Anda di halaman 1dari 13

Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Guru Fisika Dalam Melaksanakan Pendekatan Saintifik

Di SMAN Sleman

Ratna Wahyu Wulandari 1, Mundilarto2


1
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta
2
Program Studi Pendidikan Fisika, FMIPA, Univesitas Negeri Yogyakarta
Email: 1Ratnawahyuwulandari2014@gmail.com, 2mundilarto@uny.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) kompetensi pedagogik guru fisika dalam
melaksanakan pendekatan saintifik di SMA Negeri di Kabupaten Sleman DIY; (2) kompetensi
profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik di SMA Negeri di Kabupaten
Sleman DIY; (3) korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi pedagogik dan
profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik; dan (4) korelasi antara pelatihan
guru dengan kompetensi pedagogik dan profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan
saintifik. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Objek penelitian ini adalah kompetensi
pedagogik dan profesional guru fisika. Penelitian ini menghasilkan: (1) kompetensi pedagogik guru
fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik secara keseluruhan dikategorikan baik berdasarkan
hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari instrumen angket, observasi, dan wawancara.; (2)
kompetensi profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik secara keseluruhan
dikategorikan baik berdasarkan hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari instrumen angket,
observasi, dan wawancara; (3) korelasi kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi pedagogik
guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik dikategorikan sangat lemah, dan dengan
kompetensi profesional guru fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik dikategorikan kuat; dan
(4) tidak ada korelasi yang signifikan antara pelatihan guru dengan kompetensi pedagogik dan
profesional dalam melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika.

Kata Kunci: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, pendekatan saintifik

Pendahuluan beranggapan bahwa guru dapat memenuhi


kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan.
Kompetensi seorang guru yang
Ada pandangan bahwa perilaku guru
profesional memilki kaitan erat dengan
merupakan bentuk nyata dari profesionalisme.
rumusan dari Undang-Undang Nomor 14
Guru profesional dianggap sebagai guru yang
Tahun 2005 Pasal 1 ayat 4. Rumusan tersebut
fokus pada usaha pengajaran dan pendidikan.
menjelaskan tentang ukuran penting yang
Guru profesional dalam hal ini adalah guru
menjadikan guru dianggap sebagai sebuah
yang tidak terlibat dalam kegiatan politik,
profesi, yaitu (1) menjadi sumber penghasilan
sekalipun masalah politik pendidikan atau
kehidupan; (2) memerlukan keahlian; (3)
pendidikan politik.
memerlukan kemahiran; (4) memerlukan
Posisi sosial guru di masyarakat akan
kecakapan; (5) adanya standar mutu atau norma
berkembang seiring dengan perkembangan
tertentu; dan (6) memerlukan pendidikan
zaman yang ada di sekitar kita yang berkaitan
profesi. Kualitas profesi seseorang disebut
dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan
sebagai profesionalisme. Profesionalisme
terhadap lembaga pendidikan membuat
tersebut merupakan kecenderungan sikap,
masyarakat mempertanyakan kembali mengenai
mental atau tindakan dalam menjalankan
status sosial guru dan makna guru bagi
profesinya. Hal ini berkaitan juga dengan
masyarakat. Guru kadang mendapatkan
komitmen seseorang untuk menjalankan tugas
sanjungan sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”,
dan fungsinya.
tetapi di sisi lain tenaga pendidik ini juga
Peran dan fungsi guru tidak bisa
mendapatkan berbagai kritikan yang berkaitan
dipisahkan dari fungsi guru sebagai bagian dari
dengan mutu pendidikan di Indonesia. Kondisi
perubahan sosial di masyarakat. Masyarakat
tersebut disadari oleh pemerintah, sehingga
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan pembelajaran, kompetensi yang dijadikan dasar
Kebudayaan terus melakukan upaya perbaikan penilaian kinerja guru adalah: (1) kompetensi
peraturan dan pelayanan pendidikan. Salah satu pedagogik; (2) kompetensi profesional; (3)
diantaranya adalah mengeluarkan Undang- kompetensi kepribadian; dan (4) kompetensi
Undang Sistem Pendidikan Nasional dan sosial. Kompetensi tersebut ditetapkan dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen untuk Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
memperbaiki sistem dan pelayanan pendidikan. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal Guru (Depdiknas, 2007). Keempat kompetensi
28 menyatakan bahwa guru sebagai pendidik ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru
harus memiliki kualifikasi akademik dan yang harus mewarnai perilaku guru dalam
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan kompetensi pedagogik dan profesional yang
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. berkaitan langsung dengan pembelajaran.
Saat ini, peranan seorang guru sudah memasuki Permendikbud nomor 103 tahun 2014
era baru. Guru dituntut untuk lebih profesional. Pasal 2, memberikan anjuran untuk
Salah satunya adalah dengan diberlakukannya menggunakan pembelajaran berbasis aktivitas.
sistem portofolio dan sertifikasi. Setiap guru Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang
dituntut untuk tidak hanya mengajar tetapi juga sangat baik digunakan dalam mengajar
terus-menerus meningkatkan kapasitasnya baik keterampilan proses. Strategi ini menyediakan
dari sisi keilmuan maupun dari sisi sarana bagi peserta didik untuk belajar
profesionalitas. Hal ini dilakukan karena keterampilan dan lebih mudah mengenali dan
dengan pesatnya perkembangan teknologi, melatih peserta didik ketika berpartisipasi
tanpa didukung ilmu-ilmu baru dan teknik dalam kegiatan yang lebih kompleks, yaitu
pembelajaran yang lebih aplikatif, fungsi guru kegiatan pembelajaran berbasis proyek
akan termarjinalisasi di tengah pesatnya arus (Monsenson, 2011). Pendekatan saintifik
informasi. merupakan pendekatan yang sering dianjurkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dalam sebuah pembelajaran, karena pendekatan
tentang Guru dan Dosen Pasal 2 menjelaskan tersebut memberikan banyak manfaat bagi
bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai kemajuan pendidikan peserta didik, yaitu
tenaga profesional pada jenjang pendidikan peserta didik mampu memiliki suatu
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan pengalaman belajar.
anak usia dini pada jalur pendidikan formal Beberapa hal yang menjadi penyebab
yang diangkat sesuai dengan peraturan dari ketidaksiapan guru melangsungkan
perundang-undangan. Guru adalah pendidik pembelajaran berbasis proses adalah kurangnya
profesional dengan tugas utama mendidik, skill/kemampuan guru dalam melangsungkan
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, pembelajaran berbasis proses. Guru juga
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada beranggapan bahwa pembelajaran berbasis
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan proses dianggap terlalu merepotkan,
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan membebani dan tidak sesuai dengan tuntutan
menengah. Hal ini dijadikan sebagai acuan oleh UN. Berdasarkan hasil tersebut, perlu
pemerintah untuk membuat standar kompetensi dirumuskan pembelajaran yang mengedepankan
guru untuk memperoleh tenaga pendidik yang pengalaman personal melalui pendekatan
berkualitas. saintifik yang terdiri dari proses mengamati
Mulyasa (2013, p.17) berpendapat bahwa (observing), menanya (questioning),
standar kompetensi guru dibuat untuk mencoba/mengumpulkan data (experimenting),
mendapatkan guru yang baik dan profesional, menalar/mengasosiasis (associating), dan
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan mengomunikasikan (communicating). Proses
fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta belajar seperti itu diharapkan dapat
tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai menghasilkan peserta didik yang produktif,
kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
Kompetensi guru memberikan manfaat yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
penting bagi pencapaian suatu standar, ukuran, terintegrasi.
serta kriteria yang telah ditetapkan dalam suatu PP Nomor 32 Tahun 2013 menyebutkan
pembelajaran. Khusus untuk kegiatan bahwa pengembangan pengetahuan dalam

Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 93 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

pembelajaran merupakan perwujudan suasana kepala sekolah dan pelatihan yang diikuti oleh
untuk meletakkan dasar kematangan proses guru. Penelitian ini dilakukan terhadap guru-
berpikir dalam konteks belajar dan berinteraksi guru fisika se-SMA Negeri di Kabupaten
sosial. Bahan kajian yang termasuk dalam Sleman yang termasuk dalam pilot project
pengembangan pengetahuan adalah bahan dalam menerapkan kurikulum 2013.
kajian ilmu pengetahuan alam dan bahan kajian
ilmu pengetahuan sosial, dan fisika merupakan Metode Penelitian
salah satu mata pelajaran dalam bahan kajian Jenis Penelitian
ilmu pengetahuan alam yang digunakan dengan Penelitian ini merupakan penelitian
maksud untuk mengembangkan pengetahuan, kuantitatif, yaitu penelitian survei. Penelitian
pemahaman, dan kemampuan analisis peserta survei digunakan untuk mengetahui seberapa
didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya. baik kompetensi pedagogik dan profesional
Pengamatan lebih jauh tentang dalam melaksanakan pendekatan saintifik guru
kompetensi guru saat ini agaknya masih fisika.
beragam. Berdasarkan hasil pra survei yang Tempat dan Waktu Penelitian
dilakukan pada Oktober 2014 memberikan Penelitian ini dilaksanakan di SMA
gambaran bahwa 8 dari 12 guru fisika lebih Negeri se-Kabupaten Sleman yang
suka menggunakan pembelajaran ekspositori menggunakan kurikulum 2013 (pilot project)
dan mengaku memiliki banyak kendala dalam yang telah memasuki tahun kedua dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proses. mengimplementasikan kurikulum 2013 yang
Terdapat indikasi tentang baik tidaknya berjumlah tujuh sekolah yaitu: SMAN 1
kompetensi guru yang berhubungan dengan Godean, 1 Seyegan, 1 Sleman, 1 Pakem, 2
faktor luar, yaitu kepemimpinan kepala sekolah Ngaglik, 1 Kalasan, dan 1 Prambanan. Waktu
dan pelatihan guru. Penelitian ini akan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian
mengungkap bagaimana korelasi ini adalah kurang lebih tiga bulan pada semester
kepemimpinan kepala sekolah dan pelatihan genap tahun pelajaran 2014/2015.
guru dengan kompetensi guru fisika, yaitu Populasi dan Sampel Penelitian
kompetensi pedagogik dan profesional guru. Populasi dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten guru fisika SMA Negeri di Kabupaten Sleman
Sleman yang merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam pilot project yang
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini jumlah menggunakan kurikulum 2013 sejak tahun
SMA di Kabupaten Sleman ada 51 sekolah pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian
yang tersebar di 17 kecamatan. SMA tersebut ini yaitu seluruh guru fisika yang mengajar
terdiri dari 17 SMA negeri dan 34 SMA swasta. kelas XI MIA di SMA Negeri di Kabupaten
Terdapat 7 SMA negeri yang termasuk ke Sleman yang termasuk dalam pilot project yang
dalam pilot project dalam menggunakan telah mengimplementasikan kurikulum 2013
Kurikulum 2013. SMAN tersebut adalah sejak tahun pelajaran 2013/2014.
SMAN 1 Godean, 1 Seyegan, 1 Sleman, 1 Variabel Penelitian
Pakem, 2 Ngaglik, 1 Kalasan, dan 1 Variabel dalam penelitian ini adalah:
Prambanan. SMAN tersebut telah memasuki kompetensi pedagogik dan profesional guru
tahun kedua dalam mengimpelemntasikan fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik
Kurikulum 2013, sehingga dengan kondisi di SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
seperti itu diharapkan dapat memberikan lebih Teknik Analisis Data
banyak manfaat dalam penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat betapa pentingnya kompetensi Pengumpulan data dalam penelitian ini
pedagogik dan profesional guru serta manfaat dilakukan dengan menggunakan instrumen
pendekatan saintifik dalam sebuah kuesioner (angket), observasi (pengamatan),
pembelajaran, sehingga perlu untuk dilakukan interview (wawancara), dan dokumentasi.
penelitian tentang kompetensi pedagogik dan Instrumen ini dibuat berdasarkan tujuan
profesional guru fisika dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui seberapa baik
pendekatan saintifik, untuk mengetahui kompetensi pedagogik dan profesional guru
seberapa baik kompetensinya dalam fisika dalam melaksanakan pendekatan saintifik
melaksanakan pendekatan saintifik, demikian di SMA Negeri di Kabupaten Sleman. Pada
pula dalam korelasinya dengan kepemimpinan penelitian ini, instrumen divalidasi

94 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

menggunakan validitas isi. Penentuan validitas sebagai berikut.data reduksi, data display,
dilakukan oleh 3 orang validator yang berasal conclussion.
dari 1 ahli dan 2 praktisi. Hasil dari validitas isi Analisis data selanjutnya menggunakan
menunjukan bahwa semua butir soal dinyatakan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan dalam
valid. penelitian ini adalah uji korelasi Spearman dan
Teknik Analisis Data uji korelasi koefisien kontingensi. Uji korelasi
Analisis dilakukan dengan menggunakan Spearman digunakan untuk mencari hubungan
analisis kuantitatif dengan pendekatan survei. antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
Data yang diperoleh di lapangan akan kompetensi pedagogik dan profesional guru
diinterpretasikan ke setiap komponen yang fisika. Uji korelasi koefisien kontingensi
diteliti, selanjutnya akan dideskripsikan digunakan untuk mencari hubungan antara
penyebab-penyebabnya. Analisis kuantitatif pelatihan guru dengan kompetensi pedagogik
dalam penelitian ini digunakan untuk dan profesional guru fisika.
menggambarkan data mengenai seberapa baik
kompetensi pedagogik dan profesional guru Hasil Penelitian dan Pembahasan
fisika dalam melaksanakan pendekatan Analisis Kuantitatif
saintifik, kemudian data tersebut
Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
diinterpretasikan dalam kategori-kategori. Kategori penilaian kompetensi pedagogik
Analisis data selanjutnya menggunakan didasarkan pada pengkategorian yang disajikan
triangulasi data. Langkah-langkah triangulasi pada Tabel 1, dan pengaktegorian setiap
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah instrumen memberikan rentang yang berbeda-
beda.
Tabel 1. Pengkategorian Kompetensi Pedagogik Berdasarkan Jenis Instrumen
Angket Observasi Wawancara Kategori
> 85 > 16 > 17 Sangat Baik
70 < ≤ 85 12 < ≤ 16 14 < ≤ 17 Baik
55 < ≤ 70 8 < ≤ 12 11 < ≤ 14 Cukup
40 < ≤ 55 4< ≤8 8 < ≤ 11 Kurang
≤ 40 ≤4 ≤8 Sangat Kurang

Tabel 1 menunjukkan pengkategorian wawancara yang disajikan dalam Tabel 2. dapat


penilaian kompetensi pedagogik guru dibagi diperoleh skor yang dianalisis dari instrumen
dalam 5 kategori yang terdiri dari sangat baik, angket guru dan Skor tersebut akan di
baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. kelompokkan berdasarkan kategori-kategori
Pengkategorian menunjukkan hasil yang untuk mengetahui seberapa baik kompetensi
berbeda sesuai dengan jumlah indikator yang pedagogik dan profesional guru fisika dalam
terdapat pada instrumen didik, observasi, dan melaksanakan pendekatan saintifik.
Tabel 2. Skor Kompetensi Pedagogik Guru Fisika Berdasarkan Jenis Instrumen
Kode Jenis Instrumen
No
Guru Angket Guru Angket Pesdik Observasi Wawancara
1. A1 92 74,90 15 18
2. B1 95 78,80 18 18
3. C1 74 69,00 14 16
4. C2 83 79,97 14 13
5. D1 86 80,41 19 19
6. D2 89 72,19 10 12
7. E1 95 84,19 18 19
8. F1 91 75,96 13 16
9. F2 91 73,40 19 19
10. F3 93 82,81 18 16
11. G1 82 75,15 13 15
12. G2 63 85,30 12 12
Skor kompetensi pedagogik guru fisika observasi, dan wawancara kemudian
yang diperoleh dari instrumen angket, diinterpretasikan kedalam kategori-kategori

Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 95 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

untuk memperoleh kesimpulan yang disajikan dalam Tabel 3.


Tabel 3. Hasil Pengkategorian 3 Jenis Instrumen
Jenis Instrumen
Kode Kesim
No Angket Angket Obse Wawa
Guru ncara pulan
Guru Pesdik rvasi
1. A1 SB B B SB B
2. B1 SB B SB SB SB
3. C1 B C B B B
4. C2 B B B C B
5. D1 SB B SB SB SB
6. D2 SB B C C C
7. E1 SB B SB SB SB
8. F1 SB B B B B
9. F2 SB B SB SB SB
10. F3 SB B SB B SB
11. G1 B B B B B
12. G2 C SB C C C
Keterangan: SB=Sangat Baik; B=Baik; C=Cukup
Berdasarkan Tabel 3 terdapat 5 guru dengan kategori baik, dan ada 2 guru dengan
yang memiliki kompetensi pedagogik dengan kategori cukup.
kategori sangat baik, kemudian ada 5 guru
Tabel 4. Persentase Pengkategorian Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik (SB) 5 42
Baik (B) 5 42
Cukup (C) 2 16
Kurang (K) 0 0
Sangat Kurang (SK) 0 0
Tabel 4 menunjukkan bahwa kompetensi memiliki persentase 42%, dan kategori cukup
pedagogik guru fisika dengan kategori sangat memiliki persentase 16%.
baik memiliki persentase 42%, kategori baik

50 4242
Persentase (%)

Sangat Baik
40
Baik
30
16 Cukup
20
10 Kurang
0 0
0 Sangat Kurang
Kategori

Gambar 1. Histogram Persentase Kompetensi Pedagogik Guru Fisika


Berdasarkan Triangulasi 3 Jenis Instrumen.
Gambar 1 dapat memperlihatkan hasil observasi, dan wawancara. Perbedaan tersebut
dari persentase kompetensi pedagogik dalam disebabkan beberapa hal yang berkaitan dengan
melaksanakan pendekatan saintifik berdasarkan indikator berikut:
triangulasi 3 jenis instrumen yaitu instrumen Mengenal karakteristik peserta didik
angket, observasi, dan wawancara. Berdasarkan Guru memilih pernyataan bahwa telah
hasil dari analisis ketiga instrumen tersebut, melakukan identifikasi karakteristik peserta
dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi didik setiap melakukan proses pembelajaran.
pedagogik guru fisika dalam melaksanakan Hasil observasi memberikan jawaban yang
pendekatan saintifik secara keseluruhan berbeda, bahwa guru melakukan identifikasi
dikategorikan baik. karakteristik peserta didik hanya ketika ada
Terdapat beberapa guru yang memiliki keperluan tertentu saja, hal ini juga dikuatkan
hasil yang berbeda antara instrumen angket,

96 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

dengan wawancara yang dilakukan terhadap Melakukan kegiaan pembelajaran yang


peserta didik. mendidik
Guru memilih pernyataan Guru menyatakan bahwa guru
mengidentifikasi potensi peserta didik menggunakan pendekatan saintifik dalam
kemudian mengembangkannya, dan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
mengidentifikasi kekurangan peserta didik pembelajaran. Hasil yang berbeda diberikan
kemudian memotivasinya. Hasil observasi oleh kegiatan observasi, yaitu guru lebih
memperlihatkan bahwa guru hanya memberikan cenderung menggunakan kegiatan pembelajaran
kesempatan kepada peserta didik yang berminat ekspositori.
mengembangkan potensinya tanpa harus Guru memilih pernyataan bahwa guru
melalui tahap mengidentifikasi potensi peserta memilih strategi pembelajaran yang cocok
didik, sedangkan hasil wawancara memberikan sehingga tercipta pembelajaran yang
informasi bahwa guru baru akan mencari menyenangkan. Hasil yang berbeda diberikan
peserta didik yang berpotensi ketika akan dari kegiatan observasi, yaitu suasana yang
diikutkan dalam suatu perlombaan. diciptakan oleh guru dalam kegiatan
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran membuat peserta didik tidak
pembelajaran yang mendidik berbasis bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
pendekatan saintifik Mengembangkan potensi peserta didik
Guru menyatakan bahwa memberikan Guru memilih pernyataan bahwa guru
materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi bakat, minat, dan potensi
peserta didik melalui sebuah pengamatan. Hasil masing-masing peserta didik dan
observasi dan wawancara dengan peserta didik mengembangkannya secara optimal. Hasil yang
memberikan hasil yang berbeda bahwa guru berbeda diberikan oleh data observasi, yaitu
lebih sering memberikan materi pelajaran guru tidak melakukan identifikasi bakat, minat,
kepada peserta didik untuk dipelajari sendiri, dan potensi masing-masing peserta didik karena
misalnya dengan menyuruh peserta didik untuk hal itu dianggap terlalu sulit untuk dikerjakan.
mengerjakan LKS tanpa adanya pengenalan Melakukan komunikasi dengan peserta didik
materi terlebih dahulu. Komunikasi yang dilakukan oleh semua
Guru memilih pernyataan bahwa setiap guru terjalin baik dengan peserta didik. Guru
melakukan pembelajaran guru memotivasi dan memberikan perhatian serta mendengarkan
mengembangkan karakter belajar peserta didik. pertanyaan yang diajukan oleh peseta didik.
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh jawaban Guru menggunakan pertanyaan terbuka untuk
peserta didik bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dengan peserta didik sehingga
memotivasi dan mengembangkan karakter membuat peserta didik merasa bersemangat.
belajar tanpa bantuan guru. Setelah dilakukan Melakukan penilaian dan evakuasi
observasi, diperoleh informasi bahwa peserta Guru memilih pernyataan bahwa guru
didik sudah mengikuti bimbingan belajar secara membuat dan melaksanakan penilaian dengan
mandiri di rumah, sehingga merasa motivasi berbagai teknik dan jenis penilaian selain
yang diberikan oleh guru tidak terlalu penilaian formal. Hasil yang berbeda diberikan
memberikan banyak pengaruh. oleh hasil observasi, yaitu guru menggunakan
Mengembangkan kurikulum penilaian yang hanya didasarkan pada aspek
Guru memilih pernyataan bahwa guru pengetahuan saja.
merasa tertantang untuk merancang rencana Kompetensi Profesional Guru Fisika
pembelajara. Hasil yang berbeda diperoleh dari Kategori penilaian kompetensi
observasi, yaitu guru menggunakan RPP yang profesional didasarkan pada pengkategorian
telah dirancang dalam forum MGMP atau yang disajikan pada Tabel 5, dan
menggunakan RPP dari teman sejawat untuk pengaktegorian setiap instrumen memberikan
digunakan dalam pembelajarannya. rentang yang berbeda-beda.

Tabel 5. Pengkategorian Kompetensi Profesional Berdasarkan Jenis Instrumen


Angket Observasi Wawancara Kategori

Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 97 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

> 34 > 24 > 17 Sangat Baik


28 < ≤ 34 18 < ≤ 24 14 < ≤ 17 Baik
22 < ≤ 28 12 < ≤ 18 11 < ≤ 14 Cukup
16 < ≤ 22 6 < ≤ 12 8 < ≤ 11 Kurang
≤ 16 ≤6 ≤8 Sangat Kurang

Kategori penilaian kompetensi observasi, dan wawancara yang masing-masing


profesional didasarkan pada komponen- menunjukkan kategori yang berbeda.
komponen yang terdiri dari instrumen angket,
Tabel 6. Skor Kompetensi Profesional Guru Fisika Berdasrkan Jenis Instrumen
Kode Jenis Instrumen
No
Guru Angket Guru Angket Pesdik Observasi Wawancara
1. A1 39 33,66 20 19
2. B1 35 34,70 29 16
3. C1 35 31,03 27 17
4. C2 31 36,19 20 16
5. D1 34 33,19 28 18
6. D2 36 36,26 18 16
7. E1 35 33,84 29 16
8. F1 36 34,48 19 17
9. F2 33 35,77 19 16
10. F3 40 35,77 28 20
11. G1 37 34,10 19 18
12. G2 29 37,30 17 13

Skor kompetensi profesional guru fisika diinterpretasikan kedalam kategori-kategori


yang diperoleh dari instrumen angket, untuk memperoleh kesimpulan yang disajikan
observasi, dan wawancara kemudian dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengkategorian 3 Jenia Instrumen
Kode
Jenis Instrumen Kesim
No Angket Angket Observ Wawan
Guru pulan
Guru Pesdik asi cara
1. A1 SB B B SB B
2. B1 SB SB SB B SB
3. C1 SB B SB B B
4. C2 B SB B B B
5. D1 B B SB SB SB
6. D2 SB SB C B B
7. E1 SB B SB B SB
8. F1 SB SB B B B
9. F2 B SB B B Baik
10. F3 SB SB SB SB SB
11. G1 SB SB B SB SB
12. G2 B SB C C C
Keterangan: SB=Sangat Baik; B=Baik; C=Cukup.
Berdasarkan Tabel 7 terdapat 5 guru dengan kategori baik, dan ada 1 guru dengan
yang memiliki kompetensi profesional dengan kategori cukup.
kategori sangat baik, kemudian ada 6 guru
Tabel 8. Persentase Pengkategorian Kompetensi Profesional Guru Fisika
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik (SB) 5 42
Baik (B) 6 50
Cukup (C) 1 8
Kurang (K) 0 0
Sangat Kurang (SK) 0 0

98 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

Tabel 8 menunjukkan bahwa kompetensi memiliki persentase 50%, dan kategori cukup
profesional guru fisika dengan kategori sangat memiliki persentase 8%.
baik memiliki persentase 42%, kategori baik

50
50 42
Sangat Baik

Persentase (%)
40
Baik
30
Cukup
20
8
10 Kurang
0 0
0 Sangat Kurang
Kategori

Gambar 2. Histogram Persentase Kompetensi Profesional Guru Fisika


Berdasarkan Triangulasi 3 Jenis Instrumen
Gambar 2 memperlihatkan hasil dari kompetensi dasar untuk materi pelajaran yang
persentase kompetensi profesional dalam diangap sulit, melakukan perencanaan dan
melaksanakan pendekatan saintifik berdasarkan pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan
triangulasi 3 jenis instrumen yaitu instrumen alokasi waktu. Hasil observasi menunjukkan
angket, observasi, dan wawancara. Berdasarkan hasil yang berbeda, guru tidak membuat
hasil dari analisis ketiga instrumen tersebut, perencanaan pembelajaran, dan tidak
dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.
profesional guru fisika dalam melaksanakan Perencanaan atau RPP yang digunakan oleh
pendekatan saintifik secara keseluruhan guru adalah RPP dari tahun sebelumnya yang
dikategorikan baik. informasinya belum diperbarui kembali.
Terdapat beberapa guru yang memiliki Mengembangkan materi pembelajaran secara
hasil yang berbeda antara instrumen angket, kreatif menggunakan pendekatan saintifik
observasi, dan wawancara. Perbedaan tersebut Keinginan guru untuk mengembangkan
disebabkan beberapa hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran secara kreatif
indikator berikut: menggunakan pendekatan saintifik masih
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola mendapatkan beberapa kendala, salah satunya
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran karena tuntutan Ujian Nasional yang
Guru memilih pernyataan bahwa guru mengharuskan peserta didik mampu menguasai
mencari informasi di internet agar dapat materi pembelajaran, sehingga guru merasa
menguasai materi pelajaran sepenuhnya. Hasil nyaman dengan pembelajaran ekspositori
observasi memberikan jawaban yang berbeda, dimana guru sebagai pusat pembelajaran.
yaitu guru tidak menggunakan internet untuk Mengembangkan keprofesionalan melalui
menguasai materi pelajaran. Bahkan, guru tidak tindakan yang reflektif
bisa memanfaatkan internet sebagai salah satu Guru memilih pernyataan bahwa guru
sumber informasi. mengisi jurnal pembelajaran dan mencatat
Guru memilih pernyataan bahwa guru semua masukan dari kolega. Observasi
selalu menyertakan informasi penting dalam menunjukkan hasil yang berbeda, guru
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di memiliki jurnal pembelaaran yang diberikan
kelas. Hasil observasi memberikan jawaban oleh sekolah, tetapi tidak diisi untuk
yang berbeda, guru mengajar tidak kepentingan mengembangkan keprofesionalan.
menggunakan perencanaan sebelumnya dan Memanfaatkan TIK untuk komunikasi dan
tidak menyertakan informasi penting saat pengembangan diri
pelaksanaan pembelajaran. Guru memilih pernyataan bahwa guru
Menguasai KI dan KD mata pelajaran yang merasa bersemangat memanfaatkan TIK untuk
diampu membuat tugas-tugas. Observasi dan
Guru memilih pernyataan bahwa guru wawancara memberikan hasil yang berbeda,
melakukan pemetaan kompetensi inti dan guru tidak terbiasa menggunakan TIK (laptop)

Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 99 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

dalam mengerjakan tugas yang berkaitan Uji korelasi Spearman digunakan untuk
dengan pembelajaran sehari-hari. Guru mengetahui ada tidaknya korelasi antara
memanfaatkan laptop hanya ketika ada tugas kepemimpinan kepala sekolah (Y1) dengan
dari sekolah yang sifatnya kelembagaan. kompetensi pedagogik dalam melaksanakan
pendekatan saintifik guru fisika (X1), dan
Uji Korelasi korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah
Korelasi Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y1) dengan kompetensi profesional dalam
dengan Kompetensi Pedagogik dan Profesional melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika
Guru Fisika (X2).
Tabel 9. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
Correlations
Kepemimpinan Kepala
Kompetensi Pedagogik
Sekolah
Correlation
1,000 0,157
Kepemimpinan Coefficient
Kepala Sekolah Sig. (2-tailed) . 0,047
N 12 12
Spearman's rho
Correlation
0,157 1,000
Kompetensi Coefficient
Pedagogik Sig. (2-tailed) 0,047 .
N 12 12
Tabel 9 menunjukkan kekuatan korelasi kepemimpinan kepala sekolah dengan
antar dua variabel antara kepemimpinan kepala kompetensi pedagogik menunjukkan nilai 0,157
sekolah dengan kompetensi pedagogik guru dan dikategorikan memiliki korelasi sangat
fisika, dengan melihat angka koefisien korelasi lemah.
hasil perhitungan. Koefisien korelasi antara
Tabel 10. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Kompetensi Profesional Guru Fisika
Correlations
Kepemimpinan Kepala Kompetensi Profesional
Sekolah
Correlation
1,000 0,535
Kepemimpinan Coefficient
Kepala Sekolah Sig. (2-tailed) . 0,043
N 12 12
Spearman's rho
Correlation
0,535 1,000
Kompetensi Coefficient
Profesional Sig. (2-tailed) 0,043 .
N 12 12
Tabel 10 menunjukkan kekuatan korelasi Tugas kepala sekolah untuk menyusun
antar dua variabel antara kepemimpinan kepala perencanaan sekolah sering kali melibatkan
sekolah dengan kompetensi profesional guru guru. Tugas tersebut antara lain: melibatkan
fisika, dengan melihat angka koefisien korelasi guru untuk ikut merumuskan perencanaan
hasil perhitungan. Koefisien korelasi antara jangka panjang, menengah, dan tahunan;
kepemimpinan kepala sekolah dengan demikian pula ketika merumuskan tujuan-
kompetensi profesional menunjukkan nilai tujuan sekolah. Tugas kepala sekolah dalam
0,535 dan dikategorikan memiliki korelasi kuat. mengelola kelembagaan sekolah yang sering
Penyebab lemahnya korelasi antara melibatkan guru antara lain: mengorganisasikan
kepemimpinan kepala sekolah dengan guru dalam merumuskan dan membagi tugas
kompetensi pedagogik berkaitan dengan sekolah; selain itu kepala sekolah juga sering
indikator kepemimpinan kepala sekolah mengoordinasi guru dalam menentukan
berikut: mekanisme program sekolah. Tugas kepala
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah untuk menerapkan kepemimpinan
dalam pekerjaan dilakukan untuk menjaga

100 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

kualitas guru dalam lembaga, dilakukan dengan program-program kegiatan sekolah. Tugas
mendayakan kemampuan guru secara kepala sekolah dalam mengelola sarana dan
maksimal; memberikan motivasi kerja kepada prasarana yang sering melibatkan guru antara
guru, menegakkan disiplin kerja guru; lain: menginformasikan kepada guru tentang
mengawasi pekerjaan guru, melakukan apa yang harus dikerjakan; memberikan mandat
supervisi proses pembelajaran; menindaklajuti kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran
supervisi tersebut, dan mengevaluasi. dengan baik, lancar, dan produktif. Tugas
Beberapa tugas yang diberikan oleh kepala sekolah dalam mengelola hubungan
kepala sekolah sebagai pemimpin kepada guru dengan masyarakat yang sering melibatkan
tersebut merupakan tugas kelembagaan yang guru antara lain: berupaya mengembangkan
tidak berkaitan dengan kompetensi pedagogik suasana yang bersahabat; menaruh kepercayaan
guru fisika dalam melaksanakan pembelajaran kepada guru; mendukung pengembangan
di kelas. Guru tetap mengajar atau mencari profesi yang dilakukan guru seperti membuat
pertemuan pengganti seandainya guru diminta karya ilmiah, artikel, dll.
kepala sekolah untuk melaksanakan tugas Uji Korelasi antara Pelatihan Guru dan
penting. Tugas kepala sekolah yang memiliki Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
korelasi terhadap kompetensi pedagogik guru Uji Korelasi Koefisien Kontingensi
adalah kegiatan supervisi proses pembelajaran. digunakan untuk mencari korelasi antara
Kegiatan supervisi proses pembelajaran akan pelatihan guru (Y2) dengan kompetensi
meningkatkan kompetensi pedagogik guru. pedagogik dalam melaksanakan pendekatan
Kepala sekolah sebagai manager saintifik guru fisika (X1), dan korelasi antara
Tugas kepala sekolah untuk mengelola pelatihan guru (Y2) dengan kompetensi
tenaga kependidikan yang sering melibatkan profesional dalam melaksanakan pendekatan
guru antara lain: menggunakan partisipasi guru saintifik guru fisika (X2). Uji korelasi koefisien
untuk melancarkan komunikasi di sekolah; kontingensi pada penelitian ini menggunakan
menciptakan komunikasi dua arah dengan guru; perhitungan Chi-square dengan program SPSS
menghargai keterlibatan guru dalam menyusun versi 21.
Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi antara Pelatihan Guru dan
Kompetensi Profesional Guru Fisika
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.(2-sided)
Pearson Chi-Square 2,400a 2 0,301
Likelihood Ratio 3,175 2 0,204
Linear-by-Linear Association 0,129 1 0,719
N of Valid Cases 12
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 0,33.
Tabel 11 menunjukkan pada bagian guru secara maksimal; memberikan motivasi
Pearson Chi-Square terlihat nilai Asymp. Sig kerja kepada guru, menegakkan disiplin kerja
sebesar 0,301. Nilai Asymp. Sig. 0,301 > 0,05, guru; mengawasi pekerjaan guru, melakukan
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, supervisi proses pembelajaran; menindaklajuti
yang artinya tidak ada korelasi yang signifikan supervisi tersebut, dan mengevaluasi.
antara pelatihan guru dengan kompetensi Beberapa tugas yang diberikan oleh
pedagogik dalam melaksanakan pendekatan kepala sekolah sebagai pemimpin kepada guru
saintifik guru fisika. tersebut memiliki korelasi yang kuat terhadap
Penyebab kuatnyanya korelasi antara kompetensi profesional dalam melaksanakan
kepemimpinan kepala sekolah dengan pendekatan saintifik guru fisika. Tugas tersebut
kompetensi profesional berkaitan dengan mampu membuat guru untuk meningkatkan
indikator kepemimpinan kepala sekolah pengetahuannya dalam mengelola pembelajaran
berikut: secara maksimal. Guru merasa mendapatkan
Kepala sekolah sebagai pemimpin perhatian melalui suatu pengawasan, supervisi,
Tugas kepala sekolah untuk menerapkan dan evaluasi sehingga guru lebih termotivasi
kepemimpinan dalam pekerjaan dilakukan meningkatkan pengetahuan agar memiliki
untuk menjaga kualitas guru dalam lembaga, prestasi yang baik ketika mengikuti tes
dilakukan dengan mendayakan kemampuan kompetensi guru.

Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 101 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

Kepala sekolah sebagai manager guru, tersebut merupakan tugas yang dapat
Tugas kepala sekolah dalam mengelola meningkatkan kompetensi profesional guru.
korelasi dengan masyarakat yang sering Kepala sekolah mendukung sepenuhnya guru
melibatkan guru antara lain: mendukung yang ingin meningkatkan kemampuannya tidak
pengembangan profesi yang dilakukan guru hanya dengan pembuatan sebuah karya tetapi
seperti membuat karya ilmiah, artikel, dll. juga mengikuti berbagai pelatihan yang penting
Tugas kepala sekolah yang sering melibatkan bagi peningkatan kompetensi.
Tabel 12. Hasil Uji Korelasi Koefisien Kontingensi antara Pelatihan Guru dan
Kompetensi Profesional Guru Fisika
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,091a 2 0,580
Likelihood Ratio 1,477 2 0,478
Linear-by-Linear Association 0,059 1 0,808
N of Valid Cases 12
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 0,33.
Tabel 12 pada bagian Pearson Chi- Akinoglu, O. (2008). Assessment of the
Square terlihat nilai Asymp. Sig sebesar 0,580. inquiry-based project
Nilai Asymp. Sig. 0,580 > 0,05, maka dapat implementation process in science
disimpulkan bahwa Ho diterima, yang artinya education upon student's points of
tidak ada korelasi yang signifikan antara view. International Journal of
pelatihan guru dengan kompetensi profesional
dalam melaksanakan pendekatan saintifik guru
Instruction, Vol. 1, No. 1.
fisika Balistreri, S. (2012). Trends. The College
Simpulan Board.
Simpulan Dwiyani, A. (2012). Keefektifan kinerja
Kompetensi pedagogik guru fisika dalam guru sains dalam
melaksanakan pendekatan saintifik secara mengimplementasikan ktsp di
keseluruhan dikategorikan baik berdasarkan smp/mts negeri se-kecamatan
hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari sumbawa, kabupaten sumbawa.
instrumen angket, observasi, dan wawancara. Tesis magister, tidak diterbitkan,
Kompetensi profesional guru fisika dalam Universitas Negeri Yogyakarta,
melaksanakan pendekatan saintifik secara Yogyakarta.
keseluruhan dikategorikan baik berdasarkan
Etherington, M. (2011). Investigative
hasil yang diperoleh dari triangulasi data dari
instrumen angket, observasi, dan wawancara. primary science: a problem-based
Koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala learning approach. Australian
sekolah dengan kompetensi pedagogik dalam Journal of Teacher Education, Vol.
melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika 9, Issue. 9.
dikategorikan memiliki korelasi sangat lemah. Hartono. (2011). Statistik untuk penelitian.
Koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala Pekanbaru: Pustaka Belajar.
sekolah dengan kompetensi profesional dalam Hasanah, D. S. (2010). Pengaruh
melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika pendidikan latihan (diklat)
dikategorikan memiliki korelasi kuat. Tidak ada kepemimpinan guru dan iklim kerja
korelasi yang signifikan antara pelatihan yang terhadap kinerja guru sekolah dasar
diikuti guru dengan kompetensi pedagogik guru
se kecamatan babakancikao
fisika dalam melaksanakan pendekatan
saintifik. Tidak ada korelasi yang signifikan kabupaten purwakarta. Jurnal
antara pelatihan yang diikuti guru dengan Penelitian Pendidikan, 85-96, Vol.
kompetensi profesional guru fisika dalam 11, No. 2.
melaksanakan pendekatan saintifik guru fisika. Hilliyani. (2012). Pengaruh peran mgmp
dan kepemimpinan kepala sekolah
Daftar Pustaka menurut persepsi guru terhadap

102 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

kompetensi guru matematika to strengthen and enhance family


smp/mts di kabupaten aceh tengah. and consumer science education.
Tesis Magister, tidak diterbitkan, Journal of Family and Consumer
Universitas Negeri Yogyakarta, Science, Vol. 103, No. 1, 63-69.
Yogyakarta. Mulyasa, H. E. (2009). Standar kompetensi
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan sertifikasi guru. Bandung:
dan kontekstual dalam Rosda Karya.
pembelajaran abad 21. Jakarta: ______. (2013). Uji kompetensi dan
Penerbit Ghalia Indonesia. penilaian kinerja guru. Bandung:
Hussain, A., Azeem, M., Shakoor, A. Rosda Karya.
(2011). Physics teaching methods: Mundilarto. (2012). Penilaian hasil belajar
scientific inquiry vs traditional fisika. Yogyakarta: UNY Press.
lecture. International Journal of Mutohar, P. M. (2013). Manajemen Mutu
Humanities and Social Science, 273, Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Vol. 1, No. 19. Media.
Irina, A., & Liliana. (2011). Pedagogical Olatunji, M. O. (2013). Ensuring and
competence - the key to efficient promoting the pedagogical
education. International Journal Of competence of university lectures in
Educational Sciences, 3(2), 411- africa. Journal of Educational and
423. Instructional Studies in The World,
Jumadi, Prasetyo, Z. K., & Wilujeng, I. Vol. 3, Issue 3, Article 12, 75-76.
(May 2014). Mapping Of Parkay, F. W., & Standford, B. H. (2011).
Professional, Pedagogical, Social, Menjadi Seorang Guru.
And Personal Competence Of (Terjemahan Wasi Dewanto). New
Senior High School Physics York: Pearson Education Inc. (Buku
Teachers In Yogyakarta Specila asli diterbitkan tahun 2010).
Region. International Conference Payong, M. R. (2011). Sertifikasi profesi
On Research, Implementation, And guru: konsep dasar, problematika,
Education Of Mathrmatics And dan implementasinya. Jakarta: PT
Science (pp. 65-76). Yogyakarta: Indeks.
Yogyakarta State University. Ponnusamy, S., Rasarasan, S., Ramanujam,
Lawson, A. E. (2010). Teaching inquiry G., et al. (2007). Physics higher
science in middle and secondary secondary first year volume – i.
school. California: Sage Publication Chennai: Tamilnadu Textbook
Inc. Corporation.
Liakopoulou, M. (2011). The professional Priatna, N., & Sukamto, T. (2013).
competence of teachers: which Pengembangan profesi guru.
qualities, attitudes, skills, and Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
kbowledge contribute to a teacher's Rice, U. (2013). College Physics. Texas:
efectiveness? International Journal Openstax College.
Of Humanities And Social Science, Rochintaniawati, D. (2014). Pembelajaran
Vol. 1, No. 21, 68-69. ipa dengan menggunakan
Manan, M. B. (2014). Leadership pendekatan saintifik dalam
characteristics of excelent kurikulum 2013. Seminar Nasional
headmasters. Journal of Education Pendidikan MIPA (pp. 1-7). Padang:
and Practice, Vo. 5, No. 23, 120- Universitas Negeri Padang.
123. Sagala, S. (2009). Kemampuan profesional
Monsenson, A. B., & Fox, W. S. (2011). guru dan tenaga kependidikan.
Teaching 21st century process skills Bandung: Alfabeta.

Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ... 103 |
JPFK, Vol. 2 No. 2, September 2016, hal 92 -104
http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/JPFK

Suriasumantri, J. S. (2009). Filsafat ilmu Wellington, J., & Ireson, G. (2012). Science
sebuah pengantar populer. Jakarta: learning, science teaching third
Pustaka Sinar Harapan. edition. Great Britain: TJ
Tiantong, M., & Tongchin, P. (2013). A International.
multiple intelligences supported Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program
web-based collaboration learning pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
model using stufflebeam's cipp Pelajar.
evaluation model. International Widyaningsih, E. (2011). Evaluasi kinerja
Journal of Humanities and Social guru ipa smp se-provinsi daerah
Science, Vol. 3, No. 7, 157-165. istimewa yogyakarta. Tesis
Wahjosumidjo. (2008). Kepemimpina magister, tidak diterbitkan,
kepala sekolah tujuan teoritik dan Universitas Negeri Yogyakarta,
permasalahannya. Jakarta: PT Raja Yogyakarta.
Grafindo Persada. William, J. D. (2012). How science works
Waluya, B. (2010). Peningkatan Kualitas teaching and learning in the science
Sumber Daya Manusia Berbasis classroom. India: Newgen Imaging
Masyarakat untuk Mengatasi System Pvt Ltd.
Masalah Pengangguran. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

104 | Wulandari dan Mudilarto, Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika ...

Anda mungkin juga menyukai