Anda di halaman 1dari 163

MODUL BAHASA

INDONESIA HUKUM

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
modul Bahasa Indonesia Hukum ini. Tidak lupa, sy panjatkan sholawat serta salam
untuk Nabi besar kita Nabi Muhammad SWT beserta para sahabatnya.

Dengan bermaksud memberikan kemudahan untuk mahasiswa dalam


mempelajari ilmu Bahasa Indonesia Hukum, saya bermaksud untuk membuat Modul
Bahasa Indonesia hukum, harapan saya mahasiswa bisa dan mudah dalam mempelajari
Bahasa Indonesia Hukum. Karena menurut hemat saya, Bahasa Indonesia Hukum
penting untuk di pelajari mahasiswa dalam awal semester/perkuliahan karena untuk
mudah memahami dalam pembahasaan Hukum yang akan di dapatkan pada Mata
Kuliah Hukum lainnya. Lebih kurangnya modul ini saya mohon maaf dan terimakasih.

Karawang, Oktober 2017

Sartika Dewi, S.ST.,M.H.Kes

2
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I BAHASA HUKUM INDONESI ....................................................................... 1
BAB II TINGKATAN BAHASA ............................................................................... 13
BAB III TAHAP PENULISAN KARYA ILMIAH ................................................... 16
BAB IV KONVENSI KARYA ILMIAH ................................................................... 18
BAB V SISTEMATIKA KARYA ILMIAH .............................................................. 22
BAB VI PERUJUKAN DENGAN CATATAN PUSTAKA ..................................... 28
BAB VII PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 30
BAB VIII BAHASA HUKUM ACARA .................................................................... 34
BAB IX BAHASA HUKUM PIDANA ...................................................................... 67
BAB X BAHASA HUKUM KEPERDATAAN ........................................................ 77
BAB XI BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN ............................................ 102
BAB XII PRESENTASI DAN RESENSI ................................................................ 111
BAB XIII SURAT LAMARAN PEKERJAAN ....................................................... 116
BAB XIV PARAGRAF YANG PADU .................................................................... 124
BAB XV STRUKTUR KALIMAT .......................................................................... 139
BAB XVI KALIMAT EFEKTIF .............................................................................. 155

3
BAB I
BAHASA INDONESIA HUKUM

A. PENDAHULUAN
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa
semua komunikasi tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, untuk mencapai
komunikasi yang terstruktur dan sistematik, dipelajarilah bahasa.
Penelitian membuktikan bahwa sementara kaum cendikiawan Indonesia, sampai
saat ini masih belum fasih berbahasa Indonesia secara terstruktur. Oleh karena itu,
pengalaman menunjukan bahwa bahasa hukum Indonesia sampai saat ini masih terlihat
ciri bahasa Belandanya yang begitu melekat. Sejarah membuktikan bahwa sejarah
hukum Indonesia, terutama bahasa hukum perundang-undangan, asalnya merupakan
produk orang Belanda. Pakar hukum Indonesiapupn banyak yang belajar ke Belanda
karena hukum Indonesia mengacu pada hukum Belanda.
Bahasa Indonesia hukum adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai alat komunikasi dalam bidang hukum. Bahasa Indonesia hukum digunakan
oleh orang-orang yang berkecimpun dalam bidang hukum atau mendalami ilmu
hukum. Ragam bahasa hukum, seperti juga ragam bahasa lainnya, merupakan bahasa
ilmiah jadi harus memperhatikan ciri-ciri struktur atau kaidah bahasa Indonesia baku.
Oleh karena itu, bahasa hukum tidak mengutamakan gaya bahasa, tetapi
mengutamakan kepastian bahasa. Tentu saja, harus dipastikan bahwa bahasa hukum
itu tidak boleh bersifat ambigu (mengandung dua atau lebih pengertian). Jika terjadi
keambiguan penggunaan bahasa, maka akan terjadi ketidakpastian hukum.
Kita semua tahu bahwa bahasa Indonesia itu dibagi kedalam dua bentuk, yaitu
bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku. Bahasa baku digunakan
dalam komunikasi resmi, seperti pada pidato kenegaraan, naskah perundang-undangan,
pembuatan skripsi, makalah, seminar, ujian sidang. Sedangkan bahasa yang tidak baku
digunakan dalam situasi yang tidak resmi, seperti berbicara dengan teman, tawar
menawar dipasar. Ini semua tercakup dalam struktur bahasa Indonesia.

B. STRUKTUR BAHASA HUKUM

1. Melukiskan peristiwa yang terjadi secara kronologis


Dalam bidang hukum, kita sering berhadapan dengan masalah-masalah yang
berhubungan dengan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan waktu
hendaknya diurutkan secara kronologis. Kronologis sangat penting dalam pembuatan

4
Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Kronologis juga mempunyai nilai praktis, yaitu
dapat melukiskan kasus-kasus yang terdapat dalam bidang hukum secara terstruktur
dan sistematis.
Peristiwa yang dilukiskan secara kronologis harus diverivikasi atau diperiksa apa
adanya (benar/salah). Oleh karena itu, pemakaian bahasa dalam hukum harus
memenuhi tiga kriteria penting, yaitu deskriptif, evaluatif, dan preskriptif. Deskriptif
artinya dapat dicari kebenaran atau kekeliruanmya, evaluatif adalah dapat diterima atau
ditolak (karena bahasa tidak semuanya logis) preskripsi dapat berbentuk perintah, izin,
dan larangan (merupakan kaidah hukum). Dalam membuat kalimat secara kronologis
harus dibiasakan berbahasa yang jelas, jujur, dan jangan berpura-pura atau berbohong.
Contoh kalimat yang mempunyai ciri kronologis:
a. Deklarasi Juanda diumumkan pada tanggal 13 Desember 1957
b. Sumpah pemuda diadakan pada tanggal 28 Oktober 1928
c. Proklamasi kemerdekaan diumumkan sebelum UUD 1945 disahkan
Catatan :
Kalimat kronologis harus jelas dan pasti, harus terdapat SPOK, dalam kalimat
kronologis harus menjelaskan mana yang menjadi SUBJEK, PREDIKATR, OBJEK
dan KETERANGAN. Contoh lain : sebuah kasus seorang anak berusia 12 tahun diculik
sepupunya pada tgl...jam...tahun.. berada ditempat....
2. Melukiskan tata letak
Selain peristiwa yang dinyatakan menurut urutan waktu secara kronoligis, dalam
bidang hukum ini sering digunakan kalimat-kalimat yang memerlukan kejelian dalam
mengungkapkan tata letak. Pada prinsipnya melukiskan melukiskan tata letak hampir
sama dengan melukiskan urutan waktu, hanya dalam tata letak harus diungkapkan
secara jelas, cermat, dan tepat agar bila menemui suatu kasus (tindak pidana atau
perdata) penyelidikan akan benar-benar tergambarkan. Biasanya lukisan tata letak ini
diperlukan oleh para penyidik dalam membuat BAP.
Melukiskan kejadian berdasarkan tata letak ini berhubungan dengan tempat dan
ruang. Peristiwa-peristiwa atau kejadian yang mementingkan tata letak mempunyai ciri
adanya keterangan tempat, seperti di sana, di sini, di atas, di bawah, di belakang, di
depan, diantara. Dalam menyingkap suatu kasus pembunuhan, misalnya seorang
penyidik harus jeli mengungkapkan tata letak terjadinya pembunuhan itu. Jika mayat
seorang ditemukan dibawah tempat tidur, disebuah gudang tua, dibelakang rumah
tersangka harus benar-benar cara melukiskannya. Harus diperhatikan kata di bawah
tempat tidur tersebut, apa terletak di kolong tempat tidur atau di lantai dekat tempat
tidur. Pelukisan tata letak ini sangat diperlukan dalam membuat rekontruksi suatu kasus
pidana.
Contoh:

5
Lihatlah suasana di diskotik di Jakarta, Surabaya, Bali. Di antara kilatan lampu
disuasana yang remang-remang , mereka yang tengah menari-nari tidak sedikit yang
sedang tripping alias setenngah mimpi. Bila pil itu ditenggak, peminumnya bisa terbua,
mengawang, serba senang dan damai. “kata seorang yang pernah mengaku menjadi
pecandu inex ini. Minum pil ini, kabarnya tidak membuat orang bringas, tapi hanya
gembira....
Wacana diatas melukiskan bagaimana ectasy dipakai oleh para pecandu. Pada alinea
pertama (sebagai prolog) dilukiskan bagaimana manusia mencari kesenangan dan
kebebasan dengan berbagai cara yang sebetulnya akan merugikan diri sendiri. Di sini
terlihat dengan jelas bagaimana wacana itu dibuat dengan urutan waktu, mulai dari
zaman dulu sampai sekarang. Kemudian pada alinea kedua sudah mulai terlihat lukisan
tata letaknya. Hal in dapat kita lihat mulai dari: a) suasanan dibeberapa diskotik di
Jakarta, Surabaya atau Bali (melukiskan tempat beredarnya pil ectasy). b) Di antara
kilatan lampu disuasana yang remang-remang , mereka yang tengah menari-nari tidak
sedikit yang sedang tripping alias setenngah mimpi. (melukiskan ruangan tempat
terjadinya kegiatan minum pil ectasy)
3. Melukiskan hal yang umum dan khusus
Dalam bidang hukum ada suatu peristiwa yang harus dinyatakan secara umum
kemudian dirinci secara spesifik. Melukiskan hal yang umum dan yang khusus itu
sering terjadi dalam kasus-kasus yang berkembang dimasyarakat.
Contoh:
“kalau sedang berdoa boleh merokok??
`Jawaban untuk pertanyaan di atas jelas saja tidak boleh, bahkan dilarang
apalagi yang menjawabnya orang-orang yang fanatik terhadap agama. Akan tetapi
seorang yang mahir hukum berbahasa harus mampu mengola kata-kata yang sama
tersebut menjadi berubah arti, agar kedua pekerjaan itu bisa dilakukan. Kalimat
tersebut menjadi
Kalau sedang merokok boleh berdoa??
Tentu saja, jawabannya adalah boleh. Kita boleh berdoa kapan saja dan dalam keadaan
apa saja. Seorang ahli hukum biasanya senang memutarbalikkan kata agar yang tidak
boleh dilakukan menjadi boleh dilakukan. Tentu saja hal ini ditunjang dengan
kemampuan menyusun kalimat. Seorang ahli hukum sering mencari celah dimana kira-
kirea ada kalimat yang mempunyai kemungkinan dari yang dilarang menjadi di
izinkan.
Contoh:
• Ani dicium budi menjadi budi dicium Ani.......

6
Kedua kalimat tersebut mempunyai struktur bahasa yang benar tetapi penggunaan kata
“dicium” perlu dpertimbangkan. Apakah kalimat tersebut layah dipakai dalam kultur
(budaya) Indonesia atau tidak?
Kalimat kedua sebetulnya mempunyai dua makna , apakah yang diciumnya itu
seorang anak laki-laki atau seorang kekasih? Jika dimaksud seorang anak, kalimat
kedua dapat dibenarkan (bapak/budi kpd anakmya/Ani). Jika seorang kekasih kalimat
tersebut tidak digunakan walaupun struktur bahasnya benar.
Dengan demikian, jelaslah bahwaa seoranng ahli hukum harus mahir dalam
berbahasa. Jika seorang ahli hukum kurang mempunyai kemampuan berbahasa, maka
bahasanya pun akan banyak yang ambigu.
Kalimat-kalimat yang melukiskan hal yang umum dan khusus biasanya
mengunakan kata-kata atau frase yang menunjukan hal yang umum dan hal yang
khusus. Seperti pada umumnya, pada dasarnya, setiap, biasanya, semua, seluruh,
segala, sering, kadang-kadang, dalam hal ini misalnya seperti.
Catatatn :
Hal yang umum dan yang khusus dalam pembentukan kalimatnya dari kalimat yang
umum dijadikan kalimat kata kerja yang pasti (khusus), dan dari kata khusus tersebut
harus memiliki nilai kultur (budaya) yang terdapat di Indonesia.
4. Klasifikasi atau mengelompokkan
Perlunya seorang ahli hukum menyatakan gagasan dengan cara pengelompokan
adalah agar mereka dapat membuat peraturan dengan baik dan benar. Kalsifikasi atau
mengelompokkan, selain diperlukan untuk pembuatan BAP, juga untuk pembuatan
rancangan undang-undang menjadi undang-undang. Kecermatan melilih kata yang
tepat diperlukan disini, karena jika pemilihan katanya tidak tepat akan membuat
undang-undang atau peraturan tidak akurat.
Disini kita harus dapat membedakan antara ragam bahasa hukum dengan ragam
bahasa lainnya, misalnya ragam bahasa politik. Hukum dasarnya fakta, sedangkan
politik lebih sering menggunakan retorika (kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan
jawaban). Jika ditelusuri secara etimologi fakta berasal daro fact (facio), artinya sesuatu
yang sudah terjadi dan sesuatu yang telah diperbuat. Hukum adalah gagasan politik
tetapi sekali politik membuat gagasan, politik harus tunduk pada hukum.
Bahasa hukum bersifat resmi, maka untuk mebuat kepastian hukum bahasa hukum
itu sering kelihatan kaku. Kekakuan bahasa tersebut dapat kita lihat dalam naskah
perundang-undangan. Akan tetapi perlu diingat, walaupun terlihat kaku, bahasa hukum
(khususnya bahasa perundang-undangan) harus tetap taat asas terhadap kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku.

7
Kata-kata yang mendukung proses pembuatan kalimat pengelompokan adalah
mengelompokkan, diklasifikasikan, termasuk, digolongkan, antara lain, seperti dll.
Contoh:
• Hukum digolongkan menjadi dua kelompok, hukum publik dan hukum perdata.
• Hukum pidana termasuk kedalam hukum publik
• Hukum perdata melindungi hak-hak perorangan.

5. Membandingakan dan membedakan


Dalam perbandingan, pertama kita harus melihat persamaanya. Sedangkan dalam
melihat perbedaan adalah apa perbedaannya. Seorang ahli hukum harus mempunyai
wawasan yang luas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perbandingan dan
perbedaan. Kata serupa (tidak sama dengan atau tidak identik) merupakan salah satu
contoh dalam perbandingan dan perbedaan, misalnya, ada saudara kembar yang serupa
tetapi tingkah lakunya tidak sama. Salah satu dari mereka melanggar hukum, seorang
ahli hukum harus mencari perbedaan yang hakiki dari kedua saudara kembar tersebut.
Jika diteliti lebih cermat, maka perbedaanya terdapat pada sidik jari dan sidik daun
telingamya. Setiap orang didunia mempunyai sidik jari dan sidik daun telinga yang
berbeda satu sama lain.
Jika terjadi kasus yang serupa, maka seorang ahli hukum akan menyadari bahwa
hukum itu merupakan produk pemikiran. Yang dimaksud dengan produk pemikiran
adalah setiap ada gejala yang menyimpang dalam masyarakat, para ahli hukum harus
cepat tanggap untuk mengantisipasi penyimpangan tersebut agar penyimpangannya
dapat segera di atasi.
Kata-kata yang menjadi ciri dari perbandingan dan perbedaan adalah kata serupa,
berbeda, persamaannya, perbedaannya, sama dengan, berbeda dengan, daripada, dan
kata-kata atau frase yang menunjukan perbandingan dan perbedaan,
Contoh:
• Indonesia mempunyai wilayah laut lebih luas daripada wilayah daratannya.
• Indonesia adalah salah satu negara berkembang, tapi Jerman adalah salah satu
negara yang maju.
• Manakah yang harus lebih berkuasa hukum atau kekuasaan.

6. Mengelompokan yang diperluas


Seorang ahli hukum harus belajar secara konsepsional, latihan meneliti, menjadi
penyusun yang baik atau organisator yang baik. Dengan kemampuan seperti itu,
seorang ahli hukum akan siap menghadapi kasus-kasus yang terjadi dimasyarakat.
Belajar konsepsional sama dengan belajar membuat suatu pengertian atau belajar
merancang apa yang telah ada dalam pikiran kita. Hasil dari konsepsi kita tentu saja

8
harus diteliti ulang. Oleh karena itu, seorang ahli hukum harus selalu berlatih meneliti.
Penelitian di sini gunanya untuk mengkaji konsepsi yang telah kita buat. Apa
konsepnya sudah betul atau masih ada kekurangannya. Pada akhirnya, hasil konsepsi
yang kita buat harus disusun secara baik atau terorganisir, dengan memakai bahasa
yang ilmiah.
Berdasarkan hal tersebut, dalam praktiknya, cara belajar demikian dapat diterapkan
dalam pengelompokan yang diperluas. Pengelompokan yang diperluas sering
dilakukan oleh ahli perancangan perundang-undangan, yang pada akhirnya akan
menjadi undang-undang,
Contoh:
• Jual beli merupakan bagian dari hukum dagang dan bagian yang tidak
terpisahkan dari hukum perdata
• Indonesia adalah anggota ASEAN, dan semua anggota ASEAN adalah anggota
PBB
• Apabila suatu negara telah menjadi anggota PBB, maka bangsa dari negara
tersebut disebut bangsa yang beradap.

7. Sebab dan akibat


Sebab dan akibat merupakan masalah yang terdapat dalam kasus-kasus hukum.
Oleh karena itu, mengetahui materi sebab dan akibat sangat penting bagi bidang ilmu
hukum. Betapapun hukum itu dapat menyelesaikan masalah yang sering terjadi. Tetapi,
walaupun demikian, belum ada batas-batasnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan
yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini harus tunduk pada
hukum sebab akibat. Dengan demikian, seorang ahli hukum dalam mencari kebenaran,
harus meneliti dulu sebab dan akibatnya.
Dalam kehidupan sehari-hari seorang ahli hukum selalu berhadapan dengan kasus-
kasus yanng harus ditelusuri apa sebabnya dan bagaimana akibatnya di masyarakat.
Bagi bidang hukum pidana, yang selalu berhadapan dengan berbagai kasus kejahatan,
penelusuran dengan cara sebab dan akibat ini akan sangat diperlukan untuk pembuktian
yang lebih akukrat.dalam hukum harus dinyatakan bahwa apa yang benar itu benar dan
yang salah itu salah. Intisariya adalah jika kita menyusun suatu dokumen, BAP, dll
harus benar dan akurat.
Dalam mencari kebenaran, alat bukti dan hal-hal lain yang mendukung harus diteliti
secara cermat, agar pembuktian itu dapat diterima kebenarannya. Jadi, dalam bidang
ilmu hukum, untuk mencari kebenaran itu harus memakai pendapat yang objektif,
karena kebenarannya itu harus sesuai dengan fakta yang ada. Hukum tidak boleh
direkayasa, jika hukum sudah direkayasa maka kebenaran hukum tidak akan pernah
ada.

9
Alasan-alasam yang diteliti harus cermat dan aktual,merupakan ciri dari adanya
sebab akibat. Ciri kata-kata yang menunjukan kalimat sebab dan akibat adalah karena,
sebab, akibat, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebabnya, akibatnya dll.
Contoh :
• Salah satu penyebab meningkatnya kejahatan adalah pendapatan yang tidak
merata
• Akibat kepercayaan diri rendah, maka penganguran meningkat.

8. Menjelaskan
Dengan tujuh langkah di atas, sebenarnya seorang ahli hukum harus sudah dapat
menyusun kalimat yang baik dalam BAP atau juga sudah dapat menjelaskan kasus-
kasus yang terjadi dalam bidang hukum. Dalam menjelaskan perlu di ingat bahwa
segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum haruslah tepat dan benar. Kalimat yang
disusun harus memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa
hukum merupakan bahasa ilmiah, bahasa ilmiah harus menggunakan bahasa resmi.
Kaidah bahasa Indonesia yang diterapkan dalam bidang hukum akan memudahkan
informasi yang disampaikan. Dengan demikian informasi yang disampaikan ahli
hukum harus jelas dan benar. Sudah pasti tanda baca mempengaruhi makna kalimat
yang di informasikan.informasi itu harus benar karena kebenaran akan membawa
kemajuan. Kemajuan akan membuat orang hidup lebih baik.
Contoh:
• Orang itu dibunuh adiknya
• Istrinya yang ada di Bandung sakit
Jika diucapkan secara lisan, kalimat pertama dapat dipahami artinya, karena
menggunakan intonasi. Akan tetapi, secara tulisan kalimat tersebut dapat mengandung
beberapa arti, yaitu dibunuh oleh adiknya sendiri atau adiknya yang dibunuh. Begitu
juga dengan kalimat kedua. Kalimat tersebut mempunyai dua pengertian, yaitu istrinya
itu tinggal di Bandung atau istirnya itu lebih dari satu, yang tinggal di kota lain.
Dalam bidang hukum, kalimat seperti itu seharusnya dihindari karena informasi yang
disampaiakn tidak akan jelas. Sebaiknya kalimat diatas menjadi:
• Orang itu dibunuh oleh adiknya
• Istrinya, yang ada di Bandung, sakit.
Jelaslah di sini bahwa studi hukum itu adalah profesi bahasa. Seorang sarjana hukum
harus profesional sehingga cara berbahasanya pun efektif, cermat dan efisien. Jika
sarjana hukum tidak profesional, pengertian-pengertian yang diberikan kepada
masyarakat akan kurang jelas atau bahkan tidak jelas sama sekali.

10
9. Daur dan reaksi berantai
Daur sama dengan siklus, yaitu peristiwa yang terjadi secara berulang. Sedangkan
reaksi berantai adalah tindakan yang berkesinambungan dilakukan atas dasar suatu
peristiwa yang terjadi.
Proses daur dan reaksi berantai, dalam bidang hukum sering ditemukan. Dengan
tegas dikatakan bahwa melanggar hukum publik merupakan tindak kejahatan. Atas
dasar hal tersebut, penelusuran masalah dengan menggunakan daur dan reaksi berantai
biasanya dilakukan oleh aparat hukum, misalnya saja boleh polisi atau penyidik.
Biasanya suatu kasus kejahatan ditelusuri daurnya terlebih dahulu dari mulai
perencanaan, tindakan, sampai putusan akhir. Reaksi beranrai, biasanya dilakukan
dalam proses pemeriksaan suatu kejahatn oleh aparat berwajib.

Contoh:
Air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah. Kalau air
tergenang maka ia akan menguap. Uap berkumpul menjadi awan. Awan bergerak di
angkasa. Jika awan sudah mencapai titik jenuh, maka air turun kebumi menjadi hujan.
Air hujan mencari tempat yang lebih rendah sampai akhirnya bermuara di sungai atau
di laut. Air yang terdapat di bumi akan menguap kembali ke atas membentuk awan.
Begitu seterusnya, proses alam itu selalu berulang-ulang.
Negara miskin mempunyai tabungan nasional yanng kecil jumlahnya. Negara tersebut
membangun dengan skala yang kecil juga. Apabila pertumbuhan penduduknya cukup
besar maka kehidupan rakyatnya akan tetap miskin.
Peristiwa pada contoh pertama merupakan peristiwa alam, yanng selalu terjadi di
bumi ini. Sedangkan, peristiwa ke dua merupakan gejala sosial suatu negara. Jadi,
cukup jelas bahwa daur dan reaksi berantai itu selalu ada dalam kehidupan
bermasyarakat.
10. Analogi (perumpamaan)
Analogi adalah membandingkan dua hal atau dua benda yang tidak identik atau
tidak sama benar. Disitulah titik lemah analogi. Di dalam hukum analogi hanya dipakai
dalam hukum perdata. Sedangkan dalam hukum pidana tidak boleh beranalogi kecuali
dalam penuntutan.
Hukum perdata melindungi hak pribadi, sedangkan hukum pidana melindungi
masyarakat. Jadi jelaslah dalam hukum pidanan tidak boleh beranalogi karena akan
melanggar hukum. Orang itu tidak sama dengan barang, yang dapat diperjualbelikan.
Dalam KUH perdata ada pernyataan yang dapat dianalogikan dengan bentuk lain. “jual
beli tidak menghapuskan sewa-menyewa”. Jual beli dapat dianalogikan menjadi hibah

11
karena sama-sama memindahkan hak milik. Oleh karena itu, analogi terdapat dalam
hukum perdata.
Dalam hukum analogi dapat dipakai dalam pembuktian, hanya tidak termasuk alat
bukti yang kuat. Wacana berikut menggambarkan bagaimana seseorang
meganalogikan suatu keadilan pada zaman dulu dengan sekarang.
Contoh kalimat beranalogi:
• Mendaki gunung adalah bagai menjalani kehidupan
• Presiden adalah bagaikan pilot sebuah pesawat terbang

11. Prediksi
Prediksi sama dengan ramalan. Seorang sarjanan hukum selalu membuat prediksi
karena masalah-masalah selalu timbul di masa yang akan datang. Dalam hukum
prediksi itu harus normal. Kata-kata yang menunjukan prediksi adalah kata maka,
perkiraan, dugaan, menduga, akan, mengira, memprediksi.
12. Definisi
Jika kita telusuri artinya, definisi itu sama dengan batasan. Dalam kitab perundang-
undangan kita sering temukan definisi. Definisi perlu dikemukakan disini agar dalam
membuat batasan-batasan hukum tidak terjadi salah pengertian. Tidak hanya dalam
undang-undang dalam perjanjianpun harus dibuat definisi terlebih dahulu. Dalam
bahasa Indonesia terdapat berabagai macam definisi, diantarnya:
a. Definisi dengan eksplikasi penjelasan : hukum adalah perintah dari yang
berwenang.
b. Dengan menunjukan fungsi : hukum itu mengatur, hukum itu mengadili, hukum
itu membela.
c. Dengan contoh : hukum adalah polisi, hukum adalah hakim, hukum adalah
jaksa.
d. Otoritas, yaitu definisi yang dibuat oleh seorang ahli yang terkemuka, orang
yang berwibawa. Definisi yang penting dalam ilmu hukum adalah definisi
otoritas. Contoh: menurut Muchtar, hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah
yang menganut perilaku manusia dalam masyarakat beserta lembaga dan
prosesnya yang menjadikan asas dan kaidah tersebut menjadi kenyataan dalam
kehidupan.

13. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara. Hipotesis selalu digunakan dalam bidang
hukum. Hipotesis, praktiknya, digunakan di sidang pengadilan. Ada hipotesis

12
pengadilan, yaitu kata seandainya atau seumpamanya. Kata tersebut sering digunakan
pembela, dengan maksud untuk meringankan tuduhan kepada terdakwa.
Kata kalau, bila, bilamana tidak bisa digunakan dalam bidang ilmu hukum karena kata-
kata tersebut lebih cenderung mempunyai pengertian dengan memakai angan-angan
bukan menyatakan yang sebenarnya. Kata-kata tersebut sering kita dengar keluar dari
mulut seorang seniman. Akan tetapi, kata-kata tersebut maknanya sama dengan
pengandaian. Seorang pengacara lebih senang memakai kata seandainya dalam
membela siterdakwa. Kata apabila dan kata supaya saja adalah modalitas untuk
menyatakan suatu hipotesis.
Contoh :
• Seandainya saya menjadi orang kaya, saya akan memberikan bea siswa kepada
mahasiswa yang berprestasi dalam bidang ilmu hukum perdata.
• Seandainya saya bebas dari hukuman, saya akan berbuat baik dan kembali
kepada keluarga saya.
• Seandainya saudara sayang kepada anak, tidak mungkin saudara tega
membunuhnya.

14. Usulan
Usulan biasanya dilakukan oleh pengacara di muka sidang pengadilan, usulan itu
adalah perintah yang diperhalus, sehingga kadang-kadang kalimat yang digunakan
tidak terlihat atau tidak terasa sebagai perintah. Jika kita membuat usulan, maka kita
harus ingat bahwa dalam mengusulkan sesuatu harus ada syarat yang dipenuhi.
Contoh :
• Karena dia mempunyai kemampuan yang memenuhi persyaratan, saya
mengusulkan agar dia dapat diterima sebagai karyawan pada intansi yang anda
pimpin.
• Sekelompok mahasiswa menyarankan agar mendirikan cafetaria.

15. Pendapat pribadi


Dalam kehidupan bermasyarakat perbedaan pendapat itu sering terjadi. Begitu juga
dalam bidang hukum. Oleh karena itu, jika ada dua orang ahli hukum bertemu, maka
akan bermunculan berbagai pendapat yang berbeda. Ciri kata yang menunjukan adanya
pendapat pribadi adalah menurut pendapat saya, menurut hemat saya, saya pikir dsb.
Orang Indonesia senang menggunakan istilah saya rasa. Jadi, suatu pendapat itu bisa
dirasa-rasakan. Padahal kalo kita telusuri arti sebenarnya adalah I Think (saya pikir).
Jadi untuk kepastian hukum sebaiknya digunakan kata saya pikir.

13
16. Penolakan, bantahan, sanggahan
Di dalam hukum harus jelas apa itu menolak atau menerima. Satu hal yang harus
dibiasakan oleh ahli hukum adalah berbicara lebih rinci. Hal ini penting bagi ahli
hukum, misalnya, seorang pengacara berbicara kepada kliennya, maka dia harus
berbicara lebih rinci. Berbicara rinci akan akan mempunyai dampak yang jelas bagi
orang yang diajak bicara. Akan jelas juga, apakah suatu hal itu ditolak, dibantah,
disanggah atau didebat.
Dipengadilan jika ditanya diam atau tidak menjawab, maka diam itu sebagai
jawaban. Jadi, jika kita menolak suatu harus didekspresikan melalui kalimat atau harus
dikatakan secara jelas karena menurut budaya Indonesia, diam itu berarti setuju. Jangan
juga menggeleng karena di Colombo mengeleng itu berarti ya atau setuju. Berdasarkan
hal itu, dalam hukum segala sesuatunya harus dikatakan secara benar. Penolakan harus
nyatakan secara ekspilist.
Pada dasarnya, pengertian penolakan, bantahan dan sanggahan itu sama, yaitu tidak
menerima atau menyangkal pendapat orang lain. Jika kita lihat artinya, penolakan
adalah perbuatan menolak. Bantahan adalah sangkalan. Sanggahan adalah penentangan
atau protes.
Contoh :
• Ya, kami setuju usulan anda tetapi usul tersebut pada saat ini tidak dapat
dilaksanakan pada waktu sekarang dan pada waktu yang akan datang.
• Alasan saya membawa saksi ahli ke tempat persidangan karena saya tidak mau
terdakwa dijatuhi hukuman yang berar.

17. Diskusi atau debat


Diskusi adalah perbandingan untuk bertukar pikiran tentang suatu masalah.
Sedagkan debat adalah pembahasan atau perbantahan tentang suatu hal dengan saling
memberi alasan untuk mempertahankan pendapat atau pendiriannya. Berdasarkan hal
itu, maka dalam diskusi kita mengisi dan melengkapi pendapat orang lain tetapi tidak
menyangkal pendapat orang lain. Sedang dalam debat kita menyanggah pendapat orang
lain.
Contoh :
Mahasiswa Fakultas Hukum di Indonesia akan berdiskusi tentang Dampak UU Lalu
lintas bagi masyarakat.

14
BAB II
TINGKATAN BAHASA

Setiap bahasa dalam suatu negara mempunyai tingkatan bahasa. Misalnya, di


Indonesia terdapat berbagai bahasa daerah. Setiap daerah mempunyai tingkatan bahasa
yang hampir sama, yaitu bahasa resmi, bahasa semi resmi, bahasa pergaulan, dan
bahasa vulgar.
Jika berbicara tentang tingkata bahasa, kita harus juga mengetahui tentanng apa
itu bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini disebabkan sampai saat ini orang
sering salah kaprah tentang pengertian bahasa yang baik dan benar.
Sebenarnya, bahasa yang baik dan benar itu erat kaitannya dengan tingkatan
bahasa. Bahasa itu dikatakan baik dan benar, bila digunakan sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Jika kita berbicara dalm forum resmi, tentu saja kita harus menggunakan
bahasa baku. Begitu juga sebaliknya, jika kita berbicara dengan teman atau keluarga
maka yang harus digunakan adalah bahasa yang tidak baku. Jika bahasa resmi (baku)
digunakan dalam situasi santai maka akan terasa kaku, bahkan akan ditertawakan
orang. Jika kita berbicara terlalu akrab dakam forum resmi, maka kita akan dianggap
kurang menghargai. Oleh karena itu, situasi dan kondisi sangat mempengaruhi
tingkatan bahasa.

A. Bahasa resmi
Bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. Pembakuan
bahasa dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Indonesia. Bidang-bidang yang dilakukan adalah tulisan, ejaan, kosa kata, tata
bahasa dan lafal.
Bahasa yang digunakan untuk ilmu hukum, tentu saja harus bahasa baku.
Berdasarkan hal tersebut, bahasa hukum harus tunduk pada kaidah-kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku. Bahasa hukum itu terdapat dalam bentuk undang-undang,
peraturan-peraturan, akta notaris, BAP, naskah pembelaan (yang dilakukan pengacara),
naskah tuntutan jaksa, naskah putusan hakim dan yang menyangkut ilmu hukum.
Untuk mencari kepastian hukum, bahasa hukum itu harus jelas dan dapat
dibuktikan kebenarannya. Tentu saja, kefasihan dan kemahiran berbahasa sangat
diperlukan bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang hukum. Jika seorang
ahli hukum membuat pernyataan dengan menggunakan kalimat yang tidak sesuai

15
dengan struktur bahasa Indonesia, maka kebenarannya akan dipertanyakan. Perlu
diingat bahwa salah pembentukan kalimat, maka pengertiannya pun akan salah.
Berbahasa dalam hukum mengandung akibat hukum. Jadi, dalam berbahasa harus
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kepastian hukumnya.
B. Bahasa semi resmi
Bahasa semiresmi biasanya digunakan oleh seorang mahasiswa yang berbicara
dengan dosen, berbicara dari bawahan kepada atasan, dari seorang anak kepada orang
tua, dsb. Bahasa semiresmi in biasanya mempunyai ciri, yaitu kalimat pendek tetapi
sempurna.
Bahasa semiresmi ini biasanya banyak dipakai dalam bahasa percakapan. Dalam
bidang hukum, pengunaan bahasa ini dapat dilihat dari tanya jawab antara majelis
hakim dengan terdakwa atau dengan saksi dalam sidang pengadilan.
C. Bahasa pergaulan
Bahasa pergaulan adalah bahasa yang digunakan sehari-hari. Oleh karena itu,
biasanya bahasa pergaulan ini digunakan sebagai alat komunikasi antara orang-orang
yang sudah dekat hubungannya, misalnya: berbicara dengan teman, berbicara dengan
keluarga, tawar menawar dipasar. Kalimat dalam bergaulan biasaya pendek-pendek
dan tidak sempurna.
Bahasa pergaulan tidak harus tunduk pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Oleh karena itu, bahasa pergaulan dapat juga dikategorikan ke dalam bahasa
tidak resmi
Oleh karena bahasa pergaulan itu termasuk ke dalam golongan bahasa tidak resmi,
maka tidak dibenarkan digunakan untuk membuat karangan ilmiah.
D. Bahasa vulgar
Kata vulgar berasal dari bahasa latin, yaitu vulgus. Vulgus adalah kelompok orang
yang tidak mempunyai kesulitan berbicara. Bahasa vulgar biasanya digunakan oleh
orang yang tidak mempunyai pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian, di beberapa
desa di Jawa Barat, masih banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Mereka hanya bisa mengunakan bahasa daerah saja.
Itupun bahasa daerah yang kasar, karena mereka tidak membiasakan diri menggunakan
bahasa halus.
Dalam berkomunikasi, biasanya mereka tidak mengindahkan segi etika.
Menggunakan kata-kata yang kasar sudah menjadi hal yang biasa, sehingga mereka
tidak merasa tersinggung lagi jika teman bicaranya mengungkapkan hal-hal yang kasar
terhadap dirinya.
Contoh :

16
• Bapakmu benar-benar mati?
• Ya, mampus ketabrak mobil...
Kata mati atau mampus ditujukan kepada manusia. Padahal untuk manusia lebih baik
menggunakan kata meninggal dunia.
Diperkotaan bahasa vulgar ini dipergunakan oleh preman, calo, pencopet, pencuri,
gelandangan, pengemis. Pada dasarnya, mereka berbahasa Indonesia tetapi mereka
kurang terdidik maka berbaasa seenaknya saja. Kata-kata meluncur begitu saja melalui
mulutnya tanpa memperdulikan etika berbahasa. Kadang-kadang dalm berkomunikasi
mereka menganalogikan binatang untuk memanggil temannya, misalnya kata anjing,
monyet, buaya dan lain-lain. Anehya, mereka dipanggil seperti itu tidak menjadi
tersinggung.
Setelah membaca buku ini, ada baiknya kaum intelektual, terutama mahasiswa
menghindari analogi seperti di atas.

17
BAB III
TAHAP PENULISAN KARYA ILMIAH

A. DASAR PEMBUATAN KARYA ILMIAH

1. Pemilihan topik/masalah
Topik/pokok bahasan adalah pokok pembicaraan sebuah karya tulis ilmiah. Topik
tersedia dengan sangat melimpah disekitar kita, seperti : a. Persoalaan ketimpangan
sosial, b. Pelanggaran hukum, c. Kemasyarakatan, d. Psikologi, e.kesehatan dll.
Penyusunan karya tulis ilmiah lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian
dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui saripada menulis pokok-pokok
yang tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali. Sehubungan dengan hal itu, hal-
hal berikut patut dipertimbangkan dengan seksama oleh para penyusun karya ilmiah.
a. Topik yang dipilih yang paling menarik perhatian dan berkaitan dengan bidang
yang ditekuni.
b. Topik yang dipilih seyogyanya terpusat pada suatu segi yang lingkupnya sempit
dan terbatas.
c. Topik yang dipilih harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya (teorimya)
d. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan berupa buku, majalah, surat
kabar, brosur, jurnal, surat putusan, atau undang-undang
Contoh :
• Perlindungan hukum bagi pihak pembeli dalam transaksi jual beli...
• Pelaksanaan izin usaha perikanan dan kelautan ditinjau dari keputusan bupati
perda no.7.2004 tentang retribusi izin usaha perikanan dan kelautan studi di
kabupaten.......
• Analisis kriminologis fenomena abortus provokatus kriminalis di kalangan
mahasiswi (studi salah satu PTS di.....)

2. Tahap pengumpulan data


Jika judul karya ilmiah dan kerangka karya ilmiahnya sudah disetujui oleh
pembimbing yang bersangkutan, penyusunan sudah dapat mulai mengumpulkan ndata.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam mengumpulkan data adalah mencari
informasi dari kepustakaan, buku, surat kabar, majalah, ensiklopedia, brosur, kamus,
internet dll mengenai hal yang ada relevansinya dengan judul garapan. Informasi yang
relevan diammbil intisarinya dan dicatat pada data hasil study. Disamping, pencarian
informasi dan kepustakaan, penyusun juga dapat terjun ke lapangan, penyusun

18
meminta izin kepada pemerintah setempat atau kepada pimpinan perusahaan yang
perusahaanya akan diteliti. Data dilapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan,
wawancara, atau eksperimen.
3. Tahap pengorganisasian/pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut.
Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun
menentukan data mana yang akan dibicarakan terlebih dahulu dan data mana yang akan
dibahas kemudian. Jadi, penyusun harus mengelola dan menganalisa data yang ada
dengan tekhnik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif,
data diolah dan dianalisis dengan tekhnik statistik.
4. Tahap pemeriksaan/penyuntingan
Sebelum mengetik final naskah karya ilmiah, penyusun memeriksa dahulu konsep
buram tersebut. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yangn
berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang
dirasakan sangat menunjang pembahasan.
Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakupi pemeriksaan isi karya ilmiah dan
pemeriksaan cara penyajian karya ilmiah, termasuk penyuntingan bahasa yang
digunakan.
5. Tahap pengetikan/penyajian
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapihan dan
kebersihan. Penyusun memperhatikan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah.
Misalnya, penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalm kulit luar, dalam
halaman judul, dalam daftar isi, dan dalam daftar pustaka.

19
BAB IV
KONVENSI KARYA ILMIAH

A. Bahan dan jumlah halaman


Kertas yang digunakan untuk mengetik karya ilmiah sebaiknya kertas HVS ukuran
kuarto atau A-4, sedangkan untuk kulitnya digunakan kertas yang agak tebal.
Kemudian, huruf yang digunakan hendaknya sama, seperti Times New Roman atau
Arial. Dalam hubungan itu, tinta yang digunakan harus berwarna hitam.
Jumlah halaman skripsi atau tugas akhir (karya ilmiah sederhana) untuk memenuhi
syarat ujian sarjanan tidak kurang dari 50 halaman.
B. Pola ukuran kertas
Jarak margin/pias kiri dan kanan serta margin atas dan bawah kertas diatur sebagai
berikut:
1. Atas 4cm
2. Bawah 3 cm
3. Kiri 4 cm
4. Kanan 3 cm
Tajuk “ucapan terimakasih”, daftar isi, bab 1 pendahuluan, bab 2 teori, bab 3
analisis, bab 4 simpulan dan saran, daftar pustaka, dan lampiran. Semua itu harus di
tulis dengan huruf KAPITAL, terletak di tengah-tangah dan sekitar 5 cm dari pinggir
atas kertas, jadi seperenam bagian atas kertas dikosongkan, serta tidak diberi tanda baca
apa pun.
C. Penomoran dalam karya ilmiah

a. Angka yang digunakan


Penomoran yang lazim digunakan dalam karya ilmiah adalah dengan angka
Romawi dan bahasa arab. Angka romawi kecil (i,ii,iii,iv,v,vi) dipakai untuk menomori
halaman judul, halam yang bertajuk kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
grafik, daftar bagan (jika ada), daftar singkatan dan lambang. Angka romawi besar
(I,II,III,IV,V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan, tajuk bab analisi,
tajuk bab pembahasan, tajuk bab simpulan.
b. Letak nomor halaman
Halam judul, daftar isi, daftar tabel/grafik, daftar singkatan dan lambang
menggunakan romawi kecil yang letaknya pada bagian bawah, tepat ditengah-

20
tengah.halaman yang betajuk bab, daftar pustaka menggunakan angka nomor (1,3,20)
yang diletakan pada bagian bawah, tepat ditengah-tengah. Halaman naskah lanjutan
menggunakan angka (nomor) diletakan pada bagian atas, tepat di tengah-tengah.

KATA PENGANTAR BAB I/II/III


DAFTAR ISI/TABEL

2 DAFTAR PUSTAKA

Halaman naskah lanjutan

50
0

c. Penomoran anak BAB


Anak bab dan subanak bab dinomori dengan angka (nomor) sistem digital. Angka
terakhir dalam digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 1.3). dalam hubungan ini,
angka digital tidak lebih dari tiga angka, sedangkan penomoran selanjutnya
menggunakan a,b,c kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), selanjutnya (1), (2), (3),
dan (a), (b), (c). Contoh

21
BAB I
1.1
1.2
1.3

BAB II

2.1
2.2
2.3
2.3.1
2.3.2
a.
b.
1)
2)
a)
b)
(1)
(2)
(a)
(b)

d. Penomoran anak BAB versi lain


BAB I
I ( untuk judul bab)
A. (untuk sub judul bab)
1. ( untuk sub-sub judul bab)
a. (untuk sub-sub-sub judul bab)
1) .................
a) ..................
(1) ........................
(a) ...........................

22
BAB V
SISTEMATIKA KARYA ILMAH

A. Bagian awal karya ilmiah

1. Kulit luar (cover)

Kulit luar berisi tentang : 1) judul karya ilmiah, 2) maksud penyusunan, 3) nama
penyusun, 4) nama lembaga pendidikan tinggi (nama jurusan, fakultas, universitas)
atau logo universitas, 5) nama kota tempat lembaga pendidikan, 6) tahun penyusunan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR


MAHASISWA SEMESTER I PRODI ILMU HUKUM

Skripsi yang disusun untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Ujian Sarjana

Oleh : .........
Nomor Induk ........

Jurusan Prodi Ilmu Hukum


Universitas Buana Perjuangan
Karawang
2016

23
a. Kata pengantar (prakata)

Kata pengantar ditulis untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca


tentang penulisna karya ilmiah. Dengan membaca kata pengantar, seseorang akan
segera mengetahui, antara lain maksud penulis menyajikan karya ilmiah, hal-hal apa
saja yang termuat dalam karya ilmiah, dan pihak-pihak mana saja yang memberikan
keterangan kepada penulis.
Penyajian kata pengantar hendaklah singkat, tetapi jelas. Dalam hubungan ini, unsur-
unsur yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah :
1) Puji syukur kepada tuhan
2) Penjelasan tentang pelaksanaan penyusunan karya ilmiah
3) Informasi tentang arahan dan bantuan dari berbagai pihak
4) Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan
karya ilmiah
5) Penyebutan nama tempat, tanggal, bulan dan tahun, serta nama penyusun
karya ilmiah.

Contoh

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-
Nyalah sayan mampu menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Adapaun
penyusunan skripsi ini melalui proses yang cukup lama, yaitu sekitar 6 minggu
berturut-turut dimulai sejak tanggal 4 Mei 2010.
Karya ilmiah ini tentang “faktor-faktor yang memperngaruhi motivasi belajar
mahasiswa semester I prodi ilmu hukum” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi
persyaratan kelulusan dan diharapkan melalui karya ilmiah ini, saya selaku penulis
dapat lebih termotivasi dalam mencari ilmu terutama ilmu hukum dan mampu
menerapkannya dengan konsisten.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membanntu saya
dalam proses penyusunan skripsi ini, khususnya kepada dosen pembimbing saya yang
bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga penyusunan karya ilmiah ini dapat memberikan inspirasi bagi penulis yang
lain.

Karawang, 4 juni 2010

Sartika Dewi
B. Bagian utama karya ilmiah

1. Bab pendahuluan

24
Bab pendahuluan adalah bab yang mengantarkan naskah, yaitu bab yang berisi hal-
hal umum yang dijadikan landasan dan arah kerja penyusun.
a) Latar belakang
Subbab latar belakang ini, sekurang-kurangnya mencantumkan alasan penulis
mengambil judul itu dan manfaat praktisnya yang dapat diambil dari karya ilmiah
tersebut. Bagian ini mengemukakan juga beberapa buku yang akan/telah dibaca
(jurnal, buku-buku) yang juga mempermasalahkan topik yang sama atau yang
relevan, dan menyebutkan perbedaanya dengan pembahasan karya ilmiah yang ditulis
sekarang.bagian ini mencantumkan juga bagian-bagian yang akan dibahas
(kerangka Bab II) dalam bab-bab berikutnya agar pembaca segera mengetahui garis
besar penelitian karya ilmiah ini.
b) Rumusan masalah
Rumusan masalah berkenaan dengan pembatasan masalah yang dibahas. Dalam hal
ini, pembatasan masalah hendaknya terperinci, istilah-istilah yang berhubungan
dengan itu dirumuskan secara tepat. Rumusan masalah ini dijabarkan bersesuaian
dengan tujuan pembahasan.
Rumusan masalah karya ilmiah ini dapat disajikan dalam bentuk pernyataan atau
dalam bentuk pertanyaan. Namun, kebanyakan penulis karya ilmiah merumuskan
permasalahannya dalam bentuk pertanyaan. Dengan begitu, dalam pembahasannya
nanti si penulis akan berpegang teguh pada pertanyaan tersebut.
c) Tujuan penelitian
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan penelitian dengan jelas, yaitu
gambaran hasil yang akan dicapai. Tujuan penelitian, pada dasarnya, dalam tujuan
penelitian pun dicantumkan lima jawaban, jika rumusan masalah hanya tiga
pertanyaan, tujuan penelitian hanya tiga macam, seperti : ingin memperoleh gambaran
umum tentang faktor-faktor apa saja yang menjadika.....
Tujuan boleh lebih dari satu asalkan semuanya mempunyai kaitan dan ada
relevansinya dengan judul. Seperti halnya rumusan masalah, tujuan penelitianpun
diawali dengan kalimat pengantar yang relevan.
d) Kerangka teori
Kerangka teori berisi prinsip-prinsip teori yang memengaruhi dalam pembahasan.
Prinsip-prinsip teori itu dikutip dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, surat
kabar, tabloit, kamus, jurnal ilmiah, atau internet yang dikemukakan oleh para pakar
dalam bidangnya. Kerangka teori dalam penelitian ilmiah berguna untuk membantu

25
gambaran langkah dan arah kerja yang akan dilakukan peneliti. Kerangka teori akan
membantu peneliti dalam membahas masalah yang sedang diteliti. Kerangka teori itu
harus dapat menggambarkan tata kerja teori itu.
e) Sumber data/populasi dan sample
Suatu penelitian ilmiah harus pula memaparkan sumber data. Sumber data adalah
tempat penulisan bertumpu. Artinya, penelitian itu bertolak dari sumber data.
Jika sumber data banyak dan beragam, dalam bagian ini kerangka ilmiah dapat
menggunakan istilah populasi dan sample. Populasi adalah kumpulan dari seluruh
sumber data yang akan diteliti.
Contoh populasi:
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester I prodi Ilmu Hukum
Universitas Buana perjuangan Karawang.
Jika jumlah pupulasi terlalu banyak dan tidak mungkin dapat diteliti seluruhnya
mengingat waktu dan dana yang tersedia terbatas, peneliti dapat mengambil hanya
beberapa bagian sebagai sample
Syarat sample yang baik, sample itu harus dapat mewakili seluruh populasi.
Berdasarkan sample yang diteliti itulah, peneliti dapat membuat suatu generalisasi
tentang populasi penelitian.
f) Metode dan teknik
Kalau dalam penelitian itu penulis datang ke sumber data dan menganalisis data itu
apa adanya, metode itu disebutkan metode deskriptif. Apabila penulis membandingkan
dua sumber data, metode yang dipakai adalah metode komparatif. Selanjutnya, jika
penelitian itu menggunakan metode percobaan di lapangan atau pengujian di
laboratorium, metode tersebut dikatakan metode eksperimen. selain itu, dalam
penelitian sosial digunakan metode lain, seperti metode sensus, metode survei, studi
kasus, yang merupakan metode penelitian lapangan, dan metode penelitian
kepustakaan serta metode analisis isi yang termasuk metode bukan penelitian lapangan.
Dalam praktik penelitian, terutama dalam penelitian sosial, kadang-kadang
digunakan kombinasi berbagai metode. Artinya, digunakan dua metode atau lebih
dalam suatu penelitian. Teknik penelitian yang dapat digunakan ialah teknik
wawancara, angket, daftar quesioner (pertanyaan), dan observasi.
Contoh metode dan teknik penelitian......
Dengan bertolak dari topik yang saya angkat pada karya ilmiah in, metode penelitian
yang saya gunakan adalah metode penelitian lapangan yang berbasis metode survei dan
metode statistik untuk hasil yang optimal. Adapaun teknik penelitian yang saya

26
gunakan adalah teknik daftar quesioner dengan cara menyebarkan quesioner kepada
seluruh responden yang menjadi objek penelitian ini.
a. BAB analisis / pembahasan
Bab analisis ini merupakan bab yang terpenting dalam penelitian ilmiah. Di dalam
bab ini akan dilakukan kegiatan analisis, sintetis pembahasan, interprestasi, jalan
keluar, dan beberapa pengolahan data secara tubtas.
Bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, setiap bab dibagi-bagi menjadi anak
bab, sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dengan demikian, segala masalah yang akan
dijagkau terbicarakan dalam bab ini. Bab ini dapat diuji dengan beberapa pertanyaan.
1) Sudahkah keseluruhan tahap pengelolaan data (deskripsi, analisis, interprestasi)
itu memberikan keyakinan terhadap pembaca?
2) Sudahkah semua masalah dapat dilaksanakan secara taat asas dan lengkap?
3) Sudahkah keseluruhan gambaran analisis dan interprestasi itu mempunyai
korelasi satu dengan yang lain?
4) Sudahkah teori ditegaskan secara tepat dalam analisis?
5) Sudahkah istilah-istilah digunakan secara tepat dan taat asas dalam analisis?
Semua pertanyaan itu akan menguji karya ilmiah anda terhadap keseluruhan isinya.
b. Bab simpulan dan saran
Bab ini berisi simpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Simpulan
yang dimaksud adalagh gambaran umum seluruh analisis dannrelevansinya dengan
hipotesis yang sudah dikemukakan. Simpulan ini diperoleh dari uraian analisis,
interprestasi, dan deskripsi yang tertera pada bab analisis.
Selanjutnya, dikemukakan juga saran-saran penulis tentang metodologi penelitian
selanjutnya, dan beberapa saran yang mempunyai relevansinya dengan hambatan yang
dialami selama penelitian.

c. Bagian akhir karya ilmiah


Karya ilmiah ditutup dengan bab simpulan. Jika diperlukan, simpulan disertai
dengan saran penulis bagi peneliti selanjutnya, bagi lembaga pendidikan tinggi, bagi
masyarakat, atau bagi pemerintah yang sedanng berkuasa dalam membuat kebijakan.
d. Daftar pustaka
Ciri khas karya ilmiah adalah adanya kerangka teori dan daftar pustaka. Jika karya
ilmiah tidak dilengkapi dengan kerangka teori dan daftar pustaka, nilai karya ilmiah
tersebut kurang maksimal karena bisa dianggap mirip tulisan populer.

27
e. Lampiran
Laporan akhir, skripsi, atau tesus lazim dilengkapi dengan lampiran. Lampiran
dapat berupa korpus data, dapat berupa lokasi penelitian, atau bagan organisasi intansi
yang diteliti. Tujuan dicantumkannya lampiran adalah agar pihak-pihak yang
menerima laporan tersebut dapat mempertimbangkan dengan lebih teliti dan lebih
seksama hasil penelitian tersebut.

28
BAB VI
PERUJUKAN DENGAN CATATAN PUSTAKA

A. KUTIPAN
Pada dasarnya, kutipan dari para pakar atau ahli yang sesuai dengan topik yang
ditulis ditempatkan pada kerangka teori. Jadi, kutipan secara dominan ditempatkan
dalam kajian teori ini. Namun, tidak dilarang juga menempatkan kkutipan dalam
bagian lain, seperti dalam latar belakang, dalam rumusan dan batasan masalah, dalam
tujuan peneliyian, atau dalam bagian pembahasan dan bagian analisis, ada beberapa
model penampilan kutipan.
1. Nama pengarang sebelum kutipan
Jika dirumuskan bagaimana hubungan arsitektur dan arsitek, Waluyo (2016:25)
mengatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan ilmu dan seni, sedangkan arsitek
adalah orang yang menciptakan ruang sehingga melahirkan bentuk arsitektur yang
beraneka ragam.
2. Nama pengarang setelah kutipan
Oleh karena itu, penyerahan barang karena leasing sebaiknya tidak dianggap
penyerahan barang yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai (Soepandi, 2016:148)
3. Nama pengarang dua orang
Jika dilihat dari proses berdirinya bang Islam, Antonio dan Ramli (2015:18)
melukiskan kemajuan yang sangat menggembirakan menjelanga abad XX ialah
terjadinya kebangkitan umat Islam.
4. Nama pengarang tiga orang atau lebih
Berkenaan dengan perkembangan UKM di Tanah Air beberapa tahun terakhir,
Pratiwi dkk (2016:28) berpendapat bahwa UKM sangat layak untuk diapresiasi karena
jasanya dalam perekonomian bangsa.
5. Kutipan lebih dari lima baris
Berikut dikemukakan pendapat pakar Indonesia yang bernama Khairunnisa
(2016:218) mengenai hal tersebut:
Kebijakan fiskal adalah strategi dan langkah-langkah pemerintah di dalam pengeluaran dan
cara-cara pengumpulan pajak. Adapun kebijakan moneter adalah langkah-;angkah pemerintah
untuk memengaruhi situasi keuangan dalam perekonomian, yaitu emmengaruhi tingkat suku
bangsa, garansi bank, dan mengatur jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. kedua
kebijakan ini sangat penting artinya di dalam mengatur kegiatan ekonomi.

29
6. Kutipan dari kutipan
Berkaitan dengan hal itu, Colleti (dalam Ma’sum, 2016:160) mengatakan bahwa
urutan efektivitas dalam proses pembelajaran dan kecepatan siswa menangkap
informasi adalah......
7. Kutipan sama dari beberapa sumber
Guna mencapai sukses dalam karier, seseorang harus bersedia bekerja keras. Selain
itu, dia harus memiliki keyakinan diri, penampilan yang baik, kepandaian memilih
keputusan yang tepat dan kepiawaian berkomunikasi (Mudor, 2016:24, Djunaedi,
2016:38, Safi’i, 2016:30)
8. Kutipan dari internet
Setelah melalui proses pengolahan, citra digital terdiri atas sejumlah piksel yang
dapat dilihat sebagai sebuah matrik yang terdiri atas dua dimensi.
(http://www.digit.image.proc-couese-200/30/02/2016)
Catatan : alamat website sumber kutipan dari internet ditulis dan ditempatkan pada
bagian akhir dalam daftar pustaka. Pada akhir alamat website tuliskan tgl/bln/thn
dinunduhnya data tersebut

30
BAB VII
PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA

A. LANGKAH PEMBUATAN DAFTAR PUSTAKA


Daftar pustaka diletakan pada halaman tersendiri setelah bab simpulan. Tajuk
DAFTAR PUSTAKA dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi tanda baca
apa pun dan dituliskan ditengha-tengah kertas dengan jarak dari pingir atas sekitar 6cm
(seperempat bagian halaman).
Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka itu disusun menurut
abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkan. Jadi daftar pustaka
tidak diberi nomor urutan dan atau diberi huruf .
Berikut ini akan dijelaskan cara penulisan setiap unsur pustaka acuan:
1. Nama penulis
Ketentuan pencantuman nama penulis adalah sebagai berikut:
a. Cantumkan nama penulis berdasarkan abjad, tanpa diberi nomor. Misalkan, jika
nama penulis buku yang pertama Prof. Dr. Sarman Lubis dan nama penulis
buku yang lain Dr. Ir. Thomas Pardede, pencantuman dalam daftar pustaka
adalah
Lubis, Sarman
Pardede, Thomas
b. Jika penulis itu lebih dari tiga orang, penyajiannya adalah nama penulis pertama
dibalik dan diikuti dengan singkatan et al. (at alii) yang berarti dan kawan-
kawan atau dan lain-lain.
Rahimah, Putri et al
Rahimah, Putri dkk.
c. Jika ada dua buku atau lebih yang diambil dari pengarang yang sama, penulisan
nama pengarang juga dua kali atu lebih
Hamzah, Amir.
Hamzah, Amir.
d. Jika buku itu disusun oleh seorang editor, dibelakang nama pengarang ditulis
editor.
Darmawati, Adam (Editor).
e. Jika nama pengarang memiliki gelar kesarjanaan, gelar kesarjanaan itu tidak
dituliskan dalam daftar pustaka. Akan tetapi, gelar keturunan masih dapat
dipakai. Kalu nama pengarang itu bernama Prof. Dr. Sutan Pemangku Husni.

31
Husni, Sutan Pemangku.
Ambimanyu, Raden Tabik

2. Tahun terbit
Pencantuman tahun terbit dapat diatur sebagai berikut:
a. Tahun terbit dicatat sesudah nama pengarang, dipisahkan oleh titik da diakhiri
oleh titik.
Rizun, Ahmad. 2016.
b. Kalau dua buku ditulis oleh seorang pengarang, tetapi tahun terbitnya tidak
sama, penyusunan urutannya berdasarkan tahun terbit dahulu.
Chaniago, Harfan. 2015.
Chaniago, Harfan. 2016.
c. Kalau dua buku yang diacu ditulis oleh seorang dalan tahun yang sama,
dibelakang tahun itu harus dibutuhkan huruf a dan b sebagai pembeda.
Katriani, Lidya. 2016a.
Katriani, Lidya. 2016b.
d. Jika buku itu tidak mencantumkan tahun terbit, di belakang nama pengarang
dicantunkan dapat dicantumkan ungkapan “Tanpa Tahun”
Zulizar, Rafsanjani. Tanpa Tahun.

3. Judul buku
Pencamtuman judul buku dalam daftar pustaka:
a. Judul buku ditulis sesudah tahun terbit dan ditulis dengan huruf miring; awal
setiap kata dituliskan dengan huruf kapital.
b. Lestari, Tuti. 2016. Ciri Demam Berdarah.
c. Jika buku belum diterbitkan atau belum dipublikasikan, seperti skripsi, tesis,
disertasi, judul buku itu ditulis dengan huruf miring, tetapi diletakan di antara
tanda petik.
Ibrahim, Fatah. 2016. “Tata Cara Persidangan”.
d. Jika buku ini mempunyai keterangan tentang pencetakannya atau edisi yang
hendak dimasukan ke dalam daftar pustaka, semua dicantumkan di belakang
judul buku.
Soeratman, Siti Chammanah. 1991. Hikaya Iskandar Zulkarnain:Analisi
Resepsi. Cetakan 1.

4. Tempat terbit
Tempat terbit (kota) diletakan sesudah judul dan diakhiri dengan titik dua.
Hasan, S. Hamid. 2016. Evaluasi Kurikulum, Cetakan I, Bandung:
5. Nama penerbit

32
Nama penerbit dicantumkan sesudah nama tempat terbit
Muslimin, Agussalim. 2016. Politik Balas Budi. Jambi: penerbit neraca.
6. Majalah sebagai sumber acuan
Rangkuti, Dwinita Apriyani. 2008. “Upaya peningkatan Kemampuan siswa Kleas
IXA SMPN 3 Muntok di dalam Menyelesaikan Soal IPA dengan Pemahaman
Penggunaan Simbol pada Mata pelajaran IPA-Fisika, Tahun 2006/2007. Dalam Jurnal
Pendidikan: Penelitian Tindakan Kelas No 8 (Agustus, VI) Jakarta: PT Pustaka
Mandiri.
7. Surat kabar sebagai sumber acuan
Selain majalah, surat kabar juga dapat dijadikan sumber pustaka. Urutan yang
dicantumkan dalam daftar pustaka adalah :
Alkosar, Artidjo. 2008. “Nilai HAM sebagai Konstitusi Kehidupan. Dalam Kompas.
24 Desember, Jakarta.
8. Internet sebagai sumber acuan
Alamat internet ditampilkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir (tidak menurut
abjad). Beberapa alamat internet yang dapat dicantumkan dalam daftar pustaka sebagai
berikut:
( sumber: http://www.google.co.id/search?metalurgu/25/06/2010)
Contoh penulisan DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Alfandy, Muhtar. 1997. “Prospek Energi Panas Bumi”. Dalam Kartanegara. 2000.
Tenaga Buatan. Sebuah Antologi. Jakarta: Djambatan.
Barmawi, Sri Redjeki. 2003. Masa Depan Pemanfaatan Batu Bara Untuk Tenaga
Listrik. Jakarta: Gramedia.
Tjojudo, Suharto. 2000. “Sektor Pertambangan dan Energi”. Yogyakarta: Jurusan
Tekhnik Pertambangan.
http://www.id.wikipedia.org/wiki/laporan_akuntansi/18/07/2016)

33
BAB VIII

BAHASA HUKUM ACARA

Kata acara berarti hal yang akan dibicarakan dalam rapat, pertemuan, hal poko
isi karangan atau segala sesuatu yang akan di pertunjukan, dalam hukum, kata acara
dipakai untuk menunjukan cara bagaimana suatu perkara diperiksa dan diadili di muka
pengadilan. Hukum acara yang juga disebut hukum formal atau hukum proses adalah
aturan-aturan yang mengatur cara mempertahankan dan melaksanakan hukum
material, jadi hukum acara itu mengatur bagaimana cara menyelesaikan perkara
dihadapan hakim yang melaksanakan peradilan. Beberapa istilah yang menyangkut
hukum acara, terutama acara perdata dan acara pidana yang berlaku di Indonesia,
hukum acara untuk acara pidana sudaha ada Undang-undang Republik Indonesia no.8
tahun 1981 tentang hukum acara pidana.

A. PERADILAN

Istilah Peradilan adalah kata bentukan dan kata dasar adil, kata adil berarti tidak
berat sebelah, tidak memihak, atau juga tidak sepatutnya, tidak sewenang-wenang.
Mengadili artinya memeriksa, menimbang dan memutuskan perkara atau
persengkaetaan, menentukan mana yang benar, mana yang baik dan mana yang salah.
Orang yang mengadili perkara disebut hakim.

Pengadilan artinya dewan atau majelis atau mahkamah yang mengadili perkara,
atau berarti bangunan tempat mengadili perkara. Peradilan artinya segala sesuatu
tentang perkara pengadilan, atau tentang cara melaksanakan keadilan dalam
meneyelesaikan perkara, sedangkan keadilan berarti sipat, perbuatan, perlakuan yang
adil.

Peradilan diselenggarakan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan


Pancasila demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia, tugas pokonya

34
adalah untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya (pasal 1-2 UU no.14 tahun 1970).

Pengadilan yang melakukan kekuasaan kehakiman itu sendiri dari peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha Negara. Peradilan umum
dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
Diluar peradilan Negara masih ada peradilan lain yaitu peradilan perdamaian yang
disebut peradilan arbritasi (Perhatikan penjelasan 3 (1) UU No.14/1970) dan Peradilan
desa (adat) berdasarkan pasal 3 a RO.

Pengadilan Negeri pada umumnya terdapat di daerah tingkat


dua/Kabupaten/Kotamadya, yang bertugas memeriksa dan memutus perkara perdata
dan perkara pidana dalam tingkat pertama, di daerah kewenangan (kompetensi)
hukumnya yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan daerah tingkat II
Kabupaten/Kotamadya.

Pengadilan Tinggi pada umumnya terdapat di daerah tingkat satu/propinsi, yang


bertugas memeriksa dan memutus perkara perdata atau perkara pidana dalam tingkat
kedua dan tertinggi di daerah hukum yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan
daerah tingkat I/Propinsi.

Mahkamah Agung terdapat di ibukota Negara Republik Indonesia di Jakarta yang


kedudukanya sebagai badan yudikatif tertinggi untuk untuk seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia dengan tugas memeriksa perkara perdata dan perkara pidana dalam
tingkat kasasi.

1. HAKIM

Istilah hakim artinya orang yang mengadili perkara dalam pengadilan atau
mahkamah, Berhakim artinya minta supaya diadili perkaranya, Menghakimi artinya
berlaku sebagai hakim pada seseorang, Kehakiman artinya urusan hukum dan
pengadilan. Didalam hukum acara Hakim berarti pejabat peradilan Negara yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk mengadili (pasal1 (8) KUHAP no. 8/1981).

35
Hakim tidak boleh menolak memeriksa perkara, ia tidak boleh menolak perkara
dengan alasaan tidak ada aturan hukumnya, oleh karena hakim itu dianggap
mengetahui hukum (curia ius novit), namun demikian menurut undang-undang masih
ada alas an yang dapat diterima untuk Hakim menolak memeriksa dan memutus suatu
perkara, apabila hakim masih terikat hubungan keluarga sedarah dengan ketua Majelis
hakim, Hakim anggota, Jaksa, Penasehat Hukum atau Panitera atau dengan pihak
terperkara, bahkan ia wajib mengundurkan diri darei pemeriksaan perkara itu (pasal (2-
3) KUHAP no. 8/1981), atau pun juga dapat menolak karena alasan kompetensi
pengadilan atau perkaranya sudah pernah diperiksa dan diputus (ne bis in idem).

Hakim Ketua dalam memeriksa perkara di sidang pengadilan harus menggunakan


bahasa Indonesia yang dimengerti oleh para penggugat dan tergugat atau terdakwa dan
saksi (pasal 153 KUHAP), Hakim Ketua membuka siding dengan menyatakan terbuka
untuk umum, kecuali perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak.

2. PERSIDANGAN

Kata Sidang berarti rapat, kumpul, runding atau juga berarti persidangan yang
menunjukan rapatan anggota-anggota suatu panitia, dewan, majelis suatu panitia,
dewan, majelis, mahkamah dan sebagainya, kata siding pada umumnya berate beberapa
kali rapat, kesatuan beberapa rapat sambil mengambil keputusan.

Persidangan dalam hukum acara berarti berarti Majelis Hakim dan beberapa
anggota lainnya yang bersidang, memeriksa dan mengadili perkara dengan
musyawarah kemudian mengambil keputusan, bertempat di Pengadilan Negeri.

Sidang pengadilan itu dipimpin oleh seorang Hakim ketua, dua orang hakim
anggota, yang dibantu oleh seorang panitera siding yang disebut panitera pengganti
(pasal 15-16 UU 1979-14), Pengadilan Negeri dapat memeriksa hakim tunggal untuk
perkara sederhana misalnya dalam mengadili lalu lintas jalan.

Waktu sidang adalah waktu yang ditentukan, hari, tanggal dan pukulnya, untuk
memulai dan diadakannya sidang pengadilan, selambat-lambatnya tiga hari sebelum
waktu sidang para pihak yang berpekara telah diberi tahu waktunya.

36
Panggilan sidang dalam perkara perdata dilaksanakan oleh juru sita atau petugas
yang bertindak sebagai juru sita pengganti dengan membawa surat perintah panggilan
sidang, di dalam perkara pidana semua jenis pemberitahuan atau panggilan oleh pihak
yang berwenang dalam semua tingkat pemeriksaan kepada terdakwa, saksi atau ahli
selambat-lambatnya tiga hari sebelum tanggal hadir (perhatikan pasal 390 HIR dan
pasal 227 KUHAP), saksi atau ahli yang telah hadir memenuhi panggilan untuk
bersidang berhak mendapat penggantian biaya perjalanan menurut perundangan yang
berlaku (pasal 392 HIR, pasal 229 KUHAP).

3. BANTUAN HUKUM

Kata bantu berarti tolong, tolongan, penolong, Membantu artinya memberi


sokongan, atau menolong, mem(per)bantukan artinya menggunakan atau
mempekerjakan untuk membantu. Bantuan artinya barang apa yang dipakai untuk
membantu, atau dalam arti pertolongan, Pembantuan artinya hal, cara atau perbuatan
membantu jadi Bantuan Hukum artinya tenaga, pikiran hukum, karya hukum yang
digunakan untuk membantu para pihak yang terperkara, bantuan hukum dapat
diberikan oleh orang, seorang yang memahami hukum atau yang disebut penasehat
hukum, seperti pengacara dan advokat, Pengacara adalah orang yang mewakili salah
satu pihak dalam perkara perdata.

Didalam perkara perdata para terperkara, yaitu penggugat dan tergugat yang
menghendaki bantuan hukum dapat didampingi atau diwakili oleh juru kuasa, yang
untuk itu ia memberikan kuasa khusus (istimewa) kepada pengacara.

Di dalam perkara pidana tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum
dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan perkara (54-55 KUHAP), bagi tersangka atau terdakwa yang didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidan lima sampai lima belas tahun
atau lebih, atau pidana mati yang tidak mampu dan tidak mempunyai penasehat hukum
sendiri, maka pejabat bersangkutan wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka
yang memberikan bantuan hukumnya dengan Cuma-Cuma (pasal 56 KUHAP).

37
Dalam berhubungan dengan tersangka penasehat hukum diawasi penyidik (polisi),
penuntut umum (jaksa) atau petugas lembaga pemasyarakatan (petugas penjara),
tanpa mendengar isi pembicaraannya, kecuali dalam hal kejahatan keamanan Negara
(pasal 71 KUHAP)

4. ACARA PERDATA

Di dalam perkara perdata tidak ada hubungannya dengan istilah polisi sebagai
penyelidik dan penyidik, jaksa sebagai penuntut umum, tersangka, terdakwa, oleh
karena perkara perdata menyangkut kepentingan orang yang satu dan orang yang lain,
baik sebagai pribadi maupun sebagai badan hukum. Istilah yang dikenal adalah
penggugat dan tergugat.

Dalam pemeriksaan perkara perdata yang menghadiri sidang adalah penggugat dan
tergugat atau para pengacara yang bertindak sebagai juru kuasa mereka, yang
mengajukan gugatan atau menjawab gugatan. Surat kuasa pada pengacara itu dibuat
secara khusus untuk perkara bersangkutan, surat kuasa itu dibuat tertulis diatas kertas
bermaterai dihadapan panitera pengadilan atau notaris. Kecuali pegawai negeri yang
bertindak mewakili Negara sebagai pengugat atau tergugat (pasal 123 (2) HIR).
Pemberian kuasa itu merupakan persetujuan antara pemberi kuasa kepada orang lain
yang menerima kuasa guna menyelenggarakan sesuatu urusan untuk dan atas nama
pemebri kuasa (pasal1792 KUH Perdata).

a. Gugatan

Kata gugat berarti guncang, dakwa, adu, tuntut. Dalam hukum acara kata gugat
dipakai untuk perkara perdata, sedangkan untuk perkara pidana dipakai kata dakwa.
Menggugat artinya mengajukan perkara perdata kepada Hakim, misalnya dalam
perkara perselisihan waris, utang piutang, hubungan kerja dan seterusnya.

Tergugat ialah orang lain lawan perkara yang digugat. Penggugat ialah orang yang
menggugat. Gugatan artinya sesuatu yang digugat. Menggugat kembali atau
rekonvensi adalah mengajukan gugatan balasan dari pihak tergugat terhadap

38
penggugat. Dengan adanya gugatan pertama (konvensi) dan gugatan kedua dari pihak
tergugat (rekonvensi) maka perkara itu disebut gugat ginugat.

Gugatan diajukan oleh penggugat kepada ketua Pengadilan Negeri dengan dengan
permohonan gugatan yang dibuat tertulis atau lisan (pasal 120 HIR). Gugatan tertulis
atau lisan itu harus memenuhi bea materai, gugatan hendaknya memuat tentang diri
penggugat dan tergugat, yaitu nama, alamat, umur, pekerjaan dan agamanya, kemudian
tentang dasar gugatan (fundamentum petendi) yang menguraikan tentang kejadian,
Hak dan hubungan hukum antara penggugat dan tergugat (duduk perkara). Selanjutnya
tentang petetitum, yaitu apa yang digugat dan dimohon untuk diputus oleh hakim.

Didalam Petetitum hendaknya ditegaskan apa yang merupakan tuntutan pokok


(premier), misalnya tentang permintaan sita pendahuluan (conservatoire beslag),
tuntutan supaya barang dikembalikan, kemudian tuntutan tambahan (subsider) yaitu
permohonan keputusan yang adil.

Gugatan itu disampaikan kepada panitera Pengadilan Negeri yang wenang untuk
memeriksa perkaranya, dengan memenuhi syarat biaya tertentu, kemudian kepada
penggugat diberikan kwitansi tanda penerimaan. Setelah gugatan itu dicatat tanggal
penerimaanya oleh panitera dan diparap, kemudian gugatan itu dibukukan dalam daftar
perkara dengan diberi nomor perkara. Setelah itu diteruskan kepada Ketua Pengadilan
Negeri guna penetuan waktu (hari, tanggal, jam) tempat sidang, dan hakimnya.

b. Verstek dan Verset

Istilah Verstek berasal dari bahasa belanda verstek yang maksudnya pernyataan
bahwa tergugat tidak hadir pada waktu sidang pengadilan yang pertama, walaupun
tergugat atau juru kuasanya dipanggil dengan sepatutnya (Supomo, 1980:33) tidak
hadirnya tergugat dapat berakibat bahwa hakim akan mengambil keputusan supaya
tergugat dipanggil untuk kedua kalinya (pasal 126 HIR) atau gugatan dikabulkan
dengan verstek.

Kecuali jika ternyata bahwa gugatan tidak berdasarkan hukum atau tidak beralasan
(pasal 125 (1) HIR) yaitu karena tidak memuat anasir tentang kejadian, misalnya
kedudukan penggugat terhadap hal yang diperkarakan dan tuntutanya. Bila tergugat

39
tidak bias hadir karena sudah meninggal dunia sebelum perkara di buka maka gugatan
dapat diteruskan kepada ahli waris tergugat.

Putusan Verstek tidak dapat dijatuhkan terhadap tergugat yang hadir pada sidang
pertama tetapi tidak hadir pada sidang berikutnya. Walaupun tergugat tidak hadir pada
sidang berikutnya perkara akan terus diperiksa tanpa hadir tergugat.

Istilah Verset berasal dari bahasa belanda verzet, yang artinya perlawanan. Kata
lawan berarti banding atau musuh dalam permainan atau perang, atau berarti
kebalikannya, tentangannya, juga berarti menentang bertanding atau bertentangan
dengan pendapat.

Melawan Hukum Melawan hak, atau tidak menurut hukum. Kata melawan selain
berarti menentang, memusuhi, memerangi, menyangkal, menyalahi, tidak menurut
juga dapat berarti menyaingi atau mengajak. Pelawan artinya orang yang suka
melawan, atau penentang (opposisi), sedangkan Perlawanan artinya perbuatan
melawan atau pertentangan.

Tergugat yang dijatuhi hukuman dengan verstek boleh mengajukan verset dalam
waktu 14 hari setelah verstek diberitahukan kepadanya sendiri, jika verstek tidak
diberitahukan kepadanya sendiri, maka verset boleh diterima sampai hari ke 8 setelah
adanya teguran (aanmaning) diberitahukan kepadanya atau 8 hari setelah permulaan
eksekusi (pasal 129 HIR). Verset dapat pula dilakukan pemilik barang, karena
miliknya ikut disita dalam suatu eksekusi (pasal 195 (6) HIR) atau dilakukan oleh
orang berutang mengenai penyitaan dalam suatu eksekusi (pasal 207 (1) HIR). Orang-
orang yang mengajukan verset itu disebut opposan atau pelawan.

Jika Verset diterima maka dilaksanakan acara perlawanan (verzetprocedure) di


antara opposan dengan penggugat semula. Apabila dalam pemeriksaan acara
perlawanan ini penggugat yang dilawan tidak hadir pada sidang yang ditentukan, maka
pemeriksaan perkara diteruskan secara contradictoire artinya di luar hadir penggugat.
Jika yang tidak hadir itu opposan, maka untuk kedua kalinya ia dihukum dengan
verstek dan perlawanan kembali atas putusan verstek ini tidak akan diterima lagi (pasal
295 (5) HIR).

40
c. PERDAMAIAN

Kata Damai artinya tidak bermusuhan, tidak berselisih, tidak berperang, atau
berbaik kembali atau tenteram aman. Berdamai artinya berbaik kembali berhenti
berperang atau berhenti bermusuhan, juga berate berunding mufakat. Mendamaikan
artinya menyelesaikan permusuhan. Pertengkaran, persengketaan, atau merundingkan
supaya mendapat persetujuan. Perdamaian artinya penghentian permusuhan,
pesengketaan, atau permufakatan, menghentikan persengketaan. Kedamaian artinya
keadaan yang damai, kehidupan yang tenteram aman atau singkatnya yang kentraman.

Pada permulaan sidang yang dihadiri oleh penggugat dan tergugat, hakim
diwajibkan berusaha untuk mendamaikan mereka (pasal 130 (1) HIR). Usaha
Perdamaian ini dapat dilakukan oleh hamik selama pemeriksaan perkara sampai pada
akhirnya. Begitu pula atas permintaan kedua pihak baik di muka atau diluar sidang
pengadilan dapat diadakan perdamaian.

Apabila usaha perdamaian berhasil, maka acara pemeriksaan perkara berakhir.


Oleh karena perdamaian itu adalah berdasarkan persetujuan kedua pihak yang
berperkara, atas pertanggungan jawab mereka sendiri, maka hal itu bukan putusan
hakim, dan perdamaian dilaksanakan di muka hakim itu tidak bias dimohonkan
banding ke pengadilan tinggi (pasal 130 (3) HIR).

Sebagai Bukti bahwa telah tercapai perdamaian di muka sidang pengadilan, maka
dibuat akta resmi yang isinya menghukum kedua pihak untuk memenuhi perjanjian
perdamaian yang telah dibuatnya. Surat akta ini akan berkekuatan dan akan
dilaksanakan sebagaimana keputusan biasa (pasal 130 (2) HIR).

Jika perkara tersebut pernah diselesaikan oleh hakim perdamaian desa, maka
penggugat wajib memberitahukan atau melampirkan turunan surat perdamaian pada
surat gugatannya (pasal 120 a HIR), Hakim harus mengingatkan penggugat tentang
kewajibanya memenuhi isi putusan perdamaian hakim desa atau hakim adat. Jika
hakim memandang perlu dalam pemeriksaan perkara adat Hakim dapat menunda
pemeriksaan perkara sampai waktu sidang berikutnya untuk memberi kesempatan pada

41
para pihak yang berperkara menyelesaikan perkaranya secara damai kepada hakim
perdamian desa.

Apabila setelah waktu dua bulan diberi kesempatan menyelesaikan perkara pada
hakim perdamaian desa, belum juga ada penyelesaian, atau hakim desa tidak memberi
putusan, maka atas permintaan penggugat pengadilan negeri akan melanjutkan
pemeriksaannya. Apabila ternyata penggugat selama kesempatan waktu yang diberikan
itub ternyata menurut penelitian hakim tidak mengajukan perkaranya pada hakim desa
maka gugatannya dianggap gugur (pasal 135 (2-5) HIR).

d. EKSEPSI

Kata eksepsi berasal dari bahasa Belanda exceptie yang artinya tangkisan, kata
tangkisan artinya tolak, elak, bantah; menangkis artinya menolak,mengelak, atau juga
dalam arti melawan atau memukul mundur ( serangan ), atau dalam arti menjawab,
membantah ( kritik, tuduhan ). Penangkis artinya alat untuk menangkis, sedangkan
tangkisan perbuatan menangkis, melawan, atau juga dalam arti perlawanan atau
penolakan.

Eksepsi atau tangkisan atas gugatan penggugat dapat dilakukantergugat dengan


lisan di muka sidang atau dalam bentuk tertulis yang merupakan jawaban tergugat yang
dikemukakan kepada Hakim Ketua pada sidang pertama.Jawaban tergugat itu dapat
mengandung pengakuan,bantahan atau sangkalan ( Belanda:verweer ).

Bantahan atau sangkalan tergugat harus mempunyai alasan–alasan dan


keterangan-keterangannya,tanpa hal itu maka jawaban tergugat dianggap tidak penting
dan tidak mendapat perhatian Hakim.Tetapi walaupun tergugat tidak mengakui atau
tidak membantah gugatan,melainkan menyerahkan saja pada kebijaksanaan
Hakim,tidak boleh hal itu diartikan sama dengan pengakuan tergugat sehingga gugatan
dikabulkan. Hakim harus meneliti masalahnya, oleh karena tergugat tetap berhak
mengajukan bantahan dalam tingkat pemeriksaan banding.

42
Eksepsi tergugat tidak boleh diajukan dan ditimbang satu persatu, melainkan
dimajukan, diperiksa dan diputus semua bersama-sama dengan pokok perkara, kecuali
dalam hal eksepsi tentang tidaknya wenang hakim memeriksa perkasa tersebut yang
dapat diperiksa dan diputus tersendiri ( pasal 136 HIR ).

Di dalam praktek yang biasa kita dengar dan disebut eksepsi adalah tangkisan
terhadap tuntutan penggugat tanpa menyinggung pokok perkara,misalnya tangkisan
yang menyatakan bahwa Hakim tidak wenang memeriksa gugatan bersangkutan,atau
perkara yang diajukan itu telah diputus oleh Hakim,atau pengugat tidak mempunyai
kedudukan untuk menggugat atau gugatan tidak dapat diterima karena sudah lampau
waktu.

Jadi eksepsi dimaksud seolah -olah terpisah dari pokok perkara ( ten principale
),hal mana disebabkan pasal 136 HIR tidak mengharuskan agar pada permulaan
jawaban tergugat sudah mengajukan pula bantahan langsung mengenai bantahan
perkara bersama dengan atau tanpa eksepsi.Sehingga bantahan pokok perkara dapat
saja diajukan selama pemeriksaan perkara,bahkan dapat diajukan pada tingkat
banding,asal saja tidak bertentangan dengan bantahan atau tangkisan pada tingkat
pertama.

5. REKONVENSI, KUMULASI DAN INTERVENSI

Istilah rekonvensi berasal dari bahasa Belanda Reconventie yang artinya


gugatan kembali,gugatan balasan,tuntutan kembali atau tuntutan melawan.Aturan
tentang rekonvensi ini terdapat dalam pasal 132 a dan 132 b HIR.

rekonvensi dapat dilaksanakan tergugat terhadap penggugat walaupun gugatan


balasanya itu tidak ada hubunganya dengan penggugat semula.Tetapi kebanyakan
rekonvensi dibuat untuk hal hal yang ada hubunganya dengan gugatan
penggugat,misalnya tentang konvensi dalam utang piutang.

Gugatan rekonvensi tidak diperkenankan jika penggugat dalam konvensi,yaitu


penggugat semula,bertindak karena suatu kualitas, sedangkan gugatan dalam
rekonvensi akan mengenai diri penggugat atau sebaliknya, misalnya dalam hal
perwalian. begitu juga jika pengadilan yang memeriksa gugatan rekonvensi tidak

43
berwenang untuk memeriksa gugatan rekonvensi atau dalam perselisihan tentang
eksekusi, oleh karena pelaksanaan keputusan telah menetapkan hak – hak penggugat.

waktu rekonvensi di ajukan adalah bersama – sama dengan jawaban tergugat,


baik lisan atau tulisan atau selama pemeriksaan perkasa sebelum sidang diakhiri. jika
rekovensi tidak digunakan pada pemeriksaan pengadilan tingkat pertama, maka
banding pada tingkat kedua rekovensi tidak dapat diajukan lagi ( pasal 132 a (2) HIR).

Gugatan rekovensi diperiksa oleh hakim sekaligus dengan gugatan konvensi


dan diputus dalam satu putusan. hal mana dimaksudkan untuk menghemat biaya,
mempermudah acara dan menghindari putusan yang saling bertentangan. Jika hakim
memandang perlu dapat memisah gugatan yang satu memang dapat diselesaikan lebih
dahulu atau karena kurang berhubungan satu dan lainnya.

Istilah kumulasi atau didalam bahasa belanda disebut samenvoeging van


vordeningen, mengandung arti dikumpulkannya beberpa gugatan menjadi satu gugatan
untuk tujuan yang sama. Kumulasi itu dapat merupakan satu surat gugatan yang
memuat beberapa penggugat atau tergugat, yang disebut kumulasi subyektif, atau
penggugat mengajukan beberapa gugatan terhadap seorang penggugat.

Kemudian istilah Intervensi yang berasaldari bahasa Belanda Intervensi adalah


perbuatan ikut sertanya pihak ketiga dalam suatu pemeriksaan perkara dikarenakan
kepentingannya terlibat. Intervensi itu dapat bermaksud untuk membela kepentingan
pihak ketiga yang terganggu (Belanda: voeging) atau bermaksud membela kepentingan
penggugat atau tergugat (Belanda:tussenkomst). kedua macam intervensi itu pihak
yang berkumulasi harus berkepentingan, oleh karena jika itu ia tidak ikut serta kedalam
proses perkara maka kepentingannya akan tergaganggu.

6. KESAKSIAN

Istilah kesaksian terbentuk dari kata dasar saksi. Kata Saksiberarti orang yang
melihat atau mengetahui dalam berbagai arti, misalnya dalam arti orang yang diminta
hadir untuk melihat sesuatu, atau dalam arti orang yang mengetahui sendiri suatu
kejadian atau dalam arti orang yang membari keterangan di muka hakim. Bersaksi
artinya ada saksinya, mempunyai saksi; Menyaksikan artinya mengetahui atau

44
menghadiri sebagai saksi atau menyatakan kebenaran sesuatu atau dalam arti
melihat,menengok,mengahadiri,meyakin; juga dalam arti membuktikan,
membenarkan,menguatkan, memperlihatkan.

Kata saksi juga berarti kesaksian atau bukti kebenarn. Kesaksian artinya
keterangan atau bukti pernyataan yang diberikan oleh orang yang melihat, atau
keterangan, atau pernyataan yang diberikan Saksi.

Tidak semua orang dapat didengar sebagai saksi dalam pemeriksaan suatu
perkara. Menurut pasal 145 (1) HIR orang-orang yang tidak dapat didengar sebagai
saksi adalah para Anggota keluarga sedarah atau Semenda, menurut keturunan yang
lurus dari salah satu pihak, isteri atau suami salah satu pihak walaupun sudah bercerai,
anak-anak yang belum cukup umur lima belas tahun dan orang gila meskipun kadang-
kadang ingatannya terang. Mereka ini dapat ditolak menjadi saksi, kecuali untuk
kedudukan sipil atau dalm sengketa hubungan kerja (pasal 145 (2) HIR.

Untuk mendapatkan keterangan sesuatu yang belum jelas Hakim dapat


mendengar di luar sumpah anak-anak atau orang gila, namun keterangan mereka itu
bukan keterangan kesaksian (pasal 145 (4) HIR). Kemudian walaupun anggota
keluarga dapat menjadi saksi untuk perkara kedudukan sipil, namun untuk itu jika tidak
bersedia boleh mengundurkan diri dari kesaksian. begitu pula pengunduran diri dari
kesaksian ini boleh diminta oleh semua orang yang karena jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia tertentu.

tentang menolak atau mengundurkan diri dari kesaksian untuk perkara hukm
adat, sebaiknya hakim memperhatikan pasal 40 (2) Ordonasi Pengadilan adat (S. 1932-
80),yang menyatakan bahwa kemungkinan untuk itu hanya dapat dilakukan jika benar-
benar diperkenankan hukum adat setempat.

Kesaksian di pengadilan dapat terjadi dikarenakan anjuran para pihak yang berperkara
atau berdasarkan panggilan hakim karena jabatanya. hakim dapat memaksa memanggil
saksi untuk di dengar keteranganya di muka sidang, dan jika pada waktu yang di
tentukan saksi tersebut tidak hadir ia dapat di ambil dan di bawa oleh polisi.

45
Paksaan dalam pemanggilan saksi untuk hadir di sidang tidak boleh di lakukan
terhadap saksi yang bertempat kediaman di luar daerah tempat kedudukan hakim,
untuk itu hakim yang bersangkutan dapat meminta bantuan hakim pengadilan negeri
di tempat kediaman saksi,kemudian hasil catatan keterangan saksi tersebut di kirim
kepada hakim yang memeriksa perkara.

Pendengaran saksi atau ahli di sidang pengadilan di lakukan satu persatu dan di
sumpah lebih dahulu menurut agamanya masing- masing. Keterangan ahli tidak
mengikat hakim, ia hanya merupakan pemdapat yang dapat di berikan seorang ahli di
muka sidang, atau dengan membuat surat keterangan. Hakim tetap bebas menetukan
pendirianya apakah ia akan menyetujui pendapat ahli atau tidak (Pasa 154 (4) HIR ).

7. PEMBUKTIAN PERDATA

Kata bukti berarti sesuatu hal atau peristiwa yang cukup untuk memperlihatkan
kebenaran suatu hal atau peristiwa, atau dalam arti sebagai tanda,misalnya di sebut
tanda bukti atau barang bukti; Membuktikan artinya memberi atau memperlihatkan
bukti, atau melakukan sesuatu sebagai bukti kebenaran atau menandakan atau
menyatakan kebenaran; membuktikan juga berarti meyakinkan, menyaksikan
kebenaran. Pembuktian artinya perbuatan atau hal membuktikan.

Dalam acara perdata pembuktian berarti perbuatan hakim dalam usahanya


menyelidiki apakah suatu hubungan hukum yang di perkarakan itu terbukti, artinya
benar- benar ada atau tidak. Untuk itu hakim harus melihat bahan – bahan bukti dari
kedua pihak yang berperkara.

Soal pembuktian yang harus di lakukan hakim itu mengandung arti luas dan
sempit. Dalam arti luas, pembuktian merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk dapat
menarik kesimpulan tentang kebenaran hubungan – hubungan hukum yang di
kemukakan kedua pihak berdasarkan bukti yang sah. Dalam arti sempit, pembuktian
merupak pekerjaan yang hanya perlu jika apa yang di kemukakan penggugat di bantah
tergugat. Jika tidak ada bantahan tidakperlu di selidiki.

Menurut HIR barang siapa mengaku mempunyai hak atau mengajukan


peristiwa,maka untuk menguatkan haknya atau untuk membantah hak orang lain, orang

46
itu harus membuktikan kebenaran hak atau kebenaran peristiwa itu ( pasal 163 HIR ).
Apabila orang tidak dapat membuktikan hak atau peristiwa yang di ajukan maka hakim
akan menyatakan bahwa hak itu tidak terbukti.

Jika siapa yang di bebani pembuktian dan apa yang harus di buktikan di
tentukan hakim atas dasar keadilan, yang tidak berat sebelah di antara penggugat dan
tergugat. Untuk membuktikan apa yang di akuinya sebagai hak atau peristiwa yang di
kemukakanya, para pihak berperkara harus mengajukan alat – alat bukti.

Alat – alat bukti di maksud terdiri dari surat – surat, keterangan saksi,
persangkaan, pengakuan, sumpah ( Pasal 164 HIR ) dan pemeriksaan di tempat oleh
hakim ( Pasal 153 HIR).

Yang di maksud surat adalah kertas yang bertulis yang bermakna isinya. Surat
itu dapat berbentuk akta otentik, akta di bawah tangan dan surat – surat lainya. Akta
otentik adalah surat bukti yang di buat di muka pejabat umum seperti notaris, pegawai
pencatatatn sipil, juru sita, panitera pengadilan dan sebagainya. Akta di bawah tangan
adalah surat yang di tandatangani dan di buat tidak di hadapan pejabat umum.
Sedangkan surat – surat yang lainya adalah seperti surat – surat yang di buat secara
sederhana, misalnya yang di buat di desa, akta desa, surat adat, surat dengan cap jempol
dan sebagainya.

Keterangan saksi, adalah uraian yang menerangkan atau menjelaskan sesuatu


atau alasan – alasan tentang sesuatu yang di kemukakan sakis di muka hakim dalam
pemeriksaan perkara. Keterangan dari seorang saksi saja tanpa alat bukti yang lain
tidak cukup sebagai pembuktian. Pribahasa hukum mengatakan satu saksi bukan saksi
( unus testis nullus testis ) ( Pasal 172 HIR dan pasal 1905 KUH Perdata ).

Persangkaan adalah kesimpulan menurut undang – undang atau yang di tarik


hakim dari suatu peristiwa yang sudah nyata ke arah yang belum nyata( Pasal 1915
KUH Perdata ), sedangkan pengakuan adalah persangkaan menurut undang – undang
( Belanda, watellijk, varmoeden ), yaitu pernyataan apa yang di akui kebenaranya,
pengakuan itu mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna ( Belanda,

47
volledig,bewijs ) dan bersifat menentukan ( Belanda, beslissend bewijs ). Jadi adanya
pengakuan tidak bisa di lagi di lawan dengan pembuktian yang lain.

Sumpah sebagaimana telah di kemukakan di atas merupakan pernyataan yang


di ucapkan dimuka hakim menurut cara agama masing – masing untuk menerangkan
yang sebenarnya. Jika orang sudah mengangkat sumpah tidak boleh lagi di suruh
membuktikan kebenaran yang telah di nyatakan dengan sumpah.

Pemeriksaan di tempat adalah pemeriksaan yang di lakukan oleh hakim dengan


melihat sendiri keadaan di tempat kejadian yang menjadi perselisihan, misalnya dalam
perkara tanah atau banguna rumah. Pemeriksaan di tempat ini di hadiri oleh para pihak
yang berperkara atau kuasanya dan para saksi.

8. ACARA PIDANA

Di dalam acara Pidana yang akan berhadapan dengan pengadilan bukan antara
para pihak yang berkepentingan yang di sebut penggugatdan tergugat, tetapi penuntut
dan terdakwa, penuntut adalah jaksa selaku penuntut umum yang bertugas menegakan
hukum, sedangkan terdakwa adalah orang yang di duga melakukan kesalahan karena
melanggar hukum dan kepentingan umum.

Jadi yang hadir dalam sidang pemeriksaan perkara pidana di pengadilan negeri
adalah jaksa penuntut umum.terdakwa dengan atau tanpa pembela yaitu advokat dan
saksi. Hakim yang memeriksa merupakan majelis dengan sorang hakim ketua dan dua
orang hakim ketua dan dua orang hakim anggota yang di bantu oleh panitera atau
panitera pengganti.

Apabila dalam pemeriksaan perkara perdata di mulai dengan masuknya gugatan


dari penggugat, maka dalam perkara pidana pemeriksaan di mulai dari luar pengadilan,
yaitu sejak pemeriksaan permulaan yang di ajukan oleh polisi sampai penuntutan jaksa,
kemudian sampai ke muka hakim yang merupakan pemeriksaan terakhir, di mana
tersangka menjadi terdakwa untuk di jatuhi hukuman dalam suatu keputusan hakim.

48
oleh karenanya, dalam uraian ini kita mulai dengan istilah – istilah yang di pakai
dalam pemeriksaan permulaan, baru kemudian istilah – istilah yang di pakai dalam
pemeriksaan terakhir.

a. Tersangka

Kata sangka selain dari yang akan kita uraikan di sini, juga berarti semacam
kulit kerang yang besar untuk terompet, dan sebagainya. Kata sangka yang kita
maksudkana adalah yang berarti dugaan atau kira-kira, yang juga berarti
ajak,kesangsian atau keragu-raguan. Bersangka artinya menduga, mengira atau
menaruh syak atau sanksi. Menyangka artinya menduga, mengira. sedangkan
persangkaan atau sangkaan artinya syak, kesangsian, dugaan atau kira-kira. Tersangka
artinya di duga atau di syaki, di rugikan atau di tertuduh melakukan kejahatan.

Tersangka menurut KUHAP adalah seorang yang karena perbuatanya atau


keadanya berdasarkan bukti permulaan patut di duga sebagai pelaku tindak pidana (
Pasal 1 -45 KUHAP ), orang yang di duga keras melakukan tindak pidana dapat di
tangkap dan di geledah badan atau pakaianya untuk mencari benda pada badanya atau
di bawanya serta untuk di sita.

Apabila seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana atau segera
setelah perbuatanya di lakukan, atau sesaat kemudian khalayak ramai berseru bahwa ia
orang yang berbuat, atau sesaat kemudian padanya terdapat benda yang di duga keras
telah di pakai untuk melakukan tindak pidana bahwa ia adalah pelaku atau turut
melakukan tindak pidana bahwa ia adalah pelaku atau turut melakukan atau membantu
melakukanya, maka orang itu adalah tertangkap tangan ( Belanda; op heter dead ) (
Pasal 1- 19 KUHAP ), atau di sebut kepergok.

Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya


dapat di ajukan kepada penuntut umum serta berhak perkaranya segera di majukan ke
pengadilan ( Pasal 50-1-2 KUHAP), kemudian untuk memepersiapkan pembelaan bagi
tersangka iaberhak untuk di beritahukan dengan jelas dalam bahasa yang di mengerti
olehnya tentang apa yang di sangkakankepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai.

49
Dalam pemeriksaan dalam tingkat penyidikan oleh polisi tersangka berhak
memberikan keterangan secara bebas. Begitupun ia berhak untuk setiap waktu
mendapat bantuan juru bahasa dan bantuan hukum dari seseorang atau penasehat
hukum yang di pilihnya sendiri. Jika ia tidak mempunyai penasehat hukum maka
pejabat bersangkutan wajib menunjuk penasehat hukum baginya, penasehat hukum
yang di tunjuk memberikan bantuannya denga Cuma – Cuma.

Jika tersangka di tahan ia berhak menghubungi penasehat hukumnya, jika ia


orang asing ia dapat menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya. Begitu
pula ia berhak menghubungi dan menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum,
dokter pribadi dan rohaniawan untuk kepentingan kesehatan jasmani danrohaninya.

Tersangka berhak di beritahukan tentang sebab penahanan atas dirinya oleh


pejabat yang berwenang, begitu juga kepada keluarganya atau orang lain yang
serumah, ataupun orang lain untuk bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhan
penahanannya. Selanjutnya dalam pemeriksaan terhadap dirinya tersangka berhak
untuk mengajukan saksi atau ahli guna memberi keterangan yang menguntungkan
baginya, tetapi ia tidak di bebani kewajiban pembuktian ( Perhatikan pasal 50 s/d 68
KUHAP).

b. Penangkapan

Istilah penangkapan dibentuk dari darikata dasar tangkap.kata tangkap artinya,


pegang,tadah,dapat, terima,cerap,tangkap,tergantung pada penempatan kata-katanya.
Menangkap artinya, memegang sesuatu yang bergerak, Bergerak atau menadah barang
yang dilemparkan,atau mendapati orang berbuat jahat,atau dalam arti memahami,
mencerap, menangkap, dengan panca indera. Penangkapan artinya orang atau alat
untuk menangkap atau pemegangan atau juga dalam arti penahanan. Istilah
penangkapan menurut KUHAP adalah tindakan polisi sebagai penyidik yang berupa
pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat
cukup bukti guna kepentingan penyelidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam
hal serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP (pasal 1-20). Tidak semua orang
dapat melakukan penangkapan,oleh karena penangkapan itu adalah wewenang polisi

50
sebagai penyelidik atau penyidik, untuk kepentingan penyelidikan dan atau penyidikan
atau dilakukan terhadap orang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti pemulaan yang cukup. Polisi yang melakukan penangkapan harus
memperhatikan surat tugas dan memberikan surat perintah penangkapan kepada
tersangka,yang tembusannya dilakukan, kecuali dalam hal tertangkap tangan (pasal 18
KUHAP). Penangkapan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana
berdasarkan bukti permulaan yang cukup dapat dilakukan untuk paling lama satu hari.
Tetapi tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan penangkapan, kecuali setelah
dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan tanpa alas an
yang sah (pasal 19 KUHAP).

c. Penahanan

Istilah Penahanan dibentuk dari kata dasar tahan. Kata tahan artinya tetap
keadaannya atau, kedudukannya meskipun mengalami berbagai hal. Tahan juga
berarti kuasa (kuat) menderita atau dalam arti betah, dapat menjabarkan atau tidak lekas
tidak merasa jijik, merasa kasihan atau payah, dan sebagainya. Begitu juga kata tahan
dapat berarti dapat cukup, misalnya dikatakan makanan ini tahan 2 hari, sedangkan
tahan api artinya tidak dapat terbakar atau berani diuji, sudah terbukti kebaikannya.
Kata Menahan artinya menghambat, kemudian berarti tidak memberikan lepas, atau
menolak (menopang,menyangga ) supaya jangan rebah, atau juga dalam arti
mengekang (hawa nafsu), atau dalam arti membiarkan berhenti; tidak mengizinkan;
atau dalam arti mengurung (memenjarakan); atau tidak memberi sesuatu, menyimpan
sesuatu, atau menderita, menyebarkan, menguatkan diri.

Tahanan artinya sesuatu yang menahan, menghambat atau simpanan, atau


orang yang ditahan atau dipenjara. Penahanan artinya perbuatan atau cara atau hal
menahan,juga berarti penolakan, penghambatan atau penangkapan. Menurut KUHAP
penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik (Polisi) atau penuntut umum (Jaksa) atauoleh Hakim.Penahanan itu dapat
dilakukan untuk kepentingan penyidikan oleh penyidi (Polisi) atau penyidik pembantu
(Polisi), atau untuk kepentingan penuntutan atau oleh penuntut umum (Jaksa), atau
untuk kepentingan pemeriksaan ( Hakim) disidang Pengadilan oleh (Hakim Ketua).

51
Penahanan Polisi berlaku selama 20 hari atau diperpanjang sampai 40 hari lagi.
Penahanan Jaksa berlaku selama 20 hari atau boleh diperpanjang selama paling 30 hari
lagi,atas perkenan Ketua Pengadilan Negeri. Kemudian penahanan oleh Hakim paling
lama 30 hari, atau diperpanjang atas perkenan Ketua Pengadilan Negeri sampai paling
lama 60 hari. (Pasal 24,25,26 KUHAP).

Ketentuan-ketentuan mengenai penahanan tersebut tidak menutup


kemungkinan dikeluarkannya tersangka atau terdakwa dari tahanan sebelum berakhir
waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi, tetapi jika
pemeriksaan lanjutan masih memerlukan penahanan seperti, dalam pemeriksaan
tingkat banding di Pengadilan Tinggi atau pemeriksaan tingkat Kasasi di Mahkamah
Agun, maka Hakim Pengadilan Tinggi atau juga Hakim Mahkamah Agung dapat
mengeluarkan perintah penahanan untuk paling lama 30 hari ,dan juga dapat
diperpanjang sampai paling lama 60 hari (Pasal 27,dan 28 KUHAP). Penahan itu dapat
berupa penahan rumahtahanan Negara, penhanan rumah, penahanan kota. Penahanan
rumah dilaksanakan dirumah tempat kediaman tersangka atau terdakwa,dengan
diawasi agar tidak sulit untuk melakukan penyelidikan, penuntutan, atau pemeriksaan
di siding pengadilan.Penhanan kota dilakukan di kota tempat kediaman tersangka atau
terdakwa dengan wajib lapor pada waktu yang ditentukan (pasal 22 KUHAP).

d. Polisi

Istilah Polisi adalah perkembangan dari kata Polis.Kata Polis artinya, Negara
Kota di Zaman Yunani Kuno. Dari kata polis ini berkembang istilah Negara Polisi atau
Negara Jaga Malam dalam abad ke 19. Kemudian istilah politik dalam arti luas
sejarang yang dikatakan polisi adalah badan pemerintahan yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban umum, atau juga berart anggota dari badan pemerintahan
tersebu, yaitu pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan, ketertiban di sekitar
lingkungan yang berada d wilayah-wilayah Indonesia, baik luar negeri maupun dalam
negeri. dan lainnya. Kepolisian artinya segala sesuatu yang bertalian dengan polisi atau
singkatannya urusan polisi.

52
Polisi Negara sekarang mempunyai tugas ganda yaitu sebagai penyidik, dan
penyelidik. Istilah penyidik adalah bentukan kata dari kata dasar sidik. Kata sidik
berarti periksa, menyidik artinya memeriksa, mengamat-amati, penyidik artinya orang
yang memeriksa, petugas yang memeriksa dengan mendengar dan mencatat keterangan
dari yang diperiksa. Istilah Penyelidik berasal dari dasar selidik, yang artinya teliti,
usut, telaah, luluk, geledah. Menyelidik artinya meneliti atau mengusut dengan cermat,
menelaah dengan sungguh-sungguh, atau dengan meluluk, memata-matai, dan
mengeledah-geledah. Penyelidik artinya orang atau petugas yang menyelidik, atau
disebut juga mata-mata atau peluluk. Penyelidikan artinya pemeriksaan atau
pengusutan, dan sebagainya.

Penyidik menurut KUHAP adalah penjabat Polisi atau Penjabat Sipil tertentu
yang berwenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. Penyidik
pembantu adalah penjabat Polisi yang diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan. Penyidik itu berwenang untuk, menerima laporan atau pengaduan dari
seorang tentang adanya Tindak Pidana, melakukan tindakan pertama pada saat
ditempat kejadian. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal dari tersangka, melakukan penangkapan penahanan, penggeledahan dan
penyitaan, melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat, mengambil sidik jari, dan
memotret seorang, memanggil orang untuk didengan dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara. Mengadakan penghentian penyelidikan, mengadakan tindakan
lain menurut hukum yang bertanggung jawab (Pasal 7 KUHAP).

Dalam hal Penyidik melakukan tindakan pemeriksaan, penangkapan,


penahanan, penggeledahan, pemasukan rumah, penyitaan benda, pemeriksaan surat,
pemeriksaan sanksi, pemeriksaan ditempat kejadian, pelaksanaan penetapan dan
putusan pengadilan, atau tindakan lainnya menurut ketentuan KUHAP ia membuat
berita acara yang dilakukan dengan sumpah jabatan dan ditandatangani oleh penyelidik
dan semua orang yang terlibat (Pasal 8 jo 75 KUHAP). Selanjutnya penyidik
menyerahkan berkas perkara kepada Jaksa penuntut umum, mula-mula hanya berkas

53
perkara, kemudian jika penyidik telah selesai dilakukan penyerahan tanggung jawab
atas tersangka dan barang buktinya (pasal 8 (2-3)KUHAP).

Setiap pejabat polisi adalah penyelidik yang karena kewajibannya berwenang


untuk menerima laporan atau pengaduan tentang tindak pidana, mencari ketenangan
dan barang bukti, menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda mengenal diri dan mengadakan tindakan lainnya menurut hukum. Ia
dapat pula bertindak atas perintah penyidik melakukan penangkapan melarang
meninggalkan tempat, surat, menggeledah, dan menyita, memeriksa dan menyita surat,
mengambil sidik jari dan memotret serta membawa dan menghadapkan seorang pada
penyidik. Atas pelaksanaan tindakan tersebut penyidik membuat dan menyampaikan
laporan kepada penyidik. (pasal 4-5 KUHAP).

e. JAKSA

Istilah jaksa adalah istilah Indonesia asli (Hindu-Jawa) yang telah dikenal sejak
Zaman Majapahit sebagai naman pejabat Negara yang melaksanakan peradilan,
kemudian di dalam Pepaken Cirebon dipakai istilah Jaksa Pepitu untuk menyatakan
sususnan pengadilan. Di Zaman Mataram (abad 17) istilah Jaksa dipakai sebagai nama
penjabat Negara yang melaksanakan peradilan terhadapat perkara padu, yaitu perkara
mengenai kepentingan perseorangan yang tidak dapat lagi didamaikan secara
kekeluargaan oleh Hakim desa setempat (Tresna, 1977: 15). Di masa sekarang istilah
Jaksa hanya dipakai untuk perkara pidana tidak lagi dipakai untuk perkara perdata.
Menurut KUHAP Jaksa adalah penuntut umum berwenang untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap. Jadi Jaksa sebagai penuntut umum berwenang untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan Hakim (pasal 1-6 jo pasal 13
KUHAP).

Jaksa sebagai penuntut umum berwenang untuk menerima dan memeriksa


bekas perkara penyidikan dan penyidik atau penyidik pembantu; mengadakan
prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan; memberi perpanjangan
penahanan, melakukan penahanan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya

54
dilimpahkan oleh penyidik; membuat surat dakwaan; melimpahkan perkara ke
pengadilan; menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat pengadilan, baik kepada terdakwa
maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; melaksanakan
penuntutan; menutup perkara; mengadakan tindakan lain dan melaksanakan penetapan
Hakim (pasal 14 KUHAP). Tindakan jaksa sebagai penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputuskan oleh Hakim di siding Pengadilan disebut penuntutan (pasal1-7
KUHAP).

Untuk melaksanaka penuntutan maka Jaksa setelah menerima hasil penyidikan


dari polisi selaku penyidik segera mempelajari dan menelitinya serta dalam waktu tujuh
hari wajib memberitahukan kepada penyidik, yang dalam waktu 14 hari telah
dikembalikan lagi kepada jaksa penuntut umum (pasal 138 KUHAP).

Berkas perkara yang telah memenuhi persyaratan dalam waktu secepatnya


dibuatkan surat dakwaan untuk dilimpahkan ke pengadilan. Surat dakwaan itu diberi
tanggal dan ditandatangani serta berisi nama lengkap, tempat lahir, tanggal lahir, atau
umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka.
Surat dakwaan itu harus menguraikan secara jelas tentang tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat dilakukan, jika tidak demikian
makan surat dakwaan itu batal demi hukum. Setelah Jaksa selesai dengan surat
dakwaan maka perkara tersebut dapat dilimpahkan dengan surat ke pengadilan untuk
di adili, dalam pelimpahan itu tuntutan surat dakwaan disampaikan pula kepada
tersangka atau kuasanya atau penasehat hukumnya serta penyidik. Surat dakwaan itu
masih dapat diubah selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang pengadilan dimulai,
turunan perubahan itu juga disampaikan kepada tersangka, penasehat hukumnya dan
penyidik (pasal 143-144 KUHAP).

f. TERDAKWA

Kata dakwa berarti pengaduan atau tutntutan yang dikemukakan kepada Hakim
atau juga diartikan tuduhan. Mendakwa artinya menyampaikan dakwa, melimpahkan

55
tuntutan atau tuduhan kepada Hakim atau dalam arti juga menuduh.Terdakwa adalah
orang yang didakwa, dituntut, atau dituduh. Menurut KUHAP terdakwa adalah seorang
tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di siding pengadilan (pasal 1-15
KUHAP). Kemudian sebagaimana diuraikan dalam pasal 51 sampai 68 KUHAP
tentang hak-hak terdakwa antara lain ialah, bahwa terdakwa berhak segera diadili di
sidang pengadilan negeri yang terbuka untuk umum. Terdakwa berhak untuk diberi
tahu dengan jelas dengan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang di
dakwakan padanya.

Dalam pemeriksaan terdakwa bebas memberikan keterangan kepada hakim dan


berhak mendapat bantuan juru bahasa dan penasehat hokum yang dipilihnya sendiri.
Sebagaimana juga tersangka, terdakwa yang bisu atau tuli berhak mendapat bantuan
penterjemah atau diperiksa dengan tulisan jika ia pandai menulis. Terdakwa yang
diancam tuntutan pidana lebih dari lima tahun yang tidak mempunyai penasehat hukum
sendiri oleh pejabat bersangkutan wajib ditunjukkan penasehat hokum dengan cuma-
cuma. Jika ia ditahan ia berhan menghubungi dan dikunjungi penasehat hukumnya,
keluarganya, rohaniawan atau orang lain yang serumah untuk bantuan yang
dibutuhkannya atau jaminan bagi penangguhan penahanannya.

Surat menyurat antara terdakwa, begitu juga tersangka dengan penasehat


hukumnya atau keluarganya tidak akan diperiksa oleh penyidik, penuntut umum,
hakim atau pejabat rumah tahanan Negara, kecuali ada dugaan penyalahgunaan.
Terdakwa berhak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli untuk memberi
keterangan yang menguntungkan baginya dan kepadanya tidak dibebani pembuktian.
Selanjutnya terdakwa atau tersangka berhak mnta banding terhadap keputusan
pengadilan tingkat pertama dan menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi apabila ia
ditangkap, ditahan dituntut dan diadili atau tinakan lainnya tanpa alas an atau karena
kekeliruan.

g. SIDANG PIDANA

Setelah surat pelimpahan perkara diterima Pengadilan yang berwenang untuk


memeriksanya, maka Ketua Pengadilan menunjuk Hakim untuk menyidangkan dan

56
menetapkan hari sidang serta memerintahkan Jaksa penuntut umum supaya memanggil
terdakwa dan saksi. Sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan dipimpin oleh Hakim
Ketua yang membuka siding dengan menyatakan siding terbuka untuk umum. Untuk
pemeriksaan itu Hakim Ketua memerintahkan terdakwa dipanggil masuk ke ruangan
siding. Jika terdakwa dalam tahanan, maka ia dihadapkan dalam keadaan bebas. Untuk
terdakwa yang tidak ditahan, sedangkan sudah dipanggil, maka pemeriksaan
perkaranya ditangguhkan dan hakim ketua memerintahkan jaksa untuk memanggil lagi
terdakwa. Jika siding berikutnya terdakwa yang telah dipanggil itu tidak hadir juga,
maka terdakwa dihadirkan ke mka siding dengan paksa (Pasal 154 KUHAP).

Dalam siding dimana terdakwa hadir Hakim Ketia siding menanyakan nama,
kelahiran, kebangsaan, timpat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa. Kemudian
terdakwa di ingatkan agar memperhatikan jalannya siding, setelah itu Jaksa penuntut
umum dipersilahkan membacakan surat dakwaaannya. Selesai pembacaan surat
dakwaan, Hakim Ketua menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah mengerti, jika
ia belum juga mengerti maka jaksa penuntut umum dipersilahkan lagi memberikan
penjelasan yang perlu (Pasal 155 KUHAP). Di dalam pemeriksaan perkara pidana di
Pengadilan juga berlaku perlawanan tentang kewenangan mengadili begitu pula
kewajiban hakim, jaksa, panitera untuk mengundurkan diri dari menangani perkara
tersebut apabila ada hubungan keluarga dengan terdakwa (Pasal 157 KUHAP).

Pemeriksaan terhadap para saksi dilakukan secara berurut satu persatu dan yang
pertama di dengar adalah korban, kemdian barulah para saksi yang lain baik yang
disebut dalam surat pelimpahan perkara maupun yang diminta terdakwa, jaksa dan
penasehat hukum. Sebelum saksi memberikan keterangan yang dimina hakim, ia harus
disumpah atau berjanji menurut agamanya masing-masing. Begit juga jika pengadilan
memandang perlu saksi atau ahli dapat disumah setelah ia memberikan keterangan.
Saksi yang enolak bersumpah atau berjanji tanpa alasan yang sah diteruskan
pemeriksaannya, tetapi ia dapat dikenakan sandera di rumah tahanan selama 14 hari
(Pasal 161 KUHAP)

Keterangan saksi yang terdapat dalam berita acara yang diambil di bawah
sumpah, jika saksi itu tidak dapat hadir, atau telah meinggal dunia ketika sdang berjalan

57
dapat disamakan dengan keterangan saksi di bawah sumpah di pengadilan. Hakim
menanyakan saksi yang memberikan keterangan berbeda yang dikemukakan dalam
berita acara dan dimuka siding (162-163 KUHAP). Hakim Ketua menanyakan setiap
keterangan saksi terhadap terdakwa, bagaimana pendapatnya tentang keterangan itu,
begitu pula jaksa penasehat hokum diberikan kesempatan untuk bertanya pada
terdakwa dan saksi tetapi hakim juga dapat menolak pertanyaan yang diyanyakan itu.
Para ahli yang diminta keterangan, wajib memberikan keterangan sebaik-aiknya
dibawah sumpah dengan ketentuan yang sama seperti endengar keterangan saksi.

Kepada terdakwa atau juga jika perlu kepada saksi hakim menunjukkan barang
bukti dan menyakan apakah ia mengenal barang tersebut, begitu juga dengan
pembuktian hakim, dapat membacakan atau memerlihatkan surat atau berita acara
kepada terdakwa atau saksi guna mendapatkan keterangan seperlunya.

h. PEMBUKTIAN PIDANA

Sebagaimana telah diterangkan bahwa kata bukti berarti sesuatu hal atau
peristiwa untuk memperlihatkan kebenaran atau juga merupakan suatu tanda misalnya
dikatakan tanda bukti. Pembuktian artinya perbuatan atau hal membuktikan. Di dalam
acara pemeriksaan acara pidana terdakwa tidak boleh dinyatakan bersalah melakukan
tindak pidana dan dijatuhi pdana tanpa sekurang-kurangnya ada dua alat bukti yang
sah. Alat bukti dimaksud adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan
keterangan terdakwa (Pasal 183-184 kUHAP).

Keterangan saksi sebagai alat bukti adalah apa yang dinyatakannya di sidang
pengadilan. Tetapi keterangan dari seorang saksi saja tak cukup untuk membuktikan
baha terdakwa bersalah tanpa alat bukti yang lain. Begitu pula pendapat atau rekaan
diperoleh dari pemikiran saja bukan keterangan saksi dan keterangan saksi yang tidak
disumpah bukan merupakan alat bukti. Demikian juga keterangan ahli ialah apa yang
dikemukakan oleh seorang ahli dalam siding pengadilan (185-186 KUHAP).

Surat sebagai alat bukti harus dibuat atas sumpah jabatan atau dikeuatkan
dengan sumpah. Surat-surat dimaksudkan seperti berita acara atau surat yang dibuat
oleh atau dibuat dihadapan pejabat resmi, yang berisi keterangan yang di dengar,

58
dilihat, dialami dengan alsan yang jelas dan tegas. Begitu juga surat-surat resmi yang
lain yang dibuat nmenurut keterangan perundangan, atau juga surat keterangan ahli yan
diminta secara resmi daripadanya, sedadangkan surat-surat yang lain jika berlaku jika
ada hubungan dengan bukti dan alat bukti yang lain (Pasal 187 KUHAP).

Petunjuk sebagai alat bukti adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang
karena persesuaianya, baik antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak
pidana itu sendiri yang menandakan telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya. Petunjuk itu hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, keterangan
terdakwa. Apakah petunjuk itu akan bernilai sebagai kekuatan pembuktian terserah
pada hati nurani hakim menilainya berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan secara
cermat, seksama dan bijaksana (Pasal 188 KUHAP).

Keterangan terdakwa sebagai alat bukti ialah apa yang dinyatakan terdakwa di
siding pengadilan tentang perbuatanya, yang diketahuinya atau dialaminya sendiri.
Keterangan terdakwa diluar siding hanya dapat berlaku sebagai pembantu untuk
menemukan bukti di sdaing, asal saja keterangan itu di dukung alatbukti lain yang sah.
Keterangan terdakwa itu hnaya dapat digunakan teradap dirinya sendiri dan
keterangannya itu tidak cukup disertai alat bukti yang lain (Pasal 189 KUHAP). Jika
pengadilan berpendapat bahwa kesalahan terdakwa atas perbuatannya terbukti, maka
ia dipidana atas perbuatannya terbukti, tetapi bukan tndakan pidana maka ia akan
dilepas dari tuntutan hukum. Tetapi jika tidak tebukti secara sah dan menyakinkan
maka terdakwa akan diputus bebas.

9. PUTUSAN PENGADILAN

Istilah Putusan berasal dari kata dasar putus, yang artinya terpisah atau tidak
berhubungan lagi karena teropotong. Kata putus juga berarti habis, selesai, berakhir
atau juga sudah pasti, sudah tetap, sudah selesai perkaranya, sudah sepakat, dan
sebagainya.

Memutuskan artinya menjadikan atau menyebabkan putus atau berarti


menyudahi, menyelesaikan, atau menentukan, atau mengambil keputusan,
menjatuhkan hukum. Keputusan artinya kesudahan, penghabisan, sesuatu yang telah

59
ditetapkan atau sebagai kesimpulan, begiti juga berarti pertimbangan hakim atas hasil
ujian dan sebagainya. Putusan artinya barang apa yang sudah diputus atau juga
ketentuan atau ketetapan.

Menurut hukum perundangan putusan pengadilan adalah pernyataan hakim


yang diucapkan dalam sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Putusan hakim
itu ada yang bersifat putusan antara dan ada yang merupakan putusan akhir. Putusan
antara ada yang merupakan putusan preparatur (praeparatoir) dan ada yang merupakan
putusan interlocutor (interlocutoir). Putusan-putusan demikian itu tidak dibuat dengan
surat tersendiri melainkan masuk dalam berita acara sidang.

Putusan preparatur adalah putusan yang menyiapkan perkara, misalnya untuk


menggabungkan dua perkara menjadi satu, atau untuk menetapkan tenggang waktu
bagi keharusan bertindak kedua pihak yang berperkara. Putusan Interlokutor adalah
putusan hakim sebelum putusan terakhir, misalnya hakim memerintahkan atas
penggugat atau tergugat membuktikan hal sesuatu atau memerintahkan penyelidikan
setempat. Putusan interlokutor ini dapat mempengaruhi bunyi putusan terakhir.

Putusan terakhir adalah putusan yang bersifat pemidanaan yang disebut


putusan kondemnator (condemnatoir) atau bersifat pernyataan yang disebut putusan
deklarator (declaratoir) atau bersifat penciptaan yang disebut putusan konstitutif
(constitutief).

Putusan kondemnator adalah putusan yang menghukum penggugat atau tergugat


untuk melaksanakan sesuatu, misalnya supaya membayar utang, dan sebagainya.
Putusan deklarator adalah putusan yang menyatakan benarnya peristiwa hukum yang
dinyatakan penggugat. Putusan konstitutif adalah putusan yang melenyapkan suatu
peristiwa hukum atai melahirkan peristiwa hukum yang baru. Putusan Hakim bersifat
deklarator.

a. Putusan Perkara Perdata

60
Apabila pemeriksaan perkara sudah selesai, Hakim Ketua dapat menanyakan
kepada para pihak yang berperkara apakah sudah boleh diambil putusan. Pengadilan
Negeri dapat memerintahkan supaya putusan dilaksanakan lebih dahulu walaupun
putusan itu dibantah atau diminta banding, berdasarkan adanya surat yang sah atau
tulisan yang berkekuatan pembuktian, atau karena ada putusan hukuman yang
berkekuatan pasti atau karena gugatan sementara dikabulkan terutama dalam hal
perselisihan hak milik (pasal 180 HIR). Penggugat atau tergugat yang tidak dapat
menerima putusan Pengadilan Negeri tersebut dapat mengajukan banding kepada
Pengadilan Tinggi dalam tenggang waktu empat belas hari setelah putusan diucapkan
atau empat belas hari setelah putusan disampaikan yang bersangkutan jika ia tidak hadir
di sidang.

b. Putusan Perkara Pidana

Apabila pemeriksaan perkara dinyatakan Hakim telah selesai maka Jaksa penuntut
umum mengajukan tuntutan pidana. Uraian Jaksa tentang tuntutannya itu disebut
rekuisitor (requisitoir). Putusan Pengadilan dalam perkara pidana ada dua
kemungkinan, yaitu putusan bebas atau putusan dipidana atau dihukum. Putusan itu
diucapkan disidang pengadilan yang terbuka untuk umum, jika tidak demikian maka
putusan itu tidak mempunyai kekuatan hukum dan sah. Apabila terdakwa atau jaksa
penuntut umum meolak putusan pengadilan negeri, maka dapat diajukan banding
dengan perantaraan pengadilan negeri. Dengan diminta banding, maka berarti putusan
pengadilan itu belum memperoleh kekuatan hukum tetap.

10. BANDING/appellatio=apel (imbangan, persamaan, tara)

Apel adalah tuntutan, permintaan banding. Permintaan banding dalam arti luas
berarti semua pernyataan keberatan tentang sesuatu putusan dalam suatu perkara
supaya putusan tadi diselidiki, ditinjau kembali dan di perbaiki. Di dalam praktek
dimuka pengadilan setelah putusan diucapkan Hakim Pengadilan Negeri, para pihak
berperkara diberi waktu selama 14 hari untuk berfikir, apakah akan menyatakan
banding atau menerima putusan. Di dalam perkara pidana waktu berfikir untuk

61
menerima atau menolak putusan atau mengajukan banding adalah selama 7 hari setelah
putsdan diucapkan atau diberitahukan kepada terdakwa.

Selama perkara banding belum diputus Pengadilan Tinggi baik dalam perkara
pidana atau perdata masih dapat dicabut. Keputusan Pengadilan Tinggi dapat
merupakan keputusan yang memerintahkan agar Pengadilan Tingi memperbaiki
putusannya yang lalai dalam penerapan hukum acara, keliru atau kurang lengkap atau
membatalkan penetapan Pengadilan Negeri sebelum putusan Pengadilan Tinggi
dijatuhkan.

11. KASASI/cassation (pemecahan, penghapusan, pembatalan)

Kasasi berarti pembatalan atau pernyataan tidak sah oleh Mahkamah Agung
terhadap putusan Hakim karena putusan itu bersalahan atau tidak sesuai dengan
Undang-Undang (Purwadarmita, 1982:448). Orang yang memohon kasasi disebut
rekiran (requirant). Kasasi itu dapat dilakukan atas permohonan pihak yang
berkepentingan atau atas permohonan Jaksa Agung yang semata-mata untuk
kepentingan hukum dengan tidak merugikan para pihak yang berkepentingan (Pasal 17
UUMA).

Sebagai Hakim Kasasi Mahkamah Agung bukan merupakan peradilan tingkat


ketiga, tetapi putusannya merupakan putusan ingkat tertinggi, oleh karena kasasi
adalah tindakan Mahkamah Agung dalam rangka menegakkan hukum dan
memperbaiki hukum. Jika permohonan kasasi dapat diterima, maka Mahkamah Agung
memutus sendiri perkaranya (Pasal 21 UUMA) dan ia dapat pula mendengar sendiri
para pihak yang berperkara atau para saksi atau menyuruh untuk itu pada Pengadilan
Tinggi atau Pengadilan Negeri bersangkutan melaksanakannya (Pasal 117 UUMA).

Pemeriksaan perkara untuk kasasi dalam perkara perdata diatur dalam pasal
112-120 UUMA, sedangkan unutk perkara pidana diatur dalam pasal 121-130 UJMA
dan pasal 244-258 KUHP. Permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada
panitera pengadilan tinggi yang memutus perkara pada tingkat pertama, dalam waktu
yang telah ditentukan (14 hari setelah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu
diberitahukan kepada terdakwa). Permohonan kasasi hanya diajukan satu kali saja,

62
selama permohonan kasasi belum diputus Mahkamah Agung, permohonan kasasi dapat
dicabut. Dalam memeriksa perkara kasasi Mahkamah Agung dapat memutus menolak
atau menerima permohonan kasasi. Jika putusan pengadilan dibatalkan karena
peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya, maka Mahkamah Agung
akan mengadili sendiri.

12. EKSEKUSI /executie/execution (pelaksanaan, hal melaksanakan putusan


atau hukuman)

Hal melaksanakan putusan dalam perkara yang pada tingkat pertama dilakukan
oleh Pengadilan Negeri, maka pelaksanaannya dilakukan atas perintah dan pimpinan
Hakin Ketua yang memeriksa perkara tersebut pada tingkat pertama. (pasal 195 (1)
HIR). Eksekusi putusan hakim ada dua macam, yaitu eksekusi putusan untuk
membayar uang (pasal 196 HIR) dan eksekusi putusan untuk melakukan suatu
perbuatan (pasal 225 HIR).

Eksekusi untuk membayar uang bersifat paksaan, yang dilaksanakan dengan


pimpinan Ketua Penngadilan Negeri berdasarkan permintaan yang menang. Pihak yang
kalah dipanggil dan diperingatkan agar memenuhi putusan Hakim dalam tenggang
waktu paling lama 8 hari. Ekseskusi untuk melakukan suatu perbuatan bersifat tidak
memaksa. Jika pihak yang diharuskan untuk melakukan perbuatan itu tidak
melaksanakannya, maka yang berkepentingan meminta kepada hakim agar perbuatan
yang harus dilakukan itu dibayar dengan uang. Eksekusi dalam putusan pidana yang
telah memeperoleh kekuatan hukum dilaksanakan oleh Jaksa berdasarkan salinan surat
putusan dari panitera Pengadilan.

Pelaksanaan pidana penjara atau kurungan dilaksanakan dirumah penjara atau


Lembaga Permasyarakatan, sedangkan pidana mati dilaksanakan tidak dimuka umum.
Dalam hal pidana denda, terpidana diharuskan segera melunasi atau diberi waktu satu
bulan untuk membayarnya atau jika alasan dapat diterima , dapat diperpanjang lagi
dalam waktu satu bulan. Apabila putusan Pengadilan menyatakan agar barang bukti
dirampas untuk Negara, maka barang bukti tersebut dapat dikuasakan Jaksa kepada

63
Kantor Lelang Negara untuk dilelang dalam waktu 3 bulan dan hasilnya dimasukkan
ke kas Negara atas nama jaksa.

Jika putusan pengadilan menyatakan keharusan mengganti kerugian maka


pelaksanaannya menurut tata cara putusan perdata. Sedangkan jika putusan pidana itu
bersyarat, maka pelaksanaannya dilakukan dibawah pengawasan serta pengamatan
dengan sungguh-sungguh menurut undang-undang

64
BAB IX
BAHASA HUKUM PIDANA

Pidana berasal dari bahasa Hindu Jawa yang artinya hukuman, nestapa atau
sedih hati; dalam bahasa belanda disebut straf, dipidana artinya hukum, kepidanaan
artinya segala sesuatu yang bersifat tidak baik, jahat; pemidanaan pem artinya
penghukuman. Hukum pidana sebagai terjemahan dari bahasa belanda strafrech adalah
semua aturan yang mempunyai perintah atau larangan yang memakai sanksi (ancaman)
hukuman bagi mereka yang melanggarnya.
Hukum pidana di Indonesia masih berpegang pada hukum pidana buatan
belanda, terutama yang disebut strafrecht (WvS) yaitu kitab undang-undang hukum
pidana (S. 1915-732) yang mulai berlaku sejak 1 januari 1918 dan dengan UURI No.
1 tahun 1946 berlaku di negara Republik Indonesia.
Departemen Kehakiman mulai sejak tahun 1966 telah menggarap naskah
rencana UUH Pidana yang baru, tetapi sementara ini kita masih berpegang pada hukum
pidana yang asas-asasnya masih berbau hukum kolonial.
1. ASAS HUKUM PIDANA
Asas berarti sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir,
atau juga berarti cita-cita yang menjadi dasar (perkumpulan dan lain-lain). Yang
dimaksud asas hukum pidana adalah pokok dasar dalam aturan-aturan pidana.
Asas hukum pidana di dalam KUH pidana tercantum pada pasal 1 yang
menyatakan, ‘’tiada suatu perbuatan dapat di pidana kecuali atas kekuatan aturan
pidana dalam perundangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.’’asas berasal
dari bahasa latin yang menyatakan ‘’nullum delictum,nulla poena sine previae lege
poenali’’, yang artinya tiada peristiwa pidana, tiada pidana tanpa adanya aturan pidana
lebih dahulu.
Aturan pidana yang dimaksud bukan saja yang terdapat di dalam KUH Pidana
tetapi juga terdapat dalam aturan perundangan yang lain diluar KUH Pidana yang
berlaku, misalnya undang-undang No. 7 Drt, tahun 1955 tentang tindak pidana
ekonomi, undang-undang no. 11 PNPS tahun 1963 tentang pemberantasan kegiatan
subversi, undang-undang no. 3 tahun 1971 tentang tindak pidana korupsi, dan
sebagainya.

65
Pasal 14 ayat 2 UUD sementara 1950 yang menyatakan bahwa ‘’tiada seorang jua
pun boleh dituntut untuk di hukum atau dijatuhi hukuman, kecuali karena suatu aturan
hukum yang sudah ada dan berlaku terhadapnya’’.
a. PERISTIWA PIDANA
Istilah peristiwa pidana atau juga disebut perbuatan pidana, tindak pidana atau
delik, adalah semua peristiwa perbuatan yang bertentangan hukum pidana.pelanggaran
hukum yang diancam dengan hukuman (pidana) itulah yang di kualifikasi sebagai
peristiwa pidana yang di dalam bahasa belanda disebut strafbaarfeit.
Peristiwa pidana itu tidak dapat di hukum, karena walaupun perbuatan nya
melawan hukum, namun karena ada anasir yang dapat menghapus anasirr melawan
hukum, sehingga tidak dapat dihukum. Misalnya karena perintah jabatan
(ambtelijkbevel) seperti dikatakan dalam pasal 51 ayat 1 KUH Pidana, barangsiapa
melakukan perbuatan untuk melaksanakan pemerintah jabatan yang diberikan oleh
kuasa yang berhak untuk itu, tidak boleh di hukum.
Jadi, walaupun peristiwa pidana itu bertentangan dengan hukum, karena ada anasir
yang menghapus hukuman (strafuitsluitingsgrond), maka pelakunya tidak dapat
dihukum, begitu pula walaupun pelakunya mempunyai kesalahan (dalam arti luas)
karena ada anasir yang menghapus kesalahan (schulduitsluitingsgrond), maka
kesalahan itu tidak dapat di hukum.
b. PELAKU PERISTIWA PIDANA
Pelaku atau pembuat (Belanda: dader) dalam hal ini berarti orang yang melakukan
atau orang yang membuat perbuatan salah dalam peristiwa pidana.di dalam hukum
pidana berlaku asas “tiada hukuman tanpa kesalahan” (Belanda: geen straf zonder
schlud). Jadi pelaku dalam peristiwa pidana harus orang yang bertanggung jawab atas
perbuatan nya yang salah.
Tetapi adakalanya terjadi walaupun perbuatan yang di lakukan itu salah, namun
sipelaku tidak dapat di pertanggung jawabkan atas perbuatannya, karena sebagaimana
telah di kemukakan di atas adanya anasir yang menghapus pertanggung jawab itu,
sehingga pelakunya tidak dapat di hukum.
Misalnya sebagaimana dikatakan dalam pasal 44 ayat 1-2 KUH Pidana
“barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat di pertanggungjawabkan padanya
karena jiwanya yang cacat dalam tubuhnya (gebrekkige ontwikketing) atau karen
terganggu penyakit (ziekelijke storing), maka ia tidak dapat dihukum melainkan
dimasukan ke dalam rumah sakit jiwa.

66
c. KESALAHAN
Salah dalam arti hukum pidana adalah perbuatan melanggar hukum, jadi kesalahan
artinya segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum pidana.
Menurut hukum pidana kesalahan itu dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas
kesalahan meliputi tiga anasir yaitu tentang pertanggungan jawab (Belanda:
toerekenings vatbaarheid) dari pelaku, kesalahan dalam arti sempit yaitu karena
kehilapan (kealpaan, culpa) dan perbuatannya dapat di pertanggung jawabkan kepada
si pelaku (Belanda: toerekenbaarheid).
d. HUKUMAN POKOK
Hukuman berarti siksaan yang di letakkan kepada terhukum, yaitu orang yang
bersalah karena melanggar hukum. Di dalam hukum pidana diatur tentang perbuatan
apa yang dapat di kenakan hukuman dan macam-macam hukumannya. Menurut KUH
pidana hukuman itu dibagi dalam dua macam (pasal 10 KUH pidana) yaitu yang
disebut hukuman pokok dan hukuman tambahan. Hukuman pokok itu ada lima macam,
yaitu hukuman mati, hukuman penjara, hukuman kurunagan, hukuman denda,
hukuman tutupan.
1) Hukuman Mati
Hukuman mati adalah hukuman yang dilaksanakan untuk menghilangkan
nyawa terhukum. Menurut pasal 11 KUH pidana dikatakan bahwa hukuman mati
dilakukan oleh setiap algojo pada tempat gantungan dengan mengeratkan tali yang
terikat di tiang gantungan pada leher terpidna kemudian menjatuhkan papan tempat
terpidana berdiri.
2) Hukuman Penjara
Menurut pasal 12 ayat 1-4 KUH pidana dikatakan hukuman penjara adalah
seumur hidup atau selama waktu tertentu. Hukuman penjara selama waktu tertentu
paling singkat adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut.begitu
juga dalam hal batas lima belas tahun penjara dapat di lamapaui karena concursus
(perbarengan), residive (penglangan) atau karena yang di tentukan dalam pasal 52 dan
52 a (LN 1958 no. 127) yaitu pemberatan hukuman karena jabatan atau karena
dipakainya bendera kebangsaan.
3) Hukuman Kurungan
Hukuman kurungan adalah hukuman terhadap kebebasan seseorang yang lebih
ringan dari hukuman penjara.hukuman kurungan diadakan di daerah tempat kediaman

67
terhukum (pasal 21 KUH Pidana). Begitu juga terhukum boleh memperbaiki
keadaanya dengan biaya sendiri (pasal 23 KUH Pidana).
Menurut pasal 18 ayat 1-3 hukuman kurungan paling sedikit adalah satu hari
dan paling banyak selama satu tahun.
4) Hukuman Denda
Denda berarti hukuman yang berupa keharusan membayar dengan uang atau
juga dalam arti uang yang harus dibayarkan sebagai hukuman karena melanggra huku.
Jadi hukuman denda adlaha hukuman kekayaan .
Menurut psal 30 KUH Pidana dikatakan denda itu paling sedikit dua puluh lima
sen.menurut pasal 1 peraturan pemerintah pengganti undang-undang no. 16 tahun 1960
(LN 1960-50) yang mulai berlaku pada tanggal 14 april 1960 di tetapkan bahwa kata-
kata ‘’vrijf en twintig gulden’’ ( duapuluh lima rupiah) dalam pasal 364,373,379,384
dan 407 ayat 1 KUH Pidana diubah menjadi ‘’dua ratus lima puluh ribu rupiah’’.
5) Hukuman Tutupan
Tutupan berarti sesuatu yang dipakai untuk menutup. Jadi hukuman tutupan
adalah hukuman yang di gunakan untuk menutupi terhukum dari perbuatan
kesalahannya yang patut dihormati.
Hukuman tutupan merupakan tambahan hukuman dari pasal 10 KUH Pidana
berdasrkan UURI no. 20 tahun 1946, menurut pasal 2 ayat 1 UU tersebut dikatakan
bahwa ‘’Dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan yang diancam dengan
hukuman penjara karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati, hakim boleh
menjatuhkan hukuman tutupan.
e. HUKUMAN TAMBAHAN
Sistem hukum di indonesia mengenal batas minimum tetapi tidak mengenal batas
maksimum pada umumnya. Batas minimum hukuman adalah satu terhadap kebebasan
terhukum dan denda dua puluh lima sen. Batas maksimum tidak dikenal oleh karena
setiap delik menentukan batas maksimumnya sendiri.kemudian tentang hukumannya
selain hukuman pokok dikenal hukuman tambahan. Hukuman tambahan itu ada tiga
macam, yaitu pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu,
pengumuman keputusan hakim.

68
1) Pencabutan Hak
Menurut pasal 35 (1) KUH pidana dikatakan bahwa hak-hak terhukum yang
dengan keputusan hakim dapat dicabut dalam hal-hal yang ditentukan dalam kitab
undang-undang umum.
Kemudian pada ayat 2 pasal 35 KUH pidana ditegaskan bahwa hakim tidak
senang memecat seorang pejabat dari jabatannya, jika dalam aturan-aturan khusus
ditentukan penguasa lain untuk pemecatan itu.
2) Perampasan barang dan pengumuman keputusan hakim
Pasal 39 ayat 1-3 KUH Pidana dikatakan: ‘’Barang –barang kepunyaan terpidana
yang di peroleh dari kejahatan atau yang sengaja di pergunakan untuk melakukan
kejahatn dapat dirampas. Perampasan dapat juga dilakukan terhadap orang yang
bersalah yang oleh hakim diserahkan kepada pemerintah tetapi hanya atas barang-
barang yang telah disita.
Mengenai keputusan hakim yang dimaksud ialah apabila hakim memerintahkan
supaya putusan diumumkan berdasrkan KUH Pidana atau aturan-aturan umum lainnya
, maka harus ditatpkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah itu, atas biaya
terpidana (pasal 43 KUH Pidana).
f. KEJAHATAN DAN PELANGGARAN
Hukuman bagi perbuatan yang disebut kejhatan pada umumnya lebih berat
daripada hukuman bagi perbuatan pelanggaran.
Menurut memori penjelasan KUH Pidana negeri belanda yang dianut juga oleh
KUH pidana yang berlaku di indonesia, perbedaan kejahatan dan pelanggaran itu
didasarkan pada perbedaan anatar delik hukum dan delik undang-undang.
Menurut pasal 86 KUH Pidana dikatakan ‘’apabila disebut kejahatan, adalah arti
kejahatan pada umumnya maupun kejahatan dalam arti kejahatan tertentu, termasuk
pula perbuatan pembantuan dan percobaan melakukan kejahatan, kecuali jika dintakan
sebaliknya oleh peraturan.
Lebih lanjut baiklah kita perhatikan beberapa macam contoh perbuatan yang
disebut kejahatan dan planggaran didalam KUH Pidana.

69
g. PERBUATAN KEJAHATAN

1) Kejahatan Keamanan dan Ketertiban Umum


Kata aman berarti tidak merasa takut. Kata tertib artinya aturan. Ketertiban juga
beararti aturan, peraturan dalam masyarakat atau perikelakuan yang baik dalam
pergaulan atau keadaan yang seba teratur baik.
Dengan demikian kejahatan keamanan atau kejahatan terhadap keamanan
berarti peristiwa pidana yang mengganggu ketentraman, sedangkan kejahatan
ketertiban umum atau kejahatan terhadap ketertiban umum berarti peristia pidana yang
mengganggu keadaan umum yang teratur.
2) Kejahatan Kesusilaan
Susila artinya sopan. Kesusilan berarti kesopanan. Jadi kejahatan terhadap
kesusilaan artinya kejahatan terhadap kehalusan dan kebaikan budi pekerti atau tingkah
laku. Menurut pasal 281 KUH Pidana dikatakan bahwa ‘’diancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak lima ratus
rupiah, barang siapa dengan sengaja terbuka melanggar kesusilaan atau dengan sengaja
dan di muka orang lainyang ada disitu bertentangan dengan kehendaknya melanggar
kesusilaan”. Diantaranya adalah perzinahan, perkosaan, percabulan, atau pelacuran.
3) Penghinaan
Penghinaan artinya fitnah, perbuatan menghinakan atau hal menghinakan. Jadi
penghinaan adalah perbuatan fitnah yang menjatuhkan kedudukan martabat, nam baik
seseorang.
Menurut KUH Pidana sebagaimana dinyatakan dalam pasal ayat 1-3, peristiwa
pidana yang merupakan perbuatan penghinaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh
siapa saja yang dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang
dengan menuduh suatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum.
4) Kejahatan Kebebasan
Kejahatan kebebasan adalah kejahatan terhadap kebebasan orang. Perbuatan
yang merupakan kejahatan terhadap kebebasan orang yang diatur didalam KUH pidana
adalah seperti perbuatan membawa orang pergi atau melakukan penculikan atau
melakukan ancaman, sebagaimana diatur dalam pasal 328-337 KUH Pidana.

70
5) Pembunuhan
Bunuh berarti mematikan; menghilangkan nyawa; membunuh artinya membuat
supaya mati, pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh, pembunuhan berarti
perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh.
Perbuatan yang dikatakan pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang
dengan sengaja merampas nyawa orang lain. Pembunuhan itu diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun (pasal 338 KUHP).
Termasuk dalam perbuatan kejhatan pembunuhan, ialah pengguguran
kandungan,sebagaiman diatur dalam pasal 346-349 KHUP.Misalnya didalam pasal
346 KHUP dikatakan seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
6) Penganiayaan
Aniaya berarti oerbuatan bengis. Penganiyaan artinya perlakuan yang
sewenang-wenang dengan penyiksaan, penindasan sebagainya terhadap teraniaya.
Menurut pasal 351 KHUP dikatakan perbatan penganiyaan diancam dengan
hukuman penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau deda paling banyak tiga
ratus rupiah.jika perbuatannya luka berat pidana penjara paling lama lima tahun, jika
mati di pidana paling lama tujuh tahun. Percobaan untuk melakukan penganiyaan tidak
dipidana.
7) Pencurian
Curi atau maling artinya mengambil dengan diam-diam. Mencuri artinya
mengambil milik orang lain. Pencurian adalah perbutan atau perkara tentang mencuri.
Menurut KHUP yang dikatakan pencurian adalah perbuatan mengambil barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum. Siapa saja yang melakukan pencurian diancam pidana
penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh ruoiah (pasal 362
KHUP ). Perbuatan pencurian itu dapat dibedakan antara pencurian berat serta
pencurian dengan kekerasan.
Pencurian ringan ringan adalah pencurian yang dilakukan tidak didalam rumah
atau tidak di pekarangan tertutup yang ada rumahnya dan harga curian itu tidak lebih
dari dua puluh liam rupiah. Pencurian ringan ini dipidana paling lama tiga bulan atau
denda enam puluh rupiah (pasal 364 KHUP).
Pencurian berat adalah pencurian yang dilakukan terhadap ternak atau
perbuatannya dilakukan dengan keadaan bahaya atau pencurian nya dilakukan waktu

71
malam di rumah tau di perkarangan rumah tertutup yang ada rumahnya,pencurian
dengan bersekutu seperti merusak,memotong atau memanjat. Yang kesemuanya itu
diancam dengan (pasal 363 KHUP).
Pencurian dengan kekerasan adalah pencurian dengan dilakukan dengan
ancaman kekerasan. Perbuatan mana dengan diancam pidana 9 tahun penjara.
8) Pemerasan
Memeras artinya dengan mengambil untung dari orang lain, meminta uang
dengan ancaman.pemerasan adalah perbuatan atau hal memeras orang lain untuk
mendapatkan keuntungan dengan cara ancaman atau paksaan dengan secara melawan
hukum untuk memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, yang semuanya itu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun (pasal 368 KHUP).
Jika perbuatan itu dilakukan dengan ancaman pencemaran nama baik dengan
lisan atau tulisan atau dengan ancaman akan membuka rahasia,dengan memaksa
supaya orang memberikan barang sesuatu dan seterusnya seperti dikatakan diatas maka
ia diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika ada pengaduan dari
orang yang terkena pemerasan (pasal 369 KHUP).
9) Penggelapan
Penggelapan artinya perbuatan atau cara atau hal menggelapkan.
Menurut KUHP Penggelapan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan
sengaja dan melawan hukum mengakui sebagai milik sendiri, barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain yang berada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan.penggelapan itu diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah (pasal 372 KUHP).
Perbuatan penggelapan itu dapat dibedakan antara penggelapan ringan dan
penggelapan sebagai pencarian serta penggelapan terpaksa.

h. PERBUATAN PELANGGARAN
Pelanggaran dalam arti umum ialah tubrukan, sedangkan dalam arti hukum
ialah perbuatan yang melanggar undang-undang.
Dari pasal 489-569 KUHP yang mengatur tentang pelanggaran, maka hukuman
bagi perbuatan pelanggaran itu pada umumnya lebih ringan dari hukuman bagi
perbuatan kejahatan. Hukuman bagi pelanggaran pada umumnya merupakan hukuman
kurungan dan atau hukuman denda. Beberapa contoh pelanggaran menurut namanya.

72
1) Kenakalan
Didalam KUHP kenakalan itu terjadi apabila seseorang melakukan perbuatan
nakal terhadap orang atau barang yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau
kesusahan. Jika kenakalan itu dilakukan belum lewat waktu satu tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena perbuatan yang sama denda dapat diganti
dengan kurungan paling lama tiga hari (pasal 489 KUHP).
2) Pengemis dan Gelandangan
Menurut KHUP perbuatan mengemis di muka umum, diancam kurungan paling
lama enam minggu. Sedangkan pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih,
yang umurnya diatas enam belas tahun, diancam hukuman kurungan paling lama tiga
bulan (pasal 504 KUHP).
Menurut KUHP barangsiapa bergelandangan tanpa pencarian, diancam karena
melakukan pergelandangan dengan hukuman kurungan paling lama tiga bulan. Jika
perbuatan itu dilakukan oleh tiga orang atau lebih yang umurnya diatas enam belas
tahun diancam kurungan paling lama enam bulan (pasal 505 KUHP).
3) Gelar, Tanda Kehormatan, Pakaian dan Pesta
Menurut KUHP barangsiapa tanpa wenang memakai gelar atau tanda
kehormatan indonesia, tanpa ijin menerima tanda kehormatann title, pangkat atau
derajat asing, atau ketika ditanya oleh penguasa yang wenang tentang namanya
memberikan nama palsu, diancam dengn denda paling banyak seratus lima puluh
rupiah (pasal 507 KUHP).
Barangsiapa dimuka umum tanpa wenang memakai pakaian yang mirip dengan
pakaian jabatan pejabat negara, daerah atau subak diancam kurungan paling lama lama
satu bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (pasal 508 bis KUHP).
4) Panggilan Resmi dan Pertolongan
Menurut KUHP merupakan pelnggaran terhadap penguasa umum, barangsiapa
dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang secara melawan hukum,
diamcam denda paling banyak enam puluh rupiah (pasal 522 KUHP).
Begitupula jika orang di panggil sebagai keluarga sedarah atau semenda, suami
atau istri, wali atau wali pengawas,pengampu atau pengampu pengawas, untuk di
dengar keterangannya dalam perkara mengenai orang yang belum cukup umur, baik
sendiri atau kuasanya tidak datang tanpa alasan yang dapat di terima, diancam dengan
denda paling banyak enam puluh rupiah (pasal 524 KUHP)

73
Kemudian barangsiapa tidak memberi pertolongan ketika melihatada orang
dalam bahaya maut, yang dapat diberikannya tanpa membahayakan dirinya atau diri
orang lain,jika kemudian orang itu mati, diacam kurungan paling lama tiga bulan atau
denda paling banyak tiga ratus rupiah (pasal 521 KUHP).
5) Perbuatan Amoral
Menurut KUHP barangsiapa dimuka umum menyanyikan lagu-lagu atau
berpidato, atau membuat tulisan atau gambar yang melanggar kesusilaan diancam
hukuman kurungan paling lama tiga hari atau denda paling banyak lima belas rupiah
(pasal 532 KUHP).
Selanjutnya barangsiapa di tempat lalu lintas umum, dengan terang-terangan
mempertunjukan atau menempelkan tulisan yang terbaca, maupun gambar atau benda
yang membangkitkan nafsu berahi pemuda atau dengan terang-
teranganmemperdengarkan isi tulisan, menawarkan , menyiarkan tulisan atau
menunjukan bisa didapatnya tulisan atau gambar yang membangkitkan nafsu berahi
para pemuda atau menawarkan atau memberikan untuk seterusnya atau untuk
sementara waktu menyerahkan atau memperlihatkan gambaran atau benda atau
memperdengarkan isi tulisan yang membangkitkan berahi kepada orang dibawah umur
tujuh belas tahun, dincam pidana kurungan dua bulan atau denda paling banyak dua
ratus rupiah (pasal 533 KUH Pidana).

74
BAB X
BAHASA HUKUM KEPERDATAAN

Di jaman kerajaan mataram dalam abad ke-17 terdapat dua macam perkara, yang
di sebut perkara pradata dan perkara padu. Perkara pradata adalah perkara yang
merupakan urusan raja, yang di adili oleh raja pribadi dengan duduk di tempat yang di
sebut sitinggil. Perkara-perkara pradata itu adalah perkara yang membahayakan
keamanan Negara (mahkota), seperti kerusuhan, pembunuhan, penganiyayaan,
perampokan, pencurian tertentu, dan sebagai nya, yang peradilan nya berdasarkan
hukum hindu.
Perkara padu adalah perkara yang bukan urusan raja, yang di adili oleh pejabat
Negara yang di sebut jaksa dan terdapat di daerah-daerah. Perkara padu adalah perkara
yang hanya mengenai kepentingan rakyat perseorangan, seperti perselisihan di antara
rakyat yang tidak bisa di selesai kan dengan damai secara kekeluargaan oleh hakim
perdamaian setempat. Perkara padu ini di selesai kan dengan berdasarkan hukum asli
Indonesia (perhatikan tresna, 1972:14-19)
Di masa kekuasaan sultan agung yang terkenal alim dan bijaksana, maka peradilan
pradata di selesaikan nya berdasarkan hukum islam dengan bersidang di serambi
masjid agung. Walau pun peradilan atas nama raja namun yang melaksanakan adalah
majelis penghulu dan alim ulama islam. Tetapi setelah sultan agung di gantikan
amangkurat 1 pada tahun 1645 maka raja yang tidak begitu senang dengan para alim
ulama islam ini mengubah kembali peradilan surambi menjadi peradilan peradilan
sitinggil dimana raja mengadili sendiri setiap perkara pradata.
Apabila yang kita bicarakan tentnag hukum perdata dalam arti luas, bukan semata-
mata hukum perdata tertulis melainkan juga yang tidak tertulis (hukum adat), maka kita
sebut keperdataan. Sehingga dengan imbuhan awalan ked an akhiran an ia menjadi kata
bentukan yang mengandung arti segala sesuatu yang termasuk hukum perdata. Di
dalam uraian di bawah ini kita batasi membicnakan beberapa istilah yang di gunakan
dalam hukum perdata yaitu istilah-istilah yang menyangkut hukum keluarga,
perkawinan, warisan, harta kekayaan dan perikatan.

75
1. KEWARGAAN DAN KELUARGA

a. Kewargaan
Istilah kewargaan berasal dari kata dasar warga yang artinya nggota, misalnya
anggota keluarga anggota perserikatan, warga kota artinya penduduk kota, warga
Negara artinya anggota dari pada rakyat sesuatu Negara. Di dalam pasal 1 KUH perdata
dikatakan:
“menikmati hak kewargaan tidaklah tergantung pada hak kenegaraan”
Kata-kata hak kewargaan adalah terjemahan dari bahasa belanda burgelijke rechten
yang artinya hak-hak sipil, hak-hak perdata. Kata hak mengandung arti kuasa, berhak
artinya mempunyai kekuasaan, hak milik artinya mempunyai kekuasaan atas benda
yang di miliki, hak menikmati arti nya mempunyai kekuasaan untuk menikmati. Jadi
menurut hukum menikmati hak-hak perdata itu tidak tergantung pada hak kenegaraan,
yaitu hak-hak Negara untuk mengatur ketatanegaraan itu tercantum di dalam undang-
undang dasar 1945, dan undang-undang lain nya, sedangkan hak-hak kewarganegaraan
juga di atur di dalam undang-undang dasar, demikian banyak nya kebanyakan di atur
menurut hukum adat dan adat kebiasaan masyarakat, terutama menurut hukum
kekeluargaan masing-masing.
b. Keluarga
Istilah keluarga dalam arti sempit adalah orang seisi rumah, anak-istri, batih; dalam
arti luas kelurga berarti sanak saudara atau anggota keluarga dekat. Kerabat artinya
kesatuan dan beberapa keluarga yang ada pertalian nya. Pertalian keluarga itu dapat
terjadi karena turunan, perkawinan, atau karena adat.
Pertalian keluarga karena turunan di sebut keluarga sedarah, artinya sanak sodara
yang senenek moyang. Keluarga sedarah ini ada yang di Tarik menurut garis bapak
yang di sebut matrinial dan ada yang di Tarik menurut garis ibu dan bapak yang di
sebut parental atau bilateral.
Pertalian keluarga karena perkawinan di sebut keluarga semenda, artinya sanak
saudara yang terjadi karena ada nya ikatan perkawinan, yang terdiri dari sanak saudara
suami dan sanak saudara istri. Sedangkan pertalian keluarga karena adat disebut
keluarga adat, artinya sanak saudara yang terjadi karena adanya ikatan adat, misalnya
saudara angkat.
Menurut pasal 31 ayat (3) UU perkawinan no.1 tahun 1947 dikatakan:
“suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga”.

76
Arti kata kepala keluarga di dalam pasal tersebut ialah kepala rumah, yaitu orang
yang jadi kepala suatu keluarga adalah suami, sedangkan istri adalah ibu rumah tangga,
artinya ibu dari segala sesuatu yang mengenai urusan rumah, atau kehidupan di rumah,
bahkan menurut hukum adat istri itu bukan hanya ibu rumah tangga tetapi juga ibu
perkeluargaan artinya ibu yang mengurus segala urusan (pertalian) keluarga, yang
memelihara hubungan kekeluargaan dalam kekerabatan, yaitu keakraban keluarga dari
pihak suami dan dari pihak istri.
2. ANAK
Pengertian anak dalam hukum keperdataan, terutama dalam hubungan nya dengan
keluarga, seperti anak kandung, anak laki-laki dan anak perempuan, anak sah dan anak
tidak sah, anak sulung dan anak bungsu, anak tiri dan anak angkat, anak piara, anak
pungut, anak kemenakan, anak pisang, anak sumbang (haram) dan sebagai nya.
a. Anak kandung
Anak kandung adalah anak sendiri, yaitu anak turunan dari percampuran antara
suami istri. Jika perkawinan suami dan istri itu sah maka anak-anak turunan mereka
adalah anak kandung sah.
Menurut pasal 43 (1) UU perkawinan no.1 tahun 1974 di katakana bahwa:
“anak yang di lahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibu nya”
Jadi anak haram, anak jadah, anak sumbang, yaitu anak yang di lahirkan di luar
perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Jadi si anak menurut hukum perundangan tidak mempunyai hubungan perdata dengan
bapak biologis nya, bapak yang membuahi ibunya.
Jika kita koreksi pasal tersebut, maka anak di maksud adalah anak yang di
lahirkan di luar perkawinan, tidak di katakan di luar perkawinan yang sah; dengan
demikian anak yang di lahirkan di dalam perkawinan adat dapat mempunyai hubungan
perdata dengan bapak yang membuahi si anak.
Kemudian kata-kata anak yang di lahirkan berarti bukan yang di kandung, hal
mana berarti anak kandung yang tidak sah yang di lahirkan dalam perkawinan yang sah
adalah anak yang sah, kecuali jika bapak si anak menolak anak itu sah. Apabila terjadi
perselisihan tentang sah tidak sah nya anak, atas permintaan pihak yang
berkepentingan, maka pengadilan dapat memutuskan sah tidak nya anak itu (pasal
44(2) UU no.1 /1974)

77
b. Anak pria dan anak wanita
Di lingkungan masyarakat patrilinial anak pria lebih di utamakan dari anak wanita,
anak pria adalah waris penerus turunan bapak nya, sedangkan anak wanita tidak.
Sebaliknya di lingkungan masyarakat matrilinial anak wanita lebih di utamakan dari
anak pria, anak wanita adalah waris penerus turunan ibu nya, sedangkan anak pria
tidak. Lain hal nya dengan masyarakat parental, tidak di bedakan antara kedudukan
anak pria dan anak wanita sebagai waris penerus terutama bapak dan ibunya.
Masyarakat bangsa Indonesia sekarang ini berkembang ke arah membentuk
masyarakat keluarga yang parental atau bilateral, di mana hak dan kedudukan istri
adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan
pergaulan hidup bersama dalam masyarakat (pasal 31(1) UU no.1/1974). Sejalan
dengan hal tersebut maka demikian pula dengan kedudukan anak pria dan anak wanita
adalah seimbang.
c. Anak sulung dan anak bungsu
Anak sulung adalah anak tua atau anak tertua, yaitu anak yang di lahirkan terlebih
dahulu dari adik-adik nya, sedangkan anak bungsu adalah anak termuda, yaitu anak
yang di lahirkan terakhir dari kakak-kakak nya.
Di lampung anak sulung laki-laki adalah anak tua yang di sebut anak punyimbang,
ia merupakan anak yang berkedudukan sebagai waris utama (waris mayorat) dari
warisan bapak nya, ia adalah pengganti bapak nya dalam menguasai dan mengurus
harta peninggalan yang tidak terbagi guna kepentingan semua anggota keluarga
turunan bapak nya.
Di lingkungan masyarakat adat semendo (sumatera selatan) yang berkedudukan
sebagai anak tertua adalah anak sulung wanita yang di sebut tunggu tubang atau
pengguna harta. Tunggu tubang adalah waris mayorat dari warisan ibunya, ia adalah
pengganti ibu nya dalam menguasai dan mengurus harta peninggalan yang tidak
terbagi-bagi guna kepentingan semua anggota keluarga turunan ibunya.
Di daerah-daerah tersebut apabila anak sulung wafat atau kurang waras akal pikiran
nya dapat di gantikan oleh adik nya menurut urutan kelahiran nya. Tetapi di batak jika
anak sulung tidak dapat meneruskan tanggung jawab nya sebagai anak sulung, maka ia
dapat di gantikan oleh anak bungsu. Di kalangan masyarakat adat jawa adakala nya
anak bungsu berperan sebagai waris minorat dalam mengurus harta peninggalan orang
tua nya di desa, di karenakan kakak-kakaknya telah pergi merantau.

78
d. Anak tiri dan anak angkat
Anak tiri adalah bukan anak sendiri, anak tiri itu tidak mempunyai hubungan
perdata dengan bapak atau ibu tiri nya, ia tetap berkedudukan sebagai anak kandung
dari bapak dan ibu kandung nya.
Kedudukan anak tiri dapat berubah menjadi anak angkat sehingga berkedudukan
sama dengan anak kandung sendiri oleh bapak tiri atau ibu tiri nya, apabila kedudukan
itu di tetap kan menurut hukum adat setempat. Anak tiri yang di angkat menjadi anak
sendiri berhak dan berkewajiban sebagai anak kandung, yang dapat menjadi waris
penerus dari bapak atau ibu yang mengangkat nya.
e. Anak piara, anak pungut, anak akuan
Anak piara atau anak pelihara, adalah anak yang di piara atau di pelihara orang lain,
misalnya karena belum atau tidak mempunyai anak sendiri memupu anak (anak pupon)
dari saudara sepupu atau juga anak orang lain, dengan maksud sebagai anak pancingan
agar mendapat anak.
Anak pungut adalah anak yang tidak jelas siapa orang tua nya, yang di pungut dari
rumah sakit atau dari jalan, dan sebagainya, karena belas kasihan, atau juga karena
tidak mempunyai anak sendiri. Sedangkan anak akuan adalah anak orang lain yang di
akui sebagai anak karena hubungan baik, hubungan jasa, hubungan kerja, rasa
kekeluargaan, dan sebagai nya.
Kedudukan anak piara, anak pungut, anak akuan atau apa pun nama nya yang lain
menurut istilah setempat, tidak ada hubungan perdata dengan orang tua yang mengakui
nya. Kecuali apabila anak-anak itu di kemudian hari di jadikan anak angkat dengan
resmi, baik menurut hukum adat setempat atau melalui pengadilan negeri.
f. Anak kemenakan, anak pisang
Istilah anak kemenakan menunjuk arti anak-anak dari saudar pria dan wanita dalam
hubungan kekerabatan. Di lingkungan masyarakat patrilinial selain anak sendiri, mak
semua anak pria dan saudara laki-laki yang sedarah menurut garis laki-laki di anggap
sebagai anak sendiri, sedangkan anak-anak wanita dari saudara wanita adalah
kemenakan.
Sebalik nya di lingkungan masyarakat matrilinial selain anak sendiri, maka semua
anak dari para wanita bersaudara sedarah adalah seperti anak sendiri. Sedangkan anak
saudara wanita di sebut kemenakan oleh saudara pria nya. Kemudian anak-anak
saudara pria dari pihak kerabat pria itu di sebut anak pisang.

79
Istilah-istilah tersebut menurut hukum adat setempat mempunyai arti dan tujuan
yang berbeda. Misalnya di minangkabau berlaku adat bagai mana seharus nya
membantu anak pisang yang akan kawin. Di batak anak saudara perempuan harus
menghormati tilang (lampung:kelama), yaitu saudara laki-laki dari ibu. Di lampung
berlaku adat bagaimana memberi sesan atau barang-barang yang akan di bawa
menulung, yaitu anak wanita dari saudara wanita yang akan pergi bersuami.
3. PERKAWINAN
Istilah perkawinan kita menunjukan arti yang sma yaitu pernikahan. Kata dasar
nikah berasal dari bahasa arab yang sering di hubung kan dengan kata akad yang artinya
janji sehingga menjadi akad nikah dalam arti perjanjian antara pria dan wanita sebagai
suami istri.
Di dalam bahasa sehari-hari kita jarang mendengar orang berkata menikah kan
kambing atau menikah kan kelpa, melainkan mengawinkan kambing tau mengawinkan
kelapa. Dengan demikian kata kawin lebih bersifat umum untuk menunjukan
percampuran jenis, sehingga kawin dapat terjadi di luar hukum, sedangkan nikah harus
berlaku menurut hukum.
Lebih lanjut marilah kita bicarakan beberapa istilah yang berhubungan dengan
perkawinan, seperti arti perkawinan, suami isteri, harta perkawinan, perkawinan
campuran, perceraian.
a. Arti perkawinan
Menurut pasal 1 UU no.1 1/1974 dikatakan:
“perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk rumah keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
Jadi perkawinan adalah ikatan, ikatan dalam arti nyata atau tidak nyata aantara
pria dan wanita sebagai suami istri untuk tujuan membentuk keluarga. Jadi perkawinan
bukan sekedar bertujuan untuk memenuhi hawa nafsu. Tetapi percampuran tidur (hidup
bersama) sebagai suami istri yang berbentuk keluarga atau rumah tangga tetap, walau
pun perkawinan nya tidak sah adalah juga perkawinan, yaitu perkawinan yang tidak
sah.
Menurut pasal 2(1) UU no.1/1974 dikatakan:
“perkawinan adalah sah, apabila menurut hukum masing-masing agamanya dan
percayaan nya itu”.

80
Dengan demikian untuk sah nya perkawinan, maka perkawinan itu harus di
laksanakan menurut aturan agama (islam, Kristen, hindu, budha, dan sebagai nya) hal
mana berarti perkawinan menurut hukum adat atau kepercayaan yang tidak
berdasarkan hukum agama adalah perkawinan yang tidak sah dan trurunnya menjadi
anak yang tidak sah.
Kemudian perlu di perhatikan bahwa perkawinan adat itu mengenal beberapa
bentuk, dalam masyarakat patrilinial berlaku adat perkawinan dengan pembayaran
jujur, dalam masyarakat matrilinial berlaku adat perkawinan samanda, dan dalam
masyarakat parental atau bilateral berlaku adat perkawinan bebas, ketiga bentuk
perkawinan itu membawa akibat hukum yang berbeda terhadap kedudukan suami istri,
terhadap anak turunan dan terhadap harta perkawinan.
b. Suami istri
Suami istri adalah pria dan wanita yang telah mengingat janji kawin (akad nikah)
adanya ikatan sebagai suami istri berarti kedua nya berhak dan berkewajiban yang
luhur untuk menegakan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
masyarakat (pasal 30 UU no.1/1974) selanjut nya menurut UU no.11974 pasal 31
dikatakan:
“hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat”
Kata hak dalam pasal tersebut, sebagai mana telah di kemukakan berarti
kekuasaan, dalam hal ini kekuasaan dalam mengatur keluarga dan rumah tangga.
Sedangkan kata kedudukan dalam hal ini berarti status atau keadaan orang nya atau
tempat kediaman nya. Jadi status suami dan istri adalah seimbang tidak berat sebelah.
Dengan demikian tidak lagi dapat di benarkan jika di dalam masyarakat masih
juga terdapat ikatan perkawinan di mana kedudukan suami lebih tinggi dari istri seperti
yang di sebut manggih kaya (jawa) karena suami kaya istri miskin, atau kedudukan
istri lebih tinggi dari suami seperti yang di sebut nyalindung kagelung (sunda) karena
istri kaya dan suami miskin, sehingga suami atau istri yang berkedudukan lebih rendah
itu tidak ubah nya seperti sapi perahan bagi teman kawin nya.
c. Harta perkawinan
Harta benda arti nya barang-barang kekayaan, harta perkawinan adalah barang-
barang kekayaan yang di peroleh dan atau di kuasai suami istri dalam ikatan
perkawinan menurut pasal 35 UU no.1/1974 dikatakan:

81
1) Harta benda yang di peroleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang di
peroleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawa
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Istilah harta bersama artinya seharta semilik dan seguna se kaya. Jadi semua harta
yang di peroleh suami istri selama perkawinan baik berupa hasil gaji suami atau istri,
hasil berdagang bersama-sama atau masing-masing atau hasil suami sendiri sedangkan
istri tidak bekerja hanya mengurus rumah, kesemua nya menjadi harta bersama, yang
merupakan milik bersama dan menjadi kekayaan bersama serta di manfaat kan untuk
kepentingan bersama.
Sedangkan harta bawaan yang di bawa suami istri masing-masing ketika kawin atau
setelah kawin yang berupa barang hadiah atau pemberian tertentu, misalnya pemberian
kerabat atau warisan dari orang tua masing-masing, sepanjang para pihak tidak
menentukan lain atau sepanjang hukum adat setempat tidak mengatur nya, tetap di
bawah penguasaan masing-masing.
Apabila dikemudian hari perkawinan mereka putus karena perceraian, maka harta
bawaan itu kembali pada maisng-masing pihak yang membawanya, sedangkan harta
bersama diatur menurut hukum nya masing-masing (pasal 37 UU no.1/1974) namun
hal itu masih di pengaruhi oleh hukum adat setempat, missal nya dalam bentuk
perkawinan jujur maka semua harta perkawinan di kuasai suami, sedangkan dalam
bentuk perkawinan harta perkawinan dikuasai istri.
d. Perkawinan campuran
Dalam hal ini campuran yang kita maksud kan adalah hal bercampurnya dua jenis
yang berbeda, sehingga perkawinan campuran mengandung arti perkawinan dari pria
dan wanita yang berbeda hukum keperdataan nya.
Menurut pasal 57 UU no.1/1974 yang di maksud perkawinan campuran ialah
perkawinan antara dua orang yang di indinesia tunduk pada hukum yang berlainan,
karena perbedaan kewarganegaraan nya dan salah satu pihak kewarganegaraan nya
Indonesia. Jadi menurut pasal tersebut perkawinan campuran adalah perkawinan antara
warga Negara Indonesia dengan warga Negara asing, missal nya antara orang cina
warga Negara Indonesia dengan orang cina warga Negara rakyat cina (RRC) atau
antara orang Indonesia asli dengan orang asing, seperti orang amerika, asia, erofa, yang
bukan warga Negara Indonesia.
Menurut hukum adat local istilah perkawinan campuran di pakai juga untuk
menunjukan perkawinan yang terjadi antara pria dan wanita yang hukum adat nya
berbeda, misalnya perkawinan antara orang jawa dengan orang lampung, orang batak

82
dengan orang minangkabau, orang flores dengan orang bugis, dan sebagai nya.
Perkawinan campuran adat atau perkawinan antar adat ini dapat berakibat salah satu
suami atau istri mengikuti salah satu adat nya, suami ikut istri atau istri ikut suami, atau
melakukan perkawinan hanya menurut agama yang mereka anut.
Perkawinan antar agama yang berbeda juga di sebut perkawinan campuran. Dalam
hal ini salah satu harus mengalah, ikut masuk ke agama suami atau ke agama istri.
Adalah tidak benar jika perkawinan itu dilakukan meurut kedua agamanya.
e. Perceraian
Kata cerai artinya pisah, bercerai artinya berpisah, tidak bercampur lagi, dalam hal
ini berarti berhenti berlaki-bini. Jadi perceraian berarti perpisahan atau perihal bercerai
antara laki-bini. Menurut pasal 38 (1) UU no.1/1974 dikatakan, perkawinan dapat putus
karena kematian, perceraian dan atas keputusan pengadialn. Dengan demikian
perceraian adalah salah satu sebab putusnya perkawinan.
Selanjutnya pasal 39 (1) UU no.1/1974 menyatakan bahwa perceraian hanya dapat
di lakukan di depan sidang pengadilan yang berwenang setelah pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
Menurut hukum islam perceraian itu di sebut talak dan talak itu hukum nya makruh
artinya tercela (celaan), sebagai mana hadis dari ibnu umar yang diriwayat kan abu
daud dan ibnu majah, dikatakan yang di maksud nya:
“telah berkata rasululloh SAW: sebenci-benci barang yang halal pada sisi alloh yaitu
talak”
Oleh karena nya maka menurut ajaran islam talak itu ada tiga tingkatan, yaitu talak
satu dan talak dua dimana perkawinan itu dapat rujuk (kembali) sebelum habis iddah
dan boleh kawin lagi sesudah habis iddah. Sedangkan talak tiga tidak boleh rujuk lagi,
kecuali si wanita telah kawin dengan orang lain dan kemudian telah bercerai pula.
Perceraian itu membawa akibat hukum terhadap kedudukan anak dan harta
perkawinan. Misalnya walaupun orang tua bercerai namun mereka tetap wajib
memelihara dan mendidik anak-anak nya (pasal 45 UU no.1/1974)

83
4. PERWARISAN
Perwarisan di Indonesia sekarang ini belum di atur dalam satu kesatuan hukum,
belum ada hukum perwarisan yang sifat nya nasional, maka hukum perwarisan yang
berlaku di kalangan masyarakat berbhineka. Kebhinekaan itu di karenakan sejarah
hukum kita dan golongan masyarakat nya yang bhineka, berbeda susunan masyarakat
adat nya dan agama yang dianutnya.
Di zaman hindia belanda sebagaimana di atur dalam pasal 163 indische
staatsregeling (IS) penduduk Indonesia di bagi dalam tiga golongan, yaitu golongan
erofa, timur asing dan bumiputera. Bagi anggota masyarakat yang termasuk golongan
erofa dan timur asing berlaku hukum perwarisan yang di atur dalam KUH perdata,
sedangkan bagi anggota masyarakat yang termasuk anggota bumiputera berlaku hukum
perwarisan adat.
Bagi golongan bumiputera sendiri dimana berlaku hukum perwarisan adat, masih
terdapat perbedaan-perbedaan dalam system perwarisan nya, di karenakan perbedaan
sistem kekerabatan nya dan agama yang dia anut nya. Jadi di Indonesia sekarang ini
berlaku tiga macam hukum perwarisan, yaitu hukum perwarisan barat atau tepat nya
menurut KUH perdata, terutama bagi warga Negara keturunan timur asing china,
hukum perwarisan islam bagi warga Negara yang mentaati hukum islam dan hukum
perwarisan adat yang sebagian besar berlaku bagi warga masyarakat Indonesia asli
yang dahulu tergolong bumiputera.
Oleh karena warga Negara Indonesia asli susunan masyarakat nya berbeda-beda
pula, ada yang ber sifat patrilinial (kebapakan), matrilinial (keibuan) dan parental
(keorang tuaan), maka sistem perwarisan nya juga berbeda-beda. Betapa pun
perbedaan itu juga kita membicarakan hukum perwarisan, maka akan terdapat tiga
unsur pokok yaitu adanya harta peninggalan atau warisan, adanya pewaris dan waris,
selanjutnya marilah kita bicarakan tentang arti perwarisan, harta peninggalan, sistem
perwarisan, pewaris dan waris.
a. Arti perwarisan
Waris berarti orang yang mendapatkan harta warisan dari pewaris yang telah wafat.
Misalnya di dalam hadis nabi menurut riwayat ahmad dan abu daud di katakana bahwa
rasullulah SAW berkata:
“ana warisu man ia warisalahu” yang maksud nya: “saya mewarisi orang yang tidak
mempunyai ahli waris” (perhatikan sulaiman rasjid; 1954 312)
Di dalam ilmu hukum terdapat perbedaan pengertian antara istilah perwarisan,
perwarisan dan kewarisan, istilah perwarisan mengansung arti yang luas, yaitu segala

84
hal yang menyangkut soal perwarisan dan kewarisan, istilah perwarisan berarti
penerusan harta peninggalan dan pewaris kepada waris yang terjadi sebelum pewaris
wafat, sedangkan istilah kewarisan berarti bagaimana warisan itu di dapat atau di bagi-
bagikan oleh para waris setelah pewaris wafa.
Sebagaimana di kemukakan di atas dalam masyarakat Indonesia berlaku pewarisan
yang tidak seragam, ada yang berdasarkan hukum barat, ada yang berdasarkan hukum
islam, da nada yang berdasarkan hukum adat setempat.
Menurut hukum barat yang berlaku di kalangan warga Negara keturunan china,
sebagaimana di katakan dalam pasal 830 KUH perdata, bahwa “pewarisan hanya
berlangsung karena kematian” sedangkan menurut hukum islam sebagaimana di
katakana dalam surah an-nissa ayat 7 yang artinya “untuk pria sebagian dari harta yang
di tinggal kan kedua ibu bapak dan kerabat nya dan untuk wanita sebagian dari harta
yang di tinggalkan kedua ibu bapak dan kerabat nya, baik sedikit atau banyak menurut
bagian yang telah di tetapkan.
Dengan demikian menurut hukum barat dan hukum islam tidak ada masalah
perwarisan sebelum pewaris wafat. Lain hal nya menurut hukum adat pewarisan dapat
terjadi baik sebelum pewaris wafat maupun sesudah pewaris wafat, kedua sistem
perwarisan itu disebut juga perwarisan dan tidak biasa di sebut penerusan walau pun
pewarisan nya berlaku sebelum pewaris wafat.
b. Harta peninggalan
Semua harta yang akan di tinggalkan atau telah di tinggalkan karena kematian
pewaris, adalah harta peninggalan. Harta peninggalan itu biasa juga disebut harta
warisan atau warisan saja, walau pun sebenar nya yang di katakan warisan itu dikatakan
warisan itu adalah harta yang di tinggal kan karena pewaris wafat.
Menurut hukum barat sebagai mana di atur dalam pasal 849 KUH perdata, bahwa
untuk mengatur perwarisan undang-undang tidak melihat akan sifat atau asal dari
barang-barang yang di tinggalkan pewaris. Menurut hukum adat harta peninggalan itu
di bedakan antara yang berwujud dan tidak berwujud serta antara harta pusaka tinggi
dan harta pusaka rendah. Begitu pula terdapat harta peninggalan yang dapat di bagi dan
yang tidak dapat di bagi.
Harta peninggalan yang berwujud, missal nya barang-barang tetap seperti rumah,
tanah, kebun, sawah dan lading, sedangkan yang tidak berwujud seperti kedudukan
adat, gelar-gelar. Harta pusaka tinggi adalah semua harta yang berasal dari leluhur,
seperti rumah kerabat (rumah gadang), tanah kerabat, alat senjata tua, jimat, dan lain
nya dari beberapa generasi.

85
Harta pusaka rendah adalah semua harta yang berasal dari orang tua, yang berasal
dari usaha pencaharian bapak dan ibu atau kakek dan nenek sebagai pewaris, baik
berupa barang-barang tetap maupun barang-barang bergerak, termasuk juga hutang
piutang.
Apakah harta peninggalan itu tidak dapat di bagi kepada para waris atau dapat di
bagi-bagi untuk kemudian di akui dan dimiliki oleh masing-masing waris, tergantung
pada sistem pewarisan yang berlaku di dalam susunan masyarakat adat setempat.
c. Sistem perwarisan
Masyarakat hukum adat di Indonesia ada yang susunan kekerabatan nya
mengutamakan garis keturunan yang bersifat patrilinial, ada yang matrilinial da nada
yang parental atau bilateral. Di dalam ketiga macam susunan kekerabatan itu terdapat
pula tiga sistem perwarisan, yaitu sistem perwarisan yang kolektif, mayorat dan
individual.
Sistem perwarisan kolektif adalah sistem penerusan harta peninggalan dari pewaris
kepada para waris yang berlaku secara kolektif, di mana harta peninggalan itu dalam
keadaan tidak di bagi-bagi secara perseorangan melain kan tetap merupakan satu
kesatuan yang di akui bersama sebagai milik bersama untuk kepentingan bersama.
Sistem perwarisan mayorat adalah sistem penerusan harta peninggalan dari pewaris
kepada anak tertua dimana harta peningggalan itu dalam keadaan tidak di bagi-bagi
secara perseorangan oleh para waris, melainkan tetap merupakan satu kesatuan yang di
akui anak tertua dengan kewajiban menggantikan kedudukan orang tua dalam
mengurus kepentingan adik-adik nya sampai dapat berdiri sendiri.
Sistem perwarisan individual adalah sistem penerusan harta peninggalan dari
pewaris kepada para waris, di mana harta peninggalan itu di adakan pembagian di
antara para waris, sehingga para waris akan mendapatkan bagian nya dari harta
peninggalan itu untuk di kuasai dan dimiliki nya secara perseorangan.
d. Pewaris dan waris
Istilah pewaris mengandung arti orang yang mewariskan atau orang yang
meneruskan harta peninggalan nya kepada para waris. Pada umum nya pewaris adalah
orang tua, ayah atau ibu, kakek atau nenek, paman atau bibi, yang mewaris kepada
anak, kemenakan atau cucu, jadi dari atas kebawah. Tetapi ada kemungkinan pula dari
samping, antara bersaudara atau dari anggota kerabat kepada anggota kerabat yang
sejajar. Kemungkinan yang jarang terjadi ialah perwarisan dari pewaris anak
kemenakan kepada orang tua, paman dan bibi dan sebagainya, jadi dari bawah ke atas.

86
Demikian pula hal nya dengan waris, tetapi kebanyakan yang menjadi waris itu
adalah anak. Dalam hal ini anak-anak yang bertali darah dengan pewaris kita di sebut
ahli waris, artinya orang yang berhak mewarisi, katakana lah orang yang berhak
mendapatkan legitime potie atau bagian mutlak dari waris sebagaimana di atur dalam
KUH perdata pasal 913, walaupun legitime portie itu tidak di kenal dalam hukum adat.
Sedangkan yang lain nya seperti anak tidak sah, anbak tiri, anak angkat atau anak
akuan dan lain nya yang juga mendapat warisan karena asas parimirma atau belas
kasihan, kita sebut waris, artinya orang yang mendapat bagian warisan. Jadi semua
orang yang kewarisan adalah waris, tetapi tidak semua waris adalah ahli waris. Di
dalam bahasa sehari-hari antara waris dan ahli waris di samakan maksud nya, bahkan
yang banyak di pakai adalah istilah ahli waris.
Di dalam praktek sering terjadi waris menjadi ahli waris misalnya orang yang tidak
mempunyai anak mengangkat anak sehingga anak angkat menjadi ahli waris.
Sesungguh nya anak angkat itu bukan ahli waris sebenarnya melainkan ahli waris
pengganti. Hal mana sering terjadi di kalangan masyarakat adat yang juga beragama
islam walau pun ajaran islam tidak mengakui adanya anak angkat.
5. PERIKATAN
Perikatan artinya sesuatu yang mengenai ikatan, Sedangkan perikatan diartikan
pertalian atau perhubungan. Kemudian perjanjian diartikan persetujuan yang di buat
oleh dua pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan mentaati apa yang tersebut
di persetujukan itu.
Dengan demikian perjanjian sama dengan persetujuan, yaitu perhubungan yang
belum terikat, sedangkan perikatan adalah perhubungan yang telah mengikat. Menurut
penulis istilah perjanjian mengandung arti luas yang meliputi persetujuan di luar
keperdataan, misalnya perjanjian internasional dan lain-lain nya, sedangkan istilah
perikatan dan persetujuan berada di dalam ruang lingkup hubungan keperdataan.
Lebih lanjut baiklah kita bicarakan tentang pengertian perikatan menurut
hukum dan beberapa istilah hukum lain nya yang menyangkut perikatan itu.
a. Arti perikatan
Istilah perikatan di dalam ilmu hukum merupakan terjemahan dan istilah hukum
belanda verbintetis, yang mengandung arti segala sesuatu yang ada hubungan nya
dengan ikatan. Menurut ketentuan umum baba 1 tentang perikatan-perikatan umum
nya di dalam KUH perdata, dinyatakan pada pasal 1233 bahwa setiap perikatan
dilahirkan karena persetujuan atau karena undang-undang. Kemudian pada pasal 1234

87
dikatakan bahwa setiap perikatan adalah untuk memberi sesuatu, untuk berbuat sesuatu
atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Perikatan yang terjadi karena persetujuan adalah perikatan, sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 1313 KUH perdata, yaitu apabila satu orang atau lebih
melakukan perbuatan yang mengikatkan diri nya terhadap satu orang atau lebih yang
lain, maka perbuatan itu adalah persetujuan. Perikatan yang terjadi karena undang-
undang, adalah sebagaimana di nyatakan dalam pasal 1352 KUH perdata yaitu
perikatan yang terjadi demi undang-undang, dari undang-undang atau dari undang-
undang sebagai akibat perbuatan orang.
Jadi perikatan karena persetujuan lahir dikarenakan adanya persetujuan dua pihak,
sedangkan perikatan karena undang-undang lahir dikarenakan ada peraturan yang
mengaturnya.

b. Sah nya persetujuan


Sah nya persetujuan berarti bagaimana terjadi nya persetujuan itu menurut
hukum yang berlaku, persetujuan yang sah artinya persetujuan yang di benarkan
menurut hukum yang berlaku.

Menurut pasal 1320 KUH Perdata dikatakan bahwa untuk sahnya persetujuan
diperlukan empat syarat, yaitu sepakat diantara mereka yang mengikatkan dirinya,
kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang
halal. Selanjutnya dalam pasal 1321 KUH Perdata dikatakan bukanlah sepakat yang
sah apabila sepakat itu terjadi dikarenakan kehilangan, paksaan atau penipuan.

Syarat pertama untuk sahnya persetujuan adalah sepakat, yang dimaksud adalah
sepakat yang sah yang bukan karena kehilapan. Kehilapan dimaksud adalah mengenai
hakekat barangnya bukan mengenai orangnya (pasal 1322 KUH Perdata). Kemudian
persetujuan yang terjadi karena paksaan merupakan alasan untuk batalnya persetujuan
(pasal 1323 KUH Perdata). Begitu pula persetujuan yang terjadi karena tipu muslihat
merupakan alasan untuk batalnyapersetujuan (pasal 1328 KUH Perdata)

Syarat kedua untuk sahnya persetujuan adalah kecakapan, setiap orang dianggap
cakap untuk membuat perikatan, kecuali mereka yang dinyatakan tidak cakap oleh

88
Undang-undang (pasal 1329 KUH Perdata). Yang dinyatakan tidak cakap itu adalah
karena belum dewasa, berada dibawah pengampunan atau wanita dalam hal yang
ditentukan undang-undang (pasal 1330 KUH Perdata).

Syarat ketiga untuk sahnya persetujuan adalah hal tertentu, yang dimaksud ialah
hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat dijadikan pokok
persetujuan (pasal 1332 KUH Perdata) dan syarat keempat yaitu sebab yang halal, yang
dimaksud ialah bahwa suatu persetujuan tanpa suatu sebab atau yang dibuat karena
suatu sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan (pasal 1336 KUH
Perdata).

c. Hapusnya Perikatan

Hapusnya perikatan, artinya tidak berlakunya lagi suatu perikatan, dikarenakan


sesuatu hal, atau sesuatu perbuatan. Di dalam hukum suatu perikatan itu hapus
dikarenakan adanaya beberapa perbuatan hukum.

Menurut pasal 1381 KUH Perdata dikatakan bahwa perikatan itu hapus karena
pembayaran, penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan, pembaruan utang, kompensasi, pencampuran utang, pembebasan utang,
musnahnya barang yang terutang, kebatalan atau pembatalan berlakunya sarat batal,
lewat waktu.

Jadi jika telah terjadi pembayaran atau pelunasan utang walaupun bukan oleh
pihak yang membuat persetujuan asalkan atas namanya maka perikatannya hapus
(pasal 1382 KUH Perdata). Begitu pula jika terjadi pelaksanaan pembaruan utang
(novasi) maka utang lama hapus atau siberpiutang bebas dari perikatan atau siberutang
yang bebas dari perikatannya (pasal 1413 KUH Perdata)

Kemudian jika terjadi antara dua pihak yang saling berutang sehingga karena
pertemuan utang itu, utang-utang antara kedua pihak dihapuskan (pasal 1425 KUH
Perdata), atau karena terjadinya percampuran utang di mana kedudukan berpiutang dan

89
berutang tertumpu pada satu orang, maka karena hukum piutang dihapuskan (pasal
1436 KUH Perdata)

Selanjutnya perikatan itu dapat hapus karena terjadi pembebasan utang atas dasar
pembuktian (pasal 1438 KUH Perdata) misalnya dengan adanya surat piutang
dikembalikan secara sukarela oleh siberpiutang kepada siberutang. Atau karean barang
yang terutang itu musnah tidak dapat diperdagangkan lagi atau hilang di luar kesalahan
siberutang (pasal 1444 KUH Perdata)

Selanjutnya pula karena kebatalan atau pembatalan maka perikatan itu hapus,
misalnya karena perikatan itu dibuat oleh orang belum dewasa atau orang dibawah
pengampunan, maka perikatan itu hapus (pasal 1446 KUH Perdata)

d. Jual Beli

Meurut pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan di mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan kebendaan dan pihak yang
lain membayar harga yang telah dijanjikan. Kemudian sebagaimana dikatakan dalam
pasal 1458 KUH Perdata jual beli itu dianggap sudah terjadi seketika setelah kedua
pihak sepakat tentang bendanya dan harganya meskipun kebendaan itu belum
diserahkan atau pun harganya belum dibayar.

Dalam hal jual beli ini ada perbedaan antara hukum barat dan hukum adat. Dalam
hukum adat oleh karena azas jual beli adalah terang dan tunai, maka walaupun sudah
sepakat antara dua pihak jika harga barang belum dibayar dan kebendaan belum
diserahkan, jual beli itu belum terjadi.

Kemudian baik menurut hukum barat atau hukum adat berlaku hak membeli
kembali barang yang telah dijual berdasarkan suatu persetujuan (pasal 1519 KUH
Perdata). Tetapi menurut hukum barat jika barang dibeli kembali, maka penjual semula
yang membeli kembali itu wajib membayar harga pembelian semula dan mengganti
semua biaya yang telah dikeluarkan oleh si pembeli semula. Jika tidak demikian maka
si pembeli kembali itu tidak berhak menguasai barangnya (pasal 1532 KUH Perdata)

90
Hal tersebut menurut hukum adat tidak diatur dengan pasti terserah pada
kesepakatan antara kedua pihak, apakah hanya membayar harga semula tanpa memberi
ganti rugi atau dengan membayar ganti rugi. Hukum adat jual beli lebih banyak
mengutamakan azas-azas kekeluargaan.

e. Sewa Menyewa

Menurut bahasa hokum sebagaimana dikatakan dalam pasal 1548nKUH Perdata,


sewa menyewa adalah suatu persetujuan di mana pihak yang satu mengikatkan diri
untuk memberikan kenikmatan dari sesuatu barang, selama waktu tertentu dan dengan
harga tertentu, kepada pihak yang lainnya dan oleh pihak yang lain disanggupi
membayar harganya. Semua jenis barang baik barang tetap maupun barang bergerak
dapat disewakan. Dalam hal ini tidak berbeda pengertiannya dengan hukum adat.

Dalam hal sewa menyewa bangunan rumah atau tanah sebagaimana diatur dalam
pasal 1550 KUH Perdata yang menyewakan wajib menyerahkan barang yang
disewakan kepada penyewa, ia wajib memelihara barang yang disewakan sehingga
barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan, ia wajib memberikan
kenikmatan yang tentram dari barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa
kepada si penyewa.

Menurut hukum adat sifatnya sederhana, yaitu orang yang menyewakan wajib
menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa, tentang kewajiban memelihara,
memberikan kenikmatan barang yang disewakan dan lainnya, seperti adanya
kerusakan, perbaikan-perbaikan dan lainnya tergantung pada persetujuan kedua pihak
sebelum atau setelah berlangsungnya sewa.

f. Penitipan

Menurut pasal 1694 KUH Perdata dikatakan bahwa penitipan itu terjadi apabila
seorang menerima sesuatu barang dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan
menyimpannya dan mengembalikannya dengan ujud asalnya. Jadi menurut
perundangan soal penitipan itu dilihat dari pihak yang menerima titipan bukan dilihat

91
dari yang menaruh titipan. Sedangkan dari segi bahasa atau menurut hukum adat
penitipan itu dilihat dari pihak yang menaruh titipan.

Di dalam perundangan perbuatan penitipan itu dibedakan antara penitipan yang


sejati dan sekestrasi (pas. 1695 KUH Perdata). Penitipan yang sejati atau disebut
penitipan murni adalah penitipan yang dianggap dilaksanakan dengan cuma-cuma
apabila tidak dijanjikan sebaliknya. Penitipan tersebut hanya untuk barang-barang
bergerak (pas. 1696 KUH Perdata).

g. Hubungan Kerja

Dengan istilah hubungan kerja yang dimaksud adalah keadaan yang


berhubungan dengan suatu pekerjaan, dimana pihak yang satu mengikatkan diri bekerja
untuk pihak yang lain, dengan pembayaran atau tanpa pembayaran. Pekerjaan itu dapat
berbentuk pemberian jasa, pemberian tenaga atau pikiran, persetujuan perburuhan atau
pemborongan pekerjaan dan lainnya, baik yang diatur dalam perundangan maupun
yang berlaku menurut hukum adat.

Menurut pasal 1601 a KUH Perdata dikatakan persetujuan perburuhan adalah


persetujuan dimana satu pihak sebagai buruh mengikatkan diri melakukan pekerjaan
dengan menerima upah di bawah kekuasaan pihak yang lain sebagai majikan. Jadi
persetujuan perburuhan itu mengandung unsur yaitu pekerjaan, upah, buruh dan
majikan. Buruh wajib bekerja menurut kehendak majikan dan majikan wajib
membayar upah yang telah disepakati menurut jumlah dan waktu yang telah ditentukan
kepada buruh.

Kemudian yang dimaksud dengan persetujuan pemborongan pekerjaan adalah


persetujuan di mana pihak yang satu yaitu pemborong mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, yaitu pemberi borongan, dengan
suatu harga yang ditentukan (pasal 1601 b KUH Perdata). Jadi persetujuan
pemborongan mengandung unsur yaitu pekerjaan, harga borongan, pemborong dan
pemberi borongan.

92
Ketentuan dalam KUH Perdata tersebut berlaku juga di kalangan masyarakat
adat, seperti dalam hubungan pemborongan pekerjaan pembangunan, namun dalam
hubungan kerja di bidang pertanian dipakai juga istilah kerja borongan. Misalnya
borongan hasil pertanian tanaman semusim atau tanaman keras, seperti persetujuan
pemborongan memetik hasil panen lada, cengkeh, buah-buahan atau juga persetujuan
pemborongan kerja membuka tanah peladangan, menderes pohon karet dan lainnya.

6. PERDAGANGAN

Berdagang artinya berniaga, berjual-beli, mendagangkan atau juga


memperdagangkan artinya menjual dan membeli sesuatu secara berniaga. Dagangan
artinya barang-barang yang diperdagangkan, pedagang artinya orang yang berdagang
yang biasanya tidak secara besar. Orang yang berdagang secara besar-besaran disebut
pedagang besar atau pengusaha.

Menurut sistematik hukum perundangan perdagangan yang sifatnya jual beli


secara berniaga sebagaimana telah dikemukakan diatas menyangkut perikatan yang
diatur dalam KUH Perdata. Tetapi yang mengenai perdagangan besar sebagaimana
dilakukan oleh perusahaan, persekutuan, pertanggungan (asuransi), perkapalan, diatur
di dalam KUH Dagang.

Pengusaha atau pedagang di masa sekarang sering juga menyebut pekerjaannya


wiraswasta. Kata wira artinya laki-laki atau pahlawan, sedangkan kata swasta artinya
partikelir, yaitu bukan untuk umum, bukan kepunyaan pemerintah atau bukan dinas.
Jadi wiraswasta maksudnya pahlawan dari segala pekerjaan yang tidak termasuk
urusan pemerintah.

a. Pembukuan
Buku adalah dalam arti beberapa helai kertas yang terjilid berisi tulisan untuk
dibaca atau halaman-halaman kosong untuk ditulis. Membukukan artinya memasukkan
atau mencatat ke dalam buku atau juga dalam arti menjadikan (menerbitkan) sebagai
buku. Sedangkan pembukuan artinya pemasukan atau pencatatan dalam buku.

93
Menurut pasal 6 KUH Dagang dikatakan, setiap orang yang menjalankan
perusahaan diwajibkan membuat catatan-catatan sedemikian rupa mengenai kekayaan
dan perusahaannya menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh perusahaannya,
sehingga dari catatan-catatan itu setiap waktu dapat diketahui tentang hak-hak dan
kewajibannya.
Dalam tenggang waktu enam bulan yang pertama setiap tahun ia diwajibkan
membuat neraca menurut syarat-syarat yang ditentukan perusahaannya dan ditanda
tanganinya sendiri.
Ia diwajibkan menyimpan buku-buku dan surat-surat yang dicatatnya
sebagaimana disebut dalam ayat pertama diatas dan neraca-neraca selama 30 tahun dan
untuk surat-surat dan telegram-telegram serta turunan dari surat-surat baik yang
diterima maupun yang dikeluarkannya selama 10 tahun.
Kemudian dalam pasal 12 KUH Dagang dikatakan bahwa tidaklah orang dapat
memaksa seseorang untuk membuka pembukuan, selain untuk kepentingan seseorang
sebagai ahli waris, sebagai orang yang berkepentingan dalam perusahaan, sebagai
anggota sekutu, sebagai pengangkat pemimpin perusahaan yang mempunyai
kepentingan langsung dan dalam hal kepailitan.
b. Perseroan
Perseroan artinya perserikatan dagang, kongsi atau juga disebut maskapai. Di
dalam bahasa Belanda perseroan disebut maatschap, yang juga berarti perserikatan atau
persekutuan.
Menurut pasal 1618 KUH Perdata yang disebut perseroan adalah persetujuan
antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam
persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang didapat karena
persekutuan itu. Jadi perseroan di sini berarti suatu perserikatan perdata yang
mengandung unsur-unsur kehendak bersama, kerjasama, tujuan bersama, pembagian
keuntungan.
Jadi istilah perseroan dengan istilah persekutuan mengandung pengertian yang
sama, hanya saja yang pertama dilihat dalam arti sempit dari segi persahaman,

94
sedangkan yang kedua dalam arti luas dari segi keikut sertaan orangnya. Oleh
karenanya, kata sekutu dapat berarti rekanan atau peserta pada suatu perusahaan, atau
berarti kawan yang ikut berserikat, atau juga dalam arti keikut sertaan dalam
melakukan kejahatan, begitu pula ia mengandung arti serikat, gabungan atau federasi.
Semua perseroan harus mengenai usaha yang halal dan harus diusahakan untuk
kemanfaatan bersama. Untuk itu setiap pesero diwajibkan memasukkan uang, barang-
barang atau pun usaha kegiatannya ke dalam perseroan (pasal 1619 KUH Perdata).
Perseroan-perseroan itu adalah perseroan penuh atau perseroan khusus (pasal 1620
KUH Perdata). Undang-undang hanya mengenal perseroan penuh tentang keuntungan.
Perseroan penuh tentang keuntungan hanya mengenai segala sesuatu yang akan
diperoleh para pihak dengan nama apapun, selama berlangsungnya perseroan sebagai
hasil kegiatan mereka (pasal 1622 KUH Perdata).
Perseroan khusus adalah perseroan yang hanya mengenai barang-barang tertentu
saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat dari barang-barang itu, atau
mengenai suatu perusahaan, atau pun mengenai hal melaksanakan sesuatu usaha atau
pekerjaan tetap (pasal 1623 KUH Perdata).
c. Persekutuan Firma
Persekutuan yang berbentuk firma adalah persekutuan dari beberapa orang
firman, yaitu beberapa pesero atau sekutu yang berusaha dengan nama bersama.
Sebagaimana dikatakan dalam pasal 16 KUH Dagang persekutuan dengan firma adalah
perserikatan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai
nama bersama.
Setiap sekutu wenang untuk berbuat mengeluarkan dan menerima uang atas
nama persekutuan dan mengikat persekutuan dengan pihak ketiga dan pihak ketiga
dengan persekutuan, sepanjang ia tidak dikeluarkan dari kewenangan itu. Tidak
termasuk dalam ketentuan ini semua perbuatan yang tidak ada hubungannya dengan
persekutuan atau menurut perjanjian para sekutu yang tidak wenang melakukannya
(pasal 17 KUH Dagang)

95
Setiap sekutu dalam persekutuan Firma bertanggung jawab secara pribadi dan
untuk seluruhnya bagi perikatan persekutuan (pasal 18 KUH Dagang). Jadi misalnya
persekutuan firma itu bernama Hasan & Co, maksudnya persekutuan dari orang
bernama Hasan dengan para compagnon (para pesero) yaitu para anggota sekutu dalam
usaha yang ikut bersama Hasan bertanggung jawab atas utang piutang dari kekayaan
perusahaan baik atas nama persekutuan maupun atas nama pribadi masing-masing. Ikut
bertanggung jawab di sini tidak terbatas pada harta kekayaan di dalam perusahaan
tetapi juga yang berada di luar perusahaan.
d. Persekutuan Komanditer
Komanditer artinya orang yang memberi modal untuk ikut serta mendapatkan
laba dari perusahaan tanpa ikut aktif berusaha dalam perusahaan.
Sebagaimana dikatakan dalam pasal 19 KUH Dagang, persekutuan komanditer
adalah persekutuan dengan cara peminjaman uang yang diadakan antara seorang
sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara pribadi dan untuk seluruhnya dengan
seorang atau lebih sebagai pemberi uang (modal).
Persekutuan komanditer dapat juga pada waktu yang sama berbentuk
persekutuan firma terhadap para sekutu yang memakai nama bersama, disamping
adanya persekutuan secara komanditer, yaitu para sekutu yang hanya memberikan
uangnya saja. Apabila bentuk persekutuan komanditer itu demikian, maka nama dari
para sekutu komanditer tidak boleh dipakai dalam firma.
Sekutu komanditer tidak boleh melakukan perbuatan kepengurusan atau bekerja
dalam persekutuan, sekalipun ia mendapat kuasa. Oleh karena ia tidak ikut
menanggung kerugian lebih dari jumlah uang yang telah dimasukkannya atau yang
harus dimasukkannya ke dalam persekutuan tanpa kewajiban untuk mengembalikan
keuntungan yang sudah pernah dinikmatinya (pasal 20 KUH Dagang)
Persekutuan-persekutuan tersebut harus dibuat dengan akta resmi (otentik) tanpa
kemungkinan dapat dikemukakan ketiadaan akta itu kepada pihak ketiga. Akta itu
terdaftar pada pengadilan negeri dalam wilayah hukum persekutuan itu berada (pasal
22-23 KUH Dagang)

96
e. Perseroan Terbatas
Menurut pasal 36 KUH Dagang dikatakan perseroan terbatas tidak mempunyai
firma dan tidak memakai nama dari seorang sekutunya atau lebih melainkan memakai
nama menurut tujuan perusahaannya. Sebelum perseroan terbatas dapat didirikan maka
akta pendiriannya atau rencananya harus dikirimkan kepada Gubernur Jenderal (baca
presiden) atau pejabat yang ditunjuk untuk itu, untuk mendapatkan pengesahannya.
Untuk setiap perubahan syarat-syaratnya dan untuk perpanjangan waktu dari perseroan
diharuskan adanya pengesahan yang sama.
Akta perseroan harus dibuat dalam bentuk resmi (otentik) dengan ancaman batal.
Para pesero wajib mendaftarkan akta dan pengesahannya dalam daftar umum yang
ditentukan untuk itu pada kepaniteraan Pengadilan Negeri di dalam wilayah hukum
perseroan itu berkedudukan dan mengumumkannya pula dalam berita resmi.
Kesemuanya itu berlaku pula untuk perubahan dalam pesaratan atau
perpanjangan waktu perseroan. Selama pendaftaran dan pengumuman yang dinyatakan
itu tidak dilakukan maka para pengurus dipertanggung jawabkan secara pribadi dan
untuk seluruhnya terhadap para pihak ketiga mengenai perbuatannya (pasal 38-39
KUH Dagang)
Modal perseroan dibagi atas saham-saham atau sero-sero baik atas nama atau pun
saham blanko. Para pesero atau para pemegang saham tidak bertanggung jawab lebih
dari jumlah penuh dari sahamnya. Tiada saham blanko dapat dialihkan sebelum seluruh
jumlahnya disetor ke dalam kas perseroan (pas. 40-41 KUH Dagang).
f. Makelar
Menurut pasal 62 KUH Dagang, makelar adalah pedagang perantara yang
diangkat Gubernur Jenderal (baca Presiden) atau pembesar yang berwenang untuk itu.
Mereka melaksanakan pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 KUH
Dagang dengan mendapat upah tertentu atau provisi atas pesanan dan atas nama orang-
orang terhadap siapa mereka tidak mempunyai hubungan tetap.

97
Sebelum makelar menjalankan pekerjaannya harus mengangkat sumpah di
hadapan Pengadilan Negeri di dalam wilayah hukum di mana mereka berada, bahwa
mereka akan menjalankan kewajibannya yang dibebankan kepadanya dengan setia.
Di dalam pasal 64 KUH Dagang dikatakan pekerjaan makelar terdiri dari
membeli dan menjual untuk kepentingan tuannya seperti benda-benda, benda
perniagaan, kapal-kapal, dana umum dan lain-lain, efek-efek dan obligasi, surat wesel,
surat sanggup dan surat dagang lainnya, menyediakan diskonto, asuransi, peminjaman
uang atas kapal dan barang angkutan atau atas keduanya dan penggunaan penyediaan
kapal, uang-uang untuk pinjaman dan lain-lainnya.
Pengangkatan makelar itu bersifat umum, yaitu dalam segala usaha, atau di
dalam akta pengangkatannya ditegaskan pekerjaannya atau ditentukan pekerjaan yang
boleh dilaksanakannya. Di dalam pekerjaan yang ditentukan kemakelarannya, mereka
tidak boleh berniaga untuk tanggungan sendiri, baik secara pribadi atau dengan orang
lain, atau dalam komisi atau menjadi penanggung, untuk perbuatan-perbuatan yang
dilakukan dengan keperantaraannya (pasal 65 KUH Dagang).
Makelar itu diwajibkan mempunyai pembukuan atas pekerjaan kemakelarannya,
dan setiap waktu dikehendaki oleh para pihak maka diwajibkan memberikan
ikhtisarnya (pasal 67 KUH Dagang). Pembukuan dimaksud adalah baik berupa buku
catatan saku, buku harian yang berisi penuh tentang semua pekerjaannya, yaitu tentang
nama-nama para pihak, waktu pelaksanaan dan penyerahan, keadaan bendanya, jumlah
dan harganya serta persaratannya.
g. Komisioner
Komisi berarti uang perantaraan atau uang komisi, sehingga komisioner berarti
orang yang menjalankan perniagaan komisi, yang bertujuan untuk mendapatkan uang
komisi.
Usaha seorang komisioner adalah membuat perjanjian atas nama sendiri atau
firma, atau atas perintah dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapatkan upah
tertentu atau provisi. Dalam usahanya itu komisioner diwajibkan memberitahukan
kepada orang lain dengan siapa ia berhubungan, tentang nama orang untuk tanggungan

98
siapa ia melakukan perbuatan itu. Ia langsung terikat pada pihak lain dalam perjanjian,
seakan-akan usaha itu urusannya sendiri (pasal 76-77 KUH Dagang).
Pemberi komisi tidak berhak untuk menuntut orang dengan siapa komisioner itu
berbuat, begitu juga sebaliknya pihak dengan siapa komisioner itu berbuat tidak dapat
menuntut pemberi kuasa, maka hak dan kewajibannya terhadap pihak ketiga diatur
dalam KUH Perdata tentang pemberian kuasa (pasal 78-79 KUH Dagang)
Pemberian kuasa itu adalah suatu persetujuan di mana seorang memberi kuasa
kepada orang yang menerima kuasa untuk melaksanakan suatu urusan atas namanya
(KUH Perdata pasal 1792). Kuasa itu dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta
umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, atau dalam sepucuk surat atau pun juga
dengan lisan. Penerimaan kuasa dapat terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh si kuasa (pasal 1793 KUH Perdata).

99
BAB XI
BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN

Ketatanegaraan berasal dari istilah Hindu-Jawa tata dan negara. Tata yang
berarti susun dan negara berarti lingkungan kekuasaan pemerintah. Jadi tatanegara
berarti susunan negara atau susunan pemerintahan dan ketatanegaraan berarti segala
sesuatu mengenai susunan negara. Dengan demikian maka istilah hukum
ketatanegaraan yang dimaksud adalah aturan-aturan tentang pemerintahan negara, dan
bahasa hukum ketatanegaraan berarti bahasa yang dipakai dalam memberikan
pengertian tentang hukum ketatanegaraan, baik bersifat tertulis atau tidak tertulis.

A. KONSTITUSI
Istilah Konstitusi berasal dari Inggris constitution yang maksudnya adalah
Hukum Dasar. Jika diperhatikan kata kerjanya constitute yang berarti mendirikan atau
menyusun, maka istilah konstitusi berarti aturan yang mengatur berdirinya atau
susunannya suatu negara. Jadi konstitusi adalah hukum dasar yang mengatur susunan
suatu negara.
Suatu hukum dasar dapat berpegang seluruhnya pada hukum yang tidak tertulis
atau dapat juga terletak dalam Undang-undang, atau kemudain menjadi undang-undang
yang bermartabat lebih tinggi dari undang-undang (Apeldoorn). Undang-undang yang
bermartabat lebih tinggi dari Undang-undang biasa disebut Undang-undang Dasar
(UUD) dalam bahasa Belanda disebut grondwet (Jerman: Grundgesetz).
Perbedaan antara konstitusi dan UUD adalah pada bentuknya yang tertulis atau
tidak tertulis. Apabila hukum dasar itu tertulis dalam bentuk suatu naskah tertentu maka
ia merupakan undang-undang dasar atau disebut Konstitusi formal. Jika hukum dasar
itu bersandar pada hukum yang tidak tertulis (konvensi), maka disebut dengan istilah
konstitusi material.

100
B. KONVENSI
Istilah konvensi berasal dari Bahasa Perancis convention yang berarti kebiasaan
atau kelaziman.
Di Indonesia istilah konvensi dipakai untuk menegaskan pengertian seperti
terdapat didalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan Hukum
Dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Konvensi-konvensi Indonesia
ini tidak sedikit yang dikukuhkan menjadi Ketetapan MPR karena fungsinya pelengkap
dari UUD ’45. Misal TAP MPR Tahun 1973 tentang Penentuan “Tiga Serangkai”
Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Keamanan, yang
secara bersama-sama sebagai Pemangku Sementara Jabatan Presiden sebelum MPR
dapat memilih Presiden yang baru dalam keadaan Presiden dan Wakil Presiden
berhalangan tetap.
Didalam hukum acara perdata istilah konvensi dipakai untuk menyatakan
adanya suatu gugatan yang mula-mula diajukan penggugat. Istilah konvensi
merupakan lawan rekonvensi yang artinya menggugat kembali dari pihak tergugat,
hingga perkara tersebut disebut dengan istilah gugat ginugat (saling menggugat).

C. BENTUK KETATANEGARAAN
Merupakan pengertian dari bentuk negara, bentuk kenegaraan dan bentuk
pemerintahan. Dikatakan bentuk negara (staatsvorm) jika suatu negara dilihat dari
bentuk hubungan antara kekuasaan negara dengan rakyat dan daerahnya, misal dalam
bentuk negara kesatuan atau negara serikat federal.
Dikatakan bentuk kenegaraan (staatsverbindingen), apabila beberapa negara
mempunyai ikatan hubungan antara satu dan lainnya menurut kedudukan tertentu,
missal koloni, persemakmuran dan uni. Dikatakan bentuk pemerintahan apabila dilihat
pada organisasi pelaksana jabatan pemerintahan negaranya, misal kerajaan, republik,
dan demokrasi.

101
a. Negara Kesatuan
Negara yang daerah atau wilayahnya tidak terbagi-bagi dalam beberapa bagian
yang berdiri sendiri, yang mempunyai kekuasaan membuat undang-undang dasar
sendiri (pouvoir constituant).
Menurut pasal 1 Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan bahwa negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Kedaulatan adalah di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
b. Negara Serikat (federal)
Negara yang wilayahnya terdiri dari beberapa negara bagian yang berserikat
dalam bentuk satu negara. Negara-negara bagian tersebut berdiri sendiri, mempunyai
undang-undang dasar, kepala negara dan menteri-menteri sendir, tetapi kedaulatannya
dipegang oleh pemerintah serikat.
Indonesia pernah mengalami bentuk negara serikat, yaitu berdasarkan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat Keputusan Pres. RIS 31 Djan. 1950 Nr. 48, yang
berlaku hanya sampai tanggal 17 Agustus 1950. Dalam pasal 1 (1) Konstitusi tersebut
dikatakan bahwa RIS yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk serikat.
c. Koloni dan Protektorat
Koloni berasal dari istilah Inggris colony atau istilah Belanda kolonie (jajahan),
yaitu suatu negara yang dijajah negara lain. Wilayah negara jajahan bagian dari negara
penjajah. Pemerintah negara jajahan merupakan wakil dari pemerintah penjajah yang
mengurus persoalan dalam negeri. Kedaulatan negara dipegang oleh penjajah. Halnya
dialami Indonesia dimana sebeleum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus ’45 menjadi
jajahan Belanda dan Jepang.
Protektorat berasal dari inggris protectorate yang maksudnya adalh negara
yang berada di bawah lindungan negara lain. Antara koloni dan protektorat hamper
tidak ada perbedaan, hanya saja dalam negara protektorat pemerintahnya sudah lebih
banyak mempunyai hak mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Misal Hongkong
masih tetap merupakan koloni Inggris.

102
d. Konfederasi dan Persemakmuran
Konfederasi berasal dari istilah Inggris confederation (persekutuan), yang
berarti persekutuan beberapa negara (statenbond) yang merdeka dan berdaulat yang
dikarenakan sejarahnya dan adanya kepentingan bersama.
Persemakmuran terjemahan singkat dari istilah Inggris commonwealth of
nation, yang artinya persekutuan negara-negara persemakmuran. Bentuk
persemakmuran merupakan ciptaan politik Inggris terhadap negara-negara bekas
jajahannya yang telah merdeka. Dikatakan persemakmuran karena yang menjadi dasar
persekuan negara-negara anggota ialah kerjasama sukarela di bidang ekonomi,
perdagangan dan keuangan, sehingga negara-negara tersebut termasuk dalam kesatuan
sterling area, suatu lingkungan mata uang Inggris. Negara-negara persemakmuran
antara lain Afrika selatan, Australia, New Zealand, India, Pakistan, Ghana, Malaysia.
e. Uni
Berasal dari istilah Inggris union atau Belanda unie (verbond) adalah persatuan.
Beberapa negara yang merdeka dan berdaulat mempunyai kepala negara yang
serempak menunggal. Jadi, kepala negara yang satu juga merupakan kepala negara lain
dalam Uni. Bentuk negara Uni dibedakan menjadi: uni rial (uni nyata) dan uni personal
(uni keanggotaan).
Uni rial berarti persatuan yang sesungguhnya apabila negara anggota dalam
urusan internasional dilaksanakan oleh suatu badan yang sama. Bentuk negara uni rial
pernah terjadi antara Mesir dan Syria masa Presiden Mesir Gamal Abdel Naasser yang
dipilih sebagai Presiden Republik Persatuan Arab (Al-Jumhuriyah Al-Arabiyah Al-
Muttahidah); Uni personal berarti apabila masing-masing negara mengurus urusan luar
dan dalam negerinya sendiri. Misalnya pernah terjadi antara Belanda dan Luxemburg
(1839-1890).
f. Kerajaan (Monarchi)
Suatu negara yang diperintah oleh Raja (Monarch) sebagai Kepala Negara.
Istilah monarchi berasal dari Yunani kuno yaitu mono atau monos yang artinya

103
tungggal dan archein yang berarti kekuasaan tunggal. Kekuasaan tunggal seorang raja
yang turun temurun.
Awalnya kekuasaan raja itu bersifat mutlak tidak terbatas (monarchi absolut).
Kemudian kekuasaan raja itu dibatasi oleh konstitusi, setiap tindakan pemerinyahannya
harus sesuai dengan hukum dasar dan tidak bertindak lagi sewenang-wenang
(monarchi konstitusional). Selanjutnya apabila kekuasaannya tidak saja dibatasi
konstitusi melainkan juga harus bertanggung jawab kepada dewan rakyat (monarchi
parlementer). Biasanya dalam monarchi parlementer yang memegang kendali
pemerintahan adalah perdana menteri, maka yang bertanggungjawab pada parlemen
adalah perdana menteri bukan raja, karena raja hanya sebagai symbol tidak dapat
diganggu gugat.
g. Republik
Dari bahasa Latin Respublica yang artinya kepentingan umum. Dimaksud
negara untuk kepentingan umum bukan kepentingan seseorang atausekelompok orang
(kaum bangsawan), maka kepala negaranya tidak lagi turun temurun melainkan
dipegang oleh beberapa pemangku jabatan yang diketuai Presiden yang dipilih dan
bertindak sebagai kepala negara.
Negara republik dibedakan menjadi tiga (3) macam :
1) republic absolut, kepala negara bertindak sebagai diktatur yang tidak
terbatas. Istilah diktatur dari bahasa Latin dictare, yang artinya kekuasaan
mutlak seseorang atau sekelompok kecil yang memerintah tanpa mengikut
sertakan kekuasaan masyarakat. Seorang diktatur membuat undang-
undang sendiri, tidak bertanggungjawab pada dewan rakyat. Kediktaturan
disebut juga repulik oligarchi;
2) republic konstitusional, negara republik yang pemeritahannya berjalan atas
dasar konstitusi;
3) republic parlementer, kepala negara (presiden) adalah mandataris dari
MPR yang diangkat oleh MPR, tunduk dan bertanggungjawab kepada
MPR tidak/bukan bertangung jawab kepada DPR.

104
h. Demokrasi
Berasal dari bahasa Yunani demos (rakyat) dan cratia (pemerintahan
atau kekuasaan). Jadi, demokrasi dapat diartikan pemerintahan rakyat atau
kekuasaan rakyat. Kehidupan demokrasi didasarkan pada keyakinan bahwa
semua manusia adalah masyarakat yang merdeka dan memiliki hak yang sama.
Pelaksanaan demokrasi berdasar pada adanya hak suara anggota masyarakat
untuk memilih wakil-wakilnya.

D. IDEOLOGI NEGARA
Berasal dari bahasa Yunani idea (tanggapan atau pandangan) dan logos
(ajaran). Ideologi negara adalah pandangan hidup atau cita-cita hidup dari
negara, yang didalamnya tercermin gagasa-gagasan tentang kehidupan yang di
cita-citakan. Dengan adanya pandangan hidup (cita-cita) maka jalannya
pemerintahan negara pegangan tidak terumbang-ambing dalam menghadapi
persoalan yang timbul.
Di dalam konstitusi kerajaan Malaysia pasal 3 (1) : “Islam is the religion
of the federation; but other religions may be practiced in peace and harmony in
any part of the federation.” Jadi, Malaysia adalah Negara berideologi Islam,
tetapi tidak melarang berlakunya agama lain. Sedangkan Indonesia sendiri
berideologi Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea
ke Empat dan pasal 29 dinyatakan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”

E. KEDAULATAN
Merupakan suatu pengertian tentang sifat negara (kerajaan) yang
absolut di zaman dulu. Dalam hukum ketatanegaraan, kedaulatan mengandung
arti kekuasaan pemerintahan yang tertinggi dan mutlak, dalam hukum

105
internasional kedaulatan berarti kemerdekaan negara terhadap negara-negara
lain.
Kedaulatan dibagi :
a. kedaulatan territorial, kekuasaan pemerintahan terhadap wilayah darat,
perairan dan udara;
b. kedaulatan personil, kekuasaan pemerintahan terhadap warga negara.
Dilihat dari ajarannya kedaulatan dibedakan menjadi tiga (3) :
a. kedaulatan hukum; yang berkuasa didalam negara adalah hukum,
tindak-tanduk pemerintahan berdasarkan hukum;
b. kedaulatan negara; yang berkuasa didalam negara adalah penguasa
(pemerintah) negara, kehendak negara merupakan sumber hukum
perundangan;
c. kedaulatan rakyat; kekuasaan (perundangannya) dipegang rakyat
melalui dewan perwakilannya. Pembuatan undang-undang harus sesuai
dengan kehendak rakyat.
Antara ketiga ajaran tentang kedaulatan itu saling berkaitan, kedaulatan
rakyat juga merupakan ajaran kedaulatan negara. Namun kenyataannya
yang sebenarnya berdaulat golongan penguasa bukan rakyat.

F. TRIAS POLITICA
Istilah trias politica berasal dari doktrin (ajaran) Montesquieo yang berarti tiga
kekuasaan, maksudnya tiga kekuasaan yang terpisah, dimana alat perlengkapan Negara
dibagi jadi kekuasaan legislative (pembuat UU), eksekutif (pelaksana UU) dan yudikatif
(pelaksana peradilan). Istilah lain dari trias politica adalah tripraja.
Didalam UUD ’45 nampak bahwa Indonesia menganut trias politica. Dilihat
pada Bab III Tentang Kekuasaan Pemerintahan, “Presiden ialah Kepala kekuasaan
Eksekutif dalam negara. Untuk menjalankan UU, ia mempunyai kekuasaan untuk
menetapkan Peraturan Pemerintah (pouvir neglement).

106
G. HAK-HAK ASASI MANUSIA (Human Rights)
Paham kemanusiaan yang menganggap bahwa sejak manusia lahir di muka
bumi dan hidup bermasyarakat telah memiliki hak-hak asasinya yang bersifat universal
tanpa membedakan bangsa, ras, agama ataupun jenis kelaminnya.
1. Pasal 27 (1) tentang kesamaan kedudukan warganegara di dalam hukum dan
pemerintahan;
2. Pasal 27 (2) tentang hak tiap warganegara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak;
3. Pasal 28 tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan;
4. Pasal 29 (2) tentang kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agama dan
untuk beribadah;
5. Pasal 31 (1) tentang hak tiap warganegara mendapat pengajaran.

H. PERUBAHAN KONSTITUSI
Istilah perubahan konstitusi atau perubahan undang-undang adalah terjemahan
istilah Belanda veranderingen in de grondwet. Di dalam bahasa Inggris amaendements
atau revision, yang berarti pembetulan atau perbaikan.
“Untuk mengubah Undang-undang Dasar sekurang-kurangnya ⅔ daripada
jumlah anggota Majelis Perusyawaratan Rakyat harus hadir, Putusan diambil dengan
persetujuan sekurang-kurangnya ⅔ dan pada jumlah anggota yang hadir.”
Berdasarkan Ketetapan MPR no. IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
ditetapkan 9 Maret 1983 pasal 2-3, “Apabila Majelis Perusyawaratan Rakyat
berkehendak untuk merubah UUD ’45 terlebih dahulu harus meminta pendapat rakyat
melalui Referendum. Referendum dilaksanakan oleh Presiden/Mandataris MPR yang
diatur dengan UU.
1. HUKUM ADMINISTRASI
Terjemahan istilah Belanda administratiefrecht, disamping itu ada yang
memakai istilah berstuursrecht yang dalam bahasa Indonesia berarti hukum

107
peerintahan. Apabila dikatakan hukum administrasi maka yang dimaksud adalah
Hukum Administrasi Negara atau Hukum Tata-Usaha Negara. Di UGM Yogyakarta
dipakai Hukum Tata Pemerintahan.
Dipakainya istilah yang berbeda mengenai hukum administrasi karena
pemerintahan dapat diartikan sempit maupun luas. Arti sempitnya, pemerintahan
berarti hanya mengenai tugas jabatan memerintah (eksekutif), arti luasnya
pemerintahan meliputi tugas jabatan perundangan (legislatif) dan peradilan (yudikatif).

2. HUKUM INTERNASIONAL
Disebut juga hukum antar Negara atau hukum bangsa-bangsa adalah
terjemahan dari bahasa asing, Belanda: volkenrecht, Perancis: droit de gens, Inggris:
law of nations, kesemua istilah tersebut ditarik dari istilah aslinya Hukum Romawi (lus
Gentium) yang artinya telah mengalami perubahan.
Di zaman Rumawi dibedakan antara hukum lus Civile, hukum yang mengatur
warga negara sendiri, dan lus Gentium, hukum yang mengatur semua warga, baik
waganegara sendiri maupun asing. Pandangan hukum ketika itu berdasar pada hukum
alam (lus Naturele), dimana kehidupan masyarakat mempunyai isi sama

108
BAB XII
PRESENTASI DAN RESENSI

A. Presentasi Ilmiah

Presentasi Ilmiah adalah penyajian karya tulis atau karya ilmiah seseorang di
depan forum undangan atau peserta. Agar presentasi itu dapat berjalan secara efektif,
ada beberapa kiat yang perlu diperhitungkan, seperti

1. Menarik minat dan perhatian peserta;


2. Mengarahkan perhatian peserta;
3. Mempertahankan minat dan perhatian peserta;
4. Menjaga kefokusan masalah yang tetap
5. Menjaga etika atau kode etik presentasi.

B. Tata Tertib dan Etika Presentasi Ilmiah

Sesuai dengan namanya, penyaji (Pemakalah) berfungsi sebagai seorang yang


menyampaikan isi makalah. Pemandu (moderator) berfungsi sebagai pengatur jalnnya
presentasi atau diskusi, termasuk penentu waktu yang disediakan orang yang
menghimpuns segala komentar, saran dan pertanyaan dalam buku untuk dijadikan
dokumen bagi presentasi itu.

C. Penyiapan Bahan Presentasi

Dalam era teknologi informasi ini, presentasi ilmiah sudah harus dibantu atau
menggunakan multimedia. Langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut.

1. Ungkapkan kerangka piker makalah yang akan disajikan dalam diagram atau
bagan alur untuk menunjukkan alur pernalaran.

109
2. Tuliskan semuanya dalam bingkai Powerpoit dengan ukuran huruf atau ukuran
gambar yang memadai.
3. Pilih rancangan salindia (slide) yang cocok, termasuk kekontrasan warna dan
animasi.
4. Cetak bahan untuk pegangan dalam penyajian.

D. Pelaksanaan Presentasi

Beberapa prinsip komunikasi dalam presentasi ilmiah.

1. Mengurangi gangguan komunikasi secara antisipatif


a) Memastikan kecukupan pencahyaan dan ruang gerak.
b) Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan yang dipilih.
c) Berpikir positif tentang peserta.
d) Membuat peserta nyaman, merasa berterima, dihormati dan dihargai.
e) Mempertimbangkan budaya peserta.
f) Bersikap terbuka terhadap sikap dan pendapat orang lain yang berbeda.
2. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.
a) Penyaji memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh semua peserta.
b) Penyaji memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, cari klarifikasi
dan lain-lain.
c) Penyaji mendorong peserta untuk aktif dan terlibat dalam presentasi
d) Penyaji merespon peserta pada kebutuhan peserta tersebut.
e) Penyaji menggunakan media yang menarik dan efektif.

E. Resensi

Resensi adalah suatu komentar atau ulasan seorang penulis atau sebuah hasil
karya, baik itu buku, film, karya seni maupun prduk orang lain. Komentar atau ulasan
hendaklah factual, objektif dan bertolak dari pandangan yang positif. Komentar atau

110
ulasan tersebut menyajikan kualitas sebuah karya, baik yang berhubungan dengan
keunggulan maupun kekurangannya, berkenaan dengan kelebihan dan kelemahan
karya tersebut. Semua kekurangan dan kelemahan dipaparkan dalam resensi akan
dijadikan masukan yang sangat berharga bagi penulis karya tersebut. Dalam resensi
lazimnya dikemukakan pula pandangan dan pendapat penulisnya. Boleh juga
dicantumkan format, ukuran dan halaman buku. Akan tetapi, yang paling prinsip
adalah substansinya.

1. Tujuan menulis Resensi

Pertama, penulis resensi ingin menjembatani keinginan atau selera penulis


kepada pembacanya. Kedua, penulis resensi ingin menyampaikan informasi kepada
pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya yang diresensikan itu layak mendapat
sambutan masyarakat atau tidak. Ketiga, penulis resensi berupaya memotivasi
pembacanya untuk membaca buku tersebut secara langsung. Keempat, penulis resensi
dapat pula mengkritik, mengoreksi atau memperlihatkan kualitas buku. Baik itu
kelebihan maupun kekurangannya. Kelima, penulis resensi mengharapkan
memperoleh honorarium atau imbalan dari media cetak yang membuat resesnsinya,
baik majalah maupun surat kabar.

2. Cara Menulis Resensi

Menulis resensi berarti menyampaikan informasi mengenai ketepatan buku


bagi pembaca. Penulis resensi seyogianya mempertimbangkan hal-hal berikut.

a. Landasan Filosofi Penulisan


Penulis resensi perlu mengkaji landasan filosofi yang dijakian dasar
penulisan.
b. Harapan Pembaca
Setelah membaca resensi, diharapkab pembaca akan merasa terbantu
mendapatkan informasi yang diperlukan. Pembaca akan melihat gambaran

111
keseluruhan isi, informasi tentang buku dan kualitas buku tanpa melihat
dahulu buku tersebut.
c. Harapan Penulis dan Pembaca
Resensi berupaya mengomunikasikan harapan pembaca dan penulis akan
adanya buku yang berkualitas. Itulah sebabnya, penulis resensi harus
menginformasikan sasaran target yang diharapkan penulis bagi
pembacanya.
d. Materi Tulisan
Penulis resensi harus memaparkan materi yang ada dalam buku yang akan
mencapai target sasaran pembacanya. Dia harus dapat menjembatani
kemauan penulis dan keinginan pembaca.

3. Materi yang Diresensi

Resensi diharapkan menyajikan materi buku dengan tepat, yang meliputi

a. Landasan filosofi penulis karya asli;


b. Kekuatan dan kelemahan karya yang diresensi;
c. Substansi karya yang diresensi bagian per bagian, bab perbab
d. Fisik karya yang diresensi, termasuk ukuran buku, kertas, huruf yang
digunakan, tinta, warna, jilid, gambar da ilustrasi.
4. Langkah-langkah Meresensi Sebuah Karya

Langkah dan teknik meresensi suatu karya lazimnya mengikuti tahapan berikut.

a. Mengamati suatu karya


b. Membaca isi suatu karya
c. Membuat ringkasan
d. Memaparkan isi dan mutu suatu karya

112
5. Sistematika Resensi

Pada dasarnya, sistematika resensi adalah sebagai berikut.

a. Cantumkan tema atau judul karya yang diresensi.


b. Sebutkan nama pengarang, judul karya, penerbit, tempat terbit, jumlah bab
dan jumlah halaman.
c. Kemukakan sistematika, Bahasa dan ringkasan karya yang diresensi.
d. Jelaskan kualitas karya yang diresensi, kekuatan dan kelemahannya, serta
perbedaannya dengan karya sejenis yang sudah ada.
e. Sampaikan pendapat dan simpulan penulis resensi secara pribadi.
f. Tuliskan identitas si penulis resensi.

113
BAB XIII
SURAT LAMARAN PEKERJAAN

A. Format Surat Lamaran

Menurut pola umum dalam surat menyurat dikenal enam macam bentuk
surat,yaitu :

1. Bentuk lurus penuh (full block style)


2. Bentuk lurus (block style)
3. Bentuk setengah lurus (semiblock style)
4. Bentuk bertekuk (indented style)
5. Bentuk resmi Indonesia lama
6. Bentuk resmi Indonesia baru

Dalam buku ini hanya ditampilkan bentuk resmi Indonesia baru, yaitu bentuk
setengah lurus yang alamatnya dicantumkan di sebelah kiri surat.

114
Hal: Tanggal

Yth........................... Alamat
............................... yang
............................... Dituju

Salam Pembuka,
......................................................................................................
..................................................................... Paragraf Pembuka
.......................................................................................................
............................................................................................................
.................................... Paragraf Isi
............................................................................................................
....................................................................Paragraf Penutup
Salam Penutup,
Tanda Tangan

Tembusan: Nama PenandaTangan

B. Bagian-bagian Surat Lamaran

Surat lamaran lazimnya terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

1. Tanggal Surat
2. Lampiran Surat
3. Hal Surat
4. Alamat yang Dituju
5. Salam Pembuka
6. Paragraf Pembuka
7. Paragraf Isi
8. Paragraf Penutup

115
9. Salam Penutup
10. Tanda Tangan Pelamar
11. Nama Jelas Pelamar

Setiap bagian surat hendaknya ditulis dengan menggunakan kaidah bahasa


yang benar. Ejaannya harus tepat, pilihan katanya harus cermat, susunan kalimat
harus efektif, dan penalaran harus logis.

Berikut ini dicantumkan contoh penulisan alamat surat yang salah dan yang benar.

 Penulisan alamat yang salah


KEPADA
Yth. Bpk. Drs. SUBIYAKTONO
Kepala Biro Tata Usaha
Departemen Perdagangan
JAKARTA
 Penulisan Alamat Yang Benar
Yth. Drs. Subiyaktono
Kepala Biro Tata Usaha
Departemen Perdagangan
Jalan Sawomanila Raya 17
Jakarta

Alamat Salah
Yth. Iklan pada majalah Tempo
Kotak Pos 4253 / JKT
Jakarta 13220
Alamat Benar
Yth. Ketua Biro Pemasang Iklan No. 307
Pada Majalah Tempo

116
Kotak Pos 4253 / JKT
Jakarta 13220

Contoh Paragraf Pembuka


1. Sehubungan dengan iklan Bapak pada harian Kompas, 5 Januari 2014,
dengan ini saya mengajukan lamaran untuk bekerja sekretaris di
perusahaan Bapak.
2. Melalui Ibu Yulianti, sekretaris pada perusahaan Bapak, saya memperoleh
informasi bahwa perusahaan Bapak membutuhkan seorang editor.
Contoh paragaraf penutup
1. Atas perhatian dan kesediaan Bapak mengabulkan lamaran ini, saya
ucapkan terima kasih.
2. Atas perhatian dan pertimbangan Bapak untuk mengabulkan permohonan
ini, saya ucapkan terima kasih.

Beberapa hal yang lazim dilampirkan dalam surat lamaran, antara lain,
sebagai berikut:

1. fotokopi ijazah;
2. daftar riwayat hidup;
3. pasfoto;
4. keterangan kelakuan baik;
5. keterangan dokter;
6. keterangan yang lain;

117
Contoh Surat Lamaran Berdasarkan Iklan

Bandung, 18 Februari 2014

Lampiran : Satu berkas

Hal : Lamaran pekerjaan

Yth. Pemasang Iklan No. 217

di Harian Kompas

Kotak Pos 2795

Jakarta 12701

Dengan hormat,

Sesuai dengan iklan Bapak di dalam harian Kompas, tanggal 16 Februari 2014,
dengan ini saya mengajukan lamaran untuk jabatan sekretaris yang Bapak tawarkan.

Hingga saat ini saya belum pernah bekerja, tetapi berkat pelatihan yang intensif
selama mengikuti pendidikan, saya yakin dapat mengerjakan tugas-tugas
kesekretarisan yang dipercayakan kepada saya. Apabila diperlukan, saya bersedia
mengikuti ujian dan wawancara.

Sejalan dengan persyaratan yang diminta, bersama ini saya lampirkan:

1 .Fotokopi ijazah;

2 .Fotokopi surat keterangan kelakuan baik;

3. Surat keterangan berbadan sehat;

4. Daftar riwayat hidup;

5. Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak tiga lembar.

118
Atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak mengabulkan permohonan ini, saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Sartika Dewi

C. WAWANCARA

Wawancara merupakan salah satu cara perusahaan atau intensi untuk


menyeleksi jumlah pelamar yang banyak (misalnya lebih dari lima puluh orang),
sedangkan yang diperlukan sangat terbatas (misalnya hanya sepuluh orang). Untuk itu,
seorang pelamar harus benar-benar mempersiapkan diri, sehingga dapat memberikan
kesan yang baik dan membuat pewawancara (interviewer) yakin akan kemampuan
anda.

Kemampuan yang anda tampilkan, baik secara verbal maupun nonverbal,


bahkan saat anda memasuki ruang wawancara akan memperoleh perhatian dari
pewawancara. Aspek-aspek kepribadian (personality aspects) yang akan dinilai
mencakup

1. Penampilan anda secara fisik;


2. Gerak-gerik dan sopan santun;
3. Nada suara;
4. Rasa percaya diri;
5. Inisisiatif;
6. Kebijaksanaan;
7. Daya tangkap dan kerja sama;
8. Ekspresi wajah;

119
9. Kemampuan berkomunikasi;
10. Sikap terhadap pekerjaan
11. Selera humor.

Beberapa saran berikut harap diperhatikan oleh para pelamar yang akan
menghadapi wawancara kerja.

1. Berdoalah menurut agama dan keyakinan masing-masing.


2. Datanglah lebih awal dari yang ditentukan (misalnya 30 menit sebelum
wawancara dimulai)
3. Bersikap yakin dan optimis.
4. Bersikap tenang.
5. Siapkan sertifikat, ijazah dan surat penghargaan yang dimiliki.
6. Berpakaianlah yang rapih dan sopan.
7. Ketuk pintu sebelum memasuki ruang wawancara, kecuali kalua ada yang
mengantar.
8. Tunggu sampai anda dipersilahkan duduk atau kecuali ada yang mengantar.
9. Tunjukkan kemampuan diri anda, tetapi jangan berlebihan.
10. Bicaralah dengan jelas dan tegas.
11. Atur nada suara dengan tepat.
12. Gunakanlah Bahasa yang baik dan benar. Hindari Bahasa gaul atau Bahasa
tidak resmi.
13. Tunjukkan minat/ketertarikan dan kesungguhan anda terhadap perusahaan
yang dilamar.
14. Bersikaplah jujur.

120
BAB XIX

PARAGRAF YANG PADU

A. Pendahuluan
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau
topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau
mempunyai keterkaitandalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf
mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin
juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf
berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa
kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain.
Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat
dengan masalah itu.
Contoh sebuah paragraf.
Sampah selamanya selalu memusingkan.
Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya
dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan
sampah sebagai masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung,
penimbunan sampah terus terjadi. Hal itu mengundang keprihatinan kita karena
masalah sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air
dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan
sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi
masalah.
Paragraf ini terdiri atas enam kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal
sampah. Oleh sebab itu, paragraf itu mempunyai topik ”masalah sampah” karena pokok
permasalahan dalam paragraf itu adalah masalah sampah.
Dalam tulisan-tulisan lain mungkin kita menjumpai topik paragraf, seperti
1. Peranan Bahasa dalam Kehidupan;
2. Penyebab Kebakaran Hutan;
3. Koalisi Tanpa Syarat Jokowi;
4. Pesta Rakyat pada Pelantikan Jokowi-JK
5. Penyambutan SBY terhadap Presiden Jokowi di istana;

121
6. Setya Novanto mengundurkan diri dari Ketua DPR RI
7. MKD tidak menjatuhkan sanksi terhadap Setya Novanto

Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam sebuah paragraf. Semua


pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama itu. Pikiran utama itulah
yang menjadi topik persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, ia kadang-
kadang disebut juga gagasan pokok di dalam sebuah paragra. Dengan demikian, apa
yang mejadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf, itulah topik paragraf. Topik
paragraf dijabarka dalam kalimat topik atau kalimat utama.

B. Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf yang baik harus memiliki lima ketentuan, yaitu kesatuan paragraf
(keutuhan paragraf) , kepaduan paragraf, keruntutan paragraf, ketuntasan paragraf, dan
kesamaan sudut pandang paragraf.

1. Kesatuan Paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,
kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada
satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat
yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan,
tidak utuh. Kalimat yang menyimpangitu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan
paragraf di bawah ini.

Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah
selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga
Jateng. Semarang Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Provinsi
Jateng. Pertanyaan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama in dapat
terwujud, yaitu satu mendali emas, satu mendali perak, dan satu mendali perunggu. Hal
itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang
diperoleh itu adalah presentasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena
seperti itu.

Dalam paragraf ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf karena


merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.

122
2. Kepaduan Paragraf

Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat sdecara logis dan
melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.

a. Pengait Paragraf

Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf, yaitu berupa 1)


ungkapan penghubung transisi, 2) di pentingkan ). Ungkapan pengait antar kalimat
dapat berupa unkapan penghubung/transisi.

1) Beberapa Kata Transisi


(a) Hubungan tambahan lebih lagi,selanjutnya ,tambahan pula ,di
samping itu lalu berikutnya ,demikian pula ,begitu juga ,lagi
pula .
2) Hubungan pertentangan akan tetapi,namun,
(a) Bagaimanapun,walaupun
(b) Demikian,sebaliknya,meskipun
(c) Begitu,lain halnya.
3) Hubungan perbandingan sama dengan itu,dalam hal
Yang demikian,sehubungan dengan itu.
4) Hubungan akibat oleh sebab itu,jadi,akibatnya
Oleh karena itu,maka,oleh sebab itu
5) Hubungan tujuan untuk itu, untuk maksud itu.
6) Hubungan singkatan singkatnya,pendeknya,akhirnya
Pada umumnya,dengan kata lain,
Sebagain simpulan.
7) Hubungan waktu sementara itu,segera setelah itu
Beberapa saat kemudian.
8) Hubungan tempat berdekatan dengan itu.

123
Paragraf dibawah ini memperhatikan pemakaian ungkapan. Pengait antarkalimat
yang berupa ungkapan penghubung transisi.

“ Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito
mereka. Sementara itu, bursa efek indonesia mulai goncang dalam menampung
serbuan para pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-
banyaknya saham yang dijual dibursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha
menampung minat pemilik uang yang menggebung-gebu. Akibatnya,indeks harga
saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat melempaui angka 100 persen. Bahkan,
kemarin IHSG itu meloncat ketingkat 101,828 persen.”

Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu,oleh karena


itu,akibatnya, dan bahka dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf terasa sekali, serta
urutan kalimat-kalimat sementra itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian. Dalam
paragraf itu logis dan kompak.
3. Kata ganti
Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang
maupun kata ganti yang lain.
a) Kata ganti orang
Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, Kita banyak
menggunakan kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama orang
berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya,aku,ku,kita,kami (kata ganti orang
pertama), engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian(kata ganti orang kedua), dia, ia
,beliau, mereka, dan nya(kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada contoh
berikut ini.

“ Rizal, Rustam, dan Cahyo adalah sekolah sejak SMA hingga pengguruan tinggi,
Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari sebuah universitas negeri di
Jakarta. Mereka merencanakan mendirikan sesuatu poliklinik lengkap dengan
apoteknya. Mereka menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya
diminta menyediakan tempat yang letaknya strategis.”

124
Kata mereka dipakai sebagai penganti kata rizal, rustam, dan cahyo agar nama
orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang yang
berkali-kali dalam satu paragraf akan menimbulkan kebosankan serta menghilangkan
keutuhkan paragraf. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat dibawah ini.

“ Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini.

Rumah hajjah Utamiwati terletak dekat masjid Nurul

Ittihad.”
Pengulangan Hajjah Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurangapaduan dua
kalimat itu. Kesannya akan lain jika kalimat itu diubah sebagai berikut.

“ Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini.

Rumahnya terletak didekat masjid Nurul Ittihad.

Bentuknya dalam kalimat di atas adalah bentuk singkat kata ganti orang ketiga.
Yaitu Hajjah Utamiwati. Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu dapat kita
rasakan. Penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal, beliau, dapat dilihat pada kalimat
berikut ini.

“ Ibu Sud adalah pencipta lagu empat zaman yang sangat

Produktif. Beliau telah menciptakan tidak kurang dari dua

Ratus buah lagu.”

Semua kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang
dipersonifikasikan. Kalimat berikut ini memperhatikan hal yang dipersonafikasikan
dari subjek kalimat. Oleh karena itu, kalimat ini masih dibenarkan.

“ pada tahun yang lalu india dilanda kelaparan. Ia

125
Sudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan
nama orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk-nya merupakan
pengecualian. Bentuk-nya tidak hanya menggantikan nama orang dan hal yang
dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak bernyawa, hal
ini dapat dilihat pada kalimat berikut.

“ Sepatu saya sudah rusak. Saya harus segera menggantinya.


Kain bahan celana ini paspasan. Si penjahit harus pandai
memotongnya.”
Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata ganti itu harus
digunakan pada tempatnya yang tepat.

• Buku sutan takdir alisjahbana banyak sekali. Beliau adalah budayawan yang
sangat disegani. ( salah)
• Sutan takdir alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Abaeliau adalah
budayawan yang sangat di segani. (benar)
• Hutan-hutan di indonesia habis di tebangi oleh orang yang tidak bertanggung
jawab. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (salah)
• Orang-orang yang tidak bertanggung jawab menebangi hutan-hutan di
indonesia habis habisan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (benar)
• Dimana-mana pabrik di dirikan oleh konglomerat dengan demikian, mereka
menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (salah)
• Dimana mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan demikian, mereka
menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (benar)

4. Kata ganti yang lain


Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepanduan paragraf ialah itu,
ini, tadi, begitu, demikian, disitu, kesitu, diatas, disana, disini, dan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut.
Itu asrama mereka. Mereka tinggal disitu sejak mereka kuliah tingkat satu sampai
dengan meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering berkunjung kesitu.

126
5. Kata kunci
Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulubgan kata-kata kunci,
seperti kata sampah pada contoh paragraf yang pertama. Pengulangan kata-kata kunci
ini dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).
6. Keruntutan paragraf
Keruntutan paragraf adalah penyajian informasi secara urut, tidak melompat-lompat
sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Jika kita menggunakan
model urutan tempat, hendaklah informasi tentang objek itu disajikan secara
horizontal, seolah-olah pandangan mata penulis bergerak dari arah kiri ke kanan, atau
juga bisa secara vertikal dari bawah keatas atau sebaliknya. Yang pnting adalah bahwa
infomasi disajikan secara berurut berdasarkan dimensi ruang.
7. Ketuntasan paragraf
Paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Didalam itu telah tercakup semua yang
diperlukan untuk mendukung gagasan pertama. Berkenan dengan itu, tidak boleh
terjadi sebuah paragraf yang panjang, tetapi belum tuntas.
8. Kesamaan sudut pandang
Paragraf yang baik hendaknya mempertahankan sudut pandang penulis dalam
membahas permasalahan yang diutarakannya. Jika sudah dipastikan bahwa pembaca
tidak dilibatkan secara eksplisit sebagai mitra tutur.pilihan itu harus dipertahankan
sampai akhir karangan.

C. Pembagian paragraf menurut jenisnya


Dalam sebuah karangan (komposisi) biasaanya terdapat 3 macam paragraf jika
dilihat dari segi jenisnya.
1. Paragraf pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau penghantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka hams
dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran
pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk
menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan
dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal.

127
2. Paragraf pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan
paragraf yang terakhir sekali didalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini
mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf
pengembang mengemukanan inti persoalan yang akan dikemukan. Oleh sebab itu,
salah satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan
logis. Paragraf itu dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, dengan cara
deskriktif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif yang akan dibicarakan
pada halaman-halaman selanjutnya.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada
akhir suatu kesatuan yang lebih kecil didalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup
berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian
sebelumnya.

D. Tanda paragraf

Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak menjorok
kedalam, kirakira 5 ketukan mesi ketik atau kirakira 2centimeter. Dengan demikian,
para pembicara mudah dapat dilihat permulaan tiap paragraf sebab awal paragraf
ditandai oleh kalimat permulaannya yang tidak ditulis sejajar dengan garis margin atau
garis pias kiri. Selain itu, penulis dapat ulang dapat menambahkan tanda sebuah
paragraf itu dengan memberikan jarak agar renggang dari paragraf sebelumnya.

E. Rangka atau struktur paragraf


Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan
beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat
lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik.
Kalimat-kalimat didalam paragraf didalam paragraf itu harus saling mendukung, saling
menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya. Kalimat topik adalah kalimat yang
berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakan inti maksud
pembicaraannya pada kalimat topik.

128
Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf,kalimat topik
merupakan kalimat utama dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya
mempunyai sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama.
Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat yang kita anggap
umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
Perhatikan paragraf berikut.
“ penduduk tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup didaerahnya lagi
karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan
penduduk. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk tegal terlalu besar sehingga
daerah pertanian yang relatif tidak bertambah hasilnya itu tidak dapat menampung
perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk tegal jauh lebih besar daripada
perkembangan daerah pertanian yang ada disitu.

Kalau kita lihat paragraf diatas, kalimat yang paling umum sifatnya ialah
kalimat pertama, yaitu “penduduk tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup
didaerahnya lagi karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak
mencukupi kebutuhan penduduk. Kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat-kalimat
penjelas yang fungsinya menjelaskan gagasan utama yang terletak pada kalimat
pertama.
Kalau kalimat dalam paragraf itu ditambah dengan sebuah kalimat lagi, sifat
keumumannya kalimat pertama itu berubah menjadi khusus. Kalimat yang
ditambahkan itu berbunya “tidak dapat dimungkirin bahwa pertumbuhan penduduk
yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan produk-produk dapat menyebabkan tingkat
kemakmuran berkurang”
Kalimat yang terakhir ini bersifat lebih umu daripada kalimat pertama.kalau
kalimat berakhir ini ditambahkan pada paragraf itu, kalimat tersebut akan menjadi
kalimat utama.
Kalau kita melihat perkembangan paragraf yang kita perbincangkan ini, dapat
dikatakan bahwa sebelum kalimat tadi ditambahkan pada paragraf, kalimat utama
paragraf itu berada diawal paragraf, sedangkan setelah ditambahkan, kalimat utama
(kalimat topik) terletak diakhir paragraf.

129
F. Paragraf Deduktif dan paragraf Induktif
Dibawah ini dikutipkan beberapa macam contoh paragraf. Letak kalimat topik
pada paragraf-paragraf itu berbeda-beda. Paragraf yang meletakan kalimat topik pada
awal paragraf disebut paragraf deduktif, sedangkan paragraf yang meletakan kalimat
topik diakhir paragraf disebut paragraf induktif.
Pengarang jenis pertama meletakan kalimat topik dibagian awal paragraf yang
bersangkutan. Perhatikan kalimat yang dicetak dengan huruf tebal
“ Arang aktif ialah jenis arang yang diperoleh dari suatu pembakaran yang
mempunyai sifat tidak larut dalam air. Arang ini dapat diperoleh dari pembakaran zat-
zat tertentu, seperti ampas tebu, tempurung kelapa, dan tongkol jagung. Jenis arang ini
banyak digunakan dalam beberapa industri pangan dan nonpangan. Industri yang
menggunakan arang aktif adalah industri kimia dan farmasi,seperti pekerjaan
memurnikan minyak, menghilangkan bau yang tidak murni, dan menguapkan zat yang
tidak perlu.
Pengarang jenis kedua meletakan kalimat topiknya pada bagian akhir ditemukan
tewas di pinggir jalan jendral sudirman. Seminggu kemudian seorang anak wanita
hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak
darah dikursi belakang mobil john. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang
tewas dijalan jendral sudirman didalam kantung celana john. Dengan demikian, john
adalah orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban tentang hilangnya tiga anak itu.
Ada pula paragraf yang tidak memperlihatkan kalimat utamanya. Gagasan
utama sebuah paragraf itu berada di seluruh paragraf. Paragraf seperti ini tidak
mempunyai kalimat yang umum. Semua kalimat bersifat khusus. Biasanya paragraf
seperti ini terdapat pada paragraf seperti ini terdapat yang bersifat naratif.
Misalnya :
Pada tengah hari pak lurah datang. Bapak bupati datang ke tempat itu. Tiga jam
kemudian kita melihat orang-orang terlah berkumpul di arena itu. Tidak pula
ketinggalan artis-artis muda belia. Para wartawan pun telah memanfaatkan waktu.
Suatu hal lagi yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa kalimat topik itu
harus kalimat yang ideal, bukan kalimat topik yang membingungkan. Kalimat topik itu
harus bersifat umum, jangan mendetail.

130
Kalimat topik yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya dan mudah
dipahami. Pembaca tidak usah berfikir lama-lama yang dimaksud oleh penulis.
Biasanya, kalimat yang mudah dipahami itu adalah kalimat yang sederhana, ringkas,
dan tidak berbelit-belit. Sebaliknya, kalimat topik yang tidak ideal kalimat tidak jelas
dan membingungkan, harus dihindari.
Misalnya:
Membingungkan :
Sistem pondasi cakar ayam penemuan almarhum Prof.Sedyatmo yang terkenal
akhir-akhir ini dikalangan internasional, terutama di negara Asean karena di
pakai untuk membangun berbagai struktur di atas tanah lembek.
Sederhana:
Sisitem fondasi cakar ayam di pakai untuk membangun berbagai struktur di
atas tanah lembek
Kalimat topik yang baik adalah kalimat yang umum atau kalimat yang tidak mendetail.
Perhatikan contoh berikut.
Umum:
Penelitian ini memerlukan berbagai faktor agar selesai dengan memuaskan.
Khusus:
Penelitian ini memerlukan biaya yang banyak, waktu yang cukup, dan tenaga yang
terampil agar selesai dengan memuaskan.
Seperti adalah di kemukakan sebelumnya, sebuah paragraf itu terdiri atas satu
kalimat topik dan beberapa buah kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itulah
yang membuat paragraf itu bener-bener “bicara” kepada pembacanya. Cara
menjelaskan kalimat topik itu dapat dengan mengulasnya, menyokong, menceritakan,
atau memberikan definisi secara jelas. Dengan demikian, sebuah paragraf menjadi
suatu pembicaraan yang meyakinkan.
Penulis yang berpengalaman tidak akan membuat kalimat penjelas yang masih
bersifat umum karena kalimat penjelas yang masih umum akan menyebabkan pembaca
harus meraba-raba makna paragraf. Ia akan memberikan uraian-uraian yang terperinci
untuk membuat paragraf dapat berbicara kepada pembaca.

131
Paragraf berikut memperlihatkan kepada kita bahwa penulisnya membuat kalimat-
kalimat penjelas yang terperinci sehingga pembaca akan merasa yakin akan isi paragraf
tersebut.
Kemajuan teknologi di negara Republik indonesia pada akhir-akhir ini sangat
di rasakan oleh masyarakat sebagai suatu prestasi besar bangsa indonesia. Hal itu di
tunjang oleh beberapa faktor nyata yang sangat di banggakan. Kehadiran Industri
Pesawat Terbang PT Dirgantara Indonesia, ditambah pula dengan kehadiran Puspitek
dan beberapa pembangkit tenaga listrik memberikan “bukti tentang kemajuan
teknologi itu. Apabila, disana-sini tidak pula ketinggalan beberapa industri mobil,
elektronik, dan obat-obatan.

G. Pengembangan Paragraf
Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan
demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi
paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menepatkan kalimat.
Kalau kita amati, ternyata paragraf-paragraf yang terlahir lebih”berbicara” dari
pada paragraf sebelumnya, yang mengandung tiga buah kalimat topik, tetapi kreatif
dengan kalimat-kalimat penjelas.

H. Teknik Pengembangan Paragraf


Teknik pengembangan paragraf itu, secara garis besar, ada dua macam. Pertama,
pengembangan dilakukan dengan menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan
kalimat topik itu di lukiskan dan di gambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas
sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang di maksud oleh penulis.
Kedua, pengembangan dilakukan dengan “analisis”. Apa yang dinyatakan kalimat
topik di analisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang
meyakinkan .
Di dalam praktiknya, kedua teknik di atas dapat diperinci lagi menjadi beberapa
cara yang lebih praktis, diantaranya adalah (a) dengan memberikan contoh, (b) dengan
menampilkan fakta-fakta, (c) dengan memberikan alasan-alasan, dan (d) dengan
bercerita.

132
Perhatikan contoh-contoh dibawah ini: Dengan memberikan contoh/fakta. Biasanya,
pembaca senang membaca paragraf-paragraf yang di kembangkan dengan cara ini.
Perhatikan paragraf berikut.
Kegiatan KUD di desa-desa yang belum dewasa sering di campuri oleh
tengkulak-tengkulak, seperti di desa kioro. Semua kegiatan KUD selalu
di pantau oleh tengkulak-tengkulak. Kadang-kadang bukan lagi
memantau namanya, tetapi langsung ikut serta menentukan harga
gabah penduduk yang akan di jual ke koperasi. Tengkulak itulah yang
mengatur pembagian uang yang di tangani oleh ketua koperasi,
mengatur pembelian padi, dan sebagainya. Demikian pula halnya
dalam menjual kembali ke masyarakat. Harga padi selalu di tentukan
oleh tengkulak itu. Dari hasil penjualan ini tengkulak meminta upah
yang cukup besar dari ketua koperasi.

Dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh


contoh yang umum, contoh yang representatif, yang dapat mewakili keadaan yang
sebenarnya, dan bukan contoh yang terlalu dicari
Dalam cara ini, apa yang dinyatakan kalimat oleh kalimat topik dianalisis
berdasarkan logika, dibuktikan dengan uraian-uraian yang logis dengan menjelaskan
sebab-sebab mengapa demikian

Perhatikan paragraf berikut.

Membiasakan diri berolahraga setiap pagi banyak manfaatnya bagi seorang


pegawai. Olahraga itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk
berjam-jam dibelakang meja kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu
akan menderita beberapa penyakit karena tidak ada keseimbangan kerja
otak dan kerja fisik. Kalau pegawai itu menderita sakit, berati dia
membengkalaikan pekerjaan kantor yang berarti pula melumpuhkan
kegiatan negara.

133
I. Pembagian Paragraf Menurut Teknik Pemaparannya
Sejalan dengan uraian pada subbab 6.8 tadi, paragraf menurut teknik
pemaparannya dapat dibagi dalam empat macam, yaitu deskriptif, ekpositoris,
argumentatif, dan naratif.
1. Deskriptif: Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan(lukisan).
Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini
bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas
ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan
dengan hal hal kecil yang tertangkap oleh pancaindra.

Contoh sebuah paragraf deskriptif.


Pasar tanah abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada
di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar
negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderat-deret.
Di samping kanan terdapat warung-warung kedai penjual sayur dan bahan
dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada belakang
kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita
harus melihat lantai satu,dua, dan tiga.

Ada hal yang penting diketahui tentang paragraf deskriptif ini, yaitu bahwa
setiap kalimat yang membangun paragraf tersebut memiliki tingkat yang sama, setara,
atau sederajat. Kemudian, paragraf deskriptif yang realistis memiliki sifat yang
ekspositoris, sedangkan paragraf deskriptif yang subjektif lebih memiliki sifat emotif,
yaitu menimbulkan efek emosional. Paragraf itu lebih banyak menimbulkan kesan
yang subjektif.
b. Eksposito: Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan, Paragraf
ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur
saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis
kronologis atau keuangan.

134
Contoh paragraf ekspositoris

Memaknai Tsunami
Saya memaknai jirman tak lama setelah tsunami. Dia kehilangan istri dan anak
ketika tsunami melanda kampungnya pada minggu pagi, 26 Desember 2004. Sebanyak
6.300 dari 7.000 warga desa Merduati tewas. Jumlah itu tak seberapa dibandingakan
total korban tewas di Aceh yang mencapai 160.000 jiwa. Namun, rendahnya persentasi
orang selamat di Merduati menunjukan betapa rentan desa yang berjarak 2 kilometer
dari pantai itu terhadap bahaya tsunami.
Hanya tiga bulan di pengungsian, Jirman memilih membangun tenda di bekas
fondasi rumahnya. Dua tahun kemudian, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-
Nias mengganti tenda itu dengan rumah tembok. Ia mendapat dua rumah yang
dijadikan satu. Disana, ia membangun keluarga baru.
Tak semua korban tsunami bersikap seperti Jirman. Beberapa orang tak mau lagi
tinggal di tepi pantai hingga bertahun-tahun kemudian. Namun, mayoritas korban
tsunami di Aceh memilih kembali ke kampung halaman. Kini, 11 tahun setalah bencana
itu, rumah-rumah baru tumbuh di sepanjang pesisir yang pernah dilanda tsunami. Yaitu
Banda Aceh, Aceh Besar, Calang, Meulaboh.
Tak hanya di Aceh, kecendrungan kembali ke tapak bencana merupakan
fenomena umum di Indonesia. Di Pangandaran, Jawa Barat, Pantai yang porak poranda
yang dilanda tsunami pada 17 Juli 2006, Misalnya, kembali isesaki penduduk.
Demikian pula kampung-kampung yang dilanda letusan gunung
Ada yang perlu diketahuitentang paragraf ekspositoris.
Ciri paragraf ini adalah penyampaian informasi. Di dalam nya akan kita
temukan informasi yang tidak mempengaruhi pembaca. Pembaca hanya
memperoleh informasi atau pengetahuan. Paragraf ini antara lain dapat berupa
definisi, analisis, laporan, pertimbangan, dan proses. Dari bagian-bagian ituakan
kita temukan bagian-bagian kecil lagi.
c. Argumentatif : Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukan ke
dalam ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi.
Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca
terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan
perkembangan analisis.

135
Contoh paragraf argumentatif:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boein B-737 milik maskapai penerbangan
alohaairlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi
sebab pesawat yang badan nya koyak sepanjang 4 meter itusudah dioperasikan lebih
dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orangmenjadi cemas
terbang dengan pesawat berusaha tau. Di indonesia, yang mengagetkan, lebih dari
60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman,
lalu bagaiman cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman
dinaiki?
Hal yang penting diketahui tentang paragraf argumentatif ditandai oleh sifat
bantahan atau tentangan terhadap sesuatu walaupun bantahan dan tentangan itu tidak
mempengaruh pembaca. Mungkin pula didalamnya ada pemecahan masalah.
d. Naratif: Karangan naratif biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita.
Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf naratif banyak kita
temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat.

Contoh paragraf naratif:


Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah.
Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan, ayah
mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua
gara-gara Slamet yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.
(Si kumbang, 1981: 1—42 dan parera, 1983: 3:--24)

136
BAB XV
STRUKTUR KALIMAT

A. PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya kalimat dalam rangka resmi, baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki subjek (S) dan predikat (P).kalau tidak memiliki unsur subjek atau
unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya
dapat disebut sebagai frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan
tanda titik(.), tanda 137ompu (?), atau tanda seru (!).
Dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua
macam, yaitu:
1. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja
2. Kalimat-kalimat yang bukan kata kerja.

Dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar
jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.Hal itu membantu kita
dengan mudah untuk menentukan predikat sebuah kalimat.Oleh sebab itu, kalau ada
kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan sebagai predikat
dalam kalimat itu.
Contoh :
Universitas Indraprasta PGRI menyelenggarakan wisuda sarjana di Taman Mini
Indonesia Indah Jakarta.
Kata kerja dalam kalimat diatas ialah menyelenggarakan.Dalam kalimat itu kata
menyelenggarakan adalah predikat.
Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek dapat ditemukan dengan cara
bertanya menggunakan predikat sebagai berikut.

137
Siapa yang menyelenggarakan wisuda sarjana di Taman Mini Indonesia Indah
Jakarta?
Jawaban pertanyaan itu adalah Universitas Indraprasta PGRI.Ungkapan Universitas
Indraprasta PGRI merupakan subjek kalimat.Kalau tidak ada kata yang dapat
dijadikan jawaban pertanyaan itu, hal itu berarti bahwa subjek tidak ada.Dengan
demikian, pernyataan dalam bentuk deretan kata itu bukanlah kalimat.
Kalau dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat kita cadangkan
sebagai predikat ialah kata sifat, kata bilangan dan kata benda.
Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang berpredikat
kata kerja.Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata kerja harus mempunyai
objek.Objek hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata kerja
transitif.Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek merupakan
suatu kesatuan.
Objek adalah kata benda yang terletak di belakang predikat yang berawalan
meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.Dari segi makna
kalimat, objek merupakan unsur yang harus hadir setelah predikat yang berupa verba
transitif.
Contoh :Ekspor nonmigas mendatangkan.
Frasa ekspor nonmigasmerupakan subjek kalimat, sedangkan kata mendatangkan
adalah unsur predikat yang berupa verba transitif.Kalimat ini belum
memberikan informasi yang lengkap sebab belum ada kejelasan tentang
mendatangkan itu.Agar kalimat itu dapat memberikan informasi yang jelas,
predikatnya harus dilengkapi dengan objek, seperti kalimat dibawah ini.
Ekspor nonmigas// mendatangkan// keuntungan.
S P O
Suatu kalimat yang sudah mengandung kelengkapa makna dengan hanya memiliki
subjek dan predikat yang berupa verba intransitive, maka objek tidak diperlukan lagi.
Kalimat yang tidak memerlukan objek, contoh :Penanaman modal asing
berkembang.
Kalimat tersebut sudah lengkap dan jelas.Penanaman modal asing sebagai unsur
objek dan berkembang adalah unsur predikat.Jika dibelakang unsur berkembang
ditambah dengan sebuah kata atau beberapa kata, unsur tambahan itu bukan
objek, melainkan keterangan.

138
Contoh :
Penanaman modal asing// berkembang// saat ini.
S P K
Dibawah ini terdapat beberapa kalimat yang berobjek dan tidak berobjek.
Pertemuan ini// mengimbau// segenap lembaga pendidikan
S P O

Obor persahabatan// menyala// terus// sepanjang hari.


S P Pel K
Masalah pangan// ditangani// oleh pemerintah
S P K
Keterangan : S (subjek)// P (predikat)// O (objek)// K (keterangan)// Pel
(pelengkap)

B. POLA KALIMAT DASAR


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.
1) KB + KK : Para ilmuan berdiskusi
2) KB + KS : Dosen itu ramah
3) KB + Kbil : Harga rumah sang artis dua miliar rupiah
4) KB1 + KK +KB2 : Edhy Baskoro Yudhoyono melamar Siti Ruby
Alisa Rajasa
5) KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan
6) KB1 + KB2 : Mike Tyson petinju dunia

Keterangan :
o KB : Kata benda (nomina)
o KK : Kata kerja (verba)
o KS : Kata sifat (adjektiva)
o Kbil : Kata bilangan (numeralia)

139
o KD : Kata depan (preposisi)

Keenam pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan
dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.

C. JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR


Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal
dan dapat berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-
subordinatif).Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal, gagasan yang
bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Dilihat dari unur-
unsurnya, kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
pada kalimat-kalimat dasar yang sederhana.Kalimat-kalimat yang panjang itu dapat
pula ditelusuri pola-pola pembentuknya, dan pola-pola itulah yang dimaksud dengan
pola kalimat dasar.
contoh :
Para ilmuan// berdiskusi
S:KB + P:KK

Dosen itu// ramah


S:KB+ P:KS

Harga rumah sang artis// dua miliar rupiah


S:KB + P:Kbil

Edhy Baskoro Yudhoyono// melamar// Siti Ruby Alisa Rajasa


S:KB + P:KK + O:KB

Paman// mencarikan// saya// pekerjaan


S:KB + P:KK + O:KB + Pel:KB

Mike Tyson// petinju dunia


S:KB + P:KB

140
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (para ilmuan) dan predikat
(P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu menjadi Para ilmuan// berdiskusi.
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata
sifat (ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu// ramah.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga rumah sang artis) dan
berpredikat kata bilangan (dua miliar rupiah). Kalimat itu menjadi Harga rumah sang
artis// dua miliar rupiah.
S
P
Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (Edhi Baskoro Yudhoyono)
berpredikat kata kerja (melamar) dan berobjek kata benda (Siti Ruby Alisa Rajasa).
Kalimat itu menjadi Edhi Baskoro Yudhoyono// melamar// Siti Ruby Alisa Rajasa.
S P O
Kalimat pada pola ini merupakan kalimat yang dapat dibentuk menjadi kalimat
pasif.Kalimat pasif tersebut dibentuk dengan menempatkan objek menjadi subjek dan
predikat berawalan meng- diubah menjadi berawalan di.Edhi Baskoro Yudhoyono
melamar Siti Ruby alias Rajasa (aktif), Siti uby Alisa Rajasa dilamar oleh Edhi
Baskoro Yudhoyono (pasif).
Dengan berubahnya kalimat aktif menjadi pasif, pelaku dalam kalimat aktif itu
menjadi keterangan (oleh Edhi Baskoro Yudhoyono).
Siti Ruby Alisa Rajasa : subjek
Dilamar : predikat
Oleh Edhi Baskoro Yudhoyono : keterangan

Pola 5 adalah pola kalimat yang terdiri atas subjek kata benda (paman) predikat kata
kerja (mencarikan) objek kata benda (saya) dan pelengkap (pel.) kata benda
(pekerjaan). Kalimat itu menjadi Paman//mencarikan//saya//pekerjaan.
S P O Pel.

141
Pola 6 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (Mike Tyson) dan berpredikat
kata benda (petinju dunia). Kalimat itu menjadi Mike Tyson// petinju dunia.
S P
Setiap kalimat tunggal diatas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya, dengan itu kalimat akan menjadi lebih panjang daripada kalimat
asalnya, tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat pola 1 Para ilmuan berdiskusi dapat diperluas menjadi Para ilmuan dari
berbagai fakultas//sedang berdiskusi//di aula.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek para ilmuan dengan dari
berbagai fakultas, predikat berdiskusi diperluas dengan kata sedang.Kemudian
perluasan kalimat itu dilakukan dengan menambah keterangan tempat (di aula)
pada akhir kalimat.

Kalimat pola 2 Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi Dosen itu// selalu ramah//
setiap hari. S P
K
Kalimat pola 3 Harga rumah sang artis dua miliar rupiah dapat diperluas menjadi
Harga rumah sang artis yang sering menjadi MC itu// dua miliar rupiah// tahun
lalu.
S P K
Kalimat pola 4 Edhi Baskoro Yudhoyono melamar Siti Ruby Alisa Rajasa dapat
diperluas menjadi Edhi Baskoro Yudhoyono beserta keluarganya//melamar//Siti
Ruby Alisa Rajasa, puti Menko Perekonomian. S
P O K
Pola kalimat 5 Paman mencarikan saya pekerjaan dapat diperluas menjadi
Paman, tidak lama lagi// akan mencarikan// saya, keponakan tunggalnya//
pekerjaan.
S K P O
Pel.

142
Pola kalimat 6 antara subjek dan predikat dapat disisipkan kata adalah sebagai
pengantar predikat.
Pemerluasan kalimat itu, terdiri atas :
1) Keterangan tempat (disini, dalam ruangan, lewat Yogyakarta, dsb)
2) Keterangan waktu (setiap hari, pada pukul 12.00, tahun depan, dsb)
3) Keterangan alat (dengan linggis, dengan undang-undang itu, dsb)
4) Keterangan modalitas (harus, barangkali, sesungguhnya, dsb)
5) Keterangan cara (dengan hati-hati, seenaknya saja, selepas mungkin, dsb)
6) Keterangan aspek (akan,sudah,sedang dan telah)
7) Keterangan tujuan (agar bahagia, supaya tertib,untuk anaknya dan bagi kita)
8) Keterangan sebab (karena takut, sebab berkuasa, dan lantaran 143ompu)
9) Frasa yang (pemimpin yang memperhatikan rakyatnya, dsb)
10) Keterangan aposisi/ keterangan yang sifatnya saling menggantikan (penerima
Kalpataru, Abdul Rozak dsb)

Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.


Dengan + kata benda = keterangan alat
dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara

Contoh perluasan kalimat :


1) Gubernur// memberikan// kelonggaran// kepada pedagang.
2) Gubernur DKI Jakarta// memberikan// kelonggaran// kepada pedagang.
3) Gubernur DKI Jakarta// memberikan// berbagai kelonggaran// kepada
pedagang kaki lima.
4) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama// memberika// berbagai
kelonggaran// kepada pedagang kaki lima. Dst

2. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih.Kalimat
majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
a. Kalimat majemuk setara penjumlahan, yaitu kalimat majemuk setara yang
terdiri atas dua kalimat atau lebih yang dihubungkan oleh kata dan atau
serta.

143
Contoh :
o Kami membaca.
Mereka menulis.
Kami membaca dan mereka menulis.
o Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
b. Kalimat majemuk setara pertentangan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih
yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan atau melainkan.

Contoh :
o Amerika tergolong Negara maju.
Indonesia tergolong Negara berkembang.
Amerika tergolong Negara maju, tetapi Indonesia tergolong Negara
berkembang.
o Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan PT Dirgantara Indonesia
terletak di Bandung.
o Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.

c. Kalimat majemuk setara perurutan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian.
Contoh :
o Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja,
kemudian disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
o Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustad
membacakan doa selamat.
d. Kalimat majemuk setara pemilihan, yaitu dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan oleh kata atau.
Contoh :
o Mereka diperpustakaan sedang belajar atau sedang berpacaran.
o Dia harus berangkat ke daerah konflik atau dia harus menjalani
hukuman penjara seumur hidup.

3. Kalimat Majemuk Setara Rapatan

Kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat
tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsur

144
yang sama cukup disebutkan satu kali.Contoh kalimat majemuk setara rapatan sebagai
berikut.
• Kami berlatih.
• Kami bertanding.
• Kami berhasil.
• Kami berlatih, kami bertanding, dan kami berhasil.
• Kami berlatih, bertanding, dan berhasil.

• Negara kita ini telah melakukan kegiaan demokrasi.


• Negara kita telah melakukan pembangunan fisik.
• Negara kita telah melakukan kegiatan demokrasi dan Negara kita
telah melakukan pembangunan fisik.
• Negara kita telah melakukan kegiatan demokrasi dan telah
melakukan pembangunan fisik.

4. Kalimat Majemuk Tidak Setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa
bebas) dan satu kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat).Jalinan kalimat ini
menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang
majemuk.Inti gagasan ditungkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari
sudut pandang waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dsb. Dengan aspek gagasan yang
lain diungkapkan dalam anak kalimat. Kalimat majemuk tidak setara disebut juga
kalimat majemuk bertingkat.
Contoh :
1. - Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
-Mereka masih dapat mengacaukan data 145omputer. (tunggal)
-Walaupun 145omputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka
masih dapat mengacaukan data computer itu.

2. –Para pemain sudah lelah.


-Para pemain bileh beristirahat.
-Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
-Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

145
Contoh :
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke
hotel-hotel besar.
Anak kalimat : Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat : Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila,
jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum,
kendatipun, sekalipun, bahwa, dsb.

5. Kalimat Majemuk Tidak Setara yang Berunsur Sama

Kalimat majemuk tidak setara dapat dirapatkan andaikata unsur-unsur


subjeknya sama.
Contoh :
Kami sudah lelah
Kami ingin pulang
Karena sudah lelah, kami ingin pulang.
Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada
induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek kalimat.Dalam hal seperti ini,
subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak kalimat boleh
dihilangkan, dan bukan sebaliknya.
Contoh :
Karena kami sudah lelah, kami ingin pulang. (salah karena subjeknya diulang)
Perbaikannya :
karena sudah lelah, kami ingin pulang. (benar karena subjek anak kalimat bisa
dihilangkan)
Jika perbaikannya seperti kalimat berikut ini, kalimat menjadi salah karena induk
kalimatnya tidak bersubjek.
Karena kami sudah lelah, ingin pulang. (salah karena induk kalimat tidak
bersubjek)

146
Berdasarkan perbaikan itu diperbolehkan suatu kaidah sebagai berikut.
Jika dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, hal itu berarti bahwa
subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimatnya.
Contoh kalimat yang salah sebagai berikut.
Setelah diganti dengan pita baru, mereka tidak mengalami kesukaran dalam
menggunakan mesin ketik itu.
Kalimat tersebut salah karena subjek anak kalimat yang dilesapkan akan sama dengan
subjek induk kalimat. Jadi, yang diganti pitanya dengan pita baru dalam kalimat
tersebut seolah-olah mereka.Padahal, yang diganti dengan pita baru adalah pita mesin
ketik.
Perbaikan kalimat tersebut menjadi dua versi.
1) Setelah mengganti pita mesin ketik dengan pita baru, mereka tidak mengalami
kesukaran dalam menggunakan mesin ketik itu.
2) Setelah pita mesin ketik diganti dengan pita baru, mereka tidak mengalami
kesukaran dalam menggunakan mesin ketik itu.

6. Penghilangan Kata Penghubung

Ada beberapa kalimat majemuk taksetara rapatan yang mencoba mengadakan


penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat sehingga kalimat itu
menjadi salah.
Contoh :membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Anak kalimat : Membaca surat itu.
Induk kalimat : Saya sangat terkejut.
Subjek kanak kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk kalimat, yaitu saya.
Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk itu tidak benar (tidak
baku).
Penanda yang dapat dipakai ialah setelah sehingga kalimat akan menjadi :
Setelah (saya) membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Setelah membaca surat itu, saya sangat terkejut.

147
7. Kalimat Majemuk Campuran

kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (kalimat majemuk
bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Contoh :
1) Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. (Bertingkat
+ Setara)
2) Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
(Setara + Bertingkat)

Penjelasan :
Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam dan induk
kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti dan langsung
pulang.Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat + setara.
Kalimat kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara
kami pulang, tetapi mereka masih bekerja dan anak kalimat karena tugasnya
belum selesai.Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.

D. JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA


(RETORIKANYA)
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu
1. Kalimat yang Melepas (induk-anak)

Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh unsur utama, yaitu induk kalimat
dan diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut
melepas.Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepas saja oleh penulisnya dan kalaupun
unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh :
o Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
o Semua warga Negara harus menaati segala perundang-undangan yang
berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

148
2. Kalimat yang Berklimaks (anak-induk)

Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh
induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat
memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya.Pembaca akan
memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya.Sebelum kalimat itu
selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat.Oleh
karena itu, penyajian kalimat yang kontruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan
terasa membentuk ketegangan.
Contoh :
o Karena sulit kendaraan, ia dating terlambat ke kantornya.
o Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan, akhirnya tiga
sandera warga Negara Prancis itu dibebaskan juga.

3. Kalimat yang Berimbang (setara atau campuran)

Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran,
gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat bersimetri.
Contoh :
o Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan
domestic berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
o Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan
tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.

E. JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA

Semua jenis kalimat dapat disajikan dalam bentuk positif dan negative.Dalam
bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu
jenis itu.

Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh macam-macam tanda


baca.Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci sebagai berikut.

149
1. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan


lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya
(biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).

Contoh :

Positif :

o Presiden Joko Widodo mengadakan kunjungan ke luar negeri.


o Indonesia menggunakan system anggaran yang berimbang.

Negative :

o Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.


o Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi
yang memuaskan tentang bisnis kondominium di kota-kota besar.

2. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau


reaksi (jawaban) yang diharapkan (biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
Tanya).Pertanyaan sering menggunakan kata Tanya seperti bagaimana, di mana,
mengapan, berapa, dan kapan.

Contoh :

Positif :

o Kapan Saudara berangkat ke Singapura?


o Mengapa dia gagal dalam ujian?

150
Negative :

o Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bentuk yang


disepakati?
o Mengapa tidak semua fakir miskin di Negara kita dapat dijamin
penghidupannya oleh Negara?

3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang
berbuat sesuatu (biasanya, intonasi menurun; tanda titik atau tanda seru).

Contoh :

Positif :

o Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Bukhari!


o Tolong buatkan dahulu rencana pembiayaannya.

Negative :

o Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.


o Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat jika sudah tergolong orang
mampu
.
4. Kalimat Seruan

Kalimat seruan dipakai jika penuturan ingin mengungkapkan perasaan “yang


kuat” atau yang mendadak (biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan
dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).

151
Contoh :

Positif :

o Bukan main, cantiknya.


o Nah, ini dia yang kita tunggu.

Negative :

o Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.


o Wah, target Kemenpora di Asian Games XIV? Tahun 2014 di
Tiongkok?? Tidak tercapai.

152
BAB XV
KALIMAT EFEKTIF

A. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan


kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan
informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif
mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan
makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.

B. Ciri- Ciri Kalimat Efektif


1. Kesepadanan Struktur

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur Bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan
oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Beberapa ciri
kesepadanan adalah sebagai berikut :

a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat
itu tidak efektif. Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi apabila
sebelum subjek kalimat tersebut terdapat kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.

Contoh :

1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang

153
kuliah. (Salah)

1a) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
2) Tentang korban tewas akibat badai di Alabama, AS, menembus 128
orang. (Salah)
2a) Korban tewas akibat badai di Alabama, AS, menembus 128 orang. (Benar)

b. Dalam kalimat itu tidak terdapat subjek yang ganda.

Subjek yang ganda akan memunculkan kalimat yang tidak terfokus.

a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)

b) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (Benar)

c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Kata hubung dipakai untuk membangun sebuah kalimat majemuk. Oleh sebeb
itu, kata hubung atau kata sambung tidak diperkenankan ada di dalam kalimat
tunggal. Hal itu perlu dicermati.

Contoh:

1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti

acara pertama. (Salah)

Perbaikan kalimat-kalimat itu dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama
mengubah kalimat itu menjadi kalimat majemuk. Cara kedua mengganti
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut.

2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti

acara pertama. (Benar)

154
Atau

3) Kami datang agak terlambat. Oleh kareana itu, kami tidak dapat

mengikuti acara pertama. (Benar)

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”

Pemunculan kata “yang” akan menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.

Contoh:

1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

2) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut.

1) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

2) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina,
bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh :

a) Namanya ditulis dengan jelas di kertas segel atau pencantumannya di

kertas khusus.
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan

tembok, memasang penerangan, pengujian system pembagian air, dan

155
pengaturan tata ruang

Kalimat a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu. Namanya ditulis dengan
jelas di kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus.

Kalimat b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecetan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu
akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut :

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecetan tembok,


pemasangan penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3. Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan


penonjolan pada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam
kalimat.

1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh 1:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan
kemampuan yang ada pada diri-nya.

Penekanannya ialah Presiden mengharapkan.

Contoh 2:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

Penekanannya ialah Harapan Presiden.

156
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi salah

satu unsur kalimat.

2) Membuat urutan kata yang bertahap.

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.

3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat


mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan
tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.

157
Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan.

a) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan


subjek.

Perhatikan contoh:

1) Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

2) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden


datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut:

(a) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

(b) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.

b) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian


superordinate pada hiponimi kata.

Kata merah sudah mencakupi kata warna

Kata pipit sudah mencakupi kata burung

Perhatikan:

Ia mamakai baju warna merah.

Dimana engkau menangkap burung pipit itu?

Kalimat itu dapat diubah menjadi:

Ia memakai baju merah.

Dimana engkau menangkap pipit itu?

158
c) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.

Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kata hanya bersinonim dengan kata saja.

Kata sejak bersinonim dengan kata dari.

Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini:

(1) Dia hanya membawa badannya saja.

(2) Sejak dari pagi dia bermenung.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:

(1) Dia hanya membawa badannya.

(2) Sejak pagi dia bermenung.

d) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata


yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
para tamu-tamu para tamu
beberapa orang-orang beberapa orang
para hadirin hadirin

5. Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

159
Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguruan tinggi.

b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, dua-puluh lima-
ribuan (seratus ribu) rupiah atau dua puluh lima seribuan (dua puluh lima ribu
rupiah).

Perhatikan kalimat berikut:

Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan


para menteri. Dalam kalimat ini terdapat pilihan kata yang salah karena dua
kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan.

Kalimat itu dapat diubah menjadi:

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6. Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara

berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari kalimat

yang panjang dan bertele-tele.

Misalanya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang


kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang
secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.

160
Silakan Anda perbaiki kalimat diatas supaya menjadi kalimat yang padu.

b) Ada dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat pasif biasa dan kalimat

pasif persona. Kalimat pasif biasa terjadi apa bila kalimat yang

berpola SP dialihkan dengan memosisikan objek menjadi subjek dan

predikat yang berawalan meng- menjadi predikat yang berawalan di-.

Kemudian, kalimat posif persona terjadi apabila awalan di- pada predikat
pasif biasa digantikan dengan pronomina pelaku.

Coba Anda perhatikan contoh berikut :

Saya mencari udang (SPO Aktif)

Udang itu dicari oleh saya (Pasif Biasa)

Udang itu saya cari (Pasif Persona)

Surat itu sudah saya baca (Pasif Persona)

Saran beliau sangat saya harapkan (Pasif Persona)

Jika dalam kalimat aktif itu terdapat aspek atau modalitas, aspek atau
modalitas itu harus selalu berada di depan predikat.

Kalimat berikut memperjelas hal itu:

Mereka telah mendatangi DPR (aktif) DPR telah didatangi oleh mereka
(pasif biasa) DPR telah mereka datangi (pasif persona)

Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara


tertib dalam kalimat pasif persona.

Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang anatara predikat kata kerja dan objek penderita.

161
Perhatikan kalimat ini:

Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah


adat.

Seharusnya:

Mereka membicarakan kehendak rakyat.

Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan
kalimat dibawah ini:

F. Kalimat Yang Salah Nalar

1. Waktu dan tempat kami persilakan.

2. Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.

3. Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.

4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.

5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah

6. Kami berkuliah lagi untuk mengejar ketinggalan kami.

7. Dengan berdoa ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa sehingga selesailah karya


8. Yang membawa telepon genggam harap dimatikan karena acara akan dimulai.
9. Mereka menyembahyangkan mayat bersama-sama.

10. Orang yang membeli ayam harus diikat kakinya.

162
Kalimat diatas tidak logis (tidak masuk akal). Kalimat yang logis adalah
sebagai berikut:

G. Kalimat Yang Bernalar

1. Bapak Menteri kami persilakan.

2. Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

3. Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.

4. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

5. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering

mondar-mandir didaerah tersebut.

6. Kami berkuliah lagi untuk mengatasi ketinggalan kami.

7. Saya mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena dengan


rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ini.

8. Yang membawa telepon genggam harap mematikan telepon genggamnya


karena acara akan dimulai.

9. Mereka menyembahyangi mayat bersama-sama.

10. Ayam yang dibeli seseorang harus diikat kakinya.

163

Anda mungkin juga menyukai