Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belum lama ini, kita telah disajikan berita yang menghebohkan bahwa
pemimpin DKI Jakarta telah menghina al-Quran dalam kunjungannya di
Pulau Seribu. Al-Quran surat al-Maidah ayat 51 spontan banyak dikaji ulang
oleh para intelektual terlebih kaum agamawan. Terlepas seperti apa tafsiran
yang lebih tepat pada ayat tersebut, dalam konteks permasalahan ini, penulis
hanya ingin menyampaikan bahwa lapak tilas, sepak terjang dari seorang
pemimpin, sangatlah berpengaruh terhadap apa yang dipimpinnya.

Contohnya, jika kita tarik makna pemerintahan Jakarta menjadi


sebuah organisasi Jakarta, maka istilah yang mungkin tepat adalah kesatuan
dalam perkumpulan untuk tujuan bersama. Organisasi Jakarta dibentuk
dengan memakan APBD yang tidak sedikit, tujuannya adalah agar rakyat
Jakarta bisa hidup lebih baik dengan arahan dan bimbingan (manajemen) dari
pemimpin organisasi Jakarta.

Perihal hajat bersama, yang menentukan memang bukan hanya


pemimpin, melainkan yang dipimpin, sistem yang dibangun dan seterusnya.
Kendati demikian, tetap saja yang mempunyai andil besar adalah bagaimana
kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang kepala organisasi.

Dengan demikian, menjadi hal yang menarik untuk dibahas bersama


dalam kelas ini, bagaimana kepemimpinan dalam organisasi.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan menganalisa hakikat kepemimpinan.
2. Mengetahui dan menganalisa faktor berlangsungnya kepemimpinan.
3. Mengetahui dan menganalisa peluang mendapatkan kepemimpinan.
4. Mengetahui dan menganalisa gaya kepemimpinan dalam organisasi.
5. Mengetahui dan menganalisa tipe kepemimpinan dalam organisasi.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Hakikat Kepemimpinan


Kepemimpinan memiliki kata dasar yaitu pimpin. Pimpin dalam artian
aktif ialah berpimpin. Sedangkan kata pemimpin adalah orang yang
melakukan atau pelakunya yang dikenal dengan subjek. Adapun
kepemimpinan, mempunyai arti cara memimpin atau perihal pemimpin.
Demikian arti yang ada pada kamus besar bahasa Indonesia.1
Makna dasar kepemimpinan tersebut, perlu diikat oleh konteks
keorganisasian yang menjadi pembahasan dalam tulisan saat ini. Maka, perlu
adanya definisi kepemimpinan menurut para ahli.
Menurut Wahjosumidjo, kepemimpinan diterjemahkan ke dalam
istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola,
interaksi (dalam organisasi), hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari
satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain- lain tentang
legitimasi pengaruh.2
Miftah Thoha, kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi
perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan
maupun kelompok. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan
kegagalan organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi
tersebut.3
Martinis Yamin dan Maisah, mengutip pendapat C. Turney,
mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan
oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen.4

1
Http://kbbi.web.id/pimpin. Diakses pada 26 Oktober 2016. Lihat juga pada website resmi
badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi, kamusbahasaindonesia.org, dan kbbionline.com.
2
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2005, hal.
17.
3
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Grafindo
Persada, 2010, hal. 9.
4
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Persada Press, 2010, hal. 74.
3

A. Dale Timple mengartikan kepemimpinan adalah proses pengaruh


sosial dimana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam
usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan
seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai
dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat
berpengaruh bagi nama besar organisasi.5
Menurut Sudarwan Danim, kepemimpinan adalah setiap perbuatan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan
memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam
wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.6
Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli, yang
menarik untuk dikaji ulang adalah, bahwa kepemimpinan merupakan proses
bersama, dengan komando manajemennya ada pada seorang yang memegang
tampuk kepemimpinan. Dari manajemen tersebut sehingga muncul strategi
dan metode dalam merumuskan tujuan organisasi yang efektif.

B. Faktor-Faktor Berlangsungnya Kepemimpinan


Kepemimpinan ini akan berjalan sempurna apabila terpenuhi faktor-
faktor berikut ini:
1. Adanya pemimpin
2. Adanya anggota
3. Adanya kekuasaan (power), yaitu adanya otoritas dalam kebijakan.
4. Terdapat nilai (value), merupakan keyakinan dasar akan adanya
perubahan yang lebih baik pada individu atau kelompok.
5. Terdapat tujuan (goal), adalah suatu hasil atau cita-cita yang akan dicapai
dalam organisasi tersebut

5
A. Dale Tiple, Memimpin Manusia, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia,
2000, hal. 58.
6
Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Jakarta: Rineka Cipta,
2004, hal. 56. Penekanan definisi pada makna demi tujuan bersama, lihat juga Kartini Kartono,
Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, hal. 94.
4

6. Terdapat pengaruh, adalah tindakan atau contoh perilaku yang


menyebabkan perubahan pada warga organisasi tersebut.7
Dari keenam faktor tersebut, apabila ada salah satu faktor tidak
terpenuhi, maka organisasi tersebut patut untuk dipertanyakan eksistensinya.

C. Peluang Mendapatkan Kepemimpinan


Peluang kepemimpinan akan terbuka lebar apabila ada kondisi
berikut:
1. Tradisional (warisan)
Jalur ini, seseorang menjadi pemimpin karena keturunan (warisan
orang tua). Sebagai contoh, pangeran Vajiralongkorn yang mendapatkan
tampuk kepemimpinan dari ayahnya raja Bhumibol Adulyadej yang
meninggal pada kamis 13 Oktober 2016 pukul 15.52 waktu Thailand.8
Sama halnya kepemimpinan sebuah yayasan atau pondok pesantren yang
(bukan rahasia publik) kiainya mewariskan jabatan kepada anak atau
keluarganya.
2. Kepribadian
Kepemimpinan ini murni didapat karena pertimbangan calon
pemimpin memang memiliki kepribadian yang kuat, baik kuat karena
intelektualitasnya maupun kekuatan fisiknya.
3. Situasional
Seorang mendapatkan kepemimpinan karena kesempatan atau
kondisi lingkungan. Contohnya pengangkatan Luhut Binsar Panjaitan
untuk mengisi kekosongan kepemimpinan Kementerian ESDM sekaligus
pada memegang kepemimpinannya dalam Menko Kemaritiman. Hal ini

7
Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan; Kajian Teoritis dan Praktis, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2005, hal. 18. Lihat juga Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, Jakarta: CV. Pedoman
Ilmu Jaya, 1992, hal. v.
8
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej Meninggal Dunia”, dalam
http://internasional.kompas.com/read/2016/10/13/19084611/raja.thailand.bhumibol.adulyadej.meni
nggal.dunia, Sumber: Reuters. Diakses pada 24 Oktober 2016.
5

lantaran Arcandra terlibat kasus hukum yaitu masalah kewarganegaraan


ganda.9
4. Pengangkatan atasan
Seseorang mendapatkan kepemimpinan karena diangkat oleh pihak
atasannya, berdasarkan struktural organisasi. Sebagai contoh, Ketua
Organisasi FPI yang menujuk kadernya untuk menjadi Korlap
Demonstrasi Akbar.
5. Kepercayaan kelompok
Artinya seseorang dapat meraih kepemimpinan berdasarkan dari
anggota organisasi.
6. Pemilihan
Seseorang dapat memiliki peluang ini apabila suaranya (dukungan
anggota) lebih tinggi dibandingkan dengan kandidat yang lain setelah
adanya proses pemilihan.10
Peluang-peluang yang ada dalam mendapatkan kepemimpinan, yang
umumnya diterapkan sistemnya oleh kebanyakan organisasi-organisasi Islam
adalah peluang melalui pemilihan.

D. Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi


Beragam gaya kepemimpinan yang bisa mewarnai sebuah organisasi.
Adapun ragamnya yaitu sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Direktif Otokratif


Gaya kepemimpinan ini memberikan peluang yang sangat luas
kepada pemimpin untuk melaksanakan otoritasnya, sedangkan kebebasan
bawahan untuk mengemukakan pendapat sangat terbatas. Pemimpin
merupakan pusat komando, pusat perintah terhadap bawahan.

9
M. Iqbal, “Dalam Dua Tahun Jokowi Tiga Kali Rombak Kabinet”, dalam
http://news.detik.com/berita/d-3325212/dalam-dua-tahun-jokowi-tiga-kali-rombak-kabinet,
diakses pada 24 Oktober 2016.
10
Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan; Kajian Teoritis dan Praktis, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2005, hal. 15.
6

2. Gaya Kepemimpinan Persuasif


Pemimpin melaksanakan otoritas dan kontrol terutama dalam
proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pemimpin
memperhatikan masukan-masukan dari bawahan, bawahan mendapat
kebebasan terbatas untuk mengemukakan pendapatnya, mereka diikut
sertakan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini, putusan pimpinan
merupakan keputusan bersama meskipun jumlah/persentase masukan
dari bawahan masih terhitung minim.
3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif
Pemimpin memberikan kesempatan yang luas kepada bawahan
untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. Cara yang ditempuh
adalah menyajikan rancangan yang bersifat sementara. Rancangan
tersebut ditawarkan kepada bawahan, yang masih terbuka kemungkinan
adanya perubahan. Dengan cara ini pemimpin berkesempatan
mengajukan gagasannya kepada bawahannya melalui proses konsultasi.
Cara ini juga memberikan peluang yang luas bagi bawahan untuk
mengemukakan pendapatnya secara bebas dalam membuat suatu
keputusan manajemen.
4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluas-
luasnya kepada bawahan untuk mengemukakan pendapatnya. Pemimpin
dan bawahan bekerjasama secara penuh dalam team. Cara lain, pemimpin
dan bawahan bekerja dalam team tetapi pemimpin tidak berperan
langsung melainkan mendelegasikan kepada staff senior. Pendelegasian
pembuatan keputusan menunjukan adanya kebebasan bertindak dalam
batas tertentu, meskipun bawahan sangat dominan tapi tetap tanggung
jawab berada pada pimpinan.
5. Gaya Kepemimpinan Musyawarah
Kepemimpinan berdasarkan tata nilai kebersamaan yang
diwujudkan dalam bentuk kekeluargaan dan gotong royang, tindakan
pemimpin ditandai oleh rasa tolong menolong, saling membantu dan
7

berkerja sama berdasarkan kasih sayang, serta tetap berpegang pada


efisiensi dan efektif. Tindakan yang dilakukan oleh pemimpin dalam
pengambilan keputusan mengikuti prosedur penentuan masalah,
pengumpulan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan.11

E. Tipe Kepemimpinan Dalam Organisasi


Masing-masing organisasi memiliki karakternya tersendiri, baik
karakter kepemimpinan maupun keanggotaan organisasi tersebut. Dengan
karakter-karakter yang ada, silahkan disesuaikan dengan tipe pemimpin yang
mungkin dianggap lebih proporsional dalam organisasi. Berikut adalah tipe
kepemimpinan yang ditulis oleh Siagian:
1. Tipe Otokratis
Kepemimpinan otokratis ialah kepemimpinan yang memiliki
kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik
pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat. Terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya, dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut:
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

3. Tipe Militeristis
11
Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: PT. BPFE, 1996, hal. 146.
8

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari


seorang pemimpin tipe militeristis berbeda dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah
seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: Dalam menggerakan
bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari
bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
4. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-
sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karismatik. Umumnya
diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang
amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak
dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang
menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural
powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya,
Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy
adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya
masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.
Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang
‘ganteng’.

5. Tipe Demokratis
9

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe


pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang
termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork
dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang
kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.12

12
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hal. 27.
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan proses bersama, yang komando
manajemennya ada pada seorang yang memegang tampuk kepemimpinan.
Faktor berlangsungnya kepemimpinan meliputi; adanya pemimpin,
terdapat anggota, terdapat kekuasaan, adanya nilai, terdapat tujuan dan
adanya pengaruh.
Kepemimpinan dapat diraih dengan beberapa peluang yaitu dengan
warisan, kepribadian, situasional, pengangkatan atasan, kepercayaan
kelompok dan pemilihan.
Gaya kepemimpinan dalam organisasi meliputi gaya kepemimpinan
direktif otokratif, kepemimpinan persuasif, kepemimpinan konsultatif,
epemimpinan partisipatif, kepemimpinan musyawarah.
Banyak tipe kepemimpinan yang mewarnai sebuah organisasi, tipe
kepemimpinan tersebut adalah tipe otokratis, paternalistis, militeristis,
karismatik dan demokratis.
Tipe dan gaya kepemimpinan dalam organisasi yang penulis
sampaikan merupakan opsi atas kehendak atau kesesuaian yang ada pada
setiap organisasi. Karena, setiap organisasi memiliki keunikan dan asas
organisasi yang berbeda.

B. Kritik dan Saran


Dengan ini saya membuka ruang diskusi yang lebih jauh lagi, demi
terciptanya khazanah keilmuan yang lebih sempurna, khususnya pada
pembahasan makalah ini. Silahkan email ke dzikriyah@staimi-depok.ac.id!

DAFTAR PURTAKA
11

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1994.

Riberu. Dasar-Dasar Kepemimpinan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992.

Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,


2003.

Soekarso dan Iskandar Putong. Kepemimpinan; Kajian Teoritis dan Praktis,


Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.

Sudarwan Danim. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Jakarta:


Rineka Cipta, 2004.

Susilo Martoyo. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: PT. BPFE,


1996.

Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya , Jakarta:


Rajawali Grafindo Persada, 2010.
Tiple, A. Dale. Memimpin Manusia, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Gramedia, 2000.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Rajawali Grafindo
Persada, 2005.
Yamin, Martinis dan Maisah. Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Persada Press,
2010.

Http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi
Http://internasional.kompas.com
Http://kamusbahasaindonesia.org
Http://kbbi.web.id
Http://kbbionline.com
Http://news.detik.com

Anda mungkin juga menyukai