Anda di halaman 1dari 8

1.

TULISKAN FUNGSI HEPAR (HATI)


Hati adalah organ kelenjar terbesar denga berat kira-kira 1200-1500 gram.
Terdapat di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung
empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistematik melalui arteri hepatika
dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang
diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun atas banyak lobulus dengan
struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh
endotel vaskuler dan kupffer yang merupakan bagian dari sistem retikuloendotelial.
Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan, sebagian besar obat dan toksikan
(Corwin, 2016).
Salah satu fungsi hati adalah sebagai tempat mendetoksifikasi atau penetralisir
racun. Hati mempunyai sel khusus yang dapat mendetoksifikasi racun dari zat-zat
kimia ataupun organik yang masuk kedalam tubuh. Walaupun demikian sel hati juga
memiliki kapasitas penetralan terhadap racun, sehingga ketika terus terpapar racun
ataupun zat-zat toksik berbahaya maka kerja hatipun akan meningkat bahkan melebihi
kapasitasnya yang lama kelamaan menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel hati
yang secara umum menyebabkan penurunan fungsi hati. (Reza, 2016).
2. APA YANG MENYEBABKAN METABOLISME SEORANG PETANI BERBEDA
DENGAN METABOLISME PEKERJA KANTOR ?

Tubuh membutuhkan energi agar setiap organ tubuh berfungsi dengan baik.
Energi dihasilkan melalui proses metabolisme tubuh dengan cara mengubah makanan
dan minuman yang dikonsumsi. Dengan adanya energi, Kita dapat menjalani aktivitas
sehari-hari, seperti berjalan, bekerja dan berolahraga. Metabolisme tubuh merupakan
proses kimia yang terjadi di dalam sel tubuh untuk mengubah makanan dan minuman
yang kita konsumsi menjadi energi. Energi dibutuhkan oleh tubuh agar sel dan
jaringan tubuh tetap sehat, tumbuh dan berkembang serta fungsinya berjalan dengan
baik

Beberapa fungsi tubuh yang dipengaruhi oleh proses metabolisme adalah


bernapas, mencerna makanan, mengalirkan darah, memperbaiki dan memperbarui sel,
mengendalikan suhu tubuh, memicu kontraksi otot, menghilangkan limbah melalui
urine dan feses serta menjaga fungsi otak dan saraf.

Adapun cara Kerja metabolisme yaitu tubuh bekerja melalui dua proses, yaitu
katabolisme dan anabolisme, yang berlangsung secara bersamaan.

1. Katabolisme

Katabolisme adalah proses pengolahan dan pemecahan nutrisi serta


pembakaran kalori dari makanan untuk kemudian digunakan oleh tubuh sebagai
energi. Melalui proses metabolisme, kandungan protein di dalam makanan dan
minuman diubah menjadi asam amino, lemak diubah menjadi asam lemak, dan
karbohidrat diubah menjadi gula sederhana (glukosa). Selanjutnya, tubuh akan
menggunakan gula, asam amino, dan asam lemak sebagai sumber energi saat
dibutuhkan. Zat-zat tersebut diserap dari sistem pencernaan ke dalam darah dan
didistribusikan ke sel-sel tubuh. 

2. Anabolisme

Anabolisme merupakan proses memperbarui dan memperbaiki sel-sel tubuh


melaui pembakaran kalori menggunakan energi yang dihasilkan tubuh melalui
proses katabolisme. Jika kita mengkonsumsi lebih banyak kalori dari makanan
atau minuman, maka tubuh akan menyimpan kelebihan energi yang dihasilkan
sebagai jaringan lemak.
Tingkat metabolisme atau seberapa banyak kalori yang dibakar oleh tubuh
untuk menghasilkan energi umumnya berbeda-beda pada setiap orang. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:

1. Ukuran dan komposisi tubuh

Orang yang memiliki badan lebih besar dan lebih berotot mampu membakar
lebih banyak energi, bahkan ketika sedang beristirahat. Hal ini dikarenakan
jaringan otot memang lebih aktif dalam proses metabolisme dibandingkan
jaringan lemak.

2. Jenis kelamin

Tubuh pria biasanya membakar lebih banyak energi daripada wanita. Hal ini
karena pria kerap memiliki lebih banyak jaringan otot dan lebih sedikit lemak
tubuh jika dibandingkan wanita.

3. Usia

Seiring bertambahnya usia, jumlah otot cenderung menurun namun jumlah


lemak semakin meningkat. Hal ini dapat memperlambat proses metabolisme atau
pembakaran kalori untuk menghasilkan energi.

4. Genetik

Faktor genetik atau keturunan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran


jaringan otot. Hal ini nantinya akan dapat mempengaruhi pembakaran energi atau
metabolisme tubuh seseorang.

5. Suhu tubuh

Metabolisme secara alami akan meningkat ketika suhu tubuh menurun


(hipotermia) atau ketika tubuh kedinginan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
suhu tubuh agar kembali normal, sehingga organ-organ tubuh dapat berfungsi
dengan baik.

6. Asupan kafein atau stimulan

Metabolisme dapat meningkat jika mengkonsumsi minuman yang


mengandung stimulan seperti kafein. Zat ini secara alami terdapat pada kopi dan
teh. Selain itu, metabolisme tubuh juga bisa meningkat ketika mengkonsumsi
obat-obatan yang bersifat stimulan seperti metilfenidat dan amfetamin.

7. Hormon

Hormon yang berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh adalah hormon


tiroid. Oleh karena itu, terganggunya produksi atau kerja hormon tiroid dapat
meningkatkan atau menurunkan metabolisme tubuh.

8. Kehamilan

Metabolisme pada tubuh wanita hamil akan meningkat guna menunjang


proses pertumbuhan dan perkembangan organ-organ dan jaringan tubuh janin.
Proses metabolisme biasanya akan mulai meningkat ketika kehamilan mencapai
usia 15 minggu hingga memasuki trimester ketiga.

9. Konsumsi makanan dan minuman

Kurangnya mengkonsumsi makanan dan minuman dapat memperlambat


metabolisme tubuh. Sebaliknya, metabolisme tubuh dapat meningkat jika kita
banyak makan atau minum, terlebih jika makanan atau minuman yang
dikonsumsi mengandung banyak kalori dan nutrisi (contohnya protein) serta
antioksidan seperti polifenol.

10. Tingkat aktifitas

Berbagai jenis olahraga dan aktivitas fisik dapat memicu tubuh untuk
membakar lebih banyak energi, terlebih bila olahraga dilakukan secara rutin.
Semakin banyak aktivitas yang kita lakukan, semakin banyak kalori yang dibakar
dan semakin tinggi pula tingkat metabolisme tubuh Kita. Oleh karena itu,
metabolisme seorang petani berbeda dengan metabolisme pekerja kantor karena
seorang petani lebih banyak mengeluarkan energi dalam bekerja dan lebih banyak
pergerakan sehingga kalori yang dibakar lebih banyak dibandingkan pekerja
kantor sehingga tingkat metabolisme petani lebih tinggi.
3. MENGAPA PENANGANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT HARUS DIBERI
KONTROL YANG KETAT (PENANGANAN, MAKANAN, OBAT, DLL)
Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem pelayanan
kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan
kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety
Institute, 2017). Menurut Kemenkes  RI (2015), keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem
tersebut meliputi pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan
atau analisis insiden, serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk
meminimalkan terjadinya risiko. Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang
efektif untuk mencegah terjadinya cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan
oleh kesalahan tindakan.
Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau
mengakibatkan harm  (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal
tersebut dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan
sebagai suatu disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/PER/VIII/ 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala
sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau
berpotensi untuk menimbulkan cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat
terjadi tanpa direncanakan yang dapat membahayakan pasien dan tidak
terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien. Insiden keselamatan pasien dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (WHO, 2018):
1. Insiden berbahaya
Insiden yang dapat membahayakan dan merugikan pasien
sehingga planning perawatan tidak sesuai yang diharapkan.
2. Insiden tidak berbahaya
Insiden yang tidak menimbulkan bahaya dan kerugian pada pasien.
3. Insiden nyaris berbahaya
Insiden yang tidak membahayakan pasien tetapi memiliki potensi atau resiko untuk
bahaya dan kerugian. Insiden keselamatan pasien dapat disebabkan karena beberapa
hal yang tidak sesuai standar dalam periode pelayanan pasien, pengobatan yang tidak
memenuhi harapan untuk perbaikan atau penyembuhan pasien, risiko dalam
pengobatan dan kedisiplinan serta ketidakpatuhan pasien dalam minum obat.
Menurutt Cooper, dkk (2018) klasifikasi dampak insiden keselamatan pasien dalam
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Tidak ada kerugian
Proses pengobatan yang berjalan hingga selesai tanpa ada kerusakan atau kerugian
untuk pasien.
Contoh: Pasien menerima obat imunosupresif (azathioprine) tetapi melewatkan
pemantauan hematologis rutin selama beberapa bulan tetapi tidak ada bahaya yang
terjadi.
2. Tidak ada kerugian karena hasil mitigasi
Segala insiden yang berpotensi menyebabkan bahaya tetapi tidak menimbulkan
bahaya.
Contoh:  Seorang petugas kesehatan yang kurang tepat mengindikasikan aturan
minum obat yang seharusnya dua kali sehari tapi petugas menulisnya satu kali
sehari. Petugas yang menyediakan obat tersebut kepada pasien sebelumnya telah
mencatat kesalahan dan mengoreksi obat kembali.
3. Kerugian ringan
Insiden di mana pasien terluka tetapi tidak memerlukan intervensi atau perawatan
minimal
Contoh: Seorang dokter membuat kesalahan resep dan kemudian sediaan obat
tidak ada di apotik rumah sakit sehingga obat yang dibutuhkan didapat dari apotik
di luar rumah sakit. Pasien tidak mendapatkan obat selama 3,5 jam yang membuat
keluarga sangat takut.
4. Kerugian sedang
Pasien yang memerlukan perawatan medis jangka pendek untuk penilaian dan
perawatan ringan baik di UGD atupun bangsal rumah sakit.
Contoh: Seorang petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah rutin ke pasien
diabetes untuk memberikan insulin. Pada saat kunjungan ditemukan gula darah
pasien dalam batas aman untuk pemberian insulin. Kemudian pada hari yang sama
pasien ditemukan hipoglikemia, pasien tidak memberitahu petugas bahwa 30
menit sebelum petugas datang pasien sudah mendapatkan terapi insulin. Pasien
sementara  dirawat dirumah sakit untuk memantau gula darah satu hari.
5. Insiden perusakan berat
Pasien mengalami insiden yang berdampak jangka panjang atau permanen pada
fisik, mental ataupun sosialnya sehingga mempersingkat harapan hidupnya.
Contoh: Seorang anak epilepsi diresepkan untuk mendapatkan fenobarbital
dengan gejala mengantuk dan mengalami penurunan kesadaran selama tiga hari.
Konsentrasi fenobarbital dalam darah pasien ditemukan snagat tinggi ketika
diperiksa, label pabrik memberikan kekuatan 25 mg/ ml tetapi label farmasi di
fasilitas kesehatan salah mengindikasikan obat tersebut dengan 25 mg/ 5 ml dan
anak tersebut sudah menerima obat sebanyak 5 kali dosis yang sudah diresepkan.
6. Kematian
Insiden yang terjadi dalam masa pengobatan. Dapat terjadi karena kurang tepat
dalam penegakkan diagnosis, penanganan awal, dan lain sebagainya.
Contoh: Keluarga pasien menelpon seorang dokter dengan melaporkan keadaan
pasien seperti merasa tidak enak badan, muntah dan ada ruam merah di perut
kemudian seorang dokter mendiagnosis pasien dengan penyakit virus dan
menganjurkan keluarga untuk memberikan obat anti muntah. Beberapa jam
kemudian keadaan pasien memburuk dan dibawa ke UGD, pasien didiagnosis
septikemia meningkokus dan meninggal.
7. Insiden yang kurang detail
Insiden di mana informasi tidak memadai untuk mengevaluasi keparahan bahaya 
sehingga dapat berisiko kesalahan dalam hasil perawatan
Contoh: Seorang pasien memberikan sampel untuk uji histologi dan sitologi tetapi
pasien tidak memberikan keterakan pada label pot seperti nama, tanggal dan
umur.

Dalam upaya untuk mencegah insiden keselamatan pasien di rumah sakit WHO
(Collaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine ife-Saving
Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Sembilan
topik yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut:

1. perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip/norum atau look-alike, sound-alike


medication names/ LASA
2. identifikasi pasien
3. komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien
4. tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. pengendalian cairan elektrolit pekat (concentrated)
6. pastikan akurasi pemberian obat pada transisi asuhan
7. hindari kesalahan pemasangan kateter dan selang (tube)
8. penggunaan alat injeksi sekali pakai
9. tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi (HAIs/
Healthcare Associated Infections)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien sangat erat
keterkaitannya dengan pengenalan jenis dan pencegahan kejadian insiden keselamatan
pasien. Insiden keselamatan pasien dapat dicegah atau diminimalkan dengan meningkatkan
pengetahuan seluruh petugas, menerapkan budaya keselamatan pada pasien, seperti
melaporkan dan belajar dari insiden apa saja yang terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan
kesadaran bagi petugas kesehatan untuk belajar dari kesalahan dan melakukan pelaporan
apabila terjadi insiden yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai