Penulis:
1. Sri Rahmiyati
2. Amhal Kaefahmi
Editor:
1. Ahmad Hidayatullah
2. Imam Bukhori
3. Mujahid
4. Abdul Mughni
5. Ali Shofha
6. Arifah Imtihani
7. Nazia Nuril Fuadia
8. Nova Indriati
9. Robi’ah Ummi Kulsum
Penulis:
1. Sri Rahmiyati
2. Amhal Kaefahmi
Editor:
1. Ahmad Hidayatullah
2. Imam Bukhori
3. Mujahid
4. Abdul Mughni
5. Ali Shofha
6. Arifah Imtihani
7. Nazia Nuril Fuadia
8. Nova Indriati
9. Robi’ah Ummi Kulsum
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERJUALBELIKAN
ISBN : 978-623-6729-57-1
Diterbitkan oleh:
Direktorat KSKK Madrasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI
Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Lantai 6-7 Jakarta 10110
Sambutan
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, sholawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, manusia paling mulia
akhlaknya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah dasar utama bagi
pendidikan pada jenjang selanjutnya. Raudhatul Athfal (RA) merupakan bentuk
Pendidikan Anak Usia Dini dibawah pembinaan Kementerian Agama RI.
Pendidikan Islam menempatkan anak pada posisi penting sebagai jaminan
kerberlangsungan masa depan bangsa. Masa depan yang serba cepat dan tidak
pasti, masa depan yang mengharuskan manusia dapat beradaptasi dengan
bekal pengetahuan dan keterampilan.
Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh mutu
guru. Guru dituntut memiliki pengetahuan tentang isi (content knowledge) dan
pengetahuan tentang pengajaran (pedagogical knowledge).
Salah satu ikhtiar untuk menguatkan pengetahuan guru tentang
pengajaran adalah dengan memberikan modul. Modul pembelajaran pada RA
digunakan sebagai pegangan dan pedoman guru juga pemangku kepentingan
lain dalam mendampingi tumbuh kembang anak sesuai dengan tingkat
usianya.
Tahun 2021 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat KSKK
Madrasah telah menerbitkan modul pembelajaran RA. Ada delapan modul yang
disusun sebagai penjabaran dari KMA Nomor 792 Tahun 2018. Delapan modul
tersebut diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam praktik
pendampingan tumbuhkembang anak RA.
Terimakasih disampaikan kepada Direktorat KSKK Madrasah khususnya
Subdit Kurikulum dan Evaluasi yang telah mengupayakan terbitnya modul
pembelajaran RA ini. Semoga karya ini bermanfaat dan menjadi amal jariyah,
amin.
i
Kata Pengantar
Moh. Isom
ii
DAFTAR ISI
Sambutan ………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… viii
PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
B. Target ……………………………………………………………………… 2
C. Sasaran ………….……………………………………………………….. 2
D. Ruang Lingkup ……………………………………….…………………. 2
E. Cara Penggunaan Modul ……………………………………………… 3
iii
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 ……………………………………………… 60
MODEL PEMBELAJARAN RAUDHATUL ATHFAL ………………………. 60
A. Tujuan Pembelajaran ………………………………………………….. 60
B. Indikator Pencapaian Tujuan ….……………………………………. 60
C. Materi Pembelajaran ….……………………………………………….. 60
D. Aktivitas Pembelajaran …….…………………………………………. 86
E. Penguatan ……..…………………………………………………………. 87
F. Rangkuman ….………………………………………………………….. 88
G. Evaluasi …….…………………………………………………………….. 88
H. Refleksi dan Tindaklanjut ……………………………………………. 90
iv
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 ……………………………………………… 104
PROSEDUR PENYUSUNAN BAHAN AJAR RA …………………………… 104
A. Tujuan Pembelajaran ………………………………………………….. 104
B. Indikator Pencapaian Tujuan ………………….……………………. 104
C. Materi Pembelajaran ……………….………………………………….. 104
D. Aktivitas Pembelajaran ……….………………………………………. 112
E. Penguatan ……..…………………………………………………………. 114
F. Rangkuman ………….………………………………………………….. 115
G. Evaluasi ……….………………………………………………………….. 116
H. Refleksi dan Tindaklanjut ……………………………………………. 118
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
pengembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, emosi, dan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku), pendidikan agama, bahasa serta
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui anak usia dini. Raudhatul Athfal (RA)
sebagai satuan pendidikan di bawah pembinaan Kementerian Agama
menitikberatkan pada pengembangan aspek-aspek perkembangan
anak, transformasi dan internalisasi nilai-nilai spiritual keislaman.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2764 Tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar di Raudhatul
Athfal, menekankan bahwa kualitas pembelajaran Raudhatul Athfal
(RA) ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu perencanaan,
proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengembangan
bahan ajar. Terkait dengan proses pembelajaran yang berkualitas,
berdasarkan Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019
tentang Strategi Pembelajaran di Raudhatul Athfal menyatakan
bahwa keunikan dan tahap perkembangan anak agar dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal dibutuhkan strategi pembelajaran
yang kreatif dan inovatif dari guru.
Pengalaman belajar yang berkualitas dapat diperoleh melalui
strategi pembelajaran dan pemilihan bahan ajar yang kreatif, inovatif,
dan mengikuti perkembangan teknologi. Keunikan dan tahapan
perkembangan anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal juga membutuhkan strategi pembelajaran yang kreatif dan
inovatif dari guru. Karena itu guru profesional diharapkan mampu
menyusun strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria dan prinsip
perkembangan anak usia dini serta mampu melakukan
1
pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan anak serta
karakteristik RA.
Modul ini disusun untuk memberikan panduan operasional
pembelajaran di RA terkait penentuan dan penerapan strategi
pembelajaran serta pengembangan bahan ajar di RA. Terdapat
beberapa strategi pembelajaran yang dapat dipilih dan diterapkan
oleh guru sesuai kondisi lingkungan dan sumber daya manusia yang
dimiliki. Pengembangan bahan ajar juga disesuaikan dengan
ketersediaan bahan di lingkungan anak dan RA.
Berbekal pemahaman isi modul strategi pembelajaran dan
pengembangan bahan ajar diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi guru Raudhatul Athfal (RA)
B. Target Kompetensi
Target kompetensi yang ingin dicapai melalui pembelajaran
modul ini adalah:
1. Menentukan strategi pembelajaran RA
2. Terampil menerapkan strategi pembelajaran RA
3. Mendeskripsikan konsep pengembangan bahan ajar RA
4. Terampil menerapkan prosedur penyusunan bahan ajar RA
5. Terampil mengembangkan bahan ajar RA
C. Sasaran
Sasaran modul ini adalah pengelola, pelaksana kegiatan
pembelajaran di RA dan pemangku kepentingan lainnya
D. Ruang Lingkup
1. Konsep dan Prinsip Pembelajaran RA
2. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran RA
3. Model Pembelajaran RA
4. Konsep Pengembangan Bahan Ajar RA
5. Prosedur Penyusunan Bahan Ajar RA
2
E. Cara Penggunaan Modul
1. Modul strategi pembelajaran dan pengembangan bahan ajar ini ini
berisi tentang: (1) latar belakang; (2) target kompetensi; (3)
sasaran; (4) ruang lingkup: (5) cara penggunaan modul; dan (6)
kegiatan pembelajaran;
2. Kegiatan Pembelajaran meliputi: (1) tujuan pembelajaran; (2)
indikator pencapaian tujuan; (3) materi pembelajaran; (4) sumber
belajar; (5) aktivitas pembelajaran; (6) penguatan; (7) evaluasi; (8)
refleksi dan tindak lanjut
3. Sebelum mempelajari modul ini, Bapak/Ibu harus memiliki
dokumen-dokumen sebagai berikut:
a. Keputusan Menteri Agama Nomor 792 Tahun 2018 tentang
Kurikulum Raudhatul Athfal.
b. Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2764 Tahun 2019 tentang
Pengembangan Bahan Ajar di Raudhatul Athfal
c. Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019 tentang
Strategi Pembelajaran Raudhatul Athfal
4. Waktu yang digunakan untuk mempelajari modul ini diperkirakan
24 Jam Pembelajaran (JP) di mana satu JP setara dengan 45
menit., dengan rincian :
- Konsep dan Prinsip Pembelajaran RA : 2 jp
- Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran RA : 6 jp
- Model Pembelajaran RA : 6 jp
- Konsep Pengembangan Bahan Ajar RA : 4 jp
- Prosedur Penyusunan Bahan Ajar RA : 6 jp
5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran, Bapak/Ibu sebaiknya
mulai dengan membaca petunjuk dan pengantar modul ini,
menyiapkan dokumen yang diperlukan, mengikuti tahap demi
tahap kegiatan pembelajaran secara sistematis dan mengerjakan
kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK). Setiap
menyelesaikan kegiatan pembelajaran di masing-masing modul,
Bapak/Ibu akan mengerjakan latihan soal dan penugasan lainnya.
3
Untuk melengkapi pemahaman, Bapak/Ibu dapat membaca
sumber-sumber lain yang relevan.
6. Pelajarilah keseluruhan materi modul ini secara intensif. Modul ini
dirancang sebagai bahan belajar mandiri.
4
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
KONSEP DAN PRINSIP PEMBELAJARAN RAUDHATUL ATHFAL
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1 tentang konsep
dan prinsip-prinsip pembelajaran di RA, Bapak/Ibu diharapkan
mampu melaksanakan pembelajaran di RA dengan baik sesuai
dengan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini.
C. Materi Pembelajaran
1. Konsep Pembelajaran RA
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, guru hendaknya
mengupayakan dengan sungguh-sungguh, sadar, dan terencana agar
di RA tercipta suasana belajar yang ramah anak. Suasana belajar
ramah anak adalah suasana belajar yang menyenangkan, memberikan
rasa aman dan nyaman. Selain itu, guru hendaknya mengupayakan
proses pembelajaran yang bertujuan, yakni semua aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru dan anak didik diarahkan pada
pencapaian tujuan.
5
Akhir dari proses pembelajaran adalah kemampuan anak untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan sosialisasi
dengan masyarakat, bangsa dan negera. Dengan demikian proses
pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan
kecerdasan atau intelektual, dan pengembangan keterampilan.
Demikian itulah sebagaimana petunjuk dalam ayat-ayat al-Qur’an
surat Hud ayat 37 sebagai berikut.
ظلَ ُم ْوا ۚاِنَّ ُه ْم ُّم ْغ َرقُ ْو َن ِ صن َِع ْالفُ ْل َك بِا َ ْعيُنِنَا َو َو ْحيِنَا َو ََل تُخ
َ ََاط ْبنِ ْي فِى الَّ ِذيْن ْ َوا
Artinya: “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan
petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku
tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan.”
ِ اَل ْلبَا
ب َ ْ قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوى الَّ ِذيْنَ يَ ْعلَ ُم ْونَ َوالَّ ِذيْنَ ََل يَ ْعلَ ُم ْو َن ۗ اِنَّ َما يَتَذَ َّك ُر اُولُوا...
Artinya: “… Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar
ayat 9)
ِ ْ اب ٰا َمنَّا ۗ قُ ْل لَّ ْم تُؤْ ِمنُ ْوا َو ٰل ِك ْن قُ ْولُ ْْٓوا ا َ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما َي ْد ُخ ِل
... اَليْ َما ُن ِف ْي قُلُ ْو ِب ُك ْم َْ ت
ُ اَلع َْر ِ َقَال
Artinya: “Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah
beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami
telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu…” (QS.
Al-Hujurat ayat 14)
Pada hakekatnya kegiatan pembelajaran pada anak usia dini
adalah pengembangan kurikulum berupa seperangkat rencana berisi
sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada
anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang
harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus
dimiliki oleh anak (Sujiono dan Sujiono, 2007:206)
Proses pembelajaran RA diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
6
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis anak RA, mengembangkan diri
anak secara menyeluruh (the whole child). Berbagai kecakapan
dilatihkan dan dibiasakan agar anak-anak kelak tumbuh menjadi
manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang dikembangkan
meliputi aspek-aspek fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi,
kreativitas, dan bahasa. Tujuannya ialah agar kelak anak-anak
berkembang menjadi manusia utuh yang memiliki kepribadian dan
akhlak mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan
orang lain, mampu hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Raudhatul Athfal (RA) bertujuan menyiapkan anak didik memiliki
kesiapan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan yang
diberikan sejak dini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak-
anak ke depannya. Kematangan pendidikan sejak usia RA sangat
berpengaruh bagi perkembangan anak dari berbagai aspek
kecerdasan. RA memberikan persiapan dan menjadi tempat yang tepat
dan dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Pengembangan pembelajaran di RA hendaknya
mempertimbangkan aspek-aspek: perkembangan anak, ciri khas
karakter islami, dan kecakapan abad 21.
7
Aspek-aspek tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Aspek perkembangan anak
Memahami perkembangan anak adalah kunci untuk mendukung
kesejahteraan anak. Ketika guru memahami perkembangan anak, dia
akan mampu mengantisipasi perubahan perkembangan, memiliki
harapan-harapan yang wajar terhadap perilaku anak, bertindak
dengan empati dan memberikan dukungan. Guru juga dapat
mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan
usia anak. Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
perkembangan anak, guru perlu memahami bahwa setiap anak
memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
guru perlu memikirkan kegiatan belajar apa saja yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak, bukan kegiatan yang diinginkan guru.
Montessori meyakini bahwa anak-anak melewati tiga fase
perkembangan, yaitu fase 1 (0-6 tahun), fase 2 (6-12 tahun, dan fase 3
(12-18 tahun). Selama fase-fase tersebut anak-anak belajar dengan
cara yang berbeda-beda. Misalnya fase 1, dari lahir sampai usia 3
tahun, anak memiliki pikiran “tidak sadar” atau “mudah menyerap”.
Anak belajar dengan menyerap apa pun yang terjadi dari
lingkungannya tanpa peduli prosesnya. Dari usia 3 sampai dengan 6
tahun, anak mengembangkan pikiran “sadar”. Meski masih menyerap
informasi dari lingkungannya, anak mulai mengembangkan ingatan
dan keinginan. Pada fase ini, anak dengan cepat menguasai bahasa
yang akan membuat perbedaan signifikan pada cara dia menguasai
pengetahuan baru.
Pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak, baik usia maupun kebutuhan individual
anak. Perkembangan anak mempunyai pola tertentu sesuai dengan
garis waktu perkembangan. Setiap anak berbeda perkembangannya,
ada yang cepat ada pula yang lambat. Oleh karena itu, pembelajaran
anak usia dini harus disesuaikan dengan kelompok usia anak, baik
lingkup maupun tingkat kesulitannya.
8
Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat
dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Secara
empiris terdapat hasil-hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa
pendidikan anak usia dini sangat penting. Mengapa? Karena menurut
Clark (dalam Yuliani, 2009) pada waktu manusia dilahirkan,
kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100–200 milyar sel otak
yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat
perkembangan optimal. Hanya saja fakta hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai, hal ini
disebakan oleh kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk
mengoptimalkan fungsi otak.
Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan
pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa depannya.
Masa ini biasa disebut sebagai masa keemasan (The Golden Age). Masa
ini adalah periode yang sangat kritis yang akan menentukan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Anak
9
anak pada usia 0 tahun mencapai 25%, usia 6 tahun mencapai 85%,
dan usia 12 tahun mencapai 100%.
Guru RA perlu juga memahami bagian-bagian otak yang sangat
berpengaruh terhadap pendidikan anak usia dini seperti tabel berikut.
10
pengalaman yang diperoleh.
Otak bayi jauh lebih tidak aktif Ketika anak berusia 3 tahun, otak
dibandingkan otak mahasiswa. mereka 2 kali lebih aktif
dibandingkan dengan otak orang
dewasa. Tingkat keaktifan menurun
waktu anak mencapai usia remaja.
11
RA setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu dapat disebut sebagai
usaha membiasakan. Bila anak masuk kelas tidak mengucapkan
salam, maka guru mengingatkan agar bila masuk ruangan hendaklah
mengucapkan salam. Hal ini juga satu cara membiasakan. Demikian
itu sehingga menurut Ahmad Tafsir (2004:145), pembiasaan itu
berjalan bersama-sama dengan keteladanan, sebab pembiasaan
dicontohkan guru.
Pembiasaan yang berintikan pengulangan juga bermanfaat
untuk menguatkan hafalan. Rasulullah saw. berulang-ulang berdo’a
dengan do’a yang sama, sehingga beliau hafal benar do’a itu. Para
sahabat yang mendengarkan do’a yang berulang-ulang itu juga hafal
do’a itu.
Nilai-nilai agama Islam harus mendasari cara berpikir, bersikap,
dan bertindak para guru. Dalam pandangan Islam, posisi guru
sangatlah penting. Tanpa keberadaan guru, proses pendidikan tidak
berarti apa-apa. Untuk itu, untuk mewujudkan guru yang memiliki
ruh atau spirit Islam, perlu melihat sisi kehidupan Nabi Muhammad
saw. sebagai guru. Mengapa? Karena pada dasarnya diutusnya
Muhammad saw. sebagai rasul di muka bumi ini adalah sebagai
uswatun hasanah (suri tauladan) dan rahmatan lil-‘alamin (rahmat
bagi seluruh alam). Artinya, seluruh aspek sunnah Nabi Muhammad
saw. adalah panduan utama setelah Al-qur’an dalam seluruh aspek
kehidupan manusia, termasuk pendidikan, sebagaimana firman Allah
Swt. sebagai berikut.
ب َو ْال ِح ْك َم ۚةَ َوا ِْن
َ س ْو اَل ِ ِّم ْن ا َ ْنف ُ ِس ِه ْم َيتْلُ ْوا َعلَيْ ِه ْم ٰا ٰيتِ ٖه َويُزَ ِ ِّك ْي ِه ْم َويُ َع ِ ِّل ُم ُه ُم ْال ِك ٰت َ لَقَ ْد َم َّن اللّٰهُ َعلَى ْال ُمؤْ ِم ِنيْنَ اِ ْذ بَ َع
ُ ث فِ ْي ِه ْم َر
ض ٰل ٍل ُّمبِ ْي ٍن
َ كَانُ ْوا ِم ْن قَ ْب ُل لَ ِف ْي
Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-
orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang
rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
12
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.” (QS. Ali 'Imran ayat 164)
Dalam pandangan Islam, seorang guru ideal adalah orang yang
selalu merealisasikan fungsi, tugas, dan kedudukannya sebagai
murabbi, mu’allim, muaddib, muzakki, mudarris, mursyid, dan
ustadz.
Tabel 1.3 Fungsi, Tugas, dan Kedudukan Guru RA
Fungsi, Tugas,
dan
Deskripsi
Kedudukan
Guru RA
13
Hubungan guru dengan anak dibangun atas dasar mahabbah
fillah (rasa kasih sayang karena Allah Swt.), bukan hubungan
transaksional-materialistik. Esensi Al-qur’an tentang pendidikan
seluruhnya diwarnai oleh prinsip rahmah (kasih sayang). Prinsip ini
pada dasarnya memberi bentuk dan warna pada seluruh tindakan
praktis pendidikan Islam.
14
pemecahan masalah pada hakikatnya belajar berpikir yaitu berpikir
mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum
pernah dijumpai. Abad 21 ini membawa konsekuensi bahwa
kehidupan anak-anak yang kompleks membawa anak-anak dalam
berbagai persoalan, baik persoalan di rumah, di sekolah, dengan
temannya, atau persoalan bagi dirinya sendiri. Untuk itu, sejak usia
dini guru dan orang tua perlu mengajari anak-anak kecakapan
berpikir kritis, yang berguna bagi mereka untuk mengatasi persoalan
yang dihadapinya sendiri.
Selain itu, pada era digital saat di mana arus informasi sangat
berlimpah, anak-anak perlu memiliki kemampuan untuk: (1) memilih
sumber dan informasi yang relevan, (2) menemukan sumber dan
informasi berkualitas, dan (3) melakukan penilaian terhadap sumber
dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan kemutahiran.
Dasar kompetensi kreatif anak RA dibangun berdasarkan
penghargaan yang diberikan oleh guru sehingga anak mampu
menampilkan kemampuan lebih baik. Selain itu, sikap terbuka dan
responsif dari pendidik terhadap pendapat yang berbeda-beda, serta
melatih anak mencari alternatif dan gagasan baru.
Mayesty (1999) mengemukakan delapan cara untuk membantu
anak dalam mengekspresikan kreatifitas, yaitu:
1) Bantu anak menerima perubahan;
2) Bantu anak menyadari bahwa beberapa masalah tidak mudah
dipecahkan;
3) Bantu anak untuk mengenali berbagai masalah memiliki solusi;
4) Bantu anak untuk belajar menafsirkan dan menerima
perasaannya;
5) Beri penghargaan pada kreatifitas anak;
6) Bantu anak untuk merasa nyaman dalam melakukan aktivitas
kreatif dan dalam memecahkan masalah;
7) Bantu anak untuk menghargai perbedaan dalam dirinya; dan
15
8) Bantu anak dalam membangun ketekunan dalam dirinya.
Keterampilan kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja
secara efektif dan menghormati perbedaan kelompok, berlatih untuk
memiliki fleksibitas dan kemauan berkompromi untuk mencapai
tujuan bersama. Tugas kolaboratif diasumsikan sebagai tanggung
jawab bersama dan menghargai kontribusi individu dari setiap anggota
tim (Trilling, 2009: 55). Dalam Al-qur’an surat Ali Imron ayat 103 juga
disebutkan:
ْ َ ف بَيْنَ قُلُ ْوبِ ُك ْم فَا
ْٓصبَ ْحت ُ ْم بِنِ ْع َمتِ ٖه َ َّت اللّٰ ِه َعلَ ْي ُك ْم اِ ْذ ُك ْنت ُ ْم ا َ ْع َد ۤا اء فَاَل َ َص ُم ْوا بِ َح ْب ِل اللّٰ ِه َج ِم ْيعاا َّو ََل تَف ََّرقُ ْوا َۖوا ْذ ُك ُر ْوا نِ ْع َم ِ َوا ْعت
ِ َّاِ ْخ َوانا ۚا َو ُك ْنت ُ ْم َع ٰلى َشفَا ُح ْف َرةٍ ِ ِّمنَ الن
ار فَاَنْقَذَ ُك ْم ِ ِّم ْن َها ۗ ك َٰذ ِل َك يُبَيِِّ ُن اللّٰهُ لَ ُك ْم ٰا ٰيتِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْهتَد ُْو َن
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang berBapak/Ibu; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali 'Imran ayat 103)
Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui
pengalaman yang ada di RA. Anak-anak dapat bekerja bersama-sama
secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek yang autentik dan
mengembangkan keterampilannya. Keterampilan ini penting menjadi
bekal bagi anak-anak di masa depan, ketika mereka menghadapi
rekan kerja yang berada pada lokasi saling berjauhan. Keterampilan
komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai dengan keterampilan
menggunakan teknologi dan sosial media akan memungkinkan
terjadinya kolaborasi dengan kelompok-kelompok internasional. Dasar
keterampilan berkolaborasi anak RA dilatih dalam berteman, kerja
sama kelompok, kepemimpinan, beradaptasi dalam aktifitas di
berbagai lingkungan belajar, budaya tertib dan antri.
16
Guru RA dapat melatih keterampilan kolaborasi ini seperti yang
disarankan Etty Sunanti (suarahati.org) melalui enam hal, sebagai
berikut.
1) Mengenali potensi masing-masing tiap anak;
2) Kelemahan bukan untuk dibuang, tetapi cari kelebihannya untuk
mendukung kesuksesan;
3) Membiasakan anak-anak agar bisa beradaptasi dengan berbagai
kondisi;
4) Percaya diri menyampaikan pendapat dengan baik;
5) Menolong orang lain adalah menolong dirinya sendiri; dan
6) Menjadi anggota tim terbaik. Apapun posisinya, ajarkan anak anak
untuk terampil.
Kemampuan komunikasi secara baik merupakan keterampilan
yang sangat berharga bagi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan ini menjadi bekal penting bagi anak dalam menapaki
kehidupan selanjutnya. Kemampuan komunikasi mencakup
keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan
persuasif secara lisan maupun tertulis, kemampuan menyampaikan
opini dengan kalimat jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan
dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara. Dasar
keterampilan komunikasi anak RA dibangun sejak dini, yakni
bagaimana cara orangtua berkomunikasi dengan bayi, yang
selanjutnya akan menentukan kemampuan anak tersebut dalam
berkomunikasi. Kemampuan komunikasi di RA dilatih dalam aspek
pengembangan bahasa melalui bercerita, membacakan buku cerita,
tanya jawab, berdialog dan aktivitas literasi lain.
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran RA
Guru yang akan melaksanakan pembelajaran di RA hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang diharapkan mampu
mengembangkan karakter islami sesuai dengan perkembangan anak
usia dini. Terdapat 7 (tujuh) prinsip pembelajaran, yaitu: motivasi,
17
pengulangan, perhatian, partisipasi aktif, pentahapan, perubahan
perilaku, belajar melalui bermain.
18
kreatifitas, dan kemandirian anak sesuai dengan karakteristik,
potensi, tingkat perkembangan dan kebutuhannya.
b. Prinsip pengulangan
Prinsip ini menekankan kepada para guru untuk mengulang-
ulang materi pembelajaran yang dibelajarkan kepada anak didik.
Selain itu, juga menekankan pembiasaan melakukan aktivitas
pembelajaran kepada anak didik, seperti mengamati, menanggapi,
mengingat, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Tujuan prinsip
pengulangan adalah agar materi pembelajaran membekas dalam diri
anak didik dan mengembangkan aspek-aspek perkembangannya.
Prinsip pengulangan ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-
qur’an surat Al-Isra’ ayat 41:
ص َّر ْفنَا فِ ْي ٰهذَا ْالقُ ْر ٰا ِن ِليَذَّ َّك ُر ْو ۗا َو َما يَ ِز ْي ُدهُ ْم ا ََِّل نُفُ ْو ارا
َ َولَقَ ْد
Artinya: “Al-qur’an ini kami telah mengulang-ulangi (peringatan-
peringatan) agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak
lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)”
Guru RA juga hendaknya menerapkan prinsip ini manakala
memberikan nasehat (mau’idzah). Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Nahlawi (1989: 410), guru seharusnya berulang kali
mengingatkan agar nasehat yang disampaikan itu menyentuh kalbu
dan meninggalkan kesan, sehingga anak-anak yang dinasehati
tergerak untuk mengikuti nasehat itu. Agar nasehat itu bisa sampai
menyentuh kalbu, dalam menyampaikan nasehat guru harus
melakukannya dengan penuh keikhlasan dan berulang-ulang. Seperti
cerita sebuah hadis, “Rasulullah saw. menasehati kami dengan
nasehat yang menyentuh, yang membuat hati kami bergetar, dan
karenanya mata kami mengeluarkan air mata. Maka kami berkata,
‘Wahai Rasulullah, seakan-akan ia merupakan nasehat orang yang
menitipkan, maka wasiatkanlah kepada kami’.”
c. Prinsip perhatian
Perhatian merupakan proses dalam belajar di mana anak-anak
memilih dan merespon sekian dari banyak rangsangan yang diterima
19
dari lingkungan sekitarnya. Prinsip ini memberikan penekanan kepada
anak didik untuk memperhatikan dengan sepenuh hati setiap materi
pembelajaran atau aktivitas kegiatan yang disampaikan guru.
Sebaliknya, para guru hendaknya mengupayakan agar setiap anak
didik fokus dalam mengikuti pembelajaran.
Prinsip ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat
204:
ِ ئ ْالقُ ْر ٰا ُن فَا ْست َِمعُ ْوا لَهٗ َوا َ ْن
صت ُ ْوا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْو َن َ َواِذَا قُ ِر
Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-qur’an, maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat.”
Dalam pembelajaran guru hendaknya berupaya untuk
merangsang antusiasme anak, supaya ia dapat menerima pelajaran
dengan jiwa yang baik. Pada dasarnya, anak-anak membutuhkan
perhatian dan dukungan dari guru. Salah satu cara yang bisa
dilakukan oleh pendidik ialah meluangkan waktu untuk mendengar
cerita dari anak-anak.
d. Prinsip Partisipasi Aktif
Partisipasi adalah keterlibatan anak, baik fisik maupun mental,
melalui pengaktifan panca indera dalam serangkaian kegiatan belajar
yang meliputi aktivitas visual, mendengar, mengucapkan/lisan,
motorik, emosional dan bahasa tubuh serta berbuat sesuai ketentuan
dalam struktur partisipasi belajarnya. Keterlibatan itu dilakukan anak
sebagai upaya memenuhi rasa ingin tahu akan suatu keterampilan
atau materi pembelajaran yang akan meningkatkan kualitas diri.
Guru hendaknya menciptakan suasana yang mendorong anak
aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, berani
mengemukakan pendapat, dan melakukan sendiri. Dengan demikian
sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentris pada diri anak
dan mengembangkan kemampuan sosialnya.
Implementasi pembelajaran partisipasi aktif dapat dilakukan
antara lain: pelibatan anak dalam setiap kegiatan dan permainan;
20
pembiasaan dalam kebersihan, keteraturan, kesabaran, dan
ketekunan. Contoh kegiatan: latihan praktik wudu, belajar sholat
berjamaah dan lain-lain.
e. Prinsip pentahapan
Guru RA hendaknya memperhatikan tahapan-tahapan yang
harus dilalui dalam mendidik anak. Pentahapan ini selain disesuaikan
dengan usia anak, juga dengan aspek materinya. Gradasi pemberian
materi akan sangat berpengaruh atas kesuksesan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, hendaknya guru mengikuti proses
pentahapan dari mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak, dari dekat
ke jauh, dari gerakan ke verbal, dari sederhana ke kompleks, dan dari
diri sendiri ke sosial. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik
hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang-ulang.
Prinsip tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an
surat Al-Isra’ ayat 106:
ٍ اس َع ٰلى ُم ْك
ث َّون ََّز ْل ٰنه ُ ت َ ْن ِزي اْل ِ ََّوقُ ْر ٰاناا فَ َر ْق ٰنهُ ِلت َ ْق َرا َ ٗه َعلَى الن
Artinya: “Dan Al-qur’an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
f. Prinsip perubahan perilaku
Manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes dan lentur.
Artinya watak manusia itu bisa dilentur, dibentuk, dan diubah.
Manusia menurut Zakiah Darajat, dkk. (2009) merupakan makhluk
pedagogik yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga
mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung, dan pengembangan
kebudayaan. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan adat istiadat,
nilai, dan aliran baru. Sebaliknya, ia dapat meninggalkan adat istiadat,
nilai, dan aliran lama karena interaksi sosial. Ia dilengkapi dengan
fitrah Allah, berupa bentuk yang dapat diisi dengan berbagai
kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang. Pikiran,
perasaan, dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari
21
fitrah itu, sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-qur’an surat Ar-
Rum ayat 30sebagai berikut.
ِ َّق اللّٰ ِه ٰۗذ ِل َك ال ِ ِّديْنُ ْالقَ ِِّي ُۙ ُم َو ٰل ِك َّن ا َ ْكر َ َر الن
اس ََل يَ ْعلَ ُم ْو ُۙ َن ِ اس َعلَ ْي َه ۗا ََل ت َ ْب ِد ْي َل ِلخ َْل َ َت اللّٰ ِه الَّتِ ْي ف
َ َّط َر الن ْ ِف...
َ ط َر
Artinya: “… (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”
Islam menerima prinsip bahwa watak manusia itu luwes dan
lentur. Perilaku, kebiasaan, keahlian, kemahiran, dan pikiran manusia
dapat berubah, bahkan dalam beberapa hal mesti berubah. Perubahan
tersebut tidak terjadi secara otomatis, melainkan oleh karena proses
pembelajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir hayatnya. Adapun
yang mengarahkan jalan perubahan itu adalah Allah Swt.,
sebagaimana firmannya dalam Al-qur’an surat Al-Insan ayat 3:
اِنَّا َه َد ْي ٰنه ُ ال َّس ِب ْي َل اِ َّما شَا ِك ارا َّواِ َّما َكفُ ْو ارا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang
lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”
Dalam melaksanakan pembelajaran, Guru RA hendaknya
memiliki misi untuk mempertahankan fitrah kebaikan pada anak dan
mengubah akhlak buruk menjadi akhlak baik. Sebagaimana tujuan
pendidikan anak usia dini dalam pandangan Islam, yakni memelihara,
membantu pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia yang
dimiliki oleh anak, sehingga jiwa anak yang lahir dalam kondisi fitrah
tidak terkotori oleh kehidupan duniawi.
Pembelajaran dilaksanakan dalam rangka pembersihan akhlak
yang buruk (takhliyah) dan menghiasi dengan akhlak yang mulia
(tahliya). Oleh karena itu, guru hendaknya selalu mendampingi anak,
memberikan penguatan untuk setiap perilaku baik dan konsekuensi
untuk setiap perilaku buruk.
Prinsip ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Anfal ayat 53:
ٰذ ِل َك بِا َ َّن اللّٰهَ لَ ْم يَكُ ُمغَيِ اِّرا نِِّ ْع َمةا اَنْعَ َم َها َع ٰلى قَ ْو ٍم َحتّٰى يُغَيِ ُِّر ْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ُۙ ْم َوا َ َّن اللّٰهَ َس ِم ْي ٌع َع ِل ْي ُۙ ٌم
22
Artinya: “(Siksaan) yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat
yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu
mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri dan
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
g. Prinsip belajar melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak, karena melalui bermain
anak-anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya (Dockett dan Fleer, 2000).
Bermain adalah aktivitas terpilih yang menyenangkan, sukarela,
berguna, dan spontan. Sering juga bersifat kreatif, melibatkan diri
dalam memecahkan masalah, mempelajari keterampilan sosial,
bahasa, dan fisik yang baru.
Bermain sangat penting untuk anak-anak karena beberapa
alasan, sebagai berikut.
1) Bermain akan melibatkan partisipasi aktif anak dengan guru, orang
tua dan teman sebayanya. Hal itu akan membantu hubungan yang
sehat dan bermanfaat di antara mereka.
2) Anak-anak menyukai permainan, sehingga mereka akan tertarik
dan memperhatikan permainan itu.
3) Bermain sangat bagus untuk membantu anak-anak
mengembangkan kecerdasan. Anak akan belajar banyak gagasan
baru dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Bermain juga akan membantu perkembangan sosial anak. Melalui
bermain, anak dapat beradaptasi secara sosial, mengatasi masalah
emosional, terutama dalam permainan imajinatif. Contohnya Ketika
anak-anak bermain dengan boneka-boneka yang berpura-pura
menjadi ayah dan ibu.
5) Bermain membantu mengembangkan keahlian fisik, seperti
ketangkasan manual dan koordinasi.
Selaras dengan jabaran di atas, prinsip yang digunakan dalam
proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut,
23
- Bermain sambil belajar
- Berorentasi pada kebutuhan anak
- Stimulasi terpadu
- Berorentasi pada perkembangan anak
- Lingkungan kondusif
- Menggunakan pembelajaran tematik
- Menggunakan berbagai media dan dan sumber belajar
- Pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan
a. Perencanaan pembelajaran
Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh
penyusunan perencanaan yang matang. Perencanaan pembelajaran
juga merupakan landasan pokok bagi guru dan anak didik dalam
mencapai kompetensi dasar dan indikator-indikator yang ditetapkan.
Dalam merancang pembelajaran, para guru hendaknya menentukan
metode-metode yang relevan dengan materi dan prinsip-prinsip
pembelajaran. Beberapa metode yang dapat dipilih antara lain: cerita,
kisah, nasihat, pelajaran, dan seruan kepada tauhid.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
1) prinsip pembelajaran,
2) strategi pembelajaran yang digunakan, dan
3) karakteristik lingkungan alam, sosial dan budaya setempat.
Perencanaan pembelajaran RA disusun secara sistematis dan
berisikan komponen tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
alat/bahan dan sumber belajar serta evaluasi untuk memenuhi target
24
pencapaian lingkup perkembangan dan tingkat pencapaian
perkembangan anak. Dalam mengimplementasikan perencanaan
pembelajaran, guru diharapkan mampu merancang pembelajaran
tema, menyusun program semester, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) secara sistematis dan komprehensif
sehingga dapat menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Implementasi prinsip-prinsip pembelajaran dalam pelaksanaan
pembelajaran di RA dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut.
1) Libatkan anak didik secara aktif dalam setiap kegiatan bermain
dan belajar. Melalui bermain anak diajak untuk berekplorasi
(penjajagan), menemukan dan memanfaatkan benda-benda di
sekitarnya.
2) Tugaskan anak didik dalam berbagai latihan dan praktik, seperti
latihan wudlu dan praktik sholat.
3) Biasakan anak didik menjaga kebersihan, keteraturan, kesabaran,
dan ketekunan.
4) Berorientasi pada kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya
mendasar bagi anak. Paradigma baru pendidikan bagi anak usia
dini haruslah berorientasi pada pendekatan yang berpusat pada
anak (student centered) dan perlahan-lahan menyeimbangkan
dominasi pendekatan lama yang berpusat pada guru (teacher
centered). Kebutuhan anak yang sangat mendasar adalah
kebutuhan fisik (rasa lapar dan haus), anak dapat belajar apabila
tidak dalam kondisi lapar dan haus. Kebutuhan berikutnya adalah
kebutuhan keamanan (merasa aman, terlindung dan bebas dari
bahaya), dan kebutuhan rasa dimiliki, disayang, dan diterima.
25
5) Guru dalam melaksanakan pembelajaran RA harus menyesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan
kebutuhan individual anak.
6) Anak menjadi pembelajar aktif dalam setiap kegiatan, sedangkan
guru RA berperan sebagai fasilitator, pendamping, atau mengawasi
dari jauh.
7) Anak belajar dengan berinteraksi sosial dengan guru dan teman
sebaya di lingkungan sekolah.
c. Evaluasi pembelajaran
Penilaian perkembangan anak adalah salah satu komponen
dalam sebuah pembelajaran yang penting, di mana guru
mengumpulkan informasi untuk melihat dan menggambarkan capaian
proses dan hasil kegiatan belajar dalam diri anak tersebut. Proses
penilaian perkembangan anak merupakan belahan yang tidak
terpisahkan dalam proses pembelajaran dan bersifat menyeluruh
(holistik), yang mencakup semua aspek perkembangan.
Penilaian perkembangan anak di RA menggunakan pendekatan
penilaian autentik, yaitu penilaian proses dan hasil belajar untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan dan keterampilan berdasarkan fakta yang sesungguhnya.
Penilaian dilaksanakan secara sistematis, terukur, berkelanjutan,
menyeluruh yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan anak
dalam waktu tertentu. Dalam merancang penilaian perkembangan
anak di RA, guru dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
konsep penilaian, manfaat, prinsip-prinsip dan ruang lingkup
penilaian perkembangan anak, serta prosedur yang sudah ditetapkan
secara sistematis.
Sumber Belajar
Untuk memperkaya materi Kegiatan Pembelajaran 1 tentang
konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran RA, para guru diharapkan
26
dapat membaca dan mencermati artikel dan video terkait melalui
tautan (link) sebagai berikut.
1. Amiruddin Siahaan. (2016). Profesionalitas Guru Menurut M.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, Miqot: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 40 (2), DOI:
http://dx.doi.org/10.30821/miqot.v40i2.292
2. Nini Aryani. (2015). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Perspektif Pendidikan Islam, Potensia: Jurnal Pendidikan Islam, 1
(2), DOI: http://dx.doi.org/10.24014/potensia.v1i2.3187
3. Video tentang pentingnya anak-anak memiliki keterampilan abad
21, https://youtu.be/isoSvxIf4Vg
4. Video pembelajaran abad 21, https://youtu.be/HCK4Ibswk3E
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 1.1. Berpikir reflektif mengkaji konsep dan prinsip
pembelajaran RA. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Silakan Bapak/Ibu mencermati penjelasan tentang konsep dan
prinsip Pembelajaran RA yang ada di KMA Nomor 792 Tahun 2018
tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal dan
Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019 tentang Strategi
Pembelajaran Raudhatul Athfal
2. Silakan Bapak/Ibu mendiskusikan hasil bacaan bersama teman
sejawat dengan menjunjung sikap saling menghargai.
3. Cermati perintah dan kerjakan LK 1.1. dengan penuh tanggung
jawab
4. Presentasikan hasil pengerjaan LK.1.1 dan diskusikan kembali
dengan teman sejawat
5. Catat dan rangkum hasil diskusi saat presentasi serta masukan
dari teman diskusi sebagai bahan penyusunan rencana tindak
lanjut
27
LK 1.1. Hasil Kajian konsep dan prinsip pembelajaran RA
1. Hasil curah pendapat tentang konsep dan prinsip-prinsip
pembelajaran di RA.
E. Penguatan
Pembelajaran RA adalah proses mengembangkan seperangkat
rencana yang berisi pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan kepada anak didik berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasai dalam rangka pencapaian
kompetensi anak. Pengembangan pembelajaran di RA hendaknya
mempertimbangkan aspek perkembangan anak, ciri khas karakter
Islami, dan kecakapan abad 21 dalam pembelajaran.
Pemahaman tentang prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini
menjadi bekal yang penting bagi Bapak/Ibu agar dapat melaksanakan
tugas-tugas profesional dengan baik agar mampu mempengaruhi anak
didik ke arah kebahagiaan dunia dan akherat.
Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan, sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai
28
taraf ketinggian dan keutuhan hidup? Ingatlah firman Allah Swt.
sebagai berikut.
ٍ ۗ ٰيَ ْرفَ ِع اللّٰهُ الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ُۙ ْم َوالَّ ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم َد َرج...
ت َواللّٰهُ ِب َما ت َ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ٌْر
Artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Mujadalah ayat 11).
F. Rangkuman
1. Pembelajaran RA adalah proses mengembangkan seperangkat
rencana yang berisi pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan kepada anak didik berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasai dalam rangka pencapaian
kompentensi anak.
2. Pengembangan pembelajaran di RA hendaknya mempertimbangkan
aspek perkembangan anak, ciri khas karakter islami, dan
kecakapan abad 21 dalam pembelajaran.
3. Ada tujuh prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran
di RA, yaitu: motivasi, pengulangan, perhatian, partisipasi aktif,
pentahapan, perubahan perilaku, dan belajar melalui bermain.
4. Implementasi prinsip-prinsip pembelajaran RA dapat dilakukan
sejak dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
G. Evaluasi
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, atau D.
29
C. anak bersikap melawan (fight)
D. anak mengurung diri (flight)
2. Profil guru RA yang mampu menyiapkan anak didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas
di masa depan di sebut ….
A. mudarris
B. muzakki
C. muaddib
D. murabbi
3. Berikut ini adalah cara membantu anak mengekspresikan
kreatifitas,
A. membantu anak mengenali masalah dan mencari solusi
B. membiasakan anak beradaptasi dengan berbagai kondisi
C. menumbuhkan budaya bertanya dan mengungkapkan ide
D. membangkitkan rasa ingin tahu anak
4. Merangsang antusiasme dan memberikan perhatian, serta
dukungan kepada anak merupakan prinsip pembelajaran ….
A. partisipasi aktif
B. pentahapan
C. pengulangan
D. motivasi
5. Berikut ini merupakan salah satu implementasi prinsip berorientasi
pada kebutuhan anak dalam pembelajaran di RA ….
A. memastikan anak belajar dalam kondisi tidak lapar atau haus
B. memberikan pendampingan anak secara penuh
C. memberikan kesempatan yang luas anak untuk berinteraksi
dengan teman dewasa
D. memberikan penugasan berupa latihan dan praktik
30
H. Refleksi dan Tindak Lanjut
1. Bagian mana saja dari kegiatan pembelajaran 1 ini yang belum
sepenuhnya Bapak/Ibu pahami?
3. Berikan masukan dan saran agar kegiatan belajar ini menjadi lebih
baik, baik dari sisi muatan materi maupun aktivitas pembelajaran.
31
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PENDEKATAN, STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN RA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 2 tentang
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran RA Bapak/Ibu
diharapkan mampu,
1. Menjelaskan pendekatan pembelajaran RA
2. Menjelaskan strategi pembelajaran RA
3. Menjelaskan metode pembelajaran RA
C. Materi Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran RA
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang
tentang proses pembelajaran yang masih bersifat umum. Karena di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan
pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam
menentukan kegiatan pembelajaran. Menurut Rusman (2018)
pendekatan pembelajaran adalah tahap pertama pembentukan suatu
ide dalam memandang dan menentukan objek kajian.
Di dalam pendidikan anak usia dini, perlu dipahami adanya
berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan landasan berpikir
para guru dalam menyelenggarakan program pembelajaran yang
appropriate (sesuai) dengan tahap perkembangan anak. Seluruh
potensi anak usia dini dari aspek perkembangan moral agama, fisik
motorik, sosial emosional, kognitif, dan bahasa akan berkembang
32
dengan sangat optimal apabila para guru memahami pendekatan
pendidikan yang mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan anak
usia dini tersebut.
Pendekatan Pembelajaran RA terdiri dari: pendekatan akal
(ma’rifi), perasaan (wijdaniy), deduksi (istidlali), individu (ifrady),
kelompok, saintifik, dan kontekstual.
a. Pendekatan akal (ma’rifi)
Akal dijadikan alat untuk membuktikan suatu kebenaran, sesuai
firman Allah dalam QS Al-Maidah ayat 58:
ص ٰلوةِ ات َّ َخذُ ْوهَا ه ُُز اوا َّولَ ِعباا ٰۗذ ِل َك ِبا َ نَّ ُه ْم قَ ْو ٌم ََّل يَعْ ِقلُ ْو َن
َّ َواِذَا نَا َد ْيت ُ ْم اِلَى ال
Artinya: “Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk
(melaksanakan) salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan
permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang
tidak mau menggunakan akal.”
Dalam Al Qur’an surat An Nahl Ayat 12 juga disebutkan:
ٍ س َو ْالقَ َم َر َۗوالنُّ ُج ْو ُم ُم َس َّخ ٰر ٌۢتٌ بِا َ ْم ِر ٖه ۗا َِّن فِي ٰذ ِل َك َ َٰل ٰي
ت ِلِّقَ ْو ٍم يَّ ْع ِقلُ ْو ُۙ َن َ ُۙ َو َس َّخ َر لَ ُك ُم الَّي َْل َوالنَّ َه
َ ار َوال َّش ْم
Artinya: “Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”
Secara umum, perkembangan nilai keagamaan anak identik
dengan pemahamannya tentang keberadaan Allah swt. Guru RA
diharapkan dapat memahami dan menyesuaikan metode
pembelajaran untuk mengenalkan anak dengan Allah swt. melalui
ciptaan-Nya, dengan memanfaatkan potensi akal dan menggunakan
alam sekitar sebagai media pembelajaran. Contoh: guru RA
mengenalkan keberadaan Allah swt. kepada anak melalui kegiatan
menyayangi makhluk ciptaanNya, memberi makan binatang, merawat
tanaman, berbagi kasih sayang sesama teman.
33
b. Pendekatan perasaan (wijdaniy)
Pendekatan perasaan ini seringkali digunakan agar mampu
meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agama Islam yang
dianutnya. Sesuai Al-Qur’an surat Al Anfal ayat 2:
َت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َدتْ ُه ْم اِ ْي َماناا َّو َع ٰلى َربِِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُ ْو ُۙن ْ َاِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُ ْونَ الَّ ِذيْنَ اِذَا ذُ ِك َر اللّٰهُ َو ِجل
ْ َت قُلُ ْوبُ ُه ْم َواِذَا ت ُ ِلي
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka
yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya
dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal”
Pendekatan ini sejalan dengan potensi fitrah pada diri anak, yang
cenderung pada kebaikan, ketulusan, kasih sayang, maupun
keimanan kepada Allah swt., Sang Pencipta alam semesta. Guru RA
diharapkan dapat mengutamakan pendekatan rasa kasih sayang
dalam menyikapi perilaku anak. Dengan demikian, anak terbiasa
merespon atau mencontoh seperti apa yang dilakukan guru, sehingga
pada akhirnya sikap kasih sayang dan kepekaan pada anak menjadi
terasah. Bila anak dididik dengan kasih sayang, perasaannya akan
lembut, akan mudah tersentuh.
Contoh: Anak-anak akan meniru emosi yang dilihatnya di
lingkungan sekitar, seperti rumah dan sekolah. Saat guru atau
orangtua menunjukkan rasa kebahagiaan, anak juga akan
memantulkan kebahagiaan yang sama. Begitu pula bila guru atau
orangtua menunjukkan sikap menyayangi sesama, anak juga akan
menirunya.
34
c. Pendekatan induksi (istiqra’i)
Pendekatann induksi merupakan pendekatan yang dilakukan
dari hal-hal atau peristiwa yang khusus untuk menentukan prinsip,
aturan dan fakta yang bersifat umum. Langkah-langkah pendekatan
induktif yaitu:
1) Memilih dan menentukan bagian dari pengetahuan pokok bahasan
yang akan diajarkan;
2) Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan
umum itu sehingga memungkinkan peserta didik menyusun
hipotesis;
3) Menyajikan bukti-bukti dalam bentuk contoh;
4) Menyusun pernyataan tentang kesimpulan
Sebagai salah satu cara melatih anak berpikir logis, pembelajaran
di RA perlu menggunakan pendekatan induksi. Pendekatan induksi
dilakukan dengan cara guru mengkondisikan anak melakukan
identifikasi benda-benda di sekitarnya, kemudian mengklasifikasikan
menurut kriteria tertentu. Contoh: anak diminta mengumpulkan
daun-daun kering yang ada di halaman sekolah. Guru meminta anak
untuk mengelompokkan daun-daun tersebut berdasarkan jenisnya.
35
penerapannya dalam situasi tertentu. Pembelajaran deduksi disebut
juga pembelajaran langsung. Strategi berpikir deduktif adalah strategi
berpikir menerapkan hal-hal umum terlebih dahulu kemudian
menghubungkan ke bagian-bagian yang khusus. Pendekatan deduksi
memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip isi materi, kemudian
dijelaskan dalam bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang
bersifat umum ke khusus.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan
deduktif adalah:
1) Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan
pendekatan deduktif;
2) Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan
definisi dan contoh;
3) Menyajikan contoh khusus agar peserta didik dapat menyusun
hubungan antara khusus dengan aturan prinsip umum;
4) Menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak
kesimpulan keadaan khusus
Contoh: guru mengenalkan konsep penjumlahan dan
pengurangan kepada anak, menggunakan bahan ajar berbasis alam
yaitu batu kerikil. Anak belajar berhitung menggunakan kerikil
(ditambah atau dikurangi)
36
e. Pendekatan individu (Ifrady)
Pendekatan individu adalah pendekatan yang dilakukan untuk
memberikan perhatian kepada peserta didik dengan memperhatikan
masing-masing karakter yang ada pada anak. Sesuai firman Allah
dalam Al-qur’an surat Al Lail Ayat 3-4
َو َما َخلَقَ الذَّك ََر َو ْاَلُ ْن ٰر ْٓى *ا َِّن َس ْعيَ ُك ْم لَ َشت ّٰ ۗى
Artinya: “Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya
usaha kamu memang berbeda-beda”
Dijelaskan juga dalam Al-qur’an surat Al-Isra ayat 21:
ضي اْل
ِ ت َّوا َ ْكبَ ُر ت َ ْف
ٍ ٰل ِخ َرة ُ ا َ ْكبَ ُر َد َرج ۗ ٍ ض ُه ْم َع ٰلى بَ ْع
ٰ ْ َض َول َ ْف فَض َّْلنَا بَ ْع ُ ا ُ ْن
َ ظ ْر َكي
Artinya: “Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian
mereka atas sebagian (yang lain). Dan kehidupan akhirat lebih tinggi
derajatnya dan lebih besar keutamaan”
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa perilaku dan karakter setiap
anak berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan atas yang lain.
Bapak/ibu hendaknya memahami dan menyadari perbedaan tersebut
sehingga mampu berbuat yang terbaik untuk anak didik. Selain itu,
hendaknya senantiasa melakukan pendekatan secara individu
sehingga lebih mudah memahami bagaimana karakter anak. Masalah
kesulitan belajar yang dialami anak juga akan lebih mudah
terpecahkan.
37
Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran
kemampuan peserta didik, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih peserta didik menerima perbedaan pendapat dan
bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Dalam Al-qur’an surat Al Maidah Ayat 2 disebutkan:
ِ ان َۖواتَّقُوا اللّٰهَ ۗا َِّن اللّٰهَ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا
ب ِ اَلرْ ِم َو ْالعُد َْو
ِ ْ َوتَعَ َاون ُ ْوا َعلَى ْالبِ ِ ِّر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو ََل تَعَ َاونُ ْوا َعلَى
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
berat siksaan-Nya”
Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan guru
dengan tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik
serta membina sikap kesetiakawanan. Dengan pendekatan kelompok
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang rasa sosial yang tinggi
pada diri anak didik. Contoh pembelajaran kelompok dapat dilihat di
tautan Youtube berikut https://youtu.be/8N_Trtu9MGw
g. Pendekatan Saintifik.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik membangun
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilannya melalui tahapan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan
mengkomunikasikan.
Tujuan pendekatan saintifik adalah membangun cara berpikir
anak untuk memiliki kemampuan menalar yang diperoleh melalui
proses mengamati sampai pada mengkomunikasikan hasil pikirnya.
Piaget mengatakan bahwa “Anak belajar dengan cara membangun
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang diperolehnya”
Vygotsky berpendapat bahwa lingkungan, termasuk anak lain atau
orang dewasa dan media sangat membantu anak dalam belajar untuk
memperkaya pengalaman anak.
38
Pendekatan saintifik dapat diimplementasikan dalam tiap
lingkup perkembangan anak. Dalam pembelajaran saintifik
diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang memunculkan rasa
ingin tahu, membangkitkan kemauan untuk menjawab rasa ingin
tahu dari berbagai sumber melalui observasi, mencoba dan upaya
lain. Pendekatan saintifik digunakan pada saat anak terlibat dalam
kegiatan utama baik saat pijakan maupun kegiatan inti. Proses
mengumpulkan, mengolah informasi dan mengkomunikasikan yang
diketahuinya merupakan langkah pengembangan berpikir kritis.
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah:
1) Mendorong anak agar memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis
dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.
2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada
anak dengan mendorong anak melakukan kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan.
3) Mendorong anak mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu.
4) Agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui penggunaan metode ilmiah, sehingga anak
menjadi terampil dan terbantu dalam menyelesaikan berbagai hal
yang dihadapinya
5) Agar anak memiliki sikap ilmiah mendasar, seperti tidak terburu-
buru dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari
berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang
diterima serta bersikap terbuka.
6) Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains
yang berada di lingkungan dan alam sekitarnya. Pembelajaran
sains untuk anak usia dini difokuskan pada pembelajaran
mengenai diri sendiri, alam sekitar, gejala alam dan fenomena
sosial.
39
7) Memfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun,
terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan
mandiri dalam kehidupannya.
8) Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains
untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendekatan
saintifik dalam kegiatan pembelajaran RA, sebagai berikut:
1) Guru membimbing anak belajar dari kenyataan;
2) Mendorong anak untuk terlibat langsung dalam pengamatan;
3) Belajar dengan cara berbuat/melakukan aktifitas;
4) Belajar dilandasi perasaan senang;
5) Belajar bersifat menantang untuk mengasah kemampuan berpikir
anak;
6) Kegiatan pembelajaran tidak memisahkan dari kebutuhan
bermain;
7) Guru senantiasa mengarahkan pada kebesaran Allah swt. di balik
fenomena alam dan sosial.
40
1) Mengamati (Observing)
Tahap mengamati dilakukan dengan cara guru menyajikan
fenomena sosial, alam, dan fenomena lainnya. Guru membangkitkan
rasa ingin tahu anak melalui gambar, video, benda nyata dan lainnya.
Selanjutnya guru membangkitkan keberanian anak untuk bertanya
atau mengungkapkan pendapat.
Mengamati berarti kegiatan menggunakan semua indera
(penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk
mengenali suatu benda yang diamati. Semakin banyak indera yang
digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi
yang diterima dan diproses dalam otak anak. Contoh kegiatan
mengamati bisa dilihat pada tautan youtube berikut
https://youtu.be/F8L4x8L-gIg
2) Menanya (Questioning)
Tahap menanya dilakukan guru dengan menstimulus dan
mendorong anak agar berani mengajukan pertanyaan sesuai dengan
rasa ingin tahunya. Menanya merupakan proses berpikir yang
didorong oleh minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau
kejadian. Pada dasarnya anak adalah seorang peneliti yang handal. Ia
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu yang ditangkap inderanya. Ia
sering bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat di luar dugaan
orang dewasa. Anak didorong untuk bertanya, baik tentang obyek
yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.
Kegiatan menanya memberi kesempatan anak untuk menanya
tentang apa yang dilihat, disimak dan dibaca dari objek yang konkret
sampai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep dan prosedur.
Menanya sebagai salah satu proses mencari tahu atau
mengkonfirmasi atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimiliki
anak dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh guru untuk
mendukung kemampuan menanya adalah sebagai berikut:
41
a) Pada dasarnya anak senang bertanya. Saat anak tidak punya
gagasan untuk bertanya, guru boleh memancingnya, misal
“waktu kita petik bunga tadi masih segar ya, kenapa sekarang
menjadi layu ya?” Guru harus sering menggunakan “pertanyaan
terbuka” agar anak termotivasi menggunakan banyak kata.
b) Apabila anak bertanya dengan pertanyaan demikian, sebaiknya
guru memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir mencari
jawaban, seperti “Oh iya ya…., Mengapa demikian ya….
Menurut teman-teman kenapa ya?”
c) Bila ada buku yang sesuai, ajaklah anak untuk mencari
jawabannya di buku. Hal ini untuk mengenalkan buku sebagai
sumber ilmu sejak dini. misal: “Mari kita lihat di buku ini…
gambar ini….”
42
c) Apabila anak sudah selesai, guru dapat memperluas gagasan
dengan cara memberi pertanyaan terbuka, seperti: “Sudah banyak
daun ukuran besar yang ditempel, maka di manakah tempat
menempel daun yang kecil?”
4) Mengasosiasi/Menalar (Associating)
Tahap mengasosiasi ini dilakukan dengan cara guru
mengkondisikan agar anak dapat menghubungkan pengetahuan yang
sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya atau
yang ada di sekitarnya untuk menghasilkan kesimpulan.
Contoh: anak belajar tentang bentuk segi tiga melalui potongan
kertas yang telah disiapkan. Guru mengajak anak untuk menemukan
benda-benda yang ada di sekitarnya yang berbentuk segitiga. Pada
tahap ini guru sudah mencoba mengasosiasikan/menghubungkan
pengetahuan baru tentang segitiga dengan benda-benda di lingkungan
sekitarnya.
Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu:
a) Menyebutkan perasaan: “… berarti itu sama dengan....”
b) Menyebutkan perbedaan: “Kalau ini… tapi kalau itu….”
c) Mengelompokkan: “Jadi, mawar dan melati itu sama-sama
bunga….”
d) Membandingkan: “Daunku lebih besar dari daunmu….”
5) Mengkomunikasikan (Communicating)
Tahap mengkomunikasikan ini dilakukan dengan cara guru
memberi kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan proses
sebelumnya berupa pengetahuan baru, hasil karya dan hasil
kesimpulan lainnya. Mengkomunikasikan merupakan kegiatan untuk
menyampaikan hal-hal yang telah dipelajari dalam berbagai bentuk,
misalnya melalui cerita, menunjukkan hasil karya berupa gambar,
berbagai bentuk dari plastisin, lipatan, anyaman, dan lain-lain.
43
Contoh kegiatan mengkomunikasikan yang sering dilontarkan
anak misalnya: “Bu, saya tahu, kalua....”. Contoh lain anak
menyampaikan dengan menunjukkan hasil karyanya. “Bu Guru,
lihat…! Aku sudah selesai mewarnai…”
Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak
terhadap konsep pengetahuan, proses berpikir kritis dan kreatifnya.
Sebaliknya jika guru mengabaikan pendapat anak atau cenderung
menyalahkan, maka keinginan anak untuk mencari tahu atau
mencoba hal baru menjadi hilang.
Contoh dukungan guru saat anak mengkomunikasikan
karyanya, saat anak berkata: “Bu Guru, lihat... Aku bisa membuat
bunga dari kertas lipat.” Guru dapat memberi tanggapan, misalnya:
“Alhamdulillaah… kamu bisa membuatnya. Masya Allah…indah
sekali. Bisakah kamu ceritakan kepada bu guru bagaimana kamu
membuatnya?”
Sebagai penguatan (reinforcement), guru dapat mengatakan:
“Alhamdulillah, kamu hebat! Kamu berhasil menyelesaikan tugasmu
dengan baik. Apakah kamu mau mencoba membuat karya yang lain?”
44
berfungsi merajut makna berbagai konsep dasar sehingga anak
memahaminya secara utuh. Tema diambil dari pengalaman yang dekat
dengan kehidupan nyata anak sehingga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna. Contoh: tema binatang, subtema
mengambil macam-macam binatang yang hidup di lingkungan anak.
Di pulau Jawa akan berbeda dengan Madura, Kalimantan, Sumatera,
dan Sulawesi.
Komponen–komponen yang menyusun pendekatan kontekstual
dan sekaligus menjadi cirinya adalah sebagai berikut (Siregar & Nara,
2011; 117).
1) Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating),
2) Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
3) Belajar secara mandiri,
4) Kolaborasi (collaborating),
5) Berpikir kritis dan kreatif (applying),
6) Mengembangkan potensi individu (transfering),
7) Standar pencapaian yang tinggi,
8) Asesmen yang autentik
2. Strategi Pembelajaran RA
Strategi pembelajaran, merupakan serangkaian rencana
pengelolaan pembelajaran yang berisi kegiatan yang dilakukan guru
dan peserta didik, termasuk di dalamnya penggunaan metode dan
pemanfaatan sumber atau media belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Strategi pembelajaran di dalamnya mencakup pendekatan,
model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Strategi
pembelajaran memiliki beberapa kegunaan dan manfaat di antaranya
adalah siswa terlayani kebutuhannya mengenai belajar cara berpikir
dengan lebih baik.
Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru dalam
menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang diharapkan (Masitoh dkk, 2005: 63). Untuk meningkatkan
45
capaian perkembangan sesuai yang diharapkan, guru RA harus
memiliki kemampuan mengembangkan strategi pembelajaran.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya memperhatikan jenisnya.
Beberapa jenis strategi pembelajaran untuk RA antara lain;
a. Strategi pembelajaran langsung
Untuk menerapkan strategi ini, materi pembelajaran disajikan
langsung pada anak dan anak langsung mengolahnya. Contoh: anak
bermain balok, puzzle, mewarnai, melipat, dan menggunting. Anak
bekerja secara menyeluruh dan guru menjadi fasilitator. Guru dapat
menerapkan strategi ini dengan mengikuti langkah-langkah yang
rekomendasikan oleh Slavin (2003), sebagai berikut:
1) Informasikan tujuan dan orientasi pembelajaran kepada anak;
2) Ajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dikuasai anak;
3) Sampaikan materi pembelajaran, sajikan informasi, berikan
contoh-contoh, dan demonstrasikan konsep-konsep;
4) Lakukan bimbingan dengan cara mengajukan pertanyaan untuk
menilai tingkat pemahaman anak dan mengoreksi kesalahan
konsep;
5) Berikan kesempatan kepada anak untuk melatih keterampilannya
atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok;
6) Nilai kinerja anak dan berikan umpan balik terhadap respon anak
yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan;
7) Berikan tugas-tugas mandiri kepada anak untuk meningkatkan
pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari
46
c. Strategi belajar kelompok
Pembelajaran dilakukan beberapa anak, baik dalam kelompok
besar atau kelompok kecil. Langkah-langkah yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran kelompok:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada
anak;
2) Memberi informasi materi;
3) Membagi anak ke dalam beberapa kelompok;
4) Menjelaskan petunjuk cara kerja;
5) Setelah menyelesaikan satu tugas, anak berpindah ke kelompok
lain untuk menyelesaikan tugas berikutnya;
6) Membahas hasil kerja anak; dan
7) Memberikan reward atas hasil kerja anak
47
5) Karakteristik pola kegiatan. Guru harus terampil dalam
menyampaikan bahan ajar atau materi kepada anak. Agar anak
dapat melakukan kegiatan sesuai arahan dari guru.
48
3) Mempertimbangkan dan menuliskan langkah-langkah yang akan
ditempuh dari awal sampai akhir.
4) Mempertimbangkan dan menetapkan jenis-jenis penilaian yang
akan digunakan untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran.
3. Metode Pembelajaran RA
Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis guna mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran dirancang dalam kegiatan bermain yang
bermakna dan menyenangkan bagi anak didik.
Penguasaan terhadap metode pembelajaran adalah salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaan guru terhadap
banyak metode pembelajaran yang beragam menjadikan guru mampu
menciptakan pembelajaran yang variatif dan tidak monoton.
Pembelajaran yang variatif dan inovatif, dapat menggali potensi anak
untuk berkembang secara maksimal
Beberapa metode pembelajaran RA menurut Al-qur’an dan Al
hadis, antara lain:
a. Metode bercakap-cakap (hiwar), yaitu:
1) Hiwar khitabi (percakapan pengabdian), yaitu dialog antara
Tuhan dan hambaNya
2) Hiwar washfi (percakapan deskriptif), yaitu penggambaran
secara jelas situasi orang yang sedang berdialog
3) Hiwar qishashi (percakapan berkisah), yaitu percakapan yang
merupakan unsur kisah dalam Al-Qur’an
4) Hiwar jadali (percakapan dialektis), yaitu diskusi atau
perdebatan yang bertujuan untuk memantapkan hujjah kepada
lawan bicara
5) Hiwar Nabawi, yaitu yang diunakan nabi Muhammad saw.
untuk mendidik sahabat-sahabatnya
49
b. Metode kisah (peristiwa)
Sifat manusia adalah menyenangi cerita yang berpengaruh
besar pada perasaan yang direalisasikan pada tingkah laku. Dengan
adanya fenomena kejiwaan ini seharusnya para guru RA dapat
mengambil pelajaran dari metode kisah tersebut dalam proses
pembelajaran. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah (1994),
relevansi metode kisah di lingkungan sekolah seolah-olah seperti
benar-benar terjadi, kisah-kisah yang dimaksudkan merupakan
metode yang sangat bermanfaat dalam menyampaikan informasi
tentang materi pelajaran, maka kewajiban guru muslim adalah
memiliki kemauan yang kuat dalam merealisasikan peranannya untuk
membentuk peserta didik agar memiliki sikap-sikap yang sesuai
dengan ajaran Al-qur’an karena hal itu merupakan bagian integral
dari tujuan pendidikan Islam.
c. Metode Melalui Perumpamaan
Memberikan perumpamaan dalam suatu pembicaraan, untuk
menjelaskan sesuatu hal atau isi yang mengungkapkan kebaikan dan
keburukan.
d. Metode Latihan dan Pengalaman
Latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa
untuk melakukan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan/
keterampilan lebih tinggi yang dipelajari. Menurut Djamarah dan Zain
(2006) metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, digunakan untuk
memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Syaiful Sagala (2003) menyatakan bahwa metode latihan
(metode drill) adalah suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana
untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan
keterampilan.” Sedangkan Roestiyah (2001: 125) mengungkapkan
metode latihan adalah cara mengajar di mana siswa melaksanakan
50
kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau
keterampilan lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
David Kolb menyebut model pembelajaran pengalaman langsung
dengan experiential learning. Kolb menegaskan bahwa pembelajaran
merupakan proses di mana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi pengalaman. Pengalaman langsung menjadi poin penting
agar anak didik bisa merasakan secara konkret untuk kemudian
merefleksikan pengalaman yang telah mereka rasakan. Hal ini akan
mendorong anak berpikir secara konseptual dan mempraktikkannya
secara aktif.
e. Metode Praktis untuk Menghafal
Metode praktis untuk menghafal, dimaksudkan menanamkan
akhlaq yang baik padajiwa anak, sehingga tumbuh menjadi pribadi
yang istiqomah dan bahagia, karena anak dapat merasa sukses
dengan perilaku dan pekerjaannya.
f. Metode Hikmah dan Nasihat (‘Ibrah dan Mau’idzah)
Metode hikmah adalah suatu kondisi yang memungkinkan
peserta didik sebagai pembelajar dari pengetahuan kongkrit menuju
pengetahuan abstrak. Sedangkan metode nasihat yaitu pemberian
nasihat dan peringatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara
yang menyentuh qalbu dan menggugah untuk mengamalkannya.
g. Metode Targhib dan Tarhib
Metode Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan
membuat senang terhadap sesuatu maslahat. Sedangkan Tarhib
adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau
kesalahan yang dilarang oleh Allah
51
Melalui tokoh–tokoh yang ada dalam cerita, banyak pesan moral
dan nilai–nilai agama yang dapat ditanamkan kepada anak.
b. Metode bercakap-cakap, berupa dialog atau tanya jawab antara
guru dan anak atau sesama anak. Bercakap-cakap dapat
dilakukan dengan tiga bentuk, yaitu percakapan bebas,
perkacapan menurut tema, dan percakapan berdasarkan gambar
seri. Percakapan bebas tidak terikat dengan tema. Percakapan
berdasarkan gambar seri menggunakan gambar seri sebagai bahan
pembicaraan.
c. Metode tanya jawab, yaitu metode yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan tertentu pada anak. Metode tanya jawab
digunakan untuk mengetahui pengalaman dan pemikiran yang
dimiliki oleh anak. Metode tanya jawab memberikan kesempatan
bagi anak untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
d. Metode karya wisata, yaitu metode yang dilakukan dengan
mengunjungi objek wisata sesuai tema. Melalui karya wisata, anak
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan
menggunakan seluruh panca indera. Kegiatan karya wisata
dilakukan di luar lembaga sesuai dengan tema yang sedang
dibicarakan.
e. Metode demonstrasi, yaitu metode yang dilakukan dengan
memperagakan suatu karya, proses, atau kegiatan. Kegiatan ini
bertujuan agar anak memahami langkah-langkah melakukan
kegiatan dengan benar. Anak diharapkan dapat melakukan
kegiatan yang dicontohkan dengan benar.
f. Metode sosiodrama dan bermain peran, yaitu memberikan
pengalaman kepada anak tentang masalah sosial melalui bermain
peran. Anak diminta menjadi tokoh dan melakukan peran
tertentu. Berbagai pesan moral dan sosial dapat ditanamkan
kepada anak melalui bermain peran.
g. Metode eksperimen, yaitu memberikan pengalaman pada anak
dengan memberi perlakuan terhadap sesuatu. Anak mengamati
52
sebab dan akibat suatu fenomena secara langsung. Metode
eksperimen biasa digunakan pada pembelajaran sains.
h. Metode proyek, yaitu memberikan kesempatan anak untuk belajar
secara bertahap. Tahapan awal sampai akhir adalah sebuah
kesatuan rangkaian. Anak dikondisikan untuk berpikir kreatif dan
inovatif. Metode proyek menggunakan sumber alam sekitar dan
kegiatan sehari–hari yang sederhana.
i. Metode pemberian tugas, memberikan kesempatan anak untuk
menjalankan tugas yang diberikan oleh guru. Anak diberi
kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk langsung
guru.
j. Metode bermain, Semua kegiatan pembelajaran pada masa kanak–
kanak dilakukan dengan konteks bermain. Bermain memberikan
kepuasan tersendiri bagi anak.
Sumber Belajar
Untuk memperkaya materi Kegiatan Pembelajaran 2 tentang
konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran RA, para guru diharapkan
dapat membaca dan mencermati artikel dan video terkait melalui
tautan (link) sebagai berikut.
1. David Kolb, “Experiential Learning” Online
(http://www.learningtheories.com/experiential-learning-kolb.html.
2. https://www.websitependidikan.com/2017/07/contoh-
pendekatan-pembelajaran.html
3. Video Pembelajaran Saintifik: https://youtu.be/F8L4x8L-gIg
4. Video Pembelajaran Saintifik: https://youtu.be/IQsSIlZTF1I
5. Video Pembelajaran Kelompok: https://youtu.be/8N_Trtu9MGw
6. Metode Pembelajaran PAUD inspiratif
https://youtu.be/emCrRwSI91s
53
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 2.1. Berpikir reflektif mengkaji konsep pendekatan,
strategi dan metode pembelajaran RA. Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut.
1. Silakan Bapak/Ibu cermati penjelasan tentang unsur-unsur
konsep pendekatan, strategi dan metode pembelajaran RA yang
ada di Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Strategi Pembelajaran di Raudhatul Athfal
2. Dengan sikap saling menghargai, silakan Bapak/Ibu
mendiskusikan hasil bacaan dengan teman sejawat
3. Presentasikan hasil pengerjaan LK.2.1 dan diskusikan kembali
dengan teman sejawat
4. Catat dan rangkum hasil diskusi saat presentasi serta masukan
dari teman diskusi sebagai bahan penyusunan rencana tindak
lanjut
54
4. Diskusikan apa saja macam metode pembelajaran menurut Al-
qur’an dan Al-hadis!
E. Penguatan
Pentingnya guru memahami tentang pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran di RA, tentunya dengan berpedoman pada: (1)
KMA Nomor 792 Tahun 2018, (2) Juknis Strategi Pembelajaran Nomor
2765 Tahun 2019, dan (3) Kurikulum 2013 PAUD. Pendekatan,
strategi dan metode pembelajaran, diharapkan dapat menentukan
kegiatan pembelajaran yang inspiratif dan kreatif. Seluruh potensi
anak usia dini dari aspek perkembangan moral agama, fisik motorik,
sosial emosional, kognitif, dan bahasa akan berkembang dengan
sangat optimal apabila para guru memahami pendekatan, strategi dan
metode pendidikan yang mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan
anak usia dini tersebut.
F. Rangkuman
Pendekatan pembelajaran RA terdiri dari: pembelajaran yang
Islami, Saintifik, dan Kontekstual. Pendekatan pembelajaran yang
Islami: pendekatan akal, pendekatan perasaan, pendekatan induksi,
pendekatan deduksi, pendekatan individu, pendekatan kelompok.
Tahapan pendekatan saintifik: mengamati, menanya, mencari
informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Ciri pendekatan
kontekstual: membangun hubungan untuk menemukan makna,
melakukan sesuatu yang bermakna, belajar secara mandiri,
55
kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif, mengembangkan potensi
individu, standar pencapaian yang tinggi, asesmen yang autentik
Beberapa jenis strategi pembelajaran untuk RA antara lain:
strategi pembelajaran langsung, strategi belajar individual, strategi
belajar kelompok.
Prinsip menentukan strategi pembelajaran: berorientasi pada
tujuan, aktivitas, keunikan anak, integrasi, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, motivasi, inovatif dan kreatif.
Langkah-langkah untuk menentukan strategi pembelajaran:
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, mempertimbangkan
karakteristik dan prinsip pembelajaran RA, serta menetapkan
aktifitas, media dan bahan ajar, mempertimbangkan dan menuliskan
langkah-langkah yang akan ditempuh dari awal sampai akhir,
mempertimbangkan dan menetapkan jenis-jenis penilaian yang akan
digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran.
Metode pembelajaran RA menurut Al-qur’an dan Al-hadis antara
lain: metode bercakap-cakap, metode kisah, metode melalui
perumpamaan, metode latihan dan pengalaman, metode praktis untuk
menghafal, metode hikmah dan nasihat, metode targhib dan tarhib
Metode bercerita, yaitu cara penyampaian cerita pada anak.
Guru memberikan penjelasan suatu cerita kepada anak secara lisan.
Melalui tokoh–tokoh yang ada dalam cerita, banyak pesan moral dan
nilai–nilai agama yang dapat ditanamkan kepada anak.
Metode bercakap-cakap, berupa dialog atau tanya jawab antara
guru dan anak atau sesama anak. Bercakap–cakap dapat dilakukan
dengan tiga bentuk, yaitu percakapan bebas, perkacapan menurut
tema, dan percakapan berdasarkan gambar seri. Percakapan bebas
tidak terikat dengan tema. Percakapan berdasarkan gambar seri
menggunakan gambar seri sebagai bahan pembicaraan.
Metode tanya jawab, yaitu metode yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan tertentu pada anak. Metode tanya jawab
digunakan untuk mengetahui pengalaman dan pemikiran yang
56
dimiliki oleh anak. Metode tanya jawab memberikan kesempatan bagi
anak untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
Metode karya wisata, yaitu metode yang dilakukan dengan
mengunjungi objek wisata sesuai tema. Melalui karya wisata, anak
memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan
menggunakan seluruh panca indera. Kegiatan karya wisata dilakukan
di luar lembaga sesuai dengan tema yang sedang dibicarakan.
Metode demonstrasi, yaitu metode yang dilakukan dengan
memperagakan suatu karya, proses, atau kegiatan. Kegiatan ini
bertujuan supaya anak memahami langkah-langkah melakukan
kegiatan yang benar. Anak diharapkan dapat melakukan kegiatan
yang dicontohkan dengan bermetode sosiodrama dan bermain peran,
metode eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas, metode
bermain
G. Evaluasi
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, atau D.
1. Serangkaian rencana pengelolaan pembelajaran yang berisi kegiatan
yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar disebut ….
A. pendekatan pembelajaran
B. metode pembelajaran
C. model pembelajaran
D. strategi pembelajaran
2. Yang tidak termasuk strategi pembelajaran RA adalah ….
A. strategi pembelajaran tidak langsung
B. strategi pembelajaran individual
C. strategi pembelajaran langsung
D. strategi pembelajaran kelompok
57
3. Guru menjelaskan pada anak tentang konsep ukuran besar dan
kecil, kemudian guru menunjukkan 2 buah mangga yang
berukuran berbeda. Kegiatan tersebut menunjukkan guru sedang
melakukan pendekatan pembelajaran secara ….
A. induksi
B. deduksi
C. individu
D. kelompok
4. Anak membandingkan bentuk segiempat yang diberikan guru
dengan benda yang ada di sekitarnya. Kegiatan tersebut
menunjukkan anak sedang melakukan pendekatan pembelajaran
saintifik pada tahap ….
A. mengamati
B. menanya
C. mengasosiasi
D. mengkomunikasi
5. Yang tidak termasuk metode pembelajaran menurut Al-qur’an dan
Al-hadis adalah ….
A. metode pariwisata
B. metode kisah
C. metode bercakap-cakap
D. metode Latihan dan pengalaman
58
H. Refleksi dan tindak lanjut
59
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
MODEL PEMBELAJARAN RAUDHATUL ATHFAL
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 3 tentang model
pembelajaran RA, para guru diharapkan mampu memahami dan
melaksanakan model pembelajaran Raudhatul Athfal
C. Materi Pembelajaran
Model pembelajaran yaitu suatu desain atau rancangan yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan
yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran sehingga
terjadi perubahan pada diri anak. Dalam suatu model pembelajaran
dituntut mencakup adanya pendekatan, strategi, metode maupun
teknik pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang
dilakukan di RA juga berkaitan dengan penataan lingkungan belajar
anak, sebab lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap apa dan
bagaimana anak belajar. Lingkungan belajar yang direncanakan,
dimanfaatkan serta dikelola dengan baik dapat meningkatkan
kemampuan belajar anak, melalui kegiatan mengeksplorasi,
bereksperimen atau memanipulasi alat main secara bermakna,
menyenangkan, dan menantang. Penataan lingkungan belajar ini
harus memastikan anak dapat bekerja, bergerak dan berkembang
secara bebas.
60
Beberapa model pembelajaran di RA yang harus dipelajari dan
dikuasai guru antara lain,
1. Model Pembelajaran Kelompok Berdasarkan Kegiatan Pengaman
Model pembelajaran kelompok berdasarkan kegiatan pengaman
adalah pola pembelajaran di mana anak-anak dibagi menjadi beberapa
kelompok, dan setiap kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-
beda secara bergantian. Model pembelajaran kelompok dapat
dijelaskan sebagai berikut :
- Dalam satu kali pertemuan, anak harus menyelesaikan 3–4
kegiatan.
- Saat pergantian kelompok, jika terdapat anak yang sudah
menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari temannya, maka anak
tersebut dapat meneruskan kegiatan lain dengan syarat di
kelompok lain tersedia tempat. Namun apabila tidak tersedia
tempat, anak dapat bermain pada tempat tertentu di dalam kelas
yang telah disediakan guru. Tempat yang disediakan guru ini
disebut kegiatan pengaman.
- Contoh, jika anak dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, maka guru
menyediakan kegiatan untuk 3 (tiga) kelompok tersebut dan satu
kegiatan pengaman. Pada kegiatan pengaman disediakan alat-alat
yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan tema atau subtema
yang dipelajari.
Kegiatan pengaman berfungsi sebagai; 1) kegiatan alternatif bagi
anak yang lebih cepat menyelesaikan kegiatan di kelompoknya, 2)
sarana transisi anak untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan
lainnya, 3) melatih kesabaran dan mengendalikan perilaku anak saat
menunggu giliran, 4) pemenuhan minat anak terhadap kegiatan yang
disediakan guru.
61
PAPAN TULIS PINTU
KELOMPOK
KELOMPOK 1
3
KELOMPOK 2
KEGIATAN
PENGAMAN
62
b. Pendidikan kesadaran sensori. Anak-anak dilatih untuk
membangun kepekaan dalam menggunakan lima indera yang
mereka miliki.
c. Seni berbahasa. Anak-anak diberi kesempatan untuk
mengekspresikan diri mereka secara verbal. Anak-anak juga
mengembangkan kemampuan membaca, mengeja, tata bahasa, dan
kemampuan menulis.
d. Matematika dan geometri. Anak-anak dikenalkan tentang konsep
matematika dasar, baik itu dengan menggunakan tangan maupun
dengan alat.
e. Budaya. Anak-anak dikenalkan dengan berbagai budaya yang
mencakup geografi, waktu, sejarah, musik, gerak, sains, dan seni.
63
Beberapa penjelasan tentang sudut yang terdapat pada
pembelajaran model ini, antara lain:
a. Sudut Latihan Kehidupan Praktis (Practical Life Corner)
Sudut latihan kehidupan praktis memberikan kesempatan untuk
meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka
setiap hari. Misalnya menyapu, mencuci, memindahkan suatu barang
dengan berbagai alat yang berbeda (sendok, sumpit dan lain-lain),
membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting,
membuka dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap gelas yang
sudah dicuci dan sebagainya. Melalui berbagai aktivitas yang menarik
ini, anak-anak belajar untuk membantu diri mereka sendiri (self-help),
berkonsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
Bahan dan alat main yang dapat disediakan pada model ini antara
lain:
Kursi, meja Bingkai baju, kancing besar,
Kertas, lem kancing kecil, prepet, kancing
Kacang -kacangan cetet, tali, kait, risleting,
Teko/botol pita,tali sepatu, peniti,
64
b. Sudut Sensorik
Sudut sensorik mengembangkan sensitivitas penginderaan
anak, yakni penglihatan, pendengaran, penghiduan, perabaan, dan
pengecapan. Sudut sensorik fokus pada pengenalan benda seperti
berbagai perbedaan warna, merasakan berat ringan, berbagai bentuk
dan ukuran, merasakan tekstur halus dan kasar, tinggi rendah suara,
berbagai bebauan dari berbagai benda, dan mengecap berbagai rasa
dari benda yang dijumpai sehari-hari.
Bahan dan alat main yang dapat disediakan pada sudut ini
berupa:
Berbagai bumbu dapur di dalam botol untuk dicium
Berbagai sumber rasa asin, manis, pahit, asam
Kain dan biji-bijian dengan berbagai tekstur
Menara gelang
Bola palu
Lonceng tangan, dan lain-lain
65
c. Sudut Matematika (Premath and Perception Corner)
Sudut matematika memberi kesempatan kepada anak untuk
mengenal konsep matematika mulai dari hal yang konkret hingga
abstrak. Anak-anak belajar memahami konsep dasar tentang
kuantitas/jumlah dan hubungannya dengan lambang-lambang,
mempelajari angka-angka yang lebih besar, dan memahami operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian secara alami. Di sudut matematika ini anak juga
memahami tentang pengukuran, meliputi ukuran jarak, volume,
besar-kecil, suhu dan lain-lain.
Bahan dan alat main yang dapat disediakan pada sudut
matematika misalnya,
Berbagai jenis botol Alat bermain konstruksi
Berbagai jenis batu Lotto (sebaiknya dilengkapi
Berbagai jenis kancing gambar)
Kartu bilangan Berbagai macam puzzle
Kotak pernak-pernik berwarna Mani- manik
Papan geobord Alat untuk meronce
Gambar-gambar himpunan Tempat telur
bilangan dan lain-lain
Balok–balok
66
Rak barang Kertas, alat tulis
Kartu huruf Gambar seri
Folder anak Karpet puzzle huruf
Macam -macam gambar Karpet puzzle benda-benda
Kartu kata Dan lain-lain
67
Sudut-sudut di atas saling berkaitan dan dibuka secara
bersamaan setiap harinya. Anak-anak diperbolehkan untuk memilih
sudut mana yang paling diminati. Mereka dapat berpindah dari satu
sudut ke sudut lain tanpa harus menguasai sudut sensorik dan
kemampuan di sudut sebelumnya. Namun demikian sudut sensorik
dan sudut latihan kehidupan praktis merupakan fondasi yang
mendasar bagi sudut yang lain. Artinya anak usia yang lebih muda
membutuhkan lebih banyak waktu dan kesempatan bermain di dua
sudut tersebut.
68
Dalam proses pelaksanaannya model area menggunakan
pendekatan perkembangan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Anak adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus
mendapatkan informasi mengenai dunia melalui kegiatan bermain.
b. Anak mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan
perkembangan yang dapat diperkirakan.
c. Anak bergantung pada kognitif melalui interaksi sosial.
d. Anak adalah individu unik yang tumbuh dan berkembang dengan
kecepatan yang berbeda.
Program-program utama dalam model pembelajaran
berdasarkan area, di antaranya:
a. Konstruktivisme
1) Pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia di
sekeliling mereka.
2) Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman
sebaya, orang dewasa, dan lingkungan.
3) Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia
dengan mensintesa pengalaman-pengalaman baru dengan apa
yang telah mereka pahami sebelumnya.
4) Meskipun anak harus membangun sendiri pemahaman,
pengetahuan, dan pembelajaran mereka, peran orang
dewasa/guru sebagai fasilitator dan mediator sangatlah penting.
5) Guru harus menyediakan alat-alat, bahan-bahan, dukungan,
petunjuk, dan minat untuk memaksimalkan kesempatan belajar
bagi anak.
b. Metodologi yang sesuai perkembangan
1) Metodologi yang didasarkan pada pengetahuan mengenai
perkembangan anak. Semua anak berkembang melalui tahapan
perkembangan yang umum, tetapi pada saat yang sama, semua
anak berkembang sebagai individu yang unik.
69
2) Meliputi kegiatan-kegiatan yang mengacu pada minat anak,
tingkat perkembangan kognitif, dan kematangan sosial dan
emosional.
c. Pendidikan progresif
1) Pendidikan dipandang sebagai “proses sepanjang hidup”,
bukanlah persiapan untuk masa datang. (John Dewey, 1983)
2) Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip perkembangan dan konstruktif.
70
Gambar 3.4 Contoh penataan kelas model area
(sumber : https://www.paud.id/10-model-pembelajaran-area-
pendidikan-anak-paud/)
71
b. Area Drama
Area drama memfasilitasi anak untuk mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman anak dalam menuangkan ide, gagasan
dan perasaan melalui kegiatan meniru, simbolik atau berpura-pura
tentang peran-peran dalam kehidupan sosial di lingkungan sekitar.
Menurut Victoria Brown dan Sara Pleydell, bermain drama penting
untuk anak usia dini sebagai proses melatih fungsi kognitif seperti;
mengingat, mengatur diri sendiri, mengembangkan kemampuan
berbahasa, meningkatkan kemampuan fokus atau konsentrasi,
merencanakan, menentukan strategi, menentukan prioritas,
mengembangkan gagasan, dan keterampilan-keterampilan lain yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan di sekolah nanti.
Kemampuan mengontrol dan mengatur perilaku diri sendiri termasuk
bagian dari kemampuan fungsi eksekutif.
Alat dan bahan yang dapat disiapkan di area main drama seperti:
Alat-alat dapur
Alat-alat rumah tangga
Baju-baju untuk berbagai profesi
Boneka berbagai bentuk
Alat transportasi
Alat pertukangan
Alat main lainnya sesuai peran yang dimainkan anak.
c. Area Seni
Area seni mendukung pengembangan kreativitas dan
pengalaman taktil (perabaan) anak dalam menggunakan berbagai
bahan dan alat. Inti dari kegiatan seni adalah anak-anak
mengeksplorasi dan mengekspresikan apa yang mereka amati,
pikirkan, bayangkan, dan rasakan melalui alat dan bahan yang
digunakannya. Alat dan bahan yang dapat disediakan di sentra seni
seperti:
72
Kertas dan berbagai ukuran kuas serta cat air warna-warni
Krayon, spidol dan alat menggambar lainnya
Tanah liat
Playdough atau plastisin
Kayu, dedaunan, kain
Kaleng
Kertas warna warni
Gunting, lem, dan berbagai pita
Bahan-bahan alam dan daur ulang lainnya yang aman untuk
anak.
e. Area Sains
Area sains menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak
untuk menggunakan panca indera dan menyalurkan minat mereka
secara langsung pada kejadian alamiah dan kegiatan manipulatif. Area
73
sains dapat dilakukan di luar ruangan dengan tanaman, binatang,
dan benda-benda di sekitar. Alat dan bahan di area sains seperti :
Gelas dan botol-botol berbagai ukuran
Bahan pewarna
Timbangan mainan
Cermin, dan lain-lain
Contoh
f. Area Keaksaraan
Area keaksaraan mengembangkan kemampuan mengenal
konsep huruf, kata, kalimat, dan makna tulisan/bacaan yang ada di
sekitar anak. Area keaksaraan meliputi buku-buku dan bahan bacaan
untuk kegiatan membaca, dibacakan/menyimak/mendengar bahasa
dan menulis. Kesusastraan dipergunakan selama hari-hari belajar
anak. Anak-anak diminta untuk membuat buku sendiri,
mendramatisasi dan menyimak cerita. Kemampuan keaksaraan
dimulai dengan mengenal simbol-simbol sederhana dari benda yang
ada di sekelilingnya, membuat coretan di atas kertas. Alat dan bahan
yang dapat disediakan pada sentra membaca seperti:
74
Berbagai kartu gambar Berbagai alat tulis dan kertas
Berbagai kartu kata Berbagai buku bergambar
Berbagai kartu huruf Dan lain-lain
g. Area Matematika
Area matematika sangat kental dengan kegiatan manipulatif. Di
area ini anak dapat belajar tentang bentuk, hitungan, angka, jumlah,
pengelompokan, ukuran, pola, memasangkan. Di sentra ini juga anak
belajar pengembangan bahasa, sosial, emosional, dan aspek
perkembangan lainnya. Bahan dan alat yang dapat disediakan di area
matematika seperti:
Wadah-wadah kecil Penjepit jemuran
Batu-batuan Berbagai bentuk geometri
Tutup botol dengan Kertas dan pensil
berbagai warna Dan lain-lain
75
Alat musik dari bahan daur ulang dari botol plastik atau bahan
lainnya
Dan lain-lain
i. Area Agama
Area Agama merupakan hasil pengembangan model area di
Indonesia. Area Agama memfasilitasi anak belajar tentang kegiatan
ibadah sesuai dengan agama yang dianut anak.
Alat dan bahan yang dapat disediakan di area agama sebagai
berikut:
Miniatur rumah ibadah
Perlengkapan Ibadah
Buku-buku bacaan/poster tata cara beribadah
MP4 atau video doa sehari-hari
Dan lain-lain
76
Keragaman main atau disebut juga densitas main memfasilitasi anak
agar dapat memilih mainan sesuai dengan minatnya. Kelompok anak
dapat berpindah dari satu sentra ke sentra lainnya setiap hari. Dalam
kegiatannya, pembelajaran sentra memiliki kegiatan pijakan-
pijakan (scaffolding). Alasan atau dasar dilakukan kegiatan pijakan ini
adalah:
a. Anak belum tahu cara menggunakan bahan dan alat bermain,
aturan dalam permainan, kehilangan ide/mood untuk
melanjutkan permainan, dan sebagainya;
b. Keberadaan guru atau orang dewasa di dekat anak saat bermain,
dapat memberi pijakan berupa dukungan, bantuan, bimbingan,
arahan, dan menjelaskan harapan terhadap anak.
Ada empat pijakan dalam pembelajaran sentra yaitu:
pijakan lingkungan main, pijakan pengalaman sebelum main, pijakan
pengalaman main setiap anak, dan pijakan pengalaman setelah main.
a. Pijakan Lingkungan Main
1) Sebelum anak-anak datang ke sentra-sentra, guru telah
menyiapkan dan menata lingkungan main terdiri atas beberapa
tempat main, siapkan minimal tiga tempat main.
2) Guru mengatur waktu yang cukup agar anak-anak memperoleh
tiga jenis pengalaman yakni sensorimotor, bermain peran, dan
bermain pembangunan dalam bermain
b. Pijakan pengalaman sebelum main
1) Guru menjelaskan kegiatan bermain hari ini, memberi contoh
menggunakan bahan dan alat main secara tepat.
2) Guru memberikan stimulasi dengan membacakan sebuah cerita
atau tanya jawab bersama anak, untuk memancing ide anak.
Adapun petunjuk yang harus disampaikan guru kepada anak dalam
pijakan pengalaman sebelum main adalah,
Anak boleh memilih salah satu dari beberapa kegiatan main
Anak harus menyelesaikan kegiatan yang dipilih sampai tuntas.
77
Anak harus memperlihatkan atau menceritakan kepada guru
tentang pengalaman dan kegiatan yang telah dilakukan
Mengajak anak untuk mengembalikan dan merapikan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula
c. Pijakan pengalaman main setiap anak
Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam
kegiatan ini adalah:
1) Ketika anak mulai memilih sebuah kegiatan guru harus mencatat
pilihan anak pertama kali. Jika anak hanya terpaku pada kegiatan
main menuang dan mengisi pasir, artinya anak masih berada pada
tahap main sensorimotor.
2) Ketika anak-anak bermain, guru harus selalu memberikan
perhatian kepada semua anak dengan berpindah dari satu tempat
ke tempat lain sambil memberikan dukungan pada kegiatan anak
saat mereka bekerja. Contohnya: kepada anak yang tengah
bermain playdough (adonan tepung) dengan menggunakan
cetakan-cetakan huruf, guru menanyakan tentang huruf apa saja
yang telah dibuat, kemudian guru meminta anak untuk membuat
huruf lain, dan seterusnya.
d. Pijakan pengalaman setelah main.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru
dalam pijakan pengalaman setelah main ini adalah:
1) Anak-anak diharapkan fokus pada satu kegiatan dan
menyelesaikan kegiatan tersebut hingga tuntas, ini sebagai bekal
saat anak-anak berada di jenjang SD/MI
2) Guru mengajarkan keterampilan-keterampilan tersebut melalui
kesempatan berbagi cerita pengalaman main yang dilakukan
dalam sebuah lingkaran usai anak-anak bermain
3) Sebelum pulang, guru mengajak anak-anak membereskan bahan
dan alat main yang telah digunakan, meminta untuk
mengembalikan dan menatanya di tempat semula
78
4) Dengan cara ini diharapkan anak belajar mengelompokkan dan
mengelola lingkungan main secara tepat.
PERPUSTAKAAN
F
ALAM
MUSIK PERMAINAN
GERAK
SENI
MEMASAK
Contoh BALOK
Pengorganisasian Kelas MAIN PERAN
Model Pembelajaran Sentra
79
b. Sentra Main Peran Kecil (mikro)
Main peran kecil mengembangkan kemampuan berpikir
abstrak, kemampuan berbahasa, sosial-emosional, menyambungkan
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru dengan
menggunakan alat main peran berukuran kecil. Alat dan bahan yang
dapat disediakan pada sentra main peran kecil seperti :
Berbagai miniatur mainan
Berbagai mainan alat rumah tangga
Berbagai mainan mini alat kedokteran berbagai mainan mini alat
transportasi,
d. Sentra Imtaq
Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama dengan
keterampilan yang terkait dengan agama yang dianut anak. Sentra
Imtaq untuk RA mengenalkan atribut berbagai agama, sikap
menghormati agama. Alat dan bahan yang dapat disediakan pada
sentra Imtaq seperti:
Huruf-huruf hijaiyah
80
Puzzle berbagai rumah ibadah
Alat-alat beribadah
Maket rumah ibadah
Dan lain-lain
e. Sentra Seni
Sentra seni dapat dibagi dalam seni musik, seni tari, seni kriya,
atau seni pahat. Penentuan sentra seni yang dikembangkan
tergantung pada kemampuan lembaga RA namun disarankan minimal
ada dua kegiatan yang dikembangkan di sentra seni yakni seni musik
dan seni kriya. Sentra seni mengembangkan kemampuan motorik
halus, keselarasan gerak, nada, aspek sosial-emosional dan lainnya.
Bahan untuk belajar disesuaikan dengan kegiatan yang ada dilakukan
anak. Alat dan bahan yang dapat disediakan pada sentra seni seperti :
Berbagai benda bekas yang tidak berbahaya bagi anak
Lem, gunting
Kertas
Balon, dan lain-lain
f. Sentra Persiapan
Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan keaksaraan
awal pada anak. penggunaan buku, alat tulis dapat dilakukan di
semua sentra, tetapi di sentra persiapan lebih diperkaya jenis kegiatan
bermainnya. Pada kelompok anak paling besar yang segera masuk
sekolah dasar, frekuensi main di sentra persiapan lebih banyak.
Kegiatan persiapan dapat juga diperkuat dalam jurnal siang. Alat dan
bahan yang dapat disediakan pada sentra persiapan seperti :
Berbagai karton bertuliskan angka
Bernagai karton diberi tanda bulatan sesuai tanda bilangan
Berbagai kartu huruf dan gambar
Berbagai kartu kata
Berbagai kertas dan alat tulis
81
g. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam memiliki tujuan untuk memberikan
pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi di
alam. Di sentra ini, anak bermain sambil belajar untuk dapat
menunjukkan kemampuan menunjukkan, mengenali,
membandingkan, menghubungkan dan membedakan. Dengan
bereksplorasi dan bereksperimen anak akan memiliki ide dan
kepekaan terhadap pengetahuan dan alam sekitar sehingga tumbuh
motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar. Sentra bahan alam
kental dengan pengetahuan sains, matematika, dan seni. Sentra
bahan alam diisi dengan berbagai bahan main yang berasal dari alam,
seperti air, pasir, bebatuan, daun.
h. Sentra Memasak
Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak
untuk mengenal berbagai bahan makanan dan proses sains yang
menyenangkan. Di sentra memasak anak belajar konsep matematika,
sains, alam, sosial, sehingga menunjang perkembangan kognitif,
sosial-emosional, bahasa, motorik, dan juga seni serta nilai agama.
82
5. Tahap-Tahap Kegiatan Dalam Model Pembelajaran
Di dalam melaksanakan berbagai model pembelajaran, ada beberapa
aspek yang harus dipahami guru sehingga kegiatan berjalan sesuai
harapan. Berikut ini sintaks (tahap-tahap kegiatan) dari tiga model
pembelajaran.
a. Tahap 1: Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan/awal pada model pembelajaran
model sudut, area, sentra, maupun kelompok, langkah kegiatan yang
dilakukan meliputi aktifitas: sapa, salam, berdo’a, bernyanyi,
melakukan kegiatan fisik motorik, apersepsi, menyampaikan tujuan
tema/subtema dengan menggunakan bahan ajar yang akan dipakai
sesuai perencanaan, memberi motivasi pada anak
b. Tahap 2: Kegiatan Inti
Pada tahap ini, ada beberapa perbedaan antar model pembelajaran
yakni,
1) Model sudut
Sebelum melakukan kegiatan inti, guru bersama anak
membicarakan tugas-tugas yang diprogramkan di sudut-sudut
kegiatan. Setelah itu guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan di setiap sudut kegiatan. Sudut yang dibuka
setiap hari disesuaikan dengan indikator yang dikembangkan dan
sarana/alat pembelajaran yang ada. Kemudian anak dibebaskan
untuk memilih sudut kegiatan yang disukai sesuai dengan
minatnya. Anak dapat berpindah sudut kegiatan sesuai dengan
minatnya tanpa ditentukan oleh guru. Tugas guru adalah memberi
motivasi dan pendampingan.
2) Model area
Sebelum melaksanakan kegiatan inti, guru menjelaskan kegiatan-
kegiatan di dalam area yang diprogramkan. Setelah itu peserta
didik dibebaskan memilih area yang disukainya. Area yang dibuka
setiap hari disesuaikan dengan apa yang akan dikembangkan dari
diri anak. Anak bebas berpindah area sesuai dengan minat dan
83
keinginannya. Guru dapat memberikan penilaian dengan memakai
alat penilaian yang telah ditentukan. Di samping itu guru juga
dapat menilai ke mana saja minat anak pada hari itu dengan
mengadakan ceklist di setiap area. Untuk kegiatan yang
memerlukan pemahaman atau yang agak membahayakan jumlah
anak dibatasi agar guru dapat memperhatikan lebih maksimal,
tanpa mengabaikan anak-anak yang berada di area yang lain.
Orangtua dapat dilibatkan untuk berpartisipasi membantu guru
pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan inti
dilaksanakan kurang lebih 60 menit.
3) Model Sentra
Pada kegiatan inti anak duduk melingkar, guru menjelaskan alat
dan bahan setiap kegiatan main anak. Guru menyediakan minimal
tiga kegiatan main anak di setiap sentra. Tugas guru mengawasi
kegiatan main anak, membantu anak, memotivasi anak dengan
sebutan “aku pasti bisa”, setelah kegiatan main kurang dari 5
menit guru mengajak anak beres-beres dengan bernyanyi. Setelah
selesai anak merapikan, guru mengajak anak untuk duduk
melingkar kembali. Guru melakukan recalling, tentang aktivitas
yang baru saja dilakukan, memberikan motivasi, dan pesan-pesan.
4) Model Kelompok
Sifat dari kegiatan ini adalah kegiatan yang mengaktifkan
perhatian, kemampuan dan sosial emosi anak. Kegiatan terdiri
dari bermacam-macam kegiatan bermain yang dipilih dan disukai
anak agar dapat bereksplorasi, bereksperimen, meningkatkan
pengertian-pengertian, konsentrasi, memunculkan inisiatif,
kemandirian dan kreativitasnya serta dapat membantu dan
mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Pada kegiatan ini
anak terbagi beberapa kegiatan kelompok, artinya dalam satu
satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak
melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Pengorganisasian anak
saat kegiatan pada umumnya dengan kegiatan kelompok, namun
84
adakalanya diperlukan menggunakan kegiatan klasikal maupun
individual. Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih
cepat dari pada temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok
lain. Jika tidak tersedia tempat, anak tersebut dapat melakukan
kegiatan di kegiatan pengaman.
c. Tahap 3: Istirahat
Kegiatan ini dapat digunakan untuk mengisi
indikator/kemampuan yang hendak dicapai yang berkaitan dengan
kegiatan makan, misalnya tata tertib makan, jenis makanan bergizi,
rasa sosial dan kerjasama. Setelah kegiatan makan selesai, waktu
yang tersedia dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan
di luar kelas yang bertujuan mengembangkan fisik/motorik.
d. Tahap 4: Kegiatan Penutup
Kegiatan yang dilaksanakan bersifat menenangkan anak dan
diberikan secara klasikal, misalnya membaca cerita dari buku,
pantomim, menyanyi, atau apresiasi musik dari berbagai daerah.
Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab mengenai kegiatan yang
berlangsung, sehingga anak mengingat dan memaknai kegiatan yang
dilaksanakan dan kemudian dilanjutkan dengan pesan-pesan dan doa
pulang
Sumber Belajar
Untuk memperkaya materi Kegiatan Belajar 3 tentang model
pembelajaran RA, para guru diharapkan dapat membaca dan
mencermati artikel dan video terkait melalui tautan (link) sebagai
berikut:
1. Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019
Tentang Petunjuk Teknis Strategi Pembelajaran Di Raudhathul
Athfal,
2. Contoh kegiatan model kelompok dengan kegiatan pengaman,
https://sriwahyunengsi,wordpress.com/2012/12/10/lingkungan.b
eljar.dan.bermain.anak.usia.dini/2019
85
3. Contoh kegiatan sudut latihan kehidupan praktis sumber:
htpps://carrotsareorange.com/Montessori.practical.life.melon.
BALLING/, 2019
4. Contoh kegiatan sudut sensorik sumber
https://id.pinterest.com/pin/384494886909111851/, 2019
5. Contoh pembelajaran area balok sumber
http://belajarsentra.blogspot.com/2015/12/mengenal.model.pemb
elqjqrqn.sentra.balok.html, 2019
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 3.1. Berpikir reflektif mengkaji model pembelajaran RA.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
1. Silakan Bapak/Ibu cermati Keputusan Dirjen Pendidikan Islam
Nomor 2765 Tahun 2019 tentang Strategi Pembelajaran Di
Raudhathul Athfal.
2. Dengan sikap saling menghargai, silakan Bapak/Ibu mendiskusikan
hasil bacaan dengan teman.
3. Selanjutnya dengan penuh tanggung jawab mengerjakan LK 3.1.
4. Setelah selesai, presentasikan hasil pekerjaan untuk mendapatkan
tanggapan dari teman
5. Buatlah catatan dan rangkuman dari hasil diskusi sebagai bahan
untuk menyusun rencana tindak lanjut.
86
b. Penerapan Model Kelompok dengan kegiatan Pengaman
E. Penguatan
Pentingnya guru memahami tentang model metode
pembelajaran di RA, tentunya dengan berpedoman pada: (1) KMA
Nomor 792 Tahun 2018, (2) Juknis Strategi Pembelajaran Nomor 2765
Tahun 2019, dan (3) Kurikulum 2013 PAUD. Model pembelajaran di
RA yang variatif dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan
diharapkan dapat menentukan kegiatan pembelajaran yang inspiratif
dan kreatif. Seluruh potensi anak usia dini dari aspek perkembangan
moral agama, fisik motorik, sosial emosional, kognitif, dan bahasa
akan berkembang dengan sangat optimal apabila para pendidik
memahami model pembelajaran yang mampu mengakomodasi seluruh
kebutuhan anak. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan
pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kepada anak untuk
mencapai kompetensi tertentu.
87
F. Rangkuman
Model pembelajaran RA adalah cara yang digunakan pendidik
dalam melakukan kegiatan pembelajaran kepada anak untuk
mencapai kompetensi tertentu. Model pembelajaran dirancang dalam
kegiatan bermain yang bermakna dan menyenangkan bagi anak.
Tujuan dari model pembelajaran adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak-anak selama mengikuti pendidikan di RA. Selain itu,
juga menggunakan informasi yang didapat sebagai umpan balik bagi
pendidik untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran dan
meningkatkan layanan pada anak agar sikap, pengetahuan, dan
keterampilan berkembang secara optimal.
Dalam menentukan model pembelajaran, pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan adalah kondisi sarana prasana
berdasarkan analisi konteks dalam KTSP, kompetensi guru yang
dimiliki, jumlah anak dan jenjang anak yang dilayani, minat dan
bakat anak serta potensi lingkungan di sekitar lembaga.
Model pembelajaran dapat dibedakan menjadi beberapa, yakni
model pembelajaran klasikal, model pembelajaran kelompok, model
pembelajaran sudut, model pembelajaran area, dan model
pembelajran sentra.
Apapun model yang digunakan, hal terpenting menjadi catatan
adalah pemberian dukungan terhadap anak agar dapat
mengembangkan minat dan rasa ingin tahunya dalam kegiatan belajar
melalui bermain.
G. Evaluasi
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, atau D.
1. Yang dimaksud dengan pembelajaran sentra adalah ….
A. center point untuk kegiatan bermain anak
B. tema-tema belajar untuk kegiatan bermain anak
88
C. tempat/wadah yang disiapkan guru untuk kegiatan bermain anak
D. tempat nyaman untuk pembelajaran anak
2. Menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis adalah contoh
kegiatan main yang masuk dalam kategori ….
A. main peran
B. main simbolik
C. main fungsional
D. main pembangunan
3. Hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan model
pembelajaran adalah ….
A. KTSP yang menjadi pilihan satuan
B. interaksi dengan bahan belajar anak
C. sesuai kebutuhan lembaga
D. tempat/lahan main yang dimiliki Lembaga
4. Anak terbagi dalam beberapa kelompok dengan kegiatan yang berbeda.
Anak yang telah menyelesaikan kegiatan dalam satu kelompok dapat
berpindah ke kelompok lainnya. Ilustrasi tersebut merupakan ciri dari
model ….
A. area
B. kelompok
C. klasikal
D. sentra
5. Praktek kehidupan, kesadaran sensoris, bahasa, matematika dan
bentuk geometris serta budaya adalah ciri model pembelajaran ….
A. area
B. sentra
C. sudut
D. klasikal
89
H.Refleksi dan tindak lanjut
1. Bagian mana dari kegiatan pembelajaran ini yang belum
sepenuhnya Bapak/Ibu pahami? Tuliskan dalam kolom berikut
90
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
KONSEP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR RA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 4 tentang Konsep
Pengembangan Bahan Ajar RA Bapak/Ibu diharapkan
1. mampu menjelaskan konsep penyusunan bahan ajar RA
2. mampu menjelaskan kerangka dasar pengembangan bahan ajar RA
3. mampu menjelaskan prinsip pengembangan bahan ajar RA
4. mampu menjelaskan prinsip penggunaan bahan ajar RA
C. Materi Pembelajaran
1. Konsep Penyusunan Bahan Ajar RA
Bahan ajar RA adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan ajar
harus berisikan komponen; (1) Sikap meliputi bahan untuk
pembelajaran yang berkenaan dengan sikap spiritual dan sosial, (2)
Pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip atau prosedur, dan (3)
Keterampilan meliputi bahan pembelajaran yang berhubungan dengan
kemampuan mengembangkan perilaku yang mencerminkan
pengetahuan anak. Dengan demikian, bahan ajar dapat dikatakan
sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran.
Bahan ajar sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran
memerlukan pengembangan yang sesuai dengan karakteristik belajar
anak RA. Pengembangan bahan ajar merupakan suatu proses
91
pengembangan seperangkat materi yang disusun secara sistematis,
baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau
suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Bahan ajar RA dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan
enam aspek pencapaian perkembangan anak (nilai agama dan moral,
fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni). Keenam
aspek tersebut dalam pelaksanaan pembelajarannya dilakukan
dengan pendekatan saintifik, bermain yang bermakna dan
terintegrasi.
Bahan ajar berbeda dengan sumber belajar. Bahan ajar
merupakan bagian dari sumber belajar. Sumber belajar merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, seperti orang,
benda, pesan, bahan, teknik ataupun latar. Sementara bahan ajar
lebih bersifat uraian yang sistematik berkait dengan kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan anak. Dengan demikian sumber
balajar akan efektif jika diorganisir dalam suatu rancangan yang di
dalamnya terdapat perencanaan bahan ajar yang akan digunakan.
Bahan ajar juga berbeda dengan media belajar. Media belajar
merupakan benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar sebagai
alat untuk penyampaian pesan agar lebih mudah dipahami. Meski
demikian keduanya memiliki hubungan, yakni setiap media terdiri
dari unsur peralatan (hardware) dan unsur pesan (software). Dalam
hal ini software dari suatu media adalah bahan ajarnya.
Bahan ajar yang digunakan guru dan siswa dalam
pembelajaran, jika dirancang dan dikembangkan dengan cermat dan
sesuai prosedur yang benar mengacu pada prinsip-prinsip
pembelajaran yang efektif bagi proses belajar siswa, akan sangat
efektif dalam menunjang atau memfasilitasi proses belajar mereka.
Mengembangkan bahan ajar merupakan salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh guru (Sadjati, dalam Tian Belawati, 2003).
Kemampuan itu harus diwujudkan dalam upaya menyediakan
berbagai bahan ajar yang dibutuhkan siswa dalam rangka mencapai
92
kompetensi yang diharapkan. Sebagai guru, sekaligus pengembang
bahan ajar, guru merupakan orang yang paling bertanggungjawab
dalam pengaturan penyampaiann informasi dan penataan lingkungan
dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan anak didik.
Beberapa kriteria dalam penyusunan bahan ajar RA adalah:
1) sesuai, tepat, dan bermakna bagi perkembangan anak;
2) ramah dan aman bagi anak;
3) bersifat kontekstual, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata;
4) mendukung pencapaian tujuan secara komprehensif, artinya
mengandung keseimbangan antara aspek moral, intelektual,
budaya dan sosial;
5) dikembangkan berdasarkan analisis Standar Pencapaian
Perkembangan Anak (STPPA) RA dan disusun secara sistematis,
objektif, dan sesuai kaidah penulisan bahan ajar;
6) mengakomodir kebutuhan faktual yang bersifat kekinian, seperti
teknologi informasi dan komunikasi;
7) mengintegrasikan jenis dan pola permainan yang sesuai dengan isi
dari bahan ajar.
93
b. Bahan ajar yang telah dikembangkan dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bahan ajar pabrikan
c. Menambah khazanah dan pengalaman guru dalam menyusun
bahan ajar
d. Menambah efektifitas pembelajaran karena komunikasi guru
dengan anak terjalin lebih baik, anak lebih mandiri dan guru lebih
percaya diri, dan
e. Memudahkan pencapaian kompetensi yang harus dikuasai anak.
94
Bahan ajar menurut sifatnya dibagi menjadi empat macam
yakni,
1) Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya: buku, pamflet,
panduan belajar siswa, lembar kerja siswa, peta, charts, foto,
bahan dari majalah atau koran
2) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi misalnya: audio cassette,
siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassete, siaran televisi,
video interaktif, Computer Based Tutorial, permainan aplikasi
berbasis online, tayangan permainan di youtube.
3) Bahan ajar yang dipergunakan untuk praktek atau proyek,
misalnya: kits sains, lembar observasi, lembar wawancara.
4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia
(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh). Misalnya:
telepon, telepon seluler, video conferencing.
95
Lembar kerja anak
96
c. Bahan ajar tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi
anak.
d. Bahan ajar sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
e. Bahan ajar dapat digunakan secara individual dan kelompok .
f. Bahan ajar dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
g. Bahan ajar dapat menumbuhkan kreatifitas.
h. Bahan ajar dikembangkan memperhatikan tuntutan abad 21
97
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan
bahan ajar, yakni
a. Menimbulkan minat anak.
b. Ditulis dan dirancang untuk siswa.
c. Menjelaskan tujuan instruksional.
d. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
e. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang
dicapai.
f. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.
Sumber Belajar
1. Surat Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2764 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar di Raudhatul Athfal
2. Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok Kompetensi F,
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Luar Biasa,
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan, 2016
3. Sumber internet:
a. https://www.kemdikbud.go.id/
b. https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/
c. https://www.gurupendidikan.co.id/
d. https://www.mediabelajar.my.id/2020/08/
e. dan sumber lainnya
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 4.1. Berpikir reflektif mengkaji konsep pengembangan bahan
ajar RA. Adapun langkah-langkah pembelajarannya,
1. Silakan Bapak/Ibu cermati penjelasan tentang unsur-unsur konsep
Pembelajaran RA yang ada di KMA Nomor 2764 Tahun 2019
tentang petunjuk teknis pengembangan bahan ajar di Raudhatul
Athfal.
98
2. Dengan sikap saling menghargai, silakan Bapak/Ibu
mendiskusikan hasil bacaan dengan teman sejawat
3. Selanjutnya dengan penuh tanggung jawab silakan mengerjakan LK
4.1.
4. Presentasikan hasil pengerjaan LK.4.1 dan diskusikan kembali
5. Catat dan rangkum hasil diskusi saat presentasi serta masukan
dari teman diskusi sebagai bahan penyusunan rencana tindak
lanjut
99
E. Penguatan
Pentingnya guru memahami hal-hal dalam pengembangan
bahan ajar, tentunya dengan berpedoman pada: (1) KMA Nomor 792
Tahun 2018, (2) Juknis Pengembangan bahan Ajar Nomor 2764
Tahun 2019. Penyusunan bahan ajar RA harus memperhatikan
beberapa prinsip dalam mengembangkannya yakni konsep bahan ajar
abad 21, model-model pengembangan bahan ajar, jenis-jenis bahan
ajar serta pengetahuan tentang prosedur pengembangan bahan ajar
itu sendiri. Pengembangan bahan ajar memerlukan bekal pemahaman
yang komprehensif atas kurikulum RA dan prinsip-prinsip dalam
mengembangkannya
F. Rangkuman
Peraturan yang mengatur tentang pengembangan bahan ajar
RA: (1) KMA Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum Raodhatul Athfal dan Juknis Raudhatul Athfal. (2)
Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2764 Tentang Petunjuk
Teknis Pengembangan bahan Ajar di Raudhatul Athfal.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh
pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas. Bahan
ajar harus berisikan komponen: (1) Sikap, (2) Pengetahuan, dan (3)
Keterampilan. Bahan ajar juga dikembangkan sesuai dengan
karakteristik dan enam aspek pencapaian perkembangan anak yaitu,
nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial
emosional dan seni.
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih
bahan ajar adalah: bahan harus sesuai, tepat dan bermakna bagi
perkembangan anak, ramah dan aman bagi anak, bersifat
kontekstual, mendukung pencapaian tujuan secara komprehensif,
dikembangkan berdasarkan analisis Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak (STTPA) RA dan disusun secara sistematis,
obyektif, dan sesuai kaidah penulisan bahan ajar, mengakomodir
100
kebutuhan faktual yang bersifat kekinian, seperti teknologi informasi
dan komunikasi, dan mengintegrasikan jenis dan pola permainan
yang sesuai dengan isi dari bahan ajar.
Prinsip pengembangan bahan ajar RA, antara lain: relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, dan efesiensi dan efektifitas. Dalam
penggunaan bahan ajar RA guru perlu memperhatikan beberapa
prinsip sebagai berikut: (1) Memulai dari yang mudah untuk
memahami yang sulit, memulai dari yang kongkrit untuk memahami
yang abstrak. (2) Pengulangan penggunaan bahan ajar akan
memperkuat pemahaman anak. (3) Umpan balik positif dari
penggunaan bahan ajar akan memberikan penguatan terhadap
pemahaman anak. Dan (4) Tahapan penggunaan bahan ajar
berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran.
G. Evaluasi
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, atau D.
1. Yang dimaksud bahan ajar adalah ….
A. segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar
B. alat untuk menyampaikan pesan agar lebih mudah dipahami
C. benda yang dapat dimanipulasi
D. segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
2. Komponen-komponen di bawah ini termasuk komponen bahan
ajar, kecuali ….
A. sikap
B. pengetahuan
C. sosial emosional
D. keterampilan
3. Pemilihan bahan ajar di RA yang tepat sangat penting untuk
dilaksanakan guru, hal ini dilandasi oleh
101
A. Kebutuhan anak RA akan pendidikan yang berkualitas
B. Kemudahan guru RA dalam melaksanakan proses
pembelajaran
C. Perkembangan anak berada pada masa kongkret
D. Kecenderungan anak menyukai sesuatu yang dapat dilihat
4. Ada empat prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
bahan ajar, kecuali ….
A. relevansi
B. akuntabel
C. fleksibilitas
D. kontinuitas
5. Dalam penggunaan bahan ajar RA guru perlu memperhatikan
beberapa prinsip sebagai berikut:
(1) memulai dari yang kongkrit untuk memahami yang abstrak.
(2) penggunaan bahan ajar yang berulang-ulang
(3) umpan balik positif
(4) bahan ajar harus ramah dan aman bagi anak
(5) tahapan penggunaan bahan ajar
Dari uraian di atas, yang termasuk menjadi kriteria penyusunan
bahan ajar adalah ….
A. (1), (2), (3)
B. (1), (2), (4)
C. (1), (2), (5)
D. (2), (3), (5)
102
H. Refleksi dan Tindak Lanjut
1. Bagian mana dari kegiatan pembelajaran ini yang belum
sepenuhnya Bapak/Ibu pahami?
103
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5
PROSEDUR PENYUSUNAN BAHAN AJAR RA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 5 tentang prosedur
penyusunan bahan ajar RA, Bapak Ibu diharapkan mampu
1. Memahami prosedur penyusunan bahan ajar RA
2. Menjelaskan prosedur penyusunan bahan ajar RA
3. Mampu menyusun bahan ajar RA
C. Materi Pembelajaran
1. Konsep bahan ajar abad 21 RA
Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan.
Kang, Kim, Kim & You (2012) mencatat bahwa perubahan standar
kinerja akademik terjadi seiring dengan perkembangan teknologi
informasi komunikasi (TIK) dan pertumbuhan ekonomi global.
Perubahan standar menuntut penyesuaian dunia pendidikan dalam
menyiapkan peserta didik. .Guna menyongsong pendidikan yang
berorientasi pada tantangan dunia global, lembaga RA hendaknya
memperhatikan beberapa isu penting pembelajaran yaitu; (1)
Penguatan Pendidikan Karakter; (2) kecakapan abad 21; (3) HOST; dan
(4) literasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dalam rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam
104
rangka mencapai delapan (8) standar nasional pendidikan maupun
tantangan eksternal yaitu globalisasi.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan upaya untuk
menumbuhkan dan membekali generasi penerus agar memiliki bekal
karakter baik di bawah tanggung jawab satuan pendidikan. Untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati,
olah rasa dan olah raga sangat diperlukan pelibatan dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Adapun lima
nilai utama karakter yang menjadi penekanan PPK adalah;
a. Religius
b. Nasionalis
c. Integritas
d. Mandiri
e. Gotong royong
105
b. Kreatifitas dan inovasi (creative and innovative)
Untuk merangsang dan mendorong tumbuhnya kreativitas,
anak-anak dilatih untuk memiliki fluency of thinking (kemampuan
untuk menghasilkan berbagai gagasan secara tepat), flexibility
(kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang
berbeda, mencari alternatif dan pendekatan bermacam-macam),
elaboration (kemampuan mengembangkan gagasan) dan originality
(kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli).
c. Kolaborasi (collaboration)
Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar
anak mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam
kehidupannya mendatang. Saat berkolaborasi bersama orang lain,
anak akan terlatih untuk mengembangkan solusi terbaik yang bisa
diterima oleh semua orang dalam kelompoknya.
d. Komunikasi (communication)
Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-skill, seperti
kemampuan berbahasa yang tepat sasaran, kemampuan memahami
konteks, serta kemampuan membaca pendengar (audience) untuk
memastikan pesannya tersampaikan.
106
pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar ilmu dan
pengaplikasiannya dibarengi pembelajaran aktif berbasis masalah.
Belajar memang dimulai sejak dini. Fenomena yang jamak
berkembang di masyarakat kita adalah belajar menulis dan membaca.
Namun di dunia pendidikan usia dini, sebenarnya pendidikan bukan
hanya pembelajaran baca tulis hitung (calistung) namun juga sains
hingga teknologi. Contohnya dalam kasus proses belajar dalam bentuk
team work, anak akan berhubungan satu sama lain untuk
memecahkan masalah. STEAM bisa dikenalkan pada anak sejak dini
dengan peralatan sederhana dan murah di sekitar kita. Sehingga anak
akan tumbuh menjadi sosok yang kritis, analitis, kreatif dan inovatif.
107
b. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lingkungan
Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan
keadaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, serta makhluk hidup lain. Lingkungan terdiri dari
makhluk hidup, benda mati dan budaya manusia.
Lingkungan alam sekitar bermakna amat luas. Cakupannya
meliputi kepedulian terhadap alam, pemanfaatan bahan-bahan bekas,
menyayangi binatang, memelihara tumbuhan, memelihara lingkungan
dari sampah dan limbah, atau pembiasaan bersedekah dan bakti
sosial. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai bahan ajar
memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna karena
anak dihadapkan dengan keadaan sebenarnya. Lingkungan alam,
sosial maupun budaya dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Salah satu
contoh penggunaan lingkungan alam dalam pengembangan bahan
ajar adalah penggunaan loose part.
Loose part adalah benda-benda terlepas yang dapat dipindahkan,
dimanipulasi dan cara menggunakannya ditentukan oleh anak. Loose
part merupakan media bahan ajar yang kegunaannya dalam
pembelajaran sebagai alat untuk mengeksplorasi berbagai aspek
meliputi: pemecahan masalah, kreativitas, konsentrasi, motorik halus,
motorik kasar, sains, pengembangan bahasa, seni, logika berpikir
matematika, tenik dan teknologi. Tujuan pembelajaran dengan media
bahan loose part adalah anak-anak akan menjadi lebih kreatif karena
mereka bebas berkreasi membongkar pasang bahan loose part yang
disediakan sesuai dengan imajinasi mereka. Selain itu mereka juga
bisa memanfaatkan benda-benda di sekeliling mereka dan ikut
memelihara lingkungan ketika mereka memahamai bahwa barang-
barang bekas dapat didaur ulang dan dijadikan sebagai bahan untuk
bermain dan berkreativitas merakitnya menjadi barang yang berguna.
Melalui loose part ini, anak akan merasa tertantang untuk dapat
menciptakan suatu kreasi baru dengan berbagai bahan yang
disediakan, sehingga kegiatan bermain menjadi lebih bermakna.
108
c. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan bentuk kekhasan lingkungan sekitar
yang bernilai pendidikan. Pendidik dapat memanfaatkan kearifan lokal
setempat sebagai acuan pengembangan bahan ajar. Kearifan lokal
dapat berupa permainan, adat budaya setempat, bahasa, dan
sebagainya.
Pengembangan bahan ajar yang berbasis kearifan lokal bertujuan
memberikan bekal kepada anak, baik sikap, pengetahuan maupun
ketrampilan agar anak memiliki wawasan tentang lingkungan
sekitarnya dan mengetahui kebutuhan sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku.
d. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains dan Teknologi
Sains merupakan suatu subyek bahasan tentang fakta dan teori
yang menjelaskan akan fenomena alam. Produk sains meliputi fakta,
konsep, teori, prinsip dan hukum. Aplikasi sains dalam kehidupan
diwujudkan dalam bentuk karya teknologi seperti televisi, komputer,
radio, telepon seluler, lampu, dan lain-lain.
Sains dan teknologi dapat mengakomodir rasa ingin tahu anak dan
kemauan mereka untuk bereksplorasi. Hal ini dapat dimanfaatkan
dalam pembelajaran dengan cara memanipulasinya dalam
pembelajaran berbasis sains dan teknologi dengan bentuk kegiatan
seperti mengamati, menyelidiki atau melakukan percobaan. Semua
kegiatan ini dilakukan secara sederhana dalam bermain. Penyusunan
bahan ajar berbasis sains dan teknologi dalam bentuk kegiatan
sebagai berikut:
1) Berlatih menggunakan panca indera untuk melakukan observasi;
2) Mengelompokkan benda berdasar ciri tertentu (klasifikasi);
3) Melakukan pengukuran (jarak, luas, dan volume);
4) Menggunakan bilangan untuk menyatakan sesuatu;
5) Mengenal produk teknologi dan cara kerjanya;
6) Mengenal berbagai benda hidup dan gejalanya, dengan cara
berinteraksi dan bereksplorasi;
109
7) Mengenal etika (adab) dalam memanfaatkan produk teknologi
serta faktor keamanannya.
Pengembangan bahan ajar sanis dan teknologi dilakukan untuk
menumbuhkan minat dan kebiasaan ilmiah, mendrong anak untuk
memperhatikan alam sekitar sebagai bukti kekuasaan sang Pencipta
Allah swt., serta membiasakan sikap positif dalam pemanfaatan
teknologi.
110
f. Bahan ajar berbasis kearifan lokal seperti permainan
tradisional, lagu tradisional anak, bahasa daerah, musik
tradisional, pakaian adat, rumah adat, dan sebagainya.
g. Bahan ajar lainnya seperti puzzle, bahan ajar raba, rasa dan
hidu, loose part. Loose Parts memiliki beberapa 7 (tujuh) jenis:
bahan dasar alam, plastik, logam, penggunaan kembali kayu dan
bambu, kaca dan keramik, benang dan kain, bekas kemasan
111
3) Inti
4) Penutup
f. Petunjuk penggunaan bahan ajar
g. Jenis, alat permainan/gambar/foto
h. Kegiatan pembelajaran melalui bermain
i. Lembar Kerja Anak: berisi langkah-langkah penyelesaian tugas
anak
j. Teknik Penilaian
1) Unjuk kerja
2) Observasi
3) Penugasan
Sumber Belajar
1. Surat Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2764 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar di Raudhatul Athfal
2. Surat Keputusan Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Strategi Pembelajaran Raudhatul Athfal
3. Referensi lain tentang pengembangan bahan ajar di Raudhatul
Athfal/Taman Kanak-kanak yang relevan
4. Sumber internet:
- https://www.kemdikbud.go.id/
- https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/
- https://www.gurupendidikan.co.id/
- https://www.mediabelajar.my.id/2020/08/
- dan sumber lainnya
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 5.1. Berpikir reflektif mengkaji tentang prosedur
penyusunan Bahan Ajar bagi RA. Langkah-langkah pembelajarannya
sebagai berikut.
112
1. Silakan Bapak Ibu cermati uraian materi tentang prosedur
penyusunan bahan ajar RA sesuai Surat Keputusan Dirjen
Pendis Nomor 2764 Tahun 2019 di atas.
2. Silakan Bapak Ibu mendiskusikan hasil bacaan dengan teman
terkait dengan kecakapan abad 21 yang menekankan pada
kecakapan 4C!
3. Silakan Bapak Ibu mempelajari macam-macam bahan ajar dan
beberapa model pengembangan bahan ajar RA dari modul dan
referensi lain, kemudian diskusikan dengan teman untuk
mengidentifikasi model pembelajaran yang telah dilakukan di RA
Bapak Ibu!
4. Cermati perintah dan kerjakan LK 5.1. dengan penuh tanggung
jawab
5. Presentasikan hasil pengerjaan LK.5.1 dan diskusikan kembali
6. Catat dan rangkum hasil diskusi saat presentasi serta masukan
dari teman diskusi sebagai bahan penyusunan rencana tindak
lanjut
113
3. Diskusikan tentang model-model pengembangan bahan ajar di RA,
dan isikan pada tabel di bawah ini!
No Model Pengembangan Bahan Inti Kegiatan
Ajar
E. Penguatan
Pentingnya guru memahami prosedur penyusunan bahan ajar
tentunya dengan berpedoman pada: (1) KMA Nomor 792 Tahun 2018,
(2) Juknis Dirjen Pendis Nomor 2764 Tahun 2019, dan (3 Juknis
114
Dirjen Pendis Nomor 2765 Tahun 2019. Penyusunan bahan ajar RA
harus memperhatikan beberapa prinsip dalam mengembangkannya
yakni konsep bahan ajar abad 21, model-model pengembangan bahan
ajar, jenis-jenis bahan ajar serta pengetahuan tentang prosedur
pengembangan bahan ajar itu sendiri. Pengembangan bahan ajar
memerlukan bekal pemahaman yang komprehensif atas kurikulum RA
dan prinsip-prinsip dalam mengembangkannya. Selain itu,
pemahaman terhadap jenis-jenis bahan ajar sesuai dengan
karakteristik anak dapat menghasilkan pengembangan bahan ajar
yang bermutu. Pengalaman belajar yang berkualitas dapat diperoleh
dari bahan ajar yang kreatif, inovatif serta mengikuti perkembangan
teknologi. Bahan ajar yang dibuat harus selaras dengan potensi
lingkungan tempat tinggal anak dan berbasis kearifan lokal. Bahan
ajar harus berorientasi pada pendekatan saintifik dalam
mengembangkan kreatifitas dan daya kritis tanpa mengabaikan masa
bermain anak.
F. Rangkuman
Konsep bahan ajar abad 21 di lembaga RA hendaknya
memperhatikan beberapa isu penting pembelajaran yaitu; (1)
Penguatan Pendidikan Karakter, (2) kecakapan abad 21, (3) HOTS, (4)
Literasi. Penguatan pendidikan karakter difokuskan pada lima utama
karakter yaitu; (1) relijius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, (5)
gotong royong. Kecakapan abad 21 menekankan pada kecakapan 4C
yang harus dimiliki anak yakni berpikir kritis (critical thinking),
kreatifitas dan inovasi (creative and innovative), kolaborasi
(collaboration) dan komunikasi (communication).
Model-model pengembangan bahan ajar yang dapat dilakukan di
RA terkait dengan sumber daya manusia dan sumber daya alam
tersedia dapat dilakukan dengan: pengembangan bahan ajar berbasis
kompetensi, lingkungan, kearifan lokal, dan sains dan teknologi
115
Jenis-jenis bahan ajar untuk anak RA sebagai berikut: bahan
ajar pandang (visual), bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar,
bahan ajar tiga dimensi, bahan ajar multimedia, bahan ajar berbasis
kearifan lokal, bahan ajar lainnya termasuk di dalamnya loose part
Prosedur pengembangan bahan ajar sebagai berikut:
menganalisis STPPA, KI-KD dan indikator, menentukan tema,
memetakan materi, memanfaatkan sumber belajar, menyusun desain
bahan ajar, mengembangkan bahan ajar, mengujicobakan bahan ajar,
dan finalisasi bahan ajar.
G. Evaluasi
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf A, B, C, atau D.
1. Konsep bahan ajar abad 21 diperlukan guna menyongsong
pendidikan yang berorientasi pada tantangan global. Hal yang harus
diperhatikan oleh Lembaga RA terkait dengan beberapa issue
penting pembelajaran adalah ….
A. pendidikan berbasis lingkungan sekitar
B. pemanfaatan teknologi
C. pengembangan kompetensi
D. penguatan pendidikan karakter
2. Hal penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengembangkan bahan ajar berbasis kompetensi adalah ….
A. memetakan tema
B. memanfaatkan sumber belajar
C. melakukan observasi
D. menyusun desain pembelajaran
3. Perhatikan beberapa kegiatan di bawah ini,
- Berlatih menggunakan panca indera untuk melakukan
observasi
- Mengelompokkan benda berdasar ciri tertentu (klasifikasi)
- Menggunakan bilangan untuk menyatakan sesuatu
116
- Mengenal produk teknologi dan cara kerjanya
- Mengenal etika (adab) dalam memanfaatkan produk teknologi
serta faktor keamanannya
Dari contoh bentuk kegiatan di atas, merupakan ciri dari
pengembangan bahan ajar berbasis ….
A. kompetensi
B. sains dan teknologi
C. kearifan lokal
D. lingkungan sekitar
4. Pemanfaatan bunga sepatu segar, bekas kemasan air mineral, lem,
bungkus snack kemasan yang bersih, kertas lipat adalah contoh
bahan ajar …
A. audiovisual
B. loose parts
C. tiga dimensi
D. kearifan lokal
5. Perhatikan tabel berikut:
1 Memetakan materi
2 Menentukan tema
3 Menganalisis STPPA, KI-KD dan indicator
4 Memanfaatkan sumber belajar
5 Finalisasi bahan ajar
6 Mengujicobakan bahan ajar
7 Mengembangkan bahan ajar
8 Menyusun desain bahan ajar
Urutan prosedur pengembangan bahan ajar yang tepat di bawah ini
adalah,
A. 1, 2, 4, 3, 5, 6, 7, 8
B. 2, 3, 4, 5, 6, 8,7, 1
C. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
D. 3, 4, 5, 6, 7, 1, 2, 8
117
H. Refleksi dan Tindaklanjut
1. Bagian mana dari kegiatan pembelajaran ini yang belum
sepenuhnya bapak/ibu pahami?
2. Apa yang akan Bapak Ibu lakukan agar dapat memahami bagian
yang kurang bapak/ibu pahami tersebut?
118
PENUTUP
119
GLOSARIUM
120
Keterampilan kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja secara
efektif dan menghormati perbedaan kelompok, berlatih untuk
memiliki fleksibitas dan kemauan berkompromi untuk mencapai
tujuan bersama.
KI (Kompetensi Inti) berfungsi sebagai pengintegrasi muatan
pembelajaran, mata pelajaran atau program pendidikan dan
mencapai standar kompetensi lulusan/STPPA
Kompetensi adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja
Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata anak
Life skill: adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menunjukkan
perilaku positif yang pada akirnya memampukan individu untuk
menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari
dengan efektif (WHO, 1997)
Mengasosiasi adalah menghubungkan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dengan pengetahuan baru
Multimedia adalah berbagai jenis sarana penyediaan informasi pada
komputer yang menggunakan suara, grafika, animasi dan teks.
Partisipasi adalah keterlibatan anak, baik fisik maupun mental,
melalui pengaktifan panca indera dalam serangkaian kegiatan
belajar yang meliputi aktivitas visual, mendengar, oral, motorik,
emosional dan bahasa tubuh serta berbuat sesuai ketentuan
dalam struktur partisipasi belajarnya.
Prinsip dalam HOTS adalah cara berpikir logis, atau proses penalaran
dalam menyelesaikan sebuah masalah.
Saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik membangun kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilannya melalui tahapan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.
121
STPPA (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak) adalah
kriteria minimal tentang kualifikasi perkembangan anak yang
mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif,
Bahasa, sosial-emosional, dan seni
The golden age adalah masa perkembangan dan pertumbuhan,
sekaligus periode yang sangat kritis yang sangat menentukan
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
122
KUNCI JAWABAN EVALUASI
A. Evaluasi KB 1
1. A
2. C
3. A
4. D
5. A
B. Evaluasi KB 2
1. D
2. A
3. B
4. C
5. A
C. Evaluasi KB 3
1. C
2. D
3. A
4. B
5. C
D. Evaluasi KB 4
1. D
2. C
3. A
4. B
5. B
E. Evaluasi KB 5
1. D
2. A
3. B
4. B
5. C
123
DAFTAR PUSTAKA
124
Fasli Jalal. (2002). Pendidikan Anak Dini Usia, Pendidikan yang
Mendasar, Buletin Padu.
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Harli Trisdiono, 2013, Strategi Pembelajaran Abad 21, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan Prov. D.I. Yogyakarta.
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/03/prinsip-pengembangan-
bahan-ajar.html.Diakses pada tanggal 10 November 2014,
Pukul 13:35 Wib
http://www.generasikolor.men/2017/09/membuat-alat-peraga-
sederhana.html
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/kolase-bentuk-kupu-
kupu/)
https://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/strategi-pembelajaran-abad-21/
https://negerinower.com/2017/10/21/hungry-caterpillar-activities/
https://riverspace.org/daur-hidup-kupu-kupu/
https://www.gurupendidikan.co.id/
https://www.mediabelajar.my.id/2020/08/daur-hidup-kupu-
kupu.html
https://www.websitependidikan.com/2017/07/contoh-pendekatan-
pembelajaran.html
https://youtu.be/8N_Trtu9MGw (Pembelajaran Kelompok)
https://youtu.be/F8L4x8L-gIg (Pembelajaran Saintifik)
https://youtu.be/IQsSIlZTF1I (Pembelajaran Saintifik)
Ibrahim, Muslimin. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar
Surabaya: Unesa University Press.
Kemdikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan
Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemdikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017,
Infografis Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),
Jakarta, Depdikbud
125
Lesley Britton. (1992). Montessori Play and Learn. Terj. Noni Rosliyani
dan Ranny Afandi. Yogyakarta: B first.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Masganti, Dr. M.Ag dkk, 2016, Pengembangan Kreativitas Anak Usia
Dini (Teori dan Praktik), Medan, Perdana Publishing
Masitoh, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka
Montolalu. W (2008) Bermain Dalam Kelompok, Bermain Bola, Bermain
dengan Angka. Jkt: Grasindo
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008 Cerdas Melalui Bermain. Jakarta:PT
Grasindo
Nini Aryani. (2015). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Perspektif Pendidikan Islam, Potensia: Jurnal Pendidikan Islam,
1 (2), DOI: http://dx.doi.org/10.24014/potensia.v1i2.3187
Nur, Mohamad. 2011. Modul Keterampilan-keterampilan Proses Sains
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Saina dan
Matematika Sekolah.
Penguatan Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk Pembenahan
Pendidikan Nasional, https://www.kemdikbud.go.id/main
/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-karakter-jadi-pintu-
masuk-pembenahan-pendidikan-nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada Satuan
Pendidikan
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter
PPPPTK dan PLB Bandung Direktorat GTK, 2016, Modul Guru
Pembelajar Taman Kanak-kanak Kelompok Kompetensi F,
Bandung, PPPPTK dan PLB
Prastowo, Andi 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta. Diva Press
126
Rahmawati, Fitriana. (2011). Pengaruh pembelajaran Geometri dengan
Pendekatan Induktif. Edumatica. Vol. 01. No. 02
Ralibi, M.I. (2008) Fun Teaching. Bekasi: Duha khazanah.
Rhenald Kasali. (2019). Sentra: Membangun Kecerdasan dan
Kemampuan Anak Sejak Usia Dini, Demi Masa Depan yang
Gemilang. Bandung: Mizan.
Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Rusman. (2018). Model–Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung;
Alfabeta.
Siantajani, Yuliati. (2020). Loose Parts Material lepasan Autentik
Stimulasi PAUD. Semarang: PT Sarang Seratus Aksara
Siantajani, Yuliati. (2011). Persiapan Membaca Bagi Balita. Yogyakarta
CV Solusi Distribusi
Slavin, R.E. (2003), Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik
(terjemah) Bandung: Nusa Media
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas
Harli Trisdiono, Strategi Pembelajaran Abad 21, Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan Prov. D.I. Yogyakarta.
https://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/strategi-pembelajaran-
abad-21/
Yuliani Nurani Sujiono, E Leony Tampiomas, Malpaleni Satriana,
Eriva Syamsiatin, Opih Rofiah Zainal, Rita Rosmala, Aprianti
Yofita Rahayu. (2019). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.
Yuliani Nurani Sujiono. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Indeks.
Zaidah Kusumawati, Ichwan Fauzi, Abu Haekal Fadel Muhammad,
Abu Haidar Al-Mahdi, Abu Jesh Zeel Arsh, Taufik Hamim,
127
Hidayatullah Hamim. (2013). Ensiklopedia Nabi Muhammad
saw. sebagai Pendidik. Jakarta: PT Lentera Abadi
128
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 :
129
Selasa : Usiaku Jumat : Suku Bangsaku
Mengetahui
Kepala RA…………… Guru Kelas
…………………………. …………………
130
Lampiran 2 :
131
Lampiran 3
132
SENTRA PERSIAPAN SENTRA BALOK
Tema/Subtema
Kebutuhan Manusia Setting (Toko Kain Tekstil)
sebagai Khalifah Allah/ 1. Berperan sebagai penjual
Pakaian Penutup
Aurotku 2. Berperan sebagai pembeli
3. Berperan sebagai penjahit
4. Berperan sebagai kasir
5. Melukis dengan benang
6. Kolase baju dengan kain
perca
1.
SENTRA IMTAQ
1. Praktek wudhu
SENTRA BAHAN ALAM 2. Praktek sholat berjamaah
133
Lampiran 4. Contoh Analisis STPPA, KI-KD dan Indikator
1. Kompetensi Inti
KI. 1 : Menerima ajaran agama yang dianutnya
KI. 2 : Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan
estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu
bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, jujur, dan santun
dalam berinteraksi dengan keluarga, guru
dan/ataupengasuh, dan teman
KI 3 : Mengenali diri, keluarga, teman, guru dan/atau pengasuh,
lingkungan sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah,
tempat bermain dan satuan PAUD dengan cara: mengamati
dengan indra (melihat, mendengar, menghirup, merasa,
meraba); menanya; mengumpulkan informasi; mengolah
informasi/mengasosiasikan, dan mengomunikasikan melalui
kegiatan bermain
KI 4 : Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan
dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya
secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan perilaku
anak berakhlak mulia
2. KD dan Indikator
Kompetensi Indikator Pencapaian
STPPA
Dasar Kompetensi
Nilai Agama dan Mengenal Allah swt. melalui
Moral ciptaanNya
QS. al-Ikhlas:1- Terbiasa mengucapkan kalimat
1.1 - 2.2
4 thayyibah
QS. al-Ahzab:
21
Menggerakkan tangan dan kaki
meniru gerakan tarian secara
Fisik-Motorik lentur sesuai irama musik
3.3 - 4.3
QS. Al-Alaq 4-5) Terampil menggunakan berbagai
macam benda di lingkungan
anak untuk bermain.
Mengkreasikan suatu benda
Kognitif
menjadi bentuk lain melalui
QS. Asy- 3.5– 4.5
aktivitas yang bersifat eksploratif
Syuaraa: 24
dan kreatif
Bahasa Memahami beberapa perintah
QS. Al-A’raf: 3.11 – 4.11 secara bersamaan baik verbal
204 maupun non verbal
134
Sosial-Emosional Memilih kegiatan dan
QS. Al-Imron: 3.14 - 4.14 mengambil keputusan secara
139 mandiri
Mengeskpresikan aktivitas seni
Seni (musik,lukis, rupa, suara dan
3.15 – 4.15
QS, Lukman: 6 kriya) sesuai imajinasi untuk
senantiasa mengingat Allah swt.
135
Lampiran 5. Contoh Bahan Ajar untuk RA 1
METAMORFOSIS KUPU-KUPU
(DAUR HIDUP KUPU-KUPU)
RA INSAN UTAMA
JALAN KALIURANG NO.1 YOGYAKARTA
136
METAMORFOSIS KUPU-KUPU
D. Strategi/Model/Metode Pembelajaran
- Strategi : pembelajaran langsung (luring)
- Model : sentra
- Metode : proyek
2. Pendahuluan
- Doa sebelum belajar
- Bernyanyi lagu “Kupu-kupu” sambil melakukan gerakan
sesuai irama
- Mengenalkan aturan bermain (aturan saat masuk kelas)
- Berdiskusi macam-macam serangga yang ada di sekitar anak
- Berdiskusi tentang keindahan kupu-kupu yang ada di
lingkungan sekitar dan mengungkapkan rasa syukur atas
ciptaan Allah swt.
3. Inti
- Anak mengamati tentang metamorfosis kupu-kupu
- Anak mengucapkan kalimat thayyibah dengan benar sebagai
ungkapan rasa syukur
137
- Setelah pengamatan, anak membuat bentuk
perkembangbiakan kupu-kupu (telur, ulat, kepompong, kupu-
kupu) dari plastisin atau bahan alam lainnya (daun, kacang
hijau, batang daun, bunga, daun, dan lain-lain)
- Anak mengurutkan proses metamorfosis kupu-kupu ke dalam
lembar kerja yang disediakan
- Anak memajang hasil karya pada tempat yang disediakan
4. Penutup
- Merapikan mainan/alat yang digunakan ke tempat semula
- Menanyakan perasaan selama hari ini
- Berdiskusi tentang kegiatan apa yang paling disukai
- Mengucapkan syukur dan berdoa kepada Allah swt.
Di mana habitat
kupu–kupu ?
138
4. Gambar metamorphosis
(sumber: riverspace.org/daur-hidup-kupu-kupu/)
2. Inti
- Anak memperhatikan beberapa bahan yang diambil dari
lingkungan berupa daun pisang yang ada telur kupu-kupu,
ulat, kepompong dan kupu-kupu dalam toples (pilihan: untuk
kegiatan eksplorasi anak)
- Anak mengamati penjelasan guru tentang proses
metamorfosis kupu-kupu melalui gambar
- Anak menyimak penjelasan guru, cara membentuk huruf dari
lidi/bahan lain yang tersedia
139
- Anak memperagakan membuat bentuk huruf dari bahan yang
tersedia.
- Anak menyimak penjelasan guru, cara membuat kolase
bentuk perkembangbiakan kupu-kupu (telur, ulat,
kepompong, kupu-kupu) dari bahan plastisin atau loose part.
- Anak menyimak guru memperagakan urutan metamorphosis
menggunakan bentuk-bentuk perkembangbiakan yang dibuat
dari loose part.
- Anak memperagakan membuat bentuk-bentuk
perkembangbiakan kupu-kupu menggunakan loose part
sesuai yang tersedia,
- Anak meletakkan karya yang sudah jadi ke dalam lembar
kerja siswa sesuai urutan metamorphosis
3. Recalling:
- Anak bersama guru merapikan peralatan yang digunakan
- Anak diberi tugas untuk menceritakan dan menunjukkan
hasil karyanya kepada teman-teman
- Anak diberi penguatan pengetahuan yang didapatkan
4. Penutup
- Anak bersama guru melakukan percakapan kegiatan apa saja
yang sudah dilakukan.
- Anak diberi cerita pendek yang berisi pesan-pesan
- Anak mendapatkan informasikan kegiatan untuk esok hari
- Anak berdoa setelah belajar
6. Tenik Penilaian
a. Unjuk Kerja
140
b. Observasi
Aspek
No Kegiatan Perkembangan
Perkembangan
Nilai, Agama
1
dan Moral
2 Fisik Motorik
3 Kognitif
Membuat bentuk dengan
4 Bahasa menggunakan lidi/bahan
lain dengan benar
Sosial
5
Emosional
Membuat
karya seni Membuat kolase kupu-
6
sesuai kupu dari loose part
kreativtasnya
c. Penugasan
Kegiatan Jenis
No Hari/Tanggal Hasil
Pembelajaran Penugasan
141
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Bermain 2
142
Lampiran 7. Lembar Kegiatan Bermain 3
(sumber : https://negerinower.com/2017/10/21/hungry-caterpillar-
activities/)
143
Lampiran 8. Lembar Kegiatan Bermain 4
144