Anda di halaman 1dari 34

BAB III

MANAJEMEN PROYEK

3.1. Struktur Organisasi Proyek


Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin,
memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki
spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah struktur
organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki
agar dapat melakukan aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai.
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau
lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama
dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Tujuan penyusunan organisasi proyek adalah untuk mengetahui posisi
setiap unsur yang terlibat dalam proyek tersebut mencakup tugas, kewajiban dan
deskripsi hubungan kerja. Organisasi proyek dikatakan berhasil jika mampu
mengendalikan tiga hal utama yaitu mutu, waktu dan biaya. Setiap pihak bekerja
sesuai profesinya dan saling bekerjasama satu sama lain, sehingga pekerjaan dapat
terlaksana sesuai pada rencana dan lebih efektif.
Untuk melaksanakan suatu proyek, baik itu proyek besar maupun proyek
kecil diperlukan suatu organisasi untuk mengelola dan mengontrol jalannya
pelaksanaan proyek. Organisasi proyek tersebut harus mempunyai badan hukum,
sarana, serta personil yang dapat bekerja sama secara kolektif dan kualitatif agar
mendapatkan hasil yang baik.
Pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD
Bangkinang pemilik proyek adalah RSUD yang memberi perintah kepada PU
Cipta Karya yang diwakilkan oleh Badan Perencanaan dan Pengembangan RSUD.
Badan tersebut dapat memberi perintah kepada kontraktor dan pengawas,
kontraktor dan pengawas hanya dapat berkordinasi dengan pemilik proyek.
Hubungan kerja antara organisasi proyek pada proyek pembangunan Gedung
Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang dapat dilihat pada Gambar
3.1.

Pemilik Proyek
RSUD

Pelaksana Proyek Badan Perencanaan


PU Cipta Karya diwakili dan Pengembangan
RSUD

Kontraktor
Pengawas
PT. Gemilang Utama
PU Cipta Karya
Alen

Keterangan :
Jalur perintah
Jalur Koordinasi

Gambar 3.1 Hubungan Organisasi Proyek

3.1.1. Owner/Pemilik
Owner atau pemilik proyek adalah seseorang atau instansi yang memiliki
proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu
melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Owner atau pemilik
proyek Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang dipegang
oleh RSUD.
Hak pemilik proyek adalah sebagai berikut:
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan/kontraktor).
b. Meminta laporan secara periodic mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa, dan
c. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan atau menunjukan suatu badan atau orang untuk bertindak
atas nama pemilik.

Kewajiban dari pemilik proyek adalah:


a. Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
b. Menyediakan lahan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah konstruksi.
d. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi), dan
e. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Sedangkan wewenang dari pemilik proyek adalah:
a. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK).
b. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan,
c. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor, dan dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahu secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal-hal di luar
kontrak yang ditetapkan.
Adapun penjelasan lebih rinci tentang tingkatan pada struktur organisasi
pemberi kerja/pemilik, dapat dilihat pada poin-poin berikut :
1) Badan Perencana dan Pengembangan (BPP)
BPP adalah lembaga yang bergerak di bidang perencanaan dan
pengembangan guna menyelenggarakan dan mengkoordinasikan perencanaan dan
pengembangan baik secara fisik dan non fisik di suatu institusi. BPP RSUD
dikepalai oleh Rakhmad, S.KM.
2) Pengawas
Pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pemilik proyek untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari
awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut. Pengawas mempunyai hak dan
kewajiban seperti menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan, mengawasi secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan,
mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar.
Pengawas pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III)
RSUD Bangkinang adalah Firdaus.
3) Pengawas Teknis Lapangan
Pengawas teknis lapangan adalah seseorang yang bertugas untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan yang ada di lapangan yang mengakibatkan
pembongkaran dan pengulangan pekerjaan karena kesalahan gambar ataupun
mutu pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan, menyusun dan mengevaluasi
daftar kekurangan-kekurangan dan cacat-cacat pekerjaan selama masa
pemeliharaan. Pengawas teknis lapangan pada proyek Pembangunan Gedung
Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang adalah Budi Putra Chandra,
S.T.
Pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD
Bangkinang struktur organisasinya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Pemilik Proyek
RSUD

Pelaksana Proyek
PT. Gemilang Utama Alen

Bpp
Rakhmad, S.KM

Pengawas
Firdaus

Pengawas Teknis Lapangan


Budi Putra Usman, S.T
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pemberi Kerja / Pemilik
3.1.2. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah orang atau badan yang menerima dan
menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah tersedia.
Pelaksana fisik harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan syarat dan
gambar yang telah tersedia.
Kontraktor pelaksana mempunyai hak untuk mendapatkan kepastian
pekerjaan dalam artian tidak ada pembatalan kontrak secara sepihak, mendapat
kepastian pembayaran setelah pelaksanaan pekerjaan poyek selesai tepat
waktunya, mendapat jaminan asuransi kepada tenaga kerja yang akan
melaksanakan pekerjaan proyek.
Kontraktor pelaksana juga mempunyai kewajiban dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek. Pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III
(Tahap III) RSUD Bangkinang, kontraktor harusnya melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan gambar rencana, namun yang terlihat di lapangan salah satu
pekerjaan tinjauan khusus dari kerja praktek ini yaitu pekerjaan plat lantai tidak
sesuai pelaksanaannya dengan gambar rencana.
a. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
b. Menyediakan alat keselamatan pekerjaan seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
c. Membuat laporan hasil bagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai
dengan ketetapan yang berlaku.
Adapun penjelasan lebih rinci tingkatan pada struktur organisasi
kontraktor pelaksana, dapat dilihat pada poin-poin berikut :
1) Direktur Utama
Direktur adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin Perseroan
Terbatas (PT). Posisi direktur bisa ditempati oleh seseoang yang memiliki PT
tersebut atau orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik usaha untuk
menjalankan dan memimpin PT tersebut.
Tugas dan wewenang direktur utama adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pemimpin tertinggi yang bertanggung jawab atas kelancaran dan
pelaksanaan kegiatan perusahaan, mengkoordinir serta membimbing kegiatan
perusahaan sehari-hari.
b. Mempertanggung jawabkan semua kewajiban yang menyangkut rugi laba
perusahaan, produksi, keuangan dan pemasaran.
Direktur utama pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III
(Tahap III) RSUD Bangkinang adalah Kiagus Toni Azwarani, S.T

2) Project Manager
Project Manager adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin sebuah
proyek. Project Manager memegang tanggung jawab untuk kesuksesan sebuah
proyek yang sedang dikerjakan perusahaan. Project manager memiliki tugas
untuk mengkoordinir bagian-bagian di bawahnya dan menjamin pelaksanaan
pekerjaan sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh pihak pengguna jasa serta
mengkoreksi bila ada review design. Apabila pelanggan mempunyai keluhan
terhadap produk yang tidak sesuai dengan yang direncanakan maka project
manager yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan keluhan tersebut.
Project manager juga membantu bidang administrasi kontrak untuk
memeriksa dan menyetujui tagihan upah mandor, sub kontraktor, dan sewa alat
yang berhubungan dengan prestasi fisik lapangan serta mengajukan request ke
direksi proyek sebelum pekerjaan dimulai termasuk koordinasi dengan konsultan
supervisi. Seorang project manager juga dituntut untuk bisa mendengarkan dan
bisa membaur ke dalam timnya, sehingga mudah berkomunikasi untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di proyek. Project manager pada
proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD
Bangkinang adalah Emrizal, S.T

3) Site Manager
Site manager adalah seseorang yang bertugas dalam perencanaan teknis dan
material dengan menyediakan seluruh shop drawing, membuat perhitungan
konstruksi yang diperlukan, menentukan spesifikasi data teknis bahan dan volume
pekerjaan. Secara umum tugas pokok dari site manager adalah menjamin
terlaksananya pekerjaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis dan waktu
kerja yang telah ditetapkan.
Tugas lain dari site manager yaitu memberikan petunjuk dan perintah
langsung kepada tim, dalam melaksanakan pekerjaan teknis setelah kontrak kerja
ditanda tangani. Bersama dengan project manager menyusun bahan / materi
rencana mutu proyek sesuai bagiannya. Bila tidak memiliki project manager,
maka site manager bertanggung jawab membuat skema, rencana kerja, tahapan
pekerjaan dan rencana penggunaan material dan peralatan. Bertanggung jawab
atas pengujian dan penyelidikan material/bahan di lapangan.
Site manager memberikan jaminan atas pelaksanaan detail teknis untuk
pekerjaan mayor tidak akan terlambat selama masa mobilisasi untuk masing-
masing item pekerjaan. Tingkatan jumlah komposisi bobot rencana pekerjaan dari
jenis-jenis pekerjaan yang secara khusus disebutkan dalam dokumen kontrak,
serta membantu tim di lapangan dalam mengendalikan seluruh kegiatan-kegiatan
kontraktor, termasuk pengendalian pemenuhan waktu pelaksanaan pekerjaan, juga
dilakukan oleh seorang site manager. Site manager pada proyek pembangunan
Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang adalah Abd.Djalil,
S.T

4) Petugas K3/Ahli K3
Petugas K3 adalah seseorang di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau
Organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Ahli K3 yang mempunyai kompetensi
khusus di bidang K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi sesuai
pedoman ini di tempat penugasannya yang dibuktikan dengan sertifikat dari yang
berwenang dan sudah berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pelaksanaan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dibuktikan dengan
referensi pengalaman kerja. Petugas K3 harus mempunyai daftar alamat pihak-
pihak yang harus dihubungi bila terjadi keadaan darurat, seperti:
(a) Rumah sakit, puskesmas dan dokter hyperkes terdekat.
(b) Kantor dinas pemadam kebakaran terdekat.
(c) Kantor polisi, aparat keamanan lainnya yang terdekat.
Petugas K3/Ahli K3 pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas
III (Tahap III) RSUD Bangkinang adalah Gustriwan Putra.

5) Administrasi
Admin proyek adalah seseorang yang bertanggung jawab atas segala urusan
administrasi pada proyek. Tugas detailnya adalah admin proyek menjaga dan
memperbarui informasi administrasi mulai dari bekal kantor (office supply), alat
tulis kantor. Mempersiapkan pengaturan rapat, absensi staff, serta melakukan hal-
hal seperti surat menyurat dengan staff lainya. Membuat laporan keuangan atau
laporan kas bank proyek, laporan pergudangan dan lainnya. Pada proyek
Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang yang
bertugas mengatur administrasi adalah Ardiansyah.

6) Quality Engineer
Quality engineer adalah orang yang bertugas untuk menjamin bahwa mutu
material, mutu hasil pelaksanaan oleh kontraktor memenuhi persyaratan/ketentuan
dalam dokumen kontrak. Pengendalian terhadap mutu bahan dan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah
ditentukan dalam dokumen kontrak quality engineer harus memahami benar
metode test laboratorium dan lapangan yang disyaratkan dalam dokumen kontrak.
Mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari site engineer, serta berupa agar site
engineer dan pejabat pelaksana teknis kegiatan selalu mendapat informasi yang
diperlukan sehubungan dengan pengendalian mutu.
Quality engineer melakukan pengawasan dan pemantauan ketat atas
pengaturan personil dan peralatan laboratorium kontraktor agar pelaksanaan
pekerjaan selalu didukung tersedianya tenaga dan peralatan pengendalian mutu
sesuai dengan dalam dokumen kontrak. Melakukan pengawasan dan pemantauan
atas pengaturan dan pengadaan stone crusher dan asphalt mixing plant atau
peralatan lain yang diperlukan. Pengawasan dilakukan setiap hari terhadap semua
kegiatan pemeriksaan mutu bahan dan pekerjaan, serta segera memberikan
laporan kepada site engineer setiap permasalahan yang timbul sehubungan dengan
pengendalian mutu bahan dan pekerjaan.
Selain itu tugas quality engineer juga menganalisa semua hasil test,
termasuk usulan komposisi campuran (jobmix formula), soil cement, agregat dan
beton, serta memberikan rekomendasi dan justifikasi teknis atas persetujuan dan
penolakan usulan tersebut. Memberi petunjuk kepada staf kontraktor, agar semua
teknisi laboratorium dan staf pengendali mutu mengenal dan memahami semua
prosedur dan tata cara pelaksanaan uji sesuai dengan yang tercantum dalam
spesifikasi. Kemudian menyerahkan kepada site engineer himpunan data bulanan
pengendalian mutu. Himpunan data harus mencakup semua data test laboratorium
dan lapangan secara jelas dan terperinci. Quality engineer pada proyek
Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang
adalah Crisma, S.T

7) Quantity Engineer
Quantity engineer adalah sebuah profesi yang mempunyai keahlian dalam
perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi, sehingga suatu pekerjaan
dapat dijabarkan dan biayanya dapat diperkirakan, direncanakan, dianalisa,
dikendalikan dan dipercayakan. Setiap saat mengikuti petunjuk teknis dan nasihat
dari site engineer dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta bekerjasama
dengan quality engineer untuk menyesuaikan metoda pelaksanaan di lapangan
dengan laboratorium. Pengawasan di lapangan juga secara terus menerus pada
semua lokasi pekerjaan konstruksi yang sedang dilaksanakan, dan memberitahu
dengan segera kepada site engineer tentang semua pekerjaan yang tidak
memenuhi/sesuai dokumen kontrak. Secara terus menerus mengawasi, membuat
catatan dan memeriksa semua hasil pengukuran, perhitungan kuantitas dan
sertifikat pembayaran serta menjamin bahwa pembayaran terhadap kontraktor
sudah benar dan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.
Quantity engineer bersama-sama kontraktor setiap hari membuat ringkasan
tentang kegiatan konstruksi, keadaan cuaca, pengadaan material, jumlah dan
keadaan tenaga kerja, peralatan yang digunakan, jumlah pekerjaan yang telah
diselesaikan, pengukuran dilapangan, kejadian-kejadian khusus dan sebagainya
dengan menggunakan formulir laporan standar (laporan harian) yang harus
diserahkan/dikirim kepada site engineer dan satuan kerja fisik tiap hari setelah
selesai kerja. Quantity engineer membantu site engineer mengadakan pengukuran
akhir secara keseluruhan dari bagian pekerjaan yang telah diselesaikan yang
mutunya memenuhi syarat. Quantity engineer pada proyek Pembangunan Gedung
Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang adalah Junendra, S.T

8) Pelaksana Lapangan
Pelaksana lapangan adalah seorang berhubungan langsung dengan project
manager untuk melaporkan apa yang terjadi di lapangan baik progress maupun
kendalanya. Tugas pelaksana lapangan ini yaitu menyimpan gambar kerja dengan
baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa seizin atasan langsung. Melaksanakan
pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi kerja),
spesifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan
mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan
yang bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien mungkin.
Pelaksana lapangan membuat dan melaksanakan detail program kerja
berdasarkan program harian/mingguan/bulanan yang ada serta melaporkan
prestasi kerja ke kepala proyek. Pelaksana lapangan juga menyelenggarakan
pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah dikerjakan baik qualitatif maupun
quantitatif untuk dapat membuat laporan mingguan mengenai:
(a) Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
(b) Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
(c) Mengumpulkan bukti-bukti penerimaan/pengeluaran tertulis akibat bahan/
material, alat, dan keperluan lainnya kepada kepala proyek sehingga
pertanggung jawaban akan terlihat di dalam cash flow perusahaan.
Pelaksana lapangan pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas
III (Tahap III) RSUD Bangkinang adalah Yanuar, S.T

9) Surveyor
Surveyor adalah seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan
pengukuran bangunan. Pekerjaan ini bisa disebut sebagai kunci pembuka dalam
pelaksanaan proyek atau langkah awal sebelum proyek dimulai. Tugas dari
seorang surveyor yaitu menentukan titik-titik batas area proyek, ini diperlukan
untuk penentuan koordinat gedung, kemudian membaca gambar dengan melihat
bentuk dan ukuran bangunan untuk diaplikasikan dilapangan.
Surveyor juga bertugas untuk menghitung ketinggian elevasi cor kolom
beton agar pas untuk menaruh balok dan plat lantai, kesalahan dalam pekerjaan ini
dapat menyebabkan adanya bobok beton atau cor ulang untuk menambah
ketinggian kolom, memantau kedataran cor beton pada pekerjaan lantai basement
atau plat lantai diatasnya, setelah dicor surveyor melakukan pengecekan
ketegakan kolom dengan menggunakan waterpass atau benang ukur yang diberi
bandul. Kedataran elevasi balok lantai juga diperlukan pengecekan agar sesuai
dengan gambar rencana. Tugas rutin dari seorang surveyor yaitu membuat dan
mengukur penurunan gedung setiap hari atau seminggu sekali untuk mengetahui
apakah posisi gedung yang sudah dibangun berada pada posisi aman.
Surveyor pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap
III) RSUD Bangkinang adalah Kamidi.

10) Logistik
Logistik merupakan suatu bagian profesi yang ada dalam rangkaian struktur
organisasi proyek. Seseorang yang ditugaskan pada profesi logistik proyek
ditugaskan untuk pendatangan, penyimpanan dan penyaluran material atau alat
proyek ke bagian pelaksana lapangan. Tugas dan tanggung jawab dari logistik
bangunan adalah melakukan pembelian barang/alat langsung sesuai dengan
tingkatan proyek dengan mengambil pemasok yang sudah termasuk dalam daftar
pemasok terseleksi dan atas persetujuan direktur perusahaan. Pada saat barang
akan dikirim ke lokasi proyek seorang logistik harus menyediakan tempat yang
layak dan memelihara dengan baik barang langsung maupun barang/alat yang
dipasok pelanggan termasuk memberi label keterangan setiap barang, ertanggung
jawab terhadap cara penyimpanan barang dan mencatat keluar masuknya barang-
barang yang tersedia di penyimpanan/gudang.
Laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan laporan lainnya yang
berhubungan dengan bidang tugasnya disusun sebagai bukti dan arsip perusahaan.
Selain laporan, berita acara penerimaan/penolakan bahan/material setelah
pengontrolan kualitas oleh quality control dan kuantitas juga disusun oleh seorang
logistik. Sehingga seorang logistik harus selalu berkoordinasi dengan bagian
teknik dan pelaksana dalam pengiriman bahan/material dan berkoordinasi ke
pihak direksi PU serta mengamankan aktiva perusahaan berikut bukti-bukti
kerjanya.
Logistic pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap
III) RSUD Bangkinang adalah Welly Chandra.

11) Operator Crane


Operator crane seseorang yang akan mengoperasikan suatu crane. Maka
orang tersebut haruslah orang yang sudah familiar terhadap crane yang akan
dioperasikan. Operator crane bertanggung jawab penuh atas crane yang
dioperasikannya.
Operator crane diharuskan untuk melakukan pemeriksaan dan pengamatan
terhadap kemampuan kerja crane pada saat beroperasi serta merawat kondisinya
termasuk juga alat-alat piranti keselamatannya dan alat perlengkapan lainnya yang
berkaitan dengan bekerjanya crane tersebut (misalnya pengangkatan atau
penurunan boom (overhead), gerakan putar (swing), gerakan tali angkat beban
(hoist) naik dan turun. Apabila ditemukan perangkat keselamatan atau
perlengkapannya tidak berfungsi dengan baik atau rusak, operator harus segera
menghentikan crane nya dan segera melapor kan pada atasannya Operator crane
pada proyek pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD
Bangkinang adalah A.Fikri.
Pada proyek pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD
Bangkinang masih ada tenaga ahli yang belum menjalankan tugas nya sesuai
dengan struktur organisasi yang telah dibuat. Hal tersebut dapat mengakibatkan
kekeliruan dalam pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III
(Tahap III) RSUD Bangkinang karena kurangnya komunikasi antar tenaga ahli
yang telah diberikan jabatan masing-masing.

Pada proyek Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang
dipegang oleh PT. Gemilang Utama Alen dengan struktur organisasi seperti
Gambar 3.3.

Direktur Cabang
KIAGUS TONI AZWARANI, ST

Project Manager
EMRIZAL, ST

Site Manager
ABD. DJALIL, ST

Manager Kendali Mutu Petugas K3/Ahli K3


PARIDI, ST GUSTRIWAN PUTRA

Quality Engineer Quantity Engineer


CRISMA, ST JUNENDRA, ST
Adm/ Keuangan
ARDIANSYAH

Pelaksana Lapangan Surveyor


YANUAR, ST KAMIDI

Logistik
WELLY CHANDRA

Operator
A . FIKRI

Gambar 3.3 Organisasi Kontraktor Pelaksana


3.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Setiap proyek-proyek memiliki tujuan khusus, dimana di dalamnya terdapat
batasan yang sangat mendasar, yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan,
jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal dengan tiga
pembatas (triple constraint).
Pengendalian jadwal proyek akan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi
biaya teknis proyek, begitu pula sebaliknya. Sehingga untuk mengendalikan
keduanya perlu dilakukan usaha manajemen waktu-biaya yang dapat
meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah
kegiatan dan kompleksitas yang cenderung bertambah.
Jadwal pelaksanaan memiliki waktu kerja dan jam kerja para pekerja.
Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk memulai
atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Adapun pembagian waktu
kerja proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD
Bangkinang ini dibagi ke dalam 3 pembagian jam kerja. Pembagian jam kerja
tersebut adalah:
1) Jam 08:00 – 12:00 WIB : Jam Kerja
2) Jam 12:00 – 13:00 WIB : Jam Istirahat
3) Jam 13:00 – 17:00 WIB : Jam Kerja

3.2.1 Kurva S
Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, sangatlah diperlukan jadwal
pelaksanaan masing-masing pekerjaan yang jelas dan tersusun. Hal ini bermanfaat
agar pekerjaan konstruksi tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Untuk mewujudkan itu, dibuatlah time schedule dari masing-masing pekerjaan.
Penggunaan time schedule ini juga dapat digunakan untuk mengontrol sejauh
mana progress pekerjaan yang telah dikerjakan.
Pada proyek Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang,
proyek dikerjakan mulai tanggal 17 Mei 2019 dan direncanakan selesai tanggal 22
Desember 2019.
Fungsi Time Schedule antara lain:
a. Sebagai pedoman waktu bagi kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Sebagai dasar untuk membuat berita acara kemajuan pekerjaan proyek.
c. Sebagai alat kontrol bagi pengawas proyek dalam menilai prestasi pekerjaan.
d. Sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak pekerjaan.
e. Sebagai tolak ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.

Proyek Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang mulai
dikerjakan tanggal 17 Mei 2019 dan direncanakan selesai tanggal 22 Desember
2019. Pada Kurva S proyek pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap
III) RSUD Bangkinang pekerjaan pendahuluan dilakukan pada lantai 2 yaitu
pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi peralatan, pada pekerjaan mobilisasi
peralatan direncanakan pada 3 minggu pertama dan demobilasasi dilakukan pada
3 minggu terakhir dengan bobot sebesar 0, 4898. Pada pekerjaan crane
direncanakan pada minggu ke-6 sampai minggu ke-22 dengan bobot pekerjaan
sebesar 0,7937. Selanjutnya pada pekerjaan pembongkaran direncanakan pada
minggu ke-5 sampai minggu ke-7 dengan bobot pekerjaan 0,0142. Pada pekerjaan
pengecatan direncanakan pada minggu ke-15 dan minggu ke-16 dengan bobot
pekerjaan 0,6139.
Pada pekerjaan utilitas sanitasi lantai 2 direncanakan pada minggu ke-12
sampai minggu ke-14 dengan bobot pekerjaan 0,3329. Pada lantai 3 (elevasi +8.00
s/d +12.00) dilakukan pekerjaan struktur dengan bobot pekerjaan 12,7017,
kemudian pekerjaan dinding, plesteran dan ornamen dengan bobot pekerjaan
sebesar 3,1787, dilanjutkan dengan pekerjaan kusen pintu, jendela, dan ventilasi
dengan bobot pekerjaan sebesar 0,9751, kemudian pekerjaan lantai dengan bobot
pekerjaan sebesar 0,9284, pekerjaan plafon dengan bobot pekerjaan sebesar
0,6972, pekerjaan pengecatan dengan bobot pekerjaan sebesar 0,6139, pekerjaan
utilitas sanitasi dengan bobot pekerjaan sebesar 0,3329. Pada lantai 4 (elevasi
+12.00 s/d +16.00) dilakukan pekerjaan struktur dengan bobot pekerjaan 9,0410,
kemudian pekerjaan dinding, plesteran dan ornamen dengan bobot pekerjaan
sebesar 2,8207, dilanjutkan dengan pekerjaan kosen pintu, jendela, dan ventilasi
dengan bobot pekerjaan sebesar 1,1425, kemudian pekerjaan lantai dengan bobot
pekerjaan sebesar 0,8130, pekerjaan plafon dengan bobot pekerjaan sebesar
0,5226, pekerjaan pengecatan dengan bobot pekerjaan sebesar 0,4526, pekerjaan
utilitas sanitasi dengan bobot pekerjaan sebesar 0,2387. Pada lantai 5 ( elevasi
+16.00 s/d +20.00) dilakukan pekerjaan yang sama dengan lantai 3 dan lantai 4
dengan nilai bobot pekerjaan yang berbeda.
Pada proyek ini terdapat pekerjaan lift dan manhole yang pekerjaan nya di
mulai pada minggu ke-13. Kemudian terdapat pekerjaan koridor yang dimulai
pada minggu ke-18. Pada proyek ini juga terdapat pekerjaan lanscape dan utilitas
luar gedung yang dimulai pada minggu ke-27. Selanjutnya terdapat pekerjaan
mekanikal dan elektrikal yang masing-masing pekerjaan dimulai pada minggu ke-
16 dan minggu ke-14. Kurva S pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap
Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang dapat dilihat pada Lampiran I.

3.2.2 Daftar Pekerjaan


Berikut adalah daftar pekerjaan yang diamati pada proyek Gedung Rawat
Inap Kelas III (Tahap III) RSUD Bangkinang ini sebagai berikut :
a. Pekerjaan Balok
b. Pekerjaan Plat Lantai

3.3. Pengelolaan Sumber Daya


Manajemen sumber daya dalam proyek merupakan hal penting dalam
pengelolaan sumber daya. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) suatu
proyek termasuk proses yang diperlukan untuk membuat penggunaan secara
efektif dari orang yang terlibat dengan proyek. Pengelolaan sumber daya pada
proyek ini terdiri dari pengelolaan tenaga kerja, pengelolaan peralatan, dan
pengelolaan material dan bahan.
3.3.1. Pengelolaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksaan suatu
proyek karena pengaruhnya cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian
suatu pekerjaan proyek.
Pada pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III
(Tahap III) RSUD Bangkinang dalam pekerjaannya memerlukan tenaga kerja
yang ahli dan berkompeten pada bidangnya. Adapun tenaga kerja yang berada di
lapangan yang dimiliki oleh PT. Gemilang Utama Alen untuk proyek ini
berjumlah 138 orang, terdiri dari 6 orang mandor, 12 orang kepala tukang dan 50
tukang dan 70 pekerja yang dipekerjakan dari daerah Riau dan Jawa.
Tenaga kerja yang ada dilapangan dibagi sebagai berikut:
1) Pekerjaan Balok
Jumlah pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan balok berjumlah 27 orang,
diantaranya adalah 3 tukang besi dan 2 pekerja yang bertugas membengkokan
besi tulangan sengkang dan memotong besi tulangan, 1 tukang dan 3 pekerja
bertugas memasang scaffolding, 1 tukang dan 2 pekerja yang memasang
bekisting, 1 tukang besi dan 5 pekerja yang bertugas merakit tulangan balok, dan
10 orang untuk pengecoran yang terdiri dari, 1 orang operator concrete mixer
truck, 1 orang operator concrete pump truck, 1 orang operator concrete vibrator, 1
tukang dan 3 pekerja yang meratakan beton ready mix pada balok, 1 kepala
tukang dan 2 mandor untuk mengawasi.

2) Pekerjaan Plat Lantai


Jumlah pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan balok dan plat lantai
berjumlah 28 orang, diantaranya adalah 1 tukang besi dan 2 pekerja yang bertugas
membengkokan dan memotong besi tulangan, 1 tukang dan 3 pekerja bertugas
memasang scaffolding, 1 tukang dan 2 pekerja yang memasang bekisting, 1
tukang besi dan 6 pekerja yang bertugas merakit tulangan pelat lantai, dan 11
orang untuk pengecoran yang terdiri dari, 1 orang operator concrete mixer truck, 1
orang operator concrete pump truck, 1 orang operator concrete vibrator, 1 tukang
dan 4 pekerja yang meratakan beton ready mix pada plat lantai, 1 kepala tukang
dan 2 mandor untuk mengawasi.

3.3.2. Pengelolaan Peralatan


Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, diperlukan alat-alat
penunjang yang turut menentukan keberhasilan suatu proyek konstruksi.
Pengadaan peralatan kostruksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengadaan yang dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor, yaitu dengan
menggunakan peralatan yang dimilikinya sendiri berupa invetaris perusahaan
atau sewa.
b. Pengadaan yang dilakukan dengan melibatkan pihak luar, yaitu jika pihak
kontraktor tidak memiliki sendiri peralatan-peralatan kostruksi tertentu yang
perlu digunakan dalam pembangunan proyek, sehingga harus menyewa dari
pihak luar.
Suatu proyek agar memenuhi target mutu dan kelancaran dalam pelaksanaan
harus didukung dengan peralatan yang memadai. Berikut ini peralatan kerja yang
digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III (Tahap III)
RSUD Bangkinang adalah sebagai berikut:

1) Pekerjaan leveling
a. Waterpass
Waterpass digunakan untuk leveling lapangan dan untuk pembuatan tanda
pada kolom sebagai acuan pekerjaan balok dan plat lantai. Waterpass yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4 Waterpass

2) Peralatan Utama Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


a. Gerinda Pemotong Besi
Gerinda adalah mesin yang digunakan untuk memotong besi tulangan
sehingga diperoleh ukuran besi tulangan yang diinginkan. Gerinda yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.5 Gerinda Pemotong Besi

b. Concrete Pump dan Pipa Penyalur


Concrete pump adalah mesin pompa campuran beton untuk memompa
campuran beton segar dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat pengecoran
yang sulit dijangkau. Concrete pump ini biasanya digunakan pada bangunan
bertingkat sehingga sangat membantu proses pengecoran seperti pengecoran lantai
gedung bertingkat. Concrete pump menggunakan pipa penyalur untuk
menyalurkan campuran beton sampai ke area pengecoran. Concrete pump yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Concrete Pump

c. Concrete Mixer Truck


Concrete Mixer digunakan untuk mengangkut campuran beton yang siap
pakai (ready mix) dari tempat pencampuran (batching plan) sampai ke lokasi
pengecoran di proyek seperti terlihat pada Gambar 3.7 berikut.
Gambar 3.7 Concrete Mixer Truck

d. Tower Crane
Tower crane digunakan untuk mengangkut material atau bahan maupun
konstruksi bangunan dari bawah menuju bagian yang ada di atas dan untuk
mengangkat concrete bucket yang berisi campuran beton pada pengecoran .
Tower crane yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.8
berikut.
Gambar 3.8 Tower crane

e. Scaffolding Frame
Scaffolding adalah alat bantu yang digunakan sebagai penopang sementara
sebelum struktur utama selesai dan siap digunakan. Pada proyek ini yang
digunakan adalah scaffolding frame dapat dilihat pada Gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9 Scaffolding Frame


f. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang digunakan untuk menggetarkan
campuran beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan,
sehingga tidak terdapat rongga-rongga udara di antara beton yang dapat membuat
beton keropos. Concrete vibrator yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat
pada Gambar 3.10 berikut.
Gambar 3.10 Concrete Vibrator

3) Peralatan Utama Quality Control


a. Kerucut Abrams
Kerucut abrams adalah alat yang digunakan untuk pengujian slump.
Uji Slump adalah suatu uji empiris / metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekakuan dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk
menentukan workability nya dan untuk menentukan campuran beton memenuhi
syarat mutu beton yang direncanakan atau tidak. Kerucut abrams yang digunakan
pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut.
Gambar 3.11 Kerucut Abrams

b. Plat Dudukan Kerucut Abrams


Plat dudukan kerucut abrams merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk pengujian slump. Plat dudukan digunakan sebagai alas dari kerucut abrams.
Plat dudukan yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.12
berikut.

Gambar 3.12 Plat Dudukan Kerucut Abrams

c. Batang Besi Penusuk


Batang besi penusuk merupakan salah satu alat yang digunakan pada
pengujian slump. Batang besi penusuk ini digunakan untuk memadatkan beton
segar yang dimasukkan kedalam kerucut abrams. Pengisian cetakan dibagi
menjadi 3 kali masing-masing sekitar 1/3 dari volume cetakan. Tiap lapisan
dipadatkan menggunakan batang besi penusuk sebanyak 25 kali tusukan secara
merata. Batang besi penusuk yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada
Gambar 3.13 berikut.

Gambar 3.13 Batang Besi Penusuk

d. Pita Ukur

Pita ukur merupakan salah satu alat yang digunakan pada pengujian slump.
Setelah beton segar dipadatkan di kerucut abrams, cetakan diangkat perlahan
kemudian ukur nilai slump menggunakan pita ukur. Beton dapat digunakan jika
nilai slump sudah sesuai standar yang direncanakan. Pita ukur yang digunakan
pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut.
Gambar 3.14 Pita Ukur

3.3.3. Pengelolaan material dan bahan


Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya
biaya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang
digunakan.
Material dan bahan untuk keperluan proyek Gedung Rawat Inap Kelas III
(Tahap III) RSUD Bangkinang sebagai berikut :

1) Pekerjaan Pembesian
a. Besi Tulangan
Besi tulangan digunakan untuk menahan tegangan tarik. Besi tulangan
dirangkai membentuk kerangka tulangan yang direncanakan. Besi tulangan diikat
dengan kawat bendrat agar kerangka yang direncanakan tidak berubah atau
berpindah tempat dari posisinya. Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat
persilangan atau pertemuan antar besi tulangan sehingga bentuk kerangka
tulangan yang direncanakan tetap pada posisinya. Besi tulangan yang digunakan
pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.15 dibawah ini.
Gambar 3.15 Besi Tulangan

b. Beugel

Beugel adalah suatu komponen yang terbuat dari besi beton. Kegunaan
beugel adalah untuk menahan beban geser dari balok cor atau kolom beton
bertulang. Beugel untuk balok pada proyek ini menggunakan besi beton dengan
diameter 8 mm. Beugel yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.16 berikut.

Gambar 3.16 Beugel


c. Kawat Bendrat

Kawat bendrat merupakan pengikat tulangan yang tebuat dari baja lunak
dengan diameter minimal 1 mm. Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat
rangkaian tulangan-tulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya sehingga
membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur. Kawat bendrat yang
digunakan berukuran 2 mm. Kawat bendrat yang digunakan pada proyek ini dapat
dilihat pada Gambar 3.17 berikut.

Gambar 3.17 Kawat Bendrat

2) Pekerjaan Pengecoran
a. Bekisting
Bekisting adalah konstruksi pembantu yang bersifat sementara, bekisting
berfungsi untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan
bentuk yang diinginkan hingga beton mengeras. Dikarenakan berfungsi sebagai
cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang
dituang telah mencapai kekuatan yang cukup. Bekisting yang digunakan pada
proyek ini merupakan jenis bekisting konvensional atau bekisting tradisional,
yaitu dengan menggunakan bahan triplek dan kayu. Bekisting yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 3.18 berikut.
Gambar 3.18 Bekisting

b. Beton Ready Mix


Beton ready mix merupakan beton yang siap pakai untuk pengecoran
balok dan plat lantai. Mutu beton ready mix yang digunakan pada proyek ini
adalah K-300. Beton ready mix dapat dilihat pada Gambar 3.19 berikut.

Gambar 3.19 Beton Ready Mix

c. Beton Decking
Beton Decking digunakan sebagai spasi yang dibuat sesuai dengan ukuran
selimut beton dan untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang
direncanakan. Beton decking yang di gunakan pada proyek ini dapat dilihat pada
Gambar 3.20 berikut.

Gambar 3.20 Beton Decking

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penyimpanan dan pemeliharaan


bahan yaitu :
a. Agregat halus ditimbun ditempat pengerjaan yang terhindar dari
pencampuran dengan bahan-bahan lain.
b. Semen harus disimpan didalam gudang, sehingga semen tidak akan rusak
dan tercampur dengan bahan lain.
c. Semen yang baru didatangkan tidak boleh diletakkan diatas tumpukan
semen yang lama dan pada umumnya pemakaian semen harus dilakukan
menurut aturan pengirimannya.
d. Besi tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh berada ditempat terbuka pada jangka waktu yang lama.

3.4. Hambatan Pekerjaan


Hambatan pekerjaan merupakan hal-hal atau sesuatu yang menjadi kendala
atau permasalahan pada saat proses pengerjaan. Hambatan tersebut bisa
merugikan seperti waktu dan juga biaya. Dalam hal ini hambatan bisa terjadi
karena faktor alam seperti cuaca maupun kesalahan dari pihak kontraktornya.
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dan diskusi dengan pihak
kontraktor, hambatan pekerjaan yang sering terjadi yaitu pekerjaan pengecoran.
Pekerjaan pengecoran sering mengalami keterlambatan akibat adanya perubahan
cuaca dari cerah menjadi hujan, disertai dengan petir dan gemuruh membuat
pekerjaan terhenti dan pekerja tidak dapat melanjutkan pekerjaan. Maka solusi
dari keterlambatan faktor cuaca adalah melakukan tambahan waktu kerja
(lembur).

Anda mungkin juga menyukai