Kep - Jiwa Kel. 6 Isolasi Sosial - 3 B Perawat
Kep - Jiwa Kel. 6 Isolasi Sosial - 3 B Perawat
Dosen Pembimbing :
3 B KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................3
BAB II : TINJAUAN TEORITIS....................................................................................5
2.1 Konsep Isolasi Sosial..................................................................................5
2.1.1 Pengertian...................................................................................................5
2.1.2 Etiologi........................................................................................................6
2.1.3 Patopsikologi.............................................................................................11
2.1.4 Pohon Masalah Isolasi Sosial.....................................................................14
2.1.5 Manifestasi Klinis......................................................................................15
2.1.6 Mekanisme Koping....................................................................................16
2.1.7 Komplikasi.................................................................................................17
2.1.8 Penatalaksanaan.......................................................................................17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial...........................................................22
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................22
2.2.2 Masalah Keperawatan.....................................................................................24
2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................27
2.2.4 Implementasi Keperawatan ......................................................................31
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................32
ii
BAB III : PENUTUP......................................................................................................34
3.1 Kesimpulan...............................................................................................34
3.2 Saran.........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
signifikan di dunia, termasuk di Indonesia, menurut data WHO (World Health
Organization) (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial, dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang.
Menurut Darmawan dan Rusdi (2013), Isolasi Sosial : Menarik Diri adalah
keadaan dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan menarik diri adalah
meningkatkan percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan
orang lain, misalnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan pasien lain,
memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain, sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan
2
interaksi sosial pasien.Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial.
3
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan karya tulis ilmiah pada asuhan keperawatan
pada pasien dengan Isolasi Sosial.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain
dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian
yang dialami individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang
Damaiyanti, 2012).
(DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial merupakan upaya Klien
dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011).
5
dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama.
2.1.2 Etiologi
individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan
ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar
a. FaktorPredisposisi
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
a) Masa Bayi
yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini
6
timbul dua masalah yang penting yaitu:
1) Cara mengasuhbayi
terhadap lingkungan.
2) Cara memberimakan
b) Masa AnakPrasekolah
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan tumbuh disiplin dan
1) Hubunganorangtua-anak
2) Perlindungan yangberlebihan
3) Otoritas dandisiplin
4) Perkembanganseksual
5) Agresi dan carapermusuhan
6) Hubungankakak-adik
7) Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan
c) Masa AnakSekolah
pesat. Pada masa ini anak akan mulai memperluas pergaulan, keluar dari
7
batas-batas keluarga. Masalah- masalah penting yang timbul adalah:
1) Perkembanganjasmani
d) Masa Remaja
pihak lain belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab
e) Masa DewasaMuda
gangguan-gangguanjiwa.
f) Masa DewasaTua
Sebagai patokan, pada masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan
adalah:
1) Menurunnya keadaanjasmani
2) Perubahan susunankeluarga
8
3) Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang Baru
g) Masa Tua
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini yaitu
cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman
tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima
pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi
3. Faktor SosialBudaya
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma- norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana
sosial.
9
4. Faktor Biologis
lesi pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia
Menurut Singgih dalam Yosep (2009), gangguan mental dan emosi juga
cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang
ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran,
10
endokrin seperti tiroid, keracunan CO (Carbon Monocide) serta perubahan-
(Yosep,2009).
b. FaktorPresipitasi
juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
2. StressorPsikologi
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
2.1.3 Patopsikologi
Menurut Stuart and Sundeen (2007) dalam Ernawati (2009). Salah satu
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa di alami klien
11
kekecewan, dan kecemasan.
dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive
antara lain pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
2009).
12
Sumber: Yosep (2009)
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari
Adaptif Maladaptif
Manipulasi,
Menyendiri, Otonomi, Kesepian, menarik
impulsif,
kebersamaan, saling diri,
narsisme
ketergantungan ketergantungan
a. ResponAdaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
13
yang saling membutuhkan satu samalain.
b. Respon Maladaptif
menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini
2. Isolas iSosial
14
Bagan 2.1.4 Pohon Masalah
Effect
Core Problem
Causa
Menurut Yosep (2009)tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat
dari dua cara yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala
1. Gejala subjektif
15
g. Klientidak mampu berkonsentrasi dan membuatkeputusan.
h. Klienmerasa tidakberguna.
4. Gejala objektif
b. Tidak mengikutikegiatan.
f. Kontak matakurang.
g. Kurangspontan.
h. Apatis
j. Mengisolasidiri
l. Aktivitasmenurun.
16
Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting
(memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu
ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan
sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan
dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku
mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial
antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi
okupasi, rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf,2019).
1. Terapi Farmakologi
a. Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan titik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari,
tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya untuk pemakaian
17
jangkapanjang.
b. Haloperidol(HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi
dan inhibisi prikomotor, gangguan otonomik.
c. Trihexy Phenidyl(THP)
Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis
dan idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan
fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan
otonomik.
2. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur
kepada pasien (Videbeck, 2012).
3. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien(Videbeck, 2012). Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk
terapi yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada kliensecara tatap
muka perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Zakiyah,2018).
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat
kepada klien dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP).
Dalam pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang
18
paling penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara
perawat dank klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus
19
Sesi7 : Klienmampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat
kegiatan TAKS yang telahdilakukan.
5. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri
seseorang, dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi
yang dapat dilakukan di rumah sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi,
dan terapi membuat kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam keterampilan dan bersosialisasi (Elisia, 2014).
6. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga banyak
manfaat. Misalnya angkat rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti
kegiatan keagamaaan lebih rendah bila dibandingan dengan mereka yang
tidak mengikutinya (Dadang, 1999 dalam Yosep 2009). Menurut Zakiah
Darajat, perasaan berdosa merupakan faktor penyebab gangguan jiwa yang
berkaitan dengan penyakit-penyakit psikosomatik. Hal ini diakibatkan karena
seseorang merasa melakukan dosa tidak bisa terlepas dari perasaan tersebut
(Yosep, 2009).
Penerapan psikoreligius terapi di rumah sakit jiwa menurut Yosep (2009)
meliputi:
a. Perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang agamanya/
kolaborasi dengan agamawan ataurohaniawan.
b. Psikoreligius tidak diarahkan untuk mengubah agama Kliennya tetapi
menggali sumber koping.
c. Memadukan milieu therapy yang religius; kaligrafi, ayat-ayat, fasilitas
ibadah, buku- buku, music/lagukeagamaan.
Dalam terapi aktifitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk
d. pasien rehabilitasi.
20
e. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat hidup
didunia, dan sebagainya.
Untuk klien dengan isolasi sosial terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari
aspek auto- sugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religius seperti sholat,
dzkir, dan berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi sugesti
positif kepada diri klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin terhadap diri
sendiri (Thoules, 1992 dalam Yosep, 2010). Menurut Djamaludin Ancok
(1989) dan Ustman Najati (1985) dalam Yosep (2009) aspek kebersamaan
dalam shalat berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik, dapat
menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil dan tidakditerima.
7. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi
okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis,
menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung
3-6 bulan (Yusuf,2019).
21
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
22
4. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
b. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan
hubunga sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
c. kenyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spritual).
d. Konsep diri
6. citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh,
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang mengungkapkan
keputuasaan, mengungkapkan ketakutan.
7. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.
8. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
9. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
10. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai
diri, dan kurang percaya diri.
23
11. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
12. Kebutuhan persiapan pulang.
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
Kamar mandi dan jamban, merapihkan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
13. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping
menarik diri).
14. Asfek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi
psikomotor, terapi okopasional, TAK, dan rehabilitas.
24
1. Pohon masalah
Effect
Core Problem
Causa
25
2.2.3 Intervensi Keperawatan Damaiyanti, M & Iskandar (2012. 62)
Diagnosa Perencanaan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Isolasi TUM : Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
Sosial : Klien dapat bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan
Menarik berinteraksi menunjukkan rasa komunikasi terapeutik: dasar untuk
Diri dengan orang senang, ada kontak a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal kelancaran hubungan
lain. mata, mau berjabat maupun non verbal interaksi selanjutnya
tangan, mau b. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 : menyebutkan nama, c. Tanyakan nama lengkap klien & nama
Klien dapat mau menjawab panggilan yang disukai klien
membina salam, klien mau d. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling duduk berdampingan e. Jujur dan menepati janji
percaya. dengan perawat, mau f. Tunjukkan sikap empati dan
mengutarakan menerima klien apa adanya
masalah yang di g. Beri perhatian pada klien dan perhatian
hadapi. kebutuhan dasar pasien
TUK 2 : Klien dapat 1. Kaji perilaku klien tentang perilaku Diketahuinya
Klien dapat menyebutkan menarik diri dan tanda-tandanya. penyebab akan dapat
menyebutkan penyebab menarik 2. Beri kesempatan kepda klien untuk dihubungkan dengan
penyebab diri yang berasal mengungkapkan perasaan penyebab faktor resipitasi yang
menarik diri. dari: menarik diri atau tidak mau bergaul. dialami klien.
- Diri sendiri 3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku
- Orang lain menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
- Lingkungan yang muncul.
26
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 : Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien tentang Terbiasa membina
Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan hubungan yang sehat
menyebutkan keuntungan dengan orang lain. dengan orang lain.
keuntungan berhubungan dengan 2. Beri kesempatan klien untuk
berhubungan orang lain mengungkapkan perasaannya tentang
dengan orang keuntungan berhubungan dengan orang
lain, dan lain.
kerugian tidak 3. Diskusikan bersama klien tentang
berhubungan keuntungan berhubungan dengan orang
dengan irang lain.
lain. 4. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan pengungkapan perasaan
tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
27
4. Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan pengungkapan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
28
mengungkapkan perasaannya setelah dengan orang lain. mendukung terhadap
perasaannya berhubungan dengan 2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan proses perubahan
setelah orang lain : manfaat berhubungan dengan orang lain. perilaku.
berhubungan - Diri sendiri Beri reinforcement positif atas
dengan orang - Orang lain. kemampuan klien mengungkapkan
lain. manfaat berhubungan dengan orang lain.
memanfaatkan
obat dengan baik.
29
2.2.4 Implementasi Keperawatan Damaiyanti, M & Iskandar (2012. 69)
Melakukan Sp 1 pasien :
1. Mengidentifikasi penyebab Isolasi Sosial
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan bila berhubungan
dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
4. Mengajarkan klien cara berkenalan
5. Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berkenalan
kedalam kegiatan harian.
Melakukan Sp 2 pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Memberikan kesempatan pada klien memperaktikan cara
berkenalan.
3. Mengajarkan klien berkenalan dengan orang pertama (seorang
perawat)
4. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan
harian.
Melakukan Sp 3 pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Memberikan kesempatan kepada klien memperaktikan cara
berkenalan dengan orang pertama
3. Melatih klien berinteraksi secara bertahap (Berkenalan dengan
orang kedua seorang klien)
4. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan
harian.
30
2.2.5 Evaluasi Keperawatan Damaiyanti, M & Iskandar (2012. 69)
31
SP 2 P SP 2 K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikan
harian pasien. cara merawat klien dengan Isolasi
2. Memberikan kesempatan kepda Sosial
klien memperaktikan cara 2. Melatih keluarga memperaktikkan
berkenalan dengan satu orang cara merawat langsung klien
3. Membantu klien memasukan Isolasi Sosial.
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
SP 3 P SP 3 K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 3 Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas dirumah termasuk
2. Memberikan kesempatan kepada minum obat (discharge planning)
klien mempraktikan cara berkenalan 4 Menjelaskan follow up pasien
dengan dua orang atau lebih setelah pulang
3. Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di kemukakan dari penulisan ini yaitu
melalui proses keperawatan seperti pengkajian, anaisa masalah, diagnosa
keperawatan, intervensi, implemntasi dan evaluasi keperawatan pada
pasien dengan isolasi sosial. Pengkajian yang peneliti lakukan yaitu
menggunakan format pengkajian keperawatan jiwa yang menggambarkan
data objektif dan data subjektif meliputi biodata, faktor predisposisi,
faktor presipitasi, psikososial, sumber koping, mekanisme koping, status
mental, peilaian terhadap stresor, peengetahun dan aspek medis.
Dalam menengakkan diagnosa keperawatan penulis menggunakan
NANDA (North American Nursing Diagnosa Assoctation) untuk
pengelompokan Isolasi Sosial. Rencana tindakan yang penulis lakukan
adalah membangun hubungan saling percaya, memahami penyebab
isolasi, dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak
bersosialisasi, dan memulai interkasi dengan berkenalan. Dengan tujuan
menunjukan respon dengan memahami penyebab isolasi, mampu
menyebutkan keuntungan dan kerugian, dan memulai berinteraksis
dengan berkenalan.
3.2 Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut :
1. Bagi Praktisi Keperawatan
Bagi praktisi keperawatan lebih baik dapat menekankan
membangun hubungan saling percaya dan dapat menggunakan interaksi
sosial secara kognitif, afektif, dan perilaku secara bertahap.
33
sumber dalam mengatasi klien dengan isolasi sosial dan lebih menekan
kembali pada afek kognitif, afektif, dan perilaku.
34
DAFTAR PUSTAKA
35