Di SMAN Sleman
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) kompetensi pedagogik guru fisika dalam
melaksanakan pendekatan saintifik di SMA Negeri di Kabupaten Sleman DIY; (2) kompetensi
profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik di SMA Negeri di Kabupaten
Sleman DIY; (3) korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi pedagogik dan
profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik; dan (4) korelasi antara pelatihan
guru dengan kompetensi pedagogik dan profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan
saintifik. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Objek penelitian ini adalah kompetensi
pedagogik dan profesional guru fisika. Penelitian ini menghasilkan: (1) kompetensi pedagogik guru
fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik secara keseluruhan dikategorikan baik berdasarkan
hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari instrumen angket, observasi, dan wawancara.; (2)
kompetensi profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik secara keseluruhan
dikategorikan baik berdasarkan hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari instrumen angket,
observasi, dan wawancara; (3) korelasi kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi pedagogik
guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik dikategorikan sangat lemah, dan dengan
kompetensi profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik dikategorikan kuat; dan
(4) tidak ada korelasi yang signifikan antara pelatihan guru dengan kompetensi pedagogik dan
profesional dalam melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika.
pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan pembelajaran, kompetensi yang dijadikan dasar
Kebudayaan terus melakukan upaya perbaikan penilaian kinerja guru adalah: (1) kompetensi
peraturan dan pelayanan pendidikan. Salah satu pedagogik; (2) kompetensi profesional; (3)
diantaranya adalah mengeluarkan Undang- kompetensi kepribadian; dan (4) kompetensi
Undang Sistem Pendidikan Nasional dan sosial. Kompetensi tersebut ditetapkan dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen untuk Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
memperbaiki sistem dan pelayanan pendidikan. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal Guru (Depdiknas, 2007). Keempat kompetensi
28 menyatakan bahwa guru sebagai pendidik ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru
harus memiliki kualifikasi akademik dan yang harus mewarnai perilaku guru dalam
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan kompetensi pedagogik dan profesional yang
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. berkaitan langsung dengan pembelajaran.
Saat ini, peranan seorang guru sudah memasuki Permendikbud nomor 103 tahun 2014
era baru. Guru dituntut untuk lebih profesional. Pasal 2, memberikan anjuran untuk
Salah satunya adalah dengan diberlakukannya menggunakan pembelajaran berbasis aktivitas.
sistem portofolio dan sertifikasi. Setiap guru Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang
dituntut untuk tidak hanya mengajar tetapi juga sangat baik digunakan dalam mengajar
terus-menerus meningkatkan kapasitasnya baik keterampilan proses. Strategi ini menyediakan
dari sisi keilmuan maupun dari sisi sarana bagi peserta didik untuk belajar
profesionalitas. Hal ini dilakukan karena keterampilan dan lebih mudah mengenali dan
dengan pesatnya perkembangan teknologi, melatih peserta didik ketika berpartisipasi
tanpa didukung ilmu-ilmu baru dan teknik dalam kegiatan yang lebih kompleks, yaitu
pembelajaran yang lebih aplikatif, fungsi guru kegiatan pembelajaran berbasis proyek
akan termarjinalisasi di tengah pesatnya arus (Monsenson, 2011). Pendekatan saintifik
informasi. merupakan pendekatan yang sering dianjurkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dalam sebuah pembelajaran, karena pendekatan
tentang Guru dan Dosen Pasal 2 menjelaskan tersebut memberikan banyak manfaat bagi
bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai kemajuan pendidikan peserta didik, yaitu
tenaga profesional pada jenjang pendidikan peserta didik mampu memiliki suatu
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan pengalaman belajar.
anak usia dini pada jalur pendidikan formal Beberapa hal yang menjadi penyebab
yang diangkat sesuai dengan peraturan dari ketidaksiapan guru melangsungkan
perundang-undangan. Guru adalah pendidik pembelajaran berbasis proses adalah kurangnya
profesional dengan tugas utama mendidik, skill/kemampuan guru dalam melangsungkan
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, pembelajaran berbasis proses. Guru juga
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada beranggapan bahwa pembelajaran berbasis
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan proses dianggap terlalu merepotkan,
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan membebani dan tidak sesuai dengan tuntutan
menengah. Hal ini dijadikan sebagai acuan oleh UN. Berdasarkan hasil tersebut, perlu
pemerintah untuk membuat standar kompetensi dirumuskan pembelajaran yang mengedepankan
guru untuk memperoleh tenaga pendidik yang pengalaman personal melalui pendekatan
berkualitas. saintifik yang terdiri dari proses mengamati
Mulyasa (2013, p.17) berpendapat bahwa (observing), menanya (questioning),
standar kompetensi guru dibuat untuk mencoba/mengumpulkan data (experimenting),
mendapatkan guru yang baik dan profesional, menalar/mengasosiasis (associating), dan
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan mengomunikasikan (communicating). Proses
fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta belajar seperti itu diharapkan dapat
tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai menghasilkan peserta didik yang produktif,
kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
Kompetensi guru memberikan manfaat yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
penting bagi pencapaian suatu standar, ukuran, terintegrasi.
serta kriteria yang telah ditetapkan dalam suatu PP Nomor 32 Tahun 2013 menyebutkan
pembelajaran. Khusus untuk kegiatan bahwa pengembangan pengetahuan dalam
Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 93 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
pembelajaran merupakan perwujudan suasana kepala sekolah dan pelatihan yang diikuti oleh
untuk meletakkan dasar kematangan proses guru. Penelitian ini dilakukan terhadap guru-
berpikir dalam konteks belajar dan berinteraksi guru fisika se-SMA Negeri di Kabupaten
sosial. Bahan kajian yang termasuk dalam Sleman yang termasuk dalam pilot project
pengembangan pengetahuan adalah bahan dalam menerapkan kurikulum 2013.
kajian ilmu pengetahuan alam dan bahan kajian
ilmu pengetahuan sosial, dan fisika merupakan Metode Penelitian
salah satu mata pelajaran dalam bahan kajian Jenis Penelitian
ilmu pengetahuan alam yang digunakan dengan Penelitian ini merupakan penelitian
maksud untuk mengembangkan pengetahuan, kuantitatif, yaitu penelitian survei. Penelitian
pemahaman, dan kemampuan analisis peserta survei digunakan untuk mengetahui seberapa
didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya. baik kompetensi pedagogik dan profesional
Pengamatan lebih jauh tentang dalam melaksanakan pendekatan saintifik guru
kompetensi guru saat ini agaknya masih fisika.
beragam. Berdasarkan hasil pra survei yang Tempat dan Waktu Penelitian
dilakukan pada Oktober 2014 memberikan Penelitian ini dilaksanakan di SMA
gambaran bahwa 8 dari 12 guru fisika lebih Negeri se-Kabupaten Sleman yang
suka menggunakan pembelajaran ekspositori menggunakan kurikulum 2013 (pilot project)
dan mengaku memiliki banyak kendala dalam yang telah memasuki tahun kedua dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proses. mengimplementasikan kurikulum 2013 yang
Terdapat indikasi tentang baik tidaknya berjumlah tujuh sekolah yaitu: SMAN 1
kompetensi guru yang berhubungan dengan Godean, 1 Seyegan, 1 Sleman, 1 Pakem, 2
faktor luar, yaitu kepemimpinan kepala sekolah Ngaglik, 1 Kalasan, dan 1 Prambanan. Waktu
dan pelatihan guru. Penelitian ini akan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian
mengungkap bagaimana korelasi ini adalah kurang lebih tiga bulan pada semester
kepemimpinan kepala sekolah dan pelatihan genap tahun pelajaran 2014/2015.
guru dengan kompetensi guru fisika, yaitu Populasi dan Sampel Penelitian
kompetensi pedagogik dan profesional guru. Populasi dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten guru fisika SMA Negeri di Kabupaten Sleman
Sleman yang merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam pilot project yang
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini jumlah menggunakan kurikulum 2013 sejak tahun
SMA di Kabupaten Sleman ada 51 sekolah pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian
yang tersebar di 17 kecamatan. SMA tersebut ini yaitu seluruh guru fisika yang mengajar
terdiri dari 17 SMA negeri dan 34 SMA swasta. kelas XI MIA di SMA Negeri di Kabupaten
Terdapat 7 SMA negeri yang termasuk ke Sleman yang termasuk dalam pilot project yang
dalam pilot project dalam menggunakan telah mengimplementasikan kurikulum 2013
Kurikulum 2013. SMAN tersebut adalah sejak tahun pelajaran 2013/2014.
SMAN 1 Godean, 1 Seyegan, 1 Sleman, 1 Variabel Penelitian
Pakem, 2 Ngaglik, 1 Kalasan, dan 1 Variabel dalam penelitian ini adalah:
Prambanan. SMAN tersebut telah memasuki kompetensi pedagogik dan profesional guru
tahun kedua dalam mengimpelemntasikan fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik
Kurikulum 2013, sehingga dengan kondisi di SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
seperti itu diharapkan dapat memberikan lebih Teknik Analisis Data
banyak manfaat dalam penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat betapa pentingnya kompetensi Pengumpulan data dalam penelitian ini
pedagogik dan profesional guru serta manfaat dilakukan dengan menggunakan instrumen
pendekatan saintifik dalam sebuah kuesioner (angket), observasi (pengamatan),
pembelajaran, sehingga perlu untuk dilakukan interview (wawancara), dan dokumentasi.
penelitian tentang kompetensi pedagogik dan Instrumen ini dibuat berdasarkan tujuan
profesional guru fisika dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui seberapa baik
pendekatan saintifik, untuk mengetahui kompetensi pedagogik dan profesional guru
seberapa baik kompetensinya dalam fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik
melaksanakan pendekatan saintifik, demikian di SMA Negeri di Kabupaten Sleman. Pada
pula dalam korelasinya dengan kepemimpinan penelitian ini, instrumen divalidasi
94 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
menggunakan validitas isi. Penentuan validitas sebagai berikut.data reduksi, data display,
dilakukan oleh 3 orang validator yang berasal conclussion.
dari 1 ahli dan 2 praktisi. Hasil dari validitas isi Analisis data selanjutnya menggunakan
menunjukan bahwa semua butir soal dinyatakan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan dalam
valid. penelitian ini adalah uji korelasi Spearman dan
Teknik Analisis Data uji korelasi koefisien kontingensi. Uji korelasi
Analisis dilakukan dengan menggunakan Spearman digunakan untuk mencari hubungan
analisis kuantitatif dengan pendekatan survei. antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
Data yang diperoleh di lapangan akan kompetensi pedagogik dan profesional guru
diinterpretasikan ke setiap komponen yang fisika. Uji korelasi koefisien kontingensi
diteliti, selanjutnya akan dideskripsikan digunakan untuk mencari hubungan antara
penyebab-penyebabnya. Analisis kuantitatif pelatihan guru dengan kompetensi pedagogik
dalam penelitian ini digunakan untuk dan profesional guru fisika.
menggambarkan data mengenai seberapa baik
kompetensi pedagogik dan profesional guru Hasil Penelitian dan Pembahasan
fisika dalam melaksanakan pendekatan Analisis Kuantitatif
saintifik, kemudian data tersebut
Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
diinterpretasikan dalam kategori-kategori. Kategori penilaian kompetensi pedagogik
Analisis data selanjutnya menggunakan didasarkan pada pengkategorian yang disajikan
triangulasi data. Langkah-langkah triangulasi pada Tabel 1, dan pengaktegorian setiap
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah instrumen memberikan rentang yang berbeda-
beda.
Tabel 1. Pengkategorian Kompetensi Pedagogik Berdasarkan Jenis Instrumen
Angket Observasi Wawancara Kategori
> 85 > 16 > 17 Sangat Baik
70 < ≤ 85 12 < ≤ 16 14 < ≤ 17 Baik
55 < ≤ 70 8 < ≤ 12 11 < ≤ 14 Cukup
40 < ≤ 55 4< ≤8 8 < ≤ 11 Kurang
≤ 40 ≤4 ≤8 Sangat Kurang
Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 95 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
50 4242
Persentase (%)
Sangat Baik
40
Baik
30
16 Cukup
20
10 Kurang
0 0
0 Sangat Kurang
Kategori
96 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 97 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
98 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
Tabel 8 menunjukkan bahwa kompetensi memiliki persentase 50%, dan kategori cukup
profesional guru fisika dengan kategori sangat memiliki persentase 8%.
baik memiliki persentase 42%, kategori baik
50
50 42
Sangat Baik
Persentase (%)
40
Baik
30
Cukup
20
8
10 Kurang
0 0
0 Sangat Kurang
Kategori
Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 99 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
dalam mengerjakan tugas yang berkaitan Uji korelasi Spearman digunakan untuk
dengan pembelajaran sehari-hari. Guru mengetahui ada tidaknya korelasi antara
memanfaatkan laptop hanya ketika ada tugas kepemimpinan kepala sekolah (Y1) dengan
dari sekolah yang sifatnya kelembagaan. kompetensi pedagogik dalam melaksanakan
pendekatan saintifik guru fisika (X1), dan
Uji Korelasi korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah
Korelasi Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y1) dengan kompetensi profesional dalam
dengan Kompetensi Pedagogik dan Profesional melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika
Guru Fisika (X2).
Tabel 9. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
Correlations
Kepemimpinan Kepala
Kompetensi Pedagogik
Sekolah
Correlation
1,000 0,157
Kepemimpinan Coefficient
Kepala Sekolah Sig. (2-tailed) . 0,047
N 12 12
Spearman's rho
Correlation
0,157 1,000
Kompetensi Coefficient
Pedagogik Sig. (2-tailed) 0,047 .
N 12 12
Tabel 9 menunjukkan kekuatan korelasi kepemimpinan kepala sekolah dengan
antar dua variabel antara kepemimpinan kepala kompetensi pedagogik menunjukkan nilai 0,157
sekolah dengan kompetensi pedagogik guru dan dikategorikan memiliki korelasi sangat
fisika, dengan melihat angka koefisien korelasi lemah.
hasil perhitungan. Koefisien korelasi antara
Tabel 10. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Kompetensi Profesional Guru Fisika
Correlations
Kepemimpinan Kepala Kompetensi Profesional
Sekolah
Correlation
1,000 0,535
Kepemimpinan Coefficient
Kepala Sekolah Sig. (2-tailed) . 0,043
N 12 12
Spearman's rho
Correlation
0,535 1,000
Kompetensi Coefficient
Profesional Sig. (2-tailed) 0,043 .
N 12 12
Tabel 10 menunjukkan kekuatan korelasi Tugas kepala sekolah untuk menyusun
antar dua variabel antara kepemimpinan kepala perencanaan sekolah sering kali melibatkan
sekolah dengan kompetensi profesional guru guru. Tugas tersebut antara lain: melibatkan
fisika, dengan melihat angka koefisien korelasi guru untuk ikut merumuskan perencanaan
hasil perhitungan. Koefisien korelasi antara jangka panjang, menengah, dan tahunan;
kepemimpinan kepala sekolah dengan demikian pula ketika merumuskan tujuan-
kompetensi profesional menunjukkan nilai tujuan sekolah. Tugas kepala sekolah dalam
0,535 dan dikategorikan memiliki korelasi kuat. mengelola kelembagaan sekolah yang sering
Penyebab lemahnya korelasi antara melibatkan guru antara lain: mengorganisasikan
kepemimpinan kepala sekolah dengan guru dalam merumuskan dan membagi tugas
kompetensi pedagogik berkaitan dengan sekolah; selain itu kepala sekolah juga sering
indikator kepemimpinan kepala sekolah mengoordinasi guru dalam menentukan
berikut: mekanisme program sekolah. Tugas kepala
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah untuk menerapkan kepemimpinan
dalam pekerjaan dilakukan untuk menjaga
100 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
kualitas guru dalam lembaga, dilakukan dengan program-program kegiatan sekolah. Tugas
mendayakan kemampuan guru secara kepala sekolah dalam mengelola sarana dan
maksimal; memberikan motivasi kerja kepada prasarana yang sering melibatkan guru antara
guru, menegakkan disiplin kerja guru; lain: menginformasikan kepada guru tentang
mengawasi pekerjaan guru, melakukan apa yang harus dikerjakan; memberikan mandat
supervisi proses pembelajaran; menindaklajuti kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran
supervisi tersebut, dan mengevaluasi. dengan baik, lancar, dan produktif. Tugas
Beberapa tugas yang diberikan oleh kepala sekolah dalam mengelola hubungan
kepala sekolah sebagai pemimpin kepada guru dengan masyarakat yang sering melibatkan
tersebut merupakan tugas kelembagaan yang guru antara lain: berupaya mengembangkan
tidak berkaitan dengan kompetensi pedagogik suasana yang bersahabat; menaruh kepercayaan
guru fisika dalam melaksanakan pembelajaran kepada guru; mendukung pengembangan
di kelas. Guru tetap mengajar atau mencari profesi yang dilakukan guru seperti membuat
pertemuan pengganti seandainya guru diminta karya ilmiah, artikel, dll.
kepala sekolah untuk melaksanakan tugas Uji Korelasi antara Pelatihan Guru dan
penting. Tugas kepala sekolah yang memiliki Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
korelasi terhadap kompetensi pedagogik guru Uji Korelasi Koefisien Kontingensi
adalah kegiatan supervisi proses pembelajaran. digunakan untuk mencari korelasi antara
Kegiatan supervisi proses pembelajaran akan pelatihan guru (Y2) dengan kompetensi
meningkatkan kompetensi pedagogik guru. pedagogik dalam melaksanakan pendekatan
Kepala sekolah sebagai manager saintifik guru fisika (X1), dan korelasi antara
Tugas kepala sekolah untuk mengelola pelatihan guru (Y2) dengan kompetensi
tenaga kependidikan yang sering melibatkan profesional dalam melaksanakan pendekatan
guru antara lain: menggunakan partisipasi guru saintifik guru fisika (X2). Uji korelasi koefisien
untuk melancarkan komunikasi di sekolah; kontingensi pada penelitian ini menggunakan
menciptakan komunikasi dua arah dengan guru; perhitungan Chi-square dengan program SPSS
menghargai keterlibatan guru dalam menyusun versi 21.
Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi antara Pelatihan Guru dan
Kompetensi Profesional Guru Fisika
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.(2-sided)
Pearson Chi-Square 2,400a 2 0,301
Likelihood Ratio 3,175 2 0,204
Linear-by-Linear Association 0,129 1 0,719
N of Valid Cases 12
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 0,33.
Tabel 11 menunjukkan pada bagian guru secara maksimal; memberikan motivasi
Pearson Chi-Square terlihat nilai Asymp. Sig kerja kepada guru, menegakkan disiplin kerja
sebesar 0,301. Nilai Asymp. Sig. 0,301 > 0,05, guru; mengawasi pekerjaan guru, melakukan
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, supervisi proses pembelajaran; menindaklajuti
yang artinya tidak ada korelasi yang signifikan supervisi tersebut, dan mengevaluasi.
antara pelatihan guru dengan kompetensi Beberapa tugas yang diberikan oleh
pedagogik dalam melaksanakan pendekatan kepala sekolah sebagai pemimpin kepada guru
saintifik guru fisika. tersebut memiliki korelasi yang kuat terhadap
Penyebab kuatnyanya korelasi antara kompetensi profesional dalam melaksanakan
kepemimpinan kepala sekolah dengan pendekatan saintifik guru fisika. Tugas tersebut
kompetensi profesional berkaitan dengan mampu membuat guru untuk meningkatkan
indikator kepemimpinan kepala sekolah pengetahuannya dalam mengelola pembelajaran
berikut: secara maksimal. Guru merasa mendapatkan
Kepala sekolah sebagai pemimpin perhatian melalui suatu pengawasan, supervisi,
Tugas kepala sekolah untuk menerapkan dan evaluasi sehingga guru lebih termotivasi
kepemimpinan dalam pekerjaan dilakukan meningkatkan pengetahuan agar memiliki
untuk menjaga kualitas guru dalam lembaga, prestasi yang baik ketika mengikuti tes
dilakukan dengan mendayakan kemampuan kompetensi guru.
Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 101 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
Kepala sekolah sebagai manager guru, tersebut merupakan tugas yang dapat
Tugas kepala sekolah dalam mengelola meningkatkan kompetensi profesional guru.
korelasi dengan masyarakat yang sering Kepala sekolah mendukung sepenuhnya guru
melibatkan guru antara lain: mendukung yang ingin meningkatkan kemampuannya tidak
pengembangan profesi yang dilakukan guru hanya dengan pembuatan sebuah karya tetapi
seperti membuat karya ilmiah, artikel, dll. juga mengikuti berbagai pelatihan yang penting
Tugas kepala sekolah yang sering melibatkan bagi peningkatan kompetensi.
Tabel 12. Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi antara Pelatihan Guru dan
Kompetensi Profesional Guru Fisika
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,091a 2 0,580
Likelihood Ratio 1,477 2 0,478
Linear-by-Linear Association 0,059 1 0,808
N of Valid Cases 12
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 0,33.
Tabel 12 pada bagian Pearson Chi- Akinoglu, O. (2008). Assessment of the
Square terlihat nilai Asymp. Sig sebesar 0,580. inquiry-based project
Nilai Asymp. Sig. 0,580 > 0,05, maka dapat implementation process in science
disimpulkan bahwa Ho diterima, yang artinya education upon student's points of
tidak ada korelasi yang signifikan antara view. International Journal of
pelatihan guru dengan kompetensi profesional
dalam melaksanakan pendekatan saintifik guru
Instruction, Vol. 1, No. 1.
fisika Balistreri, S. (2012). Trends. The College
Simpulan Board.
Simpulan Dwiyani, A. (2012). Keefektifan kinerja
Kompetensi pedagogik guru fisika dalam guru sains dalam
melaksanakan pendekatan saintifik secara mengimplementasikan ktsp di
keseluruhan dikategorikan baik berdasarkan smp/mts negeri se-kecamatan
hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari sumbawa, kabupaten sumbawa.
instrumen angket, observasi, dan wawancara. Tesis magister, tidak diterbitkan,
Kompetensi profesional guru fisika dalam Universitas Negeri Yogyakarta,
melaksanakan pendekatan saintifik secara Yogyakarta.
keseluruhan dikategorikan baik berdasarkan
Etherington, M. (2011). Investigative
hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari
instrumen angket, observasi, dan wawancara. primary science: a problem-based
Koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala learning approach. Australian
sekolah dengan kompetensi pedagogik dalam Journal of Teacher Education, Vol.
melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika 9, Issue. 9.
dikategorikan memiliki korelasi sangat lemah. Hartono. (2011). Statistik untuk penelitian.
Koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala Pekanbaru: Pustaka Belajar.
sekolah dengan kompetensi profesional dalam Hasanah, D. S. (2010). Pengaruh
melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika pendidikan latihan (diklat)
dikategorikan memiliki korelasi kuat. Tidak ada kepemimpinan guru dan iklim kerja
korelasi yang signifikan antara pelatihan yang terhadap kinerja guru sekolah dasar
diikuti guru dengan kompetensi pedagogik guru
se kecamatan babakancikao
fisika dalam melaksanakan pendekatan
saintifik. Tidak ada korelasi yang signifikan kabupaten purwakarta. Jurnal
antara pelatihan yang diikuti guru dengan Penelitian Pendidikan, 85-96, Vol.
kompetensi profesional guru fisika dalam 11, No. 2.
melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika. Hilliyani. (2012). Pengaruh peran mgmp
dan kepemimpinan kepala sekolah
Daftar Pustaka menurut persepsi guru terhadap
102 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 103 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK
Suriasumantri, J. S. (2009). Filsafat ilmu Wellington, J., & Ireson, G. (2012). Science
sebuah pengantar populer. Jakarta: learning, science teaching third
Pustaka Sinar Harapan. edition. Great Britain: TJ
Tiantong, M., & Tongchin, P. (2013). A International.
multiple intelligences supported Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program
web-based collaboration learning pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
model using stufflebeam's cipp Pelajar.
evaluation model. International Widyaningsih, E. (2011). Evaluasi kinerja
Journal of Humanities and Social guru ipa smp se-provinsi daerah
Science, Vol. 3, No. 7, 157-165. istimewa yogyakarta. Tesis
Wahjosumidjo. (2008). Kepemimpina magister, tidak diterbitkan,
kepala sekolah tujuan teoritik dan Universitas Negeri Yogyakarta,
permasalahannya. Jakarta: PT Raja Yogyakarta.
Grafindo Persada. William, J. D. (2012). How science works
Waluya, B. (2010). Peningkatan Kualitas teaching and learning in the science
Sumber Daya Manusia Berbasis classroom. India: Newgen Imaging
Masyarakat untuk Mengatasi System Pvt Ltd.
Masalah Pengangguran. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
104 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...