Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Khalifah-Khalifah Abbasiyah Yanga Terkenal dan


Kebijakan Pemerintahan Abbasiyah

Disusun Oleh :
Kelompok 5 SKI XI MIPA 3
Anggota :
• Dhini Rezky Lestari • Maghfira Anggraeni Usman
• Aulia Rabina Larasati • Nur Adrianto Evan Saputra
• Nur Afiat Amir • Sumarni
• Sahruni

MAN JENEPONTO Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬


ْ ِ‫ب‬

PUji Syukur kami ucapkan kepada Allah swt., karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok mata pelajaran sejarah wajib. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
baginda Rasulullah saw. beserta keluarga dan para sahabat-sahabat beliau yang
dirahmati oleh Allah swt.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam proses pembuatan makalah ini, seperti sumber informasi dari artikel
maupun jurnal dengan mencantumkan link sumber informasi pada halaman
daftar Pustaka. Terima kasih pula kepada ustadz selaku guru mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam yang telah menerangkan materi serta mengarahkan
dalam pembuatan tugas ini.
Kami sangat bersyukur atas makalah yang kami buat ini dengan mengangkat
rumusan masalah tentang “Khalifah-Khalifah bani Abbasiyah Yang Terkenal Serta
Kebijakan Pemerintahannya” dapat selesai atas kerja sama tim kelompok.
Demikian pula kami sebagai insan yang memiliki keterbatasan memerlukan
kriktikan dan saran yang membangun agar kedepannya dapat membuat dan
menyusun penulisan yang baik dan benar serta bermanfaat bagi orang lain
maupun sebagai pembelajaran bagi diri pribadi.

Jeneponto, 15 Januari 22
DAFTAR ISI
Cover Makalah…………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..iii
Bab 1 : Pendahuluan….…………………………………………………………………….
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………2
C. Tujuan…………………………………….………………………………………………….2
D. Manfaat………………………………………………………………..……………………2
Bab 2 : Pembahasan / Isi………………………………………………………………….
A. Khalifah Daulah Abbasiyah Yang Pernah Berkuasa……………………..3
B. Khalifah Daulah Abbasiyah Yang Terkenal Beserta
Kebijakan pemerintahan…………………………………………………………….4
1. Abu Ja’far Al-Manshur (136-158 H)…………………………………………………4
2. Harun Al-Rasyid (170-193 H)…………………………………………………………..6
3. Abdullah Al-Makmun (198 – 218 H)………………………………………………..7
4. Al-Muktasim Billah (218 – 227 H)……………………………………………………9

C. Penutup……………………………………………….......................................11
A. Kesimpulan…………………………………..……………………………………….….11
B. Kritik dan Saran………………………………….……………..........................12
Daftar Pustaka………………………………………………….…………………….…….13
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa kekhilafahan Bani Abbasiyah terdapat masa-masa keemasan yang
menjadikan peradaban Islam berkembang begitu pesat. Pemerintahan monarki
yang berdiri selama sekitar 5 abad lebih ini, mulai tahun 750-1258M (132-590H)
telah mengukir sebagian sejarah kerajaan Islam dunia pada masa lampau.
Beberapa khalifah yang unggul dan cakap dalam memimpin berhasil membawa
kejayaan khilafah Islam dari beberapa khalifah yang berkuasa pada masa itu.
Sekitar 37 khalifah yang berkuasa pada masa Daulah Abbasiyah, memiliki pola
dan kebijakan pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial dan budaya. Hal tersebut pula yang mempengaruhi seberapa unggul
kualitas kepemimpinan mereka.
Pada masa ini kejayaan Islam telah dikenali dan menyebar hampir ke seluruh
penjuru dunia. Mulai dari dunia Timur hingga Barat. Umat Islam benar-benar
berada di puncak keemasan dan dapat memimpin peradaban dunia pada masa
itu. Hal tersebut dapat dicapai karena gaya kepemimpinan Abbasiyah yang lebih
berkembang dan sebelumnya tidak diterapkan pada masa Bani Umayyah.
Selain itu, masa The Golden Age ini dapat dirasakan karena kemajuan
pemerintahan yang disetarakan dalam semua aspek, terutama pada bidang ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan berperan penting sebagai fondasi pembangunan
dalam semua kejayaan yang terukir dalam semesta.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, dapat diangkat rumusan masalah
mengenai apa saja bentuk kebijakan pemerintahan pada masa Daulah Abbasiyah?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
penugasan kelompok mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Tujuan lainnya adalah sebagai bahan rujukan dan informasi mengenai khalifa-
khalifah yang berperan penting dalam membawa kejayaan Islam pada masa
Daulah Abbasiyah.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini di antaranya sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui masa keemasan Daulah Umayyah
2. Dapat mengetahui system politik kebijakan pemerintahan Daulah Umayyah
4. Dapat mengetahui faktor-faktor pendukung kepemimpinan Daulah Umayyah
BAB 2
PEMBAHASAN / ISI

A. Khalifah Daulah Abbasiyah Yang Pernah Berkuasa

1. Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad 20. Abul Abbas Ar-Radi (934 - 940 M)
As-Saffah (750 - 754 M) 21. Abu Ishaq Al-Muttaqi (940 - 944 M)
2. Abu Ja'far Al-Manshur (754 – 775 M) 22. Abdullah Al-Mustakfi (944 - 946 M)
3. Abu Abdullah Al-Mahdi (775 – 785 M) 23. Abul Qasim Al-Muti' (946 - 974 M)
4. Abu Muhammad Al-Hadi (785 – 786 M) 24. Abdul Karim At-Ta'i (974 - 991 M)
5. Harun Al-Rasyid (786 – 809 M) 25. Ahmad Al-Qadir (991 - 1031 M)
6. Abu Musa Al-Amin (809 – 813 M) 26. Al-Qa'im (1031 - 1075 M)
7. Abu Abbas Al-Makmun (813 – 833 M) 27. Abul Qasim Al-Muqtadi
8. Abu Ishaq Al-Mu'tasim (833 – 842 M) (1075 – 1094 M)
9. Abu Ja'far Al-Wathiq (842 – 847 M) 28. Abul Abbas Al-Mustazhir
10. Ja'far Al-Mutawakkil (847 – 861 M) (1094 – 1118 M)
11. Abu Ja'far Al-Muntasir (861 – 862 M) 29. Abul Mansur Al-Mustarsyid
12. Ahmad Al-Musta'in (862 – 866 M) (1118 - 1135 M)
13. Abu Abdullah Al-Mu'tazz (866 – 869 M) 30. Abu Ja'far Ar-Rasyid (1135 – 1136 M
14. Abu Ishaq Al-Muhtadi (869 – 870 M) 31. Abu Abdullah Al-Muqtafi
15. Abu Abbas Al-Mu'tamid (870 – 892 M) (1136 - 1160 M)
16. Abu Abbas Al-Mu'tadid (892 – 902 M) 32. Abul Muzaffar Al-Mustanjid
17. Abu Ahmad Al-Muktafi (902 – 908 M) (1160 - 1170 M)
18. Abul Fadl Al-Muqtadir (908 – 932 M) 33. Hasan Al-Mustadi (1170 - 1180 M)
19. Abul Mansur Al-Qahir (932 - 934 M) 34. Abul Abbas An-Nasir (1180 - 1225 M
35. Muhammad Az-Zahir (1225 - 1226 M
36. Abu Ja'far Al-Mustansir 1226 – 1242
37. Abdullah Al-Musta'sim
(1242 - 1258 M)
B. Khalifah Daulah Abbasiyah Yang Terkenal Beserta Kebijakan
Pemrintahan
Dari 37 Khalifah Daulah Abbasiyah yang pernah berkuasa, terdapat 4 Khalifah terkenal yang dapat
membawa perubahan serta peradaban kejayaan Islam begitu pesat dengan strategi dan kebijakan
pemerintahan yang diterapkan.

1. Abu Ja’far Al-Manshur (136-158 H)


Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur merupakan seorang dari Humayyah/Hamimah, Yordaniyah.
Beliau menjadi khalifah Daulah Abbasiyah yang ke-2. Pada masa pemerintahannya pengaruh
Persia berkembang secara jelas, dengan mengangkat seorang wazir yang bertugas sebagai
koordinator antar departemen yang ada. Beliau juga memindahkan ibu kota Pemerintahan
Abbasiyah dari kota Damaskus ke kota Baghdad yang ada di wilayah Persia. Sehingga pusat
pemerintahan Daulah Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia.
Selain di wilayah Persia, khalifah Al-Manshur juga pernah mengukir sejarah di selat negri
dua benua. Beliau berhasil menaklukkan kerajaan besar yang ada di selat Boğaz atau selat
Bosphorus yang dikuasai oleh ratu Irene seorang Maharani Romawi Timur, Athena, Yunani.
Khalifah Al-Mansur menetapkan 7 bentuk kebijakan yang kemudian menjadi pedoman bagi
9 khalifah Daulah Umayyah lainnya untuk dapat menjalankan kekuasaan secara kompeten. 7
kebijakan tersebut berfungsi sebagai kontrol pemerintahan yang mampu menjadi penyokong,
pendorong, dan pemberi motivasi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Daulah
Abbasiyah.
Bentuk-bentuk kebijakan khalifah Abu Ja’far Al-Masur di beberapa bidang mampu
membawa kejayaan Islam pada masa keemasan. Kebijakan-kebijakan tsb antara lain :
1. Pengembangan dan Ilmu pengetahuan
Beberapa kebijakan yang dibentuk pada pengembangan dan ilmu pengetahuan antara lain :
a) Menyalin buku-buku ilmu pengetahuan
b) Menyusun buku-buku yang berkaitan dengan agama islam
c) Mendatnagkan kaum cendikiawan dari berbagai negara
2. Pengaturan dan Penertiban Pemerintahan
Beberapa kebijakan yang dibentuk pada pengaturan dan penertiban pemerintahan antara
lain :
a) Menyusun dan menertibkan administrasi pemerintahan
b) Menjalin Kerjasama antarsektor apparat negara
c) Memberikan tugas dan tanggung jawab kepada semua apparat
3. Peningkatan Ekonomi
Dengan mendirikan kota baru yang semula “Madinah As-Salam” yg artinya “Kota
perdamaia” kemudian diganti menjadi “Baghdad” (nama Persia) yang berarti “Pemberian
Allah”.
Pada awal pemerintahannya, khalifah Al-Mashur benar—benar menetapkan dasar-dasar
ekonomi dan keuangan negara dengan baik dan terkendali. Oleh sebab itu, tidak pernah terjadi
deficit anggaran secara besar-besaran. Kas negara selalu penuh, uang yang masuk lebih banyak
dari pada uang yang keluar. Sehingga Ketika khalifah Al-Manshur meninggal dunia, harta yang
ada dalam kas negara sebanyak sekitar 810.000.000 dirham, an itu merupakan jumlah yang
banyak.
Harta hasil rampasan dari berbagai perang yang dilakukan semasa pemerintahannya
tersimpan penuh dan cukup melimpah pada pembendaharaan kerajaan di Baitul Maal.
4. System Politik
Dalam upaya pembinaan politik laur negri, khalifah Abu ja’far Al-Manshur mengadakan
serangan dan penaklukan kota-kota yang dikuasai oleh raja Bizantium Kaisar Konstansin V. Dan
mulai berdamai selama gencatan senjata yang terjadi pada tahun 758 – 765 M.
Masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Manshur disebut-sebut sebagai fondasi kekuatan
Daulah Abbasiyah. Dikarenakan kebijakan-kebijakan yang diterapkannya sangat medukung
upaya pembangunan negara.
Penyetaraan kemajuan system politik pemerintahan dilakukan di beberapa Lembaga seperti
membentuk Lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping
membenahi Angkatan bersenjata.
5. Pembangunan Ibu Kota
Selama Ibu kota kerajaan Daulah Abbasiyah dipindahkan ke kota Baghdad, Persia, khalifah
Al-Manshur membuat beberapa pembangunan-pembangunan baru gunu memajukan kota
pusat pemerintahan. Beberapa pembangunan-pembangunan tersebut antara lain :
a) Membangun istana yang diberi nama Al-Khuld yang berarti “istana keabadian” pada
tahaun 157 H.
b) Memindahkan pasar yang berdekatan dengan Dar Al-Imarah ke Bab Al-Karak.
c) Menginstruksikan untuk melakukan pelebaran jalan.
2. Harun Al-Rasyid (170-193 H)
Khalifah Harun Bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdillah Al-Mansur, atau yang dikenal sebagai
khalifah Harun Al-Rasyid merupakan seorang yang berasal dari kota kecil Raiyi. Beliau
merupakan khalifah ke-5 yang berkuasa di Daulah Abbasiyah yang mampu mengembangkan
pemerintahan secara menyeluruh dalam setiap lapisan komponen pemerintahannya. Dalam
mengembangkan system kekhilafahan Abbasiyah, khalifah Harun Al-Rasyid telah mampu
meletakkan fondasi dan prinsip-prisnip secara kokoh, sehingga membuat masa
pemerintahannya itu sebagai puncak keemasan Daulah Abbasiyah. Beliau memfungsikan Baitul
Maal sebagai tempat perbendaharaan kerajaan untuk menanggung narapidana dengan
memberi makanan yang cukup kepada setiap orang serta pakaian musim panas dan musim
dingin, guna memberikan kenyamana serta kesejahteraan rakyatnya.
Khalifah Harun Al-Rasyid tercatat sebagai khalifah yang terkuat pada masa itu, tak satu pun
yang dapat menandingi dan mengalahkan model kepemimpinannya. Hal tersebut terjadi karena
kecerdikan khalifah Harun Al-Rasyid yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai fondasi untuk
membangun kejayaan pemerintahan dan mampu membawanya pada peradaban yang
gemilang. Karena salah satu kunci untuk memajukan suatu bangsa adalah dengan pendidikan.
Khalifah Harun Al-Rasyid terkenal sangat cinta pada ilmu pengetahuan, sehingga salah satu
bentuk peradaban ilmu pengetahuan yang terkenal pada masanya ialah didirikan Baitul Hikmah
yang merupakan sebuah perpustakaan umat muslim dan sebuah isntitusi kebudayaan dan
fikiran cemerlang pada masa itu. Baitul Hikmah menjadi suatu lembaga pendidikan dan
kebudayaan terbesar, dan menjadi minat di kalangan para pelajar lokal hingga pelajar
internasional.
Sebahagian dana pemerintahan di Baitul Maal difokuskan untuk kepentingan pendidikan
dan penelitian seputar ilmu pengetahuan. Sehingga pada masa itu lahirlah para cendikiawan
dan ilmuan terkemuka Islam. Dari para ilmuan islam ini, para pelajar berdatangan ke pusat
pendidikan yang berada di bawah naungan Bani Abbasiyah, termasuk pelajar Eropa yang pada
masa itu masih berada di fase kegelapan dan jauh dari peradaban. Mereka kemudian mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari para ilmuan muslim, sehingga
mampu membuat berbagai bentuk penemuan yang menggemparkan dunia hingga saat ini. Oleh
karenanya pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid diebut sebagai masa keemasan peradaban
ilmu pengetahuan dunia.
Adapun beberapa kebijakan-kebijakan lain yang dibentuk pada masa khalifah Haruun Al-
Rasyid anatara lain :
1. Mewujudkan kemanan, kedamaian, serta kesejahteraan rakyat.
2. Membangun dan semamkin memajukan kota Baghdad yang terletak di antara sungai Eufrat
dan Tigris dengan bangunan-bangunan megah.
3. Membangun tempat-tempat peribadatan.
4. Membangun sarana pendidikan salah satunya Baitul Hikmah sebagai lembaga penerjemah,
perguruan tinggi/universitas, perpustakaan, dan kajian penelitian.
5. Membangun sarana lembaga Kesehatan, perdagangan, dan kesenian.
6. Membangun majelis Al-Muzakarah yaitu lembaga pengkaji masalah-masalah keagamaan
yang dilaksanakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana.

3. Abdullah Al-Makmun (198 – 218 H)


Khalifah Abdullah Al-Makmun bin Harun Al-Rasyid bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdullah
Al-Manshur bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, atau yang dikenal sebagai Abdullah
Al-Makmun, seorang yang berasal dari Baghdad, Irak namun menetap di kota Merv, Khurasan
sebelum kembaki kagi ke Baghdad. Beliau merupakan khalifah ke-7 Dinasti Daulah Abbasiyah.
Beliau diberi gelar sebagai “singa podium” yang mencerminkan dirinya sebagai seorang yang
sangat cerdas dan fasih dalam bertutur kata seperti singa podium yang lantang. Beliau juga
digelari dengan sebutan “Al-Makmun The Great” yang diberikan oleh para ahli barat karena
kecerdasan dan keuletannya.
Al-Ma’mun adalah Seorang Khalifah termasyhur sepanjang sejarah Dinasti Bani Abbasiyah.
Selain seorang pejuang pemberani, juga seorang penguasa yang bijaksana. Pemerintahannya
menandai kemajuan yang sangat hebat dalam sejarah Islam. Selama kurang lebih 21 tahun
masa kepemimpinannya mampu meninggalkan warisan kemajuan intelektual Islam yang sangat
berharga. Kemajuan itu meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan, seperi matematika,
kedokteran, astronomi, dan filsafat.
Sama sepertı ayahnya yaknı khalifah Harun Al-Rasyıd yang cınta akan ılmu pengetahuan,
khalifah Al-Makmun kemudian terus mengembangkan pemerintahan yang didasari oleh ilmu
pengetahuan. Salah satu hal yang paling menonjol dalam perkembangan dunia pendidikan pada
masanya adalah penerjemahan kitab berbahasa Yunani ke bahasa Arab. Sehingga dari itu
kejayaan ilmu pengetahuan dapat dikenal sebagai super power dunia.
Adapun kebijakan pemrintahan yang diterapkan oleh khalifah Al-Makmun dalam berbagai
bidang di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi Gerakan Pemberontakan
Pada masa setelah penobatan khalifah Al-Makmun diprediksi akan muncul pemberontakan
oleh pihak Al-Amin yang merupakan saudaranya sendiri, yang tidak berhasil naik tahta untuk
menggantikan dan meneruskan pemerintahan ayahnya. Oleh karenanya Khalifah Al-Makmun
memilih untuk menetap dan menuntut ilmu di kota Merv, Khurasan dan mengamanahkan Fadl
bin Sahl seorang Persia yang berkedudukan sebagai wazir untuk menjalakan roda
pemerintahan. Hal tersebut dilakukan oleh Al-Makmun agar tidak terjadi perang saudara
dengan Al-Amin.
2. Penertiban Administrasi Negara
Pada masanya administrasi pemerintahan berjalan sangat baik, situasi politik mulai stabil
dan sangat tertib, dikarenakan khalifah Al-Makmun dapat menjalankan roda kepemimpinan
secara mulus sehingga kehidupan negara menjadi Makmur.
3. Sistem Politik Pemerintahan
Pada saat khalifah Al-makmun naik tahta, semua sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah
ditata ulang setelah masa kepemimpinan kakaknya yakni khalifah Al-Amin yang pola
pemerintahannya mengalami kemunduran dan tidak berjalan secara maksimal. Khalifah Al-
Makmun mengangkat Ahmad bin Khalik sebagai kepala rumah tangga istana, dan mengankat
pejabat negara yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan negara.
4. Pembentukan Badan Pemerintahan
Khalifah Al-makmun membentuk badan-badan intelijen baik dari dalam maupun luar negri
untuk melakukan pengontrolan dan memberikan informasi terhadap kerja dan tugas-tugas para
pejabat yang diangkat, terutama di wilayah jajahannya yakni Byzantium.
Kebijakan lain yang dikeluarkan Al-Makmun adalah pembentukan badan negara yang
beranggotakan wakil semua golongan masyarakat tanpa adanya perbedaan strata sosial
maupun agama. Para wakil rakyat yang diangkat tersebut bertugas untuk melayani masyarakat,
dan memiliki kebebasan penuh dalam mengemukakan dan bertukar pendapat serta berdiskusi
di hadapan khalifah.
5. Toleransi Beragama
Pada masanya, khalifah Al-makmun memberikan kebebasan beragama kepada setiap
rakyatnya. Bagi masyarakat non muslim yang berada di bawah kekuasaan Daulah Abbasiyah
tetap mendapat perlindungan dan jhak sebagai warga negara. Bahkan sejumlah non muslim
menduduki jabatan penting pada pemerintahan, seperti Gabriel bin Bakhistu seorang sajana
Kristen yang memegang posisi penting di kekhaifahannya.
6. Bidang Pendidikan
Khalifah Al-Makmun mengembangkan perpustakaan Batul Hikmah yang didirikan oleh
ayahnya yakni Khalifah Harun Al-Rasyid menjai pusat ilmu pengetahuan yang berhasil
melahirkan sederet ilmuan muslim yang melegenda.
Selain itu perhatian Al-Makmun di bidang pendidikan tidak terbatas pada pengembangan
saja, beliau juga membabgun Majelis Munazarah sebagai pusat kajian keagamaan. Dari sinilah
muncul beberapa ahli Hadis yang termashyur yakni Imam Bukhori, serta sejarawan yang
terkemuka yakni Al-Waqidi.
4. Al-Muktasim Billah (218 – 227 H)
Khalifah Abu Ishak Muhammad Al-Muktasim bin Harun Al-Rasyid bin Muhammad Al-Mahdi
bin Abdullah Al-Manshur bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, atau yang dikenal
dengan julukan Al-Muktasim Billah yang berarti “Yang berlindung kepada Allah”. Nama aslinya
Muhammad bin Harun Al-Rasyid, beliau merupakan seorang kelahiran Zabetra/Zibathrah,
sebuah daerah di Suriah. Beliau menjadi khalifah ke-8 daulah Abbasiyah menggantikan
saudaranya yakni Al-Makmun.
Khalifah Al-Muktasim dijuluki juga sebagai si serba 8, dikarenakan beliau merupakan
khalifah Daulah Abbasiyah yang ke-8, keturunan Bani Abbas yang ke-8, Putra Khalifah Harun Al-
Rasyid yang ke-8, menduduki tahtakekuasaan pada tahun 218 H, berkuasa selama 8 tahu 8
bulan dan 8 hari, dan lahir pada tahun 178 H. Beliau juga disengat kala saat berada di benteng
ke-8, menaklukkan 8 wilayah, membunuh 8 musuh, meninggalkan 8 anak laki-laki dan 8 anak
perempuan, dan meninggal pada 8 hari terakhir sebelum bulan Rabiul Awwal serta pada usia
yang ke-48 tahun.
Dalam masa pemerintahannya, beliau menetapkan beberapa kebijakan dengan gaya
kepemimpinan yang militeristik, berdisiplin tinggi, dan keahlian dalaam strategi perang
sehingga masa pemerintahannya disebut akan mengubah dan berpengaruh besar terhadap
sejarah perjalanan politik Islam Dinasti Abbasiyah.
Salah satu pencapaian yang pernah diukir Al-Muktasim dalam sejarah Daulah Abbasiyah,
yaitu beliau berhasil mendirikan sebuah kota indah yang dinamai Sarra Man Ra’a yang artinya
“menngembirakan orang yang melihatnya”, yang lambat laun dikenal sebagai kota “Sammara”.
Kota tersebut terletak di wilayah Irak, yang kemudian dijadikan sebagai markas besar pelatihan
militer dan pusat pemerintahan yang semula berada di kota Baghdad.
Khalifah Al-Muktasim tercatat sebagi khalifah yang mengaangkat seorang Kristen menjadi
wazir/Menteri, yang Bernama Al-Fadl bin Marwan. Semua urusan departemen pemerintahan
dikontrol olehnya, sehingga keuangan negara menjadi stabil pada masanya. Namun pada
akhirnya Al-Fadl dijerumuskan ke dalam penjara lantaran keuletannya dalam menghemat
keuangan negara dan disebut-sebut pantas menjadi seorang khalifah.
Beberapa kebijakan yang diterapkan khalifah Al-Muktasim di beberapa bidang anyara lain
sebegai berikut.
1. Politik dan Pemerintahan
Khalifah Al-Muktasim menerapkan kebijakan politik untuk menguatkan legitimasi
kekuasaan. Beliau lebih condong mengutamakan orang-orang mamluk (budak-budak) Turki
untuk menjaga legitimasi posisinya dari pada mengambil orang-orang Arab-Persia. Salah
satunya mendominasikan budak-budak Turki sebagai pasukan inti militer Abbasiyah.
Di sisi lain, hamper Sebagian besar di antara budak-budak Turki tersebut dimasukkan ke
dalam jabatan-jabataan penting dan strategis, baik di tubuh pemerintahan maupun militer.
Sehingga pada masa ini pengaruh kekuasaan Turki sudah bermula ditengah pengaruh
kekuasaan Persia.
2. Bidang Intelektual dan Kebudayaan
Meskipun kekuatan intelektual dari sang khalifah ke-8 ini tidak sebanding dengan saudara
dan ayahnya, namun putra ke-8 khalifah Harun Al-Rasyid ini memiliki pandangan utilitarian
(yang baik,berfaedah, dan menguntungkan) dalam mengambil kebijakan, dengan menitik
beratkan perang penting kemajuan ilmu pengetahuan dalam aspek kemajuan bernegara.
Dalam bidang intelektual dan kebudayaan, Al-Muktasim hanya meneruskan kebijakan-
kebijakan yang diterapkan oleh saydaranya sebelumnya. Contohnya menggait banyak penulisan
dan cendikiawan untuk melakukan penerjemahan dan penelitian, lalu karya-karyanya disebar
luaskan ke segala penjuru negri Abbasiyah. Meskipun kota Baghdad tidak menjadi pusat
pemerintahan lagi, namun kota pendidikan tersebut tetap menduduki sebagai pusat
pembelajaran yang terkemuka sepanjang masa pemerintahannya.
Beberapa cendikiawan da ilmuan yang lahir pada masa tersebut antara lain :
a) Ahmad bin Abdullah habasy Al-Hasib Marwazi, seorang astronom, geographer,
sekaligus matematikawan asal Khurasan.
b) Al-Jahiz, seorang cendikiawan terkemuka asal Afrika Timur yang menghasilkan karya-
karya literatur di bidang Arab, Biologi, Zoologi, History/Sejarah, Filsafat, Psikologi, dan
teologi Keagamaan.
c) Al Kindi, ikmuan filsuf dan matematikawan asal Arab yang melahirkan karya-karya
literatur tentang metafisika etika, logika, dan psikologi, hinggs ilmu pengobatan,
farmakologi matematika, astrologi dan optic\k, juga meliputi topik praktis seperti
parfum, pedang zoolog, kaca, meteorologi dan gempa bumi.
d) Ahmad Al-Faghani, sosok ilmuan astronom modern asli Arab.
e) Salamawaih bin Bunan, dokter pribadi khalifah Al-Muktasim yang beragama Nasrani,
sekaligus penerjemah beberapa karya literatur tentang Kesehatan.
f) Ibnu Masawayh, dokter istana yang beragama Nasrani sekaligus penerjemah karya-
karya literatur Yunani, terutama bidang medis.
3. Memadamkan Pemeberontakan
Terdapat kurang lebih delapan pemberontakan besar yang terjadi di masa oemerintahan Al-
Muktasim. Beberapa pelaku di antaranya adalah buronan kelas kakap (golongan/kelompok
besar yang berkuasa) hingga oranng-orang terdekat kepercayaannya yang telah berkhianat. Di
antara beberapa pemberontakann tersebut anatara lain :
a) Pemberontakan para pengikut sekte Babak Khurmi di Khurasan (Al-Khurramiyah).
b) Pemberontakan kaum Alawiyyin di Khurasan.
c) Pemberontakan kaum Zutt di Bashrah
d) Peperangan Melawan Byzantium Romawi (Penaklukan Ammuriyah).
e) Kudeta dan Penghianatan Abbas bin Al-Makmun (Keponakannya sendiri)
f) Pemberonntakan Mayzar bin Qarin (Penguasa Tabaristan)
g) Kudeta dan penghianatan Al-Afshin (Jendral kepercayaannya)
h) Pemberontakan Abu Harb As-Sufyani (Bani Umayyah) setelah melakukan ekspansi ke
wilayah Andalusia.
BAB 3
Penutup

A. Kesimpulan
Kekhilafan Daulah Abbasiyah yang berdiri selama 500 tahun lebih menjadi
salah satu kekuasaan monarki yang dapat membawa kejayaan di berbagai bidang
peradaban. Masa The Golden Age menjadikan Abbasiyah sebagai primadona
dunia terutama dalam bidang pendidikan, dan menarik perhatian para pelajar-
pelajar di seluruh penjuru dunia. Keuletan beberapa khalifah terkenal dalam
mengendalikan pemerintahan mampu mengukir sejarah dan meninggalkan jejak-
jejak peradaban di kala dunia menganut kekhalifahan Islamiyah.
Dari perjalanan sejarah yang telah tertuliskan dalam cerita kejayaan Islam,
dipengaruhi oleh peran penting ilmu pengetahuan. Kebijakan yang difokuskan
pada bidang intelektual mampu merubah keadaan suatu masa yang kelabu
menjadi tersorot oleh perhatian dunia.
Ilmu pengetahuan bak pelita dalam perjalanan peradaban manusia untuk
menemukan serta mencipta sesuatu yang fenomenal. Dengan demikian,
kemajuan suatu bangsa terpaku pada pengetahuan manusianya.
B. Kritik dan Saran
Daftar Pustaka
https://m.republika.co.id/amp/lk6z4v
https://www.kompasiana.com/amp/imaniarmiftachul/5dbcc958097f3632a61b3932/khalifah-
abu-ja-far-al-mashur-fondasi-kekuatan-bani-abbasiyah
https://www.kompasiana.com/amp/fatimahmutiaraazzahra/5ca1b2dc95760e38b5002a22/
kebijakan-khalifah-harun-ar-rasyid-di-bani-abbasiyah
https://www.bacaanmadani.com/2017/08/sejarah-singkat-khalifah-abdullah-al.html?m=1
https://fatonikeren.blogspot.com/2013/11/daulah-abasyyiah-al-mamun-harun-al.html?m=1
https://m.republika.co.id/amp/lkaaq8
https://www.sakolaku.com/2021/08/khalifah-al-muktashim-billah.html?m=1
https://geotimes.id/kolom/politik/al-mutashim-billah-khalifah-yang-mengangkat-kristen-
sebagai-menteri/

Anda mungkin juga menyukai