Anda di halaman 1dari 80

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga paper ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapakan kepada teman-teman yang telah berkontribusi denagn
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca dan
sekaligus bisa bermanfaat bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Nusa Dua, 25 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii

BAB PEMBAHASAN................................................................................................................................1

1. PENGERTIAN HYGIENE DAN SANITASI..................................................................................1

2. RUANG LINGKUP DAN MANFAAT HYGIENE DAN SANITASI............................................2

3. SANITASI HOTEL.........................................................................................................................7

4. PERSONAL HYGIENE KARYAWAN DI HOTEL/ RESTAURANT.........................................12

5. SANITASI DALAM PENYELENGGARAAN MAKANAN DI HOTEL/ RESTAURANT.........14

6. HYGIENE DAN SANITASI DALAM KEGIATAN F&B DI RESTAURANT/HOTEL..............18

7. RISIKO HYGIENE TERHADAP KERUSAKAN MAKANAN...................................................24

8. DAMPAK HYGINE DAN SANITASI YANG BURUK DI TEMPAT KERJA............................28

9. KONSEP SEHAT DAN SAKIT....................................................................................................29

10. KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA.......................................................................38

11. ALAT PELINDUNG DIRI............................................................................................................49

12. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KARYAWAN HOTEL....................................53

13. PENYAKIT AKIBAT KERJA.......................................................................................................60

14. LIMBAH........................................................................................................................................62

15. LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN..........................................................................................64

16. CARA PENGELOLAAN LIMBAH..............................................................................................68

ii
BAB PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN HYGIENE DAN SANITASI


A. Pengertian hygiene
Kata “hygiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk
dan menjaga kesehatan (Streeth, J.A. and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah
Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah
penyakit)

Jadi hygiene Ialah kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik beratkan
kepada “objek” itu sendiri “manusia”, kegiatannya misalnya mencuci tangan,
memasak air/makanan, proses pengolahan produk dan lain-lain. Agar lebih memahami
apa arti hygiene maka kita bisa merujuk kepada pendapat beberapa ahli, berikut ini
ialah kata hygiene menurut para ahli yaitu:

 Menurut Brownell Menurut Brownell pengertian hygiene adalah cara manusia untuk
menjaga dan memelihara kesehatannya.
 Menurut Gosh Menurut Gosh arti hygiene adalah suatu ilmu di bidang kesehatan
yang meliputi semua faktor yang mendorong terwujudnya kehidupan yang sehat,
baik individu maupun masyarakat.
 Menurut Prescott Menurut Prescott pengertian hygiene dibagi ke dalam dua aspek
yaitu menyangkut individu “Personal Hygiene” dan menyangkut lingkungan
“Environment”.
 Menurut Shadily Menurut Shadily, hygiene adalah satu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang kesehatan. Hygiene erat hubungannya dengan perorangan,
makanan dan minuman karena merupakan syarat untuk mencapai derajat kesehatan.
 DEPKES RI Menurut Depkes RI “tahun 2004” pengertian Hygiene adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu, misalnya
mencuci tangan untuk kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi
kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan, sedang dalam Depkes RI “1994” hygiene
lebih kepada upaya penyehatan diri.
 Menurut UU No. 2 Tahun 1996 Menurut UU No. 2 Tahun 1996 pengertian hygiene
ialah semua usaha untuk memelihara, melindungi dan meningkatkan derajat
kesehatan badan, jiwa, baik untuk umum maupun perorangan yang bertujuan
memberikan dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat, serta meningkatkan kesehatan
dalam perikemanusiaan.
 Hygiene merupakan aspek yang berkenaan dengan kesehatan manusia atau
masyarakat yang meliputi semua usaha serta kegiatan untuk melindungi,
memelihara, dan mempertinggi tingkat kesehatan jasmani maupun rohani baik
1
perorangan maupun kelompok masyarakat. Hygiene bertujuan untuk memberikan
dasar kehidupan yang sehat bagi seluruh aspek kehidupan dalam rangka
mempertinggi kesejahteraan masyarakat.
B. Pengertian Sanitasi
Sanitasi Ialah kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik beratkan
kepada “lingkungan” yang ada di sekitar objek “manusia”, kegiatannya misalnya
menjaga kebersihan ruangan, sirkulasi udara ruangan, pengelolaan sampah,
penanganan vektor penyakit dan lain-lain. Adapun pengertian sanitasi menurut para
ahli diantaranya yaitu:
 Menurut Hopkins Menurut Hopkins, pengertian sanitasi adalah cara pengawasan
terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan.
 Menurut Sihite Menurut Sihite, Sanitasi makanan ialah suatu usaha pencegahan
untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu, merusak kesehatan, mulai dari minuman itu sebelum diproduksi.
Selama dalam proses pengolahan, pengangkutan, penyimpanan hingga ke tahap
penyajian makanan dan minuman itu siap di konsumsi.
 Menurut Dr.Azrul Azwar Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH pengertian sanitasi
adalah cara pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
 Menurut WHO Menurut WHO pengertian sanitasi ialah pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan akibat buruk terhadap
kehidupan manusia, baik fisik maupun mental.
 .Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention od diseases by eliminating or
controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission

RINGKASAN : hygiene adalah kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang


menitik beratkan kepada “objek” itu sendiri “manusia”, kegiatannya misalnya mencuci
tangan, memasak air/makanan, proses pengolahan produk dan lain-lain. Sedangkan
Sanitasi Ialah kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik beratkan kepada
“lingkungan” yang ada di sekitar objek “manusia”, kegiatannya misalnya menjaga
kebersihan ruangan, sirkulasi udara ruangan, pengelolaan sampah, penanganan vektor
penyakit dan lain-lain
SUMBER : https://www.dosenpendidikan.co.id/hygiene-dan-sanitasi-pengertian-
https://www.dosenpendidikan.co.id/hygiene-dan-sanitasi-pengertian-menurut-para-
ahli-perbedaan-ruang-lingkup-manfaat-dan-contohnya

2. RUANG LINGKUP DAN MANFAAT HYGIENE DAN SANITASI


A. Ruang lingkup hygiene
Ruang lingkup hygine dibagi menjadi 2 :
2
a.Perorangan (personal hygiene)
b. Makanan dan minuman
1. Personal  Hygiene

Personal hygiene adalah faktor yang sangat penting karena diri kita merupakan
penghantar vector penyakit dan dalam makanan merupakan penyebab penyakit.
Kebersihan diri adalah masalah serius dan harus menjadi perhatian bagi setiap
orang yang bekerja di bidang Pariwisata.
Setiap pekerja di bidang Pariwisata dipandang oleh pelanggan dan pengusaha
sebagai seorang profesional dan karena itu harus tahu apa yang harus diperhatihan
dalam menjaga kebersihan pribadi, menumbuhkan tanggung jawab kesehatan
setiap pekerja agar senatiasa sehat.
Secara umum semua pekerja di bidang pariwisata wajib untuk memperhatikan
dan melaksanakan praktek kebersihan pribadi untuk meminimalkan kemungkinan
kontaminasi kesehatan  kepada  pelanggan, pengusaha dan rekan kerja. Pada saat
bekerja, anda    harus memperhatikan kebersihan dan penampilan yang sesuai
dengan lingkungan anda bekerja.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan dan penampilan pribadi
anda adalah:

1. Mandi setiap hari


Buatlah diri anda sehat dan segar, kelembaban karena keringat pada bagian-
bagian badan yang tersembunyi, hendaknya segera diatasi. Anda akan
berkeringat bila bekerja di tempat yang panas. Keringat tidak berbau dan  tidak
menguap  dengan  cepat.  Tetapi  bakteri  yang  ada  di  dalam keringat akan
mengeluarkan bau terutama di ketiak, dimana keringat tidak bisa segera
menguap. Mandi setiap hari dan memakai wewangian yang
tepat merupakan cara yang terbaik untuk mengatasinya.

2. Gunakan pakaian yang bersih dan licin


Pakaian yang anda pakai harus memberikan kesan yang tepat kepada tamu, enak
dipakai, praktis dan aman.

3. Memiliki rambut yang bersih dan rapih


Rambut panjang yang dibiarkan terurai tidak cocok untuk bekerja karena
kadang-kadang bisa terjepit pada furniture yang sedang dibersihkan. Panjang
rambut  sebaiknya  sebatas  panjang  wajah.  Ada peraturan bahwa rambut
panjang sebaiknya diikat kebelakang atau anda diminta memakai topi.
Membersihkan rambut setiap hari akan membuat rambut anda sehat dan bersih.

4. Memakai perhiasan seperlunya


Hindari asesoris dan perhiasan yang bisa tersangkut pada furniture pada saat
bekerja.

5. Rias wajah
3
Wajah dirias dengan sederhana dan lembut dan tidak mencolok tetapi tetap
memberi kesan manis, fresh, bersih dan cantik.

6. Memiliki kuku yang bersih dan pendek tanpa cat kuku


Perhatikan tangan anda secara khusus, kuku jari anda harus bersih dan dipotong
dengan rapih. Cat kuku sebaiknya dihindari, pakailah krem pelembut tangan
secara teratur supaya tangan anda tetap halus.

7. Cucilah tangan anda selalu:


 Sebelum mulai bekerja
 Setelah istirahat
 Setelah ke toilet
 Setelah memegang setiap barang yang kena tanah atau debu
 Pakailah sedikit sabun dan air panas bersihkan tangan anda dan keringat.

8. Memiliki gigi yang bersih dan pastikan dalam kondisi yang sehat
Gosoklah gigi anda minimal 3 (tiga) x sehari dan bila memungkinkan periksa
gigi  anda  pada klinik tempat  anda  bekerja  setiap  6  (enam) bulan.

9. Memelihara kaki
Kaki sangat penting dalam melakukan pekerjaan anda pakailah sepatu yang
nyaman,  yang  tidak akan membuat  anda  tergelincir,  menutupi seluruh kaki
dan mengamankan kaki anda dari barang yang terjatuh. Cucilah  kaki  anda
setiap  hari  dan  potonglah  kuku  anda.  Ganti kaos/stocking setiap hari.

2. Hygiene Makanan
Bahan makanan yang dipergunakan dalam pengelolaan makanan sebagian
besar berupa bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
sayur, buah. Sedang bahan hewani berasal dari binatang seperti daging, unggas,
ikan dan lain-lain. Bahan makanan hewani lebih mudah busuk/rusak jika
dibandingkan dengan bahan makanan nabati. Namun demikian, dengan kemajuan
teknologi saat ini, banyak ditemukan teknik pengawetan bahan makanan sehingga
dapat mempertahankan dan memperpannjang masa penyimpanan bahan makanan
tersebut. Jadi penyimpanan bahan makanan juga harus diperhatikan agar saat
bahan digunakan bahan tersebut masih dalam  kondisi yang baik.
B. Ruang lingkup sanitasi
Sanitasi berhubungan dengan sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran
manusia, serta pemeliharaan kondisi higienis melalui pengelolaan sampah dan limbah
cair. Mengacu pada pengertian sanitasi di atas, adapun beberapa hal yang termasuk
dalam ruang lingkup sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan air bersih/ air minum (water supply): ini meliputi pengawasan terhadap
kualitas, kuantitas, dan pemanfaatan air.

4
2. Pengolahan sampah (refuse disposal): ini meliputi cara pembuangan sampah,
peralatan pembuangan sampah dan cara penggunaannya.
3. Pengolahan makanan dan minuman (food sanitation): ini meliputi pengadaan,
penyimpanan, pengolahan, dan penayajian makanan.
4. Pengawasan/pengendalian serangga dan binatang pengerat (insect and rodent
control) : ini meliputi cara pengendalian serangan dan binatang pengerat.
5. Kesehatan dan keselamatan kerja: melakukan kegiatan K3 meliputi ruang kerja
(misalnya dapur), pekerjaan, cara kerja, dan tenaga kerja.

a. Hygiene penjamah/pengolah makanan


Pemeliharaan hygiene dan sanitasi perorangan/penjamah makanan merupakan
kunci dalam pemeliharaan hygiene dan sanitasi makanan. Sebagian besar kejadian
pencemaran makanan disebabkan oleh tidak terpeliharanya hygiene dan sanitasi
pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan, pemasakan dan penyediaan
makanan. Tindakan ini harus dilakukan dalam upaya pemeliharaan hygiene dan
sanitasi pekerja/pengelolah makanan.
Untuk itu seseorang tenaga penjamah makanan dan minuman harus mempunyai
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) Disediakan kamar ganti pakaian atau lemari pakaian tampak penyimpanan
pakaian dan milik pribadi petugas.
2) Disediakan ruang istirahat dan ruang makan.
3) Petugas yang berpenyakit menular, berpenyakit kulit dan mempunyai luka
tidak diperkenankan bekerja langsung berhubungan dengan penjamah
makanan.
4) Sekurang-kurangnya setiap setahun sekali petugas yang langsung dengan
penjamah makanan harus diperiksa kesehatan badannya oleh rumah sakit
setempat.
5) Petugas harus memiliki kebersihan hidup dan pakaiannya.
6) Untuk petugas yang langsung berhubungan dengan penjamah/pengelolah
makanan dan minuman pada qaktu bekerja harus selalu memakai pakaian
bekerja dan tutup kepala.
7) Sewaktu melakukan pekerjaan yang langsung berhubungan dengan makanan
dan minuman tenaga selalu dalam keadaan yang bersih.
Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup hygiene dan sanitasi khususnya di
hotel/restaurant dimulai dari personal hygine (diri sendiri) mulai dari menjaga
kebersihan diri kemudian berlanjut ke lingkunan sekitar seperti kebersihannya cara
pengelolaannya. jika semua sudah memenuhi 2 ruang lingkup itu maka akan
tercipta keadaan yang nyaman, aman, sehat dan bersih yang akan berdampak pada
kenyamanan tamu serta image dari suatu hotel/restaurant tersebut.
C. Manfaat hygiene dan sanitasi
a. Manfaat hygiene
Beberapa manfaat yang diperoleh dari penerapan hygiene tempat kerja yaitu:
1. Mencegah dan memberantaskan penyakit-penyakit darn kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja
2. Dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan tenaga kerja
5
3. Dapat memelihara dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia.
4. Memelihara dan meningkatkan hygiene dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah, atau
sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.
5. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
6. Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya
yang mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.
b. Manfaat sanitasi di tempat kerja

Beberapa manfaat sanitasi kita rasakan apabila kita menjaga sanitasi di


lingkungan kita, misalnya:
1. Mencegah penyakit menular
2. Mencegah kecelakaan
3. Mencegah timbulnya bau tidak sedap
4. Menghindari pencemaran
5. Mengurangi jumlah (presentase sakit)
6. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman
7. Manfaat dari segi kesehatan.
8. Menjamin lingkungan kerja yang saniter.
9. Melindungi tamu maupun karyawan hotel dari gangguan faktor lingkungan
yang merugikan kesehatan fisik maupun mental.
10. Mencegah terjadinya penularan penyakit dan penyakit akibat kerja.
11. Mencegah terjadinya kecelakaan.
12. Manfaat dari segi “Business Operational’ Hotel.
Keadaan hotel yang saniter sangat berguna untuk “Sales Promotion” yang
secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah tamu.
13. Meningkatkan nilai peringkat dari hotel tersebut.

RINGKASAN : ruang lingkup hygiene dan sanitasi khususnya dihotel/restaurant


dimulai dari personal hygine (diri sendiri) mulai dari menjaga kebersihan diri
kemudian berlanjut ke lingkunan sekitar seperti kebersihannya cara
pengelolaannya. jika semua sudah memenuhi 2 ruang lingkup itu maka akan
tercipta keadaan yang nyaman, aman, sehat dan bersih yang akan berdampak
pada kenyamanan tamu serta image dari suatu hotel/restaurant tersebut. Serta
manfaat yang bisa di dapat dan dirasakan bila kita menerapkan hyigine sanitasi
di tempat kerja seperti hoteldan restaurant mulai dari melindungi dari berbagai
penyakit, menciptakan rasa nyaman dan sehat baik itu bagi para pekerja dan para
pengunjung.

6
SUMBER : https://kimmiepresent.wordpress.com/2016/05/12/hygiene-dan-
sanitasi-k3/
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-sanitasi.htm

3. SANITASI HOTEL
A. Pengertian Dan Peranan Hygiene Dan Sanitasi Hotel
Hotel dapat diartikan sebagai tempat menginap bagi umum yang dikelola secara
komersil, terdiri dari beberapa kamar dan menyediakan juga makanan/minuman.
Selain itu, kebersihan dan kesehatan hotel juga sangat mempengaruhi minat para
wisatawan. Karenanya, kebersihan ini akan dapat membantu meningkatkan
kepariwisataan di Indonesia. Di Indonesia dikenal juga tempat yang sejenis dengan
sebutan yang berbeda tapi mempunyai fungsi yang sama hanya agak berbeda dalam
fasilitas dan pelayanaannya misalnya, Losmen, Penginapan, Wisma,dll.
Dalam industri kepariwisataan hotel merupakan sektor industri yang bergerak
dalam bidang jasa dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepariwisataan,
dimana hotel dituntut dapat memberikan kepuasan kepada tamu baik dari fasilitas yang
disediakan dalam memenuhi kebutuhan tamu. Oleh sebab itu, pihak hotel harus
mampu menciptakan suasana yang di butuhkan oleh tamu, salah satu caranya
meningkatkan Hygiene dan Sanitasi. Pada semua department, Hygiene merupakan
usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan
individu, maupun usaha kesehatan pribadi manusia. Sedangkan Sanitasi berarti usaha
kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia.
Penerapan Hygiene dan Sanitasi perlu dilakukan diantaranya penerapan Hygiene
Sanitasi Kitchen Department, peralatan dapur, karyawaan dapur, serta penerapan
Hygiene Sanitasi makanan dan minuman karena dapur adalah tempat mengolah suatu
makanan, untuk itu para juru masak yang bertugas harus benar-benar memperhatikan
segala sesuatu yang akan dikerjakan dan dihasilkan, sehingga segala sesuatu yang
dijual kepada tamu baik berupa makanan dan minuman adalah hasil pilihan dan olahan
yang baik. Jasa pelayanan hotel disamping mempunyai dampak positif sebagai tempat
istirahat yang baik dan kesenangan hidup juga dapat menimbulkan dampak terhadap
masalah kesehatan masyarakat misalnya, para wisatawan juga dapat membawa
penyakit yang belum ada didaerah yang dikunjungi, misalnya penyakit AIDS. Oleh
karena itu perlu sekali dilakukan usaha desinfeksi semua peralatan bekas pakai, seperti
tempat tidur, kamar mandi, jamban, perlatan makan dan minum.
Hotel yang saniter akan sangat menunjang dalam memberikan kepuasan kepada
para pengunjung. Dalam hal ini sanitasi dapat mempunyai peranan Phisik dan
Psikologi.
1) Peranan Phisik
Sanitasi diharapkan dapat memberikan jaminan kebersihan umum di luar atau di
dalam bangunan hotel. Pengertian kebersihan disini dalam arti luas yang meliputi:
kebersihan air, makanan-minuman, kuman – kuman dapur, WC, peralatan serta
bebas dari ganguan serangga dan binatang pengerat (Tikus).
2) Peranan Psikologis
7
Peranan sanitasi hotel disini adalah dapat menjamin rasa kepuasan dari para
tamu/pengunjung hotel tersebut maupun para karyawan/pengelolaan hotel.
Kepuasan tersebut dalam arti memberikan rasa “relax”, comfort, security, safety
dan Privacy.
B. Manfaat Sanitasi Hotel
Sanitasi hotel mempunyai manfaat yaitu :
1) Menjamin lingkungan kerja yang saniter.
2) Melindungi tamu maupun karyawan hotel dari gangguan faktor lingkungan yang
merugikan kesehatan fisik maupun mental
3) Mencegah terjadinya penularan penyakit dan penyakit akibat kerja
4) Mencegah terjadinya kecelakaan.
5) Manfaat dari segi “Business Operational’ Hotel
6) Keadaan hotel yang saniter sangat berguna untuk “Sales Promotion” yang secara
tidak langsung dapat meningkatkan jumlah tamu.
7) Meningkatkan nilai peringkat dari hotel tersebut.
C. Klasifikasi Sanitasi Hotel
Klasifikasi dapat dibedakan berdasarkan sasaran sanitasi hotel tersebut. Pada
Umumnya sasaran sanitasi hotel menyangkut dua hal yaitu sanitasi“Lodging” dan
sanitasi “Catering”.
1) Sanitasi Lodging
Adalah pengawasan sanitasi yang menyangkut urusan kerumahtanggaan ( House
Keeping) hotel, yang meliputi bangunan dan fasilitasnya seperti halaman, sampah,
pembuangan air kotor, dll Ruang lingkup sanitasi “lodging” meliputi :
a) Wilayah luar bangunan hotel (external hotel area) yang terdiri dari : halaman,
tempat parkir, pertamanan, pembuangan sampah, pembuangan air kotor.
b) Wilayah di dalam hotel (Internal hotel area) yang tefrdiri dari : sanitasi umum,
sanitasi kamar, sanitasi toilet, sanitasi ornament
2) Sanitasi Catering
Catering dalam kegiatan hotel adalah segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan makanan yang diolah dan dihidangkan dalam sebuah hotel. Kegiatan
catering ini bisa berupa penyediaan makanan dan minuman untuk keperluan hotel
sendiri dan penyediaan makanan untuk diluar hotel (Outside catering).Pada
umumnya pengawasan ini diperlukan untuk mencegah tersebarnya bermacam –
macam penyakit lewat makanan, hal ini dapat ditujukan pada :
Keadaan bahan makanan, dengan persyaratan :
a. Sayur–mayur, buah–buahan harus segar dan tidak busuk.
b. Bahan makanan kaleng harus dicek kemungkingan ada kebocoran.
c. Bahan pembuat kue(tepung, pewarna) bebas dari serangga dan disimpan
dengan baik.
3) Cara menyajikan:
a. Gunakan alat makanan yang bersih.
b. Meja makan dan lantai ruangb makan besih, terlihat tidak ada lalat.
c. Cukup pencahayaan alam /buatan.
d. Pengambilan makanan melalui jendela khusus dari tempat penyimpanan
makan masuk agar bebas lalat/serangga.
8
e. Dinding ruang berwarna terang.
f. Pintu ruangan dapat menutup sendiri sebagian tertutup dengan kawat kasa.
4) Persyaratan yang lainnya :
a. Karyawan catering harus mempunyai sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
b. Pakaian karyawan catering harus bersih dan ganti setiap dan ini disediakan
oleh pesusahaan/hotel dengan dilengkapi penuitup kepala.
c. Harus ada WC dan urinoir tersendiri bagi karyawan catering dan tidak
berhubungan langsung pintunya dengan dapur.
d. Dianjurkan hotel menyediakan almari locker untuk menyimpan pakaian atau
peralatan pribadi dari setiap karyawan. Untuk meyakinkan tamu hotel akan
kebersihan dari fasilitas yang ada dalam hotel seperti : Lap makan, kamar,
bowl wc dan dapat digunakan semacam segel sanitasi kertas.
D. Sasaran sanitasi di wilayah luar bangunan hotel
Adapun tempat-tempat diluar bangunan hotel yang perlu diperhatikan dalam
penerapan Hygiene dan sanitasi hotel, antara lain :
1) Tempat parkir
a. Cukup luas untuk menampung kendaraan tamu hotel sebagai patokan untuk
setiap 5 kamar perlu disediakan 1 tempat parkir.
b. Lantai parkir harus keras, sebaiknya diaspal atau dibeton, sehingga tidak
becek pada waktu hujan dan tidak berdebupada waktu musim kemarau.
c. Diberikan lampu penerangan sesuai luas tempat parkir.
d. Perlu dipasang rambu – rambu lalu lintas untuk mencegah terjadinya
kesemrawutan.
e. Perlu disediakan gardu parkir lengkap dengan WC dan urinoir

2) Pertamanan dan pertanaman


Yang dimaksud disini ialah sebidang tanah yang ditanami oleh berbagai macam
tanaman dengan maksud untuk memperindah pemandangan, mencegah terjadinya
erosi, menjaga kesegaran udara.
3) Penyediaan air
Penyediaan air untuk hotel perlu mendapat perhatian dan harus memenuhi
persyaratan standart sesuai peraturan yang berlaku (Permenkes No.
416/Menkes/PU/IX/1990).Penyediaan air untuk hotel dapat diperoleh dari :
a. Air ledeng ( PAM)
b. Air tanah (Sumur bor)
c. Kombinasi Air Ledeng dan Air Tanah
Di hotel besar yang bertaraf internasional, diutamakan mendapatkan air ledeng
yang telah melalui pengolahan yang baik dan air tanah yang umumnya diperoleh
dengan mengebor tanah di halaman sekitar hotel hanya digunakan bila sangat
diperlukan yaitu :
a. Sebagai “Make up water” (Penambahan air pada waktu–waktu air ledeng
macet). Sebagai penambah air apabila leideng tidak mampu.Seyogyanya setiap
hotel mempunyai “Reservoir” sebagai tempat untuk menyimpan air, baik air
yang berasal dari dinding maupun sumur bor. Yang perlu diperhatikan ialah air

9
yang berasal dari sumur bor yang kualitasnya harus selalu dipantau sehingga
memenuhi standar persyaratan.
b. Mengingat penyediaan air untuk hotel terutama hotel internasional dibutuhkan
air yang benar-benar berkualitas tinggi dan diperlukan adanya air panas
disemua kran–kran dan juga pengolahan air kembali untuk dialirkan ke kamar
mandi maka diadakan langkah – langkah sebagai berikut:

Semua jenis air yang diperoleh dari berbagai macam sumber air ( air ledeng, air
sumur bor ) diadakan pengolahan kembali yang dimaksud ialah:
a. Pengendapan (Sedimentation)
Agar segala jenis kotoran yang mungkin ada di dalam air mengendap. Untuk
membantu proses pengendapan ini dapat digunakan zat koagulasi untuk
mengumpulkan partikel–partikel kotoran sehingga mudah diendapkan.
b. Penyaringan
Kotoran–kotoran yang tidak dapat diendapkan dan masih melayang–layang
dalam air dapat ditangkap oleh filter ( Saringan). DisinfeksiBila air telah
melalui saringan dan secara fisik telah bersih, misal perlu dilakukan disinfeksi
untuk membunuh kuman–kuman yang kemungkingan masih ada dalam air
tersebut. Zat disinfektan yang digunakan yang biasannya digunakan ialah zat
chlor ada juga dengan mengunakan ozon ( O3) dengan menggunakan alat
tertentu. Untuk mendapatkan air panas, maka air perlu dipanaskan pada tangki
pemanas (boiler) kemudian disalurkan melalui pipa khusus air panas.

4). Pembuangan Sampah


Secara umum cara – cara penanganan sampah meliputi 4 kegiatan, yaitu :
1. Penampungan
2. Pengumpulan
3. Pengangkutan
4. Pembuangan
5). Sasaran sanitasi di wilayah dalam bangunan hotel
Sasaran sanitasi di wilayah dalam bangunan hotel meliputi sanitasi umum, sanitasi
kamar dan lain-lain.
6). Sanitasi umum
Sasaran sanitasi umum ini meliputi Bangunan/gedung hotel. Harus kuat/kokoh,
tidak memungkinkan senagai tempat berkembangbiaknya serangga dan tikus,
penggunaan ruangan dipergunakan sesuai dengan fungsinya, konstruksi lantai
bersih dan tidak licin, bagian yang selalu kontak dengan air dibuat miring ke arah
saluran pembuangan air agar tidak membentuk genangan air, dinding bersih
permukaan yang selalu berkontak dengan air harus kedap air.
1. Atap. Harus kuat dan tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya genangan
air.
2. Langit-langit. Tinggi dari lantai minimal 2,5 meter.
1. Pintu. Dapat dibuka dan ditutup serta dikunci dengan baik serta dapat mencegah
masuknya binatang pengganggu.
2. Pencahayaan.

10
7). Sanitasi kamar
Kamar merupakan suatu bagian dari hotel yang sangat penting agar para tamu
bebas dapat beristirahat dan melakukan apa saja tanpa terganggu. Syarat sanitasi
kamar hotel meliputi :
1. Kebersihan umum
Kamar harus selalu dibersihkan oleh karena kamar dapat dikotori oleh debu, zat
kimia bahkan lumut, jamur atau kuman. Pengotoran oleh debu dapat dihilangkan
dengan jalan menyapu dan membersihkan ruangan termasuk perabotan kamar
yang ada secara rutin. Pengotoran oleh zat kimia misalnya noda-noda pada lantai,
dinding, taplak meja dan lain-lain dibersihkan dengan memakai zat kimia
tertentu yang dapat dipakai untuk menghilangkan noda-noda tersebut. Sedangkan
pengotoran oleh lumut atau cendawan dapat terjadi apabila dalam keadaan
lembab, ini dapat dicegah dengan mencari sumber terjadinya kelembaban
tersebut kemudian diperbaiki.
Kebersihan dan persyaratan fasilitas dan peralatan kamar juga perlu diperhatikan.
Fasilitas-fasilitas yang perlu diperhatikan dalam kamar antara lain :
a. WC/Urinoir
b. Kamar mandi
c. Tempat tidur
d. Penerangan
Pada umumnya, disuatu hotel terutama yang bertaraf internasional WC biasanya
tidak berdiri sendiri tetapi bersama –sama dengan urinoir dan kamar mandi
berada dalam satu unit ruangan tersendiri yang disebut toilet room dan biasanya
berada dalam kamar. Persyaratan untuk WC/urinoir :
a. Bersih dan tidak berbau
b. Tipenya harus water seal (closet) dan dilengkapi tempat cuci tangan.
c. Pada hotel yang bertaraf internasional perlu dilengkapi kertas toilet
d. Harus di disinfeksi baik di lantai maupun bagian luar dari howl toiletnya tiap
kali tamu check out.
2. Kamar Mandi
Persyaratan untuk kamar mandi :
a. Bersih dan tidak berbau
b. Lantai tidak boleh licin
c. Dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak merembeskan air
d. Dinding kamar mandi harus dari bahan kedap air
e. Bila memakai bath tubo perlu di lengkapi dengan shower, kran air dingin dan
panas, tirai penutup dan keset kaki serta di lengkapi kaca toilet.

3. Tempat Tidur
Secara umum, persyaratan untuk kamar tidur sebagai berikut :
a. Kondisi ruangan tidak pengap dan berbau.
b. Bebas dari kuman-kuman patogen.
c. Bersih dan tertata rapi.

11
d. Suhunya sekitar 18-28 0 c.
e. Kelembaban sekitar 40-70 %
f. Dinding, pintu, jendela yang tembus pandang atau cahaya dilengkapi dengan
tirai.
RINGKASAN : Hotel dapat diartikan sebagai tempat menginap bagi umum yang
dikelola secara komersil, terdiri dari beberapa kamar dan menyediakan juga
makanan/minuman. Selain itu, kebersihan dan kesehatan hotel juga sangat
mempengaruhi minat para wisatawan. Karenanya, kebersihan ini akan dapat
membantu meningkatkan kepariwisataan di Indonesia. Oleh sebab itu, pihak hotel
harus mampu menciptakan suasana yang di butuhkan oleh tamu, salah satu caranya
meningkatkan Hygiene dan Sanitasi Penerapan Hygiene dan Sanitasi perlu
dilakukan diantaranya penerapan Hygiene Sanitasi Kitchen Department, peralatan
dapur, karyawaan dapur, serta penerapan Hygiene Sanitasi makanan dan minuman
karena dapur adalah tempat mengolah suatu makanan, untuk itu para juru masak
yang bertugas harus benar-benar memperhatikan segala sesuatu yang akan
dikerjakan dan dihasilkan, sehingga segala sesuatu yang dijual kepada tamu baik
berupa makanan dan minuman adalah hasil pilihan dan olahan yang baik. Hotel
yang saniter akan sangat menunjang dalam memberikan kepuasan kepada para
pengunjung. Dalam hal ini sanitasi dapat mempunyai peranan Phisik dan Psikologi.
SUMBER : https://mily.wordpress.com/2010/10/22/makalah-sanitasi-hotel/
https://www.academia.edu/38014471/
KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SANITASI_DAN_KESELAMATAN_KERJ
A_HSK

4. PERSONAL HYGIENE KARYAWAN DI HOTEL/ RESTAURANT


A. Personal Hygiene (Kesehatan Pribadi)
Manusia dalam menjalankan segala aktivitasnya diperlukan kondisi tubuh yang sehat
karena manusia tidak mungkin dapat bekerja dalam keaadaan sakit yang nantinya
dapat berakibat buruk, yakni dapat memperparah jiwa kondisi kesehatan orang
tersebut dan dapat membuat hasil kerja tidak optimal. Menurut Undang-Undang No.
23 Tahun 1992 kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan,jiwa, dan sosial
yang memungkinkan sikap orang hidup produktif secara sosial ekonomi. Sedangkan
sakit merupakan suatu keadaan jasmani,jiwa, dan pikiran manusia yang terganggu dan
tidak dapat menjalankan aktivitas dan rutinitasnya seperti biasanya. Usaha-usaha yang
dapat dilakukan untuk menanggulangi sakit tersebut dapat berupa usaha preventif
(pencegahan) dan usaha kuratif (pengobatan).
Usaha-usaha preventif tersebut meliputi :
 Memberikan informasi dan penjelasan mengenai pentingnya kesehatan dalam
hidup ini.
 Membiasakan pola hidup bersih dan sehat.

12
 Mempelajari dan memahami serta melakukan pencegahan terhadap berbagai
faktor-faktor penyebab penyakit di masyarakat.
Usaha-usaha kuratif meliputi :
 Melakukan pengobatan secara medis ke dokter,puskesmas, rumah sakit serta
tempat-tempat berobatsecara medis lainnya.
 Mengkomsumsi makanan dan minuman yang bergizi bagi tubuh.

B. Personal Grooming
Kata grooming berarti penampilan yang rapi, serasi, dan harmonis. Dalam kata
penampilan (appeaerance) tercakup aspek keadaan fisik tubuh, tata rias, sedemikian
rupa sehingga menghasilkan penampilan yang serasi dan rapi.Tidak ada wisatawan
yang senang dilayani dengan karyawan yang kurang rapi. Penampilan yang rapi, serasi,
dan bersih dapat menyenangkan orang yang diajak berbicara atau dilayani.
Apa beda Personal Hygiene dan Personal Grooming?
Kedua subjek ini saling tunjang-menunjang dalam pelaksanaannya. Personal Hygiene
lebih menitik beratkan pada aspek kesehatan dan kesan sehat, sedangkan personal
grooming lebih menitikberatkan pada aspek kerapian penampilan seseorang. Kedua
bidang tadi (hygiene dan grooming) mempunyai bidang garapan yang sama yaitu sosok
karyawan itu sendiri. Hotel perlu menetapkan bagaimana seharusnya penampilan
karyawan yang baik. Bentuk penampilan ini kemudian dituangkan dalam suatu aturan
atau “Standart Operatis Prosedure (SOP)” yang harus diikuti oleh karyawan. Dengan
demikian betapa pentingnya peranan grooming dalam dunia pelayanan jasa, khususnya
pada dunia perhotelan. Masing – masing perusahaan berusaha mendesain pakaian
seragam karyawan agar tampak rapi dan bersih mulai dari desain mode, warna, dan
aksesories.
1) Rambut (Hair)
Rambut agar ditata tidak menutupi wajah. Jangan menggunakan jelly rambut
berlebihan. Jangan menggunakan penggeras rambut berlebihan.Tatankan rambut
(hair modeling) harus sesuai aturan.Jangan memaksakan tatanan mode yang sedang
trendi.
2) Kulit (Skin)
Kebersihan kulit sangat perlu diperhatikan karena kulit yang bersih kan
memberikan kesan yang baik kepada tamu. Selain dengan mandi,menjaga kesehatan
kulit juga dapat dilakukan dengan memakai moisturising pada bagian luar kulit.
3) Gigi (teeth)
Kebersihan gigi perlu diperhatikan waktu berhadapan dengan tamu, karena secara
tidak langsung ketika berbicara dengan tamu, gigi kita akan terlihat oleh tamu
tersebut. Kebersihan gigi dapat dilakukan dengan mengosok gigi setiap hari dengan
pasta gigi. Untuk itu gigi harus tetap dirawat secar teratur dan konsisten. Setidaknya
enam bulan sekali melakukan pengecekan kesehatan gigi di dokter gigi.

13
4) Tangan (Hands)
Tangan harus selalu bersih dan berkesan bersih. Kuku harus dipotong pendek dan
tidak bernoda. Kuku dipotong rapi, rata, dan tidak ada yang patah. Karyawan
wanita yang bekerja operation (Front Office, Housekeeping, Restaurant, dan Bar)
diijinkan memakai cat kuku berwarna bening. Karyawan wanita yang tidak
berhubungan langsung dengan tamu diijinkan menggunakan cat kuku berwarna
bening atau warna yang tidak mencolok.
5) Pakaian Seragam (Uniform)
a. Dijaga dengan baik agar dapat digunakan sesuai dengan waktunya.
b. Tidak ada bagian – bagian yang robek.
c. Selalu rapi dan tidak kusut.
d. Dikancing lengkap sesuai dengan desain.
e. Selalu bersih dan tidak ada noda.
f. Gunakan pakaian seragam yang sesuai dengan ukuran tubuh.
6) Kebersihan Badan (Body Cleanliness)
a. Sering mandi 3x sehari dan terutama pada saat memulai tugas.
b.Hindari bau badan, gunakan deodorant seperlunya. Hal yang paling
menjengkelkan wisatawan adalah bau badan dan kehilangan senyum.
7) Posture (Postur tubuh)
Posture adalah sikap tubuh atau posisi tubuh pada waktu melaksanakan tugas.
Postur tubuh ini juga dapat mempengaruhi tamu terhadap pelayanan yang diterima
dan yang akan diterima. Postur tubuh yang tegap dan sigap memberikan kesan
bahwa karyawan tersebut siap melayani dan meyakinkan akan melayani dengan
baik.
RINGKASAN : Kesehatan pribadi adalah langkah yang pertama yang berkaitan
dengan kepenguusan pribadi yang baik dan kesehatan yang baik, kebugaran yang baik,
kebiasaan yang baik, serta kerbersihan dan kerapian yang baik. Personal grooming
adalah suatu keadaan individu dimana terdapat keserasian, kerapian, dan keharmonisan
dalam perwujudan secara fisik dari luar individu tersebut.
Fitness (kesegaran jasmani) adalah suatu keadaan jasmani yang yang sehat dan bugar
dari seorang individu dan siap untuk menjalankan aktivitasnya. Habit (kebiasaan) dalah
segala tingkah,pola,dan perilaku seorang individu yang dilakukannya relatif sering, dan
dilakukan secara tidak sadar. Neat and clean (kerapian dan kebersihan) adalah suatu
keadan fisik jasmani seseorang dari segi kerapaian dan kebersihannya yang diniliai
orang lain yang dapat dilihat secara kasat mata. Personal hygiene dan personal
grooming sangatlah penting karena kedua aspek ini saling berkaitan untuk menunjang
para karyawan hotel atau restaurant dalam memberikan pelayanan kepada tamu.
SUMBER:
https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SANIT
ASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK

14
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-sanitasi.htm

5. SANITASI DALAM PENYELENGGARAAN MAKANAN DI HOTEL/


RESTAURANT
1) Sanitasi Pembuangan Sampah
Sampah merupakan salah satu penyebab tercemarnya makanan. Untuk
menghindarinya maka pada setiap pusat-pusat bekerja, misalnya meja kerja, bak cuci
bahan makanan, tempat pengolahan, tempat pemorsian disediakan tempat sampah
yang tidak permanen agar mudah dibersihkan dan diangkat.
Umumnya bak sampah ini terbuat dari plastik ringan lengkap dengan penutupnya.
Sebelum digunakan terlebih dahulu dilapisi dengan kantong plastic sampah agar bila
telah penuh ujung dari kantong plastic tersebut diikat lalu diangkat keluar dari bak
sampah tersebut dan diganti dengan kantong plastic baru.
1) Sanitasi Tempat Penyimpanan Bahan Makanan
Untuk menjaga ruang penyimpanan bahan makanan maka ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu: bahan makanan yang disimpan dan ruangan
penyimpanannya.
a.Bahan makanan yang akan disimpan harus dalam keadaan bersih.
b. Ruang penyimpanan dibersihkan secara rutin, dan bila ada yang tumpah harus
dibersihkan sesegera mungkin untuk menghindari datangnya binatang-binatang dan
serangga, misalnya semut dan kecoa.
c.Seandainya bahan makanan yang disimpan ada yang busuk harus cepat dibuang dan
sebaiknya ruang penyimpanan disemprot dengan desinfektan pada waktu-waktu
tertentu.
d. Perlu diperhatikan bahwa ada saat penyemprotan bahan makanan tidak boleh
berada di dalam gedung.
2) Sanitasi Alat Dapur
Bahan makanan atau makanan dapat terkontaminasi oleh alat dapur yang kotor.
Oleh sebab itu, pencucian alat dapur seharusnya mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh. Pencucian perlengkapan dapur dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara manual dan machine.
3) Sanitasi Wilayah Steward
Lemari dan rak penyimpanan alat-alat masak dalam gudang (stewarding room) prlu
diawasi sehingga kemungkinan adanya kerusakan karena berkarat dapat diketahui
lebih dini. Selain itu pengaturan dan penyimpanan alat-alat masak dalam lemari dan
rak-rak tersebut perlu disusun secara rapi dan bersih. Di dekat kamar mandi
disediakan tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun, serbet kertas, dan kalau
mungkin alat pengering tangan dari listrik sehinggan karyawan yang baru dari kamar
mandi langsung mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum mulai kerja kembali.
4) Faktor Kimia
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh factor kimia karena hal-hal
sebagai berikut:
a. Adanya pencemaran gas atau cairan yang merugikan kesehatan atau adanya
partikel-partikel yang beracun, misalnya alat-alat dapur yang dibuat dari bahan
15
yang mudah beraksi dengan bahan makanan yang diolah, seperti alt dapur yang
terbuat dari tembaga dengan kuningan yang digunakan untuk mengolah bahan
makanan yang asam.
b. Obat-obat penyemprot hama yang digunakan untuk sayuran dan buah ketika
ditanam
c. Zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan
d. Zat pewarna tekstil yang digunakan untuk memberi warna pada makanan
e. Ketidaktahuan masyarakat atas penggunaan obat insektisida yang disemprotkan
pada ikan yang sedang mengalami proses pengasinan dengan tujuan agar ikan
tersebut tidak dihinggapi lalat. Kalau lalat tesebut hinggap maka ia akan membawa
mikroorganisme pada ikan asin tersebut dan hal ini menyebabkan iakn tidak tahan
lama.

f. Penggunaan wadah bekas obat-obatan pertanian untuk kemasan makanan dan lain-
lain.
5) Faktor Mikrobiologis
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh factor mikrobiologis karena
adanya pencemaran oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Umunya yang terbanyak
disebabkan oleh bakteri. Bakteri adalah tumbuhan bersel satu yang tidak berklorofil
dan ukurannya sangat kecil (Kinton and Ceserane 1984). Sebagai contoh adalah
apabila enam puluh buah bakteri Escherichia coli dibaiskan maka panjangnya hama
selebar satu helai rambut manusia sehingga bakteri hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Bakteri yang dapat dilihat melalui mikroskop ialah bakteri cocco, bacilli
spirilla, vibrio, streprobacilli dan streptococci.
a. Factor yang sangat mendukung berkembangnya bakteri. Factor yang sangat
mendukung berkembangnya bakteri adalah:
b. Adanya makanan yang diperlukan
c. Tersedianya air
d. Temperature yang sesuai
e. Waktu yang cukup untuk berkembang
Bahaya atau tidaknya berkembang bakteri tersebut tergantung pada jenis
mikroorganisme apa yang berkembang dan hasil samping dari pertumbuhannya.
Kemungkinan masuknya bakteri ke dalam makanan. Kemungkinan masuknya bakteri
ke dalam makanan adalah:
a. Pada waktu makanan disiapkan
b. Pada waktu makanan diolah
c. Pada waktu makanan disimpan
d. Pada waktu makanan disajikan
Makanan merupakan salah satu media yang diperlukan bagi tumbuhnya
bakteri, ada yang tumbuh pada makanan yang tingkat keasamannya rendah, ada yang
memerlukan gula, ada yang memerlukan protein untuk pertumbuhannya. Factor-
faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya bakteri adalah:
a. Temperature yang sesuai dengan tumbuhnya bakteri yang memerlukan pemyakit
(patogen) secara cepat yaitu pada suhu 37ºC, tetapi ia dapat tumbuh pada suhu
antara 10º-60ºC.

16
b. Dengan merebus atau memanaskan sampai mendidih selama beberapa menit
bakteri akan mati, tetapi untuk memusnahkan toksinnya harus direbus minimal
setengah jam, sedangkan membnuh bakteri yang tahan panas tinggi harus
dipanaskan pada suhu 120ºC.
c. Menyimpan makanan pada suhu yang rendah (minimal 7ºC) tidak berarti bakteri
akan mati, melainkan hanya membuat bakteri tersebut nonaktif. Bila temperature
yang diperlukan untuk tumbuhnya bakteri tersebut memungkinkan, maka ia akan
aktif kembali.
d. Dalam pertumbuhannya bakteri memerlukan air. Oleh sebab itu, bahan makanan
yang mengandung cairan lebih cepat busuk dibandingkan dengan bahan makanan
atau makanan kering.
e. Setiap dua puluh menit bakteri akan berkembang, karena dalam jangka 5 samapai
6 jam, berjuta-juta bakteri akan tumbuh.
Berdasarkan factor-faktor di atas apabila ingin mneyimpan makanan harus
menghindari situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk berkembangnya bakteri
secara baik. Kelompok bakteri yang dapat menyebakan keracunan pada manusia
adalah:
 Keracunan makanan karena bakteri salmonella disebabkan oleh: Banyaknya
bakteri yang berkembang dalam jumlah yang banyak karena pendinginan yang
kurang sempurna sehingga bakteri dapat aktif, Makanan disimpan pada suhu
kamar dimana suhu tersebut merupakan suhu yang paling tepat bagi
berkembangnya bakteri,Makanan yang diolah tidak cukup matang sehingga bakteri
yang tahan panas belum mati, Makanan yang dudah disimpan dan didinginka tidak
cukup panas waktu dihangatkan, Alat-alat dapur yang kurang bersih dalam
pencuciannya. Kontaminasi dari tenaga pengolah yang kurang memperhatikan
hygiene dan bahan mentah yang terkontaminasi.
 Keracunan makanan karena bakteri staphylococcus ureus disebabkan oleh: Toksin
yang dihasilkan oleh bakteri tersebut, Bakteri ini berkembang dengan baik apabila
suhu pendinginan tidak sesuai dengan jenis makanan atau bahan makanan yang
disimpan, Kontaminasi makanan yang telah matang, Kontaminasi dari tenaga
pengolah yang terkena infeksi, Makanan disimpan pada suhu kamar, Proses
fermentasi pada makanan
 Keracunan yang disebabkan oleh bakteri clostridium welchii
Terdapat bakteri clostridium welchi dalam jumlah yang banyak pada makanan.
Bakteri berkembang baik pada makanan karena suhu pendinginan yang tidak
sesuai dengan makanan yang disimpan sehingga bakteri menjadi aktif. Menyimpan
makanan pada suhu kamar Makanan sisa yang akan disajikan kembali, tetapi
pemanasannya tidak sempurna.
 Keracunan karena bakteri clostridium botolinum, biasanya disebabkan oleh pada
waktu pengalengan bahan makanan, asam tidak memenuhi syarat dam ikan asap
yang dikemas dengan system vakum tidak sempurna.
 Keracunan karena infeksi bacillus cercus disebabkan oleh: Masuknya bakteri
bacillus circus dalam pencernaan dan tubuh, Pendinginan makanan yang tidak
sempurna, Memasak makanan terlalu awal dari waktu penyajian dan tidak
disimpan secara tepat, Makanan yang tidak habis dan disajikan kembali, tetapi
pemanasannya tidak sempurna.
17
 Keracunan karena infeksi escheria colli, disebabkan oleh: Pendinginan yang tidak
sempurna, Waktu memasak yang tidak cukup matang, Alat-alat kurang bersih,
Hygiene dari tenaga pengolah yang kurang bersih.
 Keracunan karena infeksi vibrio parahaemolytieus disebabkan oleh: Makanan yang
tidak matang waktu mengolahnya, Temperature pendingin yang tidak sesuai
dengan makanan yang disimpan, Kontaminasi silang, Alat-alat yang kotor,
Menggunakan air laut untuk memasak
RINGKASAN : Sanitasi dalam penyelenggaraan makanan terdapat 3 faktor yang
harus diperhatikan yakni :
1) Faktor Fisik, yang dimaksud dengan factor fisik disini adalah ruangan yang kurang
mendapat pertukaran udara yang kurang lancar, suhu panas atau lembab, dan lain-
lain.
2) Faktor kimia, sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh factor kimia
karena karena beberapa hal berikut adanya pencemaran gas atau cairan yang
merugikan kesehatan ke alat dapur yang mudah bereaksi dengan gas atau cairan
tsb,
3) Faktor mikrobiologis, sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh factor
mikrobiologis karena adanya pencemaran oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
Umunya yang terbanyak disebabkan oleh bakteri.
SUMBER :
https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SANITA
SI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK

6. HYGIENE DAN SANITASI DALAM KEGIATAN F&B DI


RESTAURANT/HOTEL
Usaha sanitasi dan usaha Food & Beverage mempunyai hubungan yang erat dan bekerja
sama terutama dalam bidang peningkatan dan pemeliharaan kebersihan makanan dan
minuman. Food hygiene menitikberatkan pada makanan yang mudah membusuk, seperti:
daging, ikan, susu, telur, makanan dalam kaleng, dan minuman yang mengandung CO2.
Sedangkan Food Sanitation membahas “six principles of food sanitation” diantaranya
1. Cara penyimpanan bahan makanan
2. Cara pengolahan
3. Tempat pengolahan
4. Tenaga pengelolaan makanan
5. Cara pengangkutan makanan
6. Cara penyajian makanan

Kegiatan hygiene dan sanitasi makanan di dalam sebuah hotel mencakup wilayah-
wilayah dimana makanan itu diolah, dipersiapkan, disimpan, dan dihidangkan, meliputi:
a) Food Production Areas Sanitation
b) Food Storage Areas Sanitation
c) Food Service Areas Sanotation
18
Di samping daerah-daerah tersebut, perlu adanya pengawasan dari tenaga penjamah
makanan (food handler) dan cara penjamahan (food handling).

A. Food Production Areas Sanitation


Pada bagian dapur yang perlu diawasi tentang sanitasi dan hygiene adalah tempat-tempat
dimana makanan itu diolah (food production areas), karena tempat ini sebagai:
1. Tempat mengolah segala macam makanan dan minuman;
2. Tempat penghasil sampah, yang sebagian besar terdiri dari sampah basah dan sisa
sisa makanan yang mudah membusuk dan menimbulkan bau busuk;
3. Tempat mempersiapkan segala jenis makanan dan minuman yang memerlukan cara
penjamahan yang baik (proper food handling procedure);
4. Tempat bekerja karyawan kitchen (cook) atau para food handler yang perlu
mendapatkan pengawasan khusus tentang kesehatan fisiknya maupun mental serta
keadaan kebersihan individunya;
5. Tempat alat-alat pengolahan makanan, alat makan, dan minum serta fasilitas
lainnya yang memegang peranan penting sebagai media penularan penyakit atau
keracunan makanan;
6. Tempat terdapatnya pembawa basil (carrier) di antara food handler akan
membahayakan bagi para tamu atau karyawan lain.

Dapur yang memenuhi syarat kebersihan adalah sebagai berikut:


-. Selalu dalam keadaan bersih;
- Mempunyai cukup persediaan air bersih untuk mencuci bahan makanan;
- Mempunyai tempat sampah;
- Alat-alat dapur selalu dalam keadaan bersih;
- Mempunyai ventilasi yang cukup guna memasukkan udara segar serta
mengeluarkanasap dan bau yang kurang sedap;
- Mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan yang baik, artinya tidak sampai
tercemar debu dan menjadi sarang tikus;
- Tidak meletakkan zat-zat berbahaya (insektisida) berdekatan dengan bumbu dapur
atau bahan makanan.
1. Pembagian Seksi Dapur (Kitchen Section)
a. Entremetier : bagian yang membuat garnish atau pelengkap hidangan utama,
seperti: sayuran, kentang, mie dan lain-lain
b. Garde manger : bertugas membuat hidangan pembuka dingin,irisan daging,
unggas, salad dan saos dingin.
c. Poisonner : membuat segala macam hidangan dari ikan yang dibakar,
dipanggang
d. Potage : membuat segala macam sup yang disajikan dingin atau panas
e. Saucier : membuat segala macam saos yang disajikan digin atau panas
f. Bakery : membuat segala macam roti

19
g. Butchery : bagian yang mempersiapkan atau memotong daging sebelum
dikirim ke dapur untuk proses pengolahannya.
h. Cold pantry : bagian yang membuat atau mempersiapkan buah segar, juice,
jam, keju dan yogurt.
Hot pantry : bagian yang membuat kopi, teh, cream,susu, susu skim dan telur
rebus.
2. Pantry Sanitation
Hal-hal yang harus diawasi dalam pantry adalah:
a. Bahan-bahan yang digunakan terutama susu, harus diperoleh dari
sumber/perusahaan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
b. Semua alat yang digunakan harus dijaga kebersihannya dari serangga dan
bakteri.
c. Bahan makanan seperti: sayuran, daging, terigu, buah-buahan, telur dan lain
harus berkualitas baik dan bersih serta disimpan dalam suhu penyimpanan yang
sesuai.
d. System ventilasi yang digunakan adalah AC atau exhauster system tertutup.
e. Perlu disediakan tempat sampah yang dapat menutup sendiri.
f. Pintu pantry tidak boleh berhubungan langsung dengan luar, atau kalau ada
harus dipasang double self closing door.
g. Perlu disediakan tempat cuci alat-alat yang digunakan di pantry secara khusus
dan bersih.
3. Butcher Room Santation
Hal-hal yang perlu diawasi dalam butcher room adalah:
a. Daging
Diperoleh dari sumber terpercaya
Kesegaran dapat ditinjau dari warna, bau, dan teksturnya
b. Fasilitas-fasilitas pemotongan daging
Harus senantiasa dipelihara dan dijaga kebersihannya
Fasilitas yang perlu mendapat perhatian khusus adalah:pisau dagng (meat
knife), gergaji daging (meat saw), pengiris daging (meat slicer), penggiling
daging (meat grinder), talenan daging (meat board), dan penghancur daging
(meat chopper).
Pembersihan dari alat-alat tersebut dilaksanakan setiap selesai aktifitas sebelum
penggantian shift.
Untuk membersihkan alat-alat tersebut harus dibuka komponennya agar sisa
daging yang terselip dapat dibersihkan.
4. Garde Manger Sanitation

20
Hal-hal yang perlu diawasi dalam garde manger adalah:
a. Fasilitas
 Termasuk alat pemotong dan pencincang daging, harus selalu dijaga
kebersihannya
 Meja daging tidak boleh retak-retak
 cuci tangan serta tempat cuci alat-alat perlu disediakan dan dijaga
kebersihannya
b. Food handler
Para petugas yang bekerja perlu diawasi kebersihan dan kesehatan individunya
c. Hal lain yang perlu diperhatikan
Dilarang menyimpan racun serangga dalam bentuk apapun dalam ruangan
- System ventilasi
- Tempat sampah

B. Food Storage Areas Sanitation


Yang dimaksud food storage areas adalah penyimpanan bahan-bahan makanan dan
makanan yang telah masak serta siap untuk dihidangkan.
Food storage dilakukan dalam food storage room (tempat penyimpanan makanan)
yang umumnya terletak dekat dapur, disebut kitchen storage rooms dan daerah atau
wilayahnya disebut food storage areas.
Ada dua macam food storage, yaitu:
1. Gudang makanan
Suatu tempat penyimpanan makanan dalam suhu kamar biasa.
2. Penyimpanan dingin
Suatu tempat penyimpanan makanan atau minuman dalam suhu yang dingin dengan
maksud untuk pengawetan makanan dan mencegah pembusukan.
Macam-macam penyimpanan dingin dibedakan sebagai berikut:
 Cool storage: penyimpanan dingin dalam suhu 10ºC - 20ºC
 Cold storage: penyimpanan dingin dalam suhu 0ºC - 10ºC
 Cool Freezer: penyimpanan dingian dalam suhu 0ºC
 Deep Freezer: penyimpanan dingin dalam suhu -10ºC
Suhu yang bermacam-macam untuk tiap-tiap storage technique ini tergantung dari
bahan makanan yang disimpan tersebut memerlukan suhu khusus agar tidak rusak.
Misalnya daging perlu disimpan dalam deep freezer.
Kitchen storage rooms harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Adanya fasilitas yang tersedia seperti rak-rak barang, nampan-nampan, panci,dll.
2. Penyimpanan bahan makanan yang mudah membusuk dan jenis makanan yang
tidak berkulit dilarang disimpan di atas permukaan lantai, supaya kitchen storage
room selalu bersih dan terhindar dari bakteri.

21
3. Bahan-bahan makanan yang lekas membusuk harus disimpan dalam suhu yang
sesuai dengan jenis bahan makanannya.
4. Setiap hari lantai perlu dibersihkan terutama di gudang-gudang serta ruangan-
ruangan yang berair sebagai akibat kondensasi dari es.
5. Perlu disediakan lampu penerangan yang cukup terang untuk mencengah terjadinya
kesalahan pengambilan bahan makanan serta memudahkan melihat keadaan gudang
secara menyeluruh, seperti adanya kotoran, bakteri dan tikus.
6. System ventilasi untuk:
Gudang biasa
Exhauster fan
7. Penyimpanan dingin

C. Food Service Areas Sanitation


Yang dimaksud dengan food service area dalam sebuah hotel adalah tempat-tempat
dimana makanan dan minuman dihidangkan/disajikan kepada para tamu.
Daerah penyajian makanan (food service area) dalam sebuah hotel adalah sebagai
berikut:
1. Restoran (restaurant dinning room)
2. Bar (beverage service area)
3. Employee dinning room (tempat makan karyawan)
Berikut ini akan dibahas mengenai sanitasi dari beberapa food service area tersebut.
1. Tempat makan untuk tamu dan karyawan (guest and employee dinning room)
Employee dinning room room dibedakan antara:
- Tempat makan bagi para karyawan/pimpinan staff
- Tempat makan bagi para karyawan/supervisor
- Tempat makan bagi para karyawan/pekerja bawahan
Perbedaan diantara ketiga macam diining room tersebut yang sangat prinsipilnya
sebenarnya tidak ada dalam susunan menu makanan yang diberian kecuali sedikit
saja ada perbedaan tentang:
- Peralatan (lebih mewah untuk para staff/pimpinan/supervisor)
- Pelayanan (lebih khusus untuk para staff/pimpinan/supervisor)
- Dipandang dari segi sanitasi, semua itu harus memenuhi syarat sanitasi yang telah
ditetapkan.
2. Guest dinning room
Untuk guest dinning room perbedaan terletak pada fungsinya atau jenis
hdangannya.
Misalnya, untuk sebuah hotel ada beberapa jenis restoran sesuai dengan
hidangannya, seperti Japanese Restaurant, European Restaurant, Chinese
Restaurant, Italian Restaurant, dan Indonesian Restaurant. Begitu pula di hotel juga
ada coffee shop, canteen, bar, dan banquet.
Guest and employee dinning room sanitation

22
a) Harus senantiasa dijaga kebersihannya
b) System ventilasi: AC untuk ruangan kecil, exhauster tertutup untuk ruangan yang
luas dan lebar
c) Fasilitas-fasilitas
- Meja
Harus dijaga kebersihannya. Setiap hari taplak meja (table cloth) perlu diganti,
kecuali meja tersebut telah ditutup dengan formika atau pelapis meja lainnya
yang kelihatan menarik.
- Alat-alat makan dan minum
Harus senantiasa dijaga kebersihannyadan dicuci sesuai yang berlaku
(diswashing dan glasswashing machine diperlukan).
- Kursi
Enak dipakai, tidak memberikan serangga kesempatan berkembang biak, kutu
busuk dan jenis serangga laninnya.
- Tempat bunga
Bunga-bunga di atas meja tidak mutlak diperlukan untuk dinning room
karyawan, tetapi perlu untuk guest dinning room/restoran kerena memberikan
pengaruh psikologis terhadap kesenangan dan kegairahan makan serta untuk
dekoasi.
- Tempat cuci tangan
Utnuk guest dinning room/restoran terletak di dekat guest toilet. Untuk
employee dinning room di dekat employee toilet atau di tempat khusus pada
pintu masuk, untuk mencuci tangan karyawan sebelum dan sesuadah makan.
- Tempat sampah
Di guest dinning room/restoran dilarang menempatkan bak sampah. Pada
employee dinning room tempat sampah boleh diadakan dan pnempatannya
harus disesuaikan dengan kebutuhan serta besa kecilnya dinning room dan
harus mempunyai penutup yang bisa menutup sendiri.
- Gambar-gambar hiasan
Untuk menambah pemandangan yang baik dan menyenangkan perl dipasang
gambar-gambar dinding yang sesuai dengan dekorasi sekeliling.
- Papan/tanda peringatan
Dipasang pada tempat/employee dinning room. Papan peringatan bersifat
edukatif/menddk misalnya: dilarang meludah di sembarang tempat, cucilah
tangan sebelum makan, jagalah kebersihan tempat makan anda.
3. Selesai makan: sesuai persyaratan sanitasi, piring-piring dan gelas yang kotor di atas
meja paling lambat lima menit berada di atas meja.
4. Aspek-aspek psikologis untuk guest dinning room:
 Adanya radio/ kaset dalm ruangan untuk menghibur pengunjung dan music perlu
disesuaikan dengan suasan pada waktu sarapan, makan sang dan makan malam.

23
 Dekorasi meja dan tata meja yang baik.
Warna dinding yang tenang , lembut dan segar.
5. Bar sanitation
Tidak semua hotel mempunyai bar, kecuali hotel bertaraf internasional. Pada
umumnya, terdapat bar yang merupakan subunit dari sbuah restoran hotel. Maka di
hotel, istilah bar dipersatukan dengan restoran dan disebut bar and restaurant.
Sebuah bar adalah temapt dimana terdapat macam-macam minuman (beverage
reparation area). Dimana harus memenuhi syarat-syarat sanitasi sebagai berikut:
Dijaga kebersihan tempatnya.
Penyimpanan botol-botol minuman harus teratur baik dan mudah diambil.
Alat minuman termasuk gelas harus bersih dan dicuci menurut prosedur pencucian
yang memenuhi syarat sanitasi.
1. Bar counter harus senantiasa bersih, tidak meresap air.
2. Wash basin harus tersedia dan mempunyai keran air dingin dan air panas.
3. tempat pembuangan sampah harus ada.
4. Refrigerator yang dgunakan harus disesuaikan suhunya untuk menyimpan btol-
botol yang berisi minuman yang memerlukan suhu “cool storage”.
5. Peti-peti botol minuman yang sudah kosong harus disusun dengan rapi.
Pada waktu tertentu perlu diadakan penyemprotan racun serangga, terutama tertuju
pada semut-semut dan kecoa.
6. Rak tempat botol minuman harus mempunyai kaki setinggi minimum 30 cm dari
permukaan lantai
RINGKASAN : Usaha sanitasi dan usaha Food & Beverage mempunyai hubungan yang
erat dan bekerja sama terutama dalam bidang peningkatan dan pemeliharaan kebersihan
makanan dan minuman.Food hygiene menitikberatkan pada makanan yang mudah
membusuk, seperti: daging, ikan, susu, telur, makanan dalam kaleng, dan minuman yang
mengandung CO2. Sedangkan Food Sanitation membahas “six principles of food
sanitation” Kegiatan hygiene dan sanitasi makanan di dalam sebuah hotel mencakup
wilayah-wilayah dimana makanan itu diolah, dipersiapkan, disimpan, dan dihidangkan,
meliputi, Food Production Areas Sanitation, Food Storage Areas Sanitation,Food Service
Areas Sanotation jika semua hal tersebut telah diterapkan dengan baik akan
mempermudah para pekerja dalam menjalankan operasional kerja di sebuah restaurant.

SUMBER:https://www.academia.edu/38014471/
KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SANITASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_H
SK_

7. RISIKO HYGIENE TERHADAP KERUSAKAN MAKANAN


Pangan atau makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar atau primer bagi
manusia. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan
yang akan dikonsumsi semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi
sekedar mengatasi rasa lapar, tetapi semakin kompleks. Hygiene bahan pangan
merupakan hal penting, karena akan mempengaruhi pada kualitas makanan yang akan

24
dikonsumsi. Kualitas makanan juga dapat diupayakan dengan memperbaiki aroma,
tekstur, suasana dan penampilan. Masalah sanitasi bahan makanan ini nampaknya masih
banyak orang yang mengabaikannya. Banyak orang yang menganggap dalam hal
makanan yang terpenting adalah rasa yang enak dan penampilan yang menarik. Tetapi
bagaimana membuat penampilan yang bersih, baik, dan aman untuk dimakan belum
sepenuhnya menjadi perhatian.
Sanitasi dan higiene diperlukan mulai dari perencanaan menu, pembelian bahan,
penerimaan barang, penyimpanan, pengeluaran barang, persiapan pengolahan,
pengolahan, kegiatan menjaga makanan sebelum disajikan, kegiatan penyajian, sampai
pada kegiatan pencucian dan perawatan. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hygiene bahan makanan atau pangan:
A. Keracunan Makanan Oleh Bakteri
Bakteri berkembang biak dengan membelah diri menjadi 2 bagian atau disebut
juga Mitosis. Pada temperature 30ºC hingga 41ºC jumlahnya akan bertambah dua kali
lipat setiap 15 menit dan dalam 5 jam menjadi 1 juta. Bakteri akan berhenti
berkembang biak pada temperature di atas 74ºC dan di bawah 4ºC. Pada temperature
dingin bakteri akan beristirahat. Bakteri Patogen berkembang biak pada suhu 37 ºC
sama dengan suhu tubuh manusia. Bakteri ini dapat tertularkan melalui makanan yang
tersentuh oleh tangan kotor, lap kotor dan berdebu, meja dan peralatan dapur yang
kotor.
Bahan–bahan makanan seperti Milk, Butter, Margarine Yoghurt, Cheese dapat
disimpan pada temperature 4 ºC. Untuk telur disimpan pada temperature -6ºC hingga
7ºC. Buah–buahan dan sayur–sayuran disimpan pada temperature 10ºC. Daging
disimpan pada temperature 5ºC hingga 8ºC. Seafood dapat disimpan pada temperature
2ºC hingga 5ºC. Untuk “Danger Zone” (zona bahaya) 37ºC hingga 69ºC dimana
bakteri bisa berkembang secara cepat dengan kelipatan 2 (dua).
B. Keracunan Makanan Biologis
Berbagai macam tanaman dan hewan mangandung toksin–toksin alami yang bisa
menimbulkan keracunan jika dimakan. Diantaranya termasuk :
 Jamur, Tanaman jamur yang mengandung toksin dari tampak luarnya mirip sekali
dengan jenis- jenis yang tidak mengandung toksin dan beracun jika dimakan
mentah ataupun dimasak. Maka penting sekali agar membeli jamur hanya dari
sumber yang dapat diandalkan.
 Kentang Hijau, Ini mangandung solanin yang bisa menimbulkan sakit atau
kematian jika dimakan dalam jumlah besar. Kentang yang hijau harus senantiasa
dibuang.
 Hidangan hasil laut, Beberapa bahan makanan hasil laut mangandung racun atau
logam – logam berat. Termasuk dalam ini tiram, kerang dan segolongan ikan.
Maka penting sekali bahwa penyediaan bahan makanan hasil laut akan diperoleh
dari sumber – sumber yang terpercaya.
C. Keracunan Makanan Kimiawi
Makanan bisa tanpa sengaja tercemar oleh racun kimiawi disepanjang jalur produksi.
Bagaimana itu terjadi, dan apa yang bisa dilakukan untuk pencegahannya, meliputi hal
– hal sebagai berikut:
 Sisa penyemprotan bahan kimia atau obat anti hama; Maka jadikan kebiasaan
yang baik untuk mencuci semua sayuran dan buah – buahan sebelum dipakai.
25
 Pembasmi kuman terbuat dari bahan kimia, obat semprot serangga, bahan
pembersih, racun tikus; Bahan– bahan kimia tersebut harus disimpan terpisah dari
makanan, alat dan perkakas dapur yang dipergunakan untuk membuat makanan. Dan
harus merupakan bahan – bahan yang diperbolehkan untuk dipakai sekitar
lingkungan makanan dan harus dipergunakan semata – mata sesuai spesifikasi
pabriknya.
 Tempat Penyimpanan Makanan; Keracunan seng bisa timbul apabila makanan
yang berkadar asam dibiarkan terlalu lama didalam kaleng berlapis seng. Juga
jangan menyimpan makanan didalam tempat tempat terbuat dari tembaga.
 Bahan tambahan dalam makanan; Segolongan orang, terutama penderita asma
sangat peka terhadap tambahan – tambahan yang dipakai dalam pengolahan dan /
atau pembuatan makanan. Diantara tambahan itu yang memicu reaksi alergi terhadap
MSG (monosodium glutamate), tartrazine (pewarna kuning untuk makanan) serta
produk–produk belerang yang dipakai untuk memperlambat oksidasi (misalnya
pemutih kentang atau sayuran dan juga yang dipakai dalam pengawetan buah–
buahan yang dikeringkan).
 Zat Makanan; Semua organisme mikro membutuhkan zat makanan untuk bisa
tahan hidup. Beberapa jenis makanan khususnya merupakan sumber baik dari zat
makanannya. Undang – undang kesehatan mencantumkan makanan seperti itu pada
daftar “Bahan Makanan Yang Bisa Membahayakan” karena bakteri peracun
makanan cepat tumbuh dan berkembang biak didalamnya. Bahan makanan tersebut
pada umumnya mengandung protein yang cukup tinggi, mangandung pati masak,
lembab dan rendah kadar asamnya.
D. Jenis-Jenis Kerusakan Makanan
Dilihat dari penyebabnya, kerusakan makanan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Kerusakan mikrobiologis
Kerusakan mikrobiologis adalah jenis kerusakan makanan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme, seperti bakteri, ragi, kapang. Kerusakan
mikrobiologis dapat terjadi di awal kerusakan atau mengawali kerusakan; atau
setelah terjadi kerusakan lain (menjadi kerusakan sekunder). Mikroorganisme
akan merusak makanan melalui proses hdrolisis atau degradasi makro-molekul
yang ada pada makanan menjadi mikro-molekul (terjadi kerusakan kimia). Akibat
proses tersebut, makanan akan mengalami perubahan bau pada cita rasa makanan.
Kerusakan mikroorganisme kadang dapat dilihat dengan mata dengan
terbentuknya lendir, gas, pengeluaran cairan atau jamur pada makanan.
2. Kerusakan kimia
Kerusakan kimia terjadi karena adanya reaksi kimia yang terjadi pada makanan
misalnya pada lemak, karbohidrat dan protein, sehingga menimbulkan perubahan
bau seperti tengik, bau asam atau bau busuk; atau terjadi reaksi browning pada
bahan makanan.
3. Kerusakan fisik
Kerusakan fisik terjadi karena adanya perlakukan fisik seperti pengeringan,
pembakaran, pendinginan dan pencahayaan. Contoh kerusakan fisik:
 Gosong akibat pembakaran dalam waktu lama dan suhu tinggi

26
 pengerasan tekstur makanan “case hardening” akibat pengeringan
 pelunakan tekstur makanan yang didinginkan “chilling injures” akibat
disimpan di lemari pendingin
 pelunakan dan keluarnya cairan makanan beku saat diletakkan di ruang kamar
yang dikenal dengan istilah “freezing injures”, akibat disimpan di lemari
pembeku
4. Kerusakan mekanis
Kerusakan yang terjadi akibat benturan, gesekan, bantingan saat pengepakan dan
pengangkutan makanan yang dilakukan kurang hati-hati, sehingga bahan
makanan menjadi memar, retak, pecah, belah atau remuk. Kerusakan ini dapat
menjadi awal terjadinya kerusakan lain misalnya kerusakan mikrobiologis atau
kerusakan kimia.
5. Kerusakan fisiologis
Kerusakan fisiologis disebabkan oleh reaksi metabolism bahan makanan atau
enzyme-enzym yang terdapat pada makanan sehingga terjadi proses autolisis.
Proses fisiologis merupakan proses biokimia, sehingga kecepatan reaksinya
dipengaruhi oleh factor suhu. Ciri dari terjadinya kerusakan fisiologis adalah
daging buah menjadi lunak atau terlalu empuk.
6. Kerusakan biologis
Kerusakan biologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh organisme seperti
tikus, serangga dan hama lainnya yang merusak bahan makanan. Jenis kerusakan
ini dapat terlihat pada bahan makanan, dan biasanya akan diikuti oleh jenis
kerusakan mikrobiologis.
Biasanya kerusakan bahan makanan tidak terjadi secara terpisah, artinya berbagai
jenis kerusakan makanan dapat terjadi pada bahan makanan secara bersamaan,
atau kerusakan jenis tertentu akan diikui oleh jenis kerusakan lainnya. Sebagai
contoh kerusakan fisiologis akan diikuti oleh kerusakan fisik dan
mikroorganisme; atau kerusakan mekanik diikuti oleh kerusakan mikrobiologis,
fisik dan seterusnya. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
kerusakan makanan diantaranya:
1. Pengurangan water activity, dengan melakukan pengeringan atau pengawetan
makanan dengan memberi garam atau gula pada bahan makanan. Hal tersebut
bertujuan untuk mengurangi kadar air beba agar mikroorganisme tidak
berkembang dengan cepat.
2. Pengaturan suhu, dapat dilakukan dengan pendinginan, pemanasan maupun
pembekuan. Tujuannya untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
sehingga bahan makanan bisa bertahan lebih lama.
3. Menghilangkan oksigen

RINGKASAN : Hygiene bahan pangan merupakan hal penting, karena akan


mempengaruhi pada kualitas makanan yang akan dikonsumsi. Kualitas makanan
juga dapat diupayakan dengan memperbaiki aroma, tekstur, suasana dan
penampilan. Masalah sanitasi bahan makanan ini nampaknya masih banyak orang
yang mengabaikannya. Banyak orang yang menganggap dalam hal makanan yang

27
terpenting adalah rasa yang enak dan penampilan yang menarik. Tetapi
bagaimana membuat penampilan yang bersih, baik, dan aman untuk dimakan
belum sepenuhnya menjadi perhatian. Sanitasi dan higiene diperlukan mulai dari
perencanaan menu, pembelian bahan, penerimaan barang, penyimpanan,
pengeluaran barang, persiapan pengolahan, pengolahan, kegiatan menjaga
makanan sebelum disajikan, kegiatan penyajian, sampai pada kegiatan pencucian
dan perawatan. Selain itu, terdapat beberapa jenis kerusakan makanan yang dapat
diidentifikasi, diantaranya adalah kerusakan mikrobiologis, kimia, fisik, biologis,
mekanis dan fisiologis. Untuk mencegah
SUMBER: :
https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SANI
TASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK

8. DAMPAK HYGINE DAN SANITASI YANG BURUK DI TEMPAT KERJA

1. Beban Penyakit
Kurangnya sanitasi serta kebersihan diri dan lingkungan yang buruk, berkaitan
dengan penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera, typhoid
fever, dan paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis, hepatitis
A dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis, malnutrisi,
dan penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi.  Perkiraan kasus kesakitan
pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk adalah penyakit diare sebesar 72%,
kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%, Hepatitis A 0,57%, Hepatitis E
0,02% dan Malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah
diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies 1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E
0,04% .

2. Biaya Perawatan Kesehatan


Berdasarkan data Susenas dan penelitian WSP tahun 2008, diperkirakan biaya
perawatan kesehatan terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan sanitasi
buruk sebesar Rp.1,6 triliun dengan perincian diare 31% , kecacingan 2%, penyakit
kulit 43%, trachoma 1%, Hepatitis A 1% dan malnutrisi 20% .

3. Kesehatan dan Produktivitas Kerja


Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk berkaitan dengan ketidakhadiran
di tempat kerja dan sekolah dan kehilangan hari kerja. Total kerugian diperkirakan
sebesar Rp. 3 triliun/tahun dari pendapatan orang dewasa dan 84% kerugian tersebut
akibat penyakit diare. Adapun kehilangan waktu berkisar antara 2 – 10 hari
tergantung beratnya penyakit.

4. Kematian Usia Dini

28
Biaya akibat kematian yang disebabkan penyakit yang berhubungan dengan sanitasi
buruk diperikirakan Rp.25 triliun/tahun dan 95% kematian terjadi pada anak usia 0 –
4 tahun yang disebabkan oleh penyakit diare sebesar 60%.
5. Terjadinya kecelakan kerja
Akibat jika hygiene di tempat kerja tidak sesuai prosedur kemungkinan untuk
terjadinya kecelakan kerja sangat besar hal tersbut dikarenakan tidak adanya
panduan serta patokan bagi setiap perusahaan dalam menjaga hygiene di tempat
kerja dan melakukan pekerjaannya secara bebas dan sembarangan.
6. Produktivitas kerja karyawannya menurun
Hal ini disebabkan karena lingkungan kerja yang tidak hygiene, nyaman serta
banyak sarang dan wabah penyakit yang bertebaran membuat para karyawan terkena
dan terserah dampak virusnya danhal tersebut produktivitas karyawan menjadi
menurun dan bahkan bisa menyenbabkan terjadinya kecelakaan kerja.
7. Citra hotel menjadi buruk
Salah satu hal yang bisa terjadi akibat hygiene yang buruk ditempat kerja adalah
citra hotel menjadi buruk akibat lingkungan tempat kerja yang tidak nyaman
dirasakan tamu sekaligus kinerja karyawannya yang buruk akan membuat tamu
menilai restaurant/ perusahaan tersebut tidak memiliki standar dalam pengelolaanya.
RINGKASAN : hygiene yang buruk ditempat kerja akan mempengaruhi aspek di
tempat kerja seperti terjadi kecelakaan kerja, produktivtas kerja para karyawannya
menurun bahkan bisa membuat citra hotel menjadi buruk. Maka dari itu hygiene di
lingkungan kerja sangatlah berpengaruh besar untuk kelancaran operasionalnya agar
menciptkan suasana yang aman, nyaman serta kondusif.
SUMBER : https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/205-dampak-sanitasi-buruk

9. KONSEP SEHAT DAN SAKIT


A. Konsep sehat
a.Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1. mperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
b. MENURUT DEPKES RI UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :

29
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan
harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental
dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan
fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya. . Definisi sakit:
seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila
ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak
sakit(2). Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi
impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal
yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia
a. Ciri-ciri sehat
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan Kesehatan mental (jiwa)
mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
1.  Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni
Tuhan Yang Maha Kuasa.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong
terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang
belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan
sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut,
yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa
atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
b. Paradigma sehat

30
paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai
masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral,
dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per -
lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan
penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi
sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p
mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada
mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang
mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural.
Aspek-aspek pendukung kesehatan
     Banyak orang berpikir bahwa sehat adalah tidak sakit, maksudnya apabila tidak ada
gejala penyakit yg terasa berarti tubuh kita sehat. Padahal pendapat itu kurang tepat.
Ada kalanya penyakit baru terasa setelah cukup parah, seperti kanker yg baru
diketahui setelah stadium 4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu tidak
ada? Tentu saja ada, tetapi tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala penyakit bukan
berarti sehat.Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana
seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yg
mempengaruhi keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah:
1.      Nutrisi yang lengkap dan seimbang
2.      Istirahat yang cukup
3.      Olah Raga yang teratur
4.      Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang
5.      Lingkungan yang bersih
B. Sakit dan prilaku sakit
a. Pengertian sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan,
atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit. Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien
dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu
berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang
sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan
akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik. Perilaku sakit merupakan
perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya;
mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya
penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan. Seorang individu

31
yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme
koping.
tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1. Adanya gejala : naiknya temperature, nyeri
2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit
3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
b. ciri-ciri sakit
1.  Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak
sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
1. Faktor Internal
 Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
 Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
 Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal
tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan
segera mencari bantuan.
 Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan
bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
 Asal atau Jenis penyakit
 Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya
akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang
diberikan.
 Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan)
sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika
penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan
hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada,  maka klien mungkin tidak
akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
2. Faktor Eksternal
 Gejala yang Dapat Dilihat
32
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh
dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan
pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang
dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap
gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
 Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang
wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua
kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada
Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan  untuk menentukan apakah
perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan
mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke
dokter.
 Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat
perlu memahami latar  belakang budaya yang dimiliki klien.
 Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
 Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain
sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan
kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang
kompleks dan besar  dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas
yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
 Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan
berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan
kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan
fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan
Sepak Bola, dll.
d. Tahap-tahap Perilaku Sakit
1. Tahap I (Mengalami Gejala)
 Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
33
 Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum
menduga adanya diagnosa tertentu.
 Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap
perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan
yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala
penyakit; (c) respon emosional.
  Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
 Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
 Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang
terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga
harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap
perannya.
 Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau
sederhana tergantung  beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan
perkiraan lama sakit.
 Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan
kesehatan  akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat
maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan
kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.
3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

34
 Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari
seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan,
penyebab  penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa
yang akan datang
 Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak
menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita
penyakit yang bisa mengancam kehidupannya.  klien bisa menerima atau
menyangkal diagnosa tersebut.
 Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan
yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan
mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan
beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan
orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai
mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
 Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia
memperoleh diagnosa yang diinginkan
 Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang
mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain 
untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak
terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia
akan mengunjungi beberapa dokter  sebagai usaha klien menghindari
diagnosa yang sebenarnya.
4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
 Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien
bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan
gejala yang ada.
 Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai
tuntutan dan stress hidupnya.
 Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya  semakin parah sakitnya, semakin bebas.
 Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat
ia bekerja, rumah maupun masyarakat.
5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

35
 Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-
tiba, misalnya penurunan demam.
Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh
perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada
penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. 
Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat 
dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan
bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif
e. Dampak sakit
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam
kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi
klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam,
mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk
menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan
menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti
ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri.
Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga
terhadap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
2. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat
mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami
perubahan. Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung
singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga
lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan
tidak terlihat. Perubahan jangka pendek  klien tidak mengalami tahap
penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka
penjang  klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap
Berduka’.Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan
rencana keperawatan.
3. Terhadap Citra Tubuh

36
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan
fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam
penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang
berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung
pada:
 Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau
organ tertentu)
 Kapasitas adaptasi
 Kecepatan perubahan
 Dukungan yang tersedia.
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,
mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada
seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang
dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang
bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota
keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri  karena
sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan  keluarganya, yang
akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota
keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misal: Klien tidak lagi terlibat  dalam proses pengambilan keputusan
dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada
anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya  klien akan
merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien,
dengan mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka
menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.
5. Terhadap Dinamika Keluarga

37
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,
mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan
melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan
keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh.
Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola
fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu
orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada
mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus
menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai
pencari nafkah. 
RINGKASAN : sehat meruapakan keadaan sejahtera dari badan kita baik itu secar afisik
atau mental yang memungkinkan kita hidup normal dan menjalani aktivitas kita secara
lancer, baik tanpa adanya gangguan atau hambatan sehat dipengaruhi beberapa faktor
seperti istirahat yang cukup, tidak stress, olahraga teratur dan makanan makanan ang
sehat serta bergizi. Sedangkan kita dikatakan sakit apabila seseorang mengalami kejadian
atau gangguan kronis yang menahan lama sehingga mengganggu aktivitasnya . banyak
sekali faktor penyebab orang menjadi sakit ada yang secara internal atau eksternal serta
banyak dampak yang dirasakan apabila kita sakit dan banyak juga cara penyembuhannya
yang dilakukan secara perlahan.
SUMBER : https://rontono.blogspot.com/2013/05/konsep-sehat-sakit-menurut-who.html

10. KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA


A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan merupakan suatu upaya
penting yang harus dilakukan terutama bagi dunia usaha/industri. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pemerintah Indonesia saat ini mencanangkan untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan dengan mewajibkan penerapan system manajemen K3 (SMK3) di berbagai
jenis usaha.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga dapat ditinjau dari
beberapa aspek diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Aspek filosofi: menyatakan bahwa K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan hak jasmaniah maupun rohaniah, hasil
karya dan budaya tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur.
b. Aspek ilmu: menyatakan bahwa K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam upaya mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
38
c. Aspek praktis/etimologi: menyatakan bahwa K3 merupakan suatu upaya
perlindungan tenaga kerja dan orang lain yang memasukiarea kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selamamelakukan pekerjaan di tempat kerja
serta penggunaan sumber dan proses produksi secara aman dan effisien.
B. Pentingnya Penerapan K3
Beberapa hal yang mendasari pentingnya implementasi K3 saat ini antara lain adalah:
a. Banyaknya angka kecelakaan kerja yang terjadi di dunia kerja
b. Kurangnya standar kerja yang terdapat di suatu perusahaan
c. Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya kecelakaan kerja
d. Daya saing pasar global suatu negara ditentukan oleh tingkat kecelakaan kerja
yang terjadi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat kecelakaan kerja yang
terjadi di suatu negara, semakin rendah daya saing Negara tersebut di pasar
global. Dapatkan Kalian mencari tahu apa penyebab hal tersebut?
e. Masih kurangnya kesadaran sebagian masyarakat termasuk kalangan dunia usaha
tentang pentingnya aspek K3
f. K3 menjadi issu global yang mempengaruhi perdagangan dan arus barang antar
Negara

C. Pengertian K3
adalah bidang yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan manusia yang bekerja pada sebuah institusi ataupun lokasi proyek. Arti
K3 (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja) secara khusus dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Pengertian K3 secara keilmuan; K3 merupakan ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
2. Pengertian K3 secara filosofis; suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan
keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarkat
adil dan makmur.
3. Aspek praktis/etimologi: menyatakan bahwa K3 merupakan suatu upaya
perlindungan tenaga kerja dan orang lain yang memasukiarea kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selamamelakukan pekerjaan di tempat kerja serta
penggunaan sumber dan proses produksi secara aman dan effisien.

Keamanan, Kesehatan, 9dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu hal
penting yang wajib diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga tertuang dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87. Berikut ini adalah
pengertian K3 (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja) menurut para ahli:

39
1. Mathis dan Jackson

Menurut Mathis dan Jackson pengertian K3 adalah kegiatan yang menjamin


terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental
melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan
tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku,
baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.

2. Ardana

Menurut Ardana, pengertian K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar


tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
sehingga setiap sumber produksi bisa digunakan secara aman dan efisien.

3. Flippo

Menurut Flippo arti K3 adalah pendekatan yang menentukan standar yang


menyeluruh dan spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat kerja dan pelaksanaannya melalui surat panggilan, denda,
dan sanksi lain.

4. Hadiningrum

Menurut Hadiningrum pengertian K3 adalah pengawasan terhadap SDM, mesin,


material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak
mengalami kecelakaan.

5. Widodo

Menurut Widodo, definisi K3 adalah bidang yang berhubungan dengan kesehatan,


keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek.

6.  World Health Organization (WHO)

Menurut WHO pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan


dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan

7. Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap

40
penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
D. Pengertian Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja diartikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu kegiatan yang telah direncanakan.
Sedangkan pengertian kecelakaan akibat kerja adalah Kecelakaan yang terjadi terkait
dengan pekerjaan, yaitu kecelakaan yang diakibatkan langsung oleh pekerjaan, atau
pada saat melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja
dapat menyebabkan kerugian besar, antara lain kerusakan sarana produksi, biaya
pengobatan, kompensasi akibat kecelakaan kerja dan pekerja tidak dapat bekerja
kembali karena kecacatan yang ditimbulkannya. Kecelakaan kerja berhubungan erat
dengan keselamatan kerja, karena kecelakaan kerja adalah upaya menuju
keselamatan kerja.Ketentuan keselamatan kerja seperti tertuang pada Bab III pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 menyatakan bahwa
tujuan keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
a. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
b. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
c. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
e. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
Berdasarkan Hukum K3 yang dimaksud dengan norma keselamatan kerja
adalah sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak
diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak
kondusif. Berdasarkan aturan K3, Norma keselamatan kerja diharapkan mampu:
1. Menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian
terhadap pekerja dan mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja.
2. Mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.
3. Menjadi instrumen yang menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
setinggi-tingginya
E. Beberapa istilah terkait dengan kecelakaan kerja antara lain adalah:
a. “Tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci dalam pasal 2; yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian- bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut (Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang “Keselamatan Kerja”, pasal 1).

b. Insiden (near miss) adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang jika sedikit
saja keadaan berbeda dapat menyebabkan cedera, kerusakan properti/peralatan,
kebakaran dan lain-lain kecelakaan kerja. Istilah insiden menggambarkan
kejadian bahaya terjadi namun belum ada korban.

41
c. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Dikatakan
“accident” jika potensi bahaya terjadi dan menimbulkan korban.

d. Bahaya (hazard) yaitu suatu keadaan atau tindakan yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap manusia, harta, benda.

e. Aman: adalah kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya)

f. Danger: adalah pernyataan yang menggambarkan adanya potensi bahaya secara


relatif. Kondisi yang berbahaya mungkin saja ada, akan tetapi dapat menjadi tidak
berbahaya karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.

g. Risk atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai “risiko” yaitu pernyataan
kemungkinan terjadinya kecelakaan / kerugian pada priode waktu tertentu atau
siklus operasi tertentu.

h. Unsafe action atau tindakan tak aman diartikan sebagai suatu pelanggaran
terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya
kecelakaan.

i. Unsafe condition atau keadaan tak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan
berbahaya yang dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

F. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 


Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan mesin,
peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada
sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Menurut Suma’mur (1992), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan


pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja. 
2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja. 
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah: 
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis. 
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin. 

42
3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya. 
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 
5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 

G. Aspek, Faktor dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 


Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan oleh
perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga, 2005):

a. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam
beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja,
seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan


Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat
kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan
proses produksi dan di samping itu adalah bahan-bahan utama yang akan
dijadikan barang.
c. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang
berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan
oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas pekerjaan, misalnya
menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan
mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara
mengoperasionalkan mesin. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut (Budiono dkk, 2003):
1. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga
upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. 
2. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun psikososial.

43
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi,
2007):
1. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja. 
2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya. 
3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab. 
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok,
uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman
dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi
udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan. 
5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja. 
6. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja. 
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
H. Ruang lingkup Keselamatan dan kecelakaan kerja

a. Ruang lingkup K3 secara umum


a). Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja
dan usaha yang dikerjakan.
b). Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c). Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d). Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

b. Ruang lingkup K3 berdasarkan T-O-P

T-O-P merupakan singkatan dari teknis – organisasi – personel:

 Teknis : merupakan lingkup K3 yang meliputi semua hal terkait dengan


mesin, bangunan, alat transportasi dan hal lain yang ada kaitannya dengan
tekhnologi
 Organisasi : merupakan lingkup K3 yang meliputi semua hal terkait dengan
sistem manajemen yaitu termasuk dengan prosedur, perbaruan regulasi,
identifikasi bahaya, dan lain-lain

44
 Personel : merupakan lingkup K3 yang terkait dengan individu pekerja, yang
dapat meliputi: pelatihan pekerja, behavior based safety, evaluasi individu dan
lain-lain

c. Ruang lingkup K3 berdasarkan tempat

Lingkup K3 berdasarkan tempat telah diatur dalam Undang-undang 1 nomor 1970


tentang Keselamatan Kerja. Pasal 2 ayat 2 Undang-undang 1 nomor 1970
menyebutkan bahwa tempat kerja yang :

1. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,


peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan
atau peledakan;
2. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
3. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
4. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
5. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di
permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
6. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
7. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun atau gudang;
8. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
9. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;
10. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
11. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
12. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
13. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;

45
14. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
15. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
16. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis;
17. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
18. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik

d. Lingkup K3 berdasarkan regulator

Regulator keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia terdiri dari berbagai


macam badan atau kementerian. Ruang lingkup berbagai regulator ini perlu kita
pahami mengingat masing-masing regulator memiliki tugas pokok dan fungsi
yang berbeda sehingga terbitlah berbagai macam regulasi K3 yang ada di
berbagai bidang. Regulasi-regulasi tersebut berfungsi sebagai rangka penerapan
K3 kita di tempat kerja.

a. Organisasi atau regulator di bidang K3

Berikut adalah berbagai macam regulator di bidang K3:

1. Kementerian Tenaga Kerja :

Kemenaker merupakan kementerian utama yang mengatur urusan terkait


dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Regulasi yang diatur oleh
Kementerian Tenaga Kerja adalah pelaksanaan dari amanat Undang-undang
nomor 1 tahun 1970 karena dalam Pasal 1 diamanahkan bahwa direktur” ialah
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang-undang ini (Undang-undang nomor 1 tahun 1970). Regulasi yang
diatur oleh Kementerian Tenaga Kerja berlaku luas di berbagai macam bidang.

2. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral :

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan


Pengawasan Keselamatan Kerja di bidang Pertambangan menyebutkan
otorisasi Menteri Pertambangan dalam Pasal 2: “Menteri Pertambangan
melakukan pengawasan atas keselamatan kerja dalam bidang Pertambangan
dengan berpedoman kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 serta
peraturan-peraturan pelaksanaannya.” Kementerian Energi dan Sumber Daya
mineral menerbitkan regulasi-regulasi untuk pertambangan baik tambang
mineral maupun minyak dan gas. Selain itu, Kementerian Energi dan Sumber

46
Daya juga mengatur pengawasan dalam penggunaan alat-alat listrik di berbagai
bidang.

3. Kementerian Kesehatan:

Kementerian Kesehatan menjadi regulator dalam berbagai instansi kesehatan


seperti rumah sakit dan puskesmas. Kemeterian Kesehatan juga telah
menerbitkan Sistem Manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit.

4. Kementerian Perkerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR)

Dengan tingginya pembangunan konstruksi, perlindungan terhadap pekerja


konstruksi mutlak diperlukan. Pekerja-pekerja konstruksi sehari-harinya
menghadapi risiko-risiko yang tinggi seperti pekerja di ketinggian,
pengangkatan berbagai macam fondasi dan landasan, penggalian dan lain-lain.
Oleh karenanya, Kementerian PUPR bertindak sebagai regulator K3 khususnya
di bidang konstruksi seperti dengan terbitnya Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Konstruksi.

5. Kementerian Perhubungan

Kementerian Perhubungan bertindak sebagai regulator dalam bidang


transportasi di Indonesia. Berbagai macam bidang transportasi telah memiliki
regulasi spesifik di mulai dari regulasi keselamatan penerbangan, pemeriksaan
kendaraan angkut dengan penerbitan KIR atau penyediaan jaket keselamatan
untuk transportasi air.

e. Lingkup K3 berdasarkan aktivitas

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 menyebutkan aktivitas-aktivitas yang


terkait dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam Pasal 3
yang berisi tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja:

a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e) memberi pertolongan pada kecelakaan;

f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;


47
g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran;

h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik


maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;

n) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman


atau barang;

o) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan


penyimpanan barang;

q) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang


bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

g. Ruang lingkup K3 berdasarkan Subyek yang melaksanakan

Lingkup K3 juga dapat tergantung oleh subyek yang melaksanakan karena


masing-masing subyek memiliki tanggung jawab, hak dan kemampuan yang
berbeda dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja. Contoh ruang
lingkup berdasarkan subyek antara lain:

 Pemerintah : memiliki lingkup pelaksanaan K3 sebagai pembuat regulasi dan


pengawasannya
 Pengusaha : memiliki lingkup K3 untuk melaksanakan berbagai macam
peraturan K3 yang ada dengan berbagai macam sumber daya yang mereka
miliki

48
 Pekerja: memiliki lingkup pelaksanaan K3 khususnya dalam menaati
peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh pengusaha dan berpartisipasi aktif
dalam pelaksanaan K3 di perusahaan
 Akademisi : memiliki ruang lingkup pelaksanaan K3 khususnya dalam
penelitian dan pengembangan keselamatan dan kesehatan kerja
 Masyarakat : memiliki ruang lingkup pelaksanaan K3 khususnya dalam
penerapan K3 dalam berbagai macam pekerjaan baik berupa pekerjaan yang
masuk dalam usaha mikro, usaha kecil dan menengah serta usaha-usaha lain.

RINGKASAN : Kecelakaan kerja diartikan sebagai suatu kejadian yang tak


terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu kegiatan yang
telah direncanakan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menyatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Banyaknya angka kecelakaan kerja karena rendahnya standar dalam dunia
industry menjadi salah satu penyebabnya, hal ini juga mempengaruhi
persaingan dagang antar negara. Oleh sebab itu pemerintah juga memiliki peran
penting dalam mengtasi hal ini. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja
dapat menyebabkan kerugian besar, antara lain kerusakan sarana produksi,
biaya pengobatan, kompensasi akibat kecelakaan kerja dan pekerja tidak dapat
bekerja kembali karena kecacatan yang ditimbulkannya.
Ketentuan keselamatan kerja seperti tertuang pada Bab III pasal 3 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 menyatakan bahwa tujuan
keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh :
1. Mesin/peralatan
2. Bahan-bahan
3. Lingkungan yang tidak aman
4. Factor manusia itu sendiri
SUMBER :
:https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SA
NITASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK_
https://katigaku.top/2019/08/20/5-ruang-lingkup-k3/
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html

49
11. ALAT PELINDUNG DIRI
A. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) harus digunakan saat seseorang bekerja di tempat kerja,
terutama di tempat-tempat yang akan menimbulkan bahaya bagi dirinya. Berbagai
pengertian tentang APD telah dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:
a. Suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010).
b. Seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang saat
melaksanakan pekerjaan yang mencegah tenaga kerja terkena bahaya di tempat
kerja (Sartika, 2005).
c. Alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya(hazards) di tempat kerja, baik yang
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya (Occupational
Safety and Health Administration = OSHA).
d. Peralatan keselamatan yg harus dipergunakan oleh personil apabila berada dalam
tempat kerja yang berbahaya.
e. Alat yg berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan agar
terhindar dari bahaya di tempat kerja di tempat.
B. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
1.  Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administrative
tidak dapat dilakukan dengan baik.
2.      Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3.      Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
C. Metode Penentuan Alat Pelindung Diri (APD)
Metode Penentuan Alat Pelindung Diri (APD) dalam ergonomi meliputi :
1. Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai
2. Telaah data-data kecelakaan dan penyakit
3. Belajar dari pengalaman industri sejenis lainnya
4. Bila ada perubahan proses, mesin, dan material
5. Peraturan perundangan
D. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri (APD)
Berikut ini merupakan undang – undang tentang Alat Pelindung Diri (APD) :
1.    Undang – undang No. 1 tahun 1970. Pasal 3 ayat (1) butir f : Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD. Pasal 9 ayat (1)
butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang APD. Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur
50
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD. Pasal 14 butir c :
Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma – cuma.
2.    Permenkertrans No.Per.01/MEN/1981. Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban
pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3.     Permenkertrans No.Per.03/MEN/1982. Pasal 2 butir l menyebutkan memberikan
nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja.
4.    Permenkertrans No.Per.03/MEN/1986. Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga
kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat – alat pelindung diri yang
berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau
pelindung muka dan pelindung pernafasan.
E. Jenis Alat Pelindung Kerja
Pasal 3 dalam Permenaker No.08 tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri
mengelompokkannya menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Pelindung Kepala

2. Pelindung Mata dan muka

3. Pelindung Telinga

4. Pelindung Pernapasan

5. Pelindung Tangan

6. Pelindung Kaki
a. Pelindung kepala; adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda
keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api,
percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikroorganisme) dan suhu yang
ekstrim. Alat pelindung kepala termasuk diantaranya helm, penutup kepala,
topi, pengaman rambut.
b. Pelindung mata dan muka; adalah alat pelindung yang digunakan untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, percikan
panas, benda panas, pancaran panas, cahaya dll. Jenis pelindung mata dan
muka diantaranya kacamata pelindung, tameng muka dan lain-lain.
c. Pelindung telinga; adalah alat pelindung yang digunakan untuk melindungi
telinga dari kebisingan dan tekanan. Jenis alat pelindung telinga antara lain
sumbat telinga (ear plug) dan penutup teinga
d. Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya; adalah alat pelindung yang
digunakan untuk melindungi organ pernafasan dengan cara menyalurkan

51
udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-
organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume,
dan sebagainya. Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya
termasuk diantaranya masker dan respirator.
e. Pelindung tangan; adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
tangan dan jari-jari tangan dari paparan api, suhu panas, suhu dingin, arus
listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores. Pelindung tangan juga
digunakan saat memegang bahan makanan setelah diolah untuk mencegah
bakteri yang terdapat pada tangan mencemari makanan yang diolah. Jenis
pelindung tangan termasuk diantaranya sarung tangan; bisa terbuat dari kulit,
kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan
bahan kimia.
f. pelindung kaki adalah alat yang berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis pelindung kaki
termasuk diantaranya sepatu keselamatan yang berguna diantaranya untuk
menghindarkan diri dari bahaya listrik dan tempat kerja yang basah atau licin.
Khusus untuk bekerja di area dapur yang kadang kala bekerja pada daerah
yang basah dan licin maka digunakan sepatu yang bagian bawahnya terbuat
dari bahan karet agar tidak mudah terpeleset, disamping dapat menghindarkan
diri dari korsleting listrik.
g. Pakaian pelindung adalah pakaian yang berfungsi untuk melindungi badan
sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin
yang ekstrim, benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan panas,
uap panas. Jenis pakaian pelindung antara lain termasuk diantaranya celemek
(Apron/Coveralls), dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau
seluruh bagian badan.

F. Pemilihan APD
Pemilihan APD dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya adalah:
a. Menyesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
b. Enak dan nyaman dipakai
c. Tidak mengganggu saat melaksanakan pekerjaan dan tidak membatasi ruang
gerak.
d. Efektif memberikan perlindungan terhadap bahaya yang mungkin timbul di
tempat kerja.
e. Tidak menggangu performance pekerja

RINGKASAN : Alat pelindungan diri adalah Suatu alat yang mempunyai


kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja Alat pelindungan diri
merupakan suatu hal penting dalam suatu industry pekerjaan dalam
meminimalisir kecelakaan kerja. Setiap pekerja maupun perusahaan harus
memiliki standar dalam keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan diri
52
seorang pekerja Alat pelindungan diri terbagi dalam bermacam-macam jenis,
dari ujung kepala sampai ujung kaki yang memiliki peranan dan standarnya
masing masing.
SUMBER : https://ikachan22.blogspot.com/2017/11/ergonomi-di-tempat-kerja-
dan-alat.html
https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SA
NITASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK_

12. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KERYAWAN DI


HOTEL/RESTAURANT
Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan menyangkut beberapa aspek, yaitu kesehatan
lingkungan hotel, kesehatan personal karyawan, pencegahan kecelakaan yang mungkin
terjadi serta penanganan dan penanggulangannya. Untuk mewujudkan kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan di hotel, kita harus mewujudkan semua aspek tersebut.
Semua aspek tersebut berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang
lainnya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

A. Kesehatan Lingkungan Hotel


Berikut beberapa persyaratan kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pihak hotel:
a.  Lokasi: terhindar dari pencemaran zat kimia, fisika dan pencemaran bakteri dan
tidak terletak di daerah banjir.
b. Lingkungan: bersih, tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang atau
berkembangnya serangga dan tikus, dan dapat mencegah masuk dan berkembang
biak binatang pengganggu lainnya.
c.  Bangunan: kokoh, penggunaan ruangan dipergunakan sesuai dengan fungsinya,
konstruksi lantai bersih, kedap air dan permukaan rata dan tidak licin, bangunan
berwarna terang, atap harus kuat dan tidak bocor, langit-langit harus tinggi dari
lantai minimal 2,5 meter, pintu dapat dibuka dan ditutup serta dikunci dengan baik,
dan pencahayaan harus baik.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan
hotel adalah sebagai berikut :
a.  Bersihkan ventilasi, ceiling, pintu dan jendela secara teratur.
b.  Lantai dan dinding dibersihkan menggunakan air yang dicampur dengan bahan
pembersih lantai, kemudian dikeringkan.
c. Toilet dilingkungan hotel harus selalu bersih dan tidak mengeluarkan bau.
d. Tempat makan selalu dibersihkan.

B. Kesehatan Karyawan di Hotel


Standar berikut ini berkaitan dengan penampilan dan kesehatan dari para karyawan
atau pelaksana pelayanan. Standar ini dapat digunakan sebagai daftar periksa dan
umumnya merupakan suatu peraturan dan ketentuan bagi para karyawan atau
pelaksana pelayanan pada waktu melaksanakan tugas pekerjaannya. Sebagai contoh:

53
 Penampilan yang segar, bersih, rapi (rambut harus tersisir rapi, gigi harus bersih,
kulit sebaiknya tidak kering, dan nafas tidak berbau).
 Tangan dan kuku yang bersih.
 Tidak memakai pewarna kuku atau perhiasan yang berlebihan.
 Hindarkan penggunaan “make up” atau parfume yang berlebihan.
 Luka-luka harus dirawat dan terbalut.
 Seragam harus bersih, disetrika dengan baik dan rapi, serta pantas dipakai.
 Sepatu sesuai dengan warna yang ditentukan, bersih dan mengkilat.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Hotel


Sebelumnya kita menentukan tindakan pencegahan, kita harus mengetahui terlebih
dahulu penyebab terjadinya kecelakaan kerja di hotel, faktor-faktor yang menjadi
penyebab kecelakaan antara lain:
a.  Faktor manusia.
Kecelakaan kerja juga dapat disebabkan oleh sikap pekerja itu sendiri adapun sikap
tersebut adalah:
 kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis.
 kurangnya/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
 Stress
 motivasi yang tidak cukup/salah
b. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak aman dapa menyebab kecelakaan misalnya:
 tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan
 tidak cukup rekayasa (engineering)
 tidak cukup pembelian/pengadaan barang
 tidak cukup perawatan (maintenance)
 tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan.
 tidak cukup standard-standard kerja
 Penyalahgunaan
D. Penyebab Langsung terjadinya kecelakaan kerja :
1)      Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak standard)
yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, (Budiono, Sugeng, 2003) :
a. Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat.
b. Bahan, alat-alat/peralatan rusak dan Terlalu sesak/sempit
c. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
d. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
e. Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
f. Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
g. Bising dan Paparan radiasi
h. ventilasi dan penerangan yang kurang
2)     Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah
tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang dapat menyebabkan
kecelakaan.
a. Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
54
b. Gagal untuk memberi peringatan.
c. Gagal untuk mengamankan.
d. Bekerja dengan kecepatan yang salah.
e. Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
f. Memindahkan alat-alat keselamatan.
g. Menggunakan alat yang rusak.
h. Menggunakan alat dengan cara yang salah.
i. Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar

E. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja Yang Dapat Terjadi di Hotel dan Pencegahannya.


a.   Luka Bakar Akibat Terkena Uap Panas Atau Api.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar
adalah:
1. Pada waktu bekerja, pakailah celemek atau apron dengan semestinya.
2. Lengan baju dilipat semestinya hingga pergelangan siku.
3. Pergunakan lap kering bila hendak mengambil atau membawa alat yang
panas.
4. Alat yang panas (pan, oven, grill, dsb.) harus diberi tanda dengan tepung
atau garam.
5. Pergunakan alat pengaduk yang cukup panjang sehingga tangan tidak
bersentuhan dengan barang yang panas (minyak, air, pan, dll.)
6. Jangan meletakkan atau menyimpan cairan panas pada rak di atas garis
pandang mata.

b.      Kecelakaan Karena Gas


Gas yang dipergunakan sebagai bahan bakar adalah gas elpiji (LPG) yaitu gas
buatan yang tidak berwarna, tetapi diberi ban yang spesifik sehingga mudah
dikenal bila terjadi kebocoran. Ledakan gas terjadi apabila ada gas terkumpul
dalam suatu ruangan, tidak terbakar, dan tiba-tiba ada panas yang
mempengaruhi ruangan tersebut. Panas yang menyambar gas akan
menyebabkan tekanan udara dalam ruang tersebut bertambah ringgi dan
akhirnya timbul ledakan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
bahaya ledakan gas adalah :
1. Periksa pipa-pipa gas yang bocor, sehingga tidak ada gas yang keluar tanpa
pembakaran.
2. Periksalah pilot light sebelum menghidupkan api
3. Bila akan menyalakan gas, maka biarkan pintu oven terbuka beberapa saat
sehingga sisa-sisa gas yang terkumpul dalam ruangan oven dapat keluar.
4. Bila menyalakan solid top range atau griddle maka setelah seluruh ruang gas
terbakar, biarkan terbuka beberapa saat sehingga sisa-sisa gas di udara
terbakar seluruhnya.

c.      Kecelakan Karena Arus Listrik


Suatu alat mungkin sudah dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga
aman bagi pemakai. Namun, karena suatu keadaan yang belum diketahui dan
menyebabkan alat tersebut mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut
55
sering menimbulkan kaget, shock, gerak reflek ataupun kecelakaan yang patal.
Tindakan pencegahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Saklar dan alat penyambung arus listrik harus selalu kering dan bersih.
2. Jangan mempergunaan banyak stekker ataupun stekker cabang pada satu
stop kontak.
3. Periksalah keadaan kawat penghubung sehingga tidak ada bagian-bagian
yang robek.
4. Putuskan aliran listrik bila mesin atau alat tidak dipergunakan.
5. Sebelum mencuci peralatan listrik pastikan alat itu sudah dimatikan dan
kabelnya sudah dicabut. Setelah dicuci, selalu keringkan sebelum digunakan
kembali.
6. Laporkan segera bila melihat gejala-gejala aneh pada mesin atau alat.

d.     Luka Tergores Atau Terpotong Benda Tajam


1)  Pisau
a. Pergunakan pisau dengan semestinya atau dengan cara benar.
b. Pisau harus selalu bersih dan tajam karena pisau yang tumpul lebih
berbahaya.
c. Bila membersihkan pisau, jauhkan bagian yang tajam dari hadapan tangan.
d. Pergunakan talenan bila hendak memotong sesuatu.
e. Pegangan pisau harus kering dan tidak berminyak.
f. simpan pisau di tempatnya bila tidak dipergunakan lagi.
g. Jangan mencoba meraih pisau yang terjatuh tiba-tiba.
h. Kontrol diri bila sedang memegang pisau.
i. Jangan bermain dengan pisau dan jangan membawa pisau pada waktu
bermain.
2) Mesin pemotong
a. Jangan mencoba menggunakan mesin bila belum mengetahui dengan
pasti tata-cara pemakaiannya.
b. Jangan memasukkan sesuatu oleh tangan atau dengan benda lain untuk
menekan barang yang akan dipotong ataupun digiling.
c. Matikan mesin dan cabut kontak listriknya setelah selesai
menggunakannya dan bila akan membersihkan mesin tersebut.
3) Barang pecah belah (dari gelas dan porselen)
a. Pergunakan alas (baki) bila membawa barang pecah belah.
b. Pisahkan sampah pecahan gelas dengan sampah lainnya.
c. Jangan memakai gelas atau alat lain yang sudah retak maupun pecah.
4) Tulang atau duri dan bahan makanan beku
Pecahan tulang bisa membuat infeksi bila pecahan tulang daging, dari udang,
sisik ikan dan sejenisnya dalam keadaan beku, maka keadaannya menjadi
tajam, kaku dan membahayakan sekali. Daging atau ikan sebaiknya dipotong
dalam keadaan lembek. Bila beku, biarkan lebih dahulu dalam suhu ruangan
karena bila kita mencoba memotongnya, kemungkinan pisau meleset dan
akan melukai.

e.      Kecelakaan Karena Bahan Kimia


56
Beberapa bahan kimia dipergunakan juga dalam pengolahan makanan, misalnya
untuk pembersih, pengawet ataupun pemberantas hama/tikus. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam kotak khusus.
b. Jangan mencoba mempergunakan bahan kimia bila belum tahu betul cara
mempergunakannya.
c. Berhati-hatilah dengan bahan kimia yang serupa dengan bahan makanan baik
pada waktu mempergunakan, maupun pada waktu menyimpan kembali.
Contohnya baking soda, garam Inggris, pupuk urea ataupun rinso tampak
hampir sama dengan garam dapur atau gula. Liquid soap/tipol tampak hampir
sama dengan minyak goreng, dan sebagainya.

f.       Kebakaran
Kebakaran di hoel rentan terjadi karena sikap manusia itu sendiri,
disamping pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau barang
yang dapat menimbulkan api, misalnya alat pemanas, peralatan listrik, punting
rokok, dan ledakan gas. Untuk menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan
yaitu :
a. Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.
b. Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
c. Mengetahui aturan penanggulangan kebakaran di hotel/restoran yang
bersangkutan.
d. Segera bersihkan ceceran minyak.
e. Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar.
f. Jangan merokok ketika sedang bertugas.

g.      Terpeleset Atau Terjatuh


Terpeleset atau terjatuh dapat menimbulkan sesuatu yang fatal, misalnya
jika kepala atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu. Terpeleset terjadi
karena beberapa hal, yaitu karena keseimbangan yang kurang, lantai yang licin
atau yang jauh lebih penting, mungkin sepatu atau alas kaki kita yang tidak
sesuai dengan apa yang kita injak. Terpeleset atau terjatuh dapat dicegah dengan
beberapa cara yaitu :
a. Lantai harus kering, bila kita melihat atau menjatuhkan sesuatu, ambillah
dan keringkan lantai.
b. Jangan lupa memberi tanda bila lantai dalam keadaan licin, misalnya baru di
pel.
c. Alat-alat dapur yang tidak terpakai jangan diletakkan di lantai atau diatur
rapi sehingga tidak membahayakan orang lain.
d. Pergunakan tangga bila meraih sesuatu yang tinggi.
e. Pastikan bahwa tangga tersebut cukup panjang dan kuat dan tidak licin.
f. Pastikan tangga tersebut berdiri aman dan dekat dengan benda yang akan
diambil.

h. Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja Secara Umum


1) Pengamatan Resiko Bahaya Di Tempat Kerja
57
Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang
berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja. Ada 2 ( dua ) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di
tempat kerja
1. Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi kecelakaan
dan mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi sehingga dapat
mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian fatal pada setiap pekerja.
2. Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber pencemaraan,
faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakaan dan
kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja di ketinggian dengan resiko
terjatuh dan luka yang diderita pekerja atau bekerja di pemotongan
dengan resiko terpotong karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.

2) Pelaksanaan SOP Secara Benar Di Tempat Kerja


Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan
dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang  tercantum
dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan
proses produksi, kerusakaan peralatan dan kecelakaan. 

3) Pengendalian Faktor Bahaya Di Tempat Kerja


Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan
oleh proses produksi yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang
dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko
bahaya yang akan terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang
mungkin dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :
1. Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau resiko
bahaya yang terjadi akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya
yang digunakan dalam proses produksi dengan bahan yang kurang
berbahaya.
2. Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor bahaya
yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk mengisolasi mesin
supaya tingkat kebisingannya berkurang, memasang pagar pengaman
mesin agar pekerja tidak kontak langsung dengan mesin, pemasangan
ventilasi dan lain-lain.
3. Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative untuk
melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja, penyediaan alat
pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

4) Peningkatan Pengetahuan Tenaga Kerja Terhadap Keselamatan Kerja.


Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus
dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu
memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya
pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar mereka
dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja di tempat kerja. Peningkatan
58
pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberi pelatihan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara berkala
untuk penyegaran dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat membantu
tenaga kerja untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada
ditempat kerjanya.

5) Pemasanngan Peringatan Bahaya Kecelakaan Di Tempat Kerja.


Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi
tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya
yang ada ditempat kerja, untuk menghindari terjadinya kecelakaan maka
perlu dipasang rambu-rambu peringatan berupa papan peringatan, poster,
batas area aman dan lain sebagainya. Selain upaya pencegahan juga perlu
disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja yaitu :
1. Penyediaan P3K
Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin
terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi
lebih parah apabila terjadi kecelakaan, peralatan tersebut harus tersedia
di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab
melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi
kecelakaan di tempat kerja.

2. Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan Tanggap Darurat.


Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita
sadari seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat
menyebabkan iritasi pada kulit / mata atau terjadinya kebakaran,
untuk  menanggulangi keadaan tersebut perencanaan dan penyediaan
perlatan / perlengkapan tanggap darurat di tempat kerja sangat
diperlukan seperti pemadam kebakaran, hidran, peralatan emergency
shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup, semua peralatan
ini harus mudah dijangkau.

RINGKASAN : Dari uraian pembahasan diatas bahwa yang harus dipehatikan dalam
menjaga kesehatan lingkungan hotel adalah lokasi hotel tidak kotor, lingkungan yang
bersih dan bangunan hotel yang kokoh dan kuat. Serta dalam menjaga kesehatan
karyawan hotel, perusahaan memiliki beberapa standar  bagi karyawannya antara lain
penampilan yang rapi serta kondisi  luar tubuh yang terawat dengan baik dan sehat.
Faktor terjadinya kecelakaan memiliki 2 (dua) sebab yaitu faktor manusia, faktor
lingkungan dan jenis-jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi adalah luka bakar,
kecelakaan karena gas, kecelakaan karena arus listrik, luka tergores atau terpotong benda
tajam, kecelakaan karena bahan kimia, kebakaran dan terpeleset atau jatuh.
Upaya pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati
resiko bahaya, melaksanakan SOP secara benar, mengendalikan faktor bahaya kerja,
meningkatkan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja, dan pemasangan
peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja.

59
Dari upaya pencegahan tersebut perlu juga sarana untuk menanggulangi
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja yaitu menyediakan P3K, dan menyediakan
peralatan dan perlengkapan tanggap darurat

SUMBER : https://rizalmpar.blogspot.com/2014/09/kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html

13. PENYAKIT AKIBAT KERJA


A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Faktor keselamatan kerja menjadi penting
karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai faktor penyebab, sering kali
terjadi karena kurangnya kesadaran karyawan serta kualitas dan keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak karyawan dan pekerja yang meremehkan risiko kerja,
seperti tidak menggunakan alat-alat pelindung diri dan pengaman walaupun sudah
disediakan. Dalam bekerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor
yang sangat penting untuk diperhatikan karena apabila seseorang mengalami sakit
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungannya. Tujuan
memahami penyakit akibat kerja ini adalah untuk memperoleh informasi dan
pengetahuna agar lebih mengerti tentang penyakit akibat kerja dan dapat mengurangi
korban serta risiko untuk mengalami penyakit dan dapat bekerja dengan produktif.
B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kera, berikut
beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab PAK yang ada di tempat
kerja:
1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan
udara, vibrasi, penerangan.
Grandjean (1980) menyarankan sistem desain pencahayaan di tempat kerja
sebagai berikut:
 Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam penglihatan pekerja
 Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin, meja, kursi, dan
tempat kerja
 Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis penglihatan
2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu,
uap, gas, larutan, kabut
3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dan lain-lain
4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban
kerja
5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja,
tuntutan pekerjaan.
C. Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah
maupun ulah manusia, yaitu lewat kegiatan dalam perusahaan, misalnya jika

60
diperhoelan sering terjadi dibagian dapur. Partikel yang mencemari udara dapat
menimbulkan berbagai masalah pada saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pneucomoniosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya
partikel (debu) yang masuk atau mengandap di salam paru-paru. Penyakit ini banyak
jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk ke dalam paru-paru. Beberapa
jenis pneumononiosis yang banyak dijumpai yaitu silikosis, asbestosis, bisinosis,
antrakosis dan beriliosis.
D. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
1. Faktor Fisik
 Suara tinggi atau bising yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
 Temperatur tinggi dapat penyebabkan hiperpireksia Pencegahan:
 Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup
 Pengaturan jadwal yang sesuai
 Penyediaan alat pelindung diri
2. Faktor Biologi
Faktor biologi dapat berupa virus, jamur, bakteri dan parasit dapat menjadi
penyebab penyakit apabila kita tidak pelindungi diri sendiri dengan menggunakan
alat pelindung diri dan juga menjaga hygiene diri sendiri maupun lingkungan
tempat kerja.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
 Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan dan
desinfeksi.
 Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja untuk memastikan
dalam keadaan sehat dan punya cukup kekebalan alami untuk bekerja serta
dilakukan imunisasi untuk menghindari penyakit infeksi
 Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunan yang benar
(sterilisari alat-alat dan bahan makanan sebelum digunakan)
 Pengelolaan limbah yang benar
 Menggunakan alat pelindung diri dan menjaga kebersihan diri (personal
hygiene)
Selain melakukan pencegahan-pencegahan diatas, terdapat beberapa pencegahan
yang dapat ditempuh yaitu pemeriksaan kesehatan meliputi:
a. Pemeriksaan sebelum penempatan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seseorang diperkerjakan atau
ditempatkan pada bagian tertentu dengan ancaman terhadap kesehatan yang
mungkin terjadi. Pemeriksaan kesehata berkala
Pada pemeriksaan ini tidak diperlukan pemeriksaan medis lengkap
seperti diwal. Pemeriksaan ini difokuskanpada organ dan sistem tubuh yang
memungkinkan terpengaruh oleh bahan maupun alat yang digunakan oleh
karyawan selam bekerja.

RINGKASAN : Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh


pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.Dalam bekerja,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan karena apabila seseorang mengalami sakit dalam bekerja
61
akan berdampak pada diri, keluarga, dan lingkungannya. Tujuan memahami
penyakit akibat kerja ini adalah untuk memperoleh informasi dan pengetahuna
agar lebih mengerti tentang penyakit akibat kerja dan dapat mengurangi
korban serta risiko untuk mengalami penyakit dan dapat bekerja dengan
produktif.
Terdapat beberapa penyebab dan faktor risiko dari penyakit akibat kerja,
diantaranya dapat disebabkan oleh:
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan.
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dan lain-lain
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan.
Untuk jenis penyakit akibat kerja yang sering dirasakan oleh pekerja atau
karyawan disebuah perusahaan dan perhotelan dapat berupa masalah
kesehatan pada saluran pernapasan dan juga sakit pada punggung serta nyeri
sendi dan juga kelelahan fisik maupun psikis akibat tekanan pekerjaan.
SUMBER :
https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_S
ANITASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK_

14. LIMBAH
A. Pengertian limbah
Limbahh memiliki banyak sekali definisi tergantung dariimana kita menganalisanya,
berikut ini beberapa pengertian limbah secara umum serta menurut pendapat beberapa
ahli :
2. Secara umum, pengertian limbah adalah buangan atau material sisa yang
dianggap tidak memiliki nilai yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik
industri maupun domestik (rumah tangga).

3. Ada juga yang mengatakan bahwa definisi limbah adalah semua material sisa atau
buangan yang berasal dari proses teknologi maupun dari proses alam dimana
kehadirannya tidak bermanfaat bagi lingkungan dan tidak memiliki nilai ekonomis.

4. Pada dasarnya berbagai jenis limbah dihasilkan oleh kegiatan manusia, baik itu
kegiatan industri maupun domestik (rumah tangga) dan berdampak buruk terhadap
lingkungan dan juga bagi kesehatan manusia.

5. Susilowarno

62
Menurut Susilowarno (2007), pengertian limbah adalah sisa atau hasil sampingan
dari kegiatan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

6. Karmana

Menurut Karmana (2007), definisi limbah adalah sisa atau sampah dari suatu
proses kegiatan manusia yang dapat menjadi bahan polutan di suatu lingkungan.

7. Cahyono Budi Utomo

Menurut Cahyono Budi Utomo, pengertian limbah adalah suatu zat atau benda
yang timbul sebagai hasil dari kegiatan manusia yang tidak digunakan lagi dan
dibuang.

8. Hieronymus Budi Santoso

Menurut Hieronymus Budi Santoso, pengertian limbah adalah bahan yang


dibuang/ terbuang dari hasil aktivitas manusia atau berbagai proses alam, dan tidak
memiliki nilai ekonomi, bahkan dapat merugikan manusia.

9. Deden Abdurahman

Menurut Deden Abdurahman, pengertian limbah adalah buangan yang dihasilkan


dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga), dimana
kehadirannya dapat menurunkan kualitas lingkungan.

8. Daniel A. Okun dan George Ponghis

Menurut Daniel A. Okun dan George Ponghis (1875), pengertian limbah adalah
semua limbah cair rumah tangga, termasuk air kotor dan semua limbah industri
yang dibuang ke sistem saluran limbah cair, kecuali air hujan atau drainase
permukaan.

B. Karakteristik limbah

Limbah memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan benda lainnya.


Adapun beberapa karakteristik limbah adalah sebagai berikut:

1. Berukuran Mikro, limbah memiliki ukuran kecil atau partikel-partikel kecil yang
masih dapat dilihat oleh mata manusia.
2. Bersifat dinamis, limbah selalu bergerak sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, ketika limbah masuk ke sungai maka limbah tersebut akan mengikuti
arah aliran sungai tersebut.
63
3. Penyebarannya berdampak luas, dampak yang ditimbulkan oleh limbah pada
lingkungan dan manusia efeknya beragam. Ketika kontaminasi limbah sudah berat
maka akan menyebabkan kerusakan bagi lingkungan dan manusia.
4. Berdampak jangka panjang, limbah dapat menimbulkan dampak yang cukup
lama di wilayah yang terkontaminasi. Sehingga dibutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mengembalikan kondisi wilayah tersebut.

C. Dampak limbah

1. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan

Secara umum, limbah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.


Selain merusak lingkungan dan menyebabkan nilai estetika lingkungan menjadi
buruk, limbah juga dapat menyebabkan kematian terhadap organisme yang
terdapat di lingkungan tersebut. Misalnya, limbah cair yang mengkontaminasi
sungai. Racun yang terdapat pada limbah tersebut akan menyebabkan banyak
organisme di dalam sungai tersebut mati keracunan, misalnya ikan. Kerusakan
pada sungai tersebut pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan ekosistem
mahluk hidup secara keseluruhan.

2. Dampak Limbah Terhadap Manusia

Meskipun sebagian besar limbah dihasilkan oleh manusia, namun sebenarnya yang
paling merasakan dampak negatif pencemaran limbah adalah manusia itu sendiri.
Ada banyak sekali gangguan kesehatan yang terjadi jika limbah beracun sudah
mencemari lingkungan manusia. Beberapa contoh penyakit yang dapat timbul
karena limbah diantaranya;

 Diare
 Keracunan
 Sesak napas
 Penyakit tifus
 Jamur pada kulit
 Gangguan saraf
 Penyakit kulit

RINGKASAN : limbah adalah buangan atau material sisa yang dianggap tidak


memiliki nilai yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Limbah memiliki banyak sekali karakteristik seperti :
mudah menyebar luas, berukuran mikro serta berdampak jangka panjang. Limbah
banyak sekali jenisnya ada limbah cair, padat, gas, dan B3. Limbah sangatlah
berbahaya dan berdampak buruk pada lingkungan salah satunya ada dapat
membuat banjir apa lagi dikota-kota besar yang dimana tidak ada pohon-pohon
untuk menyerap kelebihh air hujan, serta pembuang limbah padat seperti sampah

64
yang sembarangan ke sungai membuat aliran sungai tersumbat dan menyebabkan
banjir.

SUMBER : https://ikoso.blogspot.com/2013/01/penangan-limbah-cair-metode-
dan-tahapan.html
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-limbah.html

15. LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN


Berdasarkan PP No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah didefinisikan sebagai  sisa/buangan dari
suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Hampir semua kegiatan manusia akan menghasilkan
limbah. Limbah tersebut sering kali dibuang ke lingkungan, sementara jumlah limbah yang
dihasilkan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi
serta perekonomian. Ketika mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu, limbah yang dibuang
kelingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.di bawah ini akan dijelaskan
tentang pengelompokkan limbah berdasarkan beberapa kategori:

A. Limbah Menurut Jenis Zatnya


1. Limbah organik
Adalah limbah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup. Limbah organik
mengandung unsur karbon, sehingga apabila dibakar akan menghasilkan jelaga
atau jejak hitam sebagai ciri khas dari pembakaran karbon. Limbah  organik
mudah diuraikan oleh mikroorganisme sehingga mudah membusuk. Contoh
limbah organic :  sisa bahan pangan, sisa olahan makanan, sisa sayuran, sisa buah-
buahan, sisa-sisa tanaman, sisa kotoran manusia atau hewan, bangkai dan lain-lain.
2. Limbah anorganik
Adalah limbah yang bukan berasal dari sisa makhluk hidup. Limbah
anorganik mengandung unsur-unsur kimia anorganik yang sifatnya sulit sekali
diuraikan oleh mikroorganisme sehingga apabila dibiarkan begitu saja akan
menumpuk dan memenuhi area. Oleh itu limbah anorganik harus dikelola baik
tanpa maupun melalui proses daur ulang. Contoh limbah anorganik : sisa-sisa
logam, kaleng bekas, kaca, karet, plastic deterjen dan lain-lain.

B. Limbah Menurut Wujudnya


1. Limbah padat
Adalah semua limbah yang berwujud padat. Limbah padat sering disebut
sampah. Bentuk, jenis, komposisi sampah dipengaruhi oleh taraf hidup
masyarakat dan jumlah sampah dipengaruhi oleh kepadatan / populasi penduduk.
Semakin padat populasi penduduk maka jumlah sampah juga akan semakin
banyak. Limbah padat ada yang jenis organik maupun jenis anorganik. Limbah
padat atau sampah telah mengakibatkan tingkat pencemaran air, tanah dan udara
melampaui baku mutu lingkungan.
Contoh limbah padat : logam berat (berasal dari industri-industri  logam,
pemakaian bahan logam, pencucian bahan logam dari sampah), kaca (digunakan
dalam bentuk botol, arsitektur, komponen kendaraan, elektronik, sanitasi dll),
plastik (digunakan dalam bentuk pembungkus, kemasan, botol, pipa, peralatan
rumah tangga, komponen kendaraan, elektronik, arsitektur dll), kertas (digunakan
65
dalam bentuk lembaran kertas, karton, kardus, pembungkus, kemasan, sanitasi dll)
serta kain/tekstil (digunakan dalam bentuk pakaian, selimut, kanvas lukis,
sanitasi, mebel, tenda dll). Selain itu ada sludge yaitu lumpur padat yang
dihasilkan dari pengolahan limbah cair industry, biasanya mengandung serat dan
komponen lain yang bisa dimanfaatkan untuk kompos, media tanam.
2. Limbah cair
Adalah semua limbah yang berwujud cair dengan komposisi 99,9 % air dan 0,1 %
bahan buangan yang terlarut maupun tersuspensi didalamnya. Limbah cair
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Limbah cair domestik ( domestic wastewater)
Yaitu limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, restoran,
penginapan, mall dan lain-lain. Contoh : air bekas cucian pakaian atau
peralatan makan, air bekas mandi, tinja, cair dll.
b. Limbah cair industri (industrial wastewater)
Yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contoh ; air sisa cucian daging, buah
atau sayur dari industry pengolahan makanan, air sisa pewarnaan pada
industry tekstil dll.
c. Rembesan dan Luapan ( infiltration and inflow )
Rembesan yaitu : limbah cair yang berasal dari berbagai sumber saluran
pembuangan yang rusak, pecah atau bocor sehingga merembes ke dalam
tanah. Luapan yaitu : limbah cair yang meluap dari saluran pembuangan yang
terbuka karena debitnya melebihi daya tampungnya. Contoh : air buangan dari
talang atap, AC, tempat parker, halaman, bangunan industry/perdagangan,
pertanian dan perkebunan dll.
3. Limbah gas
Yaitu ; bahan buangan yang berupa gas berasal dari asap kendaraan
bermotor maupun gas yang berasal dari pabrik-pabrik industri. Penyumbang
terbesar limbah gas adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, solar,
kerosin dan lain-lain yang menghasilkan CO2 sebagai penyebab dari global
warming atau pemanasan global. Global warming atau pemanasan global adalah
naiknya suhu bumi karena adanya gas-gas rumah kaca (GRK) yang menyelimuti
bumi sehingga radiasi matahari ke bumi yang seharusnya dapat dipantulkan
kembali ke atmosfer menjadi tertahan sehingga suhu bumi menjadi naik. Naiknya
suhu bumi menimbulkan dampak yang sangat luas yaitu :
 mencairnya es dikutub, sehingga mengakibatkan permukaan air laut naik dan
ini dapat menimbulkan tenggelamnya pulau-pulau kecil dan juga masuknya
air laut menjorok ke daratan yang rendah dan merusak tambak.
 Terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu sehingga timbul fenomeda la
nina maupun el nino
 Terjadinya musim hujan yang berkepanjangan sehingga terjadi banjir di suatu
daerah tertentu sedang di daerah lain mengalami musim panas yang
berkepanjangan sehingga menimbulkan kekeringan dan berakibat kelaparan
yang melanda daerah-daerah tertentu.

C. Limbah Menurut Asalnya


1. Limbah industri
66
Limbah industri adalah semua bahan buangan yang merupakan sisa dari
kegiatan industri.Limbah industry bisa berwujud padat, cair maupun gas.Selain itu
limbah industry ada yang dikategorikan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun).Sumber limbah B3 adalah kegiatan-kegiatan industry logam berat,
pertambangan, kesehatan, farmasi, mesin-mesin, bahan kimia dan juga rumah
tangga.Limbah B3 yang sering dijumpai adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenic
(As), cadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni).Logam-logam tersebut dapat
terakumulasi dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang dapat
menyebabkan gangguan organ tubuh, system saraf, kanker bahkan kematian.
Sejumlah 40% limbah B3 tersebut dibuang ke lingkungan (sungai atau badan-
badan air)sehingga menimbulkan pencemaran, disimpan diarea pabrik dan
sekitarnya dan hanya sekitar 5% yang diolah dengan baik.

1. Limbah rumah tangga/domestik


Limbah domestic / rumah tanggaadalah semua jenis limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah tangga/pemukiman.Limbah rumah tangga ini bisa berwujud
padat, cair maupun gas, sedangkan jenisnya ada yang organic maupun anorganik
bahkan ada yang termasuk B3. Limbah rumah tangga yang berwujud padat
misalnya sisa kegiatan mengolah bahan makanan (sisa sayuran, buah-buahan,
daging dll). Limbah padat yang berupa B3 misalnya oli bekas, pemutih, baterai
kering, semir sepatu, pembersih kaca, dll. Sedangkan limbah rumah tangga yang
berwujud cair seperti air bekas cucian pakaian, air bekas cucian peralatan rumah
tangga, air bekas cucian kendaraan bermotor,dll. Limbah rumah tangga yang
berwujud gas biasanya hanya berupa asap yang dihasilkan selama proses
memasak ataupun membakar sampah padat.
2. Limbah perhotelan/pusat perdagangan/mall
Adalah semua jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan perhotelan, atau
penginapan, pusat perdagangan atau mall.Hotel atau mall merupakan sarana
umum yang bertujuan memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat /
pelanggan, oleh sebab itu perlu dijaga kebersihannya. Limbah yang dihasilkan
dari tempat-tempat ini meliputi :
 sampah basah, berupa sisa bahan olahan, sisa makanan/masakan yang mudah
sekali diuraikan oleh mikroorganisme sehingga mudah membusuk dan
menimbulkan bau yang menyengat. Sampah basah ini biasanya beasal dari
ruang dapur, restaurant atau employee dining room. Termasuk di sini adalah
limbah yang berasal dari kloset atau kamar mandi yaitu air bekas mandi, air
bekas cucian pakaian / peralatan rumah tangga, tinja dll
 Sampah kering, berupa sampah yang bisa terbakar atau tidak mudah
terbakar.Misalnya kertas, tekstil, kulit, kayu, plastic, kaleng-kaleng/botol-
botol bekas, pecahan kaca, bekas lampu, logam-logam bekas bongkaran
bangunan, kondom, , bangkai hewan, daun-daunan/ranting dari halaman dll
3. Limbah pertanian dan peternakan
Adalah limbah yang dihasilkan dari sisa kegiatan pertanian dan peternakan.
Kegiatan pertanian akan menghasilkan limbah berupa sisa hasil panen, sisa
kemasan pupuk, kemasan insektisida, bahan-bahan kimia yang berasal dari proses
pemupukan dan pemberantasan hama dll. Sedangkan limbah peternakan berupa
67
kotoran ternak, kemasan pakan ternak, kemasan obat-obatan yang digunakan dan
juga menghasilkan limbah gas berupa metana.
4. Limbah rumah sakit
Adalah semua jenis limbah yang dihasilkan dari rumah sakit yang bisa
berwujud padat maupun cair yang berasal dari kegiatan medis maupun non medis
di rumah sakit. Limbah rumah sakit digolongkan menjadi 2, yaitu :
 Limbah medis, yaitu limbah yang langsung dihasilkan dari kegiatan diagnosis
maupun tindakan medis terhadap pasien. Limbah ini bisa berwujud padat
seperti kapas, kasa, perbam, injeksi, botol injeksi, botol infus, selang infus,
kateter, masker, ampul, kemasan pil/kapsul dll. Sedangkan yang berwujud cair
misalnya air bekas bilasan dari ruang bedah, air bekas otopsi dll yang apabila
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan bau yang tidak sedap atau dapat
menjadi media penularan penyakit. Selain itu juga ada limbah radioaktif yang
berasal dari ruang radiologi seperti bekas foto hasil rontgen dll.
 Limbah non medis, yaitu limbah yang dihasilkan dari selain kegiatan medis di
rumah sakit. Limbah non medis ini bisa berwujud padat yang berasal dari
ruang kantor administrasi, ruang tunggu, ruang rawat inap, unit gizi/dapur, unit
pelayanan, halaman parker atau taman. Contohnya adalah : kertas, botol tinta,
polpen bekas, sisa makanan, sisa bahan makanan, bekas kemasan makanan,
kayu, daun-daun, ranting dll. Yang berwujud cair berasal dari kloset / WC,
dapur, lavatory berupa tinja, air bekas mandi, air bekas cucian pakaian
pasien/selimut dll.
RINGKASAN : Keberadaan banyak bangunan hotel di tempat-tempat wisada dan
tempat yang memiliki pemandangan yang bagus membuat lingkungan sekitarnya
jadi ikut tercemar limbah dari hotel-hotel tersebut. Kualitas lingkungan yang
menurun di sutu wilayah akan sangat berdampak pada produk-produk yang
dihasilkan wilayah yang bersangkutan. Dengan menurunnya kualita slingkungan,
kualitas kesehatan penduduk yang tinggal di sekitar wilayah yang tercemar juga
akan menjadi buruk dan berdampak pada menurunnya daya kreatifitas penduduk.
Untuk limbah perhotelan memiliki karakteristiknya tersendiri. Limbah-
limbah pada kawasan wisata bahari berasal dari limbah hotel dan limbah yang
berasal dari perumahan. Limbah-limbah tersebut berupa limbah domestik, dan
yang paling dominan adalah limbah jenis organik, seperti kotoran manusia, serta
air limbah rumah tangga. Sedangkan limbah anorganik berupa plastik dan bahan-
bahan kimia, yang diakibatkan oleh penggunaan deterjen, sampo dan penggunaan
bahan kimia lainnya. akan tetapi masih terdapat hotel-hotel yang belum
mengelola limbahnya dengan baik. Untuk menjaga agar lingkungan sekitar hotel
tetap baik, setiap hotel harus mellakukan pengolahan limbah dengan baik dan
benar. Sehinga masyarakat dan lingkungan sekitar tetap terjaga dan tidak
dirugikan.

SUMBER :
https://www.academia.edu/38014471/KUMPULAN_MATERI_HYGIENE_SANI
TASI_DAN_KESELAMATAN_KERJA_HSK_

68
16. CARA PENGELOLAAN LIMBAH
A. PENANGAN LIMBAH CAIR
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah
satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau
faktor finansial.
a. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara kimiawi

1. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui salur pembuangan disaring menggunakan
jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari
air limbah

2. Pengolahan Awal (Pretreatment)


Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara
kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir
jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

3. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke
tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan
utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer
limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel –
partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar
tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain
metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).
4. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak
atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120
mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak
dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami
69
proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan
(perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain
yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab
penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut
perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
b. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu
dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan
organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat
tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge),
dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .
1. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair
kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati
media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian
disalurkan ke tangki pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali
mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses
pengolahan limbah lebih lanjut,
2. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama
beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian
oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses
ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
3. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang
murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam
akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan
70
oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah.
Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam,
limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan
terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
c. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih
terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan
dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang
tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun
sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).
Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan
multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon
aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Metode pengolahan
tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya
yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga
tidak ekonomis.
d. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat
secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan
fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : • Daya racun zat • Waktu kontak yang
diperlukan • Efektivitas zat • Kadar dosis yang digunakan • Tidak boleh bersifat toksik
terhadap manusia dan hewan • Tahan terhadap air • Biayanya murah Contoh
mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses desinfeksi pada
limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah
pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
e. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang
secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan
limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob
digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke
lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
B. PENANGANAN LIMBAH PADAT

71
1. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan
bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat
merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan
lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada
landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik –
lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan
serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3. insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk
pemanas ruangan.
4. Pembuatan kompos
Pembuatan kompos padat dan cair metode ini adalah dengan mengolah sampah
organic seperti sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses
penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu
cara terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos
ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan
menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi
dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism .EMA
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi
limbah atau sampah organic.
5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu
yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca
jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah
satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas
pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
72
adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Material-material
yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah: Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin
penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu.
Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil
yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
Baterai Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini
relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian
khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung
merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah
kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih
mudah dan lebih murah untuk didaur ulang. Barang Elektronik Barang elektronik
yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak didaur ulang karena
belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang
dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik
tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat
dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama
dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi
tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya
masih belum jelas. Logam Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak
didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat
dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam
pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak
mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang
merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua
jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut,
menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.
Bahan Lainnya Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain
sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama
dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan.
Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material
kaca daur ulang. Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas
bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan
selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan
kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau
mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah. Plastik dapat
didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat
berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode
mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah
untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan
kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu
menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan,

73
misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-
lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.  
C. PENANGANAN LIMBAH GAS
 Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal
dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut.
Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas
dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.
1. Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur
oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara
desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber). · Mekanisme kerja filter
basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai
metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan
untuk menghilangkan materi partikulat. · Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari
hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu
pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat
pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran. ·
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar
alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong
atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih
yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus
secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/
debu) harus segera diganti dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan
tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah
berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedapdebu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel /

74
debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin
besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c. Filter Basah Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu
akan ikut semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan
menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan
suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d. Pegendap Sistem Gravitasi Alat pengendap ini hanya digunakan untuk
membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar
50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan
udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada
waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan
jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan
pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
e. Pengendap Elektrostatik Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk
membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan
pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih. Alat
pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di
mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat
yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif.
Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona
discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor
seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke
elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh
dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder
dan kemudian terhembus keluar.  
D. PENANGANAN LIMBAH B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu
diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya
atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode
pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa
metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.
75
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan
adalah stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan
bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa
pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau
penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat
digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat
ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai
limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses
ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya
yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik.
Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan
Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu,
karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia
adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan
batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air
tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu
sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap
ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan
batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan (surface impoundments) limbah B3 cair dapat ditampung
pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini
dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air
limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar.
Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin
tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan
ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.

76
c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils) limbah B3 dapat ditimbun pada
landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure
landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian
dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran
limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap
untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang
efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya
operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak
memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk
RINGKASAN : Limbah merupakan hasil buangan dari produksi domestic dan
rumah tangga yang meiliki banyak jenisnya mulai dari limbah cair, padat, gas dan
B3. Limbah perhotelan atau restaurant harus dikelola dengan baik dan benar agar
tidak mencemari lingkungan dengan begitu kita akan tetap menjalankan usaha
dibidan hotel dan restaurant dan menjaga kelestarian lingkungan.
SUMBER : https://ikoso.blogspot.com/2013/01/penangan-limbah-cair-metode-
dan-tahapan.html

77
78

Anda mungkin juga menyukai