NIM : 5172142008
RINGKASAN
Apabila ditarik mundur ke masa lampau, potensi kuliner Indonesia memang sudah
sangat kaya. Indonesia sudah sejak lama terkenal sebagai sumber rempah-rempah yang
sangat beragam, sehingga dapat menciptakan variasi sajian masakan yang kaya cita rasa.
Pada permulaan abad ke-16 bangsa Portugis berhasil menguasai Indonesia untuk mencari
rempah-rempah dan memperkenalkan rempah-rempah Indonesia ke Eropa hingga
mendorong bangsa lainnya seperti Belanda datang ke Indonesia untuk mencari rempah-
rempah di Indonesia. Kondisi ini secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan
makanan di Indonesia. Banyak pengaruh negeri Eropa masuk ke suatu daerah sehingga
tercipta makanan tradisional yang memiliki unsur negara Eropa.
Saat Perang Dunia I terjadi, pasokan bahan baku utama makanan dari Belanda
terputus dan menyebabkan orang-orang Belanda yang ada di Indonesia mulai mencoba
makanan Indonesia yang kemudian berkembang menjadi menu yang disebut Rijsttafel.
Pada dasarnya Rijsttafel bukan sebuah nama makanan, melainkan cara makan yang
memiliki arti sederhana yakni “meja nasi”. Rijsttafel merupakan bentuk dari
penggabungan dua budaya, metode penyajian ala bangsawan Eropa bersanding dengan
sajian masakan nusantara yang bisa mencapai 40 jenis makanan dalam satu meja. Menu-
menu yang biasa disajikan adalah Nasi Goreng, Rendang, Opor Ayam, dan Sate yang
dilengkapi dengan Kerupuk dan Sambal. Meski populer di Belanda dan luar negeri, saat
ini Rijsttafel jarang ditemukan di Indonesia.15 Salah satu restoran yang konsisten
menyajikan berbagai menu dengan konsep Rijsttafel hingga saat ini adalah Restoran
Oasis di Jakarta yang berdiri sejak 1968.
Di tahun 1960-an dan 1970-an, perkembangan dunia kuliner Indonesia dari sisi
pendidikan mulai berkembang dengan berdirinya beberapa lembaga pendidikan tinggi
bidang kuliner. Salah satunya adalah Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) yang
bermula dari didirikannya Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) pada tahun 1959 di bawah
naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada dasarnya kekayaan potensi kuliner Indonesia ini sudah disadari sangat
berharga dan perlu dilestarikan oleh pemerintah sejak lama. Pada tahun 1967,
Departemen Pertanian menerbitkan sebuah buku masakan yang diberi judul Mustika
Rasa.
A. Ekosistem Kuliner
1. Defenisi Ekosistem Kuliner
Ekosistem kuliner adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan
saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam
proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung
terciptanya nilai kreatif
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan ini maka dibuat
sebuah peta ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:
a. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain)
Rantai nilai kreatif adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatif. Di dalamnya
terjadi transaksi sosial, budaya, dan ekonomi yang terdiri dari proses kreasi, produksi, dan
penyajian.
b. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)
Lingkungan pengembangan adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan
meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif yang meliputi pendidikan dan apresiasi.
c. Konsumen (Market)
Konsumen adalah pihak yang mengapresiasi dan mengonsumsi produk kuliner yang
dihasilkan dari rangkaian proses pada rantai nilai kreatif.
d. Pengarsipan (Archiving)
Pengarsipan adalah proses preservasi terhadap hasil kreasi kuliner yang dapat diakses
dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga
pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) di dalam ekosistem industri kreatif
sebagai media pembelajaran dan sumber inspirasi dalam penciptaan kreasi lainnya.
Keempat komponen tersebut mempunyai peran yang berbeda dan saling berinteraksi
sehingga membentuk sebuah siklus dalam sebuah ekosistem kuliner yang dapat menghasilkan
rantai nilai kreatif secara berkelanjutan. Melalui ekosistem ini diharapkan proses penciptaan
nilai kreatif, aktivitas, output dari setiap proses, dan peran yang terlibat di dalamnya dapat
terpetakan dengan baik sehingga rencana pengembangan yang dibuat lebih sistematis dan
tepat sasaran.
2. Peta Ekosistem Kuliner
a. Rantai Nilai Kreatif
- Proses kreasi
Proses kreasi adalah awal dari rantai kreatif kuliner. Pada tahapan ini dimulai
proses penciptaan produk kuliner dari mulai konseptualisasi ide hingga menjadi
sebuah kreasi yang siap diproduksi.
- Proses produksi
Proses produksi adalah tahapan yang dimulai dari pembuatan sebuah produk
kuliner hingga siap untuk disajikan.
- Proses penyajian
Tahapan terakhir pada rantai kreasi kuliner adalah proses penyajian. Pada tahapan ini,
sebuah kreasi kuliner akan keluar dari sebuah dapur untuk kemudian disajikan dan
dinikmati oleh konsumen.
b. Pasar Konsumen
Pasar adalah pihak yang menyerap produk kuliner yang dihasilkan. Konsumen
yang terdapat di pasar dapat dikategorikan sebagai dua kelompok besar, yaitu:
- Konsumen Umum
Konsumen umum adalah kategori konsumen yang membeli dan mengonsumi
produk kuliner sebagai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pada umumnya,
konsumen kategori ini melakukan konsumsi secara rutin.
- Konsumen Khusus
Konsumen khusus adalah kategori konsumen yang membeli dan mengonsumsi
produk kuliner dengan tujuan lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan dasar. Alasan
yang biasanya melatarbelakangi konsumen kategori ini dalam membeli suatu produk
kuliner adalah mencari pengalaman, wawasan, atau tuntutan pekerjaan. Wisatawan
atau turis adalah salah satu contohnya. Mereka pada umumnya akan memenuhi
berbagai usaham kuliner yang menjadi ikon suatu daerah.
Dalam pengembangan ekonomi kreatif, tipe konsumen yang perlu
ditingkatkan adalah konsumen khusus karena penyerapan kreasi kuliner akan lebih
mudah dilakukan. Suatu usaha kuliner akan lebih berkelanjutan dan menjadi ikon
suatu daerah apabila mampu menarik konsumen tipe ini. Oleh karena itu, diperlukan
juga proses edukasi pasar sehingga konsumen akan lebih mampu menghargai suatu
kreasi kuliner, khususnya kuliner tradisional Indonesia, sehingga harga jualnya dapat
meningkat.
c. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environme)
- Apresiasi
Apresiasi dalam bidang kuliner dapat berupa penghargaan dan juga ulasan di
media. Apresiasi ini pada umumnya dapat berasal dari pihak profesional maupun
berasal dari komunitas. Penghargaan di bidang kuliner biasanya berupa penghargaan
bagi profesional yang bekerja di sana, baik penghargaan bagi juru maupun
penghargaan bagi restoran terbaik.
- Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dalam bidang kuliner,
terutama terkait kualitasnya. Hal ini dikarenakan pendidikan berperan sebagai sarana
penciptaan orang kreatif dalam industri kuliner. Secara umum, institusi pendidikan
yang ada terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Institusi pendidikan dengan program bergelar.
2) Lembaga pelatihan atau pendidikan bersertifikat.
3) Lembaga pelatihan atau pendidikan nonsertifikat.
d. Pengarsipan
Proses pengarsipan merupakan proses mendokumentasikan perkembangan
pada industri kuliner yang dapat dijadikan referensi di masa mendatang. Proses ini
dapat dilakukan oleh pihak akademisi sebagai materi studi, pemerintah sebagai
panduan analisis perkembangan industri, dan juga pihak asosiasi ataupun komunitas.
Hal ini bertujuan agar masyarakat luas dapat memiliki akses untuk mengetahui
informasi atau kondisi mengenai kuliner di Indonesia.
B. Peta dan Ruang Lingkup Kuliner
a. Peta Industri Kuliner
Peta industri mencakup hubungan pelaku industri utama kuliner dalam rantai
nilai dengan pelaku industri yang memberikan suplai (supply) ke pelaku industri
utama (backward linkage) dan pelaku industri yang memberikan permintaan
(demand) kepada pelaku industri utama (forward linkage). Pada tahap kreasi, pelaku
utama di tahap ini adalah juru masak yang pada umumnya dibagi dalam beberapa
kategori sesuai keahliannya, yaitu cuisine chef, pastry chef, baker, dan barista atau
bartender. Para juru masak ini yang akan berkreasi untuk menghasilkan produk
kuliner. Kemudian, selain akan diteruskan kepada proses selanjutnya di rantai utama,
terdapat beberapa industri pendukung yang akan memberikan permintaan terhadap
kreasi yang dihasilkan, yaitu penerbitan serta industri pengolahan makanan dan
minuman. Industri penerbitan pada umumnya akan menjadikan hasil kreasi ke dalam
bentuk buku, seperti buku resep yang akan dijual secara komersil. Sedangkan pada
industri pengolahan makanan minuman, hasil kreasi para juru masak ini akan
dijadikan formula atau resep untuk diproduksi menjadi makanan dan minuman
olahan, baik dalam skala kecil maupun manufaktur yang besar.
b. Ruang Lingkup Industri Kuliner
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, belum
ada kategori lapangan usaha yang ditujukan khusus untuk kode usaha industri kreatif
kuliner. Hal ini dikarenakan kuliner merupakan subsektor baru yang dimasukkan pada
industri kreatif, sekitar pada tahun 2011. Sesuai KBLI Ekonomi Kreatif, ruang
lingkup subsektor kuliner adalah:56101 Restoran
- 56101 Restoran
- 56102 Warung Makan
- 56103 Kedai Makanan
- 56104 Penyediaan Makanan Keliling Atau Tempat Tidak Tetap
- 56210 Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering)
- 56290 Penyediaan Makanan Lainnya
- 56301 Bar
- 56302 Kelab Malam Atau Diskotik Yang Utamanya Menyediakan Minuman
- 56303 Rumah Minum Atau Kafe
- 56304 Kedai Minuman
- 56305 Rumah Atau Kedai Obat Tradisional
- 56306 Penyediaan Minuman Keliling Atau Tempat Tidak Tetap
c. Model Bisnis Industri Kuliner
- Independent
- Chain
- Franchise
KESIMPULAN
Istilah kuliner di Indonesia dapat dikatakan baru terdengar gaungnya sejak
tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”, sebuah tayangan televisi yang meliput tempat-
tempat makan unik atau sudah memiliki reputasi yang baik. Sejak saat itu, kata
kuliner menjadi semakin populer dan menjadi sesuatu yang identik dengan mencicipi
berbagai jenis makanan dan minuman.
Definisi culinary arts yang digunakan di Washington DC adalah:
“The subset of the food preparation industry that includes all cooking-related
activities in which aesthetics and creative content are critical elements. The segment
includes only locally-owned food establishments, full-service restaurants, gourmet
food shops, and caterers”.
Atau dalam bahasa Indonesia:
“Bagian dari industri penyedia makanan yang kegiatannya meliputi semua hal
yang terkait dengan aktivitas memasak yang mana estetika dan kreativitas merupakan
elemen yang sangat penting. Segmen industri ini meliputi restoran lokal, restoran
full-service, toko makanan, dan jasa boga.”
Secara lebih rinci ruang lingkup ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:
a. Jasa penyedia makanan/restoran/jasa boga (caterers)
b. Toko roti (baked goods store)
c. Toko olahan gula/permen/coklat (confectonery and nut stores)
d. Toko produk makanan spesial (all other specialty foods stores)
Pada dasarnya kekayaan potensi kuliner Indonesia ini sudah disadari sangat
berharga dan perlu dilestarikan oleh pemerintah sejak lama. Pada tahun 1967,
Departemen Pertanian menerbitkan sebuah buku masakan yang diberi judul Mustika
Rasa.