Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH METABOLISME

DINDING SEL

Makalah

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Metabolisme Sel

Program Studi Pendidikan Ipa Konsentrasi Biologi

Disusun oleh :

Sarini Rahayu NIM (0402519047)


Nurul Azmi NIM (0402519039)
Evira Yustika NIM (0402519007)
Umu Sa’adah NIM (0402519041)

UNIVERSITAS NEGERI SEMERANG

PROGRAM PASCA SARJANA

TAHUN PEMBELAJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan
Karunia-NYA maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Dinding Sel.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Metabolisme Sel.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik teknis
penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada ibu Prof. Dr. RETNO SRI ISWARI, S. U. dan Ibu Dr. Nugrahaningsih WH,
M. Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Metabolisme Sel. Secara khusus kami juga
menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut membantu kami dalam
penyusunan makalalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sendiri sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Amin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Wassalam. 

Semarang, 30 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 1
BAB II. PEMBAHASAN 2
2.1. Sejarah Dan Defenisi Dinding Sel 2
2.2. Fungsi Dinding sel 2
2.3. Sifat Dinding sel 5
2.4. Komponen Penyusun Dinding Sel 8
2.5. Penebalan Dinding Sel 15
2.6. Noktah 16
2.7. Dinding Sel Bakteri 23
2.8. Pertumbuhan Dinding Sel
BAB III. PENUTUP 25
3.1. Kesimpulan 25
3.2. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sel merupakan unit dasar yang menyusun suatu organisme, yang
berupa bangunan kompleks dan mempunyai ciri-ciri antara lain dapat
memperbanyak diri bila masih muda dan dapat mempergunakan lingkungan
hidup sebagai sarana kehidupannya. Dengan mempelajari sel, akan membawa
kita pada suatu petualangan yangmengejutkan. Organism yang hidup sekarang
ini berasal dari satu sel induk yang ada pada berjuta-juta tahun yang lalu, sel
induk ini secara bertahap dan pelan-pelan, berubah untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungaannya agar dapat melangsungkan hidupnya. Sel-sel itu
sendiri memiliki bagian-bagian atau organel-organel yang memiliki fungsi
tertentu, salah satunya dinding sel.
Suatu dinding sel adalah organel yang penting dan berbeda, hadir
dalam tumbuhan, bakteri, alga dan jamur. Hal ini juga dapat ditemukan dalam
beberapa archaea. Hal ini juga terjadi menjadi fitur khusus yang membantu
kita membedakan sel tumbuhan dari sel hewan. Meski ukurannya kecil,
dinding sel melakukan sejumlah fungsi yang membentuk dasar proses
kehidupan tanaman. Pada tumbuhan, dinding sel terdiri dari polisakarida yang
merupakan karbohidrat kompleks dibangun dari monosakarida. Dengan kata
sederhana, itu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, polisakarida pectic, lignin,
protein, lipid tertentu dan air. Dalam kasus ganggang, dinding sel
mengandung polisakarida salah satu atau berbagai glikoprotein, atau
keduanya; jamur memiliki dinding sel sebagian besar terdiri dari kitin dan
lainnya polisakarida, dan dinding sel bakteri terbuat dari peptidoglikan, yang
terdiri dari rantai polisakarida silang dengan peptida biasa yang mengandung
asam D-amino.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah ditemukanya dinding sel?
2. Apakah fungsi dari dinding sel dan sifat dari dinding sel ?

1
3. Apa sajakah senyawa penyusun dinding sel ?
1.3. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui sejarah ditemukanya dinding sel
2. Untuk mengetahui fungsi dari dinding sel dan sifat dari dinding sel
3. Untuk megetahui senyawa penyusun dinding sel

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. SEJARAH DAN DEFENISI DINDING SEL


Tahun 1665, ROBERT HOOKE (ahli Botani Inggris). Pertama kali
menemukan sel. Ia mengiris gabus tanaman Quercus suber dan menemukan
gabungan ruangan-ruangan kecil seperti rumah lebah. Selanjutnya ia
mengadakan/membuat irisan pada bagian yang masih segar dan tampak adanya
cairan di dalam sel yaitu sitoplasma/plasma sel. Ruang-ruang kecil tersebut seperti
penjara sehingga disebut  ‘cella’ (kamar kecil). Ruang, tentunya ada yang
membatasi yang disebut dinding. Sehingga seiring ditemukannya sel,
ditemukannya pula dinding sel.
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi
ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki
tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan
kelengkapannya berbeda. Dinding sel hanya dimiliki oleh sel tumbuhan, sehingga
menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel
hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel
dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur
dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam
sel.
Dinding sel merupakan benda ergastik/tidak hidup/termasuk komponen
non protoplasmik di luar plasma sel. Dalam perkembangannya dibagi menjadi 3
tahap :
1) Substansi inter seluler atau lamella tengah
Lapisan ini merupakan lapisan yang pertama kali terbentuk selama
pembelahan sel. Merupakan lapisan yang terdiri dari polisakarida pektin yang
kaya akan lapisan lem yang mengikat sel-sel yang berdekatan. Sifat lamela tengah
adalah Amorf, Koloidal, Optik inaktif, dapat dilarutkan dengan cara maserasi,
Mengandung persenyawaan pektin Ca dan Mg pekat. Pada jaringan tua sukar
dibedakan dengan dinding primer. Maserasi adalah Salah satu cara pembuatan

3
preparat yg dpt memberikan gambaran jelas mengenai bentuk sel. Yaitu dinding
sel yang mula-mula terbentuk pada waktu terjadi pembelahan sel, juga disebut
dinding primitif yang sangat tipis, terdiri atas zat pektin dan protopektin.
2. Dinding primer
Yaitu perkembangan dari lamela tengah yang telah mengalami perubahan
primer karena adanya penebalan zat selulosa dan hemiselulosa dan kadang-kadang
dijumpai senyawa polisakarida non selulosa. Misal : pada dinding sel parenkim.
3. Dinding sekunder
Yaitu perkembangan lebih lanjut dari dinding primer karena adanya
penebalan dinding dari lignin. Hanya dijumpai pada sel-sel dengan fungsi khusus :
trakea, trakeida/sklerenkim.
Perhatikan tabel dibawah ini untuk melihat perbedaan antara dinding
primer dan dinding sekunder.

Karakteristik Dinding primer Dinding sekunder


Fleksibilitas dan Tinggi Rendah
ekstensibilitas
Ketebalan Dinamis Statis
Susunan mikrofibril Acak Sejajar
Kadar selulosa Rendah Tinggi
Kadar hemiselulosa 50% 25%
Kadar lipid 5-10% Sedikit/tidak ada
Kadar protein 5% Rendah
Pertumbuhan Multinet Aposisi
                                
Tabel 1. Perbedaan dinding sel primer dan sekunder

4
Gambar 1 : Dinding sel

2.2. FUNGSI DINDING SEL DALAM TUMBUHAN


Dalam tanaman, dinding sel terbentuk selama pembelahan sel itu sendiri,
ketika pelat sel terbentuk antara anak inti sel. Setelah formasi awal, plat sel
menjadi dinding sel primer, dan selama jangka waktu, menebal untuk membentuk
dinding sel sekunder. Penebalan ini berlangsung luar, menyebabkan lumen
menyusut karena dinding sel bergerak dari seorang dinding sel primer ke dinding
sel sekunder. Hal ini secara luas dianggap bahwa penebalan ini berlangsung
dengan aposisi.
1) Fungsi Dinding Sel  Menentukan Bentuk, Kekuatan Dan Dukungan
Dinding sel bertindak sebagai kerangka serta dianggap paling
bertanggung jawab memelihara atau menentukan bentuk sel. Arah dan
laju pertumbuhan sel juga ditentukan oleh dinding sel. Seiring dengan
dukungan, dinding sel juga bertanggung jawab untuk memberikan
kekuatan mekanik sel. Dinding sel terdiri dari selulosa, yang terdiri dari
ribuan molekul D-glukosa. Molekul-molekul ini terikat satu sama lain
melalui ikatan hidrogen yang kuat yang menyediakan kekakuan dan
kaku ke sel. Hal ini membantu tumbuhan untuk berdiri tegak meskipun
tidak memiliki kerangka tulang.
2) Fungsi Dinding Sel  Mengontrol Tekanan Turgor
Tekanan turgor, atau turgidity, didefinisikan sebagai tekanan yang
diterapkan oleh konstituen sel pada dinding sel. Fungsi penting dari

5
dinding sel adalah untuk menjaga tekanan turgor. Hal ini ditentukan
oleh jumlah air yang hadir dalam vakuola, yang secara langsung sesuai
dengan tekanan osmotik. Gaya yang diberikan pada dinding sel.
Dinding sel, menjadi tidak fleksibel, memberikan gaya kembali ke sel.
Ini menyumbang kekakuan tumbuhan dan membantu untuk tetap tegak.
Namun, perlu ada keseimbangan antara tekanan pada dinding sel dan
kekakuan dinding sel, karena tekanan berlebih dapat menyebabkan
pecahnya sel, sementara tekanan kurang dapat membuat sel lembek.
3) Fungsi Dinding Sel  Lintas Zat
Fungsi lain dinding sel yang penting terkait dengan sifat semi-
permeabel nya. Ini membantu mengatur difusi materi melalui apoplast.
Fitur ini dari dinding sel memungkinkan pertukaran zat, seperti molekul
kecil dan protein, masuk dan keluar dari sel. Hal ini juga membantu
dalam menyaring molekul besar. Zat penting lainnya, seperti air dan
karbon dioksida, juga didistribusikan ke seluruh setiap sel tumbuhan
dengan bantuan dinding sel ke kontak dinding sel. Dengan demikian,
salah satu fungsi dari dinding sel adalah pemeliharaan homeostasis
dalam sel.
4) Fungsi Dinding Sel  Perlindungan
Tumbuhan tidak mampu bergerak, sehingga mereka membutuhkan
perlindungan lebih banyak untuk menyelamatkan diri dari bahaya
apapun. Dinding sel adalah garis pertahanan pertama untuk sel selama
serangan dari patogen dan mikroorganisme. Aset menjadi kaku
mencegah patogen dan benda asing lainnya yang berbahaya masuk. Ia
juga menawarkan perlindungan terhadap stres mekanik sel.
5) Fungsi Dinding Sel Penyimpanan Karbohidrat
Dinding sel merupakan cadangan penting karbohidrat (terutama untuk
benih), yang dapat, dalam situasi mengerikan, akan digunakan oleh sel
untuk tujuan metabolik lainnya.
6) Fungsi Dinding Sel Pensinyalan

6
Dinding sel mengandung oligosaccharins yang bertindak sebagai
hormon untuk sel, karena mereka merangsang sintesis etilen, kitinase
dan enzim lain seperti dalam sel. Pelepasan hasil ini enzim dalam
sebuah ledakan oksidatif, memproduksi senyawa oksigen yang
berhubungan dengan peroksida, superoksida dan lainnya yang
menyerang patogen dan juga membuat dinding sel lebih kaku dan sulit untuk
menembus. Dengan demikian, dinding sel tersebut diberikan sebagai sumber
sinyal molekul biologis aktif.
Fungsi di Dinding sel Organisme Lainnya
1) Fungsi Dinding Sel Dalam Bakteri
Dinding sel terdiri dari peptidoglikan dan kaku Menyediakan bentuk
pada sel Membantu menjaga organel dalam sel Tidak membiarkan sel
meledak karena perubahan tekanan osmotik
2) Fungsi Dinding Sel Dalam Jamur
Bertindak sebagai penghalang struktural Menentukan pola pertumbuhan
sel Melindungi sel dari meledak selama perubahan tekanan osmotik
Bertindak sebagai tempat pengikatan reaksi enzim Menengahi interaksi
sel pada organisme lain
3) Fungsi Dinding Sel Dalam Alga
Memberikan kekuatan untuk sel Membantu dalam perlindungan sel
Bertindak sebagai mediator antara sel dan lingkungan Menjadi
permeabel, membantu untuk mentransfer molekul dari satu sel ke sel
lainnya Berisi molekul reseptor yang membantu dalam berkomunikasi
satu sel ke yang lain.
Dinding sel adalah fitur khusus dari sel yang melayani berbagai tujuan.
Dengan demikian, sangat penting untuk memahami berbagai fungsi dinding sel
untuk benar-benar menghargai pentingnya struktur kompleks ini.
2.3. SIFAT DINDING SEL
1) Sifat Fisik : Dinding sel terdiri atas misel yaitu bangun-bangun molekul
yag tersusun oleh selulose. Bangun-bangun tersebut merupakan fibril
yang bersambungan yang tersusun miring dan pada awal perkembangan

7
sejajar satu sama lain, sedang pada perkembangan berikutnya serupa
rangka seperti jala.
2) Sifat Kimia : Dinding sel tersusun oleh zat organik dan anorganik. Zat-
zat organik yang dijumpai pada dinding sel adalah :pectin, hemiselulosa,
pentosan, protopekti, lignin, kutin, selulose, suberin, sapropolenin.
2.4. KOMPONEN PENYUSUN DINDING SEL
Adanya zat-zat tersebut dapat diketahui dengan pembubuhan reagensia
tertentu yang disebut reaksi mikrokimia. Zat-zat anorganik yang terdapat pada
dinding sel antara lain kersik (SiO2) dan zat kapur. Sel terdiri dari :
1) Komponen Protoplasmik : sitoplasma, nucleus, plastida, mitokondria
2) Komponen Non Protoplasmik/benda-benda ergastik : vakuola,
karbohidrat, protein, lemak, tanin, Ca-oxalat, dinding sel.
Dinding sel pada sel yang masih muda adalah tipis, makin dewasa sel
tersebut dinding selnya relative bertambah tebal, sehingga terbentuknya dinding
sel sangat erat hubungannya dengan perkembangan sel tersebut. Penebalan
dinding masing-masing sel berbeda-beda karena disesuaikan dengan fungsinya,
sehingga terdapat perbedaan bentuk sel.
1) Komponen Dinding Sel Tumbuhan
Komponen utama dinding sel tumbuhan adalah polisakarida yang terdiri
atas tiga tipe utama yaitu Selulosa, Hemiselulosa, Polisakarida pektat.

Gambar 2. Struktur Dinding Sel Tumbuhan


Beberapa reaksi mikrokimia terhadap dinding sel :
1) Selulosa

8
Selulosa adalah polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan
dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Rantai selulosa terdiri dari satuan glukosa yang
saling berikatan melalui atom karbon pertama dan ke empat. Ikatan yang terjadi adalah
ikatan ß-1,4-glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan
tidak mudah larut. Selulosa merupakan polisakarida struktural yang berfungsi untuk
memberikan perlindungan, bentuk, dan penyangga terhadap sel, dan jaringan.
Selulosa pada kayu kurang lebih 48% dari berat keringnya, sedangkan
pada kapas kurang lebih 98%. Satu molekul selulosa terdiri atas 8.000-15.000 unit
glukosa. Dalam satu mikrofibril, setiap rantai glukosa membentuk ikatan hidrogen
dengan rantai glukosa yang ada didekatnya sehingga secara struktural mikrofibril
menjadi lebih stabil. (Sumadi,2007). (SZnCl-J ungu dan S+JKJ+H2SO4 biru)
Selulosa merupakan polisakarida dengan rumus (C6H10O5)n. tidak larut dalam
air, air mendidih, asam dan alkali encer, serta KOH pekat. Dengan H2SO4 pekat
dihidrolisa menjadi glukosa. Oleh enzim selulase diubah menjadi glukosa
danfruktosa.

Gambar 3. Struktur Molekul Selulosa

2) Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan merupakan heteropolisakarida yang
mengandung berbagai gula, terutama pentose. Hemiselulosa umumnya terdiri
dari dua atau lebih residu pentose yang berbeda. Komposisi polimer
hemiselulosa sering mengandung asam uronat sehingga mempunyai sifat asam.
Fungsi hemiselulosa adalah sebagai pelapis atau pembungkus mikrofibril
selulosa, yang bertindak sebagai substansi perekat. (Sumadi,2007)
Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan asam menjadi monomer

9
yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa.
Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang
meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan
lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat
(Suparjo, 2000). Menyerupai selulosa. Dengan asam encer dihidrolisa menjadi
mannose + galaktosa. Dapat dijumpai misal pada lendir tumbuhan. HS + ZnCl-
J biru pucat,

Gambar 4. Berbagai jenis molekul gula


3) Lignin
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi,
tersusun atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan
oksigen, lignin bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungan
dengan golongan senyawa tersebut, akan tetapi lignin pada dasarnya adalah suatu
fenol. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tetap tidak
menentu (Nofriadi,2009)
Dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan
berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel, berpengaruh dalam memperkecil
perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kandungan air kayu dan lignin
dapat mempertinggi ketahanan kayu terhadap serangan, lignin bersifat hidrofobik

10
sehingga tahan terhadap air sehingga dinding sel tidak tembus air.
(Coniwanti,2015)

Lignin biasanya mengisi dinding sekunder dan menyebabkan dinding


menjadi kaku. Lignin dapat dijumpai baik pada dinding primer maupun sekunder,
sering hidropobik, kaku dan tahan terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan

Gambar 5. Struktur molekul lignin


Zat kayu yang terdapat pada dinding sel yang telah mengkayu.
L + ZnCl-J kuning
L + anilin + H2SO4 kuning
L + floroglusin + asam pikrat merah
L + fuchsin + asam pikrat merah
4) Suberin
Terdapat pada dinding sel gabus
S + sudan III merah
S + ZnCl-J coklat
S + KOH kuning

11
5) Protopektin
P + ZnCl-J kuning coklat
P + asam encer larut dalam alkali
6) Pektin
Pektin merupakan polisakarida penguat tekstur dalam sel tanaman yang
terdapat diantara selulosa dan hemiselulosa. Bersama-sama selulosa dan
hemiselulosa membentuk jaringan dan memperkuat dinding sel tanaman. adalah
polisakarida kompleks dan memiliki struktur yang sangat bervariasi. Senyawa
senyawa pektin ini juga merupakan perekat antara Kandungan metoksil pada
rantai utama molekul pektin bervariasi, tergantung pada sumber pektinnya.
Kandungan metoksil pektin mempengaruhi kelarutan pektin dalam air karena
gugus metoksil ini dapat mencegah pengendapan dari rumus rantai
poligalakturonat maka semakin banyak gugus metoksil, pektin akan lebih mudah
larut dalam air.(Prasetyowati.2009) Satu ciri utama yang dimilikinya adalah
adanya gugus asam yang disebabkan oleh adanya residu asam glukoronat dan
galaktoronat. Strukturnya sangat bercabang, bersifat asam, mengandung gugusan
karboksil, dan bermuatan negative pada pH fisilogik. (Sumadi,2007) Dapat
ditemukan pada dinding sel dari buah yang mengandung banyak gula. Bila buah
dimasak tampak beberapa zat gelatin

Gambar 6. Struktur fungsional pectin

7) Khitin
Kitin adalah polimer linier yang tersusun oleh monomer β-1,4-N-asetil-
D-glukosamin(GlcNac) dan termasuk golongan polisakarida. Kitin memiliki
kandungan nitrogen sebesar 6,98% sehingga dapat digunakan sebagai agen

12
pengkelat. Kitin pada rantai polimer N-asetil- glukosamin memiliki ikatan
hidrogen antara gugus NH dari satu rantai dan gugus C=O dari rantai yang
berdekatan sehingga membentuk mikrofibril, memiliki struktur yang rigid dan
tidak dapat larut dalam air. Kitin biasanya sebagai penutup permukaan sel dan
berfungsi agar permukaan sel resisten terhadap dehidrasi dan bertindak sebagai
pelindung pathogen adanya luka patogen. (Sumadi,2007).

Kitin

Konformasi Kitin
α-kitin (rantai antiparalel) Β-kitin (rantai
paralel)

Gambar 7 : struktur kitin


8) Mikrofibril
Mikrofibril-mikrofibril saling berkelompok membentuk mikrofibril
dengan diameter ± 0,5 dan tampak dengan mikroskop cahaya (Thorpe, 1984). Di
dalam dinding sel, mikrofibril dilapisi oleh hemiselulosa yang selanjutnya
dihubungkan ke hemiselulosa lain oleh pektin dan polisakarida lain (Albert et al.,
1983).

Gambar 8. Ikatan Antara Mikrofibril pada Dinding Sel

13
Pada dinding primer, struktur khasnya mikrofibril yang berbeda didalam
matriks. Berfungsi sebagai fleksibilitas dan eksistensi protoplas. Dinding primer
memiliki kandungan hemiselulosa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
selulosanya. Terbentuknya dinding primer setelah terjadinya pembentukan lamella
tengah.
Dinding sekunder ditandai dengan adanya struktur khas berupa
mikrofibril yang tersusun secara parallel dan rapih untuk setiap lapisannya, kaku,
dan non ekstensibel. Penyusun utama dinding sekunder terdiri atas selulosa.
Dinding sekunder didominasi oleh lignin dan hemiselulosa. Baik primer maupun
sekunder keduanya berfungsi sebagai penguat. Dinding primer terdapat pada
jaringan yang masih muda saja atau jaringan pada titik tumbuh. Sedangkan
dinding sekunder telah terbentuk maka primer akan akan kehilangan
ekstensibilitasnya. (Sumadi,2007)

(a) (b)
Gambar 9. Dinding sel primer (a), Dinding sel sekunder (b)

14
Pada dinding primer, mikrofibril tersebar dalam suatu matriks, bersifat
lentur, dan memanjang bersama-sama dengan pemanjangan protoplasma, kadar
hemiselulosa tinggi, terdapat pektin pada dinding primer. Dinding primer
merupakan struktur yang pertama kali diletakkan pada lamella tengah. Pada
dinding sekunder, mikrofibrilnya tersusun sejajar, kaku dan tidak dapat
memanjang, kadar hemiselulosa relatif rendah dan selulosanya lebih banyak.
Dinding sekunder dibentuk setelah sel mencapai ukuran yang maksimum.
2.5. PENEBALAN DINDING SEL
Bahan-bahan yang membentuk dinding sel tersebut, cara-cara
pembentukan serta pembentukan penebalan-penebalan belum dapat diungkapkan
seluruhnya oleh para ahli.
Dinding sel juga mengalami penebalan, menurut cara penebalannya,
dapat terjadi secara :
1) Aposisi
Yaitu dengan cara menempelkan/melapis-lapiskan bahan penebalan (zat
selulosa) pada lamela tengah (substansi interseluler), biasanya pada
dinding primer. Contoh : sel parenkim, floem
2) Intususepsi

15
Penbalan yang terjadi dengan menyisipkan bahan-bahan penebalan di
antara mikrofibril.
Sedangkan menurut arah penebalannya, dapat terjadi secara:
1) Sentripetal
Yaitu penebalan ke arah pusat sel/dalam. Contoh : pada sel epidermis daun
beringin (Ficus sp), terdapat tangkai selulosa yang akan memanjang dan
kemudian dideposisikan zat CaCO3 yang makin  ama makin banyak sel
akan melebar dan disebut litokis. Penebalannya disebut sistolit.
2) Sentrifugal
Yaitu penebalan ke arah luar. Contoh : pada polen (ss), terdapat tonjolan-
tonjolan yang merupakan penebalan ke arah luar. pada rambut daun
(trikoma), misal : daun Artocarpus communis mempunyai rambut-rambut
pelindung pada daunnya.
2.6. NOKTAH
Di antara dinding sel yang mengalami penebalan, terdapat bagian-bagian
tertentu yang tidak ikut menebal yang disebut noktah. Di dalam noktah kadang
kadang dijumpai plasmodesmata, yang berfungsi untuk meneruskan rangsang dan
makanan dari 1 sel ke sel yang lain. Pada waktu sel mengalami penebalan maka
bagian dinding sel yang tertembus benang plasma tidak ikut menebal.
Berdasarkan bentuknya noktah dibedakan menjadi 2, yaitu noktah biasa
dan noktah berhalaman.
1) Noktah Biasa (noktah sederhana) yaitu terdapat pada dinding sel yang
tidak begitu tebal seperti pada sel-sel parenkim
a. Noktah sempurna (berpasangan), yaitu noktah yang terdapat pada sel
yang berdampingan dan masing-masing mengadakan penebalan
dinding yang sama. Terdapat pada 2 sel yang sejenis.
b. Noktah tak berpasangan (noktah setengah sempurna)
Noktah tak berpasangan, yaitu noktah yang terdapat di antara 2 sel, di
mana penebalan dinding masing-masing sel tidak sama tebalnya.
Dijumpai pada 2 sel yang berdampingan, tetapi tidak sejenis. Misal :
sklerenkim – parenkim.

16
c. Noktah buta, yaitu noktah yang bermuara pada ruang antar sel.
d. Noktah majemuk unilateral, yaitu sebuah noktah yang mulutnya
melebar, yang berhadapan dengan noktah-noktahyankecil-kecil
e. Noktah ramiform, yaitu noktah yang terbentuk dari noktah yang
kecilkecil dan
kemudian bersatu.
2) Noktah Berhalaman :
Yaitu noktah yang salurannya melebar menjadi suatu ruangan yang
disebut halaman noktah. Terdapat pada sel-sel trakea dan trakeid (xylem)
Bagian-bagian noktah berhalaman:
a. Mulut noktah, terdiri dari : mulut dalam menghadap ruang sel dan
mulut luar menghadap lamela tengah
b. Lamela tengah, terdiri dari : torus yaitu bagian lamela tengah yang
menebal dan margo yaitu bagian lamela tengah yang tidak menebal
dan bersifat elastis, berguna untuk mengatur aliran zat hara.
Noktah berhalaman dibedakan atas :
a. Noktah berhalaman sempurna :
Saluran noktah suatu sel yang berdinding tebal berhadapan dengan
saluran noktah sel di sebelahnya yang juga berdinding tebal
b. Noktah setengah halaman :
Sal noktah yang bermulut melebar berhadapan dengan dinding tipis
dari sel di sebelahnya (n. biasa).
Misal : xylem – parenkim kayu
Terjadinya noktah : Pada waktu sel masih hidup dan belum mengalami
penebalan, dinding selnya masih tipis dan dapat ditembus oleh benang-benang
plasma yang disebut plasmodesmata. Selama proses penebalan dinding sel
berlangsung, di tempattempat plasmodesmata menerobos dinding sel masih terjadi
aliran plasma, sehingga tempat-tempat ini tidak mengalami penebalan. Walaupun
dinding sel semakin menebal sehingga lubang noktah telah berubah menjadi
saluran noktah, kadang-kadang dalam saluran noktah masih terdapat benang-
benang plasma.

17
2.7. Dinding Sel Bakteri
1) Komponen Dinding Sel Bakteri
Komponen dinding sel bakteri terdiri atas peptidoglikan, asam-asam
teichoat, dan asam teichuronat.
a. Peptidoglikan
Peptidoglikan, yaitu suatu polimer N-glikosamin terasilasi dengan
rantai peptida. Terdiri atas unit-unit N-asetilglukosamin dan N-
asetilmuramat secara bergantian. Peptidoglikan berfungsi, yaitu (i)
mencegah lisis sel di dalam media hipotonis, (ii) menyebabkan sel
kaku dan memberi bentuk kepada sel.

Gambar 10. Struktur N-Asetilglukosamin dan N-asetilmuramat

b. Asam Teichoat
Asam teichoat adalah kelompok polimer poliofosfat, terdapat di dalam
dinding sel dan juga pada membran sitoplasma. Asam teichoat di
dalam dinding sel kurang lebih 20- 50% berat kering dinding sel.
Asam teichoat berperan untuk mengikat Mg dari lingkungan untuk
digunakan dalam reaksi- reaksi metabolisme sel.

18
Gambar 11. Struktur Asam teichoat (Thorpe, 1984)

c. Asam Teichuronat
Polimer lain dari karbohidrat yang dijumpai pada setiap bakteri adalah
asam teikuronat yang terikat secara kovalen pada peptidoglikan dan
kedua asam tersebut dapat dipisahkan dari peptidoglikan dengan
carahidrolisis.
Asam Teichoat dan asam Teichuronat terikat secara kovalen ke
peptidoglikan.

Gambar 12. Struktur Asam teichuronat

19
2) Struktur Dinding Bakteri
Lapisan selubung sel yang terletak antara membrane sitoplasma
dan kapsul disebut dinding sel. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung
dan pemberi bentuk bakteri. Dinding sel bakteri tersusun dari
peptidoglikan, yaitu gabungan protein dan polisakarida. Pada bagian
paling luar sebuah sel bakteri dapat dijumpai adanya kapsul atau lapisan
lender, sebelah dalam kapsul dijumpai dinding sel. Sebelah dalam dinding
sel dijumpai membrane plasma.
chromosome
A generalized (nucleoid region)
prokaryotic cell
pili
ribosomes food granule

prokaryotic
flagellum

capsule or
slimelayer
cellwall

plasmid (DNA) plasma membrane


cytoplasm

Gambar 13. Struktur umum sel bakteri

Secara umum dikenal dua kelompok bakteri yaitu bakteri gram positif
dan bakteri gram negative.
a. Dinding Sel Bakteri gram positif
Dinding bakteri gram positif mengandung asam teichoat, yaitu suatu
kelompok polimer poliofosfat. Kadang-kadang komponen tersebut dijumpai baik
pada dinding sel maupun pada membrane sel.

Gambar 14. Struktur Dinding Bakteri Gram Positif

20
Dinding sel bakteri gram positive lebih homogen. Tebal dinding
bervariasi antara10-80 nm, tergantung spesies bakterinya. Selain peptidoglikan,
juga terdapat poliskarida lain dan asam-asam teichoat. Umumnya molekul asam
teichoat terikat secara kovalen pada peptidoglikan (Smith & Wood, 1992).
Dinding sel mengandung peptidoglikan yang tebal serta diikuti pula dengan
adanya ikatan benang-benang teichoic acid dan teichoronic acid, yang merupakan
50 % dari berat kering dinding sel dan 10% dari berat kering keseluruhan sel.
Pada umumnya berbentuk bulat(coccus). Pada pewarnaan Gram, bakteri jenis ini
berikatan dengan zat warna utama (primary Strain) yaitu Gentian Violet dan tidak
luntur (decolorized) bila dicelupkan ke dalam larutan alkohol. Di bawah
mikroskop tampak berwarna ungu.
b. Dinding Sel Bakteri Gram Negatif
Dinding bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan kurang lebih
1% dan memiliki struktur yang lebih kompleks, Membran sebelah luarnya terdiri
atas lipida amfifatik, lipopolisakarida, dan protein. Lipopolisakarida adalah suatu
kompleks lipida tempat melekatnya rantai polisakarida yang panjang.
Mengandung “sedikit sekali” ikatan peptidoglikan dan tidak terdapat ikatan
benang-benang teichoic acid dan teichoronicacid. Pada umumnya berbentuk
batang (basil), kecuali Bacillus anthrasis dan Bacillus sereus. Pada pewarnaan
Gram, bakteri jenis ini tidak mampu berikatan dengan zat warna utama yaitu
Gentian Violet dan luntur bila dicelupkan ke dalam larutan alkohol. Di bawah
mikroskop tampak berwarna merah, apabila diberi zat warna safranin atau fusin.
Komponen-komponen dinding sel bakteri gram negatif (yang terletak di
luar lapisan peptidoglikan) :
a. Lipoprotein yang berfungsi untuk menstabilkan membrane luar dan
merekatkannya ke lapisan peptidoglikan.

21
b. Membran luar yaitu struktur berlapis ganda; lapisan sebelah dalamnya
memiliki komposisi yang serupa dengan membran sitoplasma, sedangkan
fosfolipid pada lapisan sebelah luar digantikan oleh molekul
lipopolisakarida

Gambar 15.Model Umum Dinding Sel Bakteri Gram Negatif (Thorpe, 1984)

22
Gambar 16. Model dinding sel bakteri gram negatif dalam bentuk 3 dimensi
.(Smith & Wood, 1992)

Membran luar mengandung protein, terutama protein porin yang


berperan sebagai jalur pengangkutan dan sekaligus sebagai perintang bagi
molekul-molekul yang mampu melewati membrane sebelah luar. Membran luar
menutupi lapisan peptidoglikan melalui murein lipoprotein. Karboksil terminal
dari protein terikat secara kovalen pada peptidoglikan.
Residu asam lemak terikat secara kovalen pada asam amino terminal.
satu lapisan membrane luar terintregasi dengan membran dalam dan terikat secara
bersama-sama. Sitoplasma dan membrane luar mempunyai daerah yang
berhubungan yang dinamakan Bayer’s junction. Daerah lapisan luar membran
plasma berhubungan dengan lapisan dalam membrane luar. Komponen-komponen

23
protein dan lipipda disintesis pada bagian dalam membran plasma dan
ditranslokasi melalui Bayer’s.
Membran sebelah luar dari bakteri gram negatif memiliki beberapa sifat-
sifat biologis., yaitu mempunyai suatu muatan negative yang penting dalam
empertahankan keadaan uniseluler organisme serta sifat hidrofilik pada
permukaan yang memberi fungsi perindungan agar tidak termakan oleh fagosit.
Pada bagian periplasma terdapat protein yang disebut protein periplasma
yang terdapat pada bagian sebelah luar membrane plasma. Salah satu kelompok
protein periplasma yang penting adalah hydrolase. Hidrolase berfungsi:
1) Menguraikan molekul besar menjadi molekul yang lebih sederhana
sebelum memasuki sel melalui membrane plasma
2) Melindungi diri dengan cara menguraikan asam-asam nukleat yang
berasal dari bakteriofage
2.8. PERTUMBUHAN DINDING SEL
Pada pertumbuhan dinding sel, ada dua proses yang terlibat, yaitu
pembelahan sel dan pemanjangan sel. Pembelahan sel berlangsung pada jaringan
meristematis. Sel-sel anak yang dihasilkan pada jaringan meristematis mempunyai
ukuran yang lebih kecil dari pada sel-sel dewasa. Setelah sel anak terbentuk, maka
selanjutnya terjadi pemanjangan sel. Ada dua teori yang berkenaan dengan
pemanjangan dinding sel, yaitu teori multinet, dan teori orientasi aktif.
1) Teori Multinet
Menurut teori multinet, mikrofibril diletakkan pada permukaan bagian
dalam dinding sel menurut arah melintang terhadap panjang sel. Pada waktu
dinding sel memanjang, mikrofibril-mikrofibril mengalami reorientasi ulang ke
arah sumbu longitudinal sel hingga mikrofibril sejajar dengan sumbu. Dengan
demikian orientasi mikrofibril menurut teori multinet berlangsung secara pasif
mengikuti perentangan dinding sel selama berlangsungnya pertumbuhan.
Selama pemanjangan dinding sel, mikrofibril bergerak satu terhadap yang
lain. Pada gambar 8 ditunjukkan mekanisme pemanjangan dinding sel. Dalam hal
ini terdapat enzim-enzim yang memutuskan ikatan antara dua polisakarida dinding
sel (a) dan tetap melekat pada salah satu titik pemotongan, kemudian polisakarida

24
dapat bergeser dengan bebas (b) dan bererak hingga enzim membentuk ikatan
yang baru.

Gambar 17. Mekanisme Pertumbuhan multinet growth dan dinamis

2) Teori Orientasi Aktif


Menurut teori orientasi aktif, mengemukakan bahwa terbentuknya
lapisan mikrofibril yang sejajar pada dinding sel tumbuhan yang tidak tumbuh
lagi berlangsung secara siklosis, (mengalirnya bahan-bahan sitoplasma di dalam
sel tumbuhan) pada bagian dalam sel. Aliran siklosis ini orientasi mikrofibril pada
bagian luar sel. (Sumadi, 2007)

25
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dinding sel
sebagai bagian terluar dari sel memiliki peran dan fungsinya. Dinding sel
merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga,
meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda. Hewan dan protista
kebanyakan tidak memiliki dinding sel.
Dinding sel tumbuhan memiliki komponen yaitu diantaranya selulosa,
hemiselulosa, pektin, lignin, kutin dan miofibril. Yang mana masing-masing
komponen mamiliki perannya masing-masing. Dinding sel tumbuhan terdiri dari
tiga lapisan yaitu lamella tengah, dindin primer dan sekunder, serta pertumbuhan
dinding sel, ada dua proses yang terlibat, yaitu pembelahan sel dan pemanjangan
sel. Pembelahan sel berlangsung pada jaringan meristematis.
Dinding sel pada bakteri berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk
bakteri. Dinding sel bakteri tersusun dari peptidoglikan, yaitu gabungan protein
dan polisakarida. Pada bagian paling luar sebuah sel bakteri dapat dijumpai
adanya kapsul atau lapisan lender, sebelah dalam kapsul dijumpai dinding sel.
Sebelah dalam dinding sel dijumpai membrane plasma. Komponen dinding sel
bakteri gram positif dan gram negatif
3.2. Saran
Saran yang bisa kami berikan kepada pembaca ialah dalam mempelajari
tentang dinding sel janganlah berpatokan pada 1 buku atau 1 sumber saja
melainkan banyak membaca buku dan reverensi yang lebih banyak agar khasanah
ilmu anda bertambah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Dinding Sel. Available online at:


https://www.scribd.com/doc/20535810/DINDING-SEL-Adnan-UNM.
Universitas Negeri Makassar. (diakses 22 maret 2019)

Albert, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, and J. D. Watson. 1983.


Molecular Biology of The Cell. 3rd Edition. Garland Publishing. New York.

Campbell,dkk.2008.Biologi Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Coniwati,dkk.2015. Pengaruh Konsentrasi, Waktu Dan Temperatur Terhadap


Kandungan Lignin Pada Proses Pemutihan Bubur Kertas Bekas. Jurnal
Teknik Kimia No.3, Vol.21, Agustus 2015

Nofriadi,Edo. Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble Lignin)


Dalam Kayu Reaksi Pinus Merkusii Jungh Et De Vriese Dan Gnetum
Gnemon Linn. Fakultas Kehutanan ITB:Bogor.

Prasetyowati, dkk. 2009. Ekstraksi Pektin Dari Kulit Mangga. Jurnal Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, No. 4, Vol. 16, Desember
2009

Sumadi, Aditiya Marianti.2007. Biologi Sel.Graha Ilmu: Semarang.

Thorpe, N.O., (1984), Cell Biology, John Willey, New York.

Smith, and E J Wood.1992. Cell Biology.London.

27

Anda mungkin juga menyukai