Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SENI CHORDOFON

Disusun oleh :

Alva Riza
Amelia Tri Andini
Dania Tri Ananda Putri
Fachrul Novriansyah
Guruh Satriandi
Michael Katiandagho
Nova Muslihan
Tengku Alfaisal Hardian
Yuda Adiyatma

X MIPA 1

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KABUPATEN LINGGA

SMA NEGERI 1 SINGKEP

TAHUN AJARAN 2021/2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1. Kutipan.................................................................................................................................3
2.1.1. Kutipan langsung............................................................................................................3
2.1.1.1. Kutipan langsung pendek (tidak lebih dari empat baris)........................................3
2.1.1.2. Kutipan langsung panjang (lebih dari empat baris)................................................3
2.1.2. Kutipan tidak langsung (Inti Sari Pendapat)................................................................4
2.1.3. Menghindari dugaan plagiasi dalam kutipan............................................................4
2.2. Catatan kaki.........................................................................................................................5
2.2.1. Ibid., op.cit. dan loc.cit..................................................................................................6
2.3. Daftar Pustaka.....................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Dabo Singkep , 11 Januari 2022

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang mempunyai struktur yang
baik, hal tersebut dapat terlihat dari unsur-unsur yang sangat terkait satu sama lain.
Unsur-unsur yang terkait ini tersebut memegang peran penting dalam menjaga keutuhan
bahasa indonesia itu sendiri. Dalam perkembangannya bahasa indonesia saat ini telah
mengalami beberapa perubahan, seperti dalam penggunaan ejaan, tata bahasa,
penambahan kata-kata baru, dan sebagainya. Dalam hal ini kami berusaha membahas
kembali beberapa unsur yang terkait seperti kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
Pembahasan ini kami latar belakangi karena saat ini hampir sebagian besar penulis sebuah
karya atau karangan ilmiah kurang memahami betul kaidah-kaidah yang benar dalam
penulisan ketiga unsur tersebut. Oleh sebab itu, kami rasa penting untuk mengingatkan
kembali kepada penulis dan pembaca agar memperhatikan sebuah aturan dan kaidah
penulisan yang benar.
Penyusun suatu karangan ilmiah, seorang penulis mencari beberapa sumber untuk
melengkapi karangan ilmiah tersebut. Sumber-sumber tersebut perlu dicantumkan ke
dalam sebuah kutipan, catatan kaki maupun daftar pusaka. Penulisan kutipan, catatan
kaki, dan daftar pusaka yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia harus
diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan penulisan karangan ilmiah. Sebagian besar
orang belum memahami dan mempelajari tentang kutipan, catatan kaki, dan daftar
pustaka bahkan mengabaikan tata cara penulisannya karena dianggap tidak begitu
penting. Dalam kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan kutipan, catatan kaki, dan
daftar pusaka secara lengkap dan jelas. Dimana pembahasan ini sangat penting bagi kita
semua dalam penulisan suatu karangan ilmiah agar sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
yakni :

1. Apa itu kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka?


2. Apa saja jenis dari kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka?
3. Bagaimana tata cara penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka yang
baik dan benar?

1
1.3. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini ialah agar mahasiswa dapat :

1. menjelaskan hakikat kutipan dalam tataran konsep keilmiahan;


2. memaparkan hakikat daftar pustaka dalam lingkup keilmiahan;
3. memaparkan hakikat konsep catatan kaki dalam lingkup tulisan laporan
ilmiah;
4. mengklasifikasikan teknik pengutipan dalam lingkup keilmiahan;
5. Kutipan dan menghindari dugaan plagiasi dalam tulisan ilmiah;
6. menyusun teknis penulisan daftar pustaka secara tepat dan benar;
7. menyusun teknis penulisan catatan kaki serta konsekuensinya terhadap daftar
pustaka.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kutipan

Mandolin

Mandolin adalah alat musik petik yang bentuknya seperti gitar tetapi bagian resonatornya sedikit
lebih membulat atau “gendut”. Alat musik ini berfungsi sebagai pembuat melodi dan tergolong jenis
chordophone yang sumber bunyinya berasal dari rangkaian dawai yang dipetik, digesek ataupun
ditekan. Alat musik ini biasa dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional, khususnya seni musik
Melayu, dan tarian Rudat yang biasanya ditampilkan pada saat perayaan hari-hari besar agama
Islam. Mandolin sebagai instrumen pengiring tari rudat biasanya dipadukan dengan rebana, biola,
dan jidur. Alat musik ini memang berasal dari benua biru, tepatnya Italia, yang kemudian digunakan
dalam berbagai pertunjukan seni musik di Timur Tengah. Musik Timur Tengah sendiri di masa lalu
banyak mempengaruhi berbagai jenis musik di Indonesia.

Pada awal kemunculannya mandolin memiliki enam senar ganda, namun dalam perkembangannya
hanya dimainkan dalam empat senar ganda. Jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan gitar.
Saat ini mandolin dimainkan dalam beberapa jenis musik modern. Ada tiga jenis mandolin yang
penggunaannya berbeda-beda tergantung jenis musik yang dimainkan, yaitu: (1) neapolitan yang
biasa dimainkan dalam musik klasik; (2) mandolin a-style, biasa dimainkan dalam pertunjukan musik
irish, bluegrass, rock, dan klasik; serta (3) f-style, jenis mandolin yang paling mahal dan memiliki
nada-nada rumit, biasanya untuk pertunjukan musik bluegrass. Selain itu ukuran mandolin juga
berbeda-beda, terutama yang biasa dimainkan dalam musik Timur Tengah. Di Indonesia sendiri, grup
musik yang mengusung mandolin sebagai salah satu instrumen musik di antaranya adalah OM
Soneta, dan OM Pengantar Minum Racun yang dimotori Jhony Iskandar pada vokal.

3
Mandolin dipetik menggunakan plektrum atau pick, yaitu benda kecil berbahan plastik atau material
lain yang dibentuk datar menyerupai segi tiga atau tetesan air. Saat bermain, mandolin diletakkan di
atas pangkuan, bagian belakang resonator yang membulat atau “gendut” menjadikannya agak sulit
jika diletakkan sedikit di bawah dada seperti gitar atau banjo yang belakangnya rata atau datar.
Mandolin tidak boleh ditekan terlalu kuat karena dapat meredam suara yang keluar, meski
sebenarnya bertujuan agar letaknya ‘ajeg’ (tidak goyang-goyang). Posisi mandolin dalam pangkuan
sebaiknya miring atau diagonal ke arah bagian tubuh yang tidak bergerak dominan, dengan leher
mengarah ke atas. Setelan kunci dilakukan dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan dalam posisi
horisontal memetik dawai. Pick untuk memetik dawai disisipkan di antara ibu jari dan telunjuk.

Dawai atau senar pada mandolin disusun berpasangan dimana masing-masing pasangan senar akan
menghasilkan nada yang sama. Susunan senar biasanya dari nada rendah ke nada tinggi dengan
urutan nada G-D-A-E. Agar nada yang dihasilkan tidak sumbang, senar harus ‘rajin’ diperiksa. Dawai
pada alat musik petik akan cepat rusak jika sering dimainkan, terlebih dengan gaya atau nada yang
ekstrim. Bukan hanya nada sumbang tetapi jari juga bisa terluka

Sasando

Alat musik Sasando berasal dari Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berikut sejarah,
fungsi, dan cara memainkan alat musik Sasando.

Alat musik Sasando berasal dari Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik ini
merupakan hasil kebudayaan masyarakat lokal yang sudah dikenal sampai mancanegara. Sasando
merupakan alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini hampir mirip
dengan kecapi dan harpa. Namun, sasando memiliki suara yang khas.

Cara Memainkan Alat Musik Sasando Mengutip dari laman rotendaokab.go.id, cara memainkan alat
musik ini dipetik. Sasando biasanya dimainkan memakai kedua tangan dari arah berlawanan. Tangan
kanan dipakai untuk memainkan akord, semantara tangan kiri untuk memainkan bass/melodi.
Sasando membutuhkan teknik dan harmonisasi supaya menghasilkan suara yang merdu. Orang yang
bermain sasando butuh latihan dan keterampilan dalam memetik alat musik ini. Ketrampilan tangan
akan berpengaruh pada tempo dan suara yang dihasilkan sasando.

Fungsi Alat Musik Sasando Sasando memiliki suara bervariasi yang unik. Alat musik ini bisa
digunakan untuk musik tradisional, pop, dan genre musik lainnya kecuali musik elektrik. Dari jurnal
berjudul “Transmisi Alat Musik Sasando Sebagai Media Seni Budaya Di Kabupaten Rote Ndao
Provinsi Nusa Tenggara Timur” berikut fungsi alat musik Sasando:

1. Menjadi kebanggaan bangsa Indonesia Alat musik khas NTT ini dikenal sampai mancanegara
seperti gitar dan harpa. Sasando bisa digunakan sebagai alat musik melodis dan harmonis. Satu
orang pemain Sasando bisa menghasilkan paduan nada indah. 2. Terapi Menurut sejarah, Sasando
dulunya menjadi alat musik terapi penyembuhan kusta yang menyebar di pulau Rote. 3. Fungsi
Hiburan Sasando digunakan sebagai media hiburan dan wisata masyarakat. 4. Upacara Adat Sasando
merupakan alat musik tradisional yang digunakan sebagai upacara adat. Sasando digunakan untuk
upacara adat penyambutan tamu, pernikahan, dan acara lainnya. 5. Fungsi Finansial Sasando bisa

4
dijadikan media untuk mendapatkan uang dan menambah devisa negara. Pengrajin bisa
memproduksi dan menjual sasando ke pasaran. Selain itu pemain Sasando bisa mengasilkan
kemampuan mengajar dan menampilkan musik di berbagai acara.

Bentuk Sasando Bentuk sasando cukup unik, yaitu tabung panjang yang terbuat dari bambu khusus.
Di bagian bawah dan atas terdapat cara memasang dawai. Bagian atas ini berfungsi untuk
mengencangkan dawai. Di bagian tengah bambu, terdapat penyangga (senda) untuk merentangkan
dawai. Senda berfungsi mengatur tangga dan nada. Tangga dan nada ini akan menghasilkan petikan
dawai berbeda. Bagian wadah terbuat dari anyaman daun lontar atau haik. Fungsi wadah yaitu
menghasilkan resonansi (getaran yang menimbulkan suara). Sejarah Sasando Kata Sasando berasal
dari bahasa Rote "Sasandu" yang artinya bergetar atau berbunyi. Alat musik ini digunakan untuk
pengiring membaca syair, pernikahan, tarian tradisional, dan menghibur keluarga yang berduka. Ada
beberapa versi cerita tentang sejarah alat musik Sasando. Salah satu cerita populer adalah kisah
Sangguana yang terdampar di Pulau Ndana. Sangguana kemudian jatuh cinta pada putri raja, namun
sang Raja memberi syarat untuknya. Syarat tersebut adalah membuat alat musik yang berbeda
dengan alat musik lainnya. Sangguana menyetujui persyaratan tersebut. Kemudian dia bermimpi
memainkan alat musik yang indah dan bersuara merdu. Akhirnya Sangguana membuat alat musik
tersebut yang diberi nama Sasando. Alat musik itu diserahkan pada Raja. Ketika mendengar suara
petikan merdu tersebut, sang Raja kagum dengan alat musik buatan Sangguana. Akhirnya sang Raja
menyetujui pernikahan putrinya dengan Sangguana. Dahulu Sasando Sanggana yang dikenal
sekarang berdawai tujuh. Dawai tersebut dibuat dari akar pohon Beringin. Kemudian diganti menjadi
usus hewan yang sudah dikeringkan. Berkembangnya alat musik yang dipetik seperti gitar dan biola,
membuat bahan sasando berubah. Sasando menggunakan senar kawat untuk dawainya. Menurut
cerita, proses pembuatan Sasando mengalami perubahan. Awalnya, musik Sasando memiliki nada
yang disesuaikan seperti alat musik gong. Jumlah dawai awalnya 7 berubah menjadi 9 dan 10. Cerita
lain menyebutkan penemu Sasando berawal dari dua orang sahabat. Sahabat tersebut adalah Lunggi
Lain dan Balok Ama Sina. Mereka adalah penggembala domba yang kemudian membuat sasando.
Awalnya mereka menemukan wadah penampung air tuak yang terbuat dari daun lontar. Kemudian
mereka mengubah lembaran daun lontar menjadi semacam benang atau fifik (dalam bahasa Rote).
Benang tersebut dikencangkan kemudian dipetik. Ternyata benang tersebut menghasilkan suara.
Tetapi fifik tersebut mudah putus. Akhirnya Lunggu dan Ama Sina mengembangkan benang untuk
alat musik petik mereka. Hasilnya suara Sasando dulu hampir mirip dengan suara gong.

Jenis Sasando Ada dua jenis Sasando yaitu Sasando Gong dan Sasando Biola, berikut penjelasannya:
1. Sasando Gong Jenis Sasando ini terbuat dari daun lontar yang utuh dan dibentuk melengkung.
Tempat senar dibuat dari batang bambu, kayu berbentuk segitiga sebagai penyangga senar, dan tali
senar nilon untuk alat petik penghasil bunyi. Tali senar nilon ini bisa menghasilkan nada yang
bervariasi dan merdu. 2. Sasando Biola Alat musik ini merupakan sasando modifikasi namun masih
mempertahankan bentuk aslinya. Bagian yang dimodifikasi adalah jumlah tali senar pada dawai.
Dahulu sedangkan Sasando Biola memakai garis tengah bundaran pada daun lontar. Potongan kayu
Senda dipakai untuk mengganjal tali senar. Itulah penjelasan mengenai alat musik tradisional
Sasando dari NTT. Alat musik ini menghasilkan suara merdu dan memiliki sejarah menarik.

5
Gambus

Gambus merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik seperti mandolin yang
berasal dari Negara Timur Tengah. Gambus biasanya terdiri dari 3 buah senar dan paling
banyak 12 buah senar. Gambus dimainkan dengan iringan alat musik gendang. Sebuah orkes
dengan alat musik utamanya berupa gambus disebut dengan orkes gambus atau gambus.

Orkes gambus dapat digunakan untuk mengiringi tari Zapin dan seluruhnya dibawakan oleh
para laki-laki untuk tari pergaulan. Sementara lagu yang dibawakan memiliki irama dari
Timur Tengah dan liriknya berisikan tentang keagamaan. Alat musik gambus terdiri dari
gendang, biola, seruling dan tabla.

Sejarah Alat Musik Gambus 

Pada mulanya musik gambus masuk ke daerah Melayu di Nusantara sekitar tahun 1800-an.
Ketika itu Jazirah Arab masih melakukan transaksi perdagangan di Nusantara. Selain
melakukan kegiatan niaga, para pedagang juga menyebarkan agama Islam. Selain itu
penyebaran agama Islam, budaya dan kesenian terdapat didalamnya termasuk musik gambus.

Terjadinya akulturasi budaya dan musik gambus beserta instrumennya mulai beradaptasi
dengan kearifan lokal. Kemudian di tiap daerah musik gambus mulai memiliki ciri khas dan
keragamannya masing-masing. Selain itu instrumen yang digunakan juga ikut
bermetamorfosis baik nama maupun bentuknya.

Di Indonesia, musik gambus berjaya terjadi pada tahun 1940. Perintis orkes gambus ialah
orang Arab-Indonesia bernama Syech Albar (ayah dari Ahmad Albar), dan orkes gambus
yang terkenal yaitu orkes gambus El-Surayya dari Medan yang dipimpin Ahmad Baqi. Orkes
gambus kini banyak dipakai ketika ada acara pernikahan dan sunatan. Menggunakan lirik
bahasa Arab dan berisi shalawat atau do’a. Biasanya orkes gambus dapat dijumpai di
beberapa daerah Melayu di Indonesia yaitu Aceh, Riau, Pesisir Timur di Sumatera Utara,
Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Di tahun 2018, hiburan aliran musik gambus
kembali menyita publik di Indonesia dengan kehadiran grup Gambus Nissa Sabyan. Dimana
grup ini menjadi viral di media sosial dengan membawa lagu-lagu dengan iringan musik
gambus yang banyak disukai oleh banyak kalangan. Bukan hanya di Indonesia, di luar negeri
grup ini juga menjadi populer.

Asal Daerah Alat Musik Gambus

Sejarahnya alat musik gambus bukanlah asli dari Indonesia walaupun alat musik gambus
telah banyak dipakai di beberapa daerah di Indonesia. Pada awalanya alat musik gambus di
6
bawa dan diperkenalkan oleh pendatang dari luar negeri yaitu dari Timur Tengah tepatnya
dari Jazirah Arab. Hiburan musik gambus yang identik dengan pesan religi dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia khususnya yang menganut agama Islam.

Alat musik gambus dimainkan dengan beberapa alat lainnya seperti mandolin, gendang,
biola, seruling, tabla, marwas, rebana, dan lainnya. Berikut ini penjelasannya :

 Alat musik Mandolin, merupakan alat musik yang berasal dari Timur Tengah.
 Alat musik Gendang, telah banyak tersebar di beberapa daerah di Indonesia dan menjadi
alat musik tradisional daerah. gendang dipakai dalam musik gambus untuk mengatur irama.
Di dalam gamelan Jawa gendang merupakan bagian dari salah satu instrumennya.
 Alat musik Biola, merupakan alat musik yang berasal dari negara Eropa dan kini telah
menjadi instrumen yang banyak dipakai juga di Nusantara. Bisanya dipakai untuk mengiringi
musik modern.
 Alay musik Seruling, merupakan alat musik tradisional yang banyak terdapat di daerah d
Indonesia. Namanya mungkin berbeda di tiap daerah namun mempunyai bentuk yang sama
hanya saja perbedaannya terdapat di cara mamainkannya serta jenisnya cukup bervariasi.
 Alat musik Tabla, merupakan alat musik yang berasal dari negara India (merupakan keluarga
membranofon). Nama Tabla sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu “tabl” yang berarti
‘drum’. Instrumen yang satu ini dipakai dalam mengiringi lagu Dangdut.
 Alat musik Marwas, merupakan salah satu alat musik yang kolaborasi dari Timur Tengah
dengan campuran Betawi yang mempunyai unsur religi yang kental. Hal itu tercermin dari
lirik-lirik lagunya. Sedangkan kesenian Marawis berasal dari negara Timur Tengah yaitu dari
Yaman.

 Menurut beberapa literatur ada yang mengatakan bahwa musik gambus berasal dari
Turki, sebagian mengklaim bahwa musik gambus dari Mesir. Namun perdebatan
tersebut hanyalah pendapat yang belum terbukti kebenarannya.
 Yang pasti, musik gambus dan instrumennya dibawa oleh pedagang dari Arab atau
negara Timur Tengah ketika sedang berniaga (berdagang) ke Indonesia yang
sekaligus memperkenalkan budaya dan kesenian mereka kala itu.

Cara Memainkan Alat Musik Gambus

Instrumen gambus merupakan kelompok instrumen dawai, yang bentuknya seperti setengah
semangka, tidak memiliki pertanda nada, dilengkapi dengan dawai atau senar, bentuk
badannya lebih kecil dari pada bentuk lehernya. Musik gambus mengikuti kaidah musik
Arab.

Instrumen gambus dimainkan dengan cara yang bermacam-macam. Ada yang dimainkan
dengan cara dipetik, dipukul, ditiup, dan digesek. Alat musik Gambus sendiri dimainkan
dengan cara dipetik, mempunyai bunyi Kordofon, yakni bunyi yang berasal dari senar atau
dawai. Dimainkan dengan instrumen gendang untuk mangatur irama dan juga instrumen
lainnya. Selain Gambus itu alat musik petik lain yaitu Mandolin.

7
1. Posisi Memainkan Gambus

Ketika memainkan gambus, umumnya bisa dilakukan dengan 3 posisi ya Duduk bersila yaitu
dengan kedua kaki bersila (dilipat), tangan kanan digunakan untuk memetik senar dengan
plektum dan untuk menahan berat gambus serta posisinya diujung penyangga dari gambus.
Sementara tangan kiri posisi berada di bagian leher gambus untuk menekan nada.kni posisi
berdiri, duduk bersila dan duduk di kursi. Berdiri yaitu tangan kanan menopang berat dari
gambus dan dikaitkan ke bawah ekor gambus. Sementara kanan tiri digunakan menekan nada
pada bagian leher gambus. Duduk bersila yaitu dengan kedua kaki bersila (dilipat), tangan
kanan digunakan untuk memetik senar dengan plektum dan untuk menahan berat gambus
serta posisinya diujung penyangga dari gambus. Sementara tangan kiri posisi berada di
bagian leher gambus untuk menekan nada. Duduk di kursi yaitu Kedua kaki digunakan untuk
menopang berat gambus, dan tangan kanan untuk memetik senar sedangkan tangan kiri untuk
menekan nada pada bagian leher gambus.

2. Cara Memetik Gambus

Cara untuk memetik gambus bervariasi, karena setiap orang  yang memetik senar gambus
memiliki cara yang berbeda. Beberapa orang lebih banyak memetik gambus yaitu dengan
cara memetik dawainya ke bawah (down picking). Memiliki perbedaan dengan cara memetik
gitar yaitu up down picking.

3. Penjarian (fingering)

Penjarian yaitu untuk menghasilkan/menemukan tangga nada yang tepat yang ingin
dimainkan. Biasanya penjarian dilakukan sesuai dengan lagu yang ingin dimainkan. Tetapi
umumnya, penjarian pada gambus dilakukan dari tangga nada A minor yang harmonis yakni
a-b-c-d-e-f-gis-a.

4. Pelarasan (tunning)

Pelarasan merupakan salah satu yang paling dibutuhkan oleh seorang musisi. Pada alat musik
gambus, dalam hal pelarasan yang paling utama yaitu nada yang dihasilkan oleh dawai paling
bawah hingga paling atas diketahui terlebih dahulu. Pada alat gambus pelarasan yang
digunakan :

 Nada D : Senar 1 (paling bawah)


 Nada A : Senar 2
 Nada E : Senar 3
 Nada B : Senar 4
 Nada E rendah : Senar 5 (paling atas)

Tetapi, senar 5 (senar tunggal yang berada paling atas) sangat jarang dipakai untuk pengisian
lagu-lagu. Hanya memakai 4 senar saja yakni senar 1-4 kecuali senar 5.

8
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan,
atau hasil penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi.
Kutipan ini biasa digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai suatu kata atau
kalimat yang berasal dari sumber tertentu. Penggunaan kutipan biasanya diikuti dengan
tanda kutip dua (“ “). Kutipan umumnya digunakan untuk memperkuat sebuah informasi
agar lebih terpercaya atau terjamin informasi di dalamnya.
Menurut Keraf (1997), walaupun kutipan atas pendapat seorang ahli itu
diperkenankan, tidaklah berarti bahwa keseluruhan sebuah tulisan dapat terdiri dari
kutipan-kutipan. Garis besar kerangka karangan serta kesimpulan yang dibuat harus
merupakan pendapat penulis sendiri. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan
bukti untuk menunjang pendapat penulis.
Berdasarkan cara mengutipnya, kutipan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
2.1.1. Kutipan langsung
Yaitu menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Hal ini berarti
penulis langsung menggunakan teknik copy lalu paste tanpa mengubah kalimat
aslinya.Ada dua jenis kutipan langsung, yaitu kutipan langsung panjang dan kutipan
langsung pendek. Kedua kutipan ini berbeda cara menuliskan dan syaratnya.
2.1.1.1. Kutipan langsung pendek (tidak lebih dari empat baris)
Cara menuliskannya :
 diintegrasikan langsung dengan teks,
 diberi berjarak antarbaris yang sama dengan teks,
 diapit oleh tanda kutip, dan disebut sumber kutipan.

Syarat menurut :
a. APA Style(American Psychological Association)
Jika panjang kalimat yang dikutip tidak lebih dari 40 kata.
b. MLA Style (Modern Language Asociation)
Jika panjang kalimat yang dikutip tidak lebih dari 4 baris.
9
2.1.1.2. Kutipan langsung panjang (lebih dari empat baris)
Jenis kutipan ini dikenal juga dengan istilah block quote. dilakukan
dengan cara :
 dipisahkan dari teks dengan spasi (jarak antarbaris) lebih
dari teks,
 diberi berjarak rapat antarbaris dalam kutipan,
 disebut sumber kutipan, dan boleh diapit tanda kutip, boleh
juga tidak.

Syarat menurut :
a. APA Style(American Psychological Association)
Jika panjang kalimat yang dikutip lebih dari 40 kata.
b. ii. MLA Style (Modern Language Asociation)
Jika panjang kalimat yang dikutip lebih dari 4 baris.

2.1.2. Kutipan tidak langsung (Inti Sari Pendapat)


Yaitu penulis mengambil ide orang lain, kemudian merangkainya dengan
kalimat sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis dengan kalimat asli
yang dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat berdasarkan artikel atau
sumber lain.
Kutipan tidak langsung dapat dibuat secara panjang maupun pendek dengan cara :
• diintegrasikan dengan teks,
• diberi jarak antar baris yang sama dengan teks, tidak diapit tanda kutip, dan
• dicantumkan sumber kutipan dengan sistem MLA, APA.

2.1.3. Menghindari dugaan plagiasi dalam kutipan


Beberapa cara diantaranya :
1. Sertakan sitasi
Ketika seseorang menggunakan gagasan, informasi, pun opini yang bukan
buah pikir sendiri, sitasi adalah sebuah keharusan. Hal tersebut juga berlaku
meskipun penulis tidak menggunakan kata-kata yang sama persis. Penyertaan
sitasi di sini artinya penulis harus memberikan keterangan dari mana informasi
yang dituliskan didapat.
Sumber tersebut tidak hanya untuk buku, jurnal, skripsi, atau rekaman
audio/visual, namun juga sitasi untuk gagasan dari internet juga harus
dicantumkan. Penulisan sitasi juga penting untuk dilakukan ketika penulis merasa
ragu dengan keakuratan informasi yang disajikan. Sitasi dapat berupa body note
maupun foot note.
2. Catat berbagai sumber daftar pustaka sejak awal
Daftar pustaka adalah salah satu kewajiban yang tidak boleh dilupakan
ketika menulis karya tulis. Sayangnya, masih ada yang baru mendata ulang daftar
pustaka setelah tulisan selesai. Hal seperti itu tidak salah, namun sangat berpotensi
untuk melewatkan satu, dua, atau beberapa sumber sekaligus. Dalam artian,
10
sitasinya telah tercantum di body note atau foot note namun luput dalam daftar
pustaka. Dengan mendata apa saja sumber yang dipakai sejak awal, kesalahan bisa
diminimalisir, pun akan sangat membantu dalam penyusunan daftar pustaka.
3. Lakukan parafrase
Tulisan yang hanya menggunakan kutipan langsung lebih berpotensi
dianggap melakukan plagiarisme. Cara menyikapinya adalah dengan melakukan
parafrase–menggunakan susunan kalimat sendiri–dari sumber asli dengan tetap
mencantumkan sitasi. Parafrase juga lebih mudah untuk dilakukan sebab
formatnya tidak serumit jika menggunakan cara pengutipan langsung.
4. Lakukan interpretasi
Untuk memperkuat gagasan yang disampaikan, terkadang ada pendapat
yang harus dijadikan bahan pembanding atau dipinjam. Dalam hal ini, bisa jadi
analisisnya terlalu rumit maupun butuh interpretasi tambahan. Interpretasi
dilakukan seperlunya.
5. Gunakan aplikasi antiplagiarisme
Terakhir, apabila penulis masih merasa khawatir dengan hasil akhir karya
tulisnya, aplikasi antiplagiarisme dapat dicoba. Misalnya menggunakan aplikasi
gtPlagiarismTest. Dengan aplikasi antiplagiarisme, tulisan yang dihasilkan bisa
dibandingkan dengan tulisan-tulisan yang sudah terbit sebelumnya. Aplikasi akan
menunjukkan berapa persen tingkat kemiripan yang ditemukan.

2.2. Catatan kaki

Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang
terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah
garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter). Catatan kaki biasanya dicetak
dengan huruf yang lebih kecil daripada huruf di teks guna menambahkan rujukan uraian
di dalam naskah pokok. Catatan kaki ini menjelaskan sumber asalnya sebuah kutipan,
baik kutipan langsung atau tidak langsung. Selain menjelaskan asal kutipan, catatan kaki
juga sering digunakan untuk menjelaskan teks atau istilah khusus yang perlu penjelasan
lebih panjang.
Contoh:
¹Abraham H.Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam, (Jakarta:
Pustaka Binaman Presindo, 1994), h. 1-4.

Berikut ini terdapat beberapa teknik penulisan catatan kaki, terdiri atas:

 Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas
karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
 Catatan kaki diketik berspasi satu.
 Diberi nomor.
 Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
 Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai
seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).

11
 Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan
yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
 Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
 Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih
baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
 Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama
dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan
catatan kaki.
 Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih
[x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
 Jika keterangan seperti op.cit. tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.

2.2.1. Ibid., op.cit. dan loc.cit


1. Ibid.
 Singkatan kata ibidium berarti di tempat yang sama dengan di
atasnya.
 Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya.
 Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang
 menyelinginya.
 Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata,
dicetak
 miring, dan diakhiri titik.
 Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau halaman
lain,
 urutan penulisan: Ibid, koma, jilid, halaman.

Contoh:
¹Herwono, Mengikat Makna, (Bandung: Mizan, 2002), h. 109-110.
²Ibid.
³Ibid, h. 112-115.

2. Op.Cit. (Opere Citato)


 Op.cit berarti dalam karya yang telah disebut,
 Merujuk buku sumber yang telah disebutkan, tetapi halaman
berbeda dan diselingi sumber lain,
 Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak
miring, setiap suku diikuti titik,
 Urutan penulisan: nama pengarang, nama panggilan nama
famili, op.cit. nama buku, halaman.
Contoh:
¹Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung:
Alumni, 1976), h.50.
²Daniel Goleman, Emotional Inteligence (Jakarta: Gramedia, 2001),
h.170.
³Rahardjo, Op.Cit., h.70.

3. Loc.cit. (loco citato)


 Loc.cit berarti di tempat yang telah disebutkan
12
 Merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa buku
kumpulan esai, jurnal, majalah dll.
 Kutipan bersumber pada halaman yang sama. Kata loc.cit
tidak diikuti nomor halaman
 Menyebutkan nama keluarga pengarang.

Contoh:
¹Sarwiji Suwandi, “Peran Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa
Indonesia,” Kongres Bahasa Indonesia VIII, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), h. 1-20.

²Daniel Goleman, Emotional Inteligence (Jakarta: Gramedia, 2001), h.170.

Kegunaan Catatan kaki :

1. Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks


(catatan kaki sumber atau reference footnote).
2. Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang
dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat
mengganggu alur tulisan.
3. Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan
kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya
menggunakan kata‐kata: Lihat …, Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut
dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak
berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer. Penggunaan ungkapan
tersebut perlu secara konsisten dan benar.

2.3. Daftar Pustaka

Daftar pustaka atau sumber pustaka merupakan salah satu bagian penting dalam
menyusun sebuah tulisan dan biasanya digunakan oleh orang-orang yang sedang melakukan
penelitian atau seorang yang mencari ilmu untuk mendukung bahan belajarnya. Daftar
pustaka biasanya berisi judul-judul buku atau artikel dari berbagai media cetak yang
mempunyai keterkaitan dengan bahan yang diteliti. Sebuah penelitian atau tulisan ilmiah
yang memiliki sumber rujukan yang salah, maka dapat dikatakan tulisan ilmiah tersebut
tidak dapat dipercaya.

Teknik penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut.


1) Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri; baris kedua dan
selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
2) Jarak antarbaris adalah 1,5 spasi.
3) Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga
penulis. (Akan tetapi, cara mengurut daftar pustaka amat bergantung pada
bidang ilmu. Setiap bidang ilmu memiliki gaya selingkung).
4) Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama
penulis itu harus dicantumkan ulang. Unsur-unsur yang harus dicantumkan
dalahm daftar pustaka adalah
13
a) nama penulis diawali dengan penulisan nama keluarga,
b) tahun terbitan karya ilmiah yang bersangkutan,
c) judul karya ilmiah dengan menggunakan huruf kapital untuk huruf
pertama tiap kata, kecuali untuk kata sambung dan kata depan, dan
d) data publikasi berisi nama tempat (kota) dan nama penerbit karya
yang dikutip.

Penyusunan Daftar Pustaka :

Cara 1 Cara 2
1. Nama pengarang 1. Nama pengarang (titik)
(koma)
2. Tahun penerbitan
2. Judul (buku, artikel (titik)
dsb) (koma)
3. Judul (buku, artikel
3. Nama kota (titik dua) dsb) (italic) (titik)
4. Nama penerbit (koma) 4. Nama kota (titik dua)
5. Tahun (titik) 5. Nama penerbit (titik)

Berikut adalah susunan penulisan daftar pustaka yang bersumber dari buku,
artikel, surat kabar, majalah, antalogi, website, makalah, laporan tugas akhir, skripsi,
tesis, dan disertasi.

1) Penulis. Tahun. Judul Buku. Tempat: Penerbit.


2) Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Surat Kabar. Tanggal.
Tempat
3) Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Majalah. Edisi/Nomor
(angka
4) romawi)/Tanggal. Tempat.
5) Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Nama Antologi. Tempat:
Penerbit.
6) Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Dalam Alamat Website.
14
7) Penulis. Tahun. “Judul Makalah”. Data Publikasi. Tempat.
8) Penulis. Tahun. “Judul Artikel”. Laporan. Tempat: Nama Perguruan
Tinggi.
9) Penulis. Tahun. “Judul Skripsi/Tesis/Disertasi”. Bentuk Karangan.
Tempat: Nama Perguruan Tinggi

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari ketiga bentuk penulisan di atas dapat disimpulkan bahwa cara melakukan
penulisan kutipan yang benar yaitu dengan mencantumkan nama, tahun dan halaman
sumber dari kata-kata yang ingin dikutip. Setiap penulis memiliki gaya penulisannya
sendiri, namun tetap harus memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar
berdasarkan teori yang ada.
Selain itu, pada penulisan catatan kaki tidak hanya digunakan untuk menjelaskan
sumber dari kutipan yang diambil, tetapi juga bisa digunakan sebagai penjelasan
terhadap sebuah pernyataan / teori. Begitu pula dengan daftar pustaka tidak harus
dicantumkan pada akhir buku saja, tetapi juga bisa ditulis per bab dibagian akhirnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

George Forbes Memorial Library, Lincoln University. (2010). APA style referencing, 6th
Edition. Canterbury, New Zaeland: Author. Retrieved from
http://library.lincoln.ac.nz/Documents/Library/APA-Style-Referencing.pdf
FA Bahasa | Forester Act Media Group, 2017 – 2021, Daftar Pustaka: Pengertian, Tujuan,
Fungsi, dan Contoh, ( https://bahasa.foresteract.com/daftar-pustaka-pengertian-tujuan-
fungsi-dan-contoh/ , diakses sekitar tanggal 19 – 22 Oktober 2021)

samhis setiawan, 2021, “Catatan Kaki” Pengertian & ( Fungsi – Cara Menulis – Contoh ),
( https://www.gurupendidikan.co.id/catatan-kaki/ , diakses sekitar tanggal 20-22 Oktober)

16

Anda mungkin juga menyukai