TENTANG
KEWAJIBAN MERESEPKAN OBAT GENERIK DAN OBAT YANG
TERMUAT DALAM FORMULARIUM RUMAH SAKIT
1
2. Undang-Undang Obat Keras (Stb. 1949 Nomor 419)
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998
tentang Pengaman Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indoensia
Tahun 1988 nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat
Nasional;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
79/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional 2008;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/VIII/2013
2
tentang Formularium Nasional;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1412/Menkes/SK/XI/2002
tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar.
MEMUTUSKAN
3
obat generik tertentu belum tersedia.
KEENAM Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum
: dalam Formularium Rumah Sakit, dapat digunakan
obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan
Komite Farmasi dan Terapi dan Direktur RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
KETUJUH Penambahan dan/atau pengurangan daftar obat yang
: tercantum dalam Formularium Rumah sakit ditetapkan
oleh direktur setelah mendapat persetujuan dari Komite
Farmasi dan Terapi RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.
KEDELAPAN Keputusan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal
: ditetapkan.
Ditetapkan : Boroko
Pada Tanggal :
Direktur RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara
4
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku. Resep merupakan bentuk keterikatan antara dokter, farmasis
dan pasien.
Resep yang baik adalah adalah resep yang ditulis dengan jelas dan
dapat dibaca. Tulisan yang sukar dibaca sangat rawan terhadap
kesalahan yang berbahaya. Secara etik kertas resep (blanko resep)
berwarna putih, dengan ukuran minimal 11 x 17 cm. Resep harus
memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh SK MenKes RI No.
26/MenKes/Per/1981, Bab III pasal 10, dan Permenkes No. 35/2014
yang memuat :
Nama, alamat, No. Telp, dan No. Izin praktik dari dokter yang
bersangkutan. Bila resep berasal dari sarana pelayanan kesehatan
Pemerintah berarti alamat sarana tersebut harus lengkap.
Format resep RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara baik itu
untuk pasien Umum, Kontrak dan Jankesmas (BPJS) menggunakan
resep asli dari RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuat
rangkap.
Tempat dan tanggal penulisan resep
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
Nama setiap obat atau komposisi resep, dengan bentuk sediaan obat,
dosis, jumlah obat, dan petunjuk pemakaian
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep pada setiap penulisan resep
Berikut Kebijakan-kebijakan terkait resep yang berlaku di RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Penulisan resep harus dengan
huruf cetak dan memenuhi unsur 7 elemen sesuai protap yang berlaku
di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tujuh elemen tersebut
meliputi :
Tepat diagnosa/indikasi
Tepat obat
Tepat dosis
Tepat rute
Tepat waktu pemberian
Tempat bentuk sediaan obat yang dipilih
Tepat penderita
1. Khusus resep obat-obat psikotropika ditulis dengan tinta warna biru
dan obat-obat narkotika ditulis dengan tinta warna merah.
Untuk resep yang mengandung Narkotika
Tidak boleh diulang
Alamat pasien harus jelas
Signa (aturan pakai) harus jelas tidak boleh ditulis u.c (usum
cognitum) = sudah tau cara pakainya.
Apotek hanya boleh memberikan obat narkotika jika ada resep asli
dari dokter
Jika obat narkotika belum diserahkan semuanya, maka apotek
dapat memberikan copy resep
5
Sisa obat narkotika yang belum diserahkan hanya dapat dibeli di
apotek yang mengeluarkan copy resep tersebut
Apotek tidak boleh memberikan obat narkotika berdasarkan copy
resep apotek lain, kecuali copy resep dari apotek sendiri
Resep narkotika dipisahkan dari resep lainnya diberi garis merah
dibawah nama obatnya
Morfin, Heroin, petidin harus diserahkan oleh dokter spesialis
Codein dan doveri boleh diserahkan oleh dokter umum
2. Penulisan resep hanya boleh dilakukan oleh dokter yang memiliki STR
dan SIP serta kewenangan klinis di Badan Rumah Sakit Umum Tani
dan Nelayan.
3. Kebijakan penulisan resep harus mempertimbangkan 9 elemen berikut
:
1. Data identifikasi pasien yang akurat
2. Elemen dari pemesanan/penulisan resep
3. Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan
4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu
“prn”/bila perlu atau pesanan obat lain
5. Prosedur khusus pemesanan obat LASA
6. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap,
tidak terbaca, atau tidak jelas
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan
dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam pemesanan yang
emergensi, dalam daftar tunggu (standing) automatic stop
8. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon : write back,
read back, reconfirmation
9. Jenis pesanan yang berdasarkan BB (pasien anak)
4. Teknik penulisan resep harus memenuhi kaidah berikut :
Nama obat
Menggunakan nama generik kecuali benar-benr diperlukan
menggunakan nama dagang. Tidak menggunakan nama kimia
misalnya 6-mercaptopurin, sebaiknya tulis mercaptopurin saja.
Jangan menyingkat nama obat seperti 5FC, 6MP, CPZ, PBZ
HCTZ, dll.
Bentuk sediaan harus jelas (tablet, kapsul, injeksi, suppp, salep,
dll)
Kekuatan (mcg, g, international unit bukan ui/iu, ml bukan cc,
dll)
Jangan menyingkat “Unit”, tulisan U atau u terlihat seperti angka 0
(nol) dan kemungkinan dapat menyebabkan over dosis. IU bukan
merupakan singkatan yang aman untuk unit Internasional, tulisan
tangan IU terlihat seperti IV, tulislah “international Unit” atau
“int.unit”.
Harus ada jarak antara nomor dan satuannya agar mudah untuk
dibaca. Seharusnya tidsak ada periode setelah singkatan seperti
mg atau ml.
Penulisan yang benar : 10 mg, 100 mg.
6
Penulisan yang salah : 10mg, 100mg
Jangan menempatkan decimal dan angka nol setelah seluruh
nomor ( 2 mg merupakan penulisan yang benar, sedangakan 2.0
mg merupakan yang salah). Jika titik decimal tidak terlihat atau
tidak tertulis karena dokumen merupakan kopian, dapat
menyebabkan over dosis 10 kali.
Untuk angka kurang dari satu, selalu letakkan angka nol sebelum
angka (benar = 0,5 ; salah = ,5)
Jangan menyingkat microgram menjadi µg, untuk meminimalkan
misinterpretasi tulisalah mcg.
Cara dan aturan penggunaan
Jumlah satuan yang diperlukan ditulis dengan angka romawi
dan huruf terutama untuk resep narkotika dan psikotropika,
misalnya IV (empat).
Beberapa pesan khusus bila perlu ditulis secara jelas, misalnya :
bersama makan, diminum saat perut kosong, dsb. Jika tidak
dituliskan, maka otomatis mengikuti standar farmasi.
Penggunaan singkatan bahasa latin sesuai dengan aturan yang
sebenarnya.
Q.D dan O.D bukan merupakan singkatan yang aman untuk
menyatakan once daily atau 1 kali sehari. Q.D bila diikuti
dengan titik yang agak panjang maka akan dapat
diinterpretasikan sebagai QID yang artinya 4 kali sehari.
Sedangkan O.D dapat diinterpretasikan sebagai oculio dextro
atau mata kanan. Bila Obat merupakan cairan seperti saturated
solution dari potassium iodide atau larutan Lugol, maka
pemberiannya akan menjadi tidak benar atau tidak tepat.
Beberapa contoh singkatan yang tidak dapat diterima (Unacceptable
Abbreviation)
7
Sulfate
c.c atau c.c atau cc Cubic Salah baca mL (milliliter)
cc centimeter
Sumber :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2018 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
2. IONI (Informatorium Nasional Indonesia), DepKes RI tahun 2000
3. Drug Formulary and Therapy guide 2004, Departement of Pharmacy
Fairview Hospital, Lutheran Hospital.
4. IOM (institute of Medicine).
8
Batasan :
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Ketentuan :
1. Semua dokter di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara harus
menulis dengan nama generik.
2. Penulisan resep obat untuk pasien BPJS harus menggunakan nama
generik (berpedoman pada pedoman pelaksanaan Depkes RI/SK
Menkes RI). Instalasi Farmasi berwenang mengganti obat sesuai
pedoman Menkes RI dengan memperhatikan zat berkhasiat dan
sediaan obat.
3. Penggunaan obat Generik bermerek secara terbatas masih dapat
diizinkan, apabila obat tersebut benar-benar diperlukan dan obat
generiknya belum ada dengan persetujuan Direktur RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.
4. Direktur RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara membentuk
Panitia Farmasi dan Terapi.
9
3. Memimpin dan Mengkoordinasikan kerja Panitia Farmasi dan
Terapi.
Lain-lain :
Instalasi Farmasi RS berwenang mengganti obat khususnya pada pasien
BPJS/Jankesmas dengan mempertimbangkan zat berkhasiat dan
sediaan obat sesuai pedoman yang ada.
Tatalaksana pelayanan obat generik tidak berlaku untuk pasien ASKES
yang sudah diatur tersendiri.
10
Batasan :
Obat Generik bermerek adalah obat dengan nama dari pabrik pembuat
dan tercantum dalam Formularium RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara Ketentuan :
1. Semua dokter di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara wajib
menulis dengan nama generik terutama bagi pasien Jamkesmas
dengan berpedoman pada Pedoman Pelaksanaan/SK Menkes RI.
2. Penggunaan obat Generik bermerek (obat tersebut harus tercantum
dalam Formularium Rumah Sakit), hanya untuk pasien umum dan
pasien kontrak (perusahaan yang bekerja sama dengan rumah sakit).
3. Mekanisme penghargaan dan hukuman (reward dan punishman)
pelaksanaan kebijakan ini ditetapkan oleh direktur RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara berdasarkan evaluasi dari Panitia Farmasi
dan Terapi.
4. RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara membentuk Panitia
Farmasi dan Terapi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan ini.
11
Evaluasi kepatuhan penggunaan formularium meliputi :
1. Kepatuhan Penulisan Sesuai Formularium
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai
Formularium
Dasar Pemikiran Formularium merupakan acuan dalam
penulisan resep oleh tenaga medis di RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Definisi Merupakan indikasi komitmen tenaga
medis untuk mematuhi kesepakatan
menuliskan resep sesuai dengan
formularium yang telah ditetapkan di
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara
Pengumpulan Data Data dikumpulkan dari rekam medik di
unit pelayanan atau resep yang terkumpul
di IFRS untuk periode tertentu missal
bulanan, triwulan atau tahunan oleh PFT
Kriteria (inklusi dan eksklusi) Obat generik, obat-obat yang tercantum
dalam Formularium RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara dan obat-obat
non formularium yang telah disetujui oleh
direktur.
Jumlah item obat yang diresepkan sesuai formularium din IFRS pada
bulan Juni
= 100
12
laporan PFT kepada Direktur untuk
pengambilan keputusan selanjutnya.
Catatan PFT harus melakukan pemantauan dan
evaluasi serta melakukan analisis
penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya
dilakukan upaya untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan penulisan resep melalui
sosialisasi formularium maupun supervise
di masing-masing bagian (SMF)
Standar Kepatuhan Standar Tingkat Kepatuhan Penulisan
Resep di RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara 95%
Jumlah item obat yang sesuai formularium yang diadakan oleh panitia
Pengadaan pada tahun 2015
= 100
13
Jumlah seluruh item obat dalam formularium = 200
14
PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
15
FORMULIR USULAN PENCANTUMAN NAMA OBAT DALAM
FORMULARIUM
(_________________) (________________)
NIP.: NIP.:
16
PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Boroko
Mengetahui,
Kepala Departemen Dokter yang meminta
(_________________) (_________________)
NIP : NIP :
17
Keputusan Panitia Farmasi dan Terapi (Diisi oleh PFT) :
□ Disetujui
□ Tidak disetujui
Alasan : _____________________________________________
_____________________________________________
_____________________________________________
Boroko,
Ketua Panitia Farmasi & Terapi
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
(_____________________)
NIP :
18
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
RSUD KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
______________________________________________________________
PASIEN
X): Penyakit Kesudahan (beri tanda X):
Nama : _________________ utama :
No. reg : _________________ Sembuh
Umur : _______tahun Meninggal
L/P (hamil/tidak Sembuh dengan gejala
hamil/tidak tahu) sisa
Suku : _________________ Belum sembuh
Berat badan : _____kg Tidak tahu
OBAT
Nama Bentuk Beri tanda X Pemberian Indikasi
(Nama Sediaan untuk obat rul Dosis Tgl. Tgl. penggunaan
dagang/ yang e / mul akhi
pabrik dicurigai waktu ai r
PELAPOR
Nama : ____________________ Boroko,
________________
dokter perawat farmasis
Asal Ruangan/Poliklinik : ________________ (____________________)
Tanda tangan
pelapor
19
ALUR PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RSUD Bolaang Mongondow Utara
Dept/UPT/Inst Instalasi Farmasi Bidang Direktur Unit Distributor Panitia
Yanmed/Direktur Keuangan Layanan Penerimaan
Medik Pengadaan
Rekapitulasi
Usulan Pengiriman Penerimaan
Menyusun Perencanaan SKPPA Proses
PF
Perencanaan PF Pembelian PF
Kebutuhan
PF PF
Menerima dan
menggunakan GUDANG
PF LANGSUNG
INDUK
SATELIT Keterangan :
FARMASI PF=Perbekalan Farmasi
SKPPA= Surat
Keputusan Persetujuan
Pelaksanaan Anggaran
Garis tipis=arus
dokumen
Garis tebal = arus
barang
1
6
Keterangan :
a. Perencanaan perbekalan farmasi disusun oleh pengguna
(Departemen dan UPT) berdasarkan formularium RSCM di bawah
bimbingan teknis supervisor apoteker dari Instalasi Farmasi.
b. Instalasi Farmasi melakukan rekapitulasi perencenaan
perbekalan farmasi dari pengguna sehingga layak tender.
c. Usulan perencenaan akan dikaji oleh Bidang Pelayanan Medik
sebagai pengendali program.
d. Usulan perencanaan yang telah disetujui akan di8sahkan
sebagai perencenaan perbekalan farmasi RS oleh direktur Medik
dan Keperawatan.
e. Perencanaan perbekalan farmasi RS tersebut akan diajukan ke
Direktur Keuangan selaku pengendali anggaran untuk
memperoleh persetujuan penggunaan anggaran (SKPPA).
f. Berdasarkan SKPPA tersebut, Unit Layanan Pengadaan dapat
melaksanakan pembelian sesuai dengan aturan ayng berlaku.
g. Pembelian perbekalan farmasi harus melalui distributor resmi.
h. Instalasi Farmasi mengatur distribusi perbekalan farmasi ke
Satelit Farmasi (sebagai outlet).
i. Instalasi Farmasi mengatur distribusi perbekalan farmasi ke
Satelit Farmasi (sebagai outlet).
j. Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh ahli farmasi dari
Instalasi Farmasi bersama-sama dengan Tim Klinik di unit-unit
pelayanan/Departemen/UPT.
23