Metodologi Penelitian - Deni Prabowo
Metodologi Penelitian - Deni Prabowo
( PUTIH TELUR )
Disusun Oleh:
DENI PRABOWO
NIM : 321710020
FAKULTAS TEKNIK
BEKASI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Penelitian dan menyelesaikan laporan metodologi penelitian ini,
yang berjudul “Pembuktian Penggunaan Putih Telur Pada Campuran Agregat Bangunan Dapat
MenambAH Kekuatan Bangunan ” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan
mata kuliah Kerja Praktek bagi mahasiswa arsitektur Universitas Pelita Bangsa.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian, bantuan,
Ibu Retno Fitri Astuti, S.T., M.T., Selaku Dosen Metodologi Penelitian
Penulis mengakui bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan, dengan dasar itu kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat
penulis harapkan dari semua pihak terhadap laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi
Penulus
DENI PRABOWO
ii
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENBAHULUAN 1
2.1 Agregat 7
2.1.1 Pengertian 7
2.1.2 Jenis – Jenis Agregat 7
2.1.3 Klasifikasi Agregat 10
2.2 Telur 11
2.2.1 Pengertian 11
3.1 Metode 13
3.2 Tempat Penelitian 13
iii
3.3 Alat dan Bahan Penelitian 13
3.3.1 Alat 13
3.3.2 Bahan Penelitian 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian 17
BAB IV PEMBAHASAN 19
5.1 Kesimpulan 22
5.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak hal yang menarik dan unik jika membicarakan bangunan tua, terlebih
dari segi aristektur. Dengan material seadanya, orang zaman dahulu mampu
Tak hanya di luar negeri, Indonesia juga memiliki banyak bangunan megah
berusia tua yang menjadi bagian dari peradaban. Berbekal teknologi seadanya, manusia
pada masa lalu mendirikan bangunan dengan proses dan teknik yang mungkin bikin
Anda terperangah. Salah satu keunikan proses mendirikan bangunan di Indonesia yaitu
Biasanya, cairan bening dan kental dari telur itu dikombinasikan dengan kapur
dan dijadikan sebagai perekat pengganti semen. Mengingat, produksi semen baru
(NV NIPCM) atau dikenal dengan nama PT Semen Padang. Pabrik semen tertua di
bangunan. Meski tidak diketahui kapan dan siapa pencetusnya, penggunaan putih telur
Berikut adalah salah satu contoh bangunan tua yang menggunakan putih telur
1
2
Masjid Sultan Riau dibangun sekitar tahun 1761 hingga 1812. Saat itu,
Gambar 1.1
Sumber gambar:
Medcom.id
bahan bangunan hingga makanan. Saat itu, makanan yang paling banyak
Tidak ingin terbuang sia-sia, putih telur itu pun dimanfaatkan sebagai
bahan perekat. Saat itu, cairan bening itu dikombinasikan dengan pasir dan kapur.
Ternyata campuran tersebut mampu membuat Masjid Sultan Riau berdiri kokoh
Jam Gadang tidak hanya unik dari segi penunjuk waktu yang berada di
Gambar 1.2
Sumber :
Jam Gadang dibangun pada 1926 sebagai hadiah Ratu Belanda kepada
Sekretaris Fort de Kock Rook Maker. Bangunan setinggi 26 meter itu diarsiteki
adukan putih telur, kapur dan pasir. Uniknya lagi, Jam Gadang tidak menggunakan
besi penyangga.
tentang bagaimana Pembuktian penggunaan putih telur pada campuran agregat dapat
3. Mahasiswa dapat mempelajari teori teori baru yang berbeda dari teori yang
4. Mahasiswa dapat ilmu baru mengenai tata cara dan prosedur penelitian yang baik
dan benar.
Alamat :-
mahasiswa dapat melakukan penelitian sekitar sebih dari 5 bulan. Waktu yang
Guna memperoleh gambaran yang jelas dan sistematis, maka hasil perancangan
disajikan ke dalam lima (5) bab dengan menggunakan sistematika dan uraian sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan
laporan.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agregat
2.1.1 Pengertian
Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa
sekumpulan batu pecah, kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya.
Agregat merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan beton yang
beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat
a. Agregat Halus
Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5 % dari
berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran
butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan
agregat halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan dan
7
8
pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan
partikel butir lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan
9,5 mm 100
4,76 mm 95 – 100
2,36 mm 80 – 100
1,19 mm 50 – 85
0,595 mm 25 – 60
0,300 mm 10 – 30
0,150 mm 2 – 10
Table 1.1
b. Agregat Kasar
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
9ndustry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4)
Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu
pecah dengan partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan
37,5 mm.
nominal 19 mm
Pemisahan ukran
25 100
19 90 – 100
9,5 20 – 55
4,75 0 – 10
2,36 0–5
Table 1.2
Gambar 1.3
Sumber : https://www.dataarsitek.com
a. Agregat berat
isi >2400 kg/m3 yang bertujuan untuk menahan radiasi yang berbahaya bagi
(BaSO4) dengan berat isi 4,15-4,45 t/m3, dan butirannya seberat 6,80-7,60
t/m3.
b. Agregat normal
Agegat normal ini yaitu jenis agregat dengan berat isi antara 300-1800
kg/m3. Kegunaan dari beton normal yaitu untuk membuat beton tanpa
c. Agregat ringan
Agregat ringan dapat berasal dari sumber daya alam atau hasil dari olahan
manusia. Sumber daya alam yang besar adalah material vulkanik. Buatan
Agregat ringan mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang dari berat
tersebut. Tujuan dari agregat ringan untuk membuat beton dengan tujuan
khusus. Agregat ringan ini berupa batu tulis, terak pecah, tanah foamed,
batu apung dan yang berupa hasil olahan manusia seperti bola plastik ± 6
kedua agregat ringan tersebut telah diteliti dan layak digunakan sebagai
agregat ringan.
2.2 Telur
2.2.1 Pengertian
dan mempunyai susunan protein yang lengkap, akan tetapi lemak yang
Menurut Sarwono (1995), telur ayam ras memiliki fisik terdiri dari 10%
kerabang (kulit telur, cangkang), 60% putih telur dan 30% kuning telur. Akan
tetapi Suprapti (2002) mengatakan bahwa secara umum telur terbagi atas tiga
komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11% dari bobot tubuh), putih
telur (57% dari bobot tubuh) dan kuning telur (32% dari bobot tubuh).
12
Gambar 1.4
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Telur
Putih telur yang bersifat lengket dan mudah sekali mengeras di manfaatkan oleh
bangunan. Meski tidak diketahui kapan dan siapa pencetusnya, penggunaan putih telur
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
telur pada campuran agregat dapat menambah kekuatan bangunan. Metode penelitian
ini dilakukan dengan cara membandingkan kuat tekan beton biasa dengan beton yang
akan di campurkan dengan putih telur, dengan cara membandingkan kuat tekan yang
benda uji juga di lakukan ditempat tinggal penulis, dan benda uji juga dibuat dengan
3.3.1 Alat
Ember
dan kasar supaya menjadi bahan beton untuk nantinya di jadikan objek
penelitian.
13
14
Gambar 1.5
Sendok
menjadi satu sampai menjadi bahan beton yang nantinya akan menjadi
Gambar 1.6
Cetakan
Cetakan disini dibuat dari karton plastic untuk mencetak bahan yang
sudah dicampur sebelumnya lalu bahan yang sudah di cetak akan di tunggu
Semen ( PPC )
Semen yang digunakan pada penelitian kali ini adalah semen kiloan
yang bias di beli di toko material dengan jenis Tiga Roda yang sudah
Gambar 1.7
Agregat
agregat yaitu agregat halus berupa pasir sungai dan agregat kasar berupa
batu split.
16
Gambar 1.8
Gambar 1.9
Air
Telur
Gambar 1.10
Metode penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan kuat tekan beton
biasa dengan beton yang akan di campurkan dengan putih telur, dengan cara
PEMBAHASAN
Sebel masuk ketahap pengujian, penelitian ini akan menggunakan bahan uji
sebanyak 2 buah bahan uji persegi dengan ukuran 15 cm X 15 cm hal yang pertama
3. Siapkan semen
4. Dan air
2. Setelah adukan beton sudah siap masukan adukan kedalam cetakan persegi
sampai merata.
4. Agar tida tertukar masing – masing benda uji di berikan kode berupa angka 1 (
satu ) dan 2 ( dua ) untuk benda uji dengan campuran putih telur diberi kode
dengan angka 1 ( satu ) sedangkan benda uji biasa di beri kode dengan angka 2 (
dua ).
19
20
Pelaksanaan uji kuat tekan beton, perlu dilakukan pemeriksaan berat jenis beton
terlebih dahulu. Prosedur pengujian kuat tekan beton mengacu pada SNI -03-0691-
a) Mengukur dan mencatat dimensi benda uji persegi beton setelah 28 hari.
Benda Uji 1 15 X 15 cm
Benda Uji 2 15 X 15 cm
Table 1.3
Dengan demikian dimensi beton pada benda uji memiliki demensi yang sama
yaitu 15 x 15 cm .
b) Menimbang dan mencatat berat benda uji persegi sebelum dilakukan pembebanan.
Tabel 1.4
Dengan demikian berat beton pada benda uji memiliki selisih 78 gram.
21
c) Meletakan benda uji persegi pada alat penekan dan diatur posisinya agar tepat
d) Pembebanan dilakukan secara perlahan – lahan dengan alat hummer test sampai
Gaya Tekan
No Kode
Tanpa Putih Telur Dengan Putih Telur
1 1 8214
2 2 10071
Selisih 1857
Tabel 1.5
Setelah pengujian dilakukan maka adan dihasilkan angka dari kedua benda uji
yang mana angka tersebut akan menjadi tolak ukur perbedaan dan menjadi kesimpulan
dari pengujian kuat tekan beton biasa dan yang menggunakan campuran putih telor.
Berdasarkan hasil hasil uji kekuatan yang ada, masing masing benda uji
memiliki kekuatan yang berbeda dengan tembahan putih telur akan menghasilkan kuat
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
menghasilkan gaya tekan yang lebih besar dibanding tanpa menggunakan putih telur,
akan tetapi penggunaan putih telur pada campuran beton membutuhkan waktu kering
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bias menjadi suatu pembelajaran bagi
penulis dan juga pembaca. Bila suatu saat ditemukan kesalahan diharapkan aka nada
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini di peroleh saran sebagai berikut : sebaiknya dilakukan
penelitian dahulu mengenai pengaruh suatu material terhadap kuat tekan beton sebelum
22
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Kurniati, (2011). Uji Kekuatan Matrial dengan Injeksi Putih Telur. Jurnal
SNI 1970-2008 Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
23