Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ETIKA PROFESI
Dosen Pengampun: Agus Komarudin, ST., MT

Disusun oleh:
Rahaneta Gustiana Eka Putri
P22040119035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNOLOGI ELEKTROMEDIS
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan berbagai
sumber informasi dan literatur yang sudah dikembangkan. Dan juga berterimakasih kepada
Bapak Agus Komarudin, ST., MT selaku Dosen kuliah Etika Profesi yang telah memberikan
tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Etika Profesi penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, megingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 23 Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Profesional.........................................................................................................2
2.1.1 Profesionalisme............................................................................................................2
2.1.2 Watak Profesionalisme................................................................................................3
2.1.3 Kaum Profesional.........................................................................................................3
2.2 Pengertian Etika Profesi......................................................................................................4
2.2.1 Prinsip Etika.................................................................................................................4
2.2.2 Pelanggaran Kode Etik................................................................................................5
2.3 Pengertian Globalisasi.........................................................................................................6
2.4 Pengertian Kepribadian......................................................................................................6
2.5 Pengertian Proaktif..............................................................................................................7
2.5.1 Model Proaktif.............................................................................................................7
2.6 Profesi Elektromedis............................................................................................................8
2.7 Standar Pendidikan Elektromedis......................................................................................9
2.8 Kewenangan Elektromedis................................................................................................10
2.9 Standar Kompetensi Elektromedis...................................................................................10
2.10 Kode Etik Teknik Elektromedis.......................................................................................12
2.11 Dasar Hukum Profesi Elektromedis.................................................................................13
2.12 Ruang Lingkup Elektromedis...........................................................................................21
2.13 Standar Pelayanan Elektromedis.....................................................................................21
2.14 Ketentuan Umum...............................................................................................................23
2.15 Kewenangan Elektromedis................................................................................................23
2.16 Hak Elektromedis..............................................................................................................24
2.17 Kewajiban Elektromedis...................................................................................................24
2.18 Syarat Permohonan SIP-E................................................................................................24

iii
BAB III...............................................................................................................................................26
KESIMPULAN..................................................................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik Elektromedik merupakan pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga
elektromedis yang mampu melakukan pemeliharaan, service, dan memperbaiki
peralatan di bidang alat-alat kesehatan.
Lulusan program studi Teknik Elektromedik diharapkan dapat menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan mulai dari pengelola, pelaksana, penelitian,
penyuluhan dan pelatihan terhadap alat kedokteran/kesehatan pada fasilitas kesehatan,
serta memastikan kelayakan siap pakai peralatan kesehatan dengan tingkat
keakurasian dan keamanan serta mutu sesuai standar yang berlaku dengan kode etik
yang bersifat melayani masyarakat.
Diperlukan standar profesi sebagai pedoman dasar sehingga kinerja profesi
elektromedik dapat meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud Profesi?
2. Apa saja standar profesi elektromedik?
1.3 Tujuan
1. mengetahui apa itu profesi
2. Mengetahui standar profesi elektromedik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Profesional

Menurut KBBI, ada 3 arti profesional, dimana pertama merupakan profesional


dari kata sifat yaitu bersangkutan dengan profesi. Kedua, profesional diartikan dengan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Contohnya, Rizky Febian
adalah penyanyi profesional, artinya beliau mempunyai kepandaian khusus pada
menyanyi. Terakhir, profesional diartikan dengan mengharuskan adanya pembayaran
untuk melakukannya, contohnya pertandingan sepak bola profesional.

Profesional mempunyai ikatan kuat dengan istilah profesi dan


profesionalisme. Kata profesi diartikan sebagai pekerjaan yang menghasilkan nafkah,
dengan mengandalkan keahlian serta keterampilan khusus. Ada tujuh syarat pekerjaan
dapat disebut profesional, yaitu diantaranya:

 Pekerjaan tersebut merupakan bentuk pelayanan terhadap banyak orang


(umum).
 Jika ingin melakukan pekerjaan dalam profesi khusus, maka harus melalui
pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutan.
 Adanya peran penting kode etik dan standar yang harus ditaati dan berlaku
didalam organisasi tersebut.
 Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan
ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebut.
 Mempunyai media/publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan anggotanya.
 Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yang ingin
menjadi anggota.
 Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat.
2.1.1 Profesionalisme
Profesionalisme merupakan kompetensi untuk melaksanakan tugas dan
manfaatnya secara baik dan sahih serta juga komitmen berdasarkan para
anggota dari sebuah profesi guna menaikkan kemampuan dari seseorang
karyawan. Dengan kata lain profesionalisme berbeda dengan bekerja

2
pekerjaan biasa yang hanya bertujuan untuk mencari nafkah tanpa
mengedepankan keahlian atau kepandaian tertentu.
Profesionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dilakukannya
kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang
tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan -- serta ikrar (fateri/profiteri) untuk
menerima panggilan tersebut -- untuk dengan semangat pengabdian selalu siap
memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di
tengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
2.1.2 Watak Profesionalisme

Terdapat tiga watak kerja profesionalisme yang menggambarkan


bahwa seseorang bekerja dengan memberikan jasa profesi dalam bidang
keahliannya, yaitu:

 Dimana disebutkan bahwa kerja seorang profesional itu beritikad untuk


merealisasikan kebaikan demi tegaknya kehormatan profesi yang
digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil.
 Bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran
teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan
dan/atau pelatihan yang panjang, eksklusif dan berat.
 dan bahwa kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan
kualitas moral harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme
kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama
didalam sebuah organisasi profesi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang profesional


tidak selalu bekerja untuk menghasilkan uang atau materiil lainnya, seorang
profesional bekerja dengan dilandasi kepandaian dan keahlian tinggi dengan
diukur dalam kualitas teknik maupun kualitas moralnya.

2.1.3 Kaum Profesional

Kaum profesional secara sadar menghimpun dirinya dalam sebuah


organisasi profesi yang cenderung dirancang secara eksklusif yang memiliki
visi dan misi untuk menjaga tegaknya kehormatan profesi, mengontrol

3
praktek-praktek pengelolaan dan pengembangan kualitas keahlian/ kepakaran,
serta menjaga dipatuhinya kode etik profesi yang telah disepakati bersama.

Pada awalnya dokter dan guru dapat disebut pekerja profesional karena
khususnya mereka bergelut dalam ruang lingkup kegiatan yang lazim
dikerjakan dan tidak semua orang dapat melakukannya dengan mudah
melainkan membutuhkan kepandaian dan keahlian khusus serta jika perlu
seseorang tersebut melakukan pelatihan rutin terhadap bidangnya. contohnya
tenaga elektromedis dimana mereka dikhususkan untuk melakukan pekerjaan
dalam bidang alat kesehatan dimana tentu tidak semua orang dapat
melakukannya dengan mudah, hanya orang-orang yang ahli dalam bidang
elektromedis yang dapat melakukannya.

2.2 Pengertian Etika Profesi


Secara umum Etika adalah aturan, norma, kaidah, atau tata cara yang biasa
dipakai menjadi panduan pada melakukan perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Tak
hanya pada aktivitas bermasyarakat, etika pun dapat digunakan pada global kerja yang
disebut dengan etika profesi.
Etika juga jika dipandang dan diartikan sebagai standar maka Etika akan
memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk
aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai
alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum
(common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Etika juga dapat dijadikan
sebagai acuan untuk self control karena segala sesuatu yang dibuat atau diterapkan
melainkan hanya merupakan kelompok yang berkeahlian yang diperoleh dari
pendidikan ataupun pelatihan yang berstandar tinggi yang hanya dapat dikontrol dan
dinilai dari dalam oleh rekan seprofesi.
2.2.1 Prinsip Etika
 Etika Kemanfaatan Umum, setiap langkah/tindakan yang menghasilkan
kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan dijadikan
motivasi utama, dengan kata lain merupakan suatu tindakan dianggap baik bila
membawa manfaat bagi sebagian besar mungkin anggota kelompok. Dengan
demikian maka teori ini berprinsip bahwa tindakan wajib dinilai benar atau

4
salah hanya menurut konsekuensi atau dampak yang terjadi akibat suatu
tindakan.
 Etika Kewajiban, setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal yang wajib
untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin
bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus ditaati seperti jangan
berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya. Sebagai contoh
pembangunan bendungan untuk PLTA (jika salah satu pemilik tanah menolak
melepaskannya, sudah cukup untuk menghentikan proyek).
 Etika Kebenaran, suatu pandangan yang tetap menganggap salah terhadap
segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas, sebagai
contoh yaitu kegiatan menjiplak karya orang lain karena bagaimanapun jika
hal tersebut meniru atau benar-benar menjiplak maka hal tersebut tidak
dibenarkan.
 Etika Keunggulan, suatu cara pandang untuk membedakan tindakan yang baik
dan salah dengan melihat dari karakteristik (perilaku) dasar orang yang
melakukannya, atau dengan kata lain merupakan penerapan karakter pribadi
pada diri sendiri maupun orang lain.
 Etika Sadar Lingkungan, pengertian etika lingkungan di sini tidak lagi dibatasi
ruang lingkup penerapannya merujuk pada nilai-nilai moral untuk
kemanusiaan saja, tetapi diperluas dengan melibatkan "natural resources" lain
yang juga perlu dilindungi, dijaga dan dirawat seperti flora, fauna maupun
objek tidak bernyawa (in-animate) sekalipun. Sebagai contoh ketika kita ingin
menebang pohon secara ilegal tanpa adanya regulasi atau perizinan terlebih
dahulu, kita harus memikirkan kembali dampaknya terhadap lingkungan
bagaimana akibat yang dirasakan oleh masyarakat nantinya.
2.2.2 Pelanggaran Kode Etik

Terdapat dua bentuk pelanggaran terhadap kode etik yaitu:

 Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek terhadap


nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu.
Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar
keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang yang berlebihan ataupun
kekuasaan merupakan perbuatan yang sering dianggap melanggar kode
etik profesi.
5
 Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang
mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat
dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria profesional.
2.3 Pengertian Globalisasi
Pada zaman sekarang ini dikenal dengan era globalisasi. Globalisasi
merupakan suatu proses dimana antar individu, antar kelompok dan antar negara
saling berinteraksi, bergantung, terkait dan mempengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas Negara. Adanya globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap berbagai
bidang kehidupan. Globalisasi membangun berbagai tantangan dan konflik baru yang
wajib dijawab, dipecahkan pada upaya memanfaatkan globalisasi guna kepentingan
kehidupan. Sehingga globalisasi mempunyai efek yang positif terhadap berbagai
bidang kehidupan. Termasuk pada dunia industrial.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan terus menerus adanya perkembangan
globalisasi baik dari sisi teknologi maupun infrastruktur, kita juga memerlukan yang
namanya sumber daya manusia yang memang siap dan ahli dalam bidangnya untuk
masuk ke dunia kerja. SDM yang berkualitas akan menggambarkan perusahaan yang
berkualitas juga tetunya.
2.4 Pengertian Kepribadian

Kepribadian atau psyche merupakan keseluruhan pikiran, perasaan juga


tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian pembimbing orang untuk
beradaptasi dengan lingkungan sosial serta lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan,
kepribadian merupakan kesatuan atau berpotensi menciptakan kesatuan. Ketika
mengembangkan kepribadian, orang wajib berusaha mempertahankan kesatuan dan
harmoni antar seluruh elemen kepribadian.

Perkembangan kepribadian sendiri sangat penting dalam menentukan untuk


mulai memasuki dunia kerja, seperti beberapa ciri perkembangan pribadi dibawah ini:

 Sikap Mental Positif, dimana seseorang menunjukan secara signifikan bahwa


ia telah memiliki atau membuat dirinya positif dalam hal apapun.
 Bertanggung Jawab, seseorang yang bertanggung jawab akan apa yang ingin
dan sudah dilakukan hal tersebut menunjukan bahwa pribadi orang tersebut
sudah berkembang.

6
 Objektif, berperilaku objektif saat mengambil keputusan dan melakukan
sebuah tindakan dalam pekerjaan maupun kegiatan lainnya.
 Kendali Diri, dimana seseorang yang pribadinya berkembang akan dapat
mengendalikan diri dalam situasi seperti apapun itu sehingga dirinya menjadi
terkontrol dengan baik.
 Tegas, memiliki pendirian dan berani bersikap tegas akan hal yang dilakukan
maupun menimpa dirinya.
 Tenggang Rasa, memiliki sikap tenggang rasa terhadap rekan kerja maupun
masyarakat.
2.5 Pengertian Proaktif
Perilaku proaktif merupakan sebuah bentuk khusus atas perilaku termotivasi
dalam kerja, di mana para karyawan mengambil inisiatif guna memperbaiki keadaan-
keadaan saat ini atau membentuk keadaan-keadaan baru dan mencakup tantangan
terhadap status quo daripada secara pasif menyesuaikan diri dalam syarat-kondisi saat
ini.
Indikator-indikator perilaku proaktif digambarkan sebagai berikut,
kemampuan untuk memiliki kebebasan dalam memilih respon, kemampuan
mengambil inisiatif dan kemampuan untuk bertanggung jawab atas pilihannya
(Covey, 2001).
2.5.1 Model Proaktif

Setelah pribadi melakukan stimuli terhadap kejadian maka akan terjadi


proses dalam kebebasan memilih untuk menghasilkan respon yaitu:

 Kesadaran diri (Self-Awareness)


Kesadaran diri yaitu kemampuan buat melihat, memikirkan,
merenungkan dan menilai diri sendiri. Kesadaran diri nir hanya
menghipnotis perilaku individu melainkan menghipnotis cara pandang
atau pola pikir terhadap sesuatu diluar diri individu. Individu
memikirkan dahulu apa yang terjadi pada saat menghadapi suatu
peristiwa. Merenungkan perseteruan yang sedang terjadi. Kemudian
berpikir secara realistis. Kesadaran diri dalam penelitian merupakan
kemampuan peserta didik dalam melihat, memikirkan, merenungkan
serta mengevaluasi perilaku diri sendiri dalam menghadapi
permasalahan.
7
 Imajinasi (Imagination)
Imajinasi yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui
realitas yang memungkinkan individu untuk membangun sesuatu pada
pikiran yang tidak dibatasi oleh dunia nyata. Sebelum merespon
permasalahan yang dihadapi, individu membayangkan kemungkinan-
kemungkinan yang bisa terjadi. Kemungkinan bisa adalah sesuatu yang
baik ataupun yang tidak baik. Daya imajinasi menaruh peluang guna
membayangkan masa depan, akan seperti apa nanti. Imajinasi menjadi
keliru satu cara untuk mempertimbangkan keputusan yang akan
diambil. Imajinasi dalam penelitian merupakan kemampuan peserta
didik dalam membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa
terjadi pada diri sendiri untuk merespon permasalahan.
 Suara Hati (Conscience)
Kata Hati merupakan kesadaran batin yang mendalam mengenai benar-
salah, baik-tidak baik menjadi prinsip yang mengatur perilaku manusia
sebagai akibatnya bisa menyelaraskan pikiran perasaan dan
tindakannya. Kata hati merupakan “suara batin” yang akan
memberitahu individu guna membedakan yang benar dan salah. Kata
hati dalam penelitian merupakan kemampuan peserta didik buat
menyertakan nilai-nilai yang berlaku sebelum merespon konflik.
 Kehendak Bebas (Independent Will)
Kehendak bebas merupakan kemampuan untuk bertindak berdasarkan
kesadaran diri dan bebas berdasarkan segala efek lain. Individu,
mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang akan dilakukan.
Kebebasan dilakukan dengan kesadaran diri dan sesudah melalui
proses berpikir. Kehendak bebas dalam penelitian merupakan
kemampuan peserta didik dalam menentukan respon sesudah melalui
proses berpikir.
2.6 Profesi Elektromedis
Pelayanan teknik elektromedik yang merupakan bagian integral pelayanan
kesehatan, telah mengalami perkembangan yang pesat baik dari sisi keilmuan maupun
teknologi rekayasa pada bidang kesehatan seiring dan sejalan dengan era globalisasi.

8
Teknisi Elektromedis sebagai profesi kesehatan dituntut untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien. Klien secara penuh
mempercayakan masalahnya untuk mendapatkan pelayanan teknik elektromedik yang
bermutu dan bertanggung jawab. Teknik elektromedik sebagai profesi mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan
ruang lingkup kegiatannya.
Guna meningkatkan kinerja profesi teknik elektromedik salah satunya
diperlukan standar profesi sebagai pedoman dasar setiap teknisi elektromedis dalam
mengaktualisasikan diri dan sebagai hasil keluaran yang diharapkan profesinya.
2.7 Standar Pendidikan Elektromedis

Profesi keteknisian elektromedis adalah suatu pekerjaan teknisi elektromedis


yang dilaksanakan berdasarkan ilmu, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Untuk itu Profesi
Elektromedis mempunyai standar pendidikan yaitu:

1. Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan Pemberdayaan Sumber Daya


Manusia Kesehatan No: HK.02.05/I/III/2/03069.1/2011, tentang Kurikulum
Inti D.III Teknik Elektromedik Berbasis Kompetensi.
2. Keputusan Kepala Badan Pengembangan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan No HK.02.03/I/IV/2/7223/2013, tentang Kurikulum Inti
D.IV Teknik Elektromedik.
3. Permenpan Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Teknisi
Elektromedis Dan Angka Kreditnya

Pasal 28

(1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
fungsional Teknisi Elektromedis Terampil harus memenuhi syarat:

a. Berijazah paling rendah Diploma III (D.III) teknik elektromedik;

(2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
fungsional Teknisi Elektromedis Ahli harus memenuhi syarat:

a. Berijazah paling rendah Sarjana (S.1)/Diploma IV (D.IV) teknik


elektromedik;

9
4. Permenkes No.45 Tahun 2015, tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Elektromedis.

Pasal 1 angka 1; Elektromedis Adalah Setiap Orang Yang Telah Lulus Dari
Pendidikan Teknik Elektromedik Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan

Pasal 3, Kualifikasi Elektromedis ditentukan berdasarkan pendidikan yang


terdiri atas;

a. Diploma tiga sebagai Ahli Madya Teknik Elektromedik; dan


b. Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Teknik Elektromedik.
2.8 Kewenangan Elektromedis

Kewenangan Elektromedis menurut Permenkes No.45/2015, pasal 12 yaitu:

1. Mengoperasikan alat elektromedik dalam rangka pemeliharaan, perbaikan,


pengujian dan kalibrasi.
2. Melakukan pemeliharaan, alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
3. Melakukan pemantauan fungsi alat elektromedik.
4. Menganalisis kerusakan dan perbaikan alat elektromedik.
5. Melakukan inspeksi unjuk kerja alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
6. Melakukan inspeksi keamanan alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
7. Melakukan pengujian laik pakai alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
8. Melakukan pengujian dan kalibrasi alat elektromedik.
9. Melakukan penyuluhan, pembelajaran, penelitian dan pengembangan alat
elektromedik.
10. Melakukan perakitan dan instalasi alat elektromedik.
11. Melakukan perencanaan instalasi, pemeliharaan, perbaikan, pengujian dan
kalibrasi alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
12. Melakukan kajian teknis (technical assessment) yang berkaitan dengan alat
elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
13. Memecahkan masalah dan bimbingan teknis bidang elektromedik
2.9 Standar Kompetensi Elektromedis

Standar Kompetensi adalah pernyataan tentang keterampilan dan pengetahuan


serta sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan

10
atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. dengan begitu seorang
elektromedis harus menempuh mempunyai standar kompetensi yaitu:

1. Mampu melakukan penempatan dan penyimpanan alat Elektromedik dengan


memilih metode sesuai jenis dan fungsi alat, persyaratan teknis, lingkungan,
aktivitas ruangan pelayanan, klasifikasi dan pengkodeannya, perencanaan
penyimpanan alat dalam kondisi yang terpelihara dan aman.
2. Mampu melakukan pemasangan/instalasi alat Elektromedik, dengan bekerja
sama dengan profesi lainnya dalam perencanaan pra instalasi, uji fungsi, uji
coba, pengukuran/kalibrasi serta menerapkan konsep keselamatan kerja, dan
menetapkan kelengkapan perangkat serta menilai tingkat keberhasilan.
3. Mampu melakukan penggunaan alat Elektromedik pada sarana pelayanan
kesehatan dengan metode identifikasi fungsi, spesifikasi alat, prinsip dan
sistem kerja, dan bagian-bagiannya, dalam kondisi sesuai dengan standard
operation procedure (SOP).
4. Mampu melakukan pemeliharaan alat Elektromedik dengan metode membuat
jadwal, melaksanakan, mencatat dan menyampaikan hasil pemeliharaan
terencana/berkala (preventif, kuratif dan korektif).
5. Mampu melakukan perbaikan alat Elektromedik dengan metode identifikasi
fungsi, operasional, serta menganalisis perbaikan sesuai norma yang berlaku,
uji fungsi dan pengukuran, serta membuat laporan hasil perbaikan.
6. Mampu melakukan pemindahan dan pemasangan ulang alat Elektromedik
dengan metode identifikasi alat Elektromedik dan tindak lanjutnya, dalam
kondisi teruji dan terukur serta terstandar sesuai dengan prosedur.
7. Mampu melakukan pencatatan alat Elektromedik dengan metode pencatatan
data riwayat dan menyusun kode/klasifikasi alat Elektromedik dalam bentuk
laporan yang dapat dipertanggungjawabkan.
8. Mampu melakukan perencanaan pemeliharaan alat Elektromedik dengan
metode menganalisis fungsi alat Elektromedik, sehingga tersusunnya dokumen
pemeliharaan preventif dan korektif dan membuat laporan hasil pemeliharaan
sesuai prosedur.
9. Mampu melakukan analisis teknis alat Elektromedik dengan metode
mengumpulkan, mengidentifikasi, merumuskan, membandingkan data teknis

11
dan menganalisis sistem/rangkaian alat Elektromedik dalam kondisi terukur,
serta menetapkan alat laik pakai.
10. Mampu melakukan sales engineering alat Elektromedik dengan metode
penguasaan spesifikasi alat dan memecahkan masalah sesuai kondisi. Serta
melakukan pendekatan dan mempengaruhi pelanggan dan terwujud
interpersonal dalam mengorganisasi dan mengelola waktu
11. Mampu melakukan kajian alat Elektromedik dengan metode mengumpulkan ,
merumuskan, mengidentifikasi data alat Elektromedik, menilai tingkat
ekonomis, menilai tingkat keberhasilan fungsi keandalan menghitung beban
kerja alat secara optimal dalam rangka perencanaan pengadaan alat
Elektromedik
12. Mampu melakukan pengadaan alat Elektromedik dengan metode
membandingkan spesifikasi, seleksi, administrasi, dan mampu merencanakan
pengadaan menentukan pengadaan alat Elektromedik, dalam kondisi teruji dan
terkalibrasi sesuai unjuk kerja.
13. Mampu melaksanakan uji produksi alat Elektromedik dengan metode
Pengamatan, membandingkan performa produk alat Elektromedik terhadap
standar yang berlaku dan koreksi penyimpangan produk dalam kondisi teruji
dan terstandar.
14. Mampu melakukan pengukuran/kalibrasi alat Elektromedik dengan metode
menganalisis prosedur perbaikan pengukuran/kalibrasi alat Elektromedik
sesuai norma-norma keselamatan kerja dalam kondisi teruji dan terkalibrasi
serta mampu menunjukan hasil perbaikan alat.
2.10 Kode Etik Teknik Elektromedis

Teknisi elektromedis adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada


masyarakat, bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah,
akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari
masyarakat yang memerlukan pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati,
percaya kepada kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya. Oleh
sebab itu anggota profesi teknisi elektromedis mempunyai kode etik yaitu:

1. Elektromedis dalam segala aktivitas profesional dan pelayanan kepada


individu dan masyarakat harus selalu menjaga citra profesi.

12
2. Elektromedis adalah salah satu profesi yang turut berperan dalam upaya
pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
3. Elektromedis adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada
masyarakat, bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari
nafkah.
4. Setiap anggota profesi agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara
yang terhormat, dengan disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi selain
memikul tanggung jawab kehormatan pribadi, juga memikul tanggung jawab
terhadap kehormatan profesi.
A. Kewajiban Umum
1. Memberikan pelayanan profesional secara jujur, kompeten dan
bertanggung jawab.
2. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan
pelayanan dalam lingkup profesi teknik elektromedik.
3. Menghargai hubungan multidisipliner dengan profesi lain.
4. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan
pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Kewajiban Elektromedis Terhadap Klien
1. Tidak bersikap diskriminatif dalam memberikan pelayanan
teknik elektromedik kepada siapapun yang membutuhkan:
2. Menjaga rahasia klien yang dipercayakan kepadanya kecuali
untuk kepentingan hukum/pengadilan.
C. Kewajiban Elektromedis Terhadap Teman Sejawat
Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam
pelayanan profesional. Hubungan yang terjadi antar elektromedis
dengan klien didasari sikap saling percaya dan menghargai hak
masing-masing.
D. Kewajiban Elektromedis Terhadap Diri Sendiri
Selalu memelihara standar kompetensi profesi elektromedis dan selalu
meningkatkan pengetahuan/keterampilan dan sikap.
2.11 Dasar Hukum Profesi Elektromedis

UU NO. 36/2009, TENTANG KESEHATAN

Pasal 1

13
(6) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.

Pasal 22

(1) Tenaga Kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum.

Pasal 23

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki


izin dari Pemerintah.

(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.

(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Pasal 24

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi


ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
Pasal 34

(3) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga


kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin untuk melakukan pekerjaan profesi

b. UU NO. 44/2009, TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 7

14
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Pasal 13

(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan
pasien.

Pasal 14

(1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.
(2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan alih teknologi dan ilmu pengetahuan serta
ketersediaan tenaga kesehatan setempat.
(3) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat
Ijin Praktik.
Pasal 16

(1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi
peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu,
keamanan, keselamatan dan laik pakai.
(2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas
kesehatan yang berwenang
(5) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas
yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
Pasal 17

Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal
16 tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional
Rumah Sakit.

15
c. UU NO. 36/2014, TENTANG TENAGA KESEHATAN

Pasal 1

(1) Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
(5) Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang Tenaga Kesehatan
berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional untuk menjalankan
praktik.
(7) Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga
Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji
Kompetensi.
(9) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lain
serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk menjalankan praktik.
(10) Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang telah
diregistrasi.
(11) Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik.
Pasal 9

(1) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a harus memiliki
kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali tenaga medis.
Pasal 11

(1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

k. tenaga teknik biomedika;

(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik
biomedika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer,
elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan
ortotik prostetik.

16
Pasal 17

(2) Pengadaan Tenaga Kesehatan dilakukan melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan.
(3) Pendidikan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diarahkan
untuk menghasilkan Tenaga Kesehatan yang bermutu sesuai dengan Standar Profesi dan
Standar Pelayanan profesi.
Pasal 20

(3) Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan, asosiasi institusi pendidikan, dan Organisasi Profesi.
Pasal 44

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a). memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
b). memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c). memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d). memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e). membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
(4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi
persyaratan.
(5) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a). memiliki STR lama;
b). memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c). memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d). membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
e). telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan
f). memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
Pasal 46

17
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan
wajib memiliki izin.
2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota
tempat Tenaga Kesehatan menjalankan praktiknya.
4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan
harus memiliki;
a) STR yang masih berlaku;
b) Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c) tempat praktek.
5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing- masing berlaku hanya untuk 1
(satu) tempat.
6) SIP masih berlaku sepanjang:
a) STR masih berlaku; dan
b) tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 48

(1) Untuk terselenggaranya praktik tenaga kesehatan yang bermutu dan


perlindungan kepada masyarakat, perlu dilakukan pembinaan praktik terhadap tenaga
kesehatan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri
bersama-sama dengan Pemerintah Daerah, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan,
dan Organisasi Profesi sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 49

(1) Untuk menegakkan disiplin Tenaga Kesehatan dalam penyelenggaraan praktik, konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin Tenaga Kesehatan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan dapat memberikan sanksi disiplin berupa:
a) pemberian peringatan tertulis;
b) rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau

18
c) kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
d) pendidikan kesehatan.
Pasal 50

(1) Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat,
dan etika profesi Tenaga Kesehatan.
(2) Setiap jenis Tenaga Kesehatan hanya membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi.
(3) Pembentukan Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 53

(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat mendayagunakan Tenaga Kesehatan warga


negara asing sesuai dengan persyaratan.
(2) Pendayagunaan Tenaga Kesehatan warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a). alih teknologi dan ilmu pengetahuan; dan
b). ketersediaan Tenaga Kesehatan setempat.
Pasal 62

(1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktek harus dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya.
(2) Jenis Tenaga Kesehatan tertentu yang memiliki lebih dari satu jenjang pendidikan
memiliki kewenangan profesi sesuai dengan Lingkup dan tingkat Kompetensi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 64

Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan dilarang melakukan praktik seolah-olah
sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin.

Pasal 66

1) Setiap Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi


Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional.

19
2) Standar Profesi dan Standar Pelayanan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk masing-masing jenis Tenaga Kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi bidang
kesehatan dan disahkan oleh Menteri.
3) Standar Pelayanan Profesi yang berlaku universal ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
4) Standar Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional diatur dengan Peraturan
Menteri
Pasal 74

Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengizinkan Tenaga Kesehatan


yang tidak memiliki STR dan izin untuk menjalankan praktik di Fasilitas pelayanan
Kesehatan

Pasal 75

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak mendapatkan perlindungan


hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 80

Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan kepada


Tenaga Kesehatan dengan melibatkan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan
Organisasi Profesi sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 81

(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 diarahkan untuk:
a). meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan;

b). melindungi Penerima Pelayanan Kesehatan dan masyarakat atas tindakan yang
dilakukan Tenaga Kesehatan; dan

c). memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan Tenaga Kesehatan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 83

20
Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai
Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 85

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa
memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (I) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 87

(1) Bukti Registrasi dan perizinan Tenaga Kesehatan yang telah dimiliki oleh
Tenaga Kesehatan, pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dinyatakan masih tetap
berlaku sampai habis masa berlakunya.
(2) Tenaga Kesehatan yang belum memiliki bukti Registrasi dan perizinan wajib
menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lama 2 (dua) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
2.12 Ruang Lingkup Elektromedis
1. Melaksanakan operasi alat kedokteran
2. Melaksanakan pemeliharaan alat kedokteran
3. Melaksanakan repair and troubleshooting alkes
4. Melaksanakan inspeksi unjuk kerja alkes
5. Melaksanakan inspeksi keamanan alkes
6. Melaksanakan uji laik pakai
7. Melaksanakan kalibrasi
8. Melaksanakan registrasi dan penapisan alkes
9. Melaksanakan uji produksi dalam negeri
10. Melaksanakan penyuluhan/ pengajaran/penelitian alkes
11. Melaksanakan fabrikasi alkes
12. Melaksanakan sales engineering alkes
13. Melaksanakan perakitan instalasi alkes
14. Melaksanakan perancangan teknologi tepat guna alkes.
2.13 Standar Pelayanan Elektromedis
A. Standar Pelayanan Elektromedis menurut PERMENKES No.65/2016 yaitu:

21
1. Penyelenggara pelayanan elektromedik adalah institusi yang menyediakan jasa
pelayanan pekerjaan instalasi, pemeliharaan, perbaikan, pengujian dan
kalibrasi, serta penyesuaian (adjustment) peralatan elektromedik yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Alat elektromedik adalah alat kesehatan yang menggunakan catu daya listrik.
3. Pelayanan elektromedik adalah kegiatan instalasi, pemeliharaan, perbaikan,
pengujian dan kalibrasi, penyesuaian (adjustment), dan inspeksi terhadap alat
elektromedik, alat pengujian dan kalibrasi, serta kegiatan pengendalian atau
pemantapan mutu, keamanan, keselamatan, pelaporan dan evaluasi, pelayanan
rancang bangun atau desain, dan pemecahan masalah serta pembinaan teknis
bidang elektromedik.
4. Ruang lingkup Pelayanan elektromedik adalah kegiatan pelayanan pekerjaan
penilaian teknologi secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
(perencanaan, penapisan, rancang bangun, penghapusan), instalasi, pelatihan
bagi operator (pemeliharaan rutin, adjustment alat elektromedik sebelum
penggunaan dan pemeliharaan rutin setelah penggunaan) pemeliharaan,
perbaikan, pengujian dan kalibrasi, serta adjustment peralatan elektromedik,
B. Pengaturan standar pelayanan elektromedis bertujuan untuk:
1. memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan Elektromedik yang
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. memberikan acuan dalam pengembangan pelayanan Elektromedik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan elektromedik;
3. memberikan kepastian hukum bagi Elektromedis; dan
4. melindungi Klien dan masyarakat sebagai penerima pelayanan.
5. Menjamin mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai alat elektromedik
C. Ruang lingkup pengaturan standar pelayanan elektromedis yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan ini meliputi:
1. Standar pelayanan elektromedis meliputi alur pelayanan dan proses pelayanan
Elektromedik;
2. Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus diterapkan
dalam pemberian pelayanan kepada klien pada semua jenis pelayanan
elektromedik;
3. Tata cara penatalaksanaan pada masing-masing jenis pelayanan elektromedik
disusun oleh organisasi profesi dan disahkan oleh Menteri;
22
4. Standar tenaga elektromedis harus memenuhi rasio ketenagaan dengan beban
kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Standar sarana prasarana harus memenuhi rasio alat elektromedik yang
dikelola, alat kerja elektromedik, alat pengujian/kalibrasi dan inspeksi, alat
standar pengujian/kalibrasi, jumlah tenaga yang tersedia sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar pelayanan elektromedis sebagaimana
dimaksud pada angka 2 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2.14 Ketentuan Umum
(1). Elektromedis Adalah Setiap Orang Yang Telah Lulus Dari Pendidikan Teknik
Elektromedik Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
(2). Pelayanan Elektromedik Adalah Kegiatan Instalasi, Pemeliharaan, Perbaikan,
Pengujian Dan Kalibrasi, Penyesuaian (Adjustment), Dan Inspeksi Terhadap
Alat Elektromedik, Alat Pengujian Dan Kalibrasi, Serta Kegiatan
Pengendalian Atau Pemantapan Mutu, Keamanan, Keselamatan, Pelaporan
Dan Evaluasi, Pelayanan Rancang Bangun Atau Desain, Dan Pemecahan
Masalah Serta Pembinaan Teknis Bidang Elektromedik
(3). Alat elektromedik adalah alat kesehatan yang menggunakan catu daya listrik
(4). Surat Izin Praktik Elektromedis Yang Selanjutnya Disingkat SIP-E Adalah
Bukti Tertulis Yang Diberikan Oleh Pemerintah Kabupaten/Kota Kepada
Elektromedis Sebagai Pemberian Kewenangan untuk Menjalankan Praktik
(5). Organisasi Profesi Elektromedis Yang Selanjutnya Disebut Organisasi Profesi
Adalah Wadah Untuk Berhimpunnya Para Elektromedis
2.15 Kewenangan Elektromedis
1. Mengoperasikan alat elektromedik dalam rangka pemeliharaan, perbaikan,
pengujian dan kalibrasi.
2. Melakukan pemeliharaan, alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
3. Melakukan pemantauan fungsi alat elektromedik.
4. Menganalisis kerusakan dan perbaikan alat elektromedik.
5. Melakukan inspeksi unjuk kerja alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
6. Melakukan inspeksi keamanan alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
7. Melakukan pengujian laik pakai alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
8. Melakukan pengujian dan kalibrasi alat elektromedik.
23
9. Melakukan penyuluhan, pembelajaran, penelitian dan pengembangan alat
elektromedik.
10. Melakukan perakitan dan instalasi alat elektromedik.
11. Melakukan perencanaan instalasi, pemeliharaan, perbaikan, pengujian dan
kalibrasi alat elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
12. Melakukan kajian teknis (technical assessment) yang berkaitan dengan alat
elektromedik, pengujian dan kalibrasi.
13. Memecahkan masalah dan bimbingan teknis bidang elektromedik.
2.16 Hak Elektromedis
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur
operasional.
2. Menerima imbalan jasa
3. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta
nilai-nilai agama.
4. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi
5. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang
bertentangan dengan standar profesi, kode etik, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, atau ketentuan peraturan perundang-undangan
6. Memperoleh hak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.17 Kewajiban Elektromedis
1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
2. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan.
2.18 Syarat Permohonan SIP-E
1. Syarat Permohonan SIP-E Diajukan Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
2. Fotokopi ijazah yang dilegalisir
3. Fotokopi STR-E atau STR-E sementara
4. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik
5. Surat keterangan bekerja dari fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan yang bersangkutan
24
6. Pas Foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm berlatar belakang merah
7. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang
ditunjuk
8. Rekomendasi dari organisasi profesi

25
BAB III

KESIMPULAN

Unsur penting yang harus dimiliki setiap profesi adalah standar profesi. Standar profesi
merupakan pedoman baku yang harus dipatuhi dan dipakai dalam melaksanakan tugas
profesi yang benar dan baik. Tujuan adanya standar profesi tersebut adalah memberikan
perlindungan baik kepada tenaga profesi itu sendiri maupun pihak penerima pelayanan.
Standar profesi juga bertujuan untuk pengawasan, pelaksanaan, pembinaan serta
meningkatkan mutu pelayanan sehingga pelayanan lebih bermutu dan dilaksanakan secara
efektif dan efisien.

26

Anda mungkin juga menyukai