Iseng
Iseng
Jarak rumah dan sekolah memang cukup jauh. Karenanya aku lewat jalan pintas, lewat sawah.
“Toloonggg.”
Awalnya aku kira hanya perasaan ku saja, tapi makin kesini suara itu semakin jelas, karena penasaran
aku coba cari di mana letak suara itu.
Dia seorang gadis kecil, masih sekolah sama sepertiku. Terlihat dari seragam kotor yg di pakainya.
“Kenapa?” tanyaku.
Aku tarik tangannya, walau agak susah tapi dia berhasil naik dari dalam siring.
Matanya menatap ku lalu berpaling, “Tadi ada anjing disana, karena takut aku lari sampai gak lihat
jalan.”
Aku menghela nafas lalu melihat kearah yang di katakan nya. Tak ada anjing satu pun.
“Yasudah, kamu pulang saja baju kotor gitu mana bisa buat sekolah.”
Seragam SD nya banyak noda lumpur, sepatunya pun basah. Dia kalau nekat pergi sekolah apa gak malu.
“Kak.”
“Ya.”
Aku menatap nya yang terlihat gelisah, entah apa yg akan di ucapkan nya.
“Boleh tolong anterin gak, aku takut kalau ada anjing itu lagi.” Ucapnya pelan.
………..
Aku menatap rumah tingkat di hadapan ku. Lalu berpaling melihat anak perempuan di sebelah ku.
Kenapa diam saja.
“Hei.”tegurku.
Dia menoleh. Urat mukanya dan bahasa tubuhnya menandakan kalau dia sedang gelisah.
“Semangat.”ucapku lagi.
Aku berjalan meninggalkan nya. Sudah terlalu siang. Pasti sampai sekolah terlambat.