.5
Perlu diterangkan disini tentang sanksi orang yang jima’ (bercampur)
pada siang hari di bulan Ramadhan; Orang yang berjima’ (melakukan
hubungan kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal.
Selain itu ia wajib membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan
oleh Rasulullah Saw. :

ُ‫لَّي هللا‬R‫ص‬ َ ِ‫ ْو ُل هللا‬R‫س‬ ُ ‫تَ ْفتَي َر‬R‫اس‬ ْ َ‫انَ ف‬R‫ض‬ َ ‫ ِه فِي َر َم‬Rِ‫ َع بِا ْم َرأَت‬Rَ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَنَّ َر ُجاًل َوق‬ِ ‫عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ َر‬
‫أ َ ْط ِع ْم‬RRَ‫ ف‬. ‫ اَل‬:‫ا َل‬RRَ‫ق‬ ‫ ْه َر ْي ِن؟‬R‫ش‬ ْ َ‫ َو َه ْل ت‬. ‫ اَل‬:‫قَا َل‬ ‫؟‬ ً‫ َه ْل ت َِج ُد َرقَبَة‬:‫ فَقَا َل‬٬‫سلَّ َم عَنْ ذلِ َك‬
ِ ‫ستَ ِط ْي ُع‬
َ ‫صيَا َم‬ َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
.)‫ (رواه مسلم‬.‫س ِك ْينًا‬
ْ ‫ستِّيْنَ ِم‬
ِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah
bercampur dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia
minta fatwa kepada Nabi Saw. : “Adakah engkau mempunyai budak ?.
(dimerdekakan). Ia menjawab : Tidak. Nabi berkata lagi : “Kuatkah
engkau puasa dua bulan berturut-turut ?”. Ia menjawab : Tidak. Sabda
Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa, maka berilah makan orang-
orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim).6

5. Hal-Hal Sunnah dalam Berpuasa


1. Menyegerakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa
matahari sudah terbenam.
2. Berdoa sewaktu berbuka puasa.7

7
3. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
 
‫إذا كان أحدكم صائما فليفطر على التمر فإن لم يجد التمر فعلى الماء فإن الماء طهور‬
“Apabila diantara kalian berpuasa, berbukalah dengan kurma, jika
tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci”8

4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya


menambah kekuatan ketika puasa.

‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( تَ َس َّحرُوا فَ إ ِ َّن فِي‬:‫ك رضي هللا عنه قَا َل‬ ِ ‫َوع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬ ) ً‫بَ َر َكة‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫اَل َّسح‬ 
‫ُور‬

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu‘anhu bahwa Rasulullah


Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Makan sahurlah kalian,
karena sesungguhnya dalam makan sahur itu ada berkahnya."9

5. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.


6. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.
7. Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau
mengajar).10

6. Halangan Puasa
Beberapa uzur (halangan) yang membolehkan berbuka (tidak berpuasa),
yaitu :
1. Sakit dan menderita kepayahan yang sangat.
Beberapa uzur atau halangan yang membolehkan orang yang berpuasa,
berbuka atau membatalkan puasanya diantaranya ialah sakit. Apabila
orang yang berpuasa jatuh sakit dan ia merasa khawatir bertambah
8

10
sakit jika berpuasa atau ia khawatir terlambat kesembuhannya, atau ia
malah menderita kepayahan yang sangat jika berpuasa maka ia
diperbolehkan berbuka.
2. Khawatirnya wanita hamil dan wanita menyusui terhadap bahaya bila
berpuasa.
Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpa
bahaya akibat berpuasa yang kelak akan menimpa pada diri mereka
dan anak mereka sekaligus, atau pada dirinya saja, atau pada anak
mereka saja, maka mereka diperbolehkan tidak berpuasa(berbuka).
3. Berbuka sebab bepergian.
Diperbolehkan berbuka (tidak berpuasa) bagi orang yang bepergian
dengan syarat berpergiannya itu dalam jarak yang jauh.
4. Puasa wanita yang sedang haidh dan nifas.
Apabila wanita yang sedang berpuasa datang bulan atau haidh, atau
nifas, maka wajiblah berbuka dan haramlah baginya berpuassa. Jikalau
ia memaksakan diri berpuasa, maka puasanya adalah batal dan dalam
hal ini ia berkewajiban meng-qadha’.
5. Orang yang ditimpa kelaparan atau kehausan yang sangat.
Adapun kelaparan dan kedahagaan yang sangat yang dengan kedua-
duanya itu seorang seseorang tidak kuat berpuasa, maka bagi orang
yang tertimpa hal seperti itu boleh berbuka dan ia berkewajiban meng-
qadha’.
6. Orang yang sudah lanjut usia.
Orang yang telah berusia lanjut, yang tidak kuat melakukan puasa pada
seluruh masa dalam setahun, ia boleh berbuka, artinya ia boleh tidak
berpuasa Ramadhan, tetapi ia berkewajiban membayar fidyah, yaitu
memberi makan orang miskin. Orang yang sudah lanjut usia tidak
berkewajiban meng-qadha’. Sebab sudah tidak mampu melakukan
puasa.

7. Orang yang ditimpa penyakit gila disaat berpuasa.


Apabila orang yang berpuasa ditimpa penyakit gila, meskipun hanya
sekejap mata, maka ia tidak berkewajiban berpuasa dan puasanya tidak
sah. Kewajiban atas meng-qadaha’ puasanya itu dijelaskan oleh Imam
Syafi’i sebagai berikut: “Bila ia sengaja dengan penyakit gilanya
misalnya di malam harinya secara sengaja memakan sesuatu benda
yang pagi harinya bisa menghilangkan akalnya, maka ia berkewajiban
meng-qadha’ hari-hari dimana ia gila. Tetapi kalau ia tidak bersengaja
gila, maka ia tidak berkewajiban meng-qadha’.
B. MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN PUASA?

Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan
kepada tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa
Ramadhan itu ibadah yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin yakni
sebagai berikut.
Firman Allah Subhanahuwata’ala :
ِّ ‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا ُكتِ َب َعلَ ْي ُك ُم‬
۰ َ‫الصيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَي الَّ ِذيْنَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
(Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” 11
Sabda Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam :
‫ا ِء‬RRَ‫ َوإِ ْيت‬٬‫اَل ِة‬R ‫الص‬
َّ ‫ام‬R ُ ‫ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬٬ُ‫هَ اِاَّل هللا‬R ‫ َها َد ِة أَنْ آلاِل‬R ‫ش‬
ِ Rَ‫ َوإِق‬٬ِ‫ ْو ُل هللا‬R ‫س‬ َ :‫س‬ ٍ ‫اَل ُم َعلَي َخ ْم‬R ‫س‬ْ ‫بُنِ َي ْا ِإل‬
۰‫ت‬ ِ ‫ َو َح ِّج ا ْلبَ ْي‬٬ َ‫ضان‬ َ ‫ َو‬٬‫ال َّز َكا ِة‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬
“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan dan naik haji ke Baitullah.”12
Pada ayat tersebut, Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan bahwa kita
diwajibkan berpuasa agar kita dapat disebut sebagai hamba-Nya yang
bertaqwa. Puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas
umat yang terdahulu. Lalu berdasarkan ketetapan hadits tersebut, orang yang
berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia
berpuasa. Seluruh ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah
satu rukun Islam yang lima, karena itu puasa  di bulan Ramadhan adalah wajib
dikerjakan.
Istilah taqwa sering diartikan sebagai “takut kepada Allah”.
Penerjemahan ini tentu saja benar, tetapi ada segi lain yang sangat penting,
yang juga termuat dalam makna terdalam kata taqwa, yaitu segi kesadaran
akan yang Ilahi (rabbanîyah), yaitu pengalaman dan perasaan akan kehadiran
yang Ilahi, yang digambarkan dalam banyak ayat Al-Quran; di antaranya ada
yang menegaskan bahwa “Milik Allah timur dan barat: ke mana pun kamu
11

12
berpaling, di situlah kehadiran Allah”13 Pengalaman akan kehadiran Allah
inilah yang menggambarkan fenomena mengenai orang beriman, yang
“Apabila disebut nama Allah, tergetar hatinya dan bila ayat-ayat-Nya
dibacakan kepada mereka, bertambah kuat keimanannya”14

C. MAKNA SPIRITUAL PUASA

Membicarakan tentang makna spiritual puasa sebenarnya kembali pada


pembahasan pada poin B di muka. Mengapa Allah mewajibkan berpuasa?
Karena makna spiritual puasa berarti berkaitan dengan kejiwaan (rohani)
sementara kejiwaan atau rohani itu sendiri dapat dikaitkan dengan ketaqwaan
orang yang menjalankannya.
Puasa yang hakiki adalah puasa membuahkan ketakwaan. Pada Surah
Al-Baqarah ayat 183 yang sudah ada pada pembahasan sebelumnya  telah
kabarkan hikmah yang agung dan faedah yang mulia berupa diraihnya
ketaqwaan, sedangkan taqwa adalah melakukan ketaatan dan meninggalkan
kemaksiatan. Ibnu Katsir rahimahullah  menjelaskan hikmah diperintahkannya
berpuasa,

‫لما فيه من زكاة النفس وطهارتها وتنقيتها من األخالط الرديئة واألخالق الرذيلة‬

“Di dalam ibadah puasa itu terdapat kesucian jiwa dan kebersihannya
serta mensterilkan dari kotoran yang buruk dan akhlak yang hina”.15 Syaikh
Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan lebih rinci tentang bentuk
ketakwaan yang diperoleh dengan berpuasa, setelah menyebutkan firman
Allah:

َ‫“ لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬Agar kalian bertaqwa”, dengan mengatakan,

‫ ألن فيه امتثال أمر هللا واجتناب نهيه‬,‫فإن الصيام من أكبر أسباب التقوى‬
13

14

15
“Sesungguhnya puasa termasuk salah satu sebab terbesar diraihnya
ketaqwaan, karena di dalam ibadah puasa terdapat bentuk melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.”

,‫ أن الصائم يترك ما حرم هللا عليه من األكل والشرب والجماع ونحوها‬:‫فمما اشتمل عليه من التقوى‬
‫ فهذا من التقوى‬،‫ ثوابه‬,‫ راجيا بتركها‬,‫ متقربا بذلك إلى هللا‬,‫التي تميل إليها نفسه‬.

“Yang termasuk dalam cakupan taqwa (yang terdapat dalam ibadah puasa
ini, pent.) adalah bahwa seorang yang berpuasa meninggalkan perkara yang
diharamkan oleh Allah berupa makan, minum, bersetubuh, dan lainnya yang
disenangi oleh nafsunya dengan niat mendekatkan dirinya kepada Allah,
mengharap pahala-Nya dengan meninggalkan perkara-perkara tersebut,
maka ini termasuk bentuk ketakwaan.”

‫ لعلمه‬,‫ مع قدرته عليه‬,‫ فيترك ما تهوى نفسه‬,‫ أن الصائم يدرب نفسه على مراقبة هللا تعالى‬:‫ومنها‬
‫باطالع هللا عليه‬،

“Di antara bentuk-bentuk ketakwaan dari ibadah puasa ini adalah bahwa
orang yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh
Allah Ta’ala, sehingga ia meninggalkan sesuatu yang disukai dirinya,
padahal ia memiliki kemampuan untuk melakukannya, karena ia meyakini
bahwa Allah mengawasinya.”

‫ يضعف‬,‫ فبالصيام‬,‫ فإنه يجري من ابن آدم مجرى الدم‬,‫ أن الصيام يضيق مجاري الشيطان‬:‫ومنها‬
‫ وتقل منه المعاصي‬,‫نفوذه‬،

“Di antaranya juga bahwa puasa itu menyempitkan jalan-jalan setan dalam
tubuh manusia, karena setan berjalan dalam diri keturunan Nabi Adam
-‘alaihis salam- di tempat aliran darah. Maka dengan puasa melemahkan
kekuatan setan dan menjadi sedikit kemaksiatan karenanya.”

‫ والطاعات من خصال التقوى‬,‫ تكثر طاعته‬,‫ أن الصائم في الغالب‬:‫ومنها‬،


“Di antaranya pula bahwa orang yang berpuasa pada umumnya banyak
melakukan ketaatan, sedangkan ketaatan adalah bagian dari ketaqwaan.”

Dari paparan singkat tafsir di atas, dapat dilihat bahwa puasa menjadi
salah satu jalan kita menuju Allah, untuk menyucikan jiwa, membersihkan
kotoran dan akhlak yang hina, diri yang selalu merasa diawasi oleh Allah
sehingga selalu berpikir sebelum bertindak-melakukan maksiat, hingga
tercapailah derajat taqwa. Ada korelasi yang erat antara puasa, taqwa dan
spiritual.

D. PUASA DAN PEMBENTUKAN INSAN BERKARAKTER

Ketika Allah memerintahkan puasa bagi hamba-Nya, yang dalam


literal Arab dikenal dengan “shaum” atau “shiyam”, sebenarnya Dia sekaligus
mengajak hamba tersebut untuk ‘meng-up grade’ kualitas kehidupannya.
Kehidupan yang dimaksud tak sekedar dimensi ibadah sakral keagamaan yang
terkait pribadiya dengan Sang Pencipta, namun sekaligus bidang interaksi
sosial sesama manusia, termasuk cara bertutur kata, bersikap dan bertindak.
Tujuan puasa yang hakekatnya mengajak kita untuk menggandakan
kualitas hidup, meningkatkan kearifan dan kedewasaan, bisa kita cermati dari
sederet hadits yang mengungkapkan gambaran puasa. Pernyataan Rasulullah
agar kita ‘meng-up grade’ diri melalui media puasa banyak bertebaran dalam
antologi puasa.
Ketika kita menerima umpan kata jorok dan kotor, padahal kita sedang
berpuasa, Rasulullah mengisyaratkan kita agar tidak terpancing emosi dengan
membalas yang serupa atau bahkan lebih jorok. Beliau tidak memanas-manasi
caci dibalas caci, onar dibalas onar, sarkastis dibalas sarkastis. Namun beliau
mengajak untuk lebih pandai memanajemen emosi dengan memberi saran,
“jawab saja, maaf aku berpuasa”. Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ ُر ٌؤ‬R‫ ْل إِنِّ ْي ا ْم‬Rُ‫هُ فَ ْليَق‬Rَ‫سابَّهُ أَ َح ٌد أَ ْو قَاتَل‬ ْ َ‫ص ْو ِم أَ َح ِد ُك ْم فَالَ يَ ْرفُ ْث َوالَ ي‬
َ ْ‫س َخ ْب فَإِن‬ َ ‫صيَا ُم ُجنَّةٌ فَإ ِ َذا َكانَ يَ ْو ُم‬
ِّ ‫َوال‬
‫صائِم‬
َ

“… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada
hari puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak mendebat.
Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia berkata,
‘Saya sedang berpuasa.”
Sabda Rasulullah untuk tidak membalas sumpah serapah dan makian
yang terkadang membuat hati kita ‘mendidih’, menyiratkan bahwa puasa
mengajak kita untuk pandai-pandai mengelola kecerdasan emosi “(EQ)”,
sekaligus menanamkan pemahaman bahwa ucapan kotor, tindakan emosional
dan kasar perlu dihindari karena efeknya seringkali mengalahkan kearifan diri.
Orang yang puasa, jiwanya pandai mengelola emosi, karena shaum
yang makna aslinya ialah menahan adalah media untuk menahan segala hal
yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya, atau bahkan malah
menjerumuskannya dalam kesia-sisaan dan keangkaramurkaan.
Puasa semsetinya menjadikan seseorang semakin arif dan dewasa. Arif
terhadap Rabbnya, diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pikirannya menjangkau
kesadaran akan ada hari kehausan, kiamat, yang perlu dipersiapkan.
Kesadaran dirinya selalu hidup untuk mengingat ‘alam transendental’ setelah
kematian. Hatinya tersadarkan atas nasib kaum dhuafa yang masih berserakan,
yang mereka hidup tak layak, baik dalam hal makan, minum bahkan perkara
yang lebih besar dari itu. Ia peduli atas nasib ‘masyarakat kere’ yang hidup
terisolir. Merasakan kemeranaan hidup mereka dengan jalan puaasa.
Jika puasa disadari oleh setiap orang, bahwa dengannya adalah media
untuk ‘meng-up grade’ diri menjadi pribadi yang selalu berupaya ke arah yang
lebih baik, baik di bidang hubungannnya kepada Allah, pengelolaan terhadap
emosinya, atau kualitas hubungannya dengan manusia lain, tentu puasa akan
menggaransikan kenikmatan surgawi yang aman dan sejahtera bagi dirinya
sendiri di akhirat kelak. Sekaligus, ia juga dapat turut andil dalam
mengupayakan orang lain agar hidup sejahtera dan sentosa, setelah ia
tersadarkan diri untuk membantu nasib orang yang kurang beruntung lewat
puasanya.
Puasa membentuk diri menjadi insan yang berkarakter.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa puasa merupakan
salah satu rukun islam yang mana diartikan menahan diri dari segala hal yang
membatalkan puasa sejak fajar terbit hingga terbenam dan disertai dengan
niat. Puasa dibagi menjadi tiga macam yaitu puasa wajib, puasa sunnah dan
puasa yang dilarang. Syarat puasa dibagi menjadi dua yaitu syarat wajib puasa
dan syarat sah puasa. Rukun puasa adalah niat dan menahan dari segala hal
yang membatalkannya. Adapula beberapan sunnah yang dapat dilakukan
ketika berpuasa dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Sebagai rukun islam, puasa diwajibkan oleh Allah agar kita menjadi
seorang yang bertaqwa. Dengan berpuasa, kita dapat memetik hikmah yang
akan berpengaruh pada diri. Berpuasa dapat mengolah dan mengkontrol
rohani, jasmani dan sosial sehingga menjadikan kita sebagai insan yang
berkarakter.

B. SARAN
Sebagai makhluk ciptaan Allah ‘Azza wa Jalla yang telah diberikan
akal yang berbeda dengan makhluk lainnya, maka hendaknya kita betul-betul
berusaha untuk belajar dan mengimplementasikan ilmu ibadah kita dengan
baik dan benar, yang mana haruslah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits,
bukan hanya berdasarkan hawa nafsu belaka. Sehingga ibadah yang kita
lakukan diridhoi Allah, sesuai dengan perintah-Nya.

Anda mungkin juga menyukai