Anda di halaman 1dari 83

HALAMAN SAMPUL

Mapaba 2021

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia


Komisariat “At Tahdzib”
STAI AT TAHDZIB Jombang
Modul MAPABA 2021

© 2021 Tim Kaderisasi PK. PMII “At Tahdzib” Stai At Tahdzib

Editor: Abd. Hamid, S.H

Cover: Ahmad Romdhoni

Tata Letak: Muizzuddin M.A

Diterbitkan Oleh

PK. PMII “At Tahdzib” STAI AT TAHDZIB Jombang

Dsn. Rejoso RT/RW 005/006 Ds. Ngumpul Kec. Jogoroto

Jombang Jawa Timur

Website : www.pmiiat.or.id

Email : pk.pmiiattahdzib@gmail.com

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- ii


IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : …………………………………………………………….

Nama Panggilan : …………………………………………………………….

Tetala : …………………………………………………………….

Alamat : …………………………………………………………….

…………………………………………………………….

Fakultas/Prodi : …………………………………………………………….

Perguruan Tinggi : …………………………………………………………….

Hoby : …………………………………………………………….

Cita-cita : …………………………………………………………….

No. Telp : …………………………………………………………….

Motto : …………………………………………………………….

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- iii


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih


lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yeng telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
modul Mapaba 2019 ini dengan baik.

Modul Mapaba 2019 ini telah kami susun dengan upaya


maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar penyusunan, untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasihn kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan modul ini.

Terlepas dairi semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tat bahasanya. Oelah karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki modul ini.

Akhir kata, kami berharap semoga Modul ini dapat


memberikan manfaat mau[un inspirasi terhadap pembaca,
terutama kepada peserta MAPABA (Masa Penierimaan Anggota
Baru) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) “At Tahdzib”
STAI AT TAHDZIB Jombang 2019.

Wallahulmuwaffiq illa aqwamith thorieq

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Jombang, 24 September 2019

TIM Kaderisasi PMII “At Tahdzib”

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- iv


DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN SAMPUL...............................................................i
IDENTITAS DIRI..................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................v
KE-ISLAMAN AHLUSUNNAH WAL JAMA'AH..................................6
GENEOLOGI ISLAM INDONESIA...............................................13
NILAI DASAR PERGERAKAN...................................................18
SEJARAH DAN KEORGANISASIAN PMII......................................26
STUDI GENDER DAN KELEMBAGAAN KOPRI................................35
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA............................................42
ANALISIS SOSIAL................................................................63
PMII KOMISARIAT “AT TAHDZIB” (UT) STAI AT TAHDZIB JOMBANG. .68
LAGU-LAGU PERGERAKAN....................................................75
SUSUNAN PENGURUS KOMISARIAT..........................................78
SUSUNAN PENGURUS BADAN SEMI OTONOM..............................81
GORESAN TINTA................................................................82

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- v


KE-ISLAMAN AHLUSUNNAH WAL JAMA'AH

A. Pendahuluan

Sebelum masuk pembahasan mendalam tentang Aswaja


(Ahlussunnah wal Jama'ah) alangkah lebih baiknya memahami
terlebiih dahulu tentang hal-hal Ushul dan Furu'.
Menurut Ilmu Ushul didalam urusan agama itu terbagi
menjadi 2 (dua):

 Ma'rifat/Ushul: pengetahuan ke-Tuhanan dan ke-Esaan.


 Taat/Furu': ketaatan dan hukum.

Ushul dicapai dari nalar dan dalil, sedangkan Furu'


yakni sesuatu yang disangkakan kepadanya (hal) dengan Qiyas
dan Ijtima'.1
Telah dapat diketahui bersama bahwa jalan pemikiran
yang di tembuh oleh Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al-
Maturidi dalam memahamkan sebagai pendiri Ahlussunnah wal
Jama'ah untuk segala persoalan Aqidah berdasarkan pada :
a.) Wahyu atau Al_Qur'an
b.) Al-Hadist
c.) Mengikuti jalan pikirsn ysng telah ditempuh oleh
para lama salaf.
d.) Jika terdapat ayat-ayat yang pengertiannya kurang
jelas (ayat-ayat Mutasyabihat), maka ayat-ayat
tersebut dikembalikan menurut pengertian bahasa,
tanpa mengabaikan rasio dan logika.

Dengan dasar tersebut dapat dinyatakan bahwa Ahlusunnah


wal Jama'ah merupakan sekte dalam islam yang berusaha untuk
mempertemukan dalil-dalil Naql dengan dalil-dalil Akl. Dan dari
pola inilah aliran Ahlussunnah wa Jama'ah mendapatkan
pengaruh sekaliguspengikut yang sangat luas, apalagi melihart
figure pendirinya yang sama-sama memiliki pengaruh. Dari
jumlah yang banyak inilah, aliran ini dikenal dengan sebutan
"Ahlussunnah wal Jama'ah".

1
Al-milal wa an-nihal 93-96 1
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 6
B. Pengertian Islam
Arti Islam secara etimologi adalah selamat, damai, dan
tunduk.Sedangkan Islam secara terminolgi adalah agama yang
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW
sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh
umatnya, di manapun dan kapanpun, yang ajarannya meliputi
aspek kehidupan manusia. Secara etimologis (asal-usul kata,
lughowi) kata “Islam” berasal dari bahasa arab “salima” yang
artinya selamat. Dari kata ”salima” terbentuk kata “Aslama”
yang berarti kedamaian. Islam adalah agama yang damai penuh
dengan kasih sayang, tidak ada paksaan atau kekerasan dalam
ajaran islam.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin adalah
pemahaman terhadap Islam sebagai agama yang damai dan
penebar kasih sayang. Pemahaman tersebut merupakan hal yang
sangat fundamental dan merupakan kemestian bagi umat Islam
untuk menjadikannya sebagai paradigma dan world view dalam
melakukan segala tindakan. Sebab, dengan menjadikannya
sebagai suatu paradigma atau world view, umat Islam dalam
melakukan segala sesuatu, terutama yang berhubungan dengan
masalah sosial-keagamaan, akan selalu menghadirkan Islam
dengan wajahnya yang damai dan toleran serta jauh dari sikap
anarkisme, radikal dan intoleran.
Hal tersebut sebagaimana dijelaskan berdasarkan
pemahaman terhadap surat al-Anbiya’: 107:
َ ‫لِ ْل َعالَ ِمينَ َر ْح َمةً ِإال َأ ْر‬
‫س ْلنَاكَ َو َما‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Ayat di atas dipahami oleh PMII dan NU sebagai ayat
menerankan bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
ditujukan untuk menebar rahmat (kasih sayang) diantara sesama
manusia dan sesama makhluq Tuhan. NU meyakini bahwa jika
Islam dilakukan dengan cara yang baik dan benar, tidak dengan
kekerasan, maka ia dengan sendirinya akan mendatangkan
rahmat bagi seluruh alam

C. Definisi Aswaja dan Historicalnya

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 7


ASWAJA merupakan singkatan kata dari Ahlusunnah wal
Jama'ah. ‫سنَّة َو ا ْل َج َما عَة‬
ُّ ‫))ِآهْل ال‬, yaitu:
 Ahlun ‫) )ِآهْل‬, artinya keluarga atau pengikut
 As-Sunnah ‫نَّة‬II‫))الس‬, ُّ artinya jalan hidup atau ajaran atau
perilaku atau perbuatan yang mencakup ucapan dan
tindakan Rasulullah SAW.
 Wa (‫) َو‬, artinya dan atau serta
 Al-Jama'ah ‫ا عَة‬I‫))و ا ْل َج َم‬, َ artinya kelompok atau sekumpulan,
maksudnya atau golongan, penganut jejak, langkah para
sahabat Nabi, dalam artian perilaku atau jalan hidup para
sahabat.

Jadi Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau


mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW, sedangkan wal Jama'ah
berarti mayoritas umat atau mayoritas Sahabat Nabi Muhammad
SAW.
Dengan demikian, maka definisi Ahlussunnah Wal Jama'ah
adalah: "Orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi Muhammad
SAW dan mayoritas sahabat. (maa ana alaihi wa ashhabi/ ‫اَنَا‬
ْ ‫ َعلَ ْي ِه َو َأ‬, mereka yang masih tetap berada atau mengikuti
‫ص َحابِ ْي َما‬
ajaran Nabi Muhammad SAW bersama para Sahabat), baik
dalam syariat (hukum islam) maupun akidah dan tasawuf".
Sekalipum demikian, yang perlu diketahui bersama adalah
bahwa istilah Ahlussunnah wal Jama'ah tidak dikenal di zaman
Nabi Muhammad SAW maupun di masa pemerintahan al-khulafa'
al-rasyidin, bahkan tidak dikenal di zaman pemerintahan Bani
Umayyah (41-133 H./ 611-750 M.), sebab istilah ini untuk
pertama kalinya di pakai pada masa khalifah Abu Ja'far
al=Manshur (137-159H./754-775M) dan khalifah Harun ar-Rasyid
(170-194H./785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-
1258M). sehingga istilah Ahlussunnah Wal Jama'ah semakin
tampak ke permukaan pada zaman pemerintahan khalifah al-
Makmun (198-218H./813-833M).
Pada zamannya, al-Makmun menjadikan Mu'tazilah (aliran
yang mendasarkan ajaran islam pada Al-Qur'an dan dan akal)
sebagai mazdhad resmi Negara, dan ia memaksa para pejabat
dan tokoh-tokoh agama agar mengikuti fahm ini, terutama yang
berkaitan dengan kemakhlukan Al-Qur'an, untuk itu,ia

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 8


melakukan mihnah (inquisition), yaitu ujian akidah terhadap
para pejabat dan ulama.
Materi pokok yang diujikan adalah masalah Al-Qur'an bagi
Mu'tazilah, Al-Qur'an adalah makhluk (diciptakan oleh Allah
SWT), tidak qodim (ada sejak awal dari segala permulaan),
sebab tidak ada yang qodim selain Allah SWT. Orang yang
berpendapat bahwa Al-Qur'an itu qadim berarti syirik, dan syirik
merupakan dosa besar yang tak terampuni. Untuk membebaskan
manusia dari syirik, al-Makmun melakukan minhah. Ada
beberapa Ulama yang terkena minhah dari al-Makmun
diataranya, Imam Ahmad Ibn Hambal (164-241H).
Pengunaan istilah ahlussunnah wal jama'ah semakin popular
setelah Abu Hasan Al-Asy'ari (260-324H/873-935M), dan Abu
Manshur Al-Maturidi (w 944 M), yang melahirkan aliran "Al-
Asy'airyah dan Al-Maturiyah" di bidang teologi. Sebagai
"perlawanan" terhadap aliran mu'tazilah yang menjadi aliran
resmipemerintahan pada waktu itu. Teori Asy'ariyah lebih
mendahulukan naql teks Al-Qur'an – Hadist) dari pada aql
(penalaran rasional). Dengan demikian bila dikatakan
Ahlussunnah wal jama'ah pada waktu itu dimaksudkan
penganut paham Asy'ariyah atau Al-Maturidiyah di bidang
teologi.
Dalam hubungan tersebut, Ahlussunnah waljamaah
dibedakan dari mu'tazilah, Qadariyah, Syiah, khawarij, dan
aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah wal jamaah atau
disebut aliran Sunni dibidang Teologi kemudian juga
berkembang dalam bidang lain yang menjadi ciri khas aliran ini,
baik dibidang fiqh dan tassawuf, sehingga menjadi istilah
sebagai berikut:

 Jika dalam ruang lingkup akidah (Ahlussunnah wal


Jamaah) yang dimaksud adalah pengikut Asy'ariyah dan
Maturidiyah).
 Jika dalam ruang lingkup Fiqh, maka yang dimaksud
pengikut madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan
Hambali). Yang menggunakan rujukan Al-Qur'an Al-Hadist,
Ijma', dan Qiyas.
 Jika dalam ruang lingkup Tasawuf, maka yang dimaksud
adalah pengikut metode tasawuf Abu Qashim Abdul Karim
Al-Quraisyi, Imam Al-Hawi, Imam Al-Ghazali, dan Imam
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 9
Junaid Al-Baghdadi, yang memadukan antara Syariat,
Hakikat, dan Ma'rifaat.

CORAK PEMIKIRAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH


a.) Al-Iqtashad (Tawasuth/Moderet/menengah)
Yakni Aswaja disini menengahi antara dua paham
maupun pikiran yang extreme, antara radikalism dan
liberalism, paham Jabariyah dan Qodariyah, maupun paham
yang menitikkan pada rasio saja dan paham yang bersifat
textualist saja.

b.) Tasamuh(Toleran)
Yakni aswaja bersikap toleran terhadap pluralism piiran,
berbagai pikiran yang tumbuh dalam masyarakat musliam
mendapat pengakuan apresiatif. Keterbukaan yang demikian
lebar untuk menerima berbagai pendapat menjadikan
aswaja memiliki kemampuan untuk meredam berbagai
konflik internal umat.
Dalam dikursus sosial-budaya, Aswaja banyak melakukan
toleransi terhadap tradisi-tradisi yang telah berkembang di
masyarakat, tanpa melibatkan diri dalam subtansinya,
bahkan tetap berusaha untuk mengarahkannya. Formalisme
dalam aspek-aspek kebudayaan dalam aswaja tidaklah
memiliki signifikasi yang kuat.
Sikap toleran aswaja yang demikian telah memberikan
makna khusus dalam hubunganynya dengan dimensi
kemanusian secara luas. Hal ini pula membuatnya menarik
kaum muslimin di berbagai wilayah dunia. Pluralistikna
pikiran dan sikap hidup masyarakat adalah keniscayaan. Dan
ini akan mengantarkannya pada visi kehidupan
dunia yang rahmat di bawah prinsip Ketuhanan Yang Maha
Esa.2
c.) Tawazun (Keseimbangan)
Disini aswaja mempunyai pola yang dibangun lebih
banyak untuk persoalan-persoalan yang berdimensi sosial.
Dalam bahasa lain, melalui pola ini aswaja ingin
menciptakan integritas dan solidaritas social umat.3
d.) Al-Adlu(I'tidal/Keadilan)
Lihat dalam KH. Husein Muhammad Kontroversi Aswaja Aula 2
Perdebatan dan Reinterpretasi hal. 40-412
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 10
Disini aswaja tidak hanya berada dalam ruang
lingkup pemikiran yang bersikap secara adil, namun aswaja
juga bersikap menjunjung tinggi nilai keadilan dalam
dimensi sosial, demi membangun dan memperkuat
kerukunan umat.
DOKTRIN AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
Al-Asy'ary adalah ulama yang pernah mengenyam betul
doktrin Mu'tazilah, sehingga berakibat pada pola pemikirannya
tidak dapat lepas dari penggunaan akal dan argumentasi,
apalagi tempat tinggalnya bermadzhab Syafi'iyyah yang dengan
wajar beliau berpola fikir seperti Syafi'iy. Begitu pula
pengikutnya.
Dengan demikian, maka doktrin Ahlussunnah wal Jama'ah dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Al-Qur'an dan al-Hadist adalah dasar pokok selain
penggunaan akal, sebab fungsi akal hanyalah sebagai alat
untuk memperkuat hokum-hukum yang sudah ada pada
dasar pokok.
b. Mengambil jalan tengah diantara sekte terdahulu, yaitu
mutasyabiha atau, textualism dengan sekteyang sedang ada
yaitu Mu'tazilah atau Rasionalism atau materialism,
meskipun tidak untuk semua pendapat, misalnya saja dalam
masalah "Sifat Allah", beliau mengakui "hanya sifat yang
sesuai dengan Dzat Allah, tanpa ada penyerupaan dengan
makhluknya, misalnya Allah Maha mendengar, tetapi tidak
seperti mendengarnya manusia, dan lain sebagainya.

Pola pemikiran ini disebabkan adanya dua pandangan


yaitu:

 Mu'tazilah yang meniadakan sifat Allah itu sama


dengan Dzat-Nya.
 Mujassimah yang menyamakan sifat Allah sama
dengan makhluk-Nya.
c. Manusia itu tidak mampu untuk menciptakan perbuatan,
hanya saja ia mampu dan berkuasa mendapatkannya.

Lihat dalam KH. Husein Muhammad Kontroversi Aswaja Aula 3


Perdebatan dan Reinterpretasi hal. 403
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 11
d. Pelaku Dosa Besar adalah Fasik selama masih meng-Esakan
Allah, sedangkan masalah diampuni atau tidaknya,
tergantung kepada Allah, tetapi ia masih bisa masuk surge
setelah menjalani siksa di neraka.
e. Metode yang di pakai untuk semua persoalan keagamaan
dalam hubungannya dengan keyakinan, beliau selalu
menggunakan wahyu dan sunnah terlebih dahulu sebelum
menggunakan akal dan logika.
f. Pola pemikiran dalam Teologi Islam yang di bentuknya,
terlihat sekali pada adanya sikap yang mengguli lainnya
diantaranya dapat dilihat pada:
 Konsep pemikirannya yang dekat dengan pola fikir
para ahli fiqih sunni, seolah-olah dapat dikatakan
dalam konsep pemikirannya terdapat pola fikir
madzhad Syafi'iy dilain pihak terdapat pola fikir
Hanafi.
 Semua pola dan konsep pemikirannya mendekati
pola pemikiran para muhaddist

Sehingga terlihat sekali pola dan konsep


pemikirannya ada suatu pola fikir yang berfaham bahwa
"semua yang berijtihad adalah benar", sebab keduanya
berasal dari pola pendekatan dirinya terhadap beberapa
pola fikir madzhab fiqh sunni untuk dipersatukan
menjadi suatu pola pemahaman, khususmya dalam segi
Furu'iyah.

Sumber: kitab al-milal wa an-nihal, Abi fatah


Muhammad abdul karim ibn abi bakar ahmad
asyaratani
Ma'shum zein al-Hasyimiy, Muhammad, 2010, konsep
dasat memahami Ahlussunnah wal jama'h an-nahdliyah
(aswaja-nu), LTNU Jombang
Afghan, Ali masduki, dan munis, Syaiduddin, 2000,
Kontroversi Aswaja, LKis, Yogyakarta
Pengantar Sejarah Ahlusunnah Wal Jamaah karya KH.
Idrus Romli Penerbit Khalista

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 12


GENEOLOGI ISLAM INDONESIA

A. Pengertian Geneologi
Genealogi atau ilmu nasab adalah sebuah cabang ilmu
yang mempelajari garis keturunan dan silsilah seseorang
termasuk sejarah keluarga. Geneologi sendiri berasal dari dua
kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitu genea yang artinya
generasi dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu. Dengan
genealogi, sekelompok masyarakat mampu menelusuri sejarah
keluarga mereka sampai ratusan tahun bahkan ada yang sampai
ribuan tahun. Keluarga Confucius atau dikenal juga dengan
Kong Hu Cu misalnya, disebutkan menyimpan silsilah mereka
sampai lebih dari 2500 tahun dan  tercatat dalam Guiness Book
of Record sebagai silsilah keluarga terpanjang yang dicatat
resmi dan dipublikasikan ketika keturunan ke 77 Kong Ciu yang
bernama Kong De Yong membentuk sebuah komite di Hong Kong
pada tahun 1998 dan mempublikasikan silsilah keturunannya.
B. Pengertian Islam
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu ‫( س‬sin), ‫ل‬
(lam), ‫( م‬mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).
Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat
disimpulkan Islam  adalah agama yang membawa keselamatan
hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah
kematian). Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT 
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir
untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir
zaman.
C. Geneologi Islam Indonesia
Setidaknya terdapat empat pendapat kuat mengenai
dari manakah Islam Indonesia banyak terpengaruh:
pertama menyebutkan bahwa Islam Indonesia
disyi’arkan dari Gujarat, India. Teori ini didukung oleh C.
Snouck Hurgronje, pendapat mereka didasarkan pada asumsi
atas adanya kesamaan madzhab yang sama-sama Syafi’iy, juga
kemiripan sejumlah tradisi dan arsitektur India dengan

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 13


Indonesia diantaranya adalah bentuk nisan di Indonesia yang
mirip dengan nisan yang ada di Gujata India.
Pendapat kedua mengatakan bahwa, Islam Indonesia
banyak di pengaruhi oleh Islam Arab, terutama dari Mesir dan
juga Hadramaut Yaman. Syed Muhammad Naquib al-Attas
adalah salah satu tokoh terdepan dengan pendapat ini,
Cendekiawan Muslim kelahiran Bogor yang kemudian menetap di
Malaysia ini berpendapat bahwa aspek-aspek atau kerakteristik
internal Islam harus menjadi perhatian penting dan sentral
dalam melihat kedatangan Islam di Indonesia, bukan unsur-
unsur luar atau aspek eksternal. Karakteristik ini dapat
menjelaskan secara gamblang mengenai bentuk Islam yang
berkembang di Indonesia. Lebih lanjut Al-Attas menjelaskan
bahwa penulis-penulis yang diidentifikasi sebagai India dan
kitab-kitab yang dinyatakan berasal dari India oleh sarjana Barat
khususnya, sebenarnya adalah orang Arab dan berasal dari Arab
atau Timur Tengah atau setidaknya Persia. Oleh karena itu, dia
berpendapat bahwa Islam di Indonesia banyak di pengaruhi oleh
Islam di Arab Saudi atau Mesir.
Ketiga, Teori Persia atau pendapat yang mengatakan
bahwa Islam Indonesia pada awalnya datang dari Persia, yang
dikemukakan oleh sebagian sejarawan Indonesia di antaranya
P.A Hoesein Djajadiningrat, Prof. A. Hasjmi dan juga Prof.
Aboe Bakar Atjeh tampaknya kurang populer dibanding dua
teori sebelumnya. Teori Persia lebih menitik beratkan
tinjauannya pada kebudayaan yang hidup di kalangan
masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai
persamaan dengan Persia. Kesamaan kebudayaan itu antara
lain. Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
peringatan Syiah atas kematian Husain. Biasanya diperingati
dengan membuat bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharram
disebut juga bulan Hasan-Husain. Adanya kesamaan ajaran
antara ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran tetapi
ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga
memungkinkan Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16
dapat mempelajarinya, dan juga penggunan istilah bahasa Iran
dalam sistem pengejaan huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi
harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 14


Teori ke-empat menyatakan bahwa Islam Indonesia
berasal dari Cina. Teori ini mungkin sangat lemah, namun
kemungkinan para saudagar Cina ikut juga membawa Islam ke
Indonesia memang sangat besar. Diketahui bahwa para penyebar
Islam adalah banyak mereka para wirausahawan, yang banyak
melakukan hubungan dagang antara Cina, Arab dan lainnya.
Bahkan ketika Cina dipimpin Kubilai Khan, (akhir abad 13)
Islam dijadikan agama resmi. Sedangkan Cheng Ho merupakan
duta Cina untuk mengembalikan nama besar Cina setelah
dipermalukan oleh Mongol. Ada 36 negara yang dikunjungi
Cheng Ho, dan salah satunya adalah Indonesia. Bukti lain yang
dijadikan dasar bahwa Islam Indonesia berasal dari Cina antara
lain, adanya sumber kronik dari Klenteng Sampokong di
Semarang. Teori ini didukung oleh Prof. Slamet Muljana.
Kemudian sejarawan H.J. De Graaf telah menyunting kronik
Cina yang diklaim dari hasil rampasan Residen Poortman di
Semarang yang memperlihatkan pengaruh orang-orang Cina
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Dapat dilihat bahwa
dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada
umumnya menggunakan pendekatan kultural sebagai media,
sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan sosial yang penuh
toleransi. Dari empat pendapat diatas, yang memaparkan dari
manakah Islam di Indonesia ini bermuara, tentu hal tersebut
tidak dapat disebutkan atas dasar satu pengaruh. Kebudayaan
Islam di Indonesia memang dipengaruhi dan dibentuk oleh
keempat budaya tersebut. Kebudayaan-kebudayaan tersebut
saling melengkapi, karena memang tidak bisa dikatakan bahwa
Islam di Indonesia di pengaruhi oleh satu kebudayaan yang
homogen akan tetapi dari keempat kebudayaan itulah Islam di
Indonesia menjelma menjadi kaya akan kebudayaan.
Jadi perbedaan pendapat yang disebutkan adalah
perbedaan pendapat yang saling melengkapi, bukan perbedaan
pendapat yang saling bertentangan. Memang menurut kajian
sejarah bahwa Islam masuk ke Indonesia pertama kali tercatat
sudah sejak abad ketujuh, pendapat ini banyak didukung oleh
diantaranya Harry W. Hazard, Naquib al-Attas, S.Q. Fatimy,
W.P. Groeneveld dan yang lainnya, akan tetapi Islam di
Indonesia perkembangannya menjadi massif adalah ketika
sebagian besar penduduk Champa yang beragama Islam
berbondong-bondong menuju ke wilayah Indonesia berbarengan
dengan momentum Wali Songo yang mensyi’arkan Islam secara
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 15
serentak dan terang-terangan yaitu sekitar abad 15 Masehi.
Metodologi dakwah yang diterapkan Wali songo dalam
menyebarkan Islam di Indonesia adalah dengan memegang teguh
prinsip wasathiyyah atau sering diterjemahkan dengan kata
moderat.

Metode dakwah yang moderat ini sesuai dengan firman


Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 143; “Dan demikian (pula)
Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan (tengah-tengah) agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu..” (QS al-Baqarah: 143). Konsep
moderat dalam hal ini mempunyai beberapa makna dan
diantaranya adalah realistis. Realistis disini bukan berarti
oportunis atau bukan juga bermakna pasrah menyerah pada
keadaan yang terjadi, akan tetapi dimaknai dengan tidak
menutup mata dengan realitas yang ada dengan tetap berusaha
mencapai keadaan yang ideal. Prinsip dakwah Wali Songo yang
realistis dan moderat tersebut seperti apa yang dilakukan
terutama oleh Sunan Kalijaga serta Sunan Kudus. Sunan Kalijaga
misalnya sangat toleran terhadap budaya lokal. Beliau
berkeyakinan bahwa masyarakat akan menjauh jika pendirian
mereka diserang.
Maka, butuh pendekatan secara bertahap. Suna
Kalijaga yakin jika Islam sudah dipahami, maka dengan
sendirinya kebiasaan yang lama akan hilang. Mulailah Sunan
Kalijaga masuk dalam budaya mereka dan memahaminya,
kemudian secara bertahap memasukkan nilainilai Islam
kedalamnya. Beliau menggunakan seni ukir, wayang, gamelan,
serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beliaulah
perancang baju takwa pertama kali, perayaan sekatenan,
grebeg maulud, layang kalimasada dan masih banyak lagi. Juga
arsitektur pusat kota berupa keraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid yang diyakini juga sebagai karya dari
Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut tidak hanya kreatif,
tapi juga sangat efektif sehingga banyak sekali masyarakat
setempat yang memeluk Islam. Sebagian besar adipati di Jawa
memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 16


Demikian juga dengan metode dakwah yang digunakan
oleh Sunan Kudus, yang mendekati masyarakat melalui
simbolsimbol Hindu–Buddha. Hal tersebut terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang, serta pancuran wudhu
yang berjumlah delapan, yang di adaptasi dari delapan jalan
Buddha, hal tersebut merupakan wujud kompromi yang
dipraktekkan oleh Sunan Kudus. Namun perlu dicatat bahwa
tidak semua ajaran syari’at dapat diadaptasikan dengan budaya
serta realitas lokal, sehingga perlu ditegaskan perbedaan prinsip
antara fikih ibadah (ritual) dengan fiqh muamalah (sosial).

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 17


NILAI DASAR PERGERAKAN
Disusun Oleh : M. F. Khoiri

A. Terminologi NDP
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) adalah nilai-nilai
yang secara mendasar merupakan sublimasi nilai-nilai ke-
Islaman, seperti kemerdekaan (al-hurriyyah), persamaan
(al-musawa), keadilan (al-'adalah), toleran (tasamuh),
damai (al-musalamah), dan ke Indonesiaan (pluralisme
suku, agama, ras, pulau, persilangan budaya) dengan
kerangka paham ahlussunah wal jama' ah yang menjadi
acuan dasar pembuatan aturan dan kerangka pergerakan
organisasi. NDP merupakan pemberi keyakinan dan
pembenar mutlak, Islam mendasari dan memberi spirit
serta peran vital pergerakan yang meliputi iman (aspek
aqidah), Islam (aspek syariah), ihsan (aspek etika, akhlaq
dan tasawuf) dalam rangka memperoleh kesejahteraan
hidup di dunia dan akherat. Dalam upaya memahami,
menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII
menjadikan ahlussunah wal jama'ah sebagai manhaj al-fikr
sekaligus manhaj al-taghayyur al-ijtima'i (perubahan sosial)
untuk mendekonstruksi (metode pembacaan teks) dan
merekonstruksi (pengembalian seperti semula) bentuk-
bentuk pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama
yang toleran, humanis, anti-kekerasan, dan kritis
transformatif.4
B. Fungsi NDP
1. Kerangka Ideologis. Kerangka ideologis menjadi
rumusan yang mampu memberikan proses ideologisasi
disetiap kader, sekaligus memberikan dialektika antara
konsep dan realita yang mendorong proses progressif
dalam perubahan sosial. Kerangka ideologis juga
menjadi landasan pola pikir dan tindakan dalam
mengawal perubahan sosial yang memberikan tempat
pada demokratisasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Kerangka Refleksi. Sebagai kerangka refleksi NDP
bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, nilai-
nilai yang akan memperkuat level kebenaran-kebenaran

.Ibid, 06 4
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 18
ideal. Subtansi ideal tersebut menjadi suatu yang
mengikat, absolut, total, universal berlaku menembus
ruang dan waktu (muhlamul qat’i) kerangka refleksi ini
menjadi moralitas gerakan sekaligus sebagai tujuan
absolut dalam mencapai nilai-nilai kebenaran,
kemerdekaan, kemanusiaan.
3. Kerangka Aksi. Sebagai kerangka aksi NDP bergerak
dalam pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi
diri, analisis sosial untuk mencapai kebenaran faktual.
Kebenaran sosial ini senantiasa bersentuhan dengan
pengalaman historis, ruang dan waktu yang berbeda dan
berubah. Kerangka aksi ini memungkinkan warga
pergerakan menguji, memperkuat dan bahkan
memperbaharui rumusan kebenaran historisitas atau
dinamika sosial yang senantiasa berubah.5

C. Rumusan NDP
1. Tauhid
Mengesakan Allah SWT merupakan nilai paling
asasi dalam sejarah agama samawi. Didalamnya terkandung
hakikat kebenaran manusia. (Al-Ikhlas, AI-Mukmin: 25, AI-
Baqarah: 130-131). Subtansi tauhid;
a. Allah adalah Esa dalam Dzat, sifat dan perbuatan-Nya,
b. Tauhid merupakan keyakinan atas sesuatu yang lebih
tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi
dari kesadaran dan keyakinan kepada hal yang ghaib
(AI-Baqarah: 3, Muhammad:14-15, AI-Alaq: 4, Al-
Isra: 7).
c. Tauhid merupakan titik puncak keyakinan dalam hati,
penegasan lewat lisan dan perwujudan nyata lewat
tindakan,
d. Dalam memahami dan mewujudkannya, pergerakan
telah memilih ahlussunah wal jama' ah sebagai metode
pemahaman dan keyakinan itu.6

.Gerakan Intelektual, Forum Diskusi, Jombang, 24 September 2018 5


.Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HAND-OUT, 07 6
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 19
2. Hubungan Manusia dengan Allah
Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Dia
mencipta manusia sebaik-baik kejadian dan menempatkan
pada kedudukan yang mulia. Kemuliaan manusia antara lain
terletak pada kemampuan berkreasi, berfikir dan memiliki
kesadaran moral. Potensi itulah yang menempatkan posisi
manusia sebagai khalifah & hamba Allah (AI-Anam: 165,
Yunus: 14.)
3. Hubungan Manusia dengan Manusia.
Allah meniupkan ruh dasar pada materi manusia.
Tidak ada yang lebih utama antara yang satu dengan yang
lainnya kecuali ketaqwaannya (AI-Hujurat:13).
Pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam
kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dari
semangat yang dijiwai oleh sikap kritis dalam kerangka
religiusitas. Hubungan antara muslim dan non-muslim
dilakukan guna membina kehidupan manusia tanpa
mengorbankan keyakinan terhadap kebenaran universalitas
Islam.
4. Hubungan Manusia dengan Alam.
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Allah
menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan
Allah. Berarti juga tauhid meliputi hubungan manusia
dengan alam (As-Syura: 20) Perlakukan manusia dengan
alam dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan dunia
dan akherat. Jadi manusia harus mentransendentasikan
(mempelajari sifat/kebesaran Allah melalui alam semesta)
dalam segala aspek kehidupanya.7 NDP yang digunakan PMII
dipergunakan sebagai landasan teologis, normatif dan etis
dalam pola pikir dan perilaku. Dari dasar-dasar pergerakan
tersebut muaranya adalah untuk mewujudkan pribadi
muslim yang berakhlaq dan berbudi luhur, dan memiliki
konstruksi berfikir kritis dan progressif.

D. NDP: Landasan Gerak Berbasis Teologi


NDP adalah sebuah kerangka gerak, ikatan nilai
atau landasan pijak. Didalam PMII maka kita akan kenal
dengan istilah NDP (Nilai Dasar Pergerakan). NDP adalah

.Gerakan Intelektual, Forum Diskusi, Jombang, 24 September 2018 7


MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 20
sebuah landasan fundamental bagi kader PMII dalam segala
aktivitas baik-vertical maupun horizontal. NDP
sesungguhnya kita atau PMII akan mencoba berbicara
tentang posisi dan relasi yang terkait dengan apa yang akan
kita gerakkan. PMII berusaha menggali sumber nilai dan
potensi insan warga pergerakan untuk kemudian
dimodifikasi didalam tatanan nilai baku yang kemudian
menjadi citra diri yang diberi nama Nilai Dasar Pergerakan
(NDP) PMII. Hal ini dibutuhkan untuk memberi kerangka,
arti motifasi, wawasan pergerakan dan sekaligus
memberikan dasar pembenar terhadap apa saja yang akan
mesti dilakukan untuk mencapai cita-cita perjuangan. 8
Insaf dan sadar bahwa semua ini adalah keharusan
bagi setiap kader PMII untuk memahami dan
menginternalisasikan nilai dasar PMII tersebut, baik secara
personal maupun secara bersama-sama, sehingga kader
PMII diharapkan akan paham betul tentang posisi dan relasi
tersebut. Posisi dalam artian, dalam diri kita sebagai
manusia ada peran yang harus kita lakukan dalam satu
waktu sebagai sebuah konsekuensi logis akan adanya kita.
Peran yang dimaksud adalah diri kita sebagai hamba, diri
kita sebagai makhluq, dan diri kita sebagai manusia.
Ketiga posisi di atas merupakan sebuah kesatuan
yang koheren dan saling menyatu. Sehingga Relasi yang
terbentuk adalah relasi yang saling topang dan saling
menyempurnakan. Akibat dari posisi tersebut maka akan
muncul relasi yang sering diistilahkan sebagai hablum mina
Allah, hablum mina an-naas dan mu'amalah (Perbuatan
sehari-hari)
Dalam ihtiar untuk mewujudkan perintah Tuhan
Yang Maha Kuasa maka ketiga relasi di atas harus dan selalu
berangkat dari sebuah keyakinan IMAN, prinsip ISLAM, dan
menuju IHSAN. Inilah yang nantinya akan menjadi acuan
dasar bagi setiap warga pergerakan dalam melakukan
segala ihtiar dalam segala posisi.

Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HAND- 8


.OUT, 07
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 21
E. Pemaknaan dan Arti NDP
Secara esensial NDP PMII adalah suatu sublimasi
nilai ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an dengan kerangka
pemahaman Ahlussunnah wal Jama'ah yang terjiwai oleh
berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta
menggerakkan apa yang dilakukan PMII sebagai sumber
keyakinan dan pembenar mutlak. Islam mendasari dan
menginspirasi NDP yang meliputi cakupan Aqidah, Syari'ah
dan Akhlaq dalam upaya memperolah kesejahteraan hidup
di dunia dan akhirat. Dalam kerangka inilah PMII
menjadikan Ahussunah wal Jama'ah sebagai Manhaj al-fikr
(methodologi mencari) untuk mendekonstruksi (menata)
bentuk-bentuk pemahaman keagamaan yang benar.9

F. Peran dan Kedudukan NDP


Secara garis besarnya Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII
akan berperan sebagai :
1. Sumber Motifasi PMII. NDP juga seyogyanya harus
menjadi pendorong bagi anggota PMII untuk berbuat
dan bergerak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan
dan terkandung didalamnya.
2. Landasan Berfikir PMII. Bahwa NDP menjadi landasan
pendapat yang dikemukakan terhadap persoalan-
persoalan yang akan dan sedang dihadapi oleh PMII.
3. Landasan Pijak PMII. Landasan pijak dalam artian
bahwa NDP diperankan sebagai landasan pijak bagi
setiap gerak dan langkah serta kebijakan yang
dilakukan oleh PMII.10

Sedangkan kedudukan NDP dalam PMII bisa kita letakkan


pada :
1. Pertama; NDP haruslah menjadi rumusan nilai-nilai
yang dimuat dan menjadi aspek ideal dalam berbagai
aturan dan kegiatan PMII.

.Ibid, 08 9
.Gerakan Intelektual, Forum Diskusi, Jombang, 24 September 2018 10
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 22
2. Kedua; NDP harus menjadi pemicu dan pegangan bagi
dasar pembenar dalam berfikir, bersikap dan
berprilaku.

G. Rumusan dan Isi NDP Dalam Sudut Pandang Teologi


Selain itu kita juga harus paham betul tentang isi
ataupun rumusan atas Nilai Dasar Pergerakan kita yang
dapat kita gambarkan seperti berikut :
1. Ketuhanan atau Tauhid.
Pengertian ketuhanan adalah bagaimana kita
memaknai ketauhidan kita atas Tuhan. Meng-Esa-kan Allah
SWT, merupakan nilai paling asasi dalam sejarah agama
samawi. Hal ini sesungguhnya mengandung makna,
a. Pertama; Allah adalah Esa dalam segala totalitas,
dzat, sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Allah SWT
adalah dzat, yang fungsional, dalam artian
menciptakan, memberi petunjuk, memerintah dan
memelihara alam semesta. Allah SWT juga
menanamkan pengetahuan, membimbing, menolong
manusia.
b. Kedua; pada saat keyakinan yang pertama kita
wujudkan maka keyakinan terhadap sesuatu yang
lebih tinggi seperti keyakinan terhadap alam
semesta, serta kesadaran keyakinan kepada yang
ghaib merupakan sesuatu hal yang harus dilakukan.
c. Ketiga; dari kedua hal tersebut, maka tauhid
merupakan titik puncak. Mendasari, memandu dan
menjadi sasaran keimanan yang mencangkup
keyakinan dalam hati nilai dari ketahuhidan tersebut
harus termanifestasikan dan tersosialisasikan ke
sekelilingnya lewat pemahaman dan
penginternalisasian ahlussunah wal jama'ah sebagai
tahapan yang terakhir.11

2. Hubungan Manusia dengan Tuhan-Nya (Allah SWT)


Pemaknaan hubungan manusia dengan Allah SWT
haruslah dimaknai dengan kaffah dan konferehenshif,
artinya bahwa Allah SWT adalah sang pencipta yang maha
11
.Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HAND-OUT, 09
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 23
segalanya, termasuk telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baiknya (ahsanut taqwim) dan telah
menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia.
Kedudukan tersebut ditandai dengan pemberian daya fikir,
kemampuan berkreasi untuk dilakukan memfungsikan alam
sebagai modal dasar sekaligus perangkat mewujudkan
kemaslahatan. Kesemua aktifitas yang coba tidak pernah
terlepas dari sebuah essensi melarutkan dan
mengejawantahkan nilai-nilai ke-tauhid-an dengan
berpijak wahyu dan seluruh ciptaan-Nya.
H. Teologi sebagai Dasar Filosofi Pergerakan
Internalisasi dari nilai-nilai teologis tersebut
menumbuhkan filosofi gerak PMII yang disandarkan pada
dua nilai yang sangat fundamental yakni liberasi dan
independensi. Liberasi merupakan kepercayaan dan
komitmen kepada pentingya (dengan epistemologi gerak-
paradigma) untuk mencapai kebebasan tiap-tiap individu.
Praktek dan pemikian liberasi mempunyai dua tema
pokok.12
1. Pertama; tidak menyetujui adanya otoritas penuh
yang melingkupi otoritas masyarakat.
2. Kedua; menentang segala bentuk ekspansi dan
hegemoni negara (kekuasaan) terhadap keinginan
keinginan bebas individu dan masyarakat dalam
berkreasi, berekspresi, mengeluarkan pendapat,
berserikat dan lain sebagainya.

Liberasi didasarkan oleh adanya gaya/kemampuan


(syakilah/maharah) dan kekuatan (wus'a) yang ada dalam
setiap individu. Dengan bahasa lain setiap individu
mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk
mengembangkan dirinya. tanpa harus terkungkung oleh
pemikiran, kultur dan struktur yang ada disekitarnya,
sehingga pada akhirnya akan melahirkan apa yang namnya
keadilan (al-adlu), persamaan (al- musawah), dan
demokrasi (as-syura).

12
Gerakan Intelektual, Forum Diskusi, Jombang, 24 September 2018
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 24
Kebebasan dalam arti yang umum mempunyai dua
makna, yakni kebebasan dari (fredom from) dan kebebasan
untuk (fredom for). Kebebasan dari merupakan kebebasan
dari belenggu alam dan manusia. Sedangkan kebebasan
untuk bermakna bebas untuk berbuat sesuatu yang pada
dasarnya sebagai fungsi untuk mencapai tingkat
kesejahteraan seluruh manusiadi muka bumi. Dalam kaitan
ini maka sesungguhnya capaian yang harus memuat pada
Usulul al-Khamsah (lima prinsip dasar) yang meliputi;
(Menjaga keturunan) Hifdz an-nasl, (Kehendak) wa
al-‘irdh, (Menjaga Akal) hifdzul al-'aql, (Hubungan antar
manusia) hifdzul an-nasi, dan (Menjaga materi/harta) hifdz
al-mal.13

.Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HAND-OUT, 10 13


MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 25
SEJARAH DAN KEORGANISASIAN PMII

A. Sejarah Singkat PMII


Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para mahasiswa
nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa
yang berideologi Ahlussunah Waljama’ah (aswaja) 14. PMII dan
aswaja secara historis tidak bisa dilepaskan dari peran
organisasi masyarakat yang bernama Nahdlatul Ulama’ (NU), NU
yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 ini didirikan oleh
Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari pengasuh Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang, sejarah mencatat beliau dan para ulama’
penerus berhasil mencetak banyak kaum intelektual dan
agamawan muda berhaluan aswaja hingga kini.
Situasi dan kondisi yang melatarbelakangi proses kelahiran
PMII saat itu15, antara lain:
1) Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam
kurun waktu 1950-1959.
2) Tidak menentunya sistem pemerintahan dalam perundang-
undangan yang ada.
3) Pisahnya NU dari Masyumi.
4) Tidak enjoynya lagi mahasiswa nahdliyin yang tergabung di
HMI karena tidak terakomodasi dan terkesan dipinggirkan
dalam pemikiran dan gerakan.
5) Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada
(Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.
Kondisi yang terjadi semacam itu direspon oleh NU untuk
membentuk badan semi otonom (Basenom) seperti Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul
Ulama (IPNU-IPPNU) pada tanggal 24 Februari 1954 yang masih
beranggotakan para pelajar dan mahasiswa. Pada muktamar ke-
II IPNU-IPPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957) sempat terlontar
gagasan untuk membuat wadah sendiri bagi kaum mahasiswa
Nahdlyin, tapi kurang mendapat respon dari pimpinan IPNU. Hal
tersebut di karenakan IPNU masih butuh pembenahan (banyak
anggota IPNU yang berstatus mahasiswa) sehingga dikhawatirkan

Referensi: Fauzan Alfas. PMII dalam simpul-simpul sejarah 14


.perjuangan. Jakarta. Tahun 2006. Hal 1
Referensi: PK PMII At Tahdzib. Buku Panduan Masa penerimaan 15
.Anggota Baru (Mapaba). Jombang. Tahun 2007
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 26
mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk, tetapi
aspirasi kalangan mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini
makin kuat, hal ini terbukti pada muktamar III IPNU di cirebon
jawa barat (27-31 Desember 1958), pucuk pimpinan IPNU
didesak oleh para peserta muktamar membentuk suatu wadah
khusus yang akan menampung mahasiswa nahdliyin, namun
secara fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam
naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen perguruan tinggi
IPNU.
Upaya yang dilakukan IPNU dengan membentuk
departemen perguruan tinggi untuk menampung aspirasi
mahasiswa nahdliyin, tidak banyak berarti bagi kemajuan dan
perkembangan mahasiswa nahdliyin, hal tersebut disebabkan
beberapa hal:
1. Kondisi Obyektif menunjukan bahwa keinginan para
pelajar sangat berbeda dengan keinginan, dinamika dan
perilaku mahasiswa.
2. Kenyataan gerak dari departemen perguruan tinggi IPNU
itu sangat terbatas sekali. Terbukti untuk duduk sebagai
anggota PPMI (persatuan perhimpunan Mahasiswa
indonesia), suatu konfederasi organisasi universitas
tidak mungkin bisa, sebab PPMI merupakan organisasi
yang hanya menampung ormas-ormas mahasiswa.
Apalagi MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia), suatu
federasi dari dewan/senat mahasiswa, juga tak mungkin
dilakukan.
Permasalahan yang terjadi dengan kondisi internal dan
eksternal IPNU membuat langkah konkrit dalam Forum
Konferensi Besar IPNU di kaliurang Yogjakarta pada tanggal 14-
16 Maret 1960 memutuskan terbentuknya suatu
wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara
struktur maupun fungsional dari IPNU-IPPNU. Kemudian
dibentuklah panitia sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang
terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah
mahasiswa nahdliyin se-indonesia, bertempat di madrasah
mualimin, wonokromo surabaya. Tokoh-tokoh pendiri antara
lain:
1. Chalid Mawardi ( Jakarta )
2. M. Said Budairy ( Jakarta )
3. M. Sobich Ubaid ( Jakarta )
4. M. Makmun Syukri ( Bandung)

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 27


5. Hilman ( Bandung)
6. H. Ismail Makky ( Yogyakarta)
7. Munsif Nahrowi ( Yogyakarta)
8. Nuril Huda Suaidy ( Surakarta)
9. Laily Mansur ( Surakarta)
10. Abd. Wahab Jailani ( Semarang)
11. Hisbullah Huda ( Surabaya)
12. M. Cholid Narbuko ( Malang)
13. Ahmad Husain ( Makasar)
Pada 19 Maret 1960 tiga dari tiga belas pendiri yaitu
Hisbullah Huda (surabaya), M. Said Budairy (Jakarta). Dan M.
Makmun Syukri (Bandung) berangkat ke jakarta menghadap
ketua umum partai NU yaitu KH. DR. Idham Khalid untuk
meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah
yang akan dilaksanakan. Dan pada tanggal 24 Maret 1960
mereka diterima oleh ketua partai NU, dalam pertemuan
tersebut selain memberikan nasihat sebagai landasan pokok
untuk musyawarah, beliau juga menekankan hendaknya
organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan
sebagai kader partai NU, dan menjadi mahasiswa yang
berprinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepentingan rakyat, bukan
ilmu untuk ilmu. Yang lebih penting lagi yaitu menjadi manusia
yang cakap serta bertaqwa kepada Allah SWT. Setelah beliau
menyatakan “merestui musyawarah mahasiswa nahdliyin yang
akan diadakan di surabaya itu”.
Hasil Musyawarah mahasiswa nahdliyin di kota Surabaya 14-16
April 1960, memutuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin, dan organisasi
tersebut diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII).
2. Penyusunan Peraturan Dasar PMII yang didalam
mukaddimahnya jelas dinyatakan bahwa PMII merupakan
kelanjutan/mata rantai dari departemen perguruan tinggi
IPNU-IPPNU.
3. Persidangan dalam musyawarah mahasiswa nahdliyin itu
(bertempat di gedung madrasah Muallimin NU Wonokromo
Surabaya) dimulai tanggal 14-16 April 1960. Sedangkan
peraturan dasar PMII dinyatakan berlaku mulai 21 Syawal
1379 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 17 April
1960. Maka mulai dari itulah PMII dinyatakan berdiri dan
dinyatakan sebagai hari jadi PMII yang akan diperingati

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 28


setiap tahun dengan istilah “hari lahir pergerakan
mahasiswa islam indonesia” (Harlah PMII).
4. Musyawarah juga memtuskan membentuk 3 orang formatur
yakni H. Mahbub Junaidi sebagai ketua umum, A. Chalid
Mawardi sebagai ketua satu, dan M. Said Budairy sebagai
sekretaris umum.
B. Momentum Bersejarah
Independensi PMII-NU
Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII ynag
membawa pada perubahan secara mendasar, yaitu di
cetuskannya Independensi PMII pada tanggal 14 Juli 1972 di
Murnajati Lawang Malang Jawa Timur yang kemudian di sebut
Deklarasi Murnajati.Lahirnya deklarasi ini berkenaan dengan
situasi politik nasional, ketika partai politik dikebiri bahkan
partisipasi dalam pemerintahan pun sedikit demi sedikit di
kurangi dan mulai dihapuskan.Ditambah lagi dengan digiringnya
peran mahasiswa dengan komando back to campus. Maka PMII
mencari alternative baru dengan tidak lagi dependen kepada
partai politik manapun.
Dengan latar belakang dan motivasi, maka tanggal 14 Juli
1972 secara formal PMII terpisah secara struktural dengan partai
NU. Hal-hal yang berkenaan dengan independensi dapat kita
lihat dokumen historis PMII antara lain:
1. Manivestasi kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya
terhadap tuntunan keterbukaan sikap, kebebasan
berfikir, dan membangun kreativitas yang dijiwai oleh
nilai-nilai islam.
2. Manivestasi kesadaran organisasi dalam tuntutan
kemandirian, kepeloporan, kebebasan berfikir, dan
berkreasi serta tanggung jawab sebagai kader umat.
Sejak di kumandangakanya Deklarasi Murnajati itulah PMII
menjadi organ yang bebas menuntukan kehendak dan
idealismenya tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi
manapun termasuk NU. Akan tetapi keterpisahan secara
struktural tidak membatasi ikatan emosional antar kedua
organisasi ini. Keduanya masih mempunyai benang merah
pemahaman idiologisnya yaitu Ahlussunnah Wal-jama’ah.

Interdependensi PMII-NU

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 29


Latar belakang PMII melakukan Interdependen dari Independen
pada saat kongres X PMII Jakarta 1991 adalah:
1. Ulama sebagai pewaris Nabi (Ulama Warosatul Ambiya’)
Maksudnya : keteladanan umat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Historis, maksudnya: PMII lahir dari NU dan besar dari NU.
3. Adanya kesamaan faham antar PMII-NU
Maksudnya: Aswaja bercirikan Tawassuth, Ta’adul,
Tasamuh, Tawazzun serta Amar Ma’ruh Nahi Mungkar
(Mabadi’ Khoirul Ummah) demikian di dalam pola berfikir,
pola sikap, pola tindakan PMII-NU menganut opola selektif,
akomodatif, intergratif sesuai dengan prinsip dasar Al-
Mukhofadzatu Ala Qodimis Shalih Wal Akhdzu Bi Ijadi Al
Ashlah.
4. Adanya persamaan kebangsaan. Maksudnya: bagi PMII
keutuhan komitmen keislaman dan keindonesiaan
merupakan perwujudan kesadaran beragama dan berbangsa
bagi setiap insan muslim di Indonesia dan atas hal dasar
tersebut maka menjadi keharusan untuk mempertahankan
Bangsa dan Negara Indonesia dengan segala tekat dan
kemampuan, baik secara individu maupun bersama.
5. Adanya kesamaan kelompok sasaran. Maksudnya: PMII-NU
memiliki mayoritas anggota dari kalangan masyarakat kelas
menengah bawah.

Sekurang-kurangnya terdapat lima perinsip yang semestinya


di pegang bersama untuk merealisasikan interindependensi
PMII-NU:
a) Ukhuwah Islamiyah.
b) Amar Ma’ruf  Nahi Mungkar.
c) Mabadi’ Khoirul Ummah.
d) Al Musawah.
e) Hidup berdampingan dan berdaulat secara penuh.

C. PMII sebagai organisasi gerakan

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah sebuah


organisasi kader yang menjadi salah satu elemen gerakan
mahasiswa di Indonesia. PMII merupakan wadah perjuangan,
kretifitas dan proses aktualisasi diri bagi semua kader, dengan
catatan bahwa mereka memiliki integritas, loyalitas, dan

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 30


komitmen yang kuat, serta tanggung jawab yang nyata sebagai
bagian dari elemen gerakan mahasiswa. Dalam setiap langkah
dan gerakanya, PMII tetap komitmen untuk selalu berpegang
teguh pada setiap prinsip, kerangka nilai, lebih-lebih pada
setiap produk hukum (AD/ART PMII) yang dihasilkan melalui
mekanisme organisasi sehingga legal secara hukum dan kuat
dalam aspek legitimasinya (merupakan kesepakatan bersama
sesuai prosedur organisasi).
Sesuai dengan namanya, PMII disusun dari empat kata yaitu
“Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna
filosofinya antara lain:
1. Pergerakan yaitu dinamika dari hamba (makhluk) yang
senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya
memberikan rahmat bagi alam sekitarnya.
2. Mahasiswa yaitu Golongan generasi muda yang
menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai
identitas diri. Identitas diri mahasiswa yang terbangun
oleh citra diri sebagai insan religius, insan akademis,
insan sosial, dan insan mandiri.
3. Islam yaitu Agama yang dipahami dengan paradigma
Ahlussunah wal jamaah yaitu konsep pendekatan
terhadap ajaran agama islam secara proporsional antara
iman, islam, dan ikhsan yang dalam pola pikir dan pola
perilakunya tercermin sifat selektif, akomodatif, dan
integratif.
4. Indonesia yaitu masyarakat, bangsa dan negara
indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa
(pancasila) dan UUD 1945 dengan kesadaran kesatuan
dan keutuhan bangsa dan negara indonesia yang
terbentang dari sabang sampai merauke yang diikat
dengan kesadaran wawasan nusantara.
Secara totalitas PMII sebagai organisasi gerakan adalah
suatu wadah gerakan mahasiswa yang bertujuan melahirkan
kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai
hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT dan atas dasar
ketaqwaannya berkiprah mewujudkan peran ketuhanan,
membangun masyarakat dan Negara Indonesia menuju suatu
tatanan masyarat yang adil dan makmur  dalam ampunan dan
ridho Allah SWT16.

Referensi: Dukumen Historis- Pola pembinaan, pengembangan dan 16


.perjuangan PMII (P4-PMII)
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 31
D. Tujuan dan Profil PMII
Tujuan PMII sebagaimana yang tercantum dalam AD/ART
PMII bab IV pasal 4 yaitu “Terbentuknya pribadi muslim
indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan
ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan indonesia”.
Motto PMII
“Dzikir, Fikir, dan Amal sholeh”
Tri khidmat PMII
“Taqwa, Intelektualitas, dan Profesionalitas”
Tri komitmen PMII
“Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan”
Eka citra diri PMII
“Ulul Albab”
Ulul Albab artinya seorang yang selalu haus akan ilmu
pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tidak pula mengayun dzikir.

Citra Ulul Albab:


1. Berkesadaran Historisitas-Promodial atas relasi Tuhan-
Manusia-Alam.
2. Berjiwa optimis-transendental-atas kemampuan mengatasi
masalah kehidupan.
3. Berfikir secara Dialektis.
4. Bersikap kritis.
5. Bertindak Transformatif.

E. Struktur dan pengkaderan PMII


Struktur PMII dari pusat atau wilayah sampai ruang terkecil,
terdiri dari:
1. Pengurus Besar (Nasional)
2. Pengurus Kordianator cabang (Provinsi)
3. Pengurus Cabang (Daerah)
4. Pengurus Komisariat (Perguruan
Tinggi)
5. Pengurus Rayon (Fakultas/Jurusan)

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 32


Pendidikan/proses pengkaderan Formal PMII, antara lain:
1. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru)
2. PKD (Pelatihan Kader Dasar)
3. PKL (Pelatihan Kader Lanjutan)
4. PKN (Pelatihan Kader Nasional)
Makna Filosofis Atribut PMII
a. Pencipta Lambang: M. Said Budairy
(Sekretaris Umum PB PMII pertama)

Makna Lambang:
I. Bentuk
Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam
terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-
cita yang selalu memancar.
5 (lima) bintang sebelah atas, menggambarkan Rasulullah
dengan empat sahabat terkemuka (Khulafa’ur Rasyidin)
4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat
madzhab yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti
ganda, yaitu:
a. Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat
imam madzhab ASWAJA itu laksana bintang yang selalu
bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan
penerang umat manusia.
b. Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang
pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut
Wali Songo.
II. Warna

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 33


 Biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga
pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia
yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan
kesatuan wawasan nusantara.
 Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah
berarti ketinggian ilmu, budi pekerti dan taqwa.
a. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas, berarti
identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar
pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang
selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa
depan.

Penutup
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi sahabat-
sahabati semua. Sehingga nantinya pasca dari Masa
Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) ini, dapat memahami,
meyakini dan memang telah menjadi pilihan prioritas
sahabat-sahabat semua untuk berkhidmat dan berjuang
bersama PMII. Selamat bergabung di Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia17. Tetap semangat, tangan terkepal dan
maju kemuka.

Materi ini disampaikan di Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) 17


.Rayon dan Komisariat PMII se-Jombang
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 34
STUDI GENDER DAN KELEMBAGAAN KOPRI

Mukadimah
Sebagai individu yang beragama dan secara sadar dalam
memilih agamanya tentu akan tegerak hati nurani dan rasionya
(akal budi ) dalam membebaskan mereka yang teranianya
dalam penindasan dan ketidadilan secara ekonomi sosial
maupun politik dengan perjuangan yang dipilihnya .
Kemiskinan , keterbelakangan , minimnya akses pengetahuan
karena mahalnya biaya pendidikan dan korupsi yang merajarela
, menjadi suatu pemandangan yang melekat pada kebudayaan
negara kita .
Memerangi ketidakadilan sosial sepanjang sejarah
kemanusiaan, selalu menjadi tema yang menarik untuk di kaji
dan akan menjadi tema penting dalam setiap pemikiran dan
konsepsi masyarakat di masa mendatang. Sejarah manusia
dalam memerangi ketidakadilan sosial telah melahirkan
pemikiran analisis dan teori sosial yang sampai saat ini masih
menunjukkan pengaruhnya dalam mebentuk sistem yang ada di
masyarakat.
Terdapat satu teori sosial yang mempertayakan keadilan
sosial dari aspek hubungan antar jenis kelamin. Yang dimana
teori ini menganalisi keadilan sosial dalam aspek hubungan
antar jenis kelamin yang masih menimbulkan ketidakadailan
terutama bagi kaum perempuan . Analisis yang dimaksud adalah
analisis gender, suaatu analisis yang menjadi alat bagi gerakan
feminisme untuk memperjuangakan keadilan khususnya bagi
perempuan.
Gender
Istilah gender akhir-akhir ini sering didengar atau dibaca
orang. Namun masih banyak orang yanng kadang memahami
dalam murti arti. Dalam banyak kasus gender masih dipahami
sama dengan soal seksualitas ataau sebaliknya.
Seks, secara sederhana berkaitan erat dengan jenis kelamin,
pria atau wanita. Perbedaan ini lebih bersifat dari unsur biologis
atau bawaan yang melekat pada masing-masing jenis kelamin
yang tidak dapat dipertukarkan. Sementara Gender, adalah
atribut yang diberikan oleh masyarkat untuk menujukkan adaya
perbedaan sifaf-sifat-ciri-ciri khusus, fungsi-fungsi khusus baik
kepada pria ataupun wanita. Sebagai misal atribut pria itu,
kuat, kasar, berwibawa, tegas, , pemarah, rasional. Sedangkan

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 35


atribut wanita, lemah, halus, penurut, ramah , emosional,
irasional. Disampn itu darri fungsinya dikatakan bahwa pria
dalah tulang punggung, pencari nafkah, pelindung , dan
pemimpn. Sedangkan wanita dalam banyak budaya khususnya
budaya jawa wanita mempunyai fungsi 3M yakni masak ,
macak ,manak (memasak, bersolek , dan melahirkan). Gender
memang atribut yang diberikan oleh masyarakat akibat
dariadanya kontruksi sosial . Maka, sifat, fungsi , dan ciri khusus
yang diberikan kepada pria dan wanita tergatung pada sosio
budaya masyarakat setempat. Maka menjadi jelas bahwa
gender terentukkarena kontruksi masyarakat , bukan terbentuk
secara alami., oleh sebab itu dari waktu ke waktu dapat saja
berubah sesuai dengan perubahan yang dialami atu terjadi atas
keadaan sosio kultur dan budaya yang berkemabng di
masyarakat.
Secara umum pen-Genderan telah membawa dampak
ketidakadilan sosial di masyarakat :
1. Marginalisasi atas kaum perempuan. Hal ini terjadi lewat
proses :
a) Diskriminasi yang dialami kaum wanita, yang terjadi
dalam lingkup keluarga hingga linggkup negara wanita
dipandang kaum kelas kedua . Seperti dalam memberi
kesampatan belajar, bekerja,harta warisan,
pengambilan keputusan, bahkan hingga menentukan
plihan hidup. Sementara pria di prioritaskan dibanding
wanita.
b) Adat istiadata yang berlaku di masyarakat bahkan
menempatkan wanita dibawah derajat kaum pria.

2. Surbodinasi artiya suatu penilaian atau tanggapan bahwa


suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih
rendah dari yang lain. Karena budaya yang ada di
masyarakat memandang bahwa wanita sebagai kelommpok
yang bersifat irasional , lemah, tidak cekatan , cengeng,
emosiona, yang berbeda dengan sifat yaang dimiliki oleh
lelaki yakni tegas, rasional, cekatan maka wanita
ditempatkan pada posisi atau pendukung kaum laki-laki .
Sehingga menempatkan kaum perempuan pada posisi yang
tidak penting.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 36


3. Stereotip secara umum setereotip adalah pelabelan atau
penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Dalam
banyak hal wanita dalam budaya tertentu di beri atribut
negatif seperti wanita besolek untuk memikat lelaki.
Sehingga jika adanya kasus pemerkosaan maka yang
disalahkan adalah wanita karena dia tidak bisa menjga
tubuhnya.

4. Violence (Kekersaan) , Wanita identik dengan berbagai


korban kekerasan , ketidadilan, kesewengang-wenagan pria
atau masyarakat. Seperti adanya pemerkoasaan , pelacuran,
pelecehan seksual, dan pornografi.

5. Double Bourden (Beban Ganda). Pembagian beban kerja


dan tanggung jawab yang tidak seimbang antara laki-laki
dan perempuan . Dalam banyak kasusu wanita diberi beban
kerja dan tanggung jawab yang lebih banyak daripada pria .
Misalnya dalam urusan rumah tangga, semua urusan
domestik adalah tanggung jawab wanita seperti , mengepel,
memasak, mencuci hingga menjaga anak.
Prinsip-prinsip Gender dalam Al-Qur’an
Fungsi islam dan Al-Qur’an diturunkan antara lain adalah
untuk mebebasakan manusia dari kezhaliman dan
ketidakadilan.Al-Qur’a mengakui adanya perbedaan
(distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi
perbedaan tersebut tidak menimbulkan pembedaan
(discrimination) antara satu dengan yang lain, sehingga
menguntungkan salah satu pihak. Perbedaan tersebut
dimaksudkan untuk mendukung terciptanya visi pokok al-
Qur’a>n (antara lain) yaitu terciptanya penempatan posisi
manusia yang tepat.dalam kehidupan mereka, baik dalam
konteks sebagai hamba, khalifah, keluarga sosial maupun
dalam konteks lain.
1. Posisi Laki-laki dan Perempuan sebagai Hamba
Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk
mengabdi dan menyembah kepada
Allah, sesuai firman-Nya dalam QS. Al-Dzariyat: 56.
Terjemahnya:
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 37


supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”

2. Peluang Perempuan dalam Meraih Prestasi Kerja


Allah berfirman dalam QS. Al-Nisa: 32
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak
dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada
bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.”

3. Posisi Perempuan dalam Kancah Politik (Perempuan).


Ayat yang secara tekstual menyatakan laki-laki adalah
pemimpin atas perempuan yakni QS. Al-Nisa: 34 :
Terjemahnya:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri. Ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Sedangkan hadis Nabi saw., yang diriwayatkan oleh
Bukhari Ahmad Turmidzi, alNasai dari Abu Bakra yang
secara tekstual mengungkapkan ketidak beruntungan suatu
kaum jika dipimpin seorang perempuan adalah :
Terjemahnya:

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 38


“Ketika sampai (informasi) pada Rasulullah saw., bahwa
bangsa Persia telah mengangkat putri Kisra (Kaisar)
menjadi Ratu, maka beliau bersabda : “Tidak akan
beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinan.”

4. Posisi Pria dan Wanita dalam Pendidikan


Perintah untuk membaca “iqra” sebagai wahyu pertama
merupakan bukti sejarah bahwa menuntut ilmu
pengetahuan melalui aktivitas membaca merupakan pintu
gerbang pembebasan kebodohan dan keterbelakangan
seseorang baik secara perorangan maupun kolektif. Perintah
menuntut ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada
kaum laki-laki tetapi juga kaum perempuan. Hal ini
disebabkan karena memperoleh ilmu merupakan hak asasi
setiap manusia. Al-Qur’an banyak memberikan pujian
kepada laki-laki dan perempuan yang memiliki prestasi dan
kompetisi dalam ilmu pengetahuan di antaranya dalam QS.
Al-Mujadalah:11.Guna mendukung esensi kandungan ayat
pendidikan tersebut Rasulullah telah bersabda dalam
hadisnya yang sangat popular :
.
Terjemahnya:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib hukumnya
atas muslim laki-laki dan perempuan. “
Hadis ini secara tekstual menunjukkan bahwa
pendidikan merupakan hak bagi setiap orang baik laki-
laki maupun perempuan. Apalagi jika pendidikan itu
dikaitkan salah satu tugas pokok kaum ibu, adalah sebagai
pendidik anak dalam kandungan.
Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-
laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasion al
(hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi
penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik
terhadap laki-laki maupun perempuan.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 39


Keadilan Gender
·       Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil
terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender
berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-
laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai
dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-
laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh
manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses
dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk
menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil
sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki
kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas
penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh
manfaat yang sama dari pembangunan
Sejarah Korp PMII Putri
Sejarah organisasi yang bernama Korp PMII Putri yang
disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis.
KOPRI berdiri pada Kongres III PMII pada tanggal 7 – 11 Februari
1967 di Malang Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian
dan lahir bersamaan dengan Mukernas II PMII di Semarang Jawa
Tengah pada tanggal 25 September 1967. Dengan ketua KOPRI
Ismi Maryamah BA dan sekretaris Maryamah BA. Semula KOPRI
Pusat berkedudukan di Jakarta, kemudian berdasarkan
keputusan MUBES I PMII di Garut Jawa Barat pada tanggal 20-27
Januari 1969, dipindahkan ke Surabaya Jawa Timur, yang
operasional/pengelolaan selanjutnya diserahkan kepada PW PMII
Jawa Timur. Munas KOPRI yang pertama dilaksanakan di Makasar
Ujungpandang pada tanggal 25-30 April 1970, bersamaan dengan
pelaksanaan Kongres IV PMII.
Kemudian pada periode 1973-1988 KOPRI bubar. Hal ini
disebabkan karena selama periode 1970-1973 PP KOPRI tidak
pernah mengadakan kegiatan dan dinilai gagal, yang klimaksnya
mereka tidak mampu membuat Laporan Pertanggungjawaban
pada Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat tahun 1973. Dengan
ketua KOPRI saat itu Adibah Hamid. Pada Kongres V ini tidak ada
satu orangpun pengurus PP KOPRI yang hadir, sehingga Kongres
mengeluarkan Pernyataan Ciloto yang isinya meminta pengurus

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 40


KOPRI mengadakan Mubes khusus KOPRI dengan limit waktu
enam bulan.
KOPRI dibentuk kembali pada Kongres IX PMII di
Surabaya tahun 1988 dengan ketua Khofifah, sekretaris Ulha
Soraya. Sampai pada Kongres XII PMII di Medan Sumatera Utara
tahun 2000, KOPRI bubar kembali. Dengan ketua KOPRI saat itu
Luluk Hur Hamidah, sekretaris Wahidah Suaeb. KOPRI
dibubarkan berdasarkan hasil voting, yang berbeda hanya satu
suara. Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader
perempuan PMII pasca Kongres di Medan mengalami stagnasi
yang berkepanjangan dan tidak menentu, maka oleh sebab itu
kader-kader perempuan PMII menganggap perlu dibentuknya
wadah kembali, Kongres XIII di Kutai Kertanegara Kalimantan
Timur pada tanggal 16 – 21 April 2003 sebagai momentum yang
tepat untuk memprakarsai adanya wadah, maka terbentuklah
POKJA Perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI di
Jakarta pada tanggal 29 September 2003 dengan ketua KOPRI
Winarti dan sekretaris Nina Hunainah pada periode
kepengurusan A. Malik Haramain 2003-2005.
Kopri (Korp PMII Puteri)
Kopri (Korp PMII Puteri) merupakan badan seni otonom
PMII yang mempunyai kekhususan untuk mebentuk struktur
organisasi di sesuaikan dengan hierarki sturktur yang menagani
persoalan perempuan PMII dan isu peremuan secara umum .
Badan ini bersifat Hierarki dan bertanggung jawab kepada ketua
umum PMII (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1---Peraturan
Organisasi)
Pola Hubungan Kopri
a) Pola Hubungan PMII KOPRI ditunjukan garis koordinasi ,
konsultasi dan instruksi
b) KOPRI mempunyai kewenangan sendiri dalammengatur
kebijakan internal terkait persoalan administrasi
organisasi
c) Perwakilan Pengurus KOPRI merupakan bagian anggota
pleno PB PMII
d) KOPRI mempunyai kepengurusan di tingkat PB/PKC/PC
denagn sistem koordinasi antar masing-masing level
kepengurusan.(BAB IV Pasal 6)

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 41


SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

A. Akulturasi nilai (budaya dan agama) diberbagai wilayah di


Indonesia
Menurut koentjaraningrat, akulturasi adalah proses
social yang terjadi bila kelompok social dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda.
Syarat terjadinya proses akuturasi adalah adanya
persenyawaan yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa
terkejut, kemudian adanya keseragaman seperti nilai baru
yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budaya.
Dalam perkembangannya, ada tiga periode akulturasi
yang terjadi di Indonesia ini.
a) Periode awal (abad 5-11 masehi)
Pada Periode ini, unsure hindhu-budha sangat kuat dan
lebih menonjol sedangkan unsur/ciri-ciri kebudayaan
Indonesia sendiri menjadi terdesak. Terbukti dengan
banyak ditemukannya berbagai macam patung dewa,
seperti patung dewa wisnu, brahma, siwa, dan budha
yang tersebar di kerajaan-kerajaan tarumanegara,
kutai, dan mataram kuno.
b) Periode pertengahan (abad 11-16 masehi)
Pada periode ini unsure hindhu-budha dan Indonesia
sudah mulai berimbang. Hal tersebut disebabkan
karena unsure hidhu-budha mulai melemah sedangkan
unsur kebudayaan Indonesia kembali menonojol,
sehingga kemudian menyebabkan munculnya sebuah
sinkretisme (perpaduan antara dua atau lebih aliran
budaya). Hal ini bisa kita lihat pada peninggalan
zaman kerajaan Kediri, singosari dan majapahit

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 42


c) Periode akhir (abad 16-sekarang)
Pada periode ini, unsur budaya Indonesia
menjadi lebih kuat dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sedangkan unsur budaya hindhu-budha
menjadi semakin surut karena perkembangan politik
dan ekonomi di india yang tidak stabil.

Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah


mengalami proses akulturasi (islam, hindu-budha di
Indonesia) dapat kita lihat seperti :
a. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat
terlihat pada bangunan masjid, makam dan istana.
b. Seni Rupa
Tradisi islam tidak menggambarkan bentuk
manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias masjid, makam islam berupa suluran
tumbuh-tumbuhan.
c. Aksara dan seni sastra
Tersebarnya agama islam di Indonesia maka
berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat sudah mulai mengenal bahasa
arab.
d. Bentuk seni sastra
 Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang
berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
 Babad adalah kisah rekaan pujangga keratin
dan sering dianggap sebagai peristiwa sejarah.
 Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-
soal tasawwuf.
 Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat
dengan suluk karena berbentuk kitab yang
berisi ramalan-ramalan.
e. System kalender
Sebelum budaya islam masuk ke Indonesia,
masyarakat sudah mengenal kalender, yaitu
kalender saka (kalender hindhu) yang dimulai
tahun 78 M. Setelah berkembangnya islam di
Indonesia, sultan agung dari mataram membuat
kalender jawa, menggunakan perhitungan
peredaran bulan, bulan muharam diganti dengan

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 43


syuro, ramadhan diganti dengan poso. Dan
menggunakan kalender tahun Hijriah (islam).
Kalender sultan agung ini dimulai pada tanggal 1
syuro 1555 jawa, atau tepatnya 1 muharram 1053
H yang bertepatan tanggal 8 agustus 1633 M
.
B. Posisi Indonesia pada masa kolonialisme.
Sebelum dijajah bangsa asing, Indonesia terdiri atas
beberapa kerajaan yang merdeka. Diantara kerajaan-kerajaan
itu ada yang kekuasaanya meliputi seluruh nusantara, seperti
sriwijaya dan majapahit.
Kekayaan hasil alam Indonesia berupa rempah-rempah
menarik bangsa asing untuk datang ke Indonesia. Mereka
membeli rempah rempah di Indonesia, kemudian menjualnya
kembali ke eropa dengan harga yang lebih tinggi. Bangsa
asing yang datang ke Indonesia tersebut adalah portugis,
spanyol, inggris, belanda, dan jepang.
Portugis adalah bangsa asing yang pertama datang ke
Indonesia. Mereka mendarat di kepulauan Maluku yang kaya
akan rempah-rempah pada tahun 1511 dan akhirnya
menguasai perdagangan di kepulauan tersebut. Tidak lama
kemudian bangsa spanyol juga datang ke Maluku pada tahun
1521.
Tahun 1596, belanda datang ke Indonesia, dipimpin
oleh Cornelis de Houtman. Belanda mendarat di pelabuhan
Banten, Jawa Barat. Belanda ingin menguasai perdagangan,
lalu belanda mendirikan perkumpulan dagang yang disebut
VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Perserikatan
Dagang Hindia Timur. Dalam hitungan tahun belanda sudah
meluaskan kekuasaanya sehingga berhasil menguasai wilayah
husantara. Belanda menggunakan cara menghasut dan
memfitnah atau politik adu domba dengan memanfaatkan
para raja dan pembantu dekat raja, sehingga terjadi konflik
diantara mereka. Para raja dan pembantu dekat raja terlena
dengan hadiah dan iming-iming dari kaum penjajah.
Selain menggunakan politik adu domba, belanda juga
melakukan system kerja paksa atau kerja rodi. Pada system
kerja paksa ini rakyat Indonesia dipaksa bekerja membangun
jalan raya dari anyer sampai panarukan sepanjang 1000 km
tanpa mendapatkan upah, yang dipimpin oleh jenderal

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 44


daendels, banyak korban yang mati kelaparan, kehausan, dan
dicambuk.
Disamping kewajiban kerja paksa, penjajah belanda
juga menerapkan system tanam paksa yang diciptakan oleh
van de bosch. Dalam system ini, rakyat harus menyediakan
sebagaian tanahnya untuk ditanami tanaman-tanaman yang
laku dijual di eropa, seperti kopi, tembakau, tebu dll.
Keuntungan uang dari penjualan yang amat besar mengalir ke
negeri belanda.
Melihat situasi dan semakin sewenang wenangnya
belanda menghisap rakyat Indonesia, para tokoh tokoh di
berbagai daerah di Indonesia tiadak tinggal diam dan
melakukan perlawanan dan bertekad mengusir penjajah,
seperti :
Perjuangan Sultan Agung, Raja Mataram pada tahun
1629 dengan 20.000 prajurit.
 Perjuangan Pattimura dari Maluku pada tahun 1817
dengan dibantu dengan pejuang putrid bernama
Kristina Marta Tiahahu.
 Perjuangan Untung Suropati terjadi di daerah jawa
tengah sampai jawa timur pada sekitar tahun 1686.
 Perjuangan Pangeran Diponegoro dimulai tahun 1825-
1830. Pangeran Diponegoro berperang menggunakan
siasat perang gerilya.
 Perjuangan Tuanku Imam Bonjol terjadi di wilayah
minangkabau, sumatera barat. Perlawanan dimulai
pada tahun 1821-1837 dengan sebutan perang paderi.
 Perjuangan Pangeran Antasari, beliau pahlawan dari
Kalimantan yang melakukan perlawanan terhadap
belanda dari tahun 1859-1863.
 Perjuangan Rakyat Aceh, dimulai tahun 1873.
Perlawanan ini dipelopori oleh Teuku Umar, Cut nya
dien, teuku cik di tiro, panglima polem dan cut mutia.
 Perlawanan sisingamangaraja XII dan rakyat batak.
Perang berlangsung antara 1883-1907.

C. Pengaruh eropa dan arab terhadap gagasan Negara-


bangsa Indonesia
1. Faktor atau Penyebab
 Kenangan kejayaan pada masa lampau menggugah
kebangkitan melawan penjajah.
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 45
 Penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat
penjajah, karena rakyat Indonesia merasa senasib
sepenanggungan karena di jajah dan bersama-sama
menentang penjajah.
 Lahirnya golongan terpelajar yang mempelopori
gerakan anti penjajahan.
 Pengaruh kemenangan jepang atas rusia (1901-
1905) yang memberi kepastian bahwa bangsa asia
mampu mengalahkan bangsa barat, hal ini
mengangkat dan mengembalikan kepercayaan
bangsa Indonesia.
 Berkembangnya gerakan nasional dan perjuangan
kemerdekaan di Negara lain dalam upaya melawan
kekuasaan asing, seperti :
 Gerakan nasionali india yang dipelopori oleh
Mahatma Gandhi.
 Gerakan nasional china yang dipelopori oleh Sun
Yat Sen
 Gerakan nasional Turki yang dipelopori oleh
Mustafa Kemal Pasha.

2. Pengaruh Paham Baru


Paham baru yang berkembang di eropa, seperti
nasionalisme, demokrasi dan liberalisasi masuk ke
Negara asia-afrika. Pengaruh paham baru membuka
pola piker rakyat Indonesia untuk menggunakan
kemampuannya melawan ketidakadilan dan
perampasan, sehingga ada kebangkitan melawan
penindasan penjajah untuk mewujudkan hidup yang
merdeka.
Bentuk organisasi pergerakan nasional Indonesia yang
muncul akibat pengaruh paham baru antara lain:
 Budi Utomo (20 mei 1908), didirikan oleh Dr.Soetomo
Suradji, Gunawan Mangunkusomo, yang waktu itu sebagai
mahasiswa Stovia. Budi Utomo bergerak di bidang social,
ekonomi, da kebudayaan. Dan tujuan dari budi utomo
adalah kemajuan bagi Indonesia yang harmonis bagi nusa
dan bangsa.
 Sarekat Islam (1912)
Factor didirikannya Sarekat Islam :

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 46


 Factor ekonomi, yaitu memperkuat diri menhadapi
pedagang china yang melakukan monopoli, dan
merugikan pedagang pribumi.
 Factor agama, yaitu memajukan agama islam kerana
para penjajah semakin meningkatkan gerakan
penyebaran agama Kristen untuk mempengaruhi
pedagang pribumi.
Sarekat Islam dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto, SI
merupakan organisasi yang bersifat ekonomis, dengan
mendasarkan pada aspek religious islam. Pada tahun 1921
SI mengadakan kongres IV di Surabaya, karena kemasukan
aliran sosialis semaun dan darsono, akibatnya SI pecah
menjadi 2 yaitu:
 SI Putih yaitu SI yang tetap berlandaskan pada asas
perjaungan islam dipimpin oleh HOS Cokroaminoto.
 SI Merah yaitu, kelompok SI yang berhaluan
marxisme dipimpin oleh Semaoen dan darsono,
kelompok ini lebih bersifat radikal.

 Partai Komunis Indonesia (1920)


Di Indonesia paham marxisme-sosialisme mulai
dibawah oleh seorang pemimpin buruh dari negeri
belanda yang bernama Sneevliet. Dia adalah anggota
dari partai buruh social democrat. Maka dibentuklah
ISDV (Indisehe Sociaal Democratische Vereeniging).
Tokoh Indonesia yang ikut memimpin ISDV adalah
Semaoen dan darsono, yang tujuannya adalah untuk
menyebarkan paham social demokratis dengan
membangun perasaan revolusioner bagi bangsa
Indonesia.
Pada bulan desember 1920, ISDV berganti nama
menjadi Partai Komunis Indonesia. Tahun 1926 PKI
melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan
colonial Belanda. Pada tanggal 13 november 1926
meletus pemberontakan PKI di Jakarta. Tindakan
kekerasan terjadi di jawa tengah, jawa barat dan jawa
timur. Akibat pemberontak yang dilakukan oleh PKI
diberbagai daerah, akhirnya PKI dinyatakan sebagai
organisasi terlarang.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 47


D. Pancasila dan posisi Indonesia di era perang dunia II
(1939-1945), diawal-awal proklamasi kemerdekaan,
ancaman agresi militer belanda dan dinamika Negara
baru (1945-1959), dan perang dingin (1946-1991).
Pada masa-masa akhir perang dunia II, kekalahan
jepang pada sekutu dalam perang pasifik tak lagi bisa
disembunyikan. Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom
dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki
oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. 7 Agustus - BPUPKI berganti nama
menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio pada tanggal 10 Agustus
1945, bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para
pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang
diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta
dan Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14
Agustus 1945, Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum
yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan
pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat
sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan
Belanda. Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh,
yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan
kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 48


mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya
ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai
peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali
meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan
para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun
risikonya. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke
Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro Yamamoto
dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda
Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan
komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta
menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk
memberikan kemerdekaan. Mengetahui bahwa proklamasi
tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi,
Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga
rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian
dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.
Tentara Pembela Tanah Air, kelompok muda radikal, dan
rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman
Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi
tentang pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam
Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.
Era Kemerdekaan
Berita proklamasi tersebar melalui radio, pamphlet,
dan selebaran. Syahrudin, seorang wartawan kantor
berita domei, sejak pagi telah memperoleh salinan naskah
proklamasi dan menyampaikan kepada bagian radio
domei. sementara angkatan tentara Indonesia, Pasukan
Pembela Tanah Air (PETA), serta para pemuda dan lain-
lainnya berangkat untuk mempertahankan kediaman
Sukarno.
Sidang PPKI Pertama pada tanggal 18 agustus 1945,
menghasilkan tiga keputusan sebagai berikut : (1)
mengesahkan UUD 1945, (2) Memilih dan menetapkan
Ir.Soekarno sebagai Presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai
wakil presiden, (3) sebelum terbentuknya MPR, untuk
sementara pekerjaan presiden dibantu oleh KNIP.
Sidang PPKI kedua pada tanggal 19 agustus 1945,
menghasilkan dua keputusan sebagai berikut : (1)
menetapkan 12 kementrian, (2) membagi daerah RI

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 49


menjadi 8 provinsi, yaitu sumatera, jawa barat, jawa
tengah, jawa timur, sunda kecil, Maluku, Sulawesi, dan
Kalimantan.
Sidang PPKI yang ketiga pada tanggal 22 agustus
1945, menghasilkan keputusan sebagai berikut: (1)
membentuk KNIP, (2) Membentuk Partai Nasional
Indonesia, (3) membentuk Badan Keamanan Rakyat. Pada
29 Agustus 1945, kumpulan tersebut melantik Sukarno
sebagai Presiden Indonesia, dengan Mohammad Hatta
sebagai wakilnya, melalui lembaga yang dirancang
beberapa hari sebelumnya.
Arti kemerdekaan dapat kita refleksikan dari para
tokoh kemerdekaan Indonesia sebagai berikut; Ki Hajar
Dewantara menulis; “Dalam pendidikan harus senantiasa
diingat bahwa kemerdekaan bersifat tiga macam: berdiri
sendiri (zelstandig), tidak tergantung pada orag lain
(onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri
(vrijeid, zelfsbeschikking).” Kalau istilah Belanda itu
diterjemahkan kedalam jargon yang lebih dikenal
sekarang, maka ketiga komponen kemerdekaan itu ialah
self-reliance, independence, dan self-determination.
Sukarno lebih menekankan independence, yaitu
terlepasnya Indonesia dari penguasaan oleh suatu bangsa
dan penguasaan asing. Hatta dan Syahrir lebih
menekankan self-reliance yaitu otonomi setiap individu
dalam memutuskan apa yang harus dikerjakan. Tan
Malaka selepas sekolah guru di Harlem, Belanda, memilih
menjadi guru untuk anak-anak para kuli kontrak di
perkebunan Deli, melihat kemerdekaan sebagai self-
determination, yaitu kesanggupan setiap kelompok sosial
menentukan nasibnya sendiri dan tidak menggantungkan
peruntungannya pada kelompok sosial lainnya. Perbedaan
tekanan itu menjadi lebih jelas kalau dilihat dari
hubungan dengan apa yang hendak ditentang.
Kemerdekaan sebagai independence secara telak menolak
penjajahan. Kemerdekaan sebagai self-reliance
membatalkan ketergantugan. Sedangkan kemerdekaan
sebagai self-determination menampik segala jenis
penindasan dan pembodohan Indonesia.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 50


Kemerdekaan Indonesia Di Tengah Situasi Pasca Perang
Dunia II

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan


Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
ditengah keadaan politik dunia yang tidak stabil pasca
perang dunia II. Keadaan politik yang tidak stabil pasca
perang mempengaruhi keadaan politik dan keamanan
bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Hal ini
membuat kemerdekaan Indonesia seakan tidak berjalan
mulus. Sesaat setelah Indonesia merdeka timbul berbagai
ancaman baik dari dalam negeri maupun dari dunia
internasional yang melihat Indonesia sebagai bekas
wilayah jajahan Jepang yang harus dikembalikan kepada
sekutu.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat, tentara


Inggris dan Belanda datang ke Jakarta dengan pengawalan
Netherlands-Indies Civil Administration atau yang
disingkat NICA. Selain itu, Allied Forces Netherlands East
Indies atau AFNEI yang awalnya bertugas hanya untuk
membebaskan warga negara sekutu yang ditawan Jepang
dan menghukum penjahat-penjahat perang Jepang, justru
seakan bekerja sama dengan NICA untuk membangun
Indonesia sebagai negara persemakmuran Belanda yang
berbentuk federasi. Hal ini memicu kecurigaan rakyat
Indonesia yang  memicu pertempuran-pertempuran yang
terjadi di dalam negeri.

Pertempuran melawan Sekutu dan NICA


Dalam menghadapi kedatangan NICA, para kyai juga
membutuhkan forum musyawarah untuk menentukan
sikap. Pada saat itu, rapat baru bias dimulai pada 21
oktober, setelah para kyai dari jawa-madura berkumpul
semua. Sebelumnya, Hadhratus Syaikh KH.Hasyim Asy’ari
meminta para kyai lainnya untuk menunggu beberapa kyai
terkemuka yang dating dari jawa barat, seperti kyai abbas
buntet, kyai satori arjawinangun, kyai amin babagan
ciwaringin, dan kyai suja’I indramayu. Waktu itu,
perjalanan ke Surabaya hanya mengandalkan jasa kereta
api yang masih sangat sederhana.
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 51
Setelah rapat darurat yang dipimpin oleh kyai
wahab hasbulloh menemukan titik temu, pada tanggal 23
oktober, hadhratus syaikh KH.Hasyim Asy’ari atas nama
HB (pengurus besar) organisasi NU mendeklarisakan
sebuah seruan jihad fi sabilillah yang belakangan terkenal
dengan istilah Resolusi Jihad.
Isi Resolusi Jihad
a) Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan
pada tanggal 17 agustus 1945 wajib dipertahankan.
b) Republik Indonesia sebagai satu-satunya
pemerintahan yang sah, wajib dibela dan
diselamatkan, meskipun meminta pengorbanan
harta dan jiwa.
c) Musuh musuh republik Indonesia, terutama belanda
yang dating dengan membonceng tugas tugas
tentara sekutu (amerika-inggris) dalam hak
tawanan perang bangsa jepang, tentulah akan
menggunakan kesempatan politik dan militer untuk
kembali menjajah Indonesia.
d) Umat islam, terutama warga NU, wajib mengangkat
senjata melawan belanda dan kawan-kawannya
yang hendak kembali menjajah Indonesia.
e) Kewajiban tersebut adalah jihad yang menjadi
kewajiban bagi tiap-tiap orang islam (fardlu ‘ain)
yang berada dalam jarak radius 94 km (yakni jarak
dimana umat islam boleh melakukan sholat jama’
dan qasar). Adapun bagi mereka yang berada diluar
jarak tersebut, berkewajiban membantu saudara
saudaranya yang berada dalam jarak 94 km
tersebut.
Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi
pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke Indonesia,
yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya.
Pertempuran yang terjadi di antaranya adalah:
1. Peristiwa 10 November, di daerah Surabaya
dan sekitarnya.
2. Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa,
Semarang dan sekitarnya.
3. Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman,
meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 52


4. Bandung Lautan Api, di daerah Bandung dan
sekitarnya.
Sehingga negara yang baru saja merdeka ini tidak
hanya dihadapkan dengan politik dunia yang tidak stabil
pasca perang, tapi juga rakyat yang masih bergejolak dan
sistem pemerintahan dalam negeri yang harus segera
dibentuk sebagai negara yang berdaulat.
Agresi Militer I
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota
Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang
berisi:
1. Membentuk pemerintahan ad interim bersama;
2. Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan
lembaga devisa bersama;
3. Republik Indonesia harus mengirimkan beras
untuk rakyat di daerah daerah yang diduduki
Belanda;
4. Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban
bersama, termasuk daerah daerah Republik yang
memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie
bersama);
5. Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor
dan ekspor.
Agresi Militer II 1948-1949
Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948
yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno,
Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan
dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di
Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Perjanjian Roem Royen
Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak
internasional melakukan tekanan kepada Belanda,
terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam
akan menghentikan bantuannya kepada Belanda,
akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk
kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949,
Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian
Roem Royen.
Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 53


Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota
Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto
dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan
Belanda serta membuktikan pada dunia internasional
bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih
mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan.
Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan
antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang
dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga
2 November 1949. Yang menghasilkan kesepakatan:
a) Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Serikat.
b) Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah
pengakuan kedaulatan.
Penyerahan kedaulatan oleh Belanda , Bung Hatta di
Amsterdam, Belanda menandatangani perjanjian
penyerahan kedaulatan. Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949,
selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan
RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan
ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan
kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.
Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa
mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja
mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada
1945-1949 adalah ilegal.
Dinamika Negara Baru (1945-1959)
Pada masa 1945 – 1959 merupakan awal dari
berdirinya berbagai institusi perwakilan rakyat seperti
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan
representasi atau perwakilan dari rakyat. Sehingga DPR
dipandang perlu untuk menjadi fungsi legalitas terhadap
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam demokrasi
liberal juga diharapkan menegakkan hak – hak individu,
namun dalam implementasinya kebijakan yang
diwujudkan oleh pemerintah seringkali bersinggungan
dengan hak individu rakyat.
Pengertian Sistem Pemerintahan
Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan
dua kata sistem dan pemerintahan. Kata sistem

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 54


merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris)
yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara.
Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah,
dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus
Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:
1. Perintah adalah perkataan yang bermakna
menyuruh melakukan sesuatau
2. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah
suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
3. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal,
urusan dalam memerintah
Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-
badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu
Negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan
negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan
eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha
diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling
bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian
tujuan dan fungsi pemerintahan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya
didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya,
tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sistem Pemerintahan 1945 – 1959
Selanjutnya pembahasan mengenai sistem
pemerintahan 1945 – 1959 akan dibagi kedalam tiga
periode yakni: 1945 – 1949 , 1949 – 1950 , dan 1950 –
1959. Pembagian ini dimaksudkan untuk memperjelas
perubahan yang terjadi pada tiap periode .
A. Periode 1945-1949
Pada awal deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 , Indonesia menjalankan sistem presidensial
yang merujuk pada UUD 1945 yang menyatakan bahwa

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 55


Presiden memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.
Namun pada tanggal 23 Agustus 1945 , Belanda dan negara
sekutu mendarat di Indonesia. Adapun negara selain Belanda
bermaksud untuk mengamankan Indonesia pasca penetapan
kemerdekaannya . Namun lain halnya dengan Belanda, ia
kembali ke Indonesia dengan maksud untuk kembali
menguasai Indonesia. Tentunya hal ini merupakan tantangan
bagi deklarator kita Soekarno untuk mempertahankan
Indonesia dan wilayah – wilayah yang telah disepakati
sebagai bagian dari Indonesia.
Pada masa kabinet parlementer ini Sutan Sjahrir
mengambil banyak peran terutama melakukan diplomasi
dengan pihak Belanda untuk mengakui Indonesia sebagai
negara merdeka. Adapun pada periode ini sistem
pemerintahan dinilai tidak stabil , karena terjadi penguasaan
terhadap wewenang kepada Perdana Menteri. Sehingga
terjadi tiga kali pergantian perdana menteri, yakni : Sutan
Sjahrir , Amir Syarifuddin , dan Muhammad Hatta. Untuk
periode ini , Indonesia menjalankan sistem pemerintahan
semi-parlementer karena kondisi tersebut yang tidak
memungkinkan untuk menjalankan sepenuhnya , dan
tentunya dipengaruhi faktor politik yakni untuk membuka
jalan diplomasi dengan pihak Belanda.
Selain itu pada periode ini dibentuk KNIP yang
merupakan lembaga yang menjadi cikal bakal DPR yang
berfungsi sebagai badan legislatif . Hal ini sesuai dengan
Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945 dan maklumat
Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang
memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif,
karena MPR dan DPR belum terbentuk.
B. Periode 1949 – 1950
Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih
menggunakan sistem pemerintahan parlementer yang
merupakan lanjutan dari periode sebelumnya (1945-1949).
Sistem ini menganut sistem multi-partai. Hal ini didasarkan
pada konstitusi RIS yang menetapkan sistem parlementer
kabinet semu (quasy parlementary) sebagai sistem
pemerintahan RIS. Perlu diketahui bahwa sistem
pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukanlah
kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 56


murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
Diadakannya perubahan Bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi negara serikat ini adalah
merupakan konsekuensi sebagai diterimanya hasil Konferensi
Meja Bundar (KMB). Perubahan ini dituangkan dalam
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena
adanya campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya.
Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi
KMB yaitu :
a) Indonesia merupakan Negara bagian RIS
b) Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan
Jawa
c) Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya
d) RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan
Belanda
e) Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi
Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur.
Dalam RIS ada point-point sebagai berikut :
1. Pemerintah berhak atas kekuasaan UU Darurat
2. UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem
pemerintahan parlementer ini, badan legislatif RIS dibagi
menjadi dua bagian yakni: Senat dan Dewan Perwakilan
Rakyat. Oleh karena itu pada periode ini Indonesia tetap
menganut sistem parlementer namun bentuk pemerintahan
dan bentuk negaranya merupakan federasi yaitu negara yang
didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing
masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk
mengurus urusan dalam negerinya.
C. Periode 1950 – 1959
Periode ini (1950-1959) merupakan periode dimana
presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950,
pemberlakukan peraturan pada periode ini berlangsung dari
17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Masa ini merupakan
masa berakhirnya Negara Indonesia yang federalis.
Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949.
Sistem pemerintahan yang dianut adalah parlementer
kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu.
Adapun ciri-cirinya antara lain:

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 57


a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu
gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan
pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana menteri diangkat oleh Presiden.
Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang
Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia
(UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950) disetujui oleh
DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan
Senat RIS mengadakan rapat di mana dibacakan piagam
pernyataan terbentuknya NKRI yang bertujuan:
1. Pembubaran secara resmi negara RIS yang
berbentuk federasi;
2. Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah
Indonesia dengan UUDS yang mulai berlaku pada
tanggal 17 Agustus 1950.UUDS ini merupakan adopsi
dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan,
terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk
negara dari negara serikat ke negara kesatuan.
Setelah peralihan dari Republik Indonesia Serikat
(RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), Indonesia mulai menganut sistem demokrasi
liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan
berbentuk parlementer sehingga perdana menteri
langsung bertanggung jawab kepada parlemen
(DPR) yang terdiri dari kekuatan-kekuatan partai.
Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari:
Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi),
PKI (13 kursi), Partai Katholik (9 kursi), Partai
Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan
sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau
perorangan, yang tak satupun dari mereka
mendapat lebih dari 17 kursi. Adapun kabinet yang
telah dibentuk pada periode ini (1950 – 1959)
antara lain:
a. 1950-1951 - Kabinet Natsir
b. 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
c. 1952-1953 - Kabinet Wilopo
d. 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
e. 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 58


f. 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
g. 1957-1959 - Kabinet Djuanda
Dari segi sudut pandang analis pemerintahan sistem ini
tentunya tidak dapat menopang untuk pemerintahan yang
kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian
tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum
dilaksanakan. Setelah pembentukan NKRI diadakanlah
berbagai usaha untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru
dengan membentuk Lembaga Konstituante. Lembaga
Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk
membentuk UUD baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun
sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan
konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu
yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan
sistem Demokrasi Liberal yang berlangsung selama 9 tahun,
rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950 dengan sistem
Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan
jiwa Pancasila dan UUD 1945. Disamping itu, Presiden
menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
serta tidak berlakunya UUDS 1950.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan dekrit yang
mengakhiri masa parlementer dan digunakan kembalinya
UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi
Terpimpin. Dekrit presiden 5 Juli menyatakan bahwa:
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya
lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Posisi Indonesia dalam Perang Dingin (1946-1991)
Memasuki suasana perang dingin, ketika poros-poros
ketegangan menghadirkan tekanan hitam putih yang
mengarah pada permusuhan dan peperangan antarbangsa,
Indonesia berusaha konsisten dengan prinsip kemanusiaan
yang adil dan beradab dalam pergaulan bangsa-bangsa.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 59


Prinsip yang menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak
setiap bangsa dan warganya, serta prinsip yang menekankan
koeksistensi damai yang secara arif” ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan social”. Prisip ini sejalan
dengan visi dan tujuan dari piagam PBB sebagaimana yang
telah disebutkan.
Dalam konteks ini, prinsip kemanusiaan menurut alam
pemikiran Pancasila menjadi sintesis antara pendukung
ajaran declaration of American independence dan manifesto
komunis. Dalam pidato Soekarno di PBB, pada 30 September
1960,” To Build the World A new” yang memperkenalkan
Pancasila kepada dunia. Dari pengalaman kami sendiri dan
dari sejarah bangsa kami sendiri sesusatu tumbuh, yang
lantas lebih cocok, yang kami namakan Pancasila, suatu
gagasan dan cita-cita itu, sudah terkandung dalam bangsa
kami ribuan tahun yang lalu sebelum imperialisme
menenggelamkan kami pada saat kelemahan nasional.
(Soekarno). Sementara itu Hatta dalam pidatonya,
Mendayung diantara Dua Karang. Dia menyimpulkan bahwa
pro kontra terhadap kedua persetujuan antara pemerintahan
Indonesia yang baru merdeka dan pemerintah belanda itu,
menggambarkan begitu konkrit dinamikapolitik
internasionalyang di warnai pertentangan politik antara dua
adikuasa, AS da Uni Soviet.
Pilihan untuk mendayung di antara dua karang ini
mendorong Indonesia untuk berperan aktif dalam
mempromosikan gerakan “non blok” di perkenalkan oleh
Perdana Mentri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di
Colombo, Sri Lanka, namun gerekan non blok sendiri bermula
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang diadakan di
bandung pada tahun 1955.dalam konfrensi ini diikuti 29
negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk
dunia saat itu, mendeklarasikan keinginan mereka untuk
tidak terlibat dalam konfrontasi blok barat atau timur.
Pendiri dari gerakan ini dari lima pemimpin besar dunia :
Soekarno, Josep broz tito (Yugoslavia), G. Abd. Nasser
(mesir), Jawaharlal Nehru (India), dan Kwame Nkrumah
(Gana).
Gerakan non blok ini didirikan berdasarkan sepuluh prinsip
dasar yang di sepakati dalam KTT Asia-Afrika yang di kenal

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 60


dengan sebutan Dasasila Bandung. Kesepuluh prinsip itu
adalah:
1. Menghormati hak-hak dasar manusiadan tujuan-
tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam
piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas territorial
semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan
persamaan semua bangsa, besar atau kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi
dalam persoalan-persoalan dalam negri negara
lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk
mempertahankan diri sendiri secara sendirian
maupun kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB.
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan
pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus dari salah satu negara-negara
besar, tidak melakukan campur tangan terhadap
negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman
agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap
integritas territorial atau kemerdekaan politik
suatu bangsa.
8. Menyelesiakan segala perselisihan internasional
dengan cara damai, seperti perundingan,
persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah
hokum, ataupun lain-lain cara damai, menurut
pilihan pihak-pihakyang bersangkutan, yang sesuai
dengan piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hokum dan kewajiban-kewajiban
internasional.
Pilihan Indonesia atas politik luar negri bebas aktif itu
menempatkannya dalam perpaduan antara perspektif teori
“idealism politik” dan “realism politik” dalam hubungan
internasional. Keyakinan Indonesia, seperti tertuang dalam
UUD 1945, bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa serta
kemungkinan menjalin kerjasama internasional dalam
mengupayakan kemerdekaan, kebaikan, perdamaian,
keadilan dan kesejahtraan bersama, membawa politik bebas

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 61


aktif bertautan dengan ideal-ideal para pendukung
perspektif “idealism politik”.
Singkatnya ketegangan dalam kehidupan nasional yang
bertautan dengan ketegangan internasional lantas di
proyeksikan kedalam sikap internasionalisme Indonesia.
Memandang kemerdekaan Malaysia sebagai antek neo-
kolonialisme, Presiden Soekarno lantas melancarkan
konfrontasi Indonesia-malaisya, sebuah perang mengenai
masa depan pulau Kalimantan, antara tahun 1962-1966.
Ketika PBB menerima malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB, Presiden Soekarno menarik Indonesia
dari keanggotaan PBB pada 20 Januari 1965, dan sebagai
alternatifnya membentuk poros kekuatan baru dalam rangka
Conference of New Emerging Forces (conefo). Sebagai
tandingan olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan
GANEFO ( games of the new emergering forces) yang di
selenggarakan di Jakarta pada 10-22 November 1963.
Kembalinya Indonesia ke PBB baru setelah Presiden Soeharto
mengambil alih tongkat kepemimpinan nasional. Pada 19
September 1966, Indonesia mengajukan permohonan kembali
sebagai anggota yang di terima oleh majelis umum PBB sejak
28 September 1966.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 62


ANALISIS SOSIAL

A. Pengertian Analisis Sosial


Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis
sesuatu keadaan atau masalah sosial secara objektif. Analisis
sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai
situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories,
structural dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan
mempelajari struktur sosial, mendalami fenomena-fenomena
sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial,
bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah
sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah
sosial.
Analisa sosial merupakan upaya untuk mengurai logika,
nalar, struktur, atau kepentingan dibalik sebuah fenomena
sosial. Analisa sosial hendak menangkap logika struktural atau
nalar dibalik sebuah gejala sosial. Analisa sosial dengan
demikian material, empiris, dan bukan sebaliknya, mistis, atau
spiritualistik. Analisa sosial menafsirkan gejala sosial sebagai
gejala material.
Tugas teori sosial menurut Freire adalah melakukan apa
yang disebutnya sebagai conscientizacao atau proses
penyadaran terhadap sistem dan struktur yang menindas, yakni
suatu sistem dan struktur, Proses dehumanisasi yang membunuh
kemanusiaan. Gramsci menyebut proses ini sebagai upaya
counter hegemony. Proses dehumaniasi tersebut terselenggara
melalui mekanisme kekerasan, baik yang fisik dan dipaksakan,
maupun melalui cara penjinakan yang halus, yang keduanya
bersifat struktural dan sistemik. Artinya kekerasan dehumanisasi
tidak selalu berbentuk jelas dan mudah dikenali. Kemiskinan
struktural, misalnya, pada dasarnya adalah suatu bentuk
kekerasan yang memerlukan analisis untuk menyadarinya.
Bahkan, kekerasan sebagian besar terselenggara melalui proses
hegemoni: cara pandang, cara berfikir, ideologi, kebudayaan,
bahkan selera, golongan yang mendominasi telah dipengaruhkan
dan diterima oleh golongan yang didominasi. Dengan begitu,
pendidikan dan ilmu pengetahuan, sebagaimana kesenian,
bukanlah arena netral tentang estetika belaka. Kesenian dan
kebudayaan tidaklah berada dalam ruang dan masa yang steril,
melainkan dalam sistem dan struktur yang bersifat hegemonik.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 63


Freire (1970) membagi ideologi teori sosial dalam tiga
kerangka besar yang didasarkan pada pandangannya terhadap
tingkat kesadaran masyarakat. Tema pokok gagasan Freire pada
dasarnya mengacu pada suatu landasan bahwa pendidikan
adalah ôproses memanusiakan manusia kembali. Gagasan ini
berangkat dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan sosial,
politik, ekonomi, dan budaya masyarakat, menjadikan
masyarakat mengalami proses dehumanisasi. Pendidikan,
sebagai bagian dari sistem masyarakat, justru menjadi
pelanggeng proses dehumanisasi tersebut. Secara lebih rinci
Freire menjelaskan proses dehumanisasi tersebut dengan
menganalisis tentang kesadaran atau pandangan hidup
masyarakat terhadap diri mereka sendiri. Freire menggolongkan
kesadaran manusia menjadi: kesadaran magis (magical
consciousnees), kesadaran naif (naival consciousnees) dan
kesadaran kritis (critical consciousness). Bagaimana kesadaran
tersebut dan kaitannya dengan sistem pendidikan dapat secara
sederhana diuraikan sebagai berikut.
Wilayah Analisa Sosial
1, Sistem-sistem yang beroperasi dalam suatu masyarakat.
2. Dimensi-dimensi obyektif masyarakat (organisasi sosial,
lembaga-lembaga sosial,
pola perilaku, kekuatan-kekuatan sosial masyarakat)
2. Dimensi-dimensi subyektif masyarakat (ideologi, nalar,
kesadaran, logika berpikir, nilai, norma, yang hidup di
masyarakat).

B. Ruang Lingkup Ansos


Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis,
namun dalam konteks transformasi sosial, maka paling tidak
objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan
sosial yang direncanakan yang sesuai dengan visi atau misi
organisasi. Secara umum objek sosial yang dapat di analisis
antara lain:
1. Masalah-masalah sosial, seperti; kemiskinan, pelacuran,
pengangguran,
2. kriminilitas Sistemsosial seperti: tradisi, usha kecil atau
menengah, sitem pemerintahan, sitem pertanian Lembaga-
lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga
pedesaan.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 64


3. Kebijakan public seperti : dampak kebijakan BBM, dampak
perlakuan sebuah UU.

Pentingnya teori sosial


Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial
merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara fakta sosial
akan mudah di analisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial
melibatkan isu-isu mencakup filsafat, untuk memberikan
konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas sosial dan prilaku manusia
yang ditempatkan dalam realitas empiris. Charles lemert
(1993) dalam Social Theory; The Multicultural And Classic
Readings menyatakan bahwa teori sosial memang merupakan
basis dan pijakan teknis untuk bisa survive.Teori sosial
merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang
berakar pada positivisme. Menurut Anthony Giddens secara
filosofis terdapat dua macam analisis sosial,pertama, analisis
intitusional, yaitu ansos yang menekan pada keterampilan dan
kesetaraan actor yang memperlakukan institusi sebagai sumber
daya dan aturan yang di produksi terus-menerus. Kedua, analisis
perilaku strategis, adalah ansos yang memberikan penekanan
institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial.

Pendekatan Dalam Analisis Sosial


1. Historis: dengan mempertimbangkan konteks struktur yang
saling berlainan dari periode-periode berbeda, dan tugas
strategis yang berbeda dalam tiap periode.
2. Struktural: dengan menekankan pentingnya pengertian
tentang bagaimana masyarakat dihasilkan dan dioperasikan,
serta bagaimana pola lembaga-lembaga sosial saling berkaitan
dalam ruang sosial yang ada.

Batas Analisa Sosial


1. Analisa sosial bukanlah kegiatan monopoli intelektual,
akademisi, atau peneliti.
2. Siapapun dapat melakukan analisa sosial.
3. Analisa sosial tidaklah bebas nilai.
4. Analisa sosial memungkinkan kita bergulat dengan asumsi-
asumsi kita, mengkritik, dan menghasilkan pandangan-
pandangan baru.

Signifikansi Analisa Sosial

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 65


1. Untuk mengidentifikasikan dan memahami persoalan-
persoalan yang berkembang (ada) secara lebih mendalam dan
seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar
masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana
yang merupakan masalah turunan.
2. Akan dapat dipakai untuk mengetahui potensi yang ada
(kekuatan dan kelemahan) yang hidup dalam masyarakat.
3. Dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok
masyarakat yang paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa
demikian)

C. Langkah-Langkah Ansos
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain:
1. Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada
pertimbangan rasional dalam arti realitas yang dianalsis
merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai
dengan visi atau misi organisasi.
2. Pengumpulan data atau informasi penunjang
Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka
perlu didukung dengan data dan informasi penunjang yang
lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa,
kegiatan observasi maupun investigasi langsung dilapangan. Re-
cek data atau informasi mutlak dilakukan untuk menguji
validitas data.
3. Identifikasi dan analisis masalah
Merupaka tahap menganalisis objek berdasarkan data
yang telah dikumpulkan. Pemetaan beberapa variable, seperti
keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama
dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif
diharapkan dapat memahami subtansi masalah dan menemukan
saling keterkaitan antara aspek.
4. Mengembangkan presepsi
Setelah di identifikasi berbagai aspek yang
mempengaruhi atau terlibat dalam masalah, selanjutnya
dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang
objektif. pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan
implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan
beberapa alternative sebagai kerangka tindak lanjut.
5. Menarik kesimpulan

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 66


Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar
masalah, pihak mana saja yang terlibat, pihak yang diuntungkan
dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial
dan ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan
untuk proses perubahan sosial.

D. Peranan Ansos Dalam Strategi Gerakan PMII


Ingat, paradigma gerakan PMII adalah kritis
transformatif, artinya PMII dituntut peka dan mampu membaca
realitas sosial secara objektif (kritis), sekaligus terlibat aktif
dalam aksi perubahan sosial (transformatif). Transformasi sosial
yang dilakukan PMII akan berjalan secara efektif jika kader PMII
memiliki kesadaran kritis dalam melihat realitas sosial.
Kesadaran kritis akan muncul apabila dilandasi dengan cara
pandangan luas terhadap realitas sosial. Untuk dapat melakukan
pembacaan sosial secara kritis, mutlak diperlakukan
kemampuan analisis sosial secara baik. Artinya, strategi gerakan
PMII dengan paradigma kritis transformatif akan dapat
terlaksana secara efektif apabila ditopang dengan kematangan
dalam analisis sosial (ANSOS)

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 67


PMII KOMISARIAT “AT TAHDZIB” (UT) STAI AT TAHDZIB JOMBANG
Dalam Simpul-Simpul Sejarah

A. Sejarah Komisariat PMII “At Tahdzib” STAI AT TAHDZIB


Jombang
Berdirinya atau lebih tepatnya lahirnya Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat “At Tahdzib” yang
mana sebagian kecil dari Integral organisasi ekstra-kampus yang
struktural, karena dari pengurus Besar (PB-Ibukota) – pengurus
Koordinator Cabang (PKC-Propinsi) – Pengurus Cabang (PC-
Kabupaten) – Pengurus Komisariat (PK-Kampus) – pengurus
Rayon (PR-Fakultas/prodi), yaitu pada awal mula berdiri dan
berkembangnya Universitas pesantren Tinggi Darul ‘Ulum yang
awal mulanya bernama Sekolah Tinggi Darul ‘Ulum (STAIDU)
yang merupakan marger dari sekolah Tinggi Darul ‘Ulum
(STAIDU) yang merupakan marger dari Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) dan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) awal tahun
2000-2001yang mempunyai beberapa fakultas (FAI, FBS, FIA, FT,
FMIPA, Fak.Pertanian) dengan prodi/jurusannya. Dan tahun
2005 AKPER/AKBID juga marger dengan STAI AT TAHDZIB
menjadi fakultas Ilmu Kesehatan.
B. Masa Khidmat 2001-2002
Saat itu dikarenakan akumulasi dari pergolakan kondisi
organisasi intra kampus yang belum kondusif, yaitu BEM saat itu
masih dalam tahap transisi dan masih semrawut, misalnya
setiap selesai kegiatan LPj-nya tidak ada. Hal inilah yang
menjadikan geram pihak birokrasi universitas, sehingga
mengambil tindakan tegas, dengan membatasi kreatifitas
mahasiswa. Inilah dirasa sudah cukup menjadi dasar pemikiran
serta batu pijakan berdirinya organisasi ekstra-kampus (PMII).
Sahabat yang turut berjasa adalah sahabat Ahmad Mustaghfirin,
M. Ishomuddin Iskhan dan Imam Nawawi membuat basis
organisasi yaitu pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Pertemuan kecil/ forum-forum sedderhana intens dilakukan baik
internal membahas rancangan strategi dan pola pengembangan
organisasi kedepan, dengan didampingi oleh sahabat M. Nurul
Mubin, M. Syaifuddin, dan Abdul Ghofar. Maka pada tanggal 15
Mei 2001 dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim dengan
rahmat allah SWT berdirilah PMII Komisariat “At Tahdzib” yang

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 68


mana nama tersebut diambilkan dari salah satu pendiri Darul
‘Ulum sebagai interpretasi dan representasi dari PPDU, dan
disepakati sahabat Ahmad Mustaghfirin (dari Jawa-Tengah)
sebagai ketua pertama (2001-2002). Pada periode tersebut
masih berkutat pada konteks konsolidasi dan pembenahan
organisasi.
C. Masa Khidmat 2002-2003
kepemimpinan diteruskan sahabat M. Ishomuddin Iskhan
sebagai mandataris Rapat Tahunan Komisariat (RTK) ke-I yang
mana sebagai ajang regenerasi dalam PMII. Periode ke-II ini
masih juga dalam masa perintisan, dan juga melakukan kajian-
kajian dan diskusi rutin tetap dilakukan .
D. Masa Khidmat 2003-2004
Periode Ke-III dipegang oleh sahabat Ahmad Zakariya yang
pada waktu itu juga sebagai ketua BEM STAI AT TAHDZIB,
setelah mundurnya M. Fatkhurrozi (HMI). Periode ini mempunyai
indikasi positif perkembangannya yaitu mulai responnya
mahasiswa terhadap orgaisasi PMII dan banyaknya kader yang
masuk menjadi anggota, sehingga PMII mendominasi Organisasi
Mahasiswa (ORMAWA) STAI AT TAHDZIB, yang pada waktu itu
juga ada juga mahasiswa dari OKP HMI. Seminar, bedah buku,
dan Bhakti Sosial, tidak lupa diskusi dan sharing wawasan tetap
intens dilakukan
E. Masa Khidmat 2004-2005
Periode ke-IV diketuai oleh keder putri sebagai representasi
keadilan gender yaitu shabat Ernawati Badar, walaupun
kesibukannya menjadi ketua asrama di salah salah satu asrama
putri yang ada di ponpes Darul ‘Ulum namun tidak
memurungkan aktivitas dalam memimpin komisariat. kegiatan-
kegiatan serupa juga dilakukan demi eksistensi PMII, yang
monumental adalah dibawah kepemimpinan kader putri PMII
mempunyai banyak kader putri yang aktif dan kreatif.
F. Masa Khidmat 2005-2006
Terpilihnya sahabat Badrus Syahid menjadi titik tolak
perkembangan PMII Komisariat At Tahdzib, ini terbukti dengan
banyaknya kegiatan eksternal yang dilaksanakan tanpa
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 69
melupakan kegiatan internal. Kegiatan yang bersejarah adalah
Bakti sosial yang dilaksanakan ketika terjadi banjir bandang
jember. Pelatihan anti narkoba juga pernah dilaksanakan, dan
pada periode ini untuk kali pertamanya PMII komisariat “At
Tahdzib” mempunyai kantor komisariat. Pada waktu ini juga
organisasi intra-kampus didominasi oleh kader-kader terbaik
PMII.
G. Masa Khidmat 2006-2007
Pada periode di nahkodai oleh Ahmad Syifa’, Periode ini
dibilang sangat berat karena banyak pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan, terutama pembenahan administrasi internal,
dan kegiatan diskusi yang digalakkan sebagai perluasan wacana
kader ini buletin PMII juga mulai terbit secara intens selama
keperiodean. Pengkaderan formal PMII juga mengalami
peningkatan, PKD yang untuk kali pertamanya dilaksanakan
Komisariat “At Tahdzib” dengan aliansi dengan komisariat
“Darul Ulum” UNDAR. Hal ini yang paling menggembirakan
adalah terbentuknya dua Rayon persiapan, yaitu Rayon Sayyid
Qutb (FBS-FT) dan Rayon Ibnu Taimiyyah (FAI).
H. Masa Khidmat 2007-2008
pada periode sahabat ahmad riyadi menjadi leadernya,
ditangan sahabat ini perkembangan PMII terus diupayakan
terlebih sekarang mempunyai dua rayon definitif yaitu Rayon
Sayyid Qutb dan Rayon Ibnu Taimiyyah yang harus disinergikan.
dengan visi : membumikan nilai-nilai PMII dengan menguatkan
Militansi, Intelektualitas, dan Profesionalitas serta memperluas
jaringan, meningkatkan kajian, meningkatkan sense beloging to
PMII dan memperkokoh solidaritas organisasi. dan tahun ini pula
kader-kader terbaik lagi-lagi mendominasi di organisasi
mahasiswa intra kampus. Pada akhir periode ini komisariat
menyiapkan 2 rayon persiapan yaitu Rayon Teknik yang
berisikan (FT, FIA, MIPA) dan Rayon FIK.
I. Masa Khidmat 2008-2009
Pada periode ini diketuai oleh sahabat Affandi, pada
kepemimpinanya Rayon yang ada di bawah kepemimpinan
komisariat yaitu Rayon Sayyid Qutb diubah menjadi Rayon FBS,
dan Rayon Ibnu Taimiyyah diubah menjadi rayon FAI mengikuti

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 70


background fakultas yang diemban. Sedangkan Rayon Persiapan
pada periode sebelumnya yaitu Rayon Teknik dan Rayon FIK
pada tanggal 21 maret 2009 dinyatakan definitif atas
persyaratan institusi yang sudah dipenuhi. Periode ini tetap
gigih dengan budaya tertib administrasi yang digalakkan
kepengurusan komisariat sebelum-sebelumnya.
J. Masa Khidmat 2009-2010
Pada periode ini diketuai oleh sahabat Ahmad Bustomi,
pada masa kepemimpinannya yang memiliki 4 rayon menjadikan
fokus pada internal dengan berbagai macam pendidikan yang
diterapkan untuk anggota-anggotanya melalui kajian dan
diskusi. dan juga menyiapkan kaderisasi lewat distribusi kader di
eksternal yaitu di organisasi mahasiswa STAI AT TAHDZIB.
Masa Khidmat 2010-2011
Pada periode ini diketuai oleh sahabat Nur Chabib, yang
kerap dipanggil ambon. Melalui gerakan penguatan jaringan
internal dan eksternalnya menjadikan komisariat At Tahdzib
dikenal sebagai komisariat yang santun bersilaturrahim. Pada
awal periode ini menggagas adanya rayon persiapan yaitu Rayon
FIA-MIPA pada tanggal 14 mei 2010 dan selang 6 bulan sudah
siap untuk definitif menjadi rayon FIA-MIPA.
K. Masa Khidmat 2011-2012
Pada periode ini diketuai oleh sahabat M. Fatkhul Bary Luay,
dalam kepemimpinannya mampu untuk menstabilkan dinamika
internal maupun eksternal kampus melalui pasukan handalnya
yang dimanajemen sesuai dengan kompetensi kader.
Kekosongan jabatan pernah terjadi selema 3 bulan tanpa sebab
menjadikan komisariat mengalami stagnasi sesaat namun pasca
itu berlanjut dengan gigih untuk meneruskan perjuangan.
Resufle kepengurusan kerap dilakukan pada periode ini sebagai
bentuk penyegaran untuk mengaktifkan kembali kinerja
pengurus untuk mengabdikan keilmuan dan pengabdian untuk
komisariat “At Tahdzib”.
L. Masa Khidmat 2012-2013
Pada periode ini diketuai oleh kader putri yaitu sahabat
Chusnul Khotimah, seorang pemimpin perempuan yang tangguh
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 71
dengan segala macam kreatifitas kegiatannya. Mengembangkan
potensi kader melalui tumbuhnya UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa) baru yang diisi oleh anggota PMII di ranah organisasi
intra mahasiswa. Pada periode kepengurusan dengan dominan
perempuan, munculnya anggota maupun kader puteri yang
mulai bertambah banyak seiring dengan perjalanan
kepemimpinannya, sehingga mengharuskan munculnya ide-ide
untuk mendidik anggota melalui budaya diskusi baik putera
maupun puteri. Memiliki 5 rayon yaitu rayon FAI, FBS, FT, FIK
dan FIA-MIPA dibawah kepemimpinan bu kom cenul.
M. Masa Khidmat 2013-2015
Pada periode ini diketuai oleh sahabat Ardiyanto, seorang
pemimpin dengan pasukan multi talentnya mampu mendominasi
kepemimpinan di sektor intra maupun ektra kampus. Dengan
diawal periodenya memugar Rayon FIA-MIPA menjadi Rayon
masing-masing. Pada tanggal 1 januari 2014 menjadikan Rayon
Mipa sebagai rayon persiapan dan pada 6 bulan pasca itu mampu
untuk berdiri sendiri dengan disyahkannya menjadi rayon MIPA
definitif. Periode dengan banyak PR berat terkait kaderisasi
yang semakin berkembang mengikuti ritme masing-masing
fakultas.
N. Masa Khidmat 2015-2016
Pada Masa Khidmat ini dipimpin oleh Sahabat Ircham Ali,
pemimpin komisariat pertama dari fakultas teknik yang terpilih
pada RTK, kebetulan pula tepat dengan harlah rayon Teknik dan
FIK yaitu pada tanggal 21 maret 2015. Pada awal periode
menyuguhkan gebrakan baru dengan didirikannya Badan Semi
Otonom Komisariat yaitu Korp PMII Puteri (KOPRI) “At Tahdzib”
yang diketuai oleh sahabat Rizki Amalia. Komisariat yang
memiliki 6 Rayon Yaitu Rayon FAI, FBS, Teknik, FIK, FIA dan
MIPA menjadikan tumbuhnya gagasan sinergitas kuantitas kader
putera-puteri beserta potensi diri anggota maupun kader yang
berkualitas dan productif. Implementasi Upgrade Level
Kaderisasi (ULK) melalui Buku SAKTI (Syarat Kecakapan dan
Bukti) yang dikemas dengan konsep joyfull learning adalah
sebuah product karya sebagai realisasi mendidik kader
menemukan jati dirinya.
O. Masa Khidmat 2016-2017
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 72
Pada Masa Khidmat ini dipimpin oleh Sahabat M. Adam
Abdillah, merupakan ketua komisariat dari Rayon Fakultas
Agama Islam yang ke-9 yang terpilih dalam RTK. Pada masa awal
kepemimpinan ini, komisariat berubah system perjalanan PKD
pada awal masa khidmat guna agar para kader muda At Tahdzib
dapat dikawal dan dibimbing untuk mejadi kader yang baik
sesuai yang diharapkan. Dalam tahun kepemimpinan mas
khidmat ini komisariat juga melahirkan kelompok paduan suara
At Tahdzib guna memumculkan bakat dan memberikan wadah
bagi para anggota dan kader At Tahdzib dalam berkarya. Di
tahnini mundul forum GATEL (Gerakan Intelektual) merupakan
forum diskusi yang lahir dari keinginan sahabat-sahabat At
Tahdzib untuk menambah kapasitas intelektual.
P. Masa Khidmat 2017-2018
Terpilihnya Sahabat M Antansari L.N sebagai Ketua
Komisariat merupakan awal sejarah dalam periode ini. Sebuah
periode yang didalamnya terdapat hal-hal yang sangat besar
nilainya maupun perubahan yang dialami komisariat. Pada
periode ini dinilai dapat mensinergikan antara komisariat
dengan rayon maupun komisariat dengan cabang dalam hal
program maupun kaderisasi. Upaya yang ditekankan adalah
pembentukan budaya intelektual yang masif, seperti grup kajian
“gatel” tiap malam jumát dan malam selasa, pembiasaan
membaca buku pada anggota dan kader dengan memberikan
peminjaman buku, maupun berbagai karya penulisan yang
dipublikasikan pada website www.pmiiut.or.id. Selain itu
penguatan mental dan pengalaman dengan mendorong anggota
dan kader supaya dapat berkomunikasi dengan PMII luar
komisariat At Tahdzib maupun luar kota dengan cara
mendelegasikan anggota untuk mengikuti PKD diluar dan
mendistribusikan anggota dan kader dalam grup-grup PMII
Nasional. Tercatat kurang lebih 70 kader telah mengikuti PKD
pada kepengurusan ini serta puluhan Grup WA PMII Nasional
maupaun regional dapat dimasuki oleh anggota dan kader.
Inovasi kajian pernah dilaksanakan secara online melalui
Whatsaap dengan berbagai bidang keilmuan, upaya ini didapat
diterima dengan baik namun kurangnya sumber daya pemateri
mejadi kendala pada program ini. Pada masa ini pula simbol-
simbol dan alat kelengkapan organisasi yang dapat menguatkan
eksistensi organisasi dan semangat kader PMII diciptakan.
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 73
Seperti halnya pembuatan bendera PMII yang berukuran sangat
besar, modul mapaba dan PKD yang rapi dan bagus,serta Draf
RTK dan LPJ kepengurusan dibuat seperti buku. Serta periode
ini pula Ketua UmumPB PMII berasal dari alumni PMII UT yakni
sahabat M Agus Herlambang
Q. Masa Khidmat 2018-2019

Pada tanggal 24 maret 2018 terpilihlah Ketua Komisariat At


Tahdzib pertama dari Rayon Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK)
bernama Nur Haqiqotul Janah yang biasa disapa dengan sahabati
kiki. Pada kepengurusan ini tidak banyak kegiatan dari
komisariat karena lebih menekankan pada pendampingan
kaderisasi ke rayon-rayon. Salah satu program yang menjadi
unggulan pada periode ini adalah lahirnya "Sekolah At Tahdzib"
yang di dalamnya terdapat beberapa kelas, diantaranya: Kelas
jurnalistik, Filsafat, Multimedia, Musik, Pergerakan, dan
Olahraga.

Dengan adanya sekolah At Tahdzib tersebut diharapkan


mampu mewadahi bakat minat anggota maupun kader PMII
sesuai dengan passion yang mereka miliki. Di bidang eksternal,
komunikasi berjalan baik dengan organisasi eksternal lainnya.

Sehubungan adanya margering fakultas yang ditetapkan oleh


kampus STAI AT TAHDZIB pada 13 Mei 2018, menjadikan
Fakultas Bahasa dan Sastra (S1-Pendidikan Bahasa Inggris, S1-
Sastra Inggris, dan D3-Bahasa Jepang), Fakultas Ilmu
Administrasi (S1-Administrasi Bisnis), Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam (S1-Pendidikan Matematika), dan Fakultas
Teknik (S1-Sistem Informasi), digabungkan menjadi 3 fakultas
baru yaitu Fakultas Saintek (S1-Sistem Informasi dan S1-
Pendidikan Matematika), Fakultas Bisnis dan Bahasa (S1-
Administrasi Bisnis, S1-Sastra Inggris, dan D3-Bahasa Jepang),
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (S1-Pendidikan
Matematika, dan S1-Bahasa Jepang). Sehingga mempengaruhi
kepada rayon di komisariat At Tahdzib yang harus menyesuaikan
jumlah fakultas di universitas yang akhirnya juga turut
dirampingkan (marger) sesuai dengan Peraturan Muspimnas.

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 74


Sehingga tepat pada tanggal 28 Desember 2018, Rayon
SAINTEK dan FKIP ditetapkan definitif dan untuk Rayon FBB
tanggal 29 Desember 2018.

LAGU-LAGU PERGERAKAN

Mars PMII Hymne PMII

Inilah kami wahai Indonesia Bersemilah, Bersemilah


Satu barisan dan satu cita Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Pembela bangsa, penegak
Kader PMII
agama
Tangan terkepal dan maju Masa depan Kita rebut
kemuka Untuk meneruskan
perjuangan
Habislah sudah masa yang Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa
suram
Selesai sudah derita yang *(back on top)
lama
Bangsa yang jaya
Islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku PMII Berjuang
subur
Berjuanglah PMII Berjuang
*Reff : Marilah kita bina Persatuan
2X
Denganmu PMII
Hancur leburkanlah angkara
Pergerakanku murka,
Ilmu dan bakti, ku berikan perkokohlah barisan kita…
Adil dan makmur siap…
kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku Reff.
Sinar api Islam kini menyala
Untukmu satu keyakinanku
Tekat bulat kita membara 2X
Inilah kami wahai Indonesia Berjuanglah PMII Berjuang
Satu angkatan dan satu jiwa Menegakkan kalimat Tuhan
Putera bangsa bebas
meerdeka *(back on top)
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 75
Tangan terkepal dan maju
kemuka

*Kembsli ke Reff

Buruh Tani Totalitas Perjuangan

Buruh tani mahasiswa rakyat Kepada para mahasiswa


miskin kota Yang merindukan kejayaan
Bersatu pada rebut Kepada rakyat yang
demokrasi kebingungan
Gegap gempita dalam satu Di persimpangan jalan
suara
Demi tudas suci yang mulia Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Hari-hari esok adalah milik Sebuah catatan kebanggaan
kita Di lembar sejarah manusia
Terciptanya masyarakat
sejahtera Reff:
Terbentunya tatanan Wahai kalian yang rindu
masyarakat kemenangan
Indonesia baru tanpa orba Wahai kalian yang turun
kejalan
Marilah kawan mari kita Demi mempersembahkan
labarkan jiwa dan raga
Di tangan kita tergenggam Untuk negeri tercinta
marah bangsa
Marilah kawan mari kita Wahai kalian yang rindu
nyanyikan kemenangan
Sebuah lagu tentang Wahai kalian yang turun
pembebasan kejalan
Demi mempersembahkan
Dibawah kuasa tirani jiwa dan raga
Kususuri garis jalan ini Untuk negeri tercinta
Berjuata kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti (back on top)

*(back on top) Untuk negeri tercinta


Berjuta kali turun aksi
Bagiku langkah pasti
MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 76
Bagiku langkah pasti

Darah juang Sumpah Mahasiswa

Disini negeri kami Kami mahasiswa Indonesia


Tempat padi terhampat bersumpah, bertanah air
Samudranya kaya raya satu, tanah air tanpa
Tanah kami subur Tuhan penindasan

Di negeri permai ini Kami mahasiswa Indonesia


Berjuta rakyat bersimbah bersumpah, berbangsa satu,
luka bangsa yang gandrung akan
Anak kurus tak sekolah keadilan
Pemuda desa tak kerja
Kami mahasiswa Indonesia
Mereka dirampas haknya bersumpah, berbahasa satu,
Tergusur dan lapar Bahasa tanpa kebohongan
Bunda relakan darah juang
kami
Untuk membebaskan rakyat

Mereka dirampas haknya


Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang
kami
Padamu kami berjanji
Padamu kami berbakti

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 77


SUSUNAN PENGURUS KOMISARIAT
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
“AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG
MASA KHIDMAT 2018/2019

Majelis Pembina PK. AT TAHDZIB


Ketua :
Sekretaris :

Bidang-Bidang Pembinaan
Bidang Pendidikan :
:
:

Bidang Keagamaan :
:
:

Bidang Keputrian :
:
:

Bidang Kaderisasi :
:
:

Bidang Sosial dan Ekonomi :


:
:
Keb

Ketua :
Wakil Ketua Internal :
Wakil Ketua Eksternal :
Wakil Ketua Keagamaan :
Sekertaris :

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 78


Wakil Sekretaris Internal :
Wakil Sekretaris Eksternal :
Wakil Sekretaris Keagamaan :
Bendahara :
Wakil Bendahara :

a. Bidang Internal
1. Biro Kaderisasi
Koordinator :
Anggota :
:
:
:
:
:
Biro Kajian, Pers dan Jurnalistik
Koordinator :
Anggota :
:
:
:
2. Biro Penelitian dan Pengembangan Organisasi
Koordinator :
Anggota :
:
:
:
:

b. Bidang Eksternal
1. Biro Hubungan antar Lembaga dan Alumni
Koordinator :
Anggota :
:
:
:

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 79


2. Biro Ekonomi Mandiri Komisariat
Koordinator :
Anggota :
:
:

c. Bidang Keagamaan
1. Biro Muamalah – Ubudiyah
Koordinator :
Anggota :
:
:
2. Biro Dakwah Islam
Koordinator :
Anggota :
:
:

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 80


SUSUNAN PENGURUS BADAN SEMI OTONOM
KORPS PMII PUTRI (KOPRI)
KOMISARIAT “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG
MASA KHIDMAT 2019/2020

Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :

BIDANG-BIDANG
a. Bidang Internal
Koordinator Keagamaan :
Anggota :
Koordinator Kaderisasi :
Anggota :

b. Bidang Eksternal
Koordinator :
Anggota :
:

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 81


GORESAN TINTA

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………

MODUL MAPABA “AT TAHDZIB” STAI AT TAHDZIB JOMBANG- 82


i

Anda mungkin juga menyukai