Anda di halaman 1dari 17

SAY NO TO DRUG

(Laporan Tugas Besar ETIKA ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata
Kuliah Etika)

LAPORAN TUGAS BESAR ETIKA

Disusun oleh :
Ferdi Abdurahman Buchori 2113181025

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK MANUFAKTUR
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2022
BIODATA ANGGOTA KELOMPOK 31

Ferdi Abdurahman Buchori


2113181025
Jurusan Teknik Mesin
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


“Say no to drug” adalah suatu istilah yang mudah diucapkan tetapi susah
untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat
tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia dan sering membuat
manusia seolah - olah berpindah ke suatu alam lain sehingga manusia dapat
melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup. Sifat khas obat itulah yang
membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari kenikmatan yang sifatnya
sementara belaka.
Pemakai narkoba sudah kecanduan narkoba, bagaikan masuk dalam
perangkap, gampang masuknya tapi sulit untuk keluarnya. Dapat juga diartikan
sepeti ikan yang sudah kena mata pancing. Individu yang sudah ketergantungan
dengan narkoba akan sulit melepaskan diri dari pengaruhnya, walaupun ia sendiri
sadar dan ingin sembuh.
Penggunaan narkoba secara berlebihan dapat mengakibatkan efek yang
berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat. Obat - obatan terlarang itu
merupakan zat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi bahkan
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat yang
terkandung dalam obat tersebut ternyata banyak pengaruhnya pada diri manusia
dan seringkali dapat membuat manusia 2 seolah - olah berpindah kesuatu alam lain
sehingga manusia dapat melupakan rasa sakit maupun beratnya tekanan hidup.
Sifat khas obat itulah yang membuat orang menyalahgunakannya untuk mencari
kenikmatan yang sifatnya sementara belaka. (Sanjaya et al., 2021)
Akibat orang yang menggunakan narkoba akan merasakan sakaw (putus
zat). Pengguna narkoba pada individu yang merasakan sakaw merasakan tubuhnya
terasa nyeri, seperti ditusuk-tusuk pisau dan bahkan yang dirasakan tubuh seperti
diinjak - injak kuda. Penggunaan narkoba yang terlalu banyak atau overdosis akan
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena prosentase. Semakin
banyak konsumsi terhadap narkoba maka akan semakin lemah kondisi sistem
pertahanan tubuh seseorang. Selain permasalah fisik, narkoba. Dalam hal anggota
badan penelitian narkoba nasional memberikan bukti nyata banyaknya pengguna
narkoba yang meninggal dunia dalam sehari sebanyak 40 orang tewas akibat
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba). Banyaknya orang
yang meninggal ini apabila dikalkulasi dalam jangka waktu setahun 15.000 orang
meninggal dunia karena menggunakan narkoba dan kasus kematian karena
penggunaan narkoba dalam lima tahun terakhir naik rata-rata 51,3% per tahun.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan ketergantungan terhadap
narkoba. Secara singkat dapat di katakan bahwa faktor-faktor yang dapat
memungkinkan penyalahgunaan obat - obatan atau narkoba adalah faktor individu,
faktor obat-obatan atau narkoba, dan faktor lingkungan setempat. Faktor individu
meliputi penyakit-penyakit 3 badaniah, keadaan psikologis atau kepribadian
individu itu sendiri. Faktor obat yaitu adanya obat-obatan terlarang di pasaran
gelap dan sifat farmakologis obat - obatan tersebut. Faktor lingkungan misalnya
pandangan masyarakat tentang pemakaian obat-obatan terlarang, mode diantara
remaja saat ini, gaya hidup (life style), dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat. (Try
Hutama Hutabarat & Martua, 2021)
Permasalahan tentang narkoba merupakan permasalahan yang meresahkan
masyarakat, sebab akibat penggunaan narkoba hanya merugikan individu sebagai
pemakai narkoba tetapi juga merugikan pihak-pihak lain. Seperti, keluarga
dirugikan secara moral dan materil yaitu rasa malu dan harta benda. Masyarakat
dirugikan oleh sikap pemakai narkoba yang cenderung kriminalitas, contohnya:
pencurian, perampokkan, dan pembunuhan. Pengguna narkoba menurut Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika termasuk tindak kriminalitas.
Tindak kriminalitas ini termasuk kejahatan yang dapat merusak mental dan
merugikan orang lain.
Akibat - akibat yang ditimbulkan pengguna narkoba tersebut membuat
pemerintah, pemerhati sosial, ataupun tokoh - tokoh masyarakat mengambil
langkah-langkah untuk dapat mensosialisasikan dampak buruk penggunaan
narkoba secara terus-menerus sehingga pengguna narkoba dapat berhenti dari
pemakaian narkoba.
Data mengenai mantan pengguna narkoba yang dapat keluar dari jeratan
narkoba di Instansi Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta masih sedikit. Ini
dapat dilihat dari jumlah pasien yang tercatat di Rumah Sakit Grhasia pada tahun
2006 sampai 2007 pasien yang melakukan rawat jalan berjumlah 38 orang dan 4
yang rawat inap berjumlah 14 orang. Jumlah ini cukup memberikan gambaran
bahwa pada dasarnya para pengguna narkoba belum banyak yang dapat terbebas
dari jeratan narkoba.
Pemerintah, pemerhati sosial, ataupun tokoh - tokoh masyarakat di berbagai
kesempatan memberikan saran-saran kepada masyarakat untuk menjauhi narkoba.
Adapun bagi orang-orang yang sudah menggunakan narkoba perlu dilakukan
tindakan dengan cara memotivasi pengguna narkoba untuk lepas dari obat yang
merusak mental tersebut. Pemahaman dan pengertian terhadap dampak negatif
yang disebabkan oleh narkoba dapat menimbulkan minat dan memotivasi individu
untuk tidak lagi mengkonsumsi narkoba.
Motivasi merupakan dorongan individu untuk melakukan kegiatan yang
bertujuan tidak terlepas dari dalam maupun dari luar individu. Secara sederhana
motivasi adalah tenaga penggerak (motif) yang telah menjadi aktif. Motif yang
menjadi aktif dimunculkan dalam bentuk perilaku tertentu yang terarah pada
tujuan tertentu dan terpelihara dalam waktu yang relatif lama (Crow dan Crow,
dalam Anima, 2000). Berdasarkan asumsi bahwa motif, alasan, dan tujuan tidak
mempunyai perbedaan makna yang krusial, maka motivasi telah lama menjadi
perhatian dan factor - faktor mayor masyarakat dalam memandang perbuatan atau
perilaku individu atau kelompok. (Teguh, 2020)
Motivasi dapat dibedakan dalam dua kelompok, yakni motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri
individu, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena
adanya pengaruh dari luar. Hal ini berarti 5 bahwa motivasi dapat dibentuk dari
dalam dan adanya pengaruh dari luar. Mengacu teori diatas motivasi intrinsiklah
yang sangat besar pengaruhnya dalam proses kesembuhan seorang pengguna
narkoba sedangkan motivasi ekstrinsik hanya sebagai pendukung bagi seorang
pengguna narkoba. (Sanger, 2013)
Faktor yang berperan sangat besar dalam proses kesembuhan korban
penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba antara lain faktor motivasi
individu untuk berhenti menggunakan narkoba dan keyakinan individu bahwa
dirinya akan mampu melepaskan diri dari pengaruh obat-obatan terlarang atau
narkoba tersebut. Lingkungan juga menjadi faktor yang dapat membuat indivdu
memiliki keinginan atau kemauan untuk sembuh dari jeratan narkoba,
mengurungkan niatnya untuk tidak terbujuk rayuan para pengedar yang masih
berkeliaran di dalam lingkungannya. Akibat dari pengaruh kelompok atau
lingkungan yang bersangutan dengan mudah dicapai oleh pengedar, baik secara
langsung atau melalui teman-teman pengguna sendiri. Hal ini mudah terjadi karena
adanya pengaruh dan sikap konformitas terhadap kelompok. Baik itu kelompok
dari orang kaya atau miskin.
Proses kesembuhan para pengguna narkoba memang tidak mudah, karena
lebih banyak ditentukan oleh faktor kemauan yang keras untuk terbebas dari
jeratan narkoba dari diri pengguna sendiri . Contohnya, seperti seorang artis yang
biasa dipanggil Novia Ardana. Ia mengatakan bahwa dirinya ingin sekali keluar
dari jeratan narkoba tidak mudah. Sensasi-sensasi saat menggunakan narkoba
sering menggoda penggunaan narkoba untuk kembali ke 6 jeratan narkoba. Agar
bisa keluar dari jeratan narkoba Novia Ardana menggunakan berbagai macam
cara, mulai dari masuk lembaga rehabilitasi sampai ia bersembunyi untuk tidak
bertemu dengan teman - teman yang menggunakan narkoba. Akhirnya dengan
motivasi yang kuat, ia dapat sembuh dan tidak menggunakan narkoba
Kajian mengenai motivasi telah banyak dilakukan, sebagai contoh yang
dilakukan oleh para filsuf Yunani. Filsuf - filsuf Yunani di abad 19 telah menelaah
mengenai motivasi bahwasannya perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh fisik
dan spiritual. Para filsuf juga berpendapat bahwa pemikiran merupakan
sumbangan terhadap dorongan untuk manusia bertindak, dimana pikiran adalah
motivasi primer bagi manusia. Motivasi dan keyakinan pada kemampuan diri akan
sangat membantu keberhasilan individu dalam rangka melepaskan diri dari jeratan
narkoba. Motivasi dan keyakinan individu ini pulalah yang akan memberikan
suatu keberanian individu untuk bisa kembali menjalani kehidupan secara normal.
(Khopiatuziadah (Badan Narkoba), 2017)
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Narkoba


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang - Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan
menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah :
a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),
opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
b. Garam - garam dan turunan - turunan dari morfina dan kokain, serta campuran
yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-
Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-
undang tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang
narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan
narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya
menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997.
Zat yang termasuk psikotropika antara lain :
a. Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu - shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis
maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang
dapat mengganggu sistem saraf pusat, seperti :
a. Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa
zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang
dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya
dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.
Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para
pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya
usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.Pada awalnya, pelajar yang
mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok.
Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi
ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang - orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami
ketergantungan.
Saat ini bahaya dan dampak narkoba atau narkotika dan obat - obatan pada
kehidupan dan kesehatan pecandu dan keluarganya semakin meresahkan. Bagai
dua sisi mata uang narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat dan juga
merusak kesehatan. Seperti yang sudah diketahui, ada beberapa jenis obat-obatan
yang termasuk ke dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses penyembuhan
karena efeknya yang bisa menenangkan. Namun jika dipakai dalam dosis yang
berlebih, bisa menyebabkan kecanduan. Penyalahgunaan ini mulanya karena si
pemakai merasakan efek yang menyenangkan. Dari sinilah muncul keinginan
untuk terus menggunakan agar bisa mendapatkan ketenangan yang bersifat
halusinasi. Meski dampak narkoba sudah diketahui oleh banyak orang, tetap saja
tidak mengurangi jumlah pemakainya. Bahaya narkoba hingga menjadi kecanduan
tersebut memang bisa disembuhkan, namun akan lebih baik jika berhenti
menggunakannya sesegera mungkin atau tidak memakai sama sekali. Sebenarnya
Narkoba adalah obat legal yang digunakan dalam dunia kedokteran, namun
dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan di kalangan remaja tidak
sedikit yang terjerumus dalam bahaya narkoba. Banyak dari mereka yang
menggunakan Narkoba dengan alasan untuk kesenangan batin, namun sayangnya
tidak banyak yang mengetahuai bahaya narkoba.

2.2 Jenis – Jenis Narkoba


Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantunganNarkotika sendiri dikelompokkan lagi menjadi :
a) Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.
b) Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin.
c) Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/ atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein. (Sanjaya et al., 2021)
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a) Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
b) Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
c) Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
d) Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam,
Nitrazepam (BK, DUM). Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi: Minuman Alkohol,
mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat,
dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan
minuman beralkohol antara lain :
a) Golongan A: kadar etanol 1-5 % (Bir)
b) Golongan B: kadar etanol 5-20 % (Berbagai minuman anggur)
c) Golongan C: kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny
Walker) (Monica Damanik Kelas et al., 2020)
Inhalasi, gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem,
Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin. Tembakau, pemakaian tembakau yang
mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam upaya penanggulangan
Narkoba di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus
menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi
pintu masuk penyalahgunaan Narkoba lain yang berbahaya. Berdasarkan efeknya
terhadap perilaku yang ditimbulkan dari Narkoba dapat digolongkan menjadi 3
golongan :
a) Golongan Depresan (Downer), adalah jenis Narkoba yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri.
Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative (penenang), Hipnotik
(obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).
b) Golongan Stimulan (Upper), adalah jenis narkoba yang merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya
menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu,
Ekstasi), Kokain.
c) Golongan Halusinogen, adalah jenis narkoba yang dapat menimbulkan efek
halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat
terganggu. Contoh: Kanabis (ganja). (Placas, 2015)

2.3 Rehabilitasi Narkoba


Rehabilitasi adalah sebuah kegiatan ataupun proses untuk membantu para
korban yang menderita penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang
memerlukan penanganan medis untuk mencapai kemampuan fisik yang maksimal.
Bentuk kepedulian pemerintah kepada masyarakat yang menjadi korban
penyalahgunaan narkoba adalah dibentuknya lembaga rehabilitasi atau panti
terapi. Namun semakin banyaknya korban yang terseret kedalam hal keburukan
khususnya narkoba menjadi lebih bertambah banyak, insiatif dari masyarakat
dalam keikutsertaan membangun bangsa melalui tempat rehabilitasi atau panti
terapi kian bertambah kemunculannya. Pemerintah mengapresiasi masyarakat
yang mendirikan tempat rehabilitasi disamping meluasnya penyalahgunaan
narkoba, upaya pengobatan bagi yang mengalami candu melalui beberapa terapi
khusus yang berasal dari bahan alami disediakan dengan kegiatan positif.
Anak usia remaja memang paling rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.
Karena masa remaja adalah masa pencarian identitas diri. Ia berusaha menyerap
sebanyak mungkin nilai- nilai baru dari luar yang dianggap dapat memperkuat jati
dirinya. Ia selalu ingin tahu dan ingin mencoba, apalagi tarhadap hal – hal yang
mengandung bahaya atau resiko (risk taking behavior). Umumnya, anak atau
remaja mulai menggunakan narkoba karena ditawarkan kepadanya dengan
berbagai janji, atau tekanan dari kawan atau kelompok. Ia mau mencobanya karena
sulit menolak tawaran itu, atau terdorong oleh beberapa alasan seperti keinginan
untuk diterima dalam kelompok, ingin dianggap dewasa dan jantan, dorongan kuat
untuk mencoba, ingin menghilangkan rasa bosan, kesepian, stress atau persoalan
yang sedang di hadapinya.
Awal mula penyalahguna narkoba dapat diihat dari berbagai faktor
diantaranya melalui gejala yang ditimbulkan. Efek samping dari gejala narkoba
adalah ketergantungan yang mengharuskan korban untuk mengonsumsi setiap
saatnya, dosis yang ditimbulkan semakin hari kian bertambah jumlah dosisnya
karena keinginan menggunakan narkoba tidak bisa ditahan. Dalam kehidupan
sosial pecandu narkoba bertindak yang bisa membahayakan dirinya maupun
lingkungan sekitar terutama yang telah dipengaruhi oleh efek obat yang
dikonsumsinya.
Alternatif untuk menyembuhkan gejala candu dan korban penyalahgunaan
narkoba adalah dengan terapi yang disediakan di tempat rehabilitasi. Tempat
rehabilitasi di Indonesia merujuk pada Peraturan Bersama tentang penanganan
pecandu narkoba dan korban penyalahgunaan narkotika ke dalam lembaga
rehabilitasi yang diterbitkan pada tahun 2014. (Janosik, 2005)
Penanganan awal ketergantungan narkoba perlu melibatkan berbagai aspek
seperti aspek sosial dan dukungan moral dari orang terdekat dan lingkungan
sekitar. Kunci dari rehabilitasi adalah melakukan penanganan secepat mungkin.
Dibutuhkan psikiater atau ahli adiksi yang dapat menangani masalah
ketergantungan narkoba. Ada dua cara penanganan diawal yaitu pengobatan medis
dan konseling. Uraiannya sebagai berikut :
1. Pengobatan medis
Penanganan dengan obat - obatan akan dilakukan dalam pengawasan dokter,
tergantung dari jenis obat yang digunakan. Pengguna narkoba jenis heroin
atau morfin akan diberikan obat seperti methadone, obat ini akan membantu
mengurangi ketergantungan.
2. Konseling
Konseling merupakan bagian penting dari proses pengobatan narkoba bagi
pecandu. Konseling dilakukan oleh konselor untuk mengetahui gejala
kemungkinan yang menjadi pemicu dari ketergantungan, konseling bisa
dilakukan secara individu maupun kelompok. Tujuan dari konseling ini adalah
untuk membantu program pemulihan, seperti pengembalian kedalam perilaku
sebelumnya dengan melakukan hal-hal yang positif. Serta strategi melindungi
diri dari kondisi yang menjerumuskan kedalam urusan narkoba.
3. Metode Rehabilitasi
Pengertian Rehabilitasi Napza adalah rehabilitasi yang meliputi pembinaan
fisik, mental, sosial, pelatihan ketrampilan dan resosialisasi serta pembinaan
lanjut bagi para mantan pengguna Napza agar mampu berperan aktif dalam
kehidupan masyarakat. Rehabilitasi Napza merupakan bentuk terapi dimana
klien dengan ketergantungan Napza ditempatkan dalam suatu institusi tertutup
selama beberapa waktu untuk mengedukasi pengguna yang berusaha untuk
mengubah perilakunya, mampu mengantisipasi dan mengatasi masalah relaps
(kambuh).
Pengguna atau pecandu narkoba di Indonesia yang kian bertambah dari tahun
ke tahun dan sudah dalam kondisi memprihatinkan, membuat Indonesia bergegas
untuk menyelamatkan generasi penerusnya melalui program rehabilitasi bagi
pengguna dan pecandu serta memproses secara hukum bagi pengedarnya. Agar
korban penyalahgunaan narkoba dan pecandu memperoleh haknya untuk sembuh
dan menjalani kehidupannya kembali dengan normal dan bersosialisasi lagi
bersama masyarakat seperti sedia kala. Maka rehabilitasi secara medis dan sosial
benar-benar ada wadahnya, bagi residen yang mampu ataupun tidak mampu akan
dilayani sama tanpa pandang bulu, sebagai bukti pelayanan yang
berperikemanusiaan dan kekeluargaan. (Rifai, Achmad, 2020)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah yang disusun kami menyimpulkan bahwa terjadinya
penyalahgunaan narkoba pada generasi muda dapat disebabkan oleh dua faktor
yakni faktor internal dan eksternal. Tetapi pada akhirnya narkoba hanya
menghancurkan masa depan, sehingga dibutuhkan kepedulian orang tua, insan
pendidik, tokoh masyarakat dan instansi pemerintahan dalam membina generasi
muda. Agar mereka bisa bebas dari bahaya narkoba.
Sebagai anak bangsa yang menjadi tumpuan orangtua, masyarakat, negara dan
agama sudah saatnya kita berkata,”Katakan tidak pada Narkoba” atau “say No To
Drugs”. Dengan tidak terjebak pada penyalahgunaan narkoba kita bisa lebih
berprestasi dan mandiri. Jangan kita sia-siakan masa depan yang lebih baik hanya
karena ingin mendapat kenikmatan sesaat yang dapat menghancurkan fisik dan
menganggu kesehatan mental dengan mencoba coba menggunakan narkoba.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. Oleh karena
itu saran dan kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam
penyempurnaan makalah ini. Semoga kita senantiasa terhindar dari bahaya
narkoba, mari kita isi waktu luang dengan kegiatan kegiatan yang bermanfaat yang
dapat meningkatkan kualitas diri kita. Seperti berolahraga, maupun mengikuti
kegiatan berorhganisasi yang dapat mengembangkan kreativitas kita. Dengan
demikian berarti kita dapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua,
dengan senantiasa berusaha sekuat tenaga membahagiakan mereka. Dengan
membahagiakan mereka tampa kita sadari kita telah membuka pintu-pintu
kemudahan dan kesuksesan bagi diri kita sendiri di masa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA

Janosik, S. M. (2005). Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika,


bahan adiktif lainnya. Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari
bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan.
NASPA Journal, 42(4), 1.
Khopiatuziadah (Badan Narkoba). (2017). Evaluasi Pengadilan dalam Penegakan
Hukum di Bidang Narkoba. Legislasi Indonesia, 14(1), 17–28.
Monica Damanik Kelas, R., Mia-, X., & Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Sma Negeri,
P. (2020). MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI GENERASI MUDA Disusun
oleh.
Placas, C. D. E. (2015). Jenis Narkoba Yang Beredar. 2015, 1–239.
http://eprints.ums.ac.id/14213/2/BAB_I.pdf
Rifai, Achmad, G. S. (2020). Rehabilitasi Penguna Narkoba. Kekuatan Hukum
Lembaga Jaminan Fidusia Sebagai Hak Kebendaan, 21(2).
Sanger, C. (2013). Penegakan Hukum Terhadap Peredaran Narkoba Di Kalangan
Generasi Muda. Lex Crimen, 2(4), 5–13.
Sanjaya, Y., Simanjuntak, M. U., Heeng, G., Susanto, S., Johan, E., Her, A., &
Ditakristi, V. (2021). Sosialisasi Bahaya Narkoba Bagi Anak Muda. 4(1), 34–42.
Teguh, R. (2020). Kedudukan Hukum Pidana Terkait Adanya Peredaran Narkotika di
Indonesia Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Jurnal Rechtens, 9(1), 53–64.
https://doi.org/10.36835/rechtens.v9i1.661
Try Hutama Hutabarat, D., & Martua, J. (2021). Comunitaria: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat PENTINGNYA BAHAYA NARKOBA TERHADAP REMAJA.
1(1), 2797–5029. http://jurnal.una.ac.id/index.php/comunitaria

Anda mungkin juga menyukai