Anda di halaman 1dari 1

Setelah mengikuti rangkaian salah satu Kegiatan di Think Policy yaitu Bootcamp Sprint kesan yang

dapat saya gambarkan adalah Think Pol itu berhasil menggembirakan dunia kebijakan publik di
Indonesia. Think Pol mampu membangkitkan optimisme terhadap masa depan kebijakan publik,
seperti yang kita pahami hulu ke hilir proses kebijakan publik di Indonesia sangat rumit, kompleks
dan cenderung dimonopoli oleh aktor elite melalui bumbu-bumbu penyedap retorika sesaat mereka.
Alhasil, masih terdapat guyonan umum bahwa kebijakan itu terkadang bijaksana untuk yang ‘disana’
merujuk pada individu maupun golongan yang mempunyai power untuk mem-veto sebuah proses
kebijakan, tetapi tidak mengandung kebajikan bagi yang ‘disini’ merujuk masyarakat atau publik.

Think Pol mampu mengisi ruang kesenjangan (gap) antara pengetahuan (knowledge) dengan
kebijakan (policy) yang selama ini bagaikan air dengan minyak yang sulit untuk diselaraskan.
Faktanya proses kebijakan publik kita lebih dimonopoli oleh segelintir aktor elite sehingga menafikan
bukti-bukti untuk mendukung kebijakan (evidence based policy) dan masukan-masukan publik serta
advokasi masyarakat yang acapkali dimentahkan oleh Pemerintah. Saya sebagai akademisi yang
menggeluti bidang sosial dan politik sangat memahami ketidakmampuan kalangan peneliti untuk
berkomunikasi secara efektif dengan para pembuat kebijakan (policy maker). Contohnya sederhana
dalam kacamata teoritis proses kebijakan itu bisa digambarkan secara rapi melalui model siklus
kebijakan (policy cycle), yakni berawal dari agenda setting, formulasi, implementasi bahkan sampai
pada evaluasi kebijakan. Namun, dalam kenyataan prosesnya tidak semudah itu ferguso. Tidak
sederhana dan bukan merupakan siklus yang rapi. Kebijakan senyatanya tidak berada pada ruang
hampa, tetapi ianya berada pada ruang pertempuran kepentingan politik, eksklusifitas sosial,
kapitalisasi ekonomi dan lain sebagainya.

Desain kelas-kelas yang diberikan oleh Think Policy Bootcamp Sprint memberi segudang manfaat
dimana output dari kegiatan tersebut adalah membangun sebuah kapasitas individu untuk
menyongsong reformasi kebijakan publik (public policy reform) di Indonesia. Setelah kapasitas diri
terbentuk diharapkan muncul outcome untuk mampu menularkan semangat reformasi kebijakan
publik itu melalui organisasi, komunitas dan ruang-ruang interaksi dari yang mikro sampai pada level
makro.

Sekali lagi sebagai akademisi saya bersyukur pernah mengikuti rangkaian bootcamp sprint yang
menggembirakan dari Think Pol. Seluruh kelas memberikan insight baru bagi saya dalam
melaksanakan tugas-tugas fungsional seperti bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian. Pada
bidang pengajaran sharing ilmu dan pengalaman dari para mentor mampu memperkaya aktivitas
mengajar saya yang kemudian dapat meningkat dari sekedar transfer of knowledge menjadi transfer
of value. YA, VALUE! itulah kelebihan kelas-kelas Think Pol yang tidak hanya berkutat pada aspek
teoritis tetapi juga pada aspek teknokratis.

Kemudian pada bidang penelitian, Think Pol membuka cakrawala ide-ide baru yang dapat saya
address untuk menulis ataupun membuka area-area baru untuk keperluan penelitian saya. Pada
intinya Think Pol dapat menjadi bridging antara pengetahuan-menjadi-kebijakan (knowledge to
policy). Yang terakhir pada bidang pengabdian kepada masyarakat, Think Pol yang mempunyai
mantra kolaborasi dalam setiap aksinya tentu saja memberikan energi bagi saya dalam mendesain
program-program pengabdian terutama yang bersumber dari kegiatan Universitas dimana saya
mengabdi. Terimakasih Think Policy!

Anda mungkin juga menyukai