Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MATA PELAJARAN EKONOMI

GURU PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :
Nur Anisa Gestra Adelia
Nurul izati
Novalia
Novia Handayani
Dito imrayuda

SMA NEGERI 2 SUNGAI PENUH


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas segala karunia dan
nikmat-Nya sehingga alhamdulillah penulisan makalah Ekonomi kelas XI ini
dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambahkan
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik.
Makalah ini mungkin masih banyak kekurangannya,karena pengalaman
yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian dan waktunya,kami sampaikan
banyak terima kasih.

Kerinci, 2 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR.................................................................

II. DAFTAR ISI................................................................................

III. ISI..................................................................................................
A. Asas Pemungutan Pajak............................................................
B. Jenis-Jenis Pajak........................................................................
C. Sestim Pemungutan Pajak.........................................................

IV. KESIMPULAN............................................................................
A. Asas Pemungutan Pajak
Pajak memiliki peran yang amat penting bagi keberlangsungan sebuah
negara. Salah satu perannya adalah sebagai sumber biaya pembangunan. Agar
aktivitas perpajakan dapat berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan payung
hukum dan asas pemungutan pajak.
Asas perpajakan sendiri merupakan dasar dan pedoman yang digunakan
oleh pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak.
Setidaknya ada tiga asas pemungutan pajak yang kerap dijadikan pedoman di
dunia, yaitu:
-Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau
tempat tinggal seseorang
-Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan
seseorang. Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di
Jepang, orang tersebut tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena
kebangsaannya bukan Jepang.
-Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat
penghasilan berada.
Sedangkan, di Indonesia kita memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang
selalu dijadikan pedoman. Baca penjelasan lengkapnya di bawah ini:
1. Asas Finansial
Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan
(finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.
Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan
sekitar Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat
dengan pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang
tersebut tentu saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan
pajak yang harus dibayarkan kedua orang tersebut harus lebih kecil dari
pendapatan mereka selama setahun.

2. Asas Ekonomis
Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus
digunakan sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara
menyeluruh). Pajak juga tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi
perekonomian rakyat.

-1-
Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah
bisa membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan
pembiayaan melalui skema lain seperti utang luar negeri.

3. Asas Yuridis
Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD
1945. Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa
undang-undang, yaitu:
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP).
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang
Berlaku di Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).

4. Asas Umum
Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan
asas ini, pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum.
Artinya, baik pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari
dan untuk masyarakat Indonesia.

5. Asas Kebangsaan
Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di
Indonesia, wajib membayar pajak yang sesuai ketentuan yang berlaku di negeri
ini. Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di
Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan
negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan
bersumber dari Indonesia.
-2-
6. Asas Sumber
Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat
perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di
Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di
Indonesia.
Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal
dan bekerja di Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad
adalah WNI tetapi berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib
membayar PPH yang dipungut oleh pemerintah Indonesia.

7. Asas Wilayah
Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak.
Contohnya, Bu Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut
asas wilayah, baik rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib
dikenai pajak oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang
tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai
pajak berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.
-3-
B. Jenis-Jenis Pajak
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak beserta manfaatnya,
Taxmates perlu tahu jenis-jenis pajak yang wajib dibayarkan. Pajak memiliki
beberapa jenis yang dapat didasarkan oleh lembaga pemungut pajak juga
sifatnya. Jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutnya, terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh negara atau pemerintah pusat.
Sebagian besar dari pajak pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pusat (DJP) -
Kementerian Keuangan. Pajak Pusat meliputi :
 Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
 Bea Meterai
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah
Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pajak daerah meliputi :
 Pajak Kendaraan Bermotor
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
 Pajak Air Permukaan
 Pajak Rokok
Pajak Kabupaten yang terdiri dari:
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Air Tanah
 Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
-4-
Sementara itu, berdasarkan sifatnya, jenis pajak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pajak Langsung
Pajak yang dikenakan pada wajib pajak secara berkala baik perorangan
maupun badan usaha.
(Contoh = Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan)

2. Pajak Tidak Langsung


Pajak yang diberikan oleh wajib pajak bila melakukan peristiwa atau
perbuatan tertentu.
(Contoh = Pajak Penjualan atas Barang Mewah)

C.sistem pemungutan pajak


Sistem pemungutan pajak adalah mekanisme yang akan digunakan dalam
melakukan penghitungan besaran pajak yang harus dibayarkan. Di Indonesia
sendiri telah diberlakukan 3 jenis sistem pemungutan pajak yang meliputi:
1. Self Assessment System
2. Ini merupakan sebuah sistem pemungutan pajak yang membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu untuk dibayarkan oleh wajib pajak secara
mandiri. Bisa dikatakan bahwa wajib pajak memiliki peran aktif dalam
melakukan penghitungan sekaligus membayar dan melaporkan pajaknya. Disini
pemerintah berperan sebagai pengawas dari setiap wajib pajak di dalam sistem
self assessment system tersebut.
Sistem self assessment ini biasanya diterapkan untuk jenis pajak yang termasuk
kategori pajak pusat. Seperti misalnya untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
dan PPh (Pajak Penghasilan). Dalam sistem wajib pajak diharuskan untuk
menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu untuk dibayarkan.
Sehingga bisa saja wajib pajak yang belum memiliki cukup pengetahuan pajak
bisa mengalami kekeliruan. Untuk itu, peran seorang konsultan pajak Surabaya
sangatlah dibutuhkan. Tujuannya agar proses dalam penghitungan hingga
pelaporan pajak bisa terlaksana dengan baik.

Baca Juga: Bagaimana Sebenarnya Ketentuan Pajak untuk Pengadaan


Konsumsi?

Untuk lebih memahami mengenai sistem pemungutan pajak self assessment ini,
anda perlu mengetahui bagaimana ciri-cirinya. Berikut ini ciri-ciri dari Self
Assessment System yaitu:

Penentuan besaran pajak dilakukan secara mandiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan.
Wajib pajak haruslah memiliki peran yang aktif dalam menyelesaikan setiap
kewajiban pajaknya mulai dari menghitung, membayar hingga melaporkan
pajaknya.
Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak. Namun jika wajib
pajak bersangkutan terlambat dalam melaporkan pajak atau membayarkan pajak
atau terdapat pajak yang tidak dibayarkan, maka pemerintah dapat
mengeluarkan surat ketetapan pajaknya.
2. Official Assessment System
3. Sistem pemungutan official assessment ini berbeda dengan sistem self
assessment sebelumnya. Dimana pada sistem pemungutan pajak official
assessment membebankan wewenang dalam menentukan besarnya pajak yang
terutang pada petugas perpajakan. Dimana petugas perpajakan tersebut berperan
sebagai pihak pemungut pajak yang dibebankan kepada seorang wajib pajak.
Pada sistem pemungutan pajak ini, setiap wajib pajak berperan pasif dan nilai
pajak yang terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak
oleh petugas perpajakan.
Sistem pemungutan pajak ini umumnya diterapkan pada Pajak Bumi Bangunan
(PBB). Dimana seorang wajib pajak tidak perlu melakukan penghitungan
besarnya pajak, mereka hanya perlu melakukan pembayaran pajak sesuai
dengan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT). Sementara itu, ciri-ciri yang
dimiliki oleh official assessment system yaitu:

Nominal atau besarnya pajak sudah dihitung oleh petugas pajak


Wajib pajak bersifat pasif dalam melakukan perhitungan besaran pajak
Besaran pajak akan diketahui oleh wajib pajak setelah petugas pajak melakukan
perhitungan pajak dan menerbitkan surat ketetapan pajaknya
Pemerintah memiliki hak penuh pada saat menentukan besaran pajak yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak
3. Withholding System
4. Dalam sistem pemungutan pajak ini, besaran pajak yang harus dibayarkan
dihitung oleh pihak ketiga. Dimana pihak ketiga yang dimaksud ini bukan
merupakan wajib pajak dan juga bukan merupakan petugas perpajakan. Seperti
contohnya dalam pemotongan penghasilan yang diperoleh seorang karyawan,
dimana hal tersebut dilakukan oleh seorang bendahara sebuah instansi atau
HRD dalam sebuah perusahaan. Jadi, karyawan yang bersangkutan tidak perlu
lagi untuk mengurus pemotongan pajak dan membayarkan pajak miliknya.

Kesimpulan
Asas pemungutan pajak adalah dasar serta pedoman yang digunakan oleh
pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak.

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan suatu negara. Artinya, negara
memiliki hak untuk memungut pajak dari warga negaranya.

Namun, negara juga tidak boleh semena-mena dalam hal pemungutan pajak.
Dalam hal pemungutan pajak, negara hendaknya mengikuti asas-asas
pemungutan pajak.Pertama yakni asas domisili, artinya pajak akan dikenakan ke
seseorang apabila orang yang bersangkutan merupakan berdomisili di negara
tersebut.seseorang atau badan usaha berdasarkan tempat tinggal. Objek pajak
wajib dikenakan pajak tanpa memandang apakah ia warga negara Indonesia
atau warga negara asing.

Kedua yakni asas pemungutan pajak berdasarkan sumber. Artinya pengenaan


pajak dilakukan dari sumber-sumber yang berada di suatu negara.

Contohnya pemerintah Indonesia menerapkan pajak tenaga kerja asing, karena


pekerja asing tersebut mendapatkan sumber penghasilan dari Indonesia.Ketiga
yakni asas pemungutan pajak berdasarkan kebangsaan. Landasan pengenaan
pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memiliki
penghasilan.

Sebagai contoh, pemerintah Indonesia mengharuskan perusahaan yang terdaftar


di Indonesia untuk membayar pajak, Sebagai informasi, suatu negara bisa
menganut lebih dari satu asas pajak. Merujuk pada UU Nomor 10 Tahun 1994,
disebutkan bahwa pemerintah Indonesia menganut asas pemungutan pajak
berdasarkan domisili dan sumber (asas pemungutan pajak di Indonesia).meski
perusahaan tersebut beroperasi di luar negeri.
-5-

Anda mungkin juga menyukai