Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara
berurutandari suatu unsur kimia ke unsur kimia yang lain,yang terdiri atas dua reaksi,yaitu
oksidasi (peningkatan biloks) dan reduksi (penurunan biloks).Reaksi ini sejenis dikarenakan
electron yg berpindah dari reaksi oksidasi sama dengan electron yang diperoleh reaksi reduksi.
Elektrokimia adalah salah satu dari ilmukimia yang mempelajari tentang perubahan
energy listrikmenjadi energy kimia dan begitu sebaliknya. proses elektrokimia melibatkan reaksi
redoks.proses perpindahan electron akan menghasilkan sejumlah energi listrik. Elektrokimia
dapat diterapkan dalam dua jenis sel,yaitu sel volta dan sel elektrolisis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Reaksi Redoks ?
2. Apa yang dimaksud Elektrokimia ?
3. Apa yang dimaksud Sel volta?
4. Apa yang dimaksud Sel Elektrolisis ?
5. Bagaimana cara menyetarakan reaksi redoks ?

C. TUJUAN
1. Agar siswa dapat memahami konsepdasar dan pengertian dari Reaksi Redoks
2. Agar siswa dapat memahami konsepdasar dan pengertian dari Elektrokimia
3. Agar siswa dapatmenyeterakan suatu persamaan reaksi redoks

D. MANFAAT
1. Siswa dapat memahami konsepdasar dan pengertian dari Reaksi Redoks
2. Siswa dapat memahami konsepdasar dan pengertian dari Elektrokimia
3. Siswa dapat menyederhanakan suatu persamaan reaksi redoks
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REAKSI REDOKS


Redoks ( reduksi-oksidasi). Reduksi adalah penerimaan elektron atau penurunan bilangan
oksidasi, sedangkan oksidasi adalah pelepasan elektron atau peningkatan bilangan oksidasi
CONTOH : REAKSI REDUKSI
Cu2+(aq) + 2e ® Cu (s) Ag+(aq) + e ® Ag(s)

CONTOH : REAKSI OKSIDASI


Zn(s) ® Zn2+(aq)+ 2e Al(s) ® Al3+(aq) + 3e

Aturan-aturan penentuan bilangan oksidasi :


1. Atom-atom dalam unsur memiliki bilangan oksidasi nol
2. Atom H dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi +1
3. Dalam hidrida logam (misal NaH, BaH2, AlH3) bilangan oksidasi H = -1
4. Atom O dalam senyawa memiliki
5. Dalam senyawa F2O, bilangan oksidasi O = +2
6. Dalam peroksida (misal H2O2, Na2O2, BaO2) bilangan oksidasi O= -1
7. Atom logam dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi positif
8. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa = Nol
9. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam ion = muatan ion
10. Jika dua atom berikatan, bilangan oksidasi negatif selalu dimiliki atom yang
keelektronegatifannya lebih besar
Konsep-konsep dasar Redoks
1. Oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron atau penambahan (kenaikan) bilangan oksidasi
2. Reduksi adalah peristiwa penangkapan elektron atau pengurangan (penurunan) bilangan
oksidasi
3. Reduktor (pereduksi) adalah zat yang mengalami oksidasi atau zat yang melepaskan
elektron, atau zat yang bilangan oksidasinya naik
4. Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi atau zat yang menangkap elektron atau zat
yang bilangan oksidasinya turun
5. Redoks adalah reaksi yang terdiri dari peristiwa reduksi dan oksidasi atau reaksi perubahan
bilangan oksidasi
6. Reaksi disproporsionasi (autoredoks) adalah reaksi redoks dimana hanya satu jenis atom
yang mengalami reduksi dan oksidasi atau reaksi redoks dimana hanya satu jenis atom yang
bilangan oksidasinya berubah
7. Mol elektron adalah selisih bilangan oksidasi

B. PENYETARAAN REAKSI REDOKS


1. METODE BILANGAN OKSIDASI
Langkah-langkah penyetaraan reaksi :
Menentukan unsur yang mengalami oksidasi dan reduksi berdasarkan perubahan bilangan
oksidasi tiap unsur
Menyetarakan jumlah unsur yang mengalami redoks dengan menambahkan koefisien yang
sesuai
Menentukan besarnya kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dari unsur-unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi
Meneyetarakan perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberikan koefisien yang
sesuai
Menyetarakan jumlah atom H dan O serta unsur-unsur yang lain

2 . METODE SETENGAH REAKSI (ION ELEKTRON)


Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Menuliskan zat-zat yang mengalami reaksi redoks saja
Memisahkan reaksi menjadi 2, setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi
Menyetarakan atom-atom yang mengalami redoks, kecuali atom hydrogen (H) dan oksigen
(O)
Menyetarakan atom oksigen (O) dengan menambahkan molekul H2O ke ruas yang
kekurangan oksigen
Menyetarakan atom Hidrogen (H) dengan menambahkan ion H+ ke ruas yang kekurangan
atom H
Menyetarakan muatan dengan menambahkan elektron ke ruas yang memiliki muatan lebih
positif
Menyamakan jumlah elektron pada kedua persamaan setengah reaksi reduksi dan oksidasi
Menyatukan kedua persamaan setengah reaksi menjadi reaksi redoks yang utuh
Mengembalikan ke bentuk reaksi awal

C. PENGERTIAN SEL ELKTROKIMIA


Transfer elektron pada reaksi redoks dalam larutan berlangsung melalui kontak langsung antara
partikel-partikel berupa atom , molekul atau ion yang saling serah terima elektron. Pembahasan
transfer elektron melalui sirkuit luar sebagai gejala listrik, dan reaksi redoks yang seperti ini
akan dipelajari pada elektrokimia.
Sel elektrokimia merupakan suatu sel atau tempat terjadinya aliran elektron yang disebabkan
oleh perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya. Sel ini dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu :
1. Sel Volta 2. Sel Elektrolisis
Sel Volta melibatkan perubahan energi kimia menjadi energi listrik sedangkan sel elektrolisis
melibatkan perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Bagaimanakah proses terjadinya
perubahan energi tersebut?

SEL VOLTA
Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk membangkitkan energi
listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah) diubah menjadi energi listrik.
Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan
Sel Elektrolisa memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan (∆G > 0)
lingkungan melakukan kerja terhadap sistem
Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu zat yang menghantarkan listrik antara sel dan
lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit (campuran ion) yang terlibat dalam reaksi atau yang
membawa muatan.

KOMPONEN SEL VOLTA


Rangkaian sel elektrokimia pertama kali dipelajari oleh LUIGI GALVANI (1780)
danALESSANDRO VOLTA (1800). Sehingga disebut sel Galvani atau sel Volta. Keduanya
menemukan adanya pembentukan energi dari reaksi kimia tersebut. Energi yang dihasilkan dari
reaksi kimia sel Volta berupa energi listrik
Sel Volta terdiri atas elektroda (logam seng dan tembaga) larutan elektrolit (ZnSO4 dan CuSO4),
dan jembatan garam (agar-agar yang mengandung KCl). Logam seng dan tembaga bertindak
sebagai elektroda. Keduanya dihubungkan melalui sebuah voltmeter. Elektroda tempat
berlangsungnya oksidasi disebut Anoda (elektroda negatif), sedangkan elektroda tempat
berlangsungnya reduksi disebut Katoda (elektroda positif)
ELEKTRODA
Elektroda terbagi menjadi dua jenis yaitu anoda dan katoda.Setengah reaksi oksidasi terjadi di
anoda. ,Elektron diberikan oleh senyawa teroksidasi (zat pereduksi) dan meninggalkan sel
melalui anoda. Setengah reaksi reduksi terjadi di katoda. Elektron diambil oleh senyawa
tereduksi (zat pengoksidasi) dan masuk sel melalui katoda.Setengah sel oksidasi: anoda berupa
batang logam Zn dicelupkan dalam ZnSO4.Setengah sel reduksi: katoda berupa batang logam
Cu dicelupkan dalam CuSO4. Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda dimana anoda
bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif. Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan
garam yaitu tabung berbentuk U terbalik berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi dengan sel
redoks gunanya untuk menyeimbangkan muatan ion (kation dan anion). Dimungkinkan
menggunakan elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi dalam sel volta ini misalnya grafit dan
platinum.

NOTASI SEL VOLTA


•Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu2+)
Zn(s)|Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s)

Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri bagian katoda. Garis lurus
menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda (aqueous vs solid) jika fasanya sama
maka digunakan tanda koma. Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung
kiri dan ujung kanan.

POTENSIAL SEL
Sel volta menjadikan perubahan energi bebas reaksi spontan menjadi energi listrik. Energi listrik
ini berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua elektroda (voltase) atau disebut juga
potensial sel (Esel) atau gaya electromotive (emf).
Untuk proses spontan Esel > 0, semakin positif Esel semakin banyak kerja yang bisa dilakukan
oleh sel.
Satuan yang dgunakan 1 V = 1 J/C
Potensial sel sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi, oleh karena itu potensial sel standar
diukur pada keadaan standar (298 K, 1 atm untuk gas, 1 M untuk larutan dan padatan murni
untuk solid).
POTENSIAL SEL STANDA
Potensial elektroda standar adalah potensial yang terkait dengan setengah reaksi yang ada
(wadah elektroda). Menurut kesepakatan potensial elektroda standar selalu ditulis dalam
setengah reaksi reduksi
Bentuk teroksidasi + ne à bentuk tereduksi E 1/2 sel
Potensial elektroda standar seperti halnya besaran termodinamika dapat dibalik dengan
mengubah tandanya
E sel = E katoda - E anoda

Ilmuwan telah menyepakati untuk memilih setengah reaksi rujukan dengan nilai 0 untuk reaksi:
2H+(aq, 1 M) + 2e à H2(g, 1 atm) Eorujukan = 0
H2(g, 1 atm) à 2H+(aq, 1 M) + 2e -Eorujukan = 0

Dengan nilai rujukan ini kita bisa menyusun sel volta yang menggunakan elektroda hidrogen
standar sebagai salah satu elektrodanya dan mengukur potensial sel dengan alat ukur, kemudian
kita dapat menentukan potensial elektroda standar banyak zat secara luas. Semua nilai adalah
relatif terhadap elektroda hidrogen standar (referensi)
2H+ (aq, 1 M) + 2e Û H2 (g, 1 atm)

Menurut konvensi semua setengah reaksi ditulis sebagai reaksi reduksi artinya semua reaktan
pengoksidasi dan semua produk pereduksi. Nilai Eo yang diberikan adalah setengah reaksi
tertulis, semakin positif nilainya semakin besar kecenderungan reaksi tersebut terjadi. Nilai Eo
memiliki nilai yang sama tetapi berbeda tanda jika reaksinya kita balik. Berdasarkan tabel
semakin keatas semakin oksidator dan semakin kebawah semakin reduktor.

REAKSI REDOKS SPONTAN


Setiap reaksi redoks adalah jumlah dari kedua setengah reaksi, sehingga akan ada reduktor dan
oksidator ditiap-tiap sisi reaks. Berdasarkan tabel maka reaksi spontan (Eosel> 0) akan terjadi
antara oksidator (sisi reaktan) dan reduktor (sisi produk) yang terletak dibawahnya
Misal Cu2+ (kiri) dan Zn (kanan) bereaksi spontan dan Zn terletak dibawah Cu2+

Logam yang dapat menggantikan H2 dari asam. Ambil salah satu logam, tuliskan reaksi
oksidasinya lalu jumlah untuk memperoleh Eosel jika positif maka H2 akan terlepas. Logam
yang tidak dapat menggantikan H2, dengan langkah yang sama, namun jika hasilnya Eosel < 0,
maka reaksi tidak spontan. Logam yang dapat menggantikan H2 dari air, logam yang terletak
dibawah reduksi air. Logam yang dapat menggantikan logam lain dari larutannya, yaitu logam
yang terletak dibagian bawah tabel dapat mereduksi logam yang terletak dibagian atas tabel.

Pengaruh Konsentrasi terhadap Potensial Sel


Sejauh ini potensial sel standar diukur dari potensial setengah sel juga pada keadaan standar
sementara kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan standarnya. Berdasarkan
persamaan yang telah diketahui:
∆G = ∆Go + RT ln Q sedangkan
∆G = -nFEsel juga ∆Go = -nFEosel sehingga
-nFEsel = -nFEosel + RT ln Q
Esel = Eosel - (RT/nF) ln Q

Aplikasi Persamaan Nernst


1. Saat Q < 1 sehingga [reaktan] > [produk] maka Esel > Eosel
2. Saat Q = 1 sehingga [reaktan] = [produk] maka Esel = Eosel
3. Saat Q > 1 sehingga [reaktan] < [produk] maka Esel < Eosel
4. Jika kita memasukkan nilai R dan T pada 298
5. Esel = Eosel - (0,0592 V/n) log Q (pada 25oC)

SEL ELEKTROLISIS
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari tentang reaksi-reaksi sel elektrolisis (aspek kualitatif).
Kemudian kita akan menghitung massa endapan logam dan volume gas yang dihasilkan dari
reaksi elektrolisis (aspek kuantitatif). Kita juga akan mempelajari pengaruh besarnya arus listrik
terhadap kuantitas produk elektrolisis yang dihasilkan.
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks
yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat
diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari
(lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta). Baterai aki yang sedang diisi
kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia
yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis.
Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut : 2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan
gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti denganlarutan
garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari reaksielektrolisis
larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan
Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel Potensial Standar
Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air lebih mudah
tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katodaadalah air.
Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan air hampir
sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), makaoksidasi ion
Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di anoda adalah
ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan garam NaCl adalah
sebagai berikut :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) ………… (1)

Anoda (+) : 2 Cl-(aq) ——> Cl2(g) + 2 e- ……………….. (2)


Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) ——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) ……………………. [(1) +
(2)]

Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH - (basa) di
katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat dibuktikan
dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi sejumlah
indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan
umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.
Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda, terjadi
persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air yang akan tereduksi
dikatoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda. Oleh karena
bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka spesi
SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi dianoda.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (-) : 4 H2O(l) + 4 e- ——> 2 H2(g) + 4 OH-(aq) ……….. (1)
Anoda (+) : 2 H2O(l) ——> O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- ……………….. (2)
Reaksi sel : 6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq) …………………….. [(1)
+ (2)]
6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) …………………. [(1) + (2)]
2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) …………………….. [(1) + (2)]
Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan
pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak
inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda,
sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam yang
tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi produk yang
dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan garam NaCl
dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. (1)
Anoda (+) : Cu(s) ——> Cu2+(aq) + 2 e- …………………….. (2)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) ——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. [(1) +
(2)]
Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan melanjutkan dengan
aspek kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah disebutkan di awal, tujuan utama elektrolisis
adalah untuk mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari larutan yang dielektrolisis. Kita
dapat menentukan kuantitas produk yang terbentuk melalui konsep mol dan stoikiometri.
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen
dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol
elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x
1023partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10-19 C. Dengan
demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron
1 Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Faraday = Coulomb / 96500
Coulomb = Faraday x 96500
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik
(Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere,
dan detik adalah sebagai berikut :
Coulomb = Ampere x Detik
Q=Ixt
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Faraday = (Ampere x Detik) / 96500
Faraday = (I x t) / 96500
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang
dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan
koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk
elektrolisis dapat ditemukan.
Hukum Faraday I : “Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan
kuat arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut”.
Rumus: m = e . i . t / 96.500
q=i.t
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi i
= kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)
Hukum Faraday II : “Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing
elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama
banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.”
Rumus: m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (garam)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Reaksi redoks adalah reaksi serah terima electron disertai perubahan biloks
2. Padas el volta katoda bermuatan positif ,anoda negative
3. Pada elektrolisis katoda negative anoda positif

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini mendapat
kritik yang membangun agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna lagi. Dan alangkah
baiknya jika isi dari makalah ini dapat dikoreksi oleh guru pengajar agar tidak terjadi
kesalahfahaman dalam memahami materi tentang Reaksi Redok dan Elektrokimia ini.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nya lah dan hidayah-Nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk dijadikan referensi yang lengkap dan menyeluruh tentang “Reaksi
Redoks dan Elektrokimia”.
Makalah ini disusun secara khusus dan sistemika untuk memenuhi tugas dan penyusunannya
dilakukan secara kelompok. Substansi yang terdapat dalam makalah ini berasal dari beberapa
referensi buku dan literature-literatur lain, ditambah pula dari sumber-sumber lain yang berasal
dari media elektronik melalui pengambilan bahan dari internet. Tentunya dari konstruksi yang
ada dalam makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah “Kimia Dasar” banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap diberikan kritikan yang membangun kepada para
pembaca.

Tasikmalaya, 12 Februari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar................................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
D. Manfaat................................................................................................. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 2
A. Pengertian Reaksi Redoks................................................................... 2
B. Penyetaraan Reaksi Redoks................................................................. 3
C. Pengertian Sel Elektrokimia................................................................. 4
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 11
A. Kesimpulan........................................................................................ 11
B. Saran................................................................................................... 11
MAKALAH KIMIA

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Disusun Oleh:
Nama : Riki
Tiwa
Hilmansyah
Nuril
Kelas : XI TSM

SMK YAYASAN ISLAM TASIKMALAYA


Jl. K.H. Ma’mun Sodik No. 50 Tasikmalaya

2016/2017

Anda mungkin juga menyukai