4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek 4.9.1 Menyusun sebuah cerita pendek dengan
dengan memerhatikan unsur-unsur memerhatikan unsur-unsur instrinsik
pembangun cerpen. pembangun cerpen
TUJUAN PEMBELAJARAN
Butir Soal
No Soal Kunci
Jawaban
Bacalah teks cerpen berikut, untuk menjawab soal no 1-5!
Arti Sahabat
Langsung saja aku mencari sebaris namaku yang tercantum diantara daftar kelas
dan siapa yang ada di dalamnya. Setelah itu mataku tertuju pada namaku yang
tercantum dalam kelompok kelas “X MIPA 3”. Langsung saja aku langsung
menuju ke kelas X MIPA 3. Setelah sampai di sana, keadaannya masih sepi.
Cuma ada tiga atau empat anak di sana. Setelah itu, aku langsung menuju ke
bangku paling depan. Tak lama kemudian, seorang anak datang ke arahku. Dia
pun melempar senyum padaku. Aku pun membalas senyumannya dengan
senyum paling manis yang kupunya.
“Hai! Nama kamu siapa? Aku Syifa Amalia,” kataku sambil mengajak dia
salaman
“Aku Safitri Amanda,” Kata Fitri.
Sejak saat itu, kami menjadi teman yang sangat akrab
Hari-hari pun berlalu dengan cepatnya. Tak terasa, sudah setahun ini aku berada
di SMA ini bersama Fitri dan kawan-kawan yang lain. Pada suatu hari, tiba-tiba
Fitri menghampiriku sambil menangis.
“Ada apa Fit?,” Tanyaku.
“Aku habis dari ruang bk, Syif, aku dituduh mencuri uang seorang anak kelas
MIPA 2” Kata Fitri sambil menangis.
Aku pun terkejut. Bagaimana mungkin, Fitri yang orangnya sederhana ini
mencuri uang? Dan untuk apa? Serentetan pertanyaan itu tiba-tiba muncul di
kepalaku.
“Tapi kamu benar-benar tidak mencurinya, kan?,” Kataku
“Beneran, Syif. Hiks…” Jawab Fitri sambil terus menangis.
“Katanya, hilangnya uang tersebut kapan?” Tanyaku.
“Katanya kemarin saat istirahat. Waktu itu aku disuruh Pak Edi untuk absen
keliling kelas. Dan keadaan kelas MIPA 2 saat itu sepi,” Kata Fitri.
“Aku rasa…”
“Pliss, Syif. Aku tidak mungkin mencuri, pasti saat itu aku dijebak seseorang,”
Kata Fitri.
“Iya, Fit. Aku percaya padamu, kok. Eh, aku ke koperasi dulu, ya!. Soalnya mau
beli buku gambar untuk pelajarannya Pak Faiz nanti,” Kataku
“Hahaha… Iya. Lumayan, uang lima ratus ribu ini buat shoping-shoping,” kata
yang lain.
Saat kutersadar bahwa itu adalah suara dari Geng Bella cs, langsung saja aku
mengambil hpku yang ada di saku rok untuk merekam pembicaraan mereka
semua tentang uang yang mereka curi.
15 menit kemudian, mereka pun berlalu dari kamar mandi tersebut. Langsung
saja, rekaman suara tersebut kusimpan dan kujadikan bukti pembelaan Fitri.
Setelah itu, aku keluar dari kamar mandi dengan hati-hati. Karena aku khawatir,
salah satu dari mereka menyadari bahwa aku ada di dalam kamar mandi saat
mereka membicarakan hal itu.
Aku pun berlari menuju ke kelasku, dan melupakan keinginanku untuk membeli
buku gambar, yang terpenting sekarang, adalah keadilan untuk kawanku.
“Syif, kamu kemana aja sih, kok lama banget?,” Tanya Fitri khawatir
“Fit, kamu harus ikut aku sekarang juga!,” Jawabku sambil menghandeng tangan
Fitri menuju pintu keluar dari kelas.
“Kita mau kemana?” Tanya Fitri.
“Kita akan menuju ke ruang bk, karena aku tahu siapa yang benar, dan siapa
yang salah sekarang,” Jawabku.
Tak butuh waktu lama, akhirnya sampai juga di ruang bk. Seampai di sana, aku
langsung menjelaskan tentang aku yang mendengar pembicaraan Bella cs
tentang mereka yang mencuri uang seorang anak dari kelas MIPA 3 dan Fitri
yang dijadikan sebagai kambing hitamnya. Tak lupa juga, aku menyetel rekaman
suara yang isinya tentang pembicaraan Geng Bella cs. Setelah mendengar
penjelasanku dan mendengar rekaman suara yang kurekam, akhirnya Geng Bella
cs dipanggil dan dijatuhi hukuman.
Setelah semua urusan selesai, kami berdua berjalan dengan santai menuju ke
kelas kami.
“Syif, makasih ya, untuk semua yang kau lakukan padaku, yang telah percaya
padaku, dan telah menunjukkan bukti bahwa aku tak bersalah,” Kata Fitri.
“Iya, Fit. Aku ini ‘kan kawanmu, jadi sudah lumrah bila dalam pertemanan kita
saling tolong menolong dalam kebaikan, dan bersama-sama menjalani suka duka
bersama,” Kataku santai.
“Emmh.. Kalau begitu, kita bersahabat aja!,” Kata Fitri.
“Ok! Sahabat!.” Kataku sambil tersenyum.
Sejak saat itu, kami berdua menjadi sahabat.
6 bulan pun telah berlalu. Seiring berjalannya waktu, kulihat perubahan pada
sifat sahabatku. Yang mula-mula sifatnya sangat baik padaku, berubah menjadi
seperti orang yang membenciku. Saat itu, aku membutuhkan bantuannya dalam
menyelesaikan masalah yang ada di dalam pikiranku. Dan aku meminta solusi
padanya. Tapi jawabannya tidak mengenakkan, bahkan terkesan melukai hatiku.
Waktu itu, ku coba menanyakan padanya tentang mengapa sifatnya berubah, dan
dia pun menjawab “Maaf, Syif. Aku sudah bosan bersahabat denganmu. Dan
tolong, jauhi diriku ini,” Kata Fitri sambil berlalu dari hadapanku.
Mendengar hal itu, aku pun pergi darinya, dan aku pun menuju ke perpustakaan
sekolah. Di sana aku menumpahkan tangisku, dan tiba-tiba ada seseorang yang
menghampiriku.
“Hai!. Mengapa kamu menangis sambil menutupi mukamu dengan buku?”
Tanya orang itu.
“Aku..”
“Ceritakanlah padaku. Anggap saja aku ini sudah akrab denganmu,”
Lalu, kuceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Lalu dia pun berkata
“Sudahlah, yang sabar ya. Hidup itu penuh dengan cobaan, mungkin saat ini
hubungan persahabatan kalian saat ini diuji.” kata orang itu.
“Oh, iya. Namaku Farel. Kalau kamu tidak keberatan, kamu mau gak jadi
sahabatku? Aku siap membantumu, kok!.” Kata Farel.
“Iya, Farel. Aku mau jadi sahabatmu,” Kataku sambil tersenyum.