Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PUBLIC BADGETING / KEUANGAN PUBLIK

DOSEN PENGAMPU :
PROF. DR. H. SOLEH SURYADI, M.SI

ANDRE ARIESMANSYAH S.AP., M.AP

DISUSUN OLEH:
CHINTIYA TANIA PUTRI – 202010011
KELAS A

UNIVERSITAS PASUNDAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Public Badgeting/Keuangan
Publik dalam Studi Sistem Administrasi Publik Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Prof.
Dr. H. Soleh Suryadi, M.Si dan Bapak Andre Ariesmansyah S.Ap., M.Ap pada mata kuliah
Sistem Administrasi Publik Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Public Badgeting/Keuangan Publik dalam Studi Sistem Administrasi Publik
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bapak Prof. Dr. H. Soleh Suryadi, M.Si
dan Bapak Andre Ariesmansyah S.Ap., M.Ap, selaku dosen mata kuliah Sistem Administrasi
Publik Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 18 November 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….2

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….3

1. 1. Latar Belakang …………………………………………………………..3


1. 2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….6
1. 3. Tujuan Masalah ………………………………………………………….6

BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..7

1. 1 Pengertian Public Budgeting/Keuangan Publik……..……………………7


1. 2 Sumber – Sumber Penerimaan Negara………………………………….11
1.1.1 Sumber Penerimaan Negara Dari Pajak………………………….13
1.1.2 Sumber Penerimaan Negara Non Pajak…….…………………....14
1. 3 Jenis – Jenis Sumber Pendapatan Negara ……………………………....16
1.1.1 Pendapatan Pajak………………………………………………...16
1.1.2 Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)…………..17
1.1.3 Pendapatan Hibah……………………………………………......18
1. 4 Analisis Kasus Public Budgeting Tingkat Daerah Atau Nasional………19

BAB III. PENUTUP ……………………………………………………………………………26

1.1 Kesimpulan ……………………………………………………………...26


1.2 Saran …………………………………………………………………….27

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Budgeting merupakan salah satu Sistem Pengendalian Manajemen, atau sistem


Perencanaan kegiatan suatu organisasi untuk mewujudkan visi organisasi. Fokus utama dalam
Sistem Pengendalian Manajemen adalah implementasi strategi, yang menyajikan pengetahuan,
pandangan, dan keterampilan analisis yang berkaitan dengan bagaimana eksekutif senior dari
suatu perusahaan merancang dan mengimplementasikan sistem manajemen yang
berkesinambungan untuk merencanakan dan mengendalikan kinerja perusahaan.

Pengendalian manajemen merupakan keharusan dalam suatu organisasi yang


mempraktikkan desentralisasi. Salah satu pandangan berargumentasi bahwa sistem pengendalian
manajemen harus sesuai dengan strategi perusahaan maupun organisasi.

Seiring berkembangnya era reformasi, terdapat tuntutan untuk meningkatkan kinerja


organisasi sektor publik agar lebih berorientasi pada terwujudnya good public and corporate
governance (Mardiasmo, 2009:27). Pada hakekatnya, terwujudnya good governance
mensyaratkan adanya penerapan pelaporan keuangan yang berbasis pada prestasi kerja secara riil
sebagai salah satu indikator terselenggaranya pemerintahan yang bersih.

Pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar bertanggung jawab penuh


meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melaksanakan pembangunan berkelanjutan dan
berkeadilan sosial menjalankan aspek – aspek fungsional dari pemerintahan secara efisien dan
efektif sehingga dapat berwujud good governance. Kondisi ini yang mendorong berkembangnya
wacana perlunya reformasi keuangan dan anggaran agar pengalokasian anggaran lebih
berorientasi pada kepentingan publik.

3
Anggaran sektor publik mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama setelah
adanya gerakan reformasi sektor publik diberbagai negara. Ada beberapa jenis anggaran sektor
publik yaitu, Line Item Budget, Incremental Budget, Planning Programming Budgeting System
(PPBS), Zero Based Budget (ZBB), dan Performance Budget (Anggaran Berbasis Kinerja).
Performance Budget atau anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran (input) dan hasil (outcome) yang
diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil
tersebut (Mahmudi,2011;69-74)

Anggaran berbasis kinerja merupakan suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kinerja (output) dari perencanaan alokasi biaya (input) yang ditetapkan (Indra
Bastian, 2006:52). Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dnegan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Angggaran berbasis kinerja dalam Undang –
Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan negara yang menjelaskan bahwa rencana kerja dan
anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai atau berbasis kinerja. Sesuai
dengan permendagri No. 13 tahun 2006 penganggaran yang baik akan memberikan dasar bagi
pengguna anggaran dan menghasilkan informasi kinerja yang valid dan akurat, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan penyusunan kinerja untuk pengendalian.

Pelaporan keuangan sektor publik tentang laporan keuangan pemerintah merupakan


wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang
transparan untuk mencapai good governance. Pemerintah mempublikasikan laporan keuangan
bertujuan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi para pengguna kebutuhan informasi
laporan keuangan tersebut untuk masyarakat, pemerintah, para wakil rakyat, lembaga pengawas
dan lembaga pemeriksa serta pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,
dan pinjaman. Bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang
ini memberikan kewenangan bagi daerah untuk menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja
keuangannya dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah.

4
Laporan keuangan sektor publik memegang peranan penting dalam usaha menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Tuntutan semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor
publik memperbesar kebutuhan akan transparansi informasi keuangan sektor publik. Informasi
keuangan ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Akuntasi sektor publik memiliki mempunyai peranan penting dalam menyiapkan laporan
keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik (Mahmudi, 2008).

Menurut Sembiring (2013) pengelolaan keuangan daerah yang baik, Sekretariat Dearah
harus mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, yang didukung dengan latar belakang
pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman
di bidang keuangan. Sehingga untuk menerapkan sistem akuntansi, sumber daya manusia
tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik.

Sumber daya manusia Pemerintah Daerah yang gagal dalam memahami dan menerapkan
logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan
ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah. Sumber daya manusia
mempegaruhi keterandalan pelaporan keuangan adalah pemanfaatan teknologi informasi.
Pengelolaan keuangan daerah tertentu, pemerintah daerah seyognya dapat menyediakan
informasi atas anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan informasi akuntansi yang
akan digunakan manajer publik dalam melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian
organisasi secara tepat waktu, relevan, akurat dan lengkap. Suatu teknologi sistem informasi
(hardware dan software) dalam pemerintahan untuk menyediakan informasi tersebut agar
informasi yang dibutuhkan tersedia tepat waktu. Seperti kita ketahui bahwa total volume
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/D) dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang luar biasa. Dari sisi akuntansi hal tersebut menunjukkan bahwa volume
transaksi keuangan pemerintah juga menunjukkan kuantitas yang semakin besar dan kualitas
yang semakin rumit dan kompleks.

5
Pemerintah perlu mengoptimalisasi pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan
pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja sehingga
dapat meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan keuangan. Suatu entitas akuntansi yang
kompleks dan besar volumenya. Pemanfaatan teknologi informasi sangat membantu
mempercepat proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan tersebut tidak
kehilangan nilai informasi (Widyaningrum dan Rahmawati, 2010).

Teknologi informasi yang ada tidak atau belum mampu dimanfaatkan secara maksimal
maka implementasi teknologi menjadi sia-sia dan semakin mahal. Kendala penerapan teknologi
informasi antara lain berkaitan dengan kondisi perangkat keras, perangkat lunak yang digunakan,
pemutakhiram data, kondisi sumber daya manusia yang ada, dan keterbatasan dana. Kendala ini
yang mungkin menjadi faktor pemanfaatan teknologi di instansi pemerintah belum optimal.
Pemanfaatan teknologi informasi yang optimal ini mungkin juga memliliki pengaruh terhadap
keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah (Indriasari dan Naharyanto,
2008).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Public Budgeting/Keuangan Publik?
2. Bagaimana Sumber – Sumber Penerimaan Negara?
3. Jelaskan Jenis – Jenis Sumber Negara?
4. Jelaskan Dan Analisis Kasus Public Budgeting Tingkat Daerah Atau Nasional?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Public Budgeting/Keuangan Public.
2. Mengetahui Sumber – Sumber Penerimaan Negara.
3. Mengetahui Jenis – Jenis Sumber Negara.
4. Mengetahui Kasus Budgeting Tingkat Daerah Atau Nasional.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PUBLIC BUDGETING/KEUANGAN PUBLIK

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, keuangan negara didefinisikan


sebagai; semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (Pasal 1 butir 1). Pengertian tersebut secara historis
konseptual sebenarnya mengikuti rumusan pengertian keuangan negara yang pernah dihasilkan
dalam seminar Indonesische Comptabiliteit Wet (ICW) tanggal 30 Agustus – 5 September 1970
di Jakarta yang sebelumnya dalam teori hukum keuangan negara pernah pula dikemukakan oleh
van der Kemp.

Terminologi Keuangan Publik yaitu dapat diartikan sebagai Keuangan Negara, keuangan
pemerintah yang artinya aktifitas finansial pemerintahan (kajian kita tidak termasuk aktifitas
pemerintah dalam perekonomian). Secara teori, tidak selalu jelas subjek dari publik finance,
karena tergantung bentuk negara, sistem pemerintah dan konstitusi yang mengatur kehidupan
kenegaraan suatu negara

Keuangan negara menurut UU 17/2003: semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Keuangan publik juga mencakup aspek pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah
(pusat maupun daerah) :

1. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan / atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya.
2. Terminologi lain dari utang dan/atau piutang negara

7
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi :

1. Obyek, Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Subyek, Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negaram meliputi seluruh
obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/ Daerah, dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
3. Proses, Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungg jawaban.
4. Tujuan, Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan atau penguasaan obyek
sebagaimana tersebutdi atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Definisi dan ruang lingkup keuangan negara yang dirumuskan secara luas/komprehensif
tersebut dimaksudkan untuk mencegah adanya loopholes dalam regulasi yang bisa berimplikasi
terhadap terjadinya kerugian negara dalam hal pengelolaan keuangan negara. Jika dikaitkan
dengan upaya pemberantasan korupsi, penjelasan Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 juga
terlihat menganut sistem definisi yang luas/komprehensif terhadap pemaknaan keuangan negara
dengan menyatakan bahwa :

Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun,
yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan
negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena :

1. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara,


baik ditingkat pusat maupun di daerah;

8
2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang
menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga
berdasarkan perjanjian dengan negara.

Manajemen Keuangan Publik mengacu pada upaya atau peran pemerintah,


baik pusat maupun daerah dalam rangka mengelola keuangan negara yang mencakup berbagai
usaha untuk mendapatkan pendapatan, mengalokasikan dana publik, melakukan pengeluaran,
kebijakan pembiayaan, hingga tahap audit. Dalam melakukan pengeluaran, anggaran harus
digunakan dengan ekonomis, efektif, dan efisien yang ditujukan untuk mewujudkan pemerataan
dan keadilan, bukan mencari keuntungan atau profit. Keuangan publik memiliki cakupan yang
lebih luas dibandingkan dengan keuangan sektor swasta, dimana sumber pendapatan keuangan
publik diperoleh secara tidak langsung salah satunya dari perpajakan. Sementara untuk sumber
pendapatan sektor swasta didapatkan secara langsung.

Dikaitkan dengan pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan di BUMN, UU No. 17


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah menegaskan bahwa uang negara yang dipisahkan
pada BUMN secara yuridis normatif termasuk dalam keuangan negara sebagaimana diatur pada
pasal 2 huruf g yang menyatakan bahwa kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelolah
sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah.

Pasal 1 butir 10 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
mendefinisikan bahwa kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yangberasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belana Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara
pada Persero dan/atau Perum serta perseroan terbatas lainnya. Dari penjelasan ini, posisi BUMN
dalam perspektif hukum positif adalah melakukan pengelolaan keuangan negara. Artinya,
pengelolaan keuangan negara oleh BUMN tidak menghilangkan sifat dari kekayaan negara yang
dipisahkan sebagai uang negara, tidak berubah sifatnya menjadi uang privat.

9
Keuangan publik (public finance) memiliki keterkaitan dengan aspek publik secara
umum dan aspek publik secara khusus yang memiliki keterkaitan dengan negara. Di beberapa
negara pemaknaan keuangan publik secara sempit sebagai keuangan negara atau lebih sempit
sebagai anggaran negara.

Keuangan publik merupakan aktifitas finansial pemerintah. Yang termasuk pemerintah


disini adalah seluruh unit pemerintah dan institusi atau organisasi pemegang otoritas publik yang
dikendalikan dan didanai pemerintah. Fokus keuangan publik adalah mempelajari pendapatan
dan belanja pemerintah dan menganalisis implikasi dari kegiatan pendapatan dan belanja pada
alokasi sumber daya, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi.

Keuangan publik hakikatnya menunjuk pada dua hal yaitu sektor keuangan yang
digunakan untuk kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam lingkungan kuasanya.
Atau keuangan yang ditunjukkan pada fungsi penyelenggaraan pemerintahan umum dan
pelayanan umum dan pelayanan publik. Bagi negara berkembang, keberadaan keuangan publik
sama halnya dengan administrasi publik merupakan keharusan sebagaimana dikemukakan Irving
Swerdlow yang mengemukakan, “the importance of adequate publik administrastion for
economic growth was quickly recognized and emphasized.”

Meski UUD 1945 baik pra maupun pasca perubahan, istilah “Keuangan Negara” resmi
digunakan dalam konstitusi, namun istilah tersebut masih menimbulkan masalah penafsiran,
karena dalam realitasnya disamping keuangan negara masih terdapat keuangan daerah maupun
keuangan badan hukum lainnya yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) masih dikategorikan
sebagai keuangan negara.

Dalam sistematika hukum yang berlaku umum, pada saat ini dikenal adanya dua jenis
badan hukum, yakni : ”Badan Hukum Publik” dan “Badan Hukum Perdata”, dimana perbedaan
antara kedua badan hukum tersebut terletak pada “tugas dan kewajiban” (taak en bevoegheid)
bagi badan hukum publik sebagai dasar pelaksanaan fungsinya, dan “hak dan kewajiban” bagi
badan hukum perdata sebagai akibat perbuatan hukum dari suatu perjanjian perdata.

10
Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, yang tergolong badan hukum publik
adalah “Negara” dan “Daerah”, atau badan-badan hukum lain yang ditetapkan “dengan” undang-
undang atau berdasarkan peraturan perundang-undangan. Secara yuridis, suatu badan hukum
publik mempunyai “tugas dan kewenangan” dalam menetapkan suatu ketentuan peraturan
perundang-undangan atau kebijakan publik yang dapat mengikat semua anggota masyarakat.
Negara dan daerah atau badan hukum lain yang ditetapkan sebagai badan hukum publik
mempunyai imunitas publikyang tidak dimiliki oleh badan hukum perdata, dimana hubungan
hukumnya dibangun bersifat “vertikal”.

Dengan demikian, dalam konteks keuangan, keuangan negara dan keuangan daerah
memiliki persamaan, bahwa keduanya merupakan keuangan publik. Begitu juga dengan
keuangan negara yang dipisahkan ke badan hukum lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan seperti BUMN juga merupakan keuangan publik. Transformasi hukum dari
uang negara ke uang negara yang dipisahkan ke BUMN sebagai penyertaan modal, negara tidak
lagi berstatus subyek hukum publik. Akan tetapi negara bertindak dalam lingkungan hukum
privat.

B. SUMBER – SUMBER PENERIMAAN NEGARA

Menurut UU RI Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, pendapatan negara


danhibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan
negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang
berasal dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa, pajak penjualan atas
barang mewah, pajak bumi dan bangunan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai,
dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang
berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor. hingga saat inistruktur pendapatan negara
masih didominasi oleh penerimaan perpajakan, teruttama penerimaan pajak dalam negeri dari
sektor nonmigas.

11
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh
negaradalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba badan
usahamilik negara, serta penerimaan negara bukan pajak lainnya. Sebagai salah satu
sumber pendapatan negara, PNBP memiliki peran yang cukup penting dalam menopang
kebutuhan pendanaan anggaran dalam APBN walaupun sangat rentan terhadap
perkembangan berbagai faktor eksternal. PNBP juga dipengaruhi oleh perubahan indikator
ekonomi makro, terutama nilai tukar dan harga minyak mentah di pasar internasional. Hal ini
terutama karena struktur PNBP masih didomiinasi oleh penerimaan sumber daya alam (SDA),
khususnya yang berasaldari penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), yang sangat
dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar rupiah, harga minyak mentah, dan tingkat lifting
minyak.

Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta
dalam negeri serta sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri. Penerimaan hibah
yang dicatat didalam APBN merupakan suumbangan atau donasi (grant) dari negara - negara
asing, lemaga/badan nasional, serta perorangan yang tidak ada kewajiban untuk membayar
kembali. Perkembangan penerimaan negara yang berasal dari hibah ini dalam setiap tahun
anggaran bergantung pada komitmen dan kesediaan negara atau lembaga donatur dalam
memberikan donasi (bantuan) kepada Pemerintah Indonesia.

Salah satu sumber pendapatan negara yang utama adalah pajak. Di Indonesia, pajak
merupakan penerimaan utama yang sangat berpengaruh bagi pemerintah Republik Indonesia
selain sektor migas dan ekspor barang non migas. Sebagai salah satu penerimaan penting bagi
pemerintah, pajak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan (budgeter),
maupun untuk meningkatkan kegiatan masyarakat. Alokasi pajak untuk pembangunan prasarana,
dan perbaikan kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi
masyarakat (Wawan, 2017).

12
Menurut Undang – Undang Nomor 28 tahun 2008 pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana
dimaksud, pemerintah berusaha untuk mewujudkan dengan instrumen Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) setiap tahun, maka pemerintah selalu berusaha menghimpun dan
menggali potensi sumber-sumber pendapatan negara baik melalui penerimaan dalam negeri
(penerimaan pajak dan bukan pajak) maupun penerimaan hibah.

Sumber Penerimaan Negara dari Pajak

Seperti yang sudah disinggung diatas, sumber penerimaan atau pendapatan negara dari
pajak merupakan yang terbesar. Sumber pendapatan dari pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak
dari pusat dan daerah.

Secara umum, pengertian pajak adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
atau daerah kepada wajib pajak. Pungutan ini dilakukan dengan dasar undang-undang, jadi
pemungutan pajak dapat dilakukan dengan paksaan dan tanpa ada imbalan dari si pembayarnya.

1. Pajak dari Pemerintah Pusat :


 PPH : Pajak Penghasilan
 PPn BM : Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
 PPN : Pajak Pertambangan Nilai Barang dan Jasa
 PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
 BPHTB : Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
 Bea Masuk
 Cukai
 Bea Meterai
 Pajak Ekspor

13
2. Pajak dari Pemerintah Daerah :
 PHR : Pajak Hotel dan Restoran
 PKB : Pajak Kendaraan Bermotor
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Bahan Bakar

Sumber Penerimaan Negara Non Pajak

1. Keuntungan dari BUMN dan BUMD

Sumber penerimaan negara non pajak pertama berasal dari BUMN dan BUMD. BUMN
merupakan badan usaha milik negara, sementara BUMD adalah badan usaha milik daerah.
Kedua badan milik pemerintah ini menjadi salah satu sumber pendapatan negara. Dari BUMN,
pemerintah berhak memperoleh bagian laba atau keuntungan. Demikian juga pemerintah daerah
sebagai pemilik BUMD berhak memperoleh bagian laba keuntungan.

2. Retribusi

Sumber penerimaan negara selanjutnya adalah dari Retribusi. Secara umum, retribusi
merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat atau pun pemerintah daerah yang
didasari oleh Undang Undang. Contoh retribusi misalnya seperti pelayanan medis dirumah sakit
milik pemerintah, pembayaran uang sekolah, dan layanan yang dimiliki pemerintah lainnya.

3. Penerimaan Negara dari Denda dan Sita

Sumber pemasukan dari denda dan sita diperoleh apabila masyarakat, baik itu individu,
kelompok atau organisasi melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Apabila
diketahui adanya pelanggaran, maka pemerintah berhak untuk memungut denda atau bahkan
menyita sebuah aset. Contohnya seperti denda terhadap seseorang yang melakukan pelanggaran
lalulintas dan penyitaan barang ilegal.

14
4. Hibah atau Sumbangan

Sumber pendapatan negara selanjutnya diperoleh dari sumbangan atau hibah. Penerimaan
negara ini dapat diperoleh dari individu, kelompok, instansi, atau dari negara lain. Sumber
penerimaan negara ini tidak sama dengan hutang, artinya pemerintah tidak memiliki kewajiban
untuk mengembalikan sumbangan atau hibah tersebut.

5. Pinjaman (Hutang)

Sumber penerimaan negara bukan pajak ke lima berasal dari hutang atau pinjaman.
Pinjaman ini biasanya dilakukan oleh pemerintah apabila terjadi defisit anggaran. Pinjaman tidak
sama dengan hibah, artinya pemerintah harus mengembalikan pinjaman ini dalam kurun waktu
yang sudah ditetapkan. Pinjaman atau hutang ini dapat diperoleh dari dalam negeri atau pun luar
negeri. Sumbernya bisa dari bank internasional, non bank, individu atau berasal dari negara lain.

6. Pencetakan Uang

Sumber penerimaan terakhir berasal dari pencetakan uang. Pencetakan uang lazimnya
dilakukan saat terjadi defisit anggaran dan tidak ada alternatif lain yang harus dilakukan. Agar
tidak menimbulkan inflasi dalam percetakan uang, maka penentuan besarnya uang yang dicetak
harus dihitung dengan cermat dan teliti.

15
C. JENIS – JENIS PENDAPATAN NEGARA

Pendapatan Pajak

Pendapatan pajak menjadi sumber dana negara dan pendukung persedian kas negara.
Tugas atau kewenangan pemungutan pajak ini dilimpahkan langsung oleh Kementerian
Keuangan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Indonesia. Terdapat dua jenis pajak, yaitu
pajak pusat dan daerah. Untuk pajak pusat, pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat
melalui DJP. Sementara untuk pajak daerah, wewenang pemungutannya diberikan kepada Dinas
Pendapatan Daerah atau instansi terkait. Adapun jenis-jenis pajak yang dikategorikan sebagai
pajak pusat, yaitu:

 Pajak Penghasilan (PPh) PPh merupakan pajak yang ditanggung orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun pajak.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak jenis ini berlaku pada konsumsi barang kena
pajak atau jasa di dalam lingkup pabean.
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Pajak PPnBM berlaku pada barang
yang bukan merupakan kebutuhan pokok atau tersier, dikonsumsi masyarakat tertentu
atau masyarakat berpenghasilan tinggi, barang yang menunjukan status seseorang,
atau dapat merusak kesehatan serta moral masyarkat.
 Bea Materai Penarikan pajak ini berlaku atas pemanfaatan dokumen, seperti akta notaris,
surat perjanjian, surat berharga, kwitansi pembayaran, dan efek yang menerbitkan
nominal dengan jumlah tertentu.
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak yang diberlakukan untuk kepemilikan atau
pemanfaatan suatu tanah atau bangunan. Walau di pusat, hampir semua realisasi
penerimaan PBB ini diserahkan ke daerah.

Selain itu, penerimaan perpajakan masih ditambah oleh kepabean dan cukai yang
pemungutannya diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menarik bea
masuk dari barang-barang impor.

16
Adapun aturan penarikan bea impor, yakni apabila nilai barang yang diangkut kurang
dari FOB US$ 500 untuk setiap orang atau FOB US$ 1.000 untuk setiap keluarga. Penumpang
tidak diwajibkan untuk membayar bea masuk. Berbeda dengan cukai, pemungutan pajaknya
berlaku untuk barang-barang tertentu yang kena cukai, seperti etil alkohol, minuman
mengandung etil alkohol, dan produk tembakau.

Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Aturan terkait PNBP tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak. Berdasarkan beleid ini, PNBP ialah pungutan yang dibayar
individu atau badan tertentu dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas
layanan atau pemanfaatan sumber daya. Hak yang diperoleh negara menjadi penerimaan
pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah serta dikelola lewat mekanisme
APBN.

Dapat disimpulkan, sumber pendapatan jenis ini mencakup seluruh penerimaan


pemerintah pusat yang berasal bukan dari penerimaan perpajakan. Wewenang dan tanggung
jawab terkait pemungutan PNBP dilimpahkan kepada intansi pengelola PNBP yang terdiri atas
kementerian atau lembaga dan kementerian yang berfungsi sebagai bendahara umum negara.

Adapun yang termasuk objek PNBP ialah:

 Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) Penerimaan SDA mencakup penerimaan atas
SDA minyak dan gas (migas) dan non-migas.
 Kekayaan Negara yang Dipisahkan Penerimaan atas kekayaan yang dipisahkan berasal
dari keuntungan yang dibukukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
 Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) Pendapatan jenis ini diperoleh dari hasil
penyediaan layanan berupa penyediaan barang dan jasa, hingga pelayanan administratif.
 PNBP Lainnya PNBP lainnya juga diperoleh dengan cara memanfaatkan Barang Milik
negara (BMN), seperti sewa tanah dan bangunan.

17
Pendapatan Hibah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hibah berarti pemberian (dengan
sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain. Mengacu pada undang-
undang, hibah disebut sebagai penerimaan negara baik devisa atau devisa yang dirupiahkan, jasa
atausurat berharga yang diterima dari pemberi hibah, yang tidak perlu dibayarkan kembali dan
tidak pula mengikat, baik dari dalam maupun luar negeri.

Suatu hibah diberikan dengan berbagi tujuan, di antaranya mendukung terlaksananya


program pembangunan nasional, penanggulangan bencana alam, hingga bantuan kemanusiaan.
Untuk itu, hibah yang diterima pemerintah dimasukan ke APBN.

Adapun jenis-jenis hibah, ialah:

 Hibah Terencana Hibah jenis ini dijalankan melalui mekanisme perencanan dan dicatat
dalam Daftar Rencana Kegiatan Hibah (DRKH).
 Hibah Langsung Hibah jenis ini juga disebut sebagai hibah non-DRKH, yaitu hibah
yang dilaksanakan tanpa melalui mekanisme perencanaan.
 Hibah melalui KPPN Hibah melalui KPPN, untuk proses penarikannya, dilaksanakan di
Bendahara Umum negara (BUN) atau Kantor Pelayanan Perbendaharaan negara (KPPN).
 Hibah tanpa melalui KPPN Sesuai namanya, proses penarikan dana hibah jenis ini
tidak dilaksanakan di BUN maupun KPPN.
 Hibah Dalam Negeri Hibah ini berasal dari lembaga keuangan dan non-keuangan dalam
negeri, pemerintah daerah, perusahaan asing yang berdomisili dan beroperasi di
Indonesia, serta lembaga lain maupun perorangan.
 Hibah Luar Negeri Hibah yang diberikan oleh negara asing, lembaga Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), lembaga keuangan asing, lembaga multilateral, lembaga non
keuangan asing, lembaga keuangan berdomisili dan beroperasi di luar negeri, dan
perorangan.

18
D. ANALISIS KASUS PUBLIC BUDGETING TINGKAT DAERAH ATAU
NASIONAL

ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBD (STUDI KASUS


PADA PEMERINTAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW)

Seiring dengan keinginan dan kebutuhan publik di tingkat daerah yang menuntut
pemerintah pusat untuk memperhatikan tingkat pelayanan kepada publik sampai pada tingkat
daerah, sehingga pemerintah pusat dalam mewujudkan keinginan dan kebutuhan publik di
tingkat daerah, tonggak sejarah reformasi perencanaan keuangan daerah ditandai dengan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang dimulai 1 Januari 2001, desentralisasi yaitu
penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus
urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka pemerintah
daerah dapat menyusun, mengatur dan mengurus sendiri daerahnya sendiri tanpa ada campur
tangan pemerintah pusat.

Tujuan pelaksanaan otonomi daerah tersebut secara umum yaitu untuk meningkatkan
kemandirian daerah, memperbaiki transparansi, dan akuntabilitas publik atas pengelolaan
keuangan daerah juga meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan
pelayanan kepada publik serta mendorong demokrasi di daerah. Mardiasmo (2004:59) tujuan
utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public
service) dan memajukan perekonomian daerah. Agar pemerintah daerah dapat meningkatkan
pelayanan pada publik dengan maksimal, maka salah satu cara yang dapat dipertimbangkan
untuk dilaksanakan yaitu mengimplementasikan kebijakan di bidang perencanaan keuangan yang
taat prosedur. Hal ini dilatari oleh suatu pandangan bahwa dalam rangka mencapai tujuan
perencanaan keuangan yang efektif dan efisien, tahapan dalam usaha pencapaian tujuan maka
harus dilakukan secara berjenjang, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Diyakini organisasi
pemerintahan dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

19
Upaya perbaikan pengelolaan keuangan daerah, khususnya penganggaran di Pemerintah
Kabupaten Bolaang Mongondow, masih merupakan agenda strategis bagi percepatan
peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah, yang merupakan inti dari Kewajiban Daerah, DPRD,
dan Kepala Daerah. Bila diarahkan ke lokus penelitian ini yaitu di Pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow, maka ke empat faktor dominan dalam penganggaran diatas patut
mendapat perhatian. Dikatakan demikian, karena untuk mencapai visi dan misi Kabupaten
Bolaang Mongondow, dalam rangka "mewujudkan masyarakat Bolaang Mongondow yang
berbudaya, berdaya saing, dan sejahtera" dibutuhkan kemampuan manajemen yang handal, maka
faktor dominan dalam penganggaran akan memberikan manfaat yang positif bagi Pemerintah
Kabupaten Bolaang Mongondow, guna memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Namun dalam tahapan perencanaan dan penganggaran APBD di Pemerintah Kabupaten


Bolaang Mongondow masih jauh dari apa yang diamanatkan dalam peraturan dan
perundangundangan yang ada. Ada fenomena menarik terkait proses perencanaan dan
penganggaran tersebut, sebenarnya fenomena ini bukan masalah baru. Tetapi masalah yang dari
tahun ke tahun seringkali berulang. Karena sebagai suatu masalah yang berpotensi merugikan
masyarakat, maka seharusnya menjadi perhatian bersama terutama bagi pemerintah daerah.
Secara mekanisme, tahapan perencanaan dan penganggaran di Pemerintah Kabupaten Bolaang
Mongondow meliputi proses yang panjang mulai dari musyawarah pembangunan di tingkat desa
dari bulan Januari, penetapan Rencana Kerja Tahunan pada bulan Mei, penyusunan usulan
anggaran bulan Agustus, sampai dengan penetapan APBD sendiri pada bulan Desember.

Proses yang panjang tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu tahap perencanaan dan
tahap penganggaran. Tahapan perencanaan, tujuannya adalah menghasilkan dokumen Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berisi daftar kegiatan yang secara logis dilakukan oleh
pemerintah pada tahun depan, sedangkan jumlah pendanaan yang dibutuhkan oleh kegiatan-
kegiatan tersebut baru akan diputuskan pada tahap penganggaran yang dimulai pada bulan Juli
dan berakhir dengan penetapan APBD di bulan Desember. Dari tahapan-tahapan tersebut, dapat
diidentifikasi beberapa faktor yang menjadi penyebab molornya penetapan APBD.

Kegagalan sistem perencanaan dalam proses musyawarah pembangunan, baik ditingkat


desa, kecamatan maupun kabupaten/kota seharusnya diikuti oleh berbagai unsur masyarakat
pada proses yang berujung pada dokumen Rencana Kerja Pemerintah tersebut sebagian besar

20
aspirasi masyarakat termasuk pokok-pokok pikiran DPRD seharusnya telah tersalur. Dengan
demikian, daftar kegiatan dalam rencana kerja merupakan kesepakatan seluruh pemangku
kepentingan yang seharusnya “tidak perlu didebatkan lagi” dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow belum transparan kepada masyarakat dalam proses perencanaan dan
penganggaran.

Kegagalan pemerintah dalam meletakkan kerangka proses perencanaan dan


penganggaran yang terpadu dan efisien. Akibatnya, Pemerintah Daerah dalam proses
penyusunan APBD lebih banyak membuang waktu pada hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu
penting. Hal-hal tersebut diperparah oleh kapasitas SDM di Pemerintah Daerah yang umumnya
mengalami kesulitan dalam menerjemahkan substansi yang dikehendaki pemerintah pada level
teknis.

Dari berbagai persoalan yang timbul sehubungan dengan pengelolaan keuangan daerah
dimana dipandang perlu untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan atau faktor-faktor
apa yang menjadi penyebabnya sehingga penulis tertarik untuk Menganalisis Proses Perencanaan
dan Penganggaran APBD pada Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow. Diharapkan
dengan hasil dari identifikasi tersebut dapat dijadikan solusi yang tepat sehingga dengan
demikian pelaksanaan anggaran dapat memenuhi azas pengelolaan keuangan daerah itu sendiri
yaitu partisipatif, transparan dan akuntabel.

21
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik yang merujuk
pada Bungin (2015:242), Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan, sejak Desember
2016 hingga Februari 2017. Dalam melaksanakan penelitian peneliti menggunakan instrumen
pendukung (alat perekam: audio/video recorder, kamera, buku catatan dan alat tulis). Instrumen
ini digunakan untuk menunjang hasil penelitian agar dapat memperoleh dan menggali informasi
sebanyakbanyaknya tentang permasalahan yang ada, sehingga bisa diketahui kendala-kendala
apa yang ada dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD di Pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow dan upaya-upaya apa yang dapat dilakukan guna perbaikan di masa yang
akan datang.

Peneliti menemukan kategorisasi/coding, 6 (enam) tema penting yaitu: pertama,


pelaksanaan Musrenbang; kedua, peran TAPD; ketiga, penyusunan KUA-PPAS; keempat,
penyusunan RKA-SKPD, Kelima, pengalokasian anggaran; keenam, upaya-upaya yang
dilakukan.

1. Pelaksanaan Musrenbang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi, Pemerintah Kabupaten Bolaang


Mongondow dalam penyusunan anggaran telah mengacu pada Permendagri Nomor 21 Tahun
2011 yaitu Perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, khusus di Pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow mekanismenya adalah sebagaimana dalam Permendagri Nomor 21 Tahun
2011 yaitu perubahan kedua Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, melalui tahapan proses,
tahapan itu mulai dari awal tahun dimulai dari Musrenbang tingkat desa, Musrenbang tingkat
kecamatan, Musrenbang tingkat kabupaten dan Musrenbang tingkat provinsi serta Musrenbang
tingkat nasional.

22
Lewat Musrenbang itu didapatilah usulan-usulan masyarakat sesuai kebutuhan di
masyarakat yang disinkronkan dengan visi-misi dan RPJMD dari Bupati dan Wakil Bupati. Akan
tetapi proses penyusunan anggaran daerah yang mekanismenya dimulai dari tingkat desa,
kecamatan hingga kabupaten ada kendala-kendala dalam proses perencanaan APBD ditahapan
Musrenbang yaitu sebagai berikut:

a. Tidak efektifnya Musrenbang karena tidak mengikuti Peraturan perundang-undangan


yang ada.
b. Tidak Sinkronnya antara hasil Musrenbang dan hasil reses anggota DPRD serta hasil
audiens Bupati.

2. Peran Tim Anggaran Pemerintah Daerah.

Kendala yang dihadapi Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk memaksimalkan


perannya dalam proses perencanaan semuanya tidak lepas dari berbagai faktor yang menghambat
penerapannya, dari hasil penelitian ditemukan beberapa faktor penghambat peran TAPD di
Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Yaitu:

a. Penentuan jadwal pembahasan kurang baik, karena adanya kesibukan pihak eksekutif dan
legislatif.
b. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara TAPD dan Pihak legislatif DPRD sehingga
berdampak pada tahapan pembahasan yang terburu-buru.
c. Sumber Daya Manusia, dalam hal ini ketidaktegasan pimpinan tertinggi eksekutif dalam
memberikan peringatan pada SKPD.
d. TAPD tidak mampu berargumentasi terhadap kegiatan SKPD.

3. Penyusunan KUA-PPAS

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) merupakan perumusan kebijakan


anggaran yang disusun berdasarkan Kebijakan Umum APBD (KUA), Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi-asumsi dasar dalam
penyusunan RAPBD dan kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah serta strategi
pencapaiannya.

23
Pada kenyataannya proses penyusunan anggaran dari Musrenbang sudah bermasalah,
sehingga tahapan pengajuan KUA-PPAS juga tidak lepas dari masalah, dari hasil penelitian ada
dua hal yang terjadi, pertama bahwa pihak Bappeda selaku koordinator penyusunan APBD
belum melakukan kajian mengenai kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan SKPD yang
bersangkutan, dimana hal ini cenderung menunjukkan bahwa hasil Musrenbang belum menjadi
pijakan dalam proses penyusunan anggaran khususnya pada tahap KUA-PPAS. Kedua, pihak
TAPD belum memahami urgensi KUA-PPAS. Dari kedua hal ini, dapat diringkas bahwa
KUAPPAS belum menggambarkan kebutuhan anggaran pada program dan kegiatan tiap SKPD.

Halim dan Abdullah (2006) Eksekutif membuat rancangan APBD sesuai dengan
KUAPPAS, yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas
bersamasama sebelum ditetapkan sebagai peraturan daerah. Disamping itu Pemerintah Daerah
dan DPRD juga harus menjaga dan mengawal adanya konsistensi, sinkronisasi dan sinergitas
antara substansi KUA-PPAS, RKA-SKPD/RKA-PPKD RAPBD.

4. Penyusunan RKA-SKPD

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa RKA-SKPD yang berisi program dan kegiatan
sesuai kebutuhan SKPD, namun ketika dibahas bersama DPRD, masih ada evaluasi dari pihak
DPRD, dimana hal ini menggambarkan bahwa sinkronisasi program dan kegiatan antara pihak
eksekutif dan legislatif melalui kegiatan Musrenbang, maupun kegiatan reses anggota DPRD
serta audiens Bupati belum berjalan maksimal. Dengan demikian dapat dirangkum bahwa RKA-
SKPD belum mampu menyakinkan pihak DPRD, sehingga dalam pembahasan masih dikoreksi,
dimana hal ini memberikan gambaran bahwa RKA-SKPD belum memuat program kegiatan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Harusnya anggaran bisa dimanfaatkan dengan maksimal sesuai kebutuhan, dalam hal ini
sebuah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah berpangkal pada skala prioritas dengan itu akan
menimbulkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran untuk kepentingan publik. sejalan dengan
hal diatas, Lukman (1998) dalam Suaib (2015:209) aparat pelayan hendaknya memahami
variabel-variabel pelayanan prima seperti yang terdapat dalam agenda perilaku pelayanan prima
sektor publik.

24
Variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah yang bertugas melayani;


2. Masyarakat yang dilayani pemerintah;
3. Kebijaksanaan yang dijadikan landasan pelayanan publik;
4. Peralatan atau sarana pelayanan yang canggih;
5. Resources yang tersedia untuk diracik dalam bentuk kegiatan pelayanan;
6. Kualitas pelayanan yang memuaskan masyarakat sesuai dengan standar dan asasasas
pelayanan masyarakat;
7. Manajemen dan kepemimpinan serta organisasi pelayanan masyarakat;

5. Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa perencanaan dan penganggaran APBD di
Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow mestinya sudah harus menerapkan sistem
eplanning, sehingga perencanaan dan penganggaran APBD mulai dari Bottom Up hingga Top
Down dalam hal ini mulai dari tahapan Musrenbang, KUA-PPAS dan RKA-SKPD serta peranan
Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Tim Banggar sepenuhnya bertitik pangkal pada skala
prioritas anggaran.

Karena dengan menggunakan Teknologi informasi perencanaan (e-Planning) sebagai alat


penyusunan RKPD, KUA-PPAS, KUA-PPAS Perubahan, RKPD Perubahan dapat terselesaikan
dengan mudah, cepat dan sesuai dengan arahan yang terkandung dalam Permendagri Nomor 54
Tahun 2010. Dengan adanya alat bantu e-Planning Bappeda dapat memaksimalkan sistem juga
mampu menyajikan analisisi data yang informatif bagi para pemangku kepentingan. Miarso
(2007) teknologi merupakan suatu bentuk proses yang meningkatkan nilai tambah.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keuangan publik merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari


aktivitasfinansial pemerintah. Yang dimaksud pemrintah disini adalah seluruh unit pemerintah
danorganisasi pemegang otoritas publik lainnya yang dikendalikan dan didanai oleh pemerintah.
Keuangan publik menjelaskan belanja publik dan teknik-teknik yang digunakan oleh
pemerintahuntuk membiayai belanja tersebut. Keuangan publik juga menganalisis pengeluaran
public untukmembantu mamahami mengapa suatu jasa harus disediakan oleh negara dan
mengapa pemerintah menggantungkannya pada jenis-jenis pajak tertentu.

Setiap kebijakan keuangan public yang diambil oleh pemerintah memiliki pengaruh
padaekonomi dan keuangan rumah tangga dan swasta. Sehingga, penting untuk mengembangkan
model ekonomi yang membantu menjelaskan arti alokasi sumber daya yang efisien atau optimal,
keadilan, dan antisipasi akibat finansial maupun ekonomi atas suatu keputusan publik. Dengan
demikian, focus keuangan publik adalah mempelajari pendapatan belanja pemerintah dan
menganalisis implikasi dari kegiatan pendapatan dan belanja pada alokasi sumber daya,
distribusi pendapatan, dan stabilitas ekonomi.

Sumber keuangan negara republic Indonesia adalah semuanya yang berhubungan dengan
penerimaan dan pengeluaran negara republic Indonesia. Sumber keuangan tersebut berdampak
besar terhadap perekonomian negara kita secara keseluruhan.

Sumber keuangan negara akan selalu menarik untuk di perbincangkan. Keuangan negara
digunakan untuk membiayai dan menjalankan setiap program – program pemerintah. Artinya,
keuangan negara akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan menigkatkan
kesejahteraan seluruh rakyat.

26
B. SARAN

Demikian makalah yang dapat penyusun paparkan, tentunya dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kata – kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam penyajiannya
yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran
sangatlah penyusun harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa mendatang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bukan Hanya Pajak, Ini Jenis Sumber Pendapatan Negara. (2021, August 23). Berita Terkini
Ekonomi dan Bisnis Indonesia - Katadata.co.id.

(n.d.). Welcome to Repository Universitas Muhammadiyah Jember – Repository UM Jember.

Makalah-sumber Penerimaan Negara. (n.d.). Academia.edu - Share research.

(n.d.). Neliti. https://media.neliti.com/media/publications/64678-ID-analisis-proses-perencanaan-


dan-pengangg.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai