Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jl. Ds.Talaga Tomoagu Kec.Bolangitang Barat Kode Pos. 95764Email.rsudbolmut@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Nomor :800/ /RSUD-BMU/ /2019

TENTANG
KEWAJIBAN MERESEPKAN OBAT GENERIK DAN OBAT YANG
TERMUAT DALAM FORMULARIUM RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR,

Menimbang : a. bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah


dan jenis yang cukup, terjangkau oleh masyarakat
serta mutu dan keamanannya cukup terjamin;
b. bahwa karenanya perlu digerakkan dan didorong
penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah termasuk RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara
c. bahwa agar penggunaan obat generik berjalan
efektif maka perlu dibuat standar daftar obat-obat
yang wajib diresepkan dalam lingkungan RSUD
Bolaang Mongondow Utara yang selanjutnya
disebut Formularium RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara;

Mengingat 1. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang


: Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

1
2. Undang-Undang Obat Keras (Stb. 1949 Nomor 419)
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998
tentang Pengaman Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indoensia
Tahun 1988 nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat
Nasional;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
79/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat
Esensial Nasional 2008;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/VIII/2013

2
tentang Formularium Nasional;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1412/Menkes/SK/XI/2002
tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar.

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN


: BOLAANG MONGONDOW UTARA TENTANG
KEWAJIBAN MERESEPKAN OBAT GENERIK DAN
OBAT YANG TERMUAT DALAM FORMULARIUM
RUMAH SAKIT.
PERTAMA : RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara wajib
menyediakan obat generik untuk kebutuhan pasien
rawat jalan dan rawat inap dalam bentuk formularium.
KEDUA Dokter yang bertugas di lingkungan RSUD Kabupaten
: Bolaang Mongondow Utara wajib menulis resep obat
generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis.
KETIGA Dokter dapat menulis resep untuk diambil di apotek
: atau di luar RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara dalam hal obat generik sebagaimana butir kedua
tidak tersedia di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara.
KEEMPAT Apoteker dapat mengganti obat merek dagang/obat
: paten dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/atau pasien.
KELIMA Dokter di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
: dapat menyetujui pergantian resep obat generik dengan
obat generik bermerek/bermerek dagang dalam hal

3
obat generik tertentu belum tersedia.
KEENAM Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum
: dalam Formularium Rumah Sakit, dapat digunakan
obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan
Komite Farmasi dan Terapi dan Direktur RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
KETUJUH Penambahan dan/atau pengurangan daftar obat yang
: tercantum dalam Formularium Rumah sakit ditetapkan
oleh direktur setelah mendapat persetujuan dari Komite
Farmasi dan Terapi RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.
KEDELAPAN Keputusan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal
: ditetapkan.

Ditetapkan : Boroko
Pada Tanggal :
Direktur RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara

dr. Winny M Sowikromo


NIP. 19760419 201902 2 002

KEBIJAKAN DALAM PENULISAN RESEP

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,


kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk

4
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku. Resep merupakan bentuk keterikatan antara dokter, farmasis
dan pasien.
Resep yang baik adalah adalah resep yang ditulis dengan jelas dan
dapat dibaca. Tulisan yang sukar dibaca sangat rawan terhadap
kesalahan yang berbahaya. Secara etik kertas resep (blanko resep)
berwarna putih, dengan ukuran minimal 11 x 17 cm. Resep harus
memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh SK MenKes RI No.
26/MenKes/Per/1981, Bab III pasal 10, dan Permenkes No. 35/2014
yang memuat :
 Nama, alamat, No. Telp, dan No. Izin praktik dari dokter yang
bersangkutan. Bila resep berasal dari sarana pelayanan kesehatan
Pemerintah berarti alamat sarana tersebut harus lengkap.
Format resep RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara baik itu
untuk pasien Umum, Kontrak dan Jankesmas (BPJS) menggunakan
resep asli dari RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang dibuat
rangkap.
 Tempat dan tanggal penulisan resep
 Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
 Nama setiap obat atau komposisi resep, dengan bentuk sediaan obat,
dosis, jumlah obat, dan petunjuk pemakaian
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep pada setiap penulisan resep
Berikut Kebijakan-kebijakan terkait resep yang berlaku di RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Penulisan resep harus dengan
huruf cetak dan memenuhi unsur 7 elemen sesuai protap yang berlaku
di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tujuh elemen tersebut
meliputi :
 Tepat diagnosa/indikasi
 Tepat obat
 Tepat dosis
 Tepat rute
 Tepat waktu pemberian
 Tempat bentuk sediaan obat yang dipilih
 Tepat penderita
1. Khusus resep obat-obat psikotropika ditulis dengan tinta warna biru
dan obat-obat narkotika ditulis dengan tinta warna merah.
Untuk resep yang mengandung Narkotika
 Tidak boleh diulang
 Alamat pasien harus jelas
 Signa (aturan pakai) harus jelas tidak boleh ditulis u.c (usum
cognitum) = sudah tau cara pakainya.
 Apotek hanya boleh memberikan obat narkotika jika ada resep asli
dari dokter
 Jika obat narkotika belum diserahkan semuanya, maka apotek
dapat memberikan copy resep

5
 Sisa obat narkotika yang belum diserahkan hanya dapat dibeli di
apotek yang mengeluarkan copy resep tersebut
 Apotek tidak boleh memberikan obat narkotika berdasarkan copy
resep apotek lain, kecuali copy resep dari apotek sendiri
 Resep narkotika dipisahkan dari resep lainnya diberi garis merah
dibawah nama obatnya
 Morfin, Heroin, petidin harus diserahkan oleh dokter spesialis
 Codein dan doveri boleh diserahkan oleh dokter umum
2. Penulisan resep hanya boleh dilakukan oleh dokter yang memiliki STR
dan SIP serta kewenangan klinis di Badan Rumah Sakit Umum Tani
dan Nelayan.
3. Kebijakan penulisan resep harus mempertimbangkan 9 elemen berikut
:
1. Data identifikasi pasien yang akurat
2. Elemen dari pemesanan/penulisan resep
3. Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan
4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu
“prn”/bila perlu atau pesanan obat lain
5. Prosedur khusus pemesanan obat LASA
6. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap,
tidak terbaca, atau tidak jelas
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan
dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam pemesanan yang
emergensi, dalam daftar tunggu (standing) automatic stop
8. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon : write back,
read back, reconfirmation
9. Jenis pesanan yang berdasarkan BB (pasien anak)
4. Teknik penulisan resep harus memenuhi kaidah berikut :
 Nama obat
Menggunakan nama generik kecuali benar-benr diperlukan
menggunakan nama dagang. Tidak menggunakan nama kimia
misalnya 6-mercaptopurin, sebaiknya tulis mercaptopurin saja.
Jangan menyingkat nama obat seperti 5FC, 6MP, CPZ, PBZ
HCTZ, dll.
 Bentuk sediaan harus jelas (tablet, kapsul, injeksi, suppp, salep,
dll)
 Kekuatan (mcg, g, international unit bukan ui/iu, ml bukan cc,
dll)
Jangan menyingkat “Unit”, tulisan U atau u terlihat seperti angka 0
(nol) dan kemungkinan dapat menyebabkan over dosis. IU bukan
merupakan singkatan yang aman untuk unit Internasional, tulisan
tangan IU terlihat seperti IV, tulislah “international Unit” atau
“int.unit”.
Harus ada jarak antara nomor dan satuannya agar mudah untuk
dibaca. Seharusnya tidsak ada periode setelah singkatan seperti
mg atau ml.
Penulisan yang benar : 10 mg, 100 mg.

6
Penulisan yang salah : 10mg, 100mg
Jangan menempatkan decimal dan angka nol setelah seluruh
nomor ( 2 mg merupakan penulisan yang benar, sedangakan 2.0
mg merupakan yang salah). Jika titik decimal tidak terlihat atau
tidak tertulis karena dokumen merupakan kopian, dapat
menyebabkan over dosis 10 kali.
Untuk angka kurang dari satu, selalu letakkan angka nol sebelum
angka (benar = 0,5 ; salah = ,5)
Jangan menyingkat microgram menjadi µg, untuk meminimalkan
misinterpretasi tulisalah mcg.
 Cara dan aturan penggunaan
 Jumlah satuan yang diperlukan ditulis dengan angka romawi
dan huruf terutama untuk resep narkotika dan psikotropika,
misalnya IV (empat).
 Beberapa pesan khusus bila perlu ditulis secara jelas, misalnya :
bersama makan, diminum saat perut kosong, dsb. Jika tidak
dituliskan, maka otomatis mengikuti standar farmasi.
 Penggunaan singkatan bahasa latin sesuai dengan aturan yang
sebenarnya.
Q.D dan O.D bukan merupakan singkatan yang aman untuk
menyatakan once daily atau 1 kali sehari. Q.D bila diikuti
dengan titik yang agak panjang maka akan dapat
diinterpretasikan sebagai QID yang artinya 4 kali sehari.
Sedangkan O.D dapat diinterpretasikan sebagai oculio dextro
atau mata kanan. Bila Obat merupakan cairan seperti saturated
solution dari potassium iodide atau larutan Lugol, maka
pemberiannya akan menjadi tidak benar atau tidak tepat.
Beberapa contoh singkatan yang tidak dapat diterima (Unacceptable
Abbreviation)

TIDAK SINGAKATAN/ PENGERTIAN KEKELIRUAN TULISAN


BENAR PENULISAN INTERPRETASI BENAR
(JCAHO mandale)
.5 Tdk ada 0 0,5 mg Salah baca 5 mg 0.5 mg
sebelum
desimal
1.0 0 setelah 1 mg Salah baca 10 mg 1 mg
desimal
U ATAU U atau U Unit Terbaca 0 atau 4, Unit
u dampak over dose
µg µg Microgram Memungkinkan Mcg
terbaca mg (tulisan
tangan)
IU IU International Memungkinkan International
Unit terbaca IV Unit
(intravenous) atau
10
MS MS Morphin Memungkinkan Morphine
Sulfat keliru Magnesium atau
sulfat Morphine

7
Sulfate
c.c atau c.c atau cc Cubic Salah baca mL (milliliter)
cc centimeter

Untuk menghindari kesalahan look alike, entry/pembacaan obat


dalam resep (termasuk eletronik), nama obat di tulis dengan sistem
Tall Font,
Contoh : bentukk sediaan injeksi : inj : INJ (tinggi)
Chlorpromazine : ChlorproMAZINE
Chlorpropramide : ChlorproPAMIDE

Sumber :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2018 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
2. IONI (Informatorium Nasional Indonesia), DepKes RI tahun 2000
3. Drug Formulary and Therapy guide 2004, Departement of Pharmacy
Fairview Hospital, Lutheran Hospital.
4. IOM (institute of Medicine).

KEBIJAKAN OBAT GENERIK DI RSUD


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

8
Batasan :
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

Ketentuan :
1. Semua dokter di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara harus
menulis dengan nama generik.
2. Penulisan resep obat untuk pasien BPJS harus menggunakan nama
generik (berpedoman pada pedoman pelaksanaan Depkes RI/SK
Menkes RI). Instalasi Farmasi berwenang mengganti obat sesuai
pedoman Menkes RI dengan memperhatikan zat berkhasiat dan
sediaan obat.
3. Penggunaan obat Generik bermerek secara terbatas masih dapat
diizinkan, apabila obat tersebut benar-benar diperlukan dan obat
generiknya belum ada dengan persetujuan Direktur RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.
4. Direktur RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara membentuk
Panitia Farmasi dan Terapi.

Organisasi Pelaksanaan Penggunaan obat generik di RSUD Kabupaten


Bolaang Mongondow Utara :
A. Direktur RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara bertanggung
jawab dalam :
1. Pelaksanaan penggunaan obat generik di RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Medik Departeman keesehatan RI
2. Membuat kebijakan pokok pelaksanaan penggunaan obat generik
secara rasional di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
3. Memantau, mengevaluasi pelaksanaan penggunaan obat generik
secara rasional di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
4. Mengangkat dan memberhentikan anggota Panitia Farmasi dan
Terapi.
5. Mengadakan rapat pimpinan RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara untuk menyajikan hasil monitoring dan evaluasi
Panitia Farmasi dan Terapi RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara kepada para Kepala SMF dan Kepala Instalasi.
6. Mengadakan perubahan dan pengembangan kebijakan
pelaksanaan penggunaan obat generik di RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara bila dianggap perlu.

B. Kepala Bagian Pelayanan Medik RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow


Utara bertanggung jawab dalam :
1. Pelaksanaan penulisan resep obat generik oleh para dokter di
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
2. Mengadakan koordinasi dengan kepala SMF untuk memantau dan
mengevaluasi menulis resep dengan nama generik.

9
3. Memimpin dan Mengkoordinasikan kerja Panitia Farmasi dan
Terapi.

C. Panitia Farmasi dan Terapi RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow


Utara bertanggung jawab dalam :
1. Memberikan saran kepada Direktur tentang kebijakan farmasi dan
terapi.
2. Menyusun formularium RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara yang setiap tahun diadakan evaluasi dan bila dianggap perlu
mengusulkan perubahan dan penyempurnaan.
3. Mengadakan pemantauan dan penggunan obat generik.
4. Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi kepada Direktur sebagai
bahan monitoring, evaluasi dan umpan balik kepada Kepala KSMF
dan Kepala Instalasi.

D.Kelompok Staf Medis Fungsional (KSMF) :


1. Kepala KSMF, bertanggung jawab :
a. Agar para dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis menulis
resep obat dengan nama generik.
b. Untuk memberikan sanksi kepada para dokter yang kurang
disiplin dalam penulisan resep obat generik.
2. Koordinator Pengabdian masyarakat, bertanggung jawab :
a. Atas penyebarluasan kebijakan penggunaan obat generik di
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara kepada seluruh
dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis dan peserta PPDS
tentang kebijakan.

1. Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara


Untuk mengadakan obat generik di dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis dan peserta PPDS.
2. Melayani obat generik.
3. Melaporkan kepada Panitia Farmasi Dan Terapi tentang banyaknya
resep yang dilayani dan banyaknya resep yang tidak ditulis dengan
nama generik.

Lain-lain :
Instalasi Farmasi RS berwenang mengganti obat khususnya pada pasien
BPJS/Jankesmas dengan mempertimbangkan zat berkhasiat dan
sediaan obat sesuai pedoman yang ada.
Tatalaksana pelayanan obat generik tidak berlaku untuk pasien ASKES
yang sudah diatur tersendiri.

KEBIJAKAN OBAT GENERIK BERMEREK


DI RSUD KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

10
Batasan :
Obat Generik bermerek adalah obat dengan nama dari pabrik pembuat
dan tercantum dalam Formularium RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara Ketentuan :
1. Semua dokter di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara wajib
menulis dengan nama generik terutama bagi pasien Jamkesmas
dengan berpedoman pada Pedoman Pelaksanaan/SK Menkes RI.
2. Penggunaan obat Generik bermerek (obat tersebut harus tercantum
dalam Formularium Rumah Sakit), hanya untuk pasien umum dan
pasien kontrak (perusahaan yang bekerja sama dengan rumah sakit).
3. Mekanisme penghargaan dan hukuman (reward dan punishman)
pelaksanaan kebijakan ini ditetapkan oleh direktur RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara berdasarkan evaluasi dari Panitia Farmasi
dan Terapi.
4. RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara membentuk Panitia
Farmasi dan Terapi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan ini.

PETUNJUK EVALUASI KEPATUHAN PENGGUNAAN FORMULARIUM

11
Evaluasi kepatuhan penggunaan formularium meliputi :
1. Kepatuhan Penulisan Sesuai Formularium
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai
Formularium
Dasar Pemikiran Formularium merupakan acuan dalam
penulisan resep oleh tenaga medis di RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Definisi Merupakan indikasi komitmen tenaga
medis untuk mematuhi kesepakatan
menuliskan resep sesuai dengan
formularium yang telah ditetapkan di
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara
Pengumpulan Data Data dikumpulkan dari rekam medik di
unit pelayanan atau resep yang terkumpul
di IFRS untuk periode tertentu missal
bulanan, triwulan atau tahunan oleh PFT
Kriteria (inklusi dan eksklusi) Obat generik, obat-obat yang tercantum
dalam Formularium RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara dan obat-obat
non formularium yang telah disetujui oleh
direktur.

Rumus perhitungan dan contoh


Jumlah item obat yang diresepkan sesuai formularium
= X 100%
Jumlah seluruh item obat dalam formularium

Jumlah item obat yang diresepkan sesuai formularium din IFRS pada
bulan Juni
= 100

Jumlah seluruh item obat dalam formularium = 200

% Kepatuhan Penulisan sesuai formularium pada bulan Januari


= 100/200 x 100% = 50 %

Penyampaian Hasil Tingkat kepatuhan penulisan resep pada


bulan Januari Dari resep yang terpantau di
IFRS adalah sebesar 50%. Standar yang
ditetapkan untuk tingkat kepatuhan
misalkan 75%. Artinya ada gap (perbedaan)
antara standar yang ditetapkan dengan
kenyataan. Hasil ini merupakan dasar

12
laporan PFT kepada Direktur untuk
pengambilan keputusan selanjutnya.
Catatan PFT harus melakukan pemantauan dan
evaluasi serta melakukan analisis
penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya
dilakukan upaya untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan penulisan resep melalui
sosialisasi formularium maupun supervise
di masing-masing bagian (SMF)
Standar Kepatuhan Standar Tingkat Kepatuhan Penulisan
Resep di RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara 95%

2. Kepatuhan Pengadaan Sesuai Formularium


Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai
Formularium
Dasar Pemikiran Formularium merupakan acuan dalam
pengadaan obat di RSUD Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara
Definisi Merupakan indikasi komitmen stake holder
yang terlibat dalam proses pengadaan
produk obat untuk mematuhi pengadaan
obat sesuai dengan formularium yang telah
ditetapkan di RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara
Pengumpulan Data Data dikumpulkan dari dokumen
pengadaan pada periode tertentu.
Dokumen diperoleh dari data Tim
pengadaan perbekalan farmasi RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Kriteria (inklusi dan eksklusi) Obat generik, obat-obat yang
tercantum dalam Formularium RSUD
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan
obat-obat non formularium yang telah
disetujui oleh direktur.

Rumus perhitungan dan contoh


Jumlah item obat yang pengadaannya sesuai formularium
= X 100%
Jumlah seluruh pengadaan obat

Jumlah item obat yang sesuai formularium yang diadakan oleh panitia
Pengadaan pada tahun 2015
= 100

13
Jumlah seluruh item obat dalam formularium = 200

% Kepatuhan Pengadaan sesuai formularium pada tahun 2015


= 100/200 x 100% = 50 %

Penyampaian Hasil Tingkat kepatuhan pengadaan obat pada


tahun 2015 adalah sebesar 50%. Standar
yang ditetapkan untuk tingkat kepatuhan
misalkan 75%. Artinya ada gap (perbedaan)
antara standar yang ditetapkan dengan
kenyataan. Hasil ini merupakan dasar
laporan PFT kepada Direktur untuk
pengambilan keputusan selanjutnya.
Catatan PFT harus melakukan pemantauan dan
evaluasi serta melakukan analisis
penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya
dilakukan upaya untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan penulisan resep melalui
sosialisasi formularium maupun supervise
di masing-masing bagian (SMF)
Standar Kepatuhan Standar Tingkat Kepatuhan Pengadaan
Resep di RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara 100%

14
PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara


mengembangkan sistem pelayanan farmasi dalam bentuk metode
sentralisasi yang artinya sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi,
seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai
langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
Instalasi Farmasi melaksanakan kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmaasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketetapan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
menggunakan sistem distribusi kombinasi yakni gabungan antara Floor
stock (FC) dan Individual Prescribing (IP) :
1. Sistem Persediaan di Ruangan (Floor stock)
a. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
Resep Peroranga oleh Instalasi Farmasi.
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola maka pendistribusiannya didelegasikan kepada
penanggung jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor
stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis Obat yang disediakan
di floor stock.
2. Sistem Resep Perorangan (Induvidual Prescribing)
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan pasien rawat jalan
dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
Pelayanan Farmasi di RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Bersifat sentralisasi dengan demikian semua pelayanan menjangkau
semua unit dengan cara FS dan bagi ruang perawatan, UGD dan
Poliklinik adalah FS dan IP. Pelayanan Farmasi satu pintu juga
menjangkau semua jenis pasien baik itu pasien BPJS, Umum dan
lainnya.

15
FORMULIR USULAN PENCANTUMAN NAMA OBAT DALAM
FORMULARIUM

1. Nama generik : ___________________________________________


2. Nama dagang : ___________________________________________
3. Bentuk sediaan dan kekuatan : _________________________________
4. Nama obat yang sudah tercantum dalam formularium sekarang yang
dapat dibandingkan dengan obat usulan :
 Tidak ada
 Ada, yaitu : _______________________________________________
5. Alasan pengusulan (berdasarkan efektifitas dan keamanan) :
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
6. Referensi yang mendukung (fotocopi naskah terlampir) :
a. ______________________________________________________
b. ______________________________________________________
c. ______________________________________________________
7. Apakah dengan penambahan obat yang diusulkan maka obat
sebanding yang sudah tercantum perlu dihapuskan ?
 ya  tidak
Alasan :
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Boroko, ________________
Mengetahui : Yang mengusulkan,
Kepala Departemen
________________

(_________________) (________________)
NIP.: NIP.:

Catatan : Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel


Departemen dan dikirimkan kepada : Ketua Panitia Farmasi dan Terapi
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

16
PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jl. Jl. Ds.Talaga Tomoagu Kec.Bolangitang Barat Kode Pos. 95764Email.rsudbolmut@yahoo.com
----------------------------------------------------------------------------------------------------

FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS OBAT NON FORMULARIUM

 Nama Generik : ………………………………………


 Nama Dagang dan Pabrik : ………………………………………
 Nama Pasien dan Kekuatan : ………………………………………
 Nama Pasien : ………………………………………
 Indikasi : ………………………………………
 Alasan Permintaan : ………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
……………………………………….
 Jumlah yang diminta : ……………………………………..

Boroko
Mengetahui,
Kepala Departemen Dokter yang meminta

(_________________) (_________________)
NIP : NIP :

Catatan : Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel


departemen dan dikirimkan kepada : Ketua Panitia
Farmasi dan Terapi RSUD Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.

17
Keputusan Panitia Farmasi dan Terapi (Diisi oleh PFT) :
□ Disetujui
□ Tidak disetujui
Alasan : _____________________________________________
_____________________________________________
_____________________________________________
Boroko,
Ketua Panitia Farmasi & Terapi
RSUD Kabupaten Bolaang Mongondow

(_____________________)
NIP :

FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT

18
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
RSUD KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
______________________________________________________________

PASIEN
X): Penyakit Kesudahan (beri tanda X):
Nama : _________________ utama :
No. reg : _________________  Sembuh
Umur : _______tahun  Meninggal
L/P (hamil/tidak  Sembuh dengan gejala
hamil/tidak tahu) sisa
Suku : _________________  Belum sembuh
Berat badan : _____kg  Tidak tahu

REAKSI EFEK SAMPING OBAT (E.S.O)


Saat/tgl mula terjadi : _____________ Kesudahan E.S.O (beri tanda X):
Bentuk/manifestasi E.S.O yang Tanggal: __________________
terjadi : _______________
 Sembuh
 Meninggal
Data laboratorium (jika ada) :  Sembuh dengan gejala sisa
 Belum sembuh
 Tidak tahu
Reaksi E.S.O. yang pernah dialami
:
Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi reaksi E.S.O.:

OBAT
Nama Bentuk Beri tanda X Pemberian Indikasi
(Nama Sediaan untuk obat rul Dosis Tgl. Tgl. penggunaan
dagang/ yang e / mul akhi
pabrik dicurigai waktu ai r

PELAPOR
Nama : ____________________ Boroko,
________________
 dokter  perawat  farmasis
Asal Ruangan/Poliklinik : ________________ (____________________)
Tanda tangan
pelapor

Kirimkan Formulir yang sudah diisi kepada Sekretaris Panitia


Farmasi dan Terapi,d/a Instalasi Farmasi RSUD Bolmut.

19
ALUR PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RSUD Bolaang Mongondow Utara
Dept/UPT/Inst Instalasi Farmasi Bidang Direktur Unit Distributor Panitia
Yanmed/Direktur Keuangan Layanan Penerimaan
Medik Pengadaan

Rekapitulasi
Usulan Pengiriman Penerimaan
Menyusun Perencanaan SKPPA Proses
PF
Perencanaan PF Pembelian PF
Kebutuhan
PF PF

Menerima dan
menggunakan GUDANG
PF LANGSUNG
INDUK

SATELIT Keterangan :
FARMASI PF=Perbekalan Farmasi
SKPPA= Surat
Keputusan Persetujuan
Pelaksanaan Anggaran
Garis tipis=arus
dokumen
Garis tebal = arus
barang
1
6
Keterangan :
a. Perencanaan perbekalan farmasi disusun oleh pengguna
(Departemen dan UPT) berdasarkan formularium RSCM di bawah
bimbingan teknis supervisor apoteker dari Instalasi Farmasi.
b. Instalasi Farmasi melakukan rekapitulasi perencenaan
perbekalan farmasi dari pengguna sehingga layak tender.
c. Usulan perencenaan akan dikaji oleh Bidang Pelayanan Medik
sebagai pengendali program.
d. Usulan perencanaan yang telah disetujui akan di8sahkan
sebagai perencenaan perbekalan farmasi RS oleh direktur Medik
dan Keperawatan.
e. Perencanaan perbekalan farmasi RS tersebut akan diajukan ke
Direktur Keuangan selaku pengendali anggaran untuk
memperoleh persetujuan penggunaan anggaran (SKPPA).
f. Berdasarkan SKPPA tersebut, Unit Layanan Pengadaan dapat
melaksanakan pembelian sesuai dengan aturan ayng berlaku.
g. Pembelian perbekalan farmasi harus melalui distributor resmi.
h. Instalasi Farmasi mengatur distribusi perbekalan farmasi ke
Satelit Farmasi (sebagai outlet).
i. Instalasi Farmasi mengatur distribusi perbekalan farmasi ke
Satelit Farmasi (sebagai outlet).
j. Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan oleh ahli farmasi dari
Instalasi Farmasi bersama-sama dengan Tim Klinik di unit-unit
pelayanan/Departemen/UPT.
23

Anda mungkin juga menyukai