Ayurveda
Ayurveda
Pendahuluan
Saat ini pendekatan pengobatan tidak bisa dihindari, karena ketika kita sakit kita baru
mengupayakan pengobatan. Padahal ada hal yang lebih penting untuk diperhatikan dari sekedar
mengatasi gejala yang timbul, yaitu menjaga agar tubuh tetap sehat, tidak sakit, kita dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari dengan tidak terganggu.
Kini telah banyak dokter yang tertarik untuk mencoba pengobatan holistic, suatu bentuk
yang melibatkan kondisi tubuh, mental, sosial lingkungan dan bahkan hingga dimensi spiritual
yang akan mengungkapkan faktor-faktor yang memicu suatu penyakit. Nutrisi yang baik dan
seimbang serta olahraga teratur menjadi sangat penting bagi pengobatan holistik. Tetapi
kestabilan emosi dan spiritual juga harus diperhatikan sehingga kondisi yang optimal akan
tercipta. Terapi alternatif difokuskan untuk meningkatkan proses penyembuhan sendiri, untuk
memperbaiki keselarasan antara gerak tubuh dan elemen biokimia dari tubuh, pikiran dan emosi.
Sedihnya saat ini ada bermacam penyakit yang belum diketahui obatnya, atau
memerlukan waktu penyembuhan yang lama sehingga memerlukan biaya yang mahal.Dengan
adanya kesadaran masyarakat akan kesehatannya, dan banyaknya jenis penyakit dan mahalnya
harga obat modern maka pengobatan Ayurveda dipercaya sebagai terapi tambahan yang bekerja
melengkapi terapi medis yang diberikan oleh dokter, yang bekerja secara sinergis.
Ketika kita sakit, kita kemudian ke dokter yang kemudian akan segera berusaha
menstabilkan dan membuat pasien nyaman, dokter akan berusaha untuk mengatasi rasa nyeri
atau dampak yang ditimbulkan oleh suatu penyakit. Kemudian dokter akan melakukan
pemeriksaan mengenai penyebab penyakit, dan berusaha menyembuhkannya. Obat-obatan yang
dikonsumsi hanya akan meredakan gejala penyakit saja, mungkin kita merasa sembuh. Namun
apakah kita benar-benar sembuh?.
Konsekuensi dari pendekatan pengobatan tidak ada jaminan penyakit tidak akan muncul
kembali, sehingga pasien akan kembali sakit, dan mengulangi seluruh proses pengobatan, yang
melelahkan, menyakitkan dan membutuhkan biaya besar. Besar kemungkinan adanya efek
samping, selain efek alergi dari pasien itu sendiri.
Sekarang banyak diantara kita sadar, bahwa disekitar kita ada banyak tanaman yang
berkasiat sebagai obat. Bahan obat-obatan Ayurveda berasal dari bahan alam sehingga bebas
efek samping. Namun untuk hasil terbaik, instruksi dosis, dan saran mengenai pola makan harus
ditaati dengan seksama. Perlindungan menyeluruh terhadap hampir seluruh penyakit, menangani
penyakit bahkan sebelum mereka timbul, serta menjaga kesehatan.
Ayurveda! Pernah dengar?. Tidak banyak yang mengetahui konsep kesehatan timur ini.
Ayurveda berasal dari India. Mengingat system pengobatan ini cukup sederhana dan mudah
untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan
karena lebih mudah mendapatkan tanaman berkasiat obat-obatan disekitar tempat tinggalnya.
Kami dari mahasiswa Unhi, khususnya di fakultas kesehatan sangat penasaran tentang
keampuhan dari pengobatan India (ayurveda), sehingga kami dari kelompok V, Semester II,
Fakultas Kesehtan Ayurveda UNHI Denpasar, sangat tertarik mengungkap lebih lanjut mengenai
tehnik pengobatan India (Ayurveda). Semoga tulisan kami ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan khususnya yang berkaitan dengan budaya hidup sehat dengan
tanaman obat herbal.
Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan, dengan cara menggunakan
penelitian dari sumber pustaka yang ada. Dalam metode ini penulis memproleh materi dari
membaca buku referensi dan artikel-artikel di internet yang berkaitan dengan penulisan paper
ini.
Tinjauan Pustaka
Pengobatan India (Ayurveda)
Tri dosha berasal dari kata Sangsekertha (India kuno), yang berakar dari kata Tri dan
Dosha. Tri artinya tiga dan Dosha yang asal katanya Dhus, Dhus berarti melemahkan, atau
merusak yang lain atau bisa juga diterjemahkan merusak keseimbangan dan keharmonisan
badan. Tubuh menjadi lemah akibat berubahnya atau rusaknya kesehimbangan sehingga Raga
yang semula sehat menjadi sakit. Tri dosha terdiri dari: Vatta (angin atau udara atau akasa), Pitta
(Empedu atau panas atau teja) dan Kapha (Lendir atau air atau apah atau pertiwi). Didalam tubuh
yang sehat ketiga unsur ini selalu ada, yang sangat berperanan penting dalam aktifitas tubuh,
harus dalam keadaan sehat ataupun normal. Kalau kesehimbangan ketiga unsur Tri dosha ini
selalu berada dalam keadaan seimbang. kalau terganggu oleh berbagai sebab baik yang berasal
dari badan diri sendiri maupun dari luar tubuh. Untuk penyembuhannya agar tubuh kembali
sehat harus mengembalikan keseimbangan ketiga unsur tersebut seperti keadaan semula.
Kesehimbangan Tri Dosaha sangat perlu dijaga dengan cara minum berbagai ramuan obat,
peluluran, pemijitan, pengurutan, diet makanan dan melakukan bermacam-macam gerak, bisa
juga dengan pembedahan tergantug kasusnya. Prinsip teori Tri dosha ini dapat disejajarkan
dengan teori Yin dan yang dari filsafat China. Yin dapat disimbulkan negatif atau dingin atau
perempuan sedangkan Hyang simbul kekutan positif atau panas atau lelaki. Kalau keadaan sakit
dibadan kita, walaupun bagaimana enaknya suatu makanan dan minuman tidak akan mampu
menikmatinya dengan lahap. Tentunya pemberian obat dan perlakuan yang tepat agar
keseimbangannya cepat pulih kembali. setiap penyakit perlu penanganan yang berbeda
tergantung jenis penyakit itu muncul. Jadi menurut kedokteran India Tri dosha merupakan suatu
produk yang dibuat dari panca maha bhuta (tanah, air, udara, api dan akasa). Setiap unsur Tri
Dosha menempati tempat khusus dimasing-masing organ tubuh. Ada yang menempati khusus di
hati, limpa, jantung , usus, dan bagian lainnya.
Cara kerja unsur Tri dosha didalam tubuh untuk mempertahankan keseimbangan tubuh,
dengan melepaskan energi atau menyerap energi dan juga bisa menggerakkan energi. Bila energi
berlebihan didalam tubuh maka menyerap energi yang belebihan tersebut (Visarga). Kalau
timbul kekurangan energi maka tubuh perlu menyeimbangkan energi dengan menyerap energi
(Adana). Jika disuatu tempat ada kekurangan energi maka dengan sistem Tri Dhosa akan
menggerakkan energi ke bagian tubuh yang kekurangan energi (viksepa). Dengan demikian
tubuh akan selalu berada dalam keadaan sehat
Beberapa tanda yang dapat dipakai pedoman bahwa tubuh dalam keadaan seimbang
antara lain;
Orang yang memiliki ciri seperti diatas, menandakan unsur Tridosha didalam tubuhnya dalam
keadaan seimbang. Apalagi adnya keseimbangan unsur enzim, hormon, jaringan tubuh dan
lainnya. Serta dapat melakukan berbagai aktifitas pisik dengan baik disertai dengan jiwa, Indria
dan pikiran yang bahagia, maka manusia yang seperti ini disebut Swasthya atau svastha (sehat
sejahtera).
1. Vayu Udana, yaitu suatu vayu yang beristana di kerongkongan. Jika vayu ini naik keatas
maka akan menghasilkan suara sehingga kita bisa berbicara, bernyanyi dan suara lainnya.
Warna vayu ini adalah putih susu (vayu Sveta Ksira). Bila terganggu pada vayu
ditenggorokan ini bisa menyebabkan sakit tulang, terutama tulang yang terletak diantara
tenggorokan dan kepala. Pengobatan atau penyeimbang unsur vayu udana ini dengan
pemijatan pada muka kiri dari atas ke bawah , mulai dari dagu kiri naik menuju hidung
sebelah kiri naik sampai pada kepala sebelah kanan.
2. Vayu Prana, yaitu suatu vayu yang beristana di Jantung. Berfungsi menarik nafas dan
mendorong makanan ke dalam perut. Warna vayu ini adalah Putih Perak (Vayu Dutha
Tara). Gangguannya berupa tersedak, cegukan, sesak napas, dan penyakit sesak napas.
Pengobatan atau penyeimbang unsur vayu prana ini dengan pemijatan pada muka bagian
kanan ke bawah dari atas kepala sebelah kanan turun menuju hidung sebelah kanan terus
turun sampai pada dagu sebelah kanan. Gunanya menghancurkan karbon dioksida dan
kotoran lainnya.
3. Vayu Samana, yaitu suatu vayu yang beristana di lambung dan usus. Gunanya mencerna
makanandengan cara membakar dan memecah kedalam unsur rasa, ekskreta, air kencing,
dan sebagainya. Warna vayu ini adalah kemerahan (Vayu Indra Gopala). Jika vayu ini
terganggu maka akan timbul gangguan proses pencernaan, timbul mencret, dan juga
pembengkakan dalam tubuh. Pengobatan atau penyeimbang dengan memijat memutar
searah jarum jam sekitar dagu, ini dapat meningkatkan unsur panas sehingga dapat
menyeimbangkan unsur angin dan meningkatkan unsur api.
4. Vayu Apana, yaitu suatu vayu yang beristana di pelvis, bagian bawah tubuh. Memiliki
fungsi mendorong keluar tubuh, seperti keluarnyakotoran feces, kencing, sperma, darah
menstruasi dan dalam proses kelahiran janin. Warna vayu ini merah (Vayu Rakta). Bila
vayu ini terganggu maka menimbulkan penyakit di kantung kemih , anus dan diabetes
(kencing manis). Penyeimbangnya dengan pemijatan tubuh dari atas ke bawah sampai
anus dan uretha, untuk melancarkan pengeluaran urine, feces, dan menstruasi.
5. Vayu Vyana, yaitu suatu vayu yang beristana hampir di seluruh bagian tubuh. Kekuatan
vayu ini cairan tubuh dapat menyebar, terjadi aliran keringat dan darah, gerakan
pembukaan serta penutupan kelopak mata, dan berbagai gerakan lainnya. Warna vayu ini
adalah bening atau seperti kristal (vayu Spahatika). Penyeimbangannya dengan cara
pemijatan dari bagian muka dada, sekitar hati pijat memutar untuk melancarkan sirkulasi
darah dan limfa.
Unsur vatta ini mempengaruhi rasa kesegaran, kelesuan, ketakutan, kecemasan, sakit gemetar,
dan kejang. Bila kita bisa mengatur napas pranayama dengan baik maka tubuh kita akan mampu
membangkitkan energi didalam tubuh. Dengan mebangkitkan Kundalini (inner power), maka
vayu ini akan bangkit dan timbul energi tenaga yang amat hebat. Dengan berlatih pranayama
dengan teratur dan tekun maka dengan sendirinya akan mampu secara efektif mengatur aktifitas
mentalnya atau pengendalian pikirannya. Unsur Vattalah yang paling kuat mempengaruhi tubuh
ini dibandingan pitha dan kapha dalam Tri dosha. Karena adanya kemampuan vayu yang
menerobos keseluruh tubuh. Maka perhatian untuk pengobatan pada unsur vatta lebih mendalam
dari yang unsur lainnya.
Penyakit lain yang menyebabkan terganggunya keseimbangan Vatta seperti akibat
aktifitas berlebihan, seperti berkelahi dengan orang yang jauh lebih kuat, berjalan terlalu jauh,
lari jarak jauh, berenang berlebihan, menunggang kuda atau naik kereta atau kendaraan terlalu
lama dan sebagainya. Disebabkan kecelakaan misalnya terjatuh, tekanan berat pada tubuh, luka
parah, dan lain sebagainya. Perilaku yang salah, seperti berendam dalam air terlalu lama,
kehujanan, begadang semalaman, membawa beban yang terlalu berat dan lama. Kalau dari
makanan dan minuman yang terlalu asam , cepat, kering, manis, kelaparan, puasa, es, makan
tidak teratur, makan berlebihan. Juga keseimbangan terganggu karena menahan angin dalam
tubuh terlalu lama, kentut, bersin, air mata, muntah, kencing dan sebagainya.
Penyeimbangan dengan teknik pemijatan ini mengunakan minyak dengan ramuan herbal
yang dibuat secara tradisional yang disebut dengan nama babya snebana dengan mengambil
bahan dari kitab Charaka Samhita. Untuk penyeimbangan vatta disebut vatta shamak.
Pitta (Empedu atau panas) yang bertanggung jawab terhadap semua aktifitas
metabolisme fisio kimia dalam tubuh. Termasuk menerima dan mencerna makanan dan
menghasilkan energi, dengan bantuan enzim dan hormon. Sifatnya bagaikan api yang dapat
membakar makanan. Bagian tubuh menjadi hangat karena unsur Pitta ini. Letaknya antara
lambung dan usus, usus halus sampai usus besar, juga terdapat pada kelenjar keringat, darah,
lemak, mata dan kulit. Pitta bersifat panas mirip dengan api. Memiliki kemampuan menyebar ke
seluruh tubuh yang amat cepat. Bila unsur Pitta meningkat maka akan timbul seperti: rasa
terbakar pada beberapa bagian organ tubuh, sakit seperti sesuatu yang terisap atau tersedot, rasa
terbakar seperti asap panas keluar dari dalam tubuh atau tubuh terasa terselimuti uap panas yang
keluar dari dalam tubuh, mengalami peningkatan suhu tubuh, rasa nyeri seperti cairan yang
dituangkan pada luka borok. Apabila unsur Pitta menurun maka akan timbul gejala seperti suhu
tubuh menurun, kekuatan mencerna dan metabolisme menurun serta kurangnya gairah untuk
beraktivitas. Warnanya merah (Rakta), Hijau(Harita) dan Kuning (Pita), serta memiliki rasa
pedas, asam, dan pahit. Kelima unsur patta ini terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Pachaka Pitta, yaitu suatu pitta yang berstana diantara lambung dan usus. Tugas
utamanya adalah mencerna dan mengeluarkan, serta menyalurkan makanan yang telah
dicerna, air seni, dan ekskreta lainnya menuju tempat penampungan. Memiliki sifat asam,
merasakan seperti terbakar di jantung, tenggorokan dan lambung.
2. Ranjaka pit, yaitu suatu pitta yang berstana di hati dan limfa. Warnanya merah, khusus
pada makanan yang telah dicerna, semula tanpa warna.
3. Sadhaka pitt, yaitu pitta yang berstana di jantung. Kekuatan dari patta ini menyebabkan
terjadinya kekuatan keinginan dan kerinduan pada diri seorang. Pitta ini akan mendesak
yang ada dijantung keluar, sehingga timbul ego diri.
4. Alochaka pitt, yaitu berstana di mata, apinya mempertajam penyerapan warna dan
bentuk objek, sehingga pengelihatan mata menjadi tajam. Jika pitta menurun seperti pada
orang tua maka penglihatannya mulai menurun.
5. Bharajaka Pitt, yaitu berstana di kulit, memancarkan panas sehingga badan menjadi
hangat yang berfungsi meminyaki kulit sehingga kulit bercahaya. Juga sangat membantu
asimilasi pengobatan melalui urut atau pijat. Pitta menimbulan semburan atau aura,
pancaran sinar di kulit.
Unsur Pitta ini sangat mempengaruhi penyerapan makanan di usus, asimilasi, nutrisi,
metabolisme, pengaturan suhu tubuh, warna kulit, kilatan cahaya mata, intelektual dan
pengertian secara psikologis dapat menaikkan kemarahan, kebencian dan kecemburuan.
Penyakit lain yang menyebabkan terganggunya keseimbangan Vatta seperti gangguan
emosi (marah, sedih, takut, ngeri dan sebagainya) bekerja terlalu keras sehingga kepayahan,
bersenggama berlebihan, terlalu banyak mengeluarkan sperma dan juga makanan dan minuman
seperti terlalu banyak makan daging kambing, makanan berminyak, minuman beralkohol dan
sebagainya.
Penyeimbangan dengan tehnik pemijatan mengunakan minyak dengan ramuan herbal
yang dibuat secara traditional yang disebut dengan nama babya snebana khususnya untuk
penyeimbangan pitta disebut chandan bala, dengan mengambil bahan dari kitab Charaka
Samhita.
Kapha (Lendir atau air), unsur cair yang berfungsi untuk melekatkan, menguhubungkan
atau menyatukan berbagai organ yang berbeda didalam tubuh dengan cara menyediakan masa
cairan tubuh. Sifatnya seperti air, sebagai cairan biologis. Utamanya sekitar didaerah perut atau
lambung. Di rongga dada, paru-paru, tenggorokan, kepala, jantung, mulut dan cairan tubuh,
lendir serta sendi-sendi.
Kapha ini bersifat lunak, dingin, jernih, warna putih, berat, lembab, dan licin. Juga
memiliki sifat rapat, halus, stabil, dan dapat menyebabkan basah, dan menempati ruang yang
kosong didalam tubuh. Bila unsur Kapha meningkat maka akan memberi keperkasaan dan
stabilitas tubuh, kurang merasakan sakit, membantu meningkatkan daya ingat, memberi energi
pada jantung dan paru-paru serta menjaga kekebalan tubuh. Bila ada penurunan unsur kapha
maka akan merasakan terbakar didalam tubuh, rasa kurang berminyak, rasa kosong di usus dan
kolon, sendi-sendi terasa lepas. Memiliki rasa manis dalam keadaan tercerna, atau tidak terkena
panas enzim pencernaan yang berlebihan akan berubah rasanya menjadi asin. Kapha menyebar
dari lambung ke seluruh tubuh untuk membasahi tubuh sesuai dengan sifatnya. Kekuatan utama
yang paling aktif di kelima tempat namun berpusat dilambung. Adapun istana lainnya yang
dikenal dengan panca Kapha antara lain:
Seperti dahak yang keluar dari tenggorokan juga bagian ekskreta yang dibuang oleh
tubuh, termasuk air kencing dan hasil ekskresi lainnya yang tidak berfungsi secara fisiologi
dalam tubuh akan dibuang. Sedangkan cairan kapha yang lain seperti cairan plasma, cairan
empedu, cairan limfa amat berperan dalam tubuh, yang secara fisiologi bertaggug jawab terhadap
resistensi alami dari jaringan tubuh.
Penyakit lain yang menyebabkan terganggunya keseimbangan tri dosha seperti prilaku
yang salah, seperti tidur berlebihan pada siang hari, kurang bergerak dan sebagainya. Juga
memakan atau minum yang terlalu manis, asam, asin, dingin, berminyak, minuman yang terlalu
pekat, makan terlalu kenyang, dan sebagainya.
Prilaku tri dosha ini dapat menurun secara bersamaan yang disebabkan oleh kelebihan
obat, penekanan yang mendadak terhadap suatu kejadian, aktifitas yang berlebihan, kelelahan
yang sangat berlebihan, dan ketegangan mental akibat stress dari rutinitas dan masalah yang
dimiliki. Akibat lainnya seperti pola makan dan minum, perubahan suatu musim, suhu panas dan
dingin, sinar matahari, dan lainnya. Semua itu bertanggung jawab terhadap perubahan dan
kesehimbangan keharmonisan tri dosha, didalam tubuh manusia. Serta akan mengalami efek
terhadap jaringan tubuh, sehingga tubuh menjadi sakit.
Makanan yang dapat menurunkan tri dosha antara lain daging binatang seperti daging
rusa, kambing. Daging binatang yang dapat menurunkan kapha dan pitta adalah daging kelinci
dan daging burung pematok. Daging yang bisa menurunkan unsur vatta antara lain daging
burung merpati, puteh,daging sapi, daging babi, daging angsa. Daging yang mengambang di air
hanya dapat menurunkan unsur pitta saja. Sedangkan daging untuk menurunkan unsur kapha saja
tidak ada.
Kalau daging yang dapat meningkatkan unsur vatta dan kapha adalah daging tikus, dan
daging binatang yang mengambang di air. Untuk meningkatkan unsur vatta saja dapat dipakai
daging kambing yang sudah tua. Daging yang dapat menaikkan unsur pitha dan kapha ialah
daging biri-biri dan daging sapi. Untuk meningkatkan unsur kapha saja dengan daging ayam.
Daging yang meningkatkan unsur pitha dan kapha namun menurunkan unsur vatta serta
menambah kekebalan tubuh dan meningkatkan atau merangsang nafsu seksual antara lain burung
hantu, babi hutan, angsa, ayam liar, kerbau, rusa, dan pada umumnya binatang liar.
Nasya yaitu terapi ini dilakukan dengan menghirup uap dari ramuan herbal yang telah
dimasukkan ke dalam air mendidih. Terapi ini digunakan terutama untuk menghilangkan
masalah yang berkaitan dengan Kapha, pada telinga, mata, hidung, dan gangguan tenggorokan
seperti migrain, sinusitis, penyakit selesema, dan bronkitis. Hidung adalah pintu gerbang ke otak
dan kesadaran. Prana, atau energi kehidupan, memasuki tubuh melalui napas yang diambil
melalui hidung. Nasya membantu untuk memperbaiki gangguan prana yang memengaruhi fungsi
otak sensorik dan motorik. Nasya diindikasikan untuk kekeringan pada hidung, sinus yang
tersumbat, suara serak, migrain, kejang, serta berbagai masalah mata dan telinga.
Virechana yaitu pembersihan dosha Pitta dan pemurnian darah dari racun. Umumnya,
terapi ini diberikan tiga hari setelah dilakukan terapi Vamana. Jika terapi Vamana tidak
diperlukan, Virechan dapat diberikan langsung. Virechan membersihkan kelenjar keringat, usus
kecil, usus besar, ginjal, lambung, hati, dan limpa. Sejumlah herbal yang sudah dihaluskan
digunakan sebagai obat cuci perut. Bahan-bahan tersebut diantaranya adalah senna, prune,
dedak, kulit biji rami, akar dandelion, biji psyllium, susu sapi, garam, minyak jarak, kismis, dan
jus mangga. Saat mengonsumsi obat pencahar ini, pasien harus mematuhi diet terbatas. Vireka
digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, demam kronis, tumor perut, cacing, encok, sakit
kuning, masalah pencernaan, sembelit, dan iritasi usus besar.
Vasti, yaitu suatu therapi mengeluarkan toksin dengan cara memasukkan cairan herbal ke
dalam dubur-rectum samapi ke colon, vagina atau penis
Suatu pengobatan dengan cara membekam atau mengilangkan darah pada tempat
tertentu di dalam kulit. Caranya ada dengan pembedahan / penorehan sehingga darah keluar dan
juga dengan memakai binatang Lintah (leech). Beberapa penyakit yang dapat menggunakan
tehnik Raktamokshana gumpalan darah, Bisul, Leucoderma, Eksim, trombosis , dan varises
Tapi biasanya hanya salah satu terapi yang dilakukan, tergantung dari kebutuhan
individu, tipe tubuh, atau ketidak seimbangan dosha, dan lain-lain. Begitu banyaknya jenis
terapi atau pengobatan baik berupa herbal berbentuk cair atau kental, basah atau kering, dengan
peminyakan atau berair dan obat herbal keras atau lembut. Cara pembuatannya pun beraneka
ragam dengan bahan campuran utama air atau minyak herbal. Disamping untuk obat luar juga
dipakai untuk obat dalam, obat herbal dicampur dengan tepung lalu diolah untuk makanan. Atau
dicampur sebagai minuman (jamu). Disarankan untuk mandi dengan mempergunakan air hangat,
agar pori-pori kulit tetap mengembang. Kalau mandi dengan air dingin maka unsur agni yang
ada ditubuh pasien akan berusaha mengalami peningkatan untuk menyeimbangkan suhu tubuh,
sehingga pori-pori kulit menutup, ini membuat si pasien merasa tidak nyaman. Dengan mandi
menggunakan air hangat, maka herbal yang dilulurkan akan meresap ke dalam kulit lebih mudah.
Selama dalam pengobatan disarankan si pasien istirahat penuh agar jiwa, pikiran dan
badannya bisa lebih rileks diri, dan peran keluarga dan lingkungan sangat diperlukan untuk
mendukung process penyembuhan. Di anjurkan untuk menyeimbangkan diri dengan melakukan
meditasi, asana dan pranayama (olah napas) untuk mempercepat proces penyembuhan sehingga
unsur tri dosha seimbang dengan cepat. Juga makanan harus diperhatikan, disarankan memakan
makanan yang ringan dapat berupa makanan vegetarian yang direbus, dan juga memakan
makanan jenis bubur yang dicampur dengan rempah-rempah (Kichari) agar badan lebih mudah
mencerna. Juga dengan memakan makanan ringan, tubuh dan pikiran kita akan lebih tenang.
Adapun resep makanan Kichari sebagai berikut:
1 mug atau mangkok dal (yellow)
2 mangkok beras basmati (beras kecil panjang)
1 ,5 cm jahe segar
1 genggam dari daun Cilandrao (Cilandro)
2 sendok teh Ghee (mentega dari susu murni)
½ sendok teh tepung kunyit
½ sendok serbuk ketumbar (coriander)
½ sendok teh serbuk Jinten (Cumin)
½ sendok teh biji mustad
¼ garam mineral
1 pinch hing (asafoetida)
8 gelas air
Caranya membuat:
cuci bersih beras dan dal atau yellow sampai airnya kelihatan bening, kemudian dimasak dengan
8 glass air sampai menjadi lembut. Semua bahan tersebut diatas (selain garam mineral dan daun
cilantro) direbus dengan wadah atau wajan yang lain untuk beberapa saat. Setelah agak mateng
lalu dicampurkan ke adonan beras yang dimasak dengan dal atau yellow tersebut. Diaduk sampai
semua teraduk rata dan matang. Lalu makanan siap dihidangkan dengan membuburi garam
mineral dan daun cilandro.
Dalam pengobatan ayurveda, makanan yang termasuk makanan cukup berat bagi tubuh
antara lain makanan yang manis atau manisan, makanan gorengan, daging, dan produk
peternakan lainnya. Makanan yang disarankan untuk dimakan antara lain: makanan asin,
makanan sejenis cury (cabe, bawang, kesuna atau bawang putih) dan memakan makanan yang
rasanya agak asam seperti: Pikles (paya), cuka dan lemon atau citrun. Makanan yang harus
dihindari seperti: makanan permentasi (yogurt, keju yang keras, tahu (tofu), dan ketchap (soya
sauce). Pada pengobatan ayurveda makanan pantangan adalah makanan dan minuman dingin
(ice cream, ice tea, soda water) termasuk makanan beralkohol dan yang mengandung cafein.
Dalam pengobatan ayurveda diet makanan harus ditaati agar penyembuhannya bisa
berasil dengan segera. Diharapkan pasien bisa hidup bergairah, penuh semangat, merasa tanpa
beban, pikirannya tidak kacau, selalu dalam keadaan bahagia, penuh semangat untuk hidup.
Dalam Tri Dosha pada sistem pengobatan India (Ayurveda) menekankan kegunaan obat sayur-
sayuran dan Lemak sebagai minyak digunakan untuk penggunaan dan untuk kegunaan luar.
Beratus-ratus obat salain produk hewani boleh juga digunakan, seperti susu, tulang, dsb. Mineral,
termasuk sulfur, arsenik, timbal, sulfur tembaga, emas juga digunakan sebagai ramuan. Dengan
menambah mineral sebagai obat dan juga digunakan sebagai perasa dalam makanan.
Bahan obat-obatan Ayurveda berasal dari bahan alam sehingga bebas efek samping. Namun
untuk hasil terbaik, instruksi dosis, dan saran mengenai pola makan harus ditaati dengan
seksama. Perlindungan menyeluruh terhadap hampir seluruh penyakit, menangani penyakit
bahkan sebelum mereka timbul, serta menjaga kesehatan.
Sebagai suatu cara yang digunakan untuk membuka saluran dan membuang toksin yang
ada, sebagai menyebabkan hilangnya keseimbangan Tri Dosha. Cara-cara untuk mengambil
toksin itu dengan mandi uap panas dan peluluran, semuanya bertujuan agar toksin itu hilang.
SISTEM PENGOBATAN USADA BALI
A.A. Ngr Anom Kumbara
Pengantar
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (basic human needs) yang
sangat penting bagi manusia. Hal ini terkait erat dengan kenyataan bahwa manusia yang sehat
jasmani dan rohani memungkinkannya untuk melakukan peran-peran sosial sesuai dengan
statusnya di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan mereka akan kesehatan, setiap masyarakat
di dunia mengembangkan sistem medis yang berisi tentang seperangkat kepercayaan,
pengetahuan, aturan, dan praktik-praktik sebagai satu kesatuan yang digunakan untuk
memobilisasi berbagai sumber daya dalam rangka memelihara kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, baik fisik maupun rohani. Dengan demikian, sistem medis pada
hakekatnya adalah pranata sosial yang memberi pedoman atau petunjuk bagi kelakuan manusia
untuk memenuhi kebutuhan mereka akan kesehatan dalam suatu sistem sosial
(Kalangie,1976:15), atau sistem kesehatan sebagai sistem budaya (Kleinman,1980).
Dalam setiap sistem medis akan dijumpai adanya dua sub sistem terkait, yaitu sistem
teori penyakit atau etiologi penyakit, dan sistem perawatan kesehatan. Sistem teori penyakit atau
etiologi penyakit (etiology of illness) terdiri dari kepercayaan tentang sebab-sebab terjadinya
suatu penyakit dan gejala-gejala simtomatis yang dialami penderita. Sedangkan sistem
perawatan kesehatan (health care system) terdiri dari sistem diagnosis atau penentuan penyebab
penyakit, dan tindakan terapi atau teknik pengobatan yang digunakan. Menurut Kleiman (1980)
sistem perawatan kesehatan dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan karena merupakan suatu
kesatuan hirarkis yang tidak dapat dipisahkan yang menyangkut tentang proses dan mekanisme
pengambilan keputusan keluarga dalam pemilihan sektor-sektor pelayanan kesehatan (health
seekking behaviour) yang tersedia untuk menanggulangi berbagai penyakit yang dihadapi.
Tindakan penyembuhan secara hirarkis berkaitan erat dengan ide tentang sebab sakit dan
bentuk penggolongan penyakit, serta pemilihan tindakan pengobatan yang dianggap tepat untuk
penyakit tersebut. Kesatuan hirarkis ini ditujukan terhadap masalah penanggulangan gangguan
kesehatan secara tepat guna. Dengan demikian, dalam setiap sistem perawatan kesehatan
kepercayaan tentang etiologi penyakit merupakan hal yang sangat penting karena azas
penyembuhan dalam semua sistem kesehatan selau didasarkan pada kepercayaan tentang sebab-
sebab terjadinya penyakit tersebut (Rienks,1988; Wellin;1977; Foster dan Anderson, 1986).
Secara komprehensif dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat memiliki sistem
kesehatan sendiri. Dapat dimaklumi apabila Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok suku
bangsa dengan beraneka ragam budaya etnis memiliki berbagai sistem kesehatan. Masing-
masing kelompok suku bangsa tersebut telah mengembangkan sistem kesehatan mereka yang
mungkin satu sama lain memiliki banyak perbedaan dan persamaan. Akan tetapi pada umumnya
karakteristik sistem kesehatan tradisional mereka dapat dibedakan dengan sistem kesehatan
moderen yang berasal dari Barat.
Suku bangsa Bali sebagai salah satu dari ratusan suku bangsa yang tersebar di Indonesia,
secara terun-temurun juga telah mengembangkan sistem kesehatan atau pengobatan secara
tradisional yang populer disebut dengan pengobatan usada, dan praktisi medisnya disebut
dengan balian.
Hingga kini, walaupun ilmu dan teknologi kedokteran sudah mengalami kemajuan pesat
dan sudah sangat dikenal di Bali sejak lama, namun peran dan eksistensi pengobatan usada
(balian) di Bali sebagai sumber alternatif masih cukup menonjol. Kondisi ini terjadi menurut
berbagai kalangan karena pengobatan usada ini di samping dianggap masih fungsional secara
sosial dan lebih murah biayanya, juga cukup efektifnya untuk menyembuhkan jenis atau
golongan penyakit tertentu.
Menurut Klainman (1980), dalam masyarakat secara umum dikenal adanya tiga sektor
pelayanan kesehatan sebagai satu sistem medis tersendiri, yaitu (1) sektor pelayanan umum atau
rumah tangga (popular sector/home remedies)), (2) sektor kedukunan (folk medical system), dan
(3) sektor profesional atau kosmopolitan (profesional and cosmopolite medical system). Ketiga
sektor pelayanan tersebut oleh masyarakat dijadikan sebagai alternatif pilihan manakala mereka
mengalami gangguan kesehatan, baik secara tersendiri maupun secara tumpang tindih, dan atau
bersamaan. Pemanfaatan sektor-sektor tersebut, baik secara tersendiri maupun digambung
bersama dipengaruhi oleh faktor-fator tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu persepsi
tentang tingkat keparahan penyakit, persepsi tentang etiologi penyakit yang diderita, efektivitas
pengobatan yang pernah digunakan, aksesibilitas, dan keterjangkauan secara ekonomi.
Cara Pembuatan
Menurut konsepsi dan aturan yang ada dalam sistem pengobatan usada Bali, agar obat
yang dibuat manjur untuk mengobati jenis penyakit tertentu dan dengan bahan tertentu, maka
proses pembuatannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan, sebaliknya harus dilakukan
berdasarkan ketentuan atau melalui prosedur tertentu. Atas dasar konsepsi itu, proses pembuatan
obat di Bali dialkukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut.
(1) Dengan cara diulig (digerus).
(2) dipakpak (dikunyah)
(3) dilablab (direbus)
(4) digoreng (digoreng)
(5) dinyahnyah (dioseng)
(6) ditambus (dimasukkan ke bara api atau abu panas), dan
(7) ditunu (dipanggang di atas api secara langsung).
Cara Penggunaan
Dalam pengobatan usada Bali, pemberian obat kepada pasien dilakukan dengan cara-cara
tertentu tergantung pada peruntukan jenis obat yang akan diberikan, apakah untuk obat dalam
atau obat luar. Adapun cara-cara penggunaan “obat dalam” (obat yang masuk langsung ke
dalam tubuh) dilakukan dengan tiga cara yaitu sebagai berikut.
(1) Tetes (diteteskan)
(2) Tutuh (dimasukkan melalui hidung atau mata)
(3) Loloh (diminum).
Sebaliknya penggunaan “obat luar” dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut.
(1) Oles, yaitu obat dioleskan pada bagian-bagian tubuh yang sakit.
(2) Boreh, yaitu obat ramuan dilulurkan pada bagian tubuh orang yang sakit
(3) Simbuh , yaitu ramuan obat yang dikunyah terlebih dahulu lalu disemburkan ke bagian-bagian
tubuh tertentu.
(4) Uap, yaitu ramuan obat yang digerus terlebih dahulu lalu diurapkan pada bagian tubuh yang
sakit atau bagian tubuh tertentu, seperti perut, dada dan bokong.
(5) Usug, yaitu ramuan obat digosokkan pada luka, sekaligus untuk membersihkan.
(6) Ses, yaitu luka atau bagian tubuh yang sakit dikompres dengan air dingin atau panas yang telah
berisi ramuan obat tertentu.
(7) Limpun, yaitu ramuan obat diurutkan pada bagian-bagian tubuh yang sakit.
(8) Kacekel, yaitu ramuan obat digunakan bersamaan dengan proses pemijetan anggota badan yang
sakit.
(9) Tampel, yaitu ramuan obat ditempelkan pada bagaian anggota badan yang sakit.
Profil Dua Kasus Balian: Jero Mangku Loka Praktek di Kawasan Sanur Denpasar dan
Jero mangku Gede Suartha di Pemaron Singaraja.
Mangku Loka adalah merupakan salah seorang seorang balian dari sekian banyak balian
yang ada di desa Sanur. Berperawakan cukup kekar, masih tampak cekatan dalam melayani
pasien yang datang sekalipun sekarang dia diperkirakan sudah berumur lebih dari tujuh puluh
tahuan (70 tahun). Menyatakan bahwa dia tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi
memiliki sedikit ketrampilan menulis dan membaca hurup latin. Sebaliknya, sangat pasih
berbicara, menulis dan membaca huruf Bali. Memperoleh keahlian sebagai penyembuh di
samping belajar dari lontar usada, juga berguru kepada beberapa orang pedanda (pendata) yang
tinggal di Bali, dan sempat juga menimba ilmu pengobatan kepada seorang pendeta yang tinggal
di pulau Lombok. Dengan demikian, atas ketrampilannya itu, Mangku Loka dapat digolongkan
sebagai balian usada. Usada-usada pokok yang sering dipakai acuan dalam pengobatan adalah
Taru Premana, Wraspati Klapa, Usada Rare, dan Usada Sari..
Mangku Loka tinggal di dalam lingkungan keluarga luas yang berlokasi di Jalan Danau
Buyan No 43 Desa Sanur, berjarak sekitar tujuh (7 Km) dari pusat Kota Madya Denpasar.
Rumah Mangku Loka berada di jalur utama Desa Sanur, yang sangat ramai dilalui oleh berbagai
jenis kendaraan sepanjang hari (24 jam). Di samping sangat dekat dengan ibu kota propinsi, Desa
Sanur merupakan salah satu resort pariwisata di Denpasar Bali yang sudah berkembang demikian
pesat sejak lama, sehingga kawasan ini dapat dikatakan sebagai desa yang bercorak modern dan
global, sekaligus juga tradisional. Dikatakan masih tradisional karena kehidupan masyarakatnya,
sekalipun sangat intensif melakukan kontak dengan budaya luar yang bersifat modern, namun
kepercayaan dan praktik-praktik yang bersifat tradisonal seperti gotong royong, keprcayaan
terhadap roh dan kekuatan gaib sebagai sumber penyakit, dan penggunaan pengobatan
tradisional, seperti balian masih cukup menonjol.
Mangku Loka, selain berperan sebagai balian, dia juga adalah sorang pemangku salah
satu pura yang ada di desa Sanur, yaitu Pura Dalem Desa Sanur. Atas peran sosialnya itu,
Mangku Loka menjadi orang yang cukup disegani dan dihormati di lingkungan komunitasnya.
Menjalani profesi sebagai balian, sudah cukup lama, diperkirakan sudah lebih dari 30 tahun.
Sedangkan profil Balian kedua adalah Jero Mangku Gde Suarta (Mangku Sani), di samping
sebagai balian, beliau juga menjadi pemangku (pendeta) di pura desa di Desa Pemaron. Berumur
51 tahun, berpendidikan tamat Sekolah Dasar, dan menjalani profesi sebagai balian relatif lama
yaitu sekitar lima belas tahun. Sebelum menjalani profesi sebagai balian, Jero Mangku Gde
Suarta belajar ilmu kebatinan Sila Dharma sekitar 25 tahun, dan memiliki sedikit pengetahuan
tentang pengobatan secara medis dan lontar usada Taru Premana[1] serta Wraspati Kalpa[1].
Dalam praktek pengobatannya, tampak bahwa penggunaan ilmu kebatinan (kekuatan batin) lebih
menonjol dibandingkan dengan penggunaan pengetahuan yang diperoleh dari usada,
sebagaimana yang diterapkan oleh Balian Mangku Loka di Desa Sanur. Walupun demikian,
kedua balian ini memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang obat-obatan tradisional.
Berbeda dengan kondisi lingkungan rumah dari Mangku Loka, lingkungan rumah Jero
Mangku Gde Suarta yang berlokasi di desa Pemaron Singaraja adalah lingkungan desa yang
relatif jauh dari keramaian kota dan berjarak sekitar 10 KM dari ibu kota kabupaten Buleleng.
Walaupun demikian, jumlah pasien yang berobat pada Jero Mangku Suartha cukup banyak,
mencapai antara lima-sepuluh (5-10) orang perhari, dengan karakteristik pasien yang bervariasi,
secara usia, jenis kelamin maupun latar belakang sosialnya. Berikut ini akan digambarkan
system penatalaksanaan pengonatan terhadap beberapa jenis penyakit yang pernah ditangani dan
jenis obat yang diberikan kepada pasiennya.
Penatalaksanaan Pengobatan.
Dalam menegakkan diagnosis terhadap penyakit yang diderita pasien, Mangku Loka
menggunakan motode dan teknik diagnosis (tetengerin gering) berdasarkan dari pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh dari usada dengan melakukan pemeriksaan secara bertahap pada
elemen-elemen tubuh tertentu, yaitu (1) suhu tubuh, (2) bulu mata , (3) warna kulit, (4) warna
dan bentuk rambut, (5) warna mata, dan kuku (6) dan memeriksa keadaan tenggorokan. Di
samping itu menanyakan kepada pasien lama gejala sakit, lokasi sakit, dan menanyakan juga
warna kotoran dan air seni sipasien. Agak berbeda dengan teknik yang dilakukan oleh Mangku
Loka, Jero Mangku Gde Suartha dalam menegakkan diagnosis lebih sering menggunakan tekni-
teknik yang terdapat pada usada Wraspati Kalpa, yaitu dengan mengamati keadaan atau ciri-ciri
pasien yang datang antara lain: apa ada bunga dalam dirinya, memperhatikan tempat, cara/posisi,
dan arah duduk sipasien, dan kemudian melihat kuku si pasien. Berdasarkakn pengamatan itulah
balian ini menegaKkan diagnosis dan pengobatan. Walaupun tampak ada sedikit perbedaan di
antara keduanya, naum kedua balian ini selalu menggunakan prosedur menegakkan diagnosis
(tetengering gering) sesuai dengan kode etik profesi menjadi seorang balian (ambek dadi balian)
Agar pengobatan berhasil dengan baik, selain menggunakan teknik dan pendekatan
medis, kedua balian ini juga menggunakan pendekatan supranatural (metafisik), dengan
permohonan kepada Tuhan melalui penyelenggaraan jenis ritual dan mantra-mantra tertentu. Di
samping itu, untuk jenis penyakit tertentu, seperti penyakit kulit tilas naga misalnya, pasien
diajurkan untuk berpantang makan telor, ikan asin atau ikan laut dan daging babi.
Obat-obat yang diberikan kepada pasien, secara umum adalah obat tradisional yang
dibuat dari bahan-bahan (tumbu-tumbuhan, binatang, mineral) tertentu berdasarkan pada teknik
pengobatan usada yang tertera dalam Lontar Taru Premana. Umumnya obat tersebut tidak
tunggal, ada campurannya sesuai dengan jenis penyakit yang diderita pasien. Bagi pasien yang
pertama kali datang, obat yang diberikan dibuat oleh balian yang bersangkutan untuk dipakai
dalam kurun waktu kurang lebih tiga (3 hari). Setelah itu, jika belum sembuh, tetapi sudah
menunjukkan perbaikan, diajurkan pasien membuat sendiri di rumah mereka. Sebaliknya jika
dengan obat tersebut panyakit pasien tidak sembuh atau tidak menunjukkan perubahan,
disarankan untuk membeli obat di apotik atau berobat ke dokter.
Penyakit Kulit
(1) Tilas Naga
Bahan Obat :
Obat Luar :
Kules lelipi (kulit ular), Daun Nasi-Nasi, Injin (ketan hitam), Kunyit (kunir), Hati ayam Bihing
(merah) dibakar.
Cara Pembuatan :
Semua bahan obat tersebut di gerus (ulig) ditambah air panas, setelah itu disaring. Air
saringannya ditambahkan bedak selanjutnya dipakai bedak pada kulit yang sakit.
Obat Dalam :
Lunak (asem), gula Bali (merah), Kunyit (kunir), Madu Asli.
Cara Pembuatan :
Kunyit (kunir) dikikih (diparut), lunak, gula bali, dan madu di gerus dan ditambahkan air hangat
satu gelas kemudian disaring. Air saringannya diminum 3 X sehari (pagi, sore, dan malam).
(2) Tilas Bunga.
Bahan Obat :
Obat Luar :
Jahe, Kunyit (kunir), Kencur, kerikan pohon cempaka, jajan begina matah (kue tradisional Bali
yang masih mentah yang dikeringkan) dibakar , dan cuka.
Cara Pembuatan :
Jahe, Kunir, Kencur, kerikan pohon cempaka, Jajan begina mentah digerus (ulig) ditambah cuka
kemudian disaring. Air saringan dipakai obat oles pada kulit yang sakit.
Obat Dalam :
Padang Sendok, Lamongan, Temu-temu, Madu, Jeruk Nipis.
Cara Pembuatan :
Padang Sendok, Lamongan digerus ditambahkan air angat satu gelas kemudian airnya diperas.
Air perasan ditambahkan air jeruk nipis dan madu, diminum 3 kali dalam sehari (pagi, siang dan
sore).
(3) Penyakit Lepra :
Bahan Obat :
Oong (jamur kotoran sapi), jamur batang bambu (oong tiing), oong telagi (pohon asem), oong
dedalu, oong bulan, buah buni hitam , umbi game, asem tanek hitam, cuka belanda, minuman
Wiski.
Cara Pembuatan :
Oong taen sapi, oong tiing, oong telagi, oong dedalu, oong bulan, buah buni hitam, umbi game,
dan asem tanek hitam, semua bahan tersebut digerus sampai halus kemudian disaring dan
ditambahkan cuka belanda, dan wiski, lalu dioleskan pada kulit yang sakit.
Catatan: di samping dengan ramuan obat, pengobatan juga dilakukan dengan cara pembersihan
secara magis melalui ritual meluka/ruatan di tempat tertentu, yaitu di Pemuhun (tempat
pembakaran jenazah di kuburan umat Hindu, dan disertai dengan mengaturkan sesajen berupa
banten caru.
(4) Kusta dan Bulenan (kurap).
Bahan Obat :
Obat Dalam :
Buah jebug + Kakap Sedah + Buah Base + Gambir
Cara Pembuatan :
Buah jebug + Kakap Sedah + Buah Base + Gambir digerus sampai alus kemudian ditambahkan
air panas secukupnya disaring; airnya diminum satu sendok makan setiap hari 3 kali (pagi, siang,
dan sore).
Obat Luar :
Kakap sedah (daun sirih tua)+ Jahe + Isen Kapur + Kesune Jangu + Akah Paku Dukut + Inan
Kunyit.
Cara Pembuatan :
Kakap sedah (daun sirih dua)+ Jahe + Isen Kapur + Kesune Jangu + Akah Paku Dukut + Inan
Kunyit semuanya digerus dipakai boreh.
(5) Alergi Kulit
Bahan Obat :
Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep
Cara Pembuatan :
Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep digerus kemudian ditambahkan air panas disaring
diminum sebagai loloh.
Penyakit Perut
(1) Buh (perut membesar)
Bahan Obat :
Biji Tabu (waluh), Pepaya matang, Kentang, Wortel, ½ sendok cuka, ½ sendok brem, ½ sendok
kecap manis.
Cara Pembuatan :
Biji Tabu (waluh) dinyanyah kemudian digerus, Pepaya matang, Kentang, Wortel dikihkih
kemudian dikukus airnya diambil ditambahkan ½ sendok cuka. ½ sendok brem, ½ kecap manis,
lalu diminum untuk obat.
(2) Mah (gangguan lambung)
Bahan Obat :
Obat Dalam :
Ketela Bun (rambat), Garam sedikit, Air Titisan (air tanakan nasi)
Cara Pembuatan :
Ketela Bun (rambat) diparut, ditambahkan Garam sedikit, Air Titisan kemudian dimakan sehari
empat kali.
Obat Luar
Bahan Obat :
Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu (arang), minyak kelapa bali.
Cara Pembuatan :
Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu (arang) digerus sampai halus kemudian ditambahkan minyak
kelapa bali ditempelkan pada ulu hati.
(3) Perut Panas dan atau Dingin Karena Infeksi.
Bahan Obat : Bidara Upas
Cara Pembuatan :
Bidara Upas direndam dengan air panas, setelah dingin diminum dengan dosis tiga gelas dalam
satu hari.
(4) Berak Darah
Bahan Obat:
Buah Sarikaya masak + es batu sampai dingin, kemudian dimakan.
Babakan Jati + Bawang Adas + asaban Cendana digerus sampai alus kemudian disaring
dijadikan loloh (jamu).
(5) Perut Sakit :
Bahan Obat :
Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle Tiga Iria + Uyah Areng.
Cara Pembuatan :
Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle Tiga Iria + Uyah Areng dipapak disimbuhkan
dibagian perut yang sakit.
Sakit Kepala
(1) Puruh atau Belahan
Obat Luar :
kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuh nunggal, buah base (sirih), daun dagdag.
Cara Pembuatan :
Kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuh nunggal, buah base (sirih) digerus sampai halus
kemudian ditempelkan pada kepala ditutup dengan daun dagdag.
Catatan dalam pengobatan tidak boleh kena asap, merokok, kena air. Dan untuk obat urutnya
dipergunakan bawang merah, kayu putih, limo (jeruk purut) diurut pada tulang belakang (tulang
gihing).
(2) Rambut Rontok
Bahan Obatnya :
Obat Luar :
Kelabet, daun langir, daun mangkok, lidah buaya, putih semangka muda (pusuh).
Cara Pembuatan :
Kelabet, daun langir, daun mangkok, lidah buaya, putih semangka pusuh di lablab (direbus)
kemudian disaring, airnya dimasukkan ke dalam botol ditutup kemudian didinginkan dalam air,
baru disiramkan atau dibasuhkan di kepala sampai kena kulit kepala.
Obat Dalam :
Daun jempiring dan gula bali (gula merah).
Cara Pembuatan :
Daun jempiring, gula bali digerus kemudian disaring diminum.
Penyakit Mata
(3) Mata Merah
Bahan Obat :
Air batang Simbukan, umbi bunga Teratai (tunjung), air kakap (daun sirih tua).
Cara Pembuatan :
Umbi Teratai (Tunjung) ditambus dibakar pada bara api ditambah air batang simbukan dan air
kakap, kemudian disaring; airnya dijadikan obat tetes.
Air rebusan daun Kelor dipakai mencuci mata setiap bangun pagi.
(4) Mata Tumbuhan (Katarak)
Bahan Obatnya:
Darah bulu ekor ayam, darah ekor belut (lindung) dipakai obat tetes mata.
Obat Bengkak
Bahan Obatnya :
Jebug Arum 3 Biji +induk kunir (inan kunyit) + Temutis
Cara Pembuatan :
Jabug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis di kunyah sampai alus kemudian disemburkan pada
tempat yang bengkak.
Darah Kotor
Bahan Obat :
Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) + Pancar Sona Sekembulan, (satu tangkai utuh).
Cara Pembuatan :
Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) + Pancar Sona Sekembulan di Gerus Sampai Alus
ditambahkan air panas secukupnya, kemudian disaring. Diminum sebagai loloh.
Obat Jerawat
Bahan Obatnya :
Kakap Tabia Bun (daun cabe jawa tua + Kesuna Jangu + Akah Paku Jukut (akar pohon paku
sayur)+ Inan Kunyit (induk kunir).
Cara Pembuatan :
Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah Paku Jukut + Inan Kunyit di gerus sampai alus
dijadikan boreh (bedak) pada jerawat.
Saran-Saran
Dengan berbagai keterbatasan yang ada terutama masalah waktu dan biaya maka masih
banyak jenis tanaman obat, baik yang termuat dalam lontar Taru Premana, dan naskah-naskah
kuno lainnya yang ada di Bali maupun ramuan obat yang biasa dibuat oleh balian yang mungkin
sangat manjur untuk jenis penyakit tertentu belum terindentifikasi secara baik dan lengkap. Atas
dasar keterbatasan ini, maka upaya penelitian yang lebih intensif dan mendalam untuk lebih
memahami isi dan kasiat jenis tanaman yang dimasud pada masa-masa berikut perlu diadakan.
I. PENDAHULUAN
Usada berasal dari kata “aushadi” (Bahasa Sansekerta) yang berarti tumbuhan yang
berkhasiat obat. Usada Bali merupakan suatu pengetahuan pengobatan yang disusun berdasarkan
suatu acuan tertentu digabungkan dengan pengalaman praktik pengobatan di Bali selama ratusan
tahun. Dalam usada tidak hanya berisi penyakit dengan ramuan tumbuhan saja, tetapi
mencangkup pengetahuan tentang medico-psikomatik, farmakologi, farmasi, cara mendiagnosis
penyakit, tanda – tanda kehamilan, merawat bayi, hari baik untuk melaksanakan pengobatan,
sampai tanda-tanda seseorang yang akan meninggal (Sutara, 2007).
Usada umumnya terdapat dalam naskah kuno lontar yang ditulis dengan Bahasa kuno
(Sansekerta) tersebar di masyarakat atau etnis Bali, terutama dari Balian, pemuka adat, para
pelaksana upakara adat dan ada yang telah tersimpan di Gedung Kertya (Singaraja),
Perpustakaan Pusat Denpasar, dan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Isi dari satu usada
dengan usada lain terdapat persamaan pengobatan tetapi penggunaan bahan dapat berbeda, selalu
ada kekhasan masing – masing sesuai nama usada. Pokok pengetahuan yang menjadi dasar usada
adalah mencangkup pandangan masyarakat Bali tentang sifat manusia (Bhuana alit,
mikroskosmos) dan hubungannya dengan alam nyata (sekala), alam gaib (niskala), dan
lingkungan tempat manusia hidup (Bhuana agung, makrokosmos) (Sutara, 2007).
II. FILOSOFI
Manusia disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh (panca maha
bhuta) yang berhubungan dengan aksara panca brahma (Sang, Bang, Tang, Ang, Ing) serta
cairan tubuhnya berada dalam keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengan baik. Sistem tubuh
dikendalikan oleh suatu cairan humoral. Cairan humoral ini terdiri dari tiga unsur yang disebut
dengan tri dosha (vatta = unsur udara, pitta = unsur api, dan kapha = unsur air). Tiga unsur
cairan tri dosha (unsur udara, unsur api, dan unsur air) dalam pratek pengobatan oleh balian dan
menurut agama Hindu di Bali (Siwasidhanta), Ida Sang Hyang Widhi atau Bhatara Siwa (Tuhan)
yang menciptakan semua yang ada di jagad raya ini. Beliau pula yang mengadakan penyakit dan
obat. Penyakit itu tunggal dengan obatnya, apabila salah cara mengobati, maka akan menjadi
penyakit dan apabila benar cara mengobati akan menjadi sembuh (sehat). Secara umum penyakit
ada tiga jenis, yakni penyakit panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian
pula tentang obatnya. Ada obat yang berkhasiat anget (hangat), tis (sejuk), dan dumelada
(sedang). Dewa yang melaksanakan semua aktivitas ini adalah Brahma, Wisnu, dan Siwa yang
disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti. Wujud Beliau adalah
api, air, dan udara. Penyakit panes dan obat yang berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara
Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkasihat tis.
Bhatara Iswara mengadakan penyaki sebaa dan obat yang berkasihat dumelada. Penyakit seperti
kita ketahui, tidaklah hanya merupakan gejala biologi saja, tetapi memiliki dimensi yang lain
yakni sosial budaya. Menyembuhkan suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani masalah
biologinya saja, tetapi harus digarap masalah sosial budayanya. Masyarakat pada umumnya
mencari pertolongan pengobatan bukanlah karena penyakit yang patogen, tetapi kebanyakan
akibat adanya kelainan fungsi dari tubuhnya. Masyarakat di Bali masih percaya bahwa
pengobatan dengan usada banyak manfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit (Prastika,
2008).
4.5 Kencur
Kencur digunakan untuk sakit encak (luka kena tindih benda berat hingga memar). Bahan obat
yang digunakan adalah beras putih dengan kencur, keduanya dikunyah di mulut dan langsung
disembur pada bagian yang sakit encak (Pulasari, 2009).
4.6 Kunir
Kunir digunakan untuk pengobatan gatal karena jelatang dan untuk meningkatkan nafsu pada
wanita. Untuk sakit gatal-gatal karena terkena jelatang, bahan yang digunakan adalah kunir
warangan dan kapur bubuk. Kunir warangan digiling dicampur kapur bubuk, kemudian
diurutkan pada bagian badan yang gatal karena kena jelatang. Untuk seorang istri, yang tidak
bernafsu atau bergairah dalam bersenggema dan tidak lagi kotor kain (menstruasi), bahan obat
yang digunakan adalah temu tis, cengkeh, dan santan tane. Bahan-bahan ini diolah sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan sebagai obat tetes mata, hidung dan telinga. Setelah diteteskan,
sisanya diberikan sebagai obat untuk diminum (Pulasari, 2009).
4.7 Lengkuas
Lengkuas digunakan untuk pengobatan linu, epilepsi, gila, gudig yang disertai kurap, dan gatal.
Untuk penyakit linu-linu, bahan obat yang digunakan antara lain lengkuas, daun sembung, daun
pule, temutis, temu kunci, kunir, bangle, dan jahe pahit masing-masing sepanjang satu buli, serta
gegambiran anom. Bila ingin dalam keadaan hangat, diisi lagi dengan sinderong dan diambil air
endapannya. Mula-mula tumbuk semua bahan, isi sedikit air, diperas dan disaring, kemudian
langsung diminum. Untuk sakit ayan dan sering mengalami pingsan (epilepsi), bahan obat yang
digunakan adalah lengkuas, paci-paci beserta bunganya, kemiri, dan jebugarum (pala, jangu, dan
musi). Semua bahan dibuat menjadi obat jamu minum dan ampas jamu dipakai sebagai bedak
parem (boreh). Untuk sakit gila dengan gejala selalu ngomel, bersengut-sengut, dan merengut,
bahan obat yang digunakan adalah lengkuas, lenga wangi, selasih harum, dan musi. Semua
bahan dibuat menjadi obat tetes hidung dan telinga. Ampasnya dibuat menjadi bedak parem
(boreh). Untuk seseorang yang telah lama menderita gila, kadang-kadang sudah sembuh dan
kadang-kadang kambuh lagi, bahan obat yang digunakan antara lain 2 iris lengkuas, daun uku-
uku yang warnanya agak hitam, dan musi. Semua bahan ditumbuk atau digiling, direndam
dengan air cuka, lalu dimasak dalam periuk (digodok). Setelah matang, dibiarkan sampai
keesokan harinya dan diambil air yang bening. Air tersebut dipakai sebagai obat minum dan obat
tetes pada mata, hidung, dan telinga. Untuk badan sakit gudig disertai kurap, bahan obat yang
digunakan antara lain lengkuas, bubuk buah asam (cempaluk), bangle, jeruk nipis, dan minyak
kelapa tandusan. Bahan dicampur dan dilumaskan atau diparemkan di seluruh badan. Untuk
badan gatal dan binil-binti seperti digigit nyamuk, bahan obat yang digunakan adalah lengkuas,
daun pepe, daun pisang saba, kemiri, bawang, dan adas. Semua bahan dibuat dalam bentuk
paremnya (Pulasari, 2009).
4.8 Liligundi
Liligundi digunakan untuk salit gila dan bengkak. Untuk saki gila dengan geala selalu senyum-
senyum, bahan obat yang digunakan adalah akar liligundi, akar intaran, biji bah kelor, dan
teriketuka. Bahan-bahan dibuat menjadi obat tetes hidung. Untuk sakit gila dengan gejala tampak
menari-nari, bahan obat yang digunakan adalah liligundi sekawit, sesawi, dausa keeling, dan
gula. Semua bahan dibuat menjadi obat tetes mata dan hidung. Untuk bengkak-bengkak di
badan, bahan obat yang digunakan adalah liligundi, kantewali, musi, ebug harum, dan air cuka.
Bahan-bahan ini dicamur dan dimasak sekaligus. Setelah matang, airnya dipakai sebagai obat
minum (Pulasari, 2009).
4.9 Pule
Pue digunakan untuk pengobatan penyakit tuju. Untuk sakit tuju dengan gejala ruam di bagian
badan mana saja (seluruh badan), bahan obat yang digunakan adalah kulit pule, akar awar-awar,
beras merah, teriketuka, dan air abu dapur (yang telah diendapkan). Bahan-bahan tersebut
ditumbuk halus, lalu dituangi air abu dapur, kemudian diborehkan.
4.10 Sembung
Sembung digunakan untuk kepanasan karena terbakar dan perut yang terasa kaku. Untuk seorang
yang menderita badan kepanasan karena kena bakar, bahan obat yang digunakan adalah getah
kayu sembung tulang. Diambil setangkai cabang sembung tulang, dipatahkan ranting-
rantingnya, kemudian diteteskan getahnya pada bagian yang panas karena terkena bakar. Untuk
perut yang terasa kaku serta dugalan (ada endapan kotoran akibat berbagai penyakit), bahan obat
yang digunakan adalah sembung, pule, kayu melelo, dan umah sepuh (sejenis semut). Semua
bahan dicampur, digiling, diperas, lalu disaring. Air sari dicampur dengan madu dan diberikan
sebagai obat minum (Pulasari, 2009).
Dari beberapa contoh yang telah dijelaskan, terlihat bahwa obat-obat dalam Usada Dalem
paling banyak diberikan dalam bentuk boreh, tetes (baik mata, hidung, maupun telinga), dan
loloh. Selain tanaman-tanaman yang telah disebutkan, masih terdapat banyak tanaman yang
digunakan untuk pengobatan dalam Usada Dalem. Beberapa tanaman yang digunakan dalam
pengobatan beserta khasiatnya menurut Usada Dalem dapat dilihat pada tabel berikut.
Nama
No. Nama ilmiah Khasiat menurut usada dalem
tumbuhan
Upas Hyang, mencret, panas biasa,
demam, panas dan gelisah, sakit
pjen, sakit perut disertai panas,
daging dan otot kaku, gila dan
1 Adas Foeniculum vulgare
menyebut nama dewa, gila dengan
tanda tertentu di tubuhnya, gila
dengan tanda senang menangis setiap
hari, gila menahun, mata rabun
karena tuju rambat, pusing, tuju gumi,
panas dalam, panas pusing, jampi
wangke, hati nek, tidak bisa berak
dan kencing.
Obat bengkak, obat keringat tidak
Allium cepa var.
2 Bawang merah bias keluar, gila suka menyanyi, obat
aggregatum L.
gila, obat pusing, tiwang tojos.
Upas rambat, bengkak, mokan beseh
mangrekurek, mokan kakipi, obat
3 Bawang putih Allium sativum L. tidak mengeluarkan keringat, upas
kebo ingel, Cetik tiwang saliwah
putih, upas rambat, obat bengkak.
Penyakit linu-linu, loyo, segala
penyakit tuju, obat gila suka
Zingiber purpureum
4 Bangle menyanyi, kulit tidak berkeringat,
Roxb
obat bengkak, hati terasa bengkak,
tidak sadarkan diri, tiwang angin.
Cempaka Spesies: Michelia
5 Untuk sakit ngilu di seluruh tubuh.
kuning champaca L.
Terkena racun, badan kurus dan
Erythrina lithosperma mengeluarkan darah, obat pjen, obat
6 Dadap
Miq bengkak, sembelit, kerambit disertai
tuju, mencret-mencret.
(Azadirachta indica Untuk sakit gila dengan gejala selalu
7 Daun intaran
Adr. Juss) mau melepaskan pakaian.
Jampi amengka (membengkak),
8 Buah delima Punica granatum L. mencret mengeluarkan darah dan
nanah.
9 Jangu Acorus calamus L Cetik tiwang saliwah putih.
10 Jeruk Nipis Citrus aurantifolia Penyakit tuju, gila, gudig, tiwang
(Christm.) Swing belabur dan untuk badan kotor,
sembab atau bengkak dan otot terasa
kaku disertai rintihan, obat panas
demam, obat bingung dan susah tidur,
obat susah kencing dan sembelit,
perut bengkak.
Penyakit tuju dan terasa meluang,
11 Jeruk Purut Citrus hystrix Dc
penyakit gila dan penyakit ayan.
Pergelangan tangan gemetar akibat
12 Kelembak Rheum officinale Baill terkena cetik, obat terkena reratus
(campuran racun).
Penyakit kusta, gila yang suka
tersenyum-senyum, gila yang suka
13 Kelor Moringa oleifera Lam
tertawa, tiwang belabur, merintih-
rintih (kriyak-kriyok) perutnya.
Obat tuju raja bengang, obat bengkak
di dalam perut dan bernanah, obat
Kembang Hibiscus rosa-sinensis
14 pjen, tuju gumi, racun warangan,
sepatu L.
merapatkan vagina, obat kuat saat
bersengggama.
Obat bengkak, bengkak dalam perut
Aleurites moluccana dan keluar nanah, obat demam,
15 Kemiri
(L.) Willd penyakit perut, panas dalam, sakit
perut, jampi amengka, obat sembelit.
Cananga odorata ngilu di seluruh bagian tubuh,tiwang
16 Kenanga
(Lamk.) Hook. jawat, gatal seluruh tubuh.
Mencret-mencret, muntah mencret
dan gelisah, keluar nanah dan darah
17 Kencur Kaempferia galanga L
di berbagai tempat pada badan, sakin
pjen, obat lupa, seluruh tubuh terasa
panas, perut kembung disertai panas.
Obat bengkak, bengkak dalam perut
dan bernanah, tiwang ketket, jampi
18 Ketumbar Coriandrum sativum L. agung, obat tubuh terasa panas, upas
bengang, muntah mencret dan
gelisah, penyakit linu-linu.
Untuk sakit gatal-gatal dan istri yang
19 Kunir Curcuma longa L.
kurang bergairah.
Penyakit linu, penyakit ayan dan
Alpinia galanga (L.) sering pingsan karena epilepsi, untuk
20 Lengkuas
Sw.v badan sakit gudig disertai kurap dan
untuk badan gatal.
Sakit gila dengan gejala senyum-
21 Liligundi Vitex trifolia L senyum dan menari-nari, serta
bengkak-bengkak di badan.
22 Mengkudu Morinda citrifolia L. Luka digigit anjing, perut bengkak.
Gila yang tidak betah diam, obat
Pala Myristica fragrans kemaluan, tiwang, pinggang terasa
23
(jebug arum) Houtt kaku, panas dingin, jampi amengka,
sakit perut.
Panas karena luka bakar, dan perut
24 Sembung Blumea balsamifera L.
kaku.