Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH SPIRITUALITAS SANTO TARSISIUS TERHADAP PELAYANAN

MISDINAR DI STASI SANTA MARIA DIANGKAT KESURGA MAJANG TENGAH

1. Latar Belakang

Misdinar merupakan petugas liturgi yang bertugas untuk melayani Imam ketika
perayaan Ekaristi. Dalam persekutuan liturgis tersebut, Misdinar merupakan bagian dari
umat Allah. Bersama dengan umat Allah, Misdinar dipanggi untuk melaksanakan tugas
pelayanan khusus yakni mendampingi pemimpin perayaan pada saat-saat tertentu demi
memperlancar tugas pemimpin1. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Misdinar
juga memiliki daya dukung yang membuat semangat dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Hal yang mendukung berupa daya spirit yang ada dalam misdinar.
Spiritualitas adalah suatu usaha yang mencari sebuah arti kehidupan, usaha untuk
mencari kehidupan, dan berusaha menjalani kehidupan itu sekaligus menceritakan pada
orang-orang yang tidak percaya akan Tuhan. Spiritualitas selalu tidak lepas dari Tuhan.
Spiritualitas Misdinar lebih terarah pada pola hidup Yesus Kristus yang mau dan rela
datang ke dunia untuk melayani, dan bukan untuk dilayani2. Spiritualitas seperti ini yang
diharapkan bagi misdinar, dan bisa meneladani dari St. Tarsisius sebagai pelindung bagi
para misdinar. Melalui spiritualitas, menjadikan misdinar dapat memupuk Iman sejak
dini, memiliki rasa cinta akan memiliki Gereja dan peduli terhadap Gereja dengan cara
melayani, serta ikut ambil bagian dalam karya pelayanan yang sesuai dengan usianya,
dan bisa mewujudkan sebagai misdinar yang berjiwa penuh pengabdian, tanpa pamrih,
menyediakan dirinya dengan rela untuk melayani Gereja dalam perayaan Ekaristi3

Spiritualitas Misdinar dapat diartikan sebagai semangat yang selalu menjiwai


pelayanan disetiap masing-masing anggota Misdinar. Namun, jiwa pelayanan misdinar
yang saat ini terjadi di Stasi Santa Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah, belum
menunjukan dari hati terdalam untuk melayani, dan masih menganggap tugas Misdinar
1
https://katolisitas.org/apakah-tugas-akolit-misdinar/
2
Bdk Mat 20:28 par Mrk 10:45
3
Gabriel FX, Buku Pintar Misdinar
masih bersifat pada rutinitas saja. Terkait menerima pelajaran Misdinar dan pembinaan
rohani dan pengetahuan belum, bahkan tidak dilaksanakan. Jadi, masih beranggapan,
menjadi Misdinar hanya bertugas saja, dan tidak ada pelajaran apapun baik dari segi
rohani, maupun dari pengetahuannya. Berdasarkan pengalaman di lingkup Stasi, dengan
diadakannya pelajaran misdinar dan pembinaan rohani menjadikan sebuah persoalan
rumit, karena banyak umat menganggap dengan adanya pelajaran semakin mempersulit,
dan membebani anak misdinar. Sehingga menyebabkan pengetahuan akan misdinar
hanya melulu di lingkup menjalankan tugas rutinitas dalam melayani saat Perayaan
Ekaristi saja.

Dengan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat judul skripsi dengan
judul, “PENGARUH SPIRITUALITAS ST. TARSISIUS TERHADAP
PELAYANAN MISDINAR DI STASI ST. MARIA DIANGKAT KESURGA
MAJANG TENGAH.”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pokok yang akan diangkat oleh penulis
yaitu:

2.1 Apakah ada pengaruh spiritualitas St. Tarsisius terhadap Pelayanan Misdinar di Stasi St.
Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah?

2.2 Sejauh mana pengaruh spiritualitas St. Tarsisius terhadap Pelayanan Misdinar di Stasi St.
Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Mengetahui ada pengaruh spiritualitas St. Tarsisius terhadap Pelayanan Misdinar di Stasi
St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah?

3.2 Mengetahui sejauh mana pengaruh spiritualitas St. Tarsisius terhadap Pelayanan Misdinar
di Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah.
4. Manfaat Penelitian

4.1 Peneliti

Dengan menulis skripsi ini, menjadikan penulis dapat memahami pengaruh


spiritualitas St. Tarsisius terhadap pelayanan Misdinar yang ada di Stasi St. Maria
Diangkat Kesurga, Paroki Kepanjen.

4.2 Lembaga

Sebagai sumbangan pikiran dan wawasan terbaru untuk lembaga, sekaligus menjadi
bahan refrensi untuk para katekis dan para pekerja Pastoral khususnya yang ingin
memberi pendampingan dalam misdinar baik di stasi maupun di Paroki.

4.3 Gereja

Memberi sumbangan dan penyadaran bagi umat Katolik terkhusus yang memiliki
Putra dan Putri untuk tidak ragu mengajak buah hati untuk ikut terlibat dalam
Misdinar.

4.4 Misdinar Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah

Memberikan sebuah masukan dan menjadi model baru dalam melaksanakan kegiatan
misdinar, baik dari segi pembinaan secara rohani dan pengertahuan, dan praktik
dalam menjalankan tugas Misdinar, khususnya menjadikan St. Tarsisius sebagai
teladan untuk semangat dan memiliki rasa saling melayani terhadap sesama dan
melayani Gereja.

5. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Hipotesa yang
digunakan penulis sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh spiritualitas St. Tarsisius terhadap pelayanan misdinar di


Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah.
H1 : Ada pengaruh spiritualitas St. Tarsisius terhadap pelayanan misdinar di Stasi St.
Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah.

6. Kajian Pustaka/Landasan Teoritis


Untuk lebih memahami dengan baik terkait judul yang diangkat penulis, maka penulis
akan memaparkan kajian teori mengenai judul yang penulis angkat. Dalam landasan teori
ini, penulis akan membagi pembahasan menjadi dua bagian. Bagian Pertama, membahas
mengenai “Pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius” dan bagian kedua, membahas mengenai
“Pelayanan Misdinar.”

6.1 Pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius

6.1.1 Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaruh adalah daya yang ada atau
timbul dari seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang4. Beberapa ahli yang mengemukakan konsep mengenai pengaruh sebagai
berikut:5

- Menurut Wiryanto, pengaruh adalah tokoh formal dan informal di masyarakat


yang memiliki ciri-ciri kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel
dibandingkan dengan pihak yang dipengaruhi.

- Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang dan
tidak terlalu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan
kepentingan.

- Menurut Sosiologi Pedesaan, pengaruh adalah kekuasaan yang bisa


mengakibatkan perubahan perilaku orang atau kelompok lain.

6.1.2 Spiritualitas

4
Pius Abdillah & Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arloka ), h. 256
5
Dikutip dari: https://dilihatya.com/2236/pengertian-pengaruh-menurut-para-ahli
Spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti roh, jiwa, dan semangat. 6
Spiritualitas yang akan dibahas selanjutnya dalam kajian teori ini, membahas
mengenai Spiritualitas Katolik. Spiritualitas Katolik berarti bahwa, sesaat setelah
menerima Iman (fides quae creditur) dengan cara melakukan sebuah tindakan imani
(fides qua creditur), maka seorang menjalankan imannya tersebut melalui praktik-
praktik spiritual.7

6.1.2.1 Spiritualitas ditinjau dari Tradisi Gereja8

- Martin Luther

Tidak banyak tulisan yang memuat atas spiritualitas yang Luther perlihatkan
melalui kiprah dan tulisan-tulisannya. Kemungkinan lain, spiritualitas dipahami
dan diungkapkan dengan berbagai istilah lain, misalnya semangat, kesalehan, dan
kehidupan rohani.9

- Ignasius dari Loyola

Spiritualitas Ignasius dari Loyola bukanlah keahlian yang dipelajari dari buku-
buku ilmiah atau buku-buku pegangan khusus mengenai spiritualitas. Dari sejarah
hidup Ignasius, kelihatan bahwa warisan spiritualitas terutama ditinggalkan dalam
bentuk Latihan Rohani yang tidak muncul dari hasil studi, melainkan dari
pengalaman hidup sebelum studi yang direfleksikan terus menerus secara tekun.10

6.1.2.2 Spiritualitas ditinjau dari Kitab Suci

- Kitab Suci Perjanjian Lama

“Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu;
dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan
mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberi hati yang baru, dan roh yang baru di
dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan

6
Gabriel FX, Buku Pintar Misdinar p.91
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Spiritualitas_Katolik
8
Banawiratma, Spiritualitas dari Berbagai Tradisi (Yogyakarta:Kanisius)
9
Ibid p.23
10
Ibid p.109
Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam didalam
batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan
tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.”11

Kitab Yeheskiel dalam perikop diatas menjelaskan maksud ayat diatas, bagaikan
air jernih yang melambangkan pembaptisan. Kesucian, kemurnian hati dan
penghapusan dosa berasal dari baptisan. Melalui pembaptisan, Roh
menganugerahkan untuk tinggal bersama manusia dalam hati dan menjadi daya
kekuatan untuk melaksanakan perintah Allah.

Spiritualitas menurut Perjanjian Lama bisa disebut sebagai RUAH, yang berarti
Roh Allah yang menggerakan, memanggil, menjiwai, menuntun, dan mengantar
manusia kepada kepenuhan panggilan dan perutusan. Manusia yang digerakan
oleh Roh Allah akan diberikan kemampuan dan kekuatan untuk menjalankan
perutusan dan panggilan hidup.12

- Kitab Suci Perjanjian Baru

“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan


kamu. Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam
nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”13

Injil Yohanes menuliskan bahwa Yesus akan mengakhiri perutusannya di dunia.


Tetapi, Ia tidak meninggalkan para murid begitu saja. Ia mengirimkan Roh
penghibur bagi para muridnya yaitu Roh Kudus. Roh yang bisa mengajarkan
kepada para murid mengenai apa yang sudah Yesus ajarkan, dan mengingatkan
apa yang diajarkan Yesus.14

Spiritualitas menurut Perjanjian Baru adalah perutusan Roh Kudus untuk menjadi
Roh penghibur bagi para rasul untuk menyertai para rasul dalam segala langkah
hidupnya. Roh Kudus menjadi daya kekuatan yang menggerakan, mendorong,
11
Lih Yeh 36:25-27
12
Piet Go, Sumber-Sumber Spiritualitas Awam p.17
13
Lih Yoh 14:25-26
14
Eka Riyadi Pr, Firman Menjadi Manusia (Yogyakarta: Kanisius) p.332-333
memotivasi, membimbing, menyemangati, meneguhkan, melindungi, dan
menuntun para rasul untuk tidak goyah untuk menjadi pengikut-Nya.15

6.1.3 Riwayat Hidup Santo Tarsisius (15 Agustus)

Tarsisius adalah seorang pelayan altar (akolit) yang hidup di abad ketiga, pada
zaman pemerintahan Kaisar Valerianus. Ia tinggal di Roma, Italia. Ketika berumur
sepuluh tahun, ia bersama ibunya biasa mengikuti Misa pagi. Masa itu masa
penganiayaan bagi umat Kristiani; karena itu Misa pagi dilakukan di tempat yang
tersembunyi. Setelah memastikan sekelilingnya aman, Tarsisius mengetuk sebuah
dinding batu. Itu adalah pintu masuk menuju sebuah makam bawah tanah yang
dijadikan kapel. Tempat ini sering disebut katakombe. Mereka berjalan merangkak
masuk, dan di sana ditemukan begitu banyak umat Kristiani yang sedang berdoa.

Tak lama kemudian, muncul seorang imam. Mereka bersama-sama merayakan


Perjamuan Tuhan. Tarsisius merasa amat bahagia bila menerima Tubuh Kristus.
Setiap kali mendengar imam berkata: “Makanlah dan minumlah, inilah Tubuh-Ku,
inilah Darah-Ku”, Tarsisius merasa damai.

Namun hari itu, setelah Misa selesai, pastor yang memimpin misa (Tradisi lain
menyebutkan : Paus yang memimpin misa) melihat sekeliling. Ia berseru, “Kita sama
seperti saudara-saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan yang bangkit. Saat
ini mereka sedang dalam penjara. Besok, mereka akan dilemparkan ke tengah singa
lapar. Mereka hanya berharap agar sebelum mati di mulut singa- singa lapar itu,
mereka menerima santapan kekal, Tubuh Tuhan yang Mahakudus. Siapakah yang rela
ke penjara mengantar roti kudus ini?”

Mendengar pertanyaan itu, umat saling memandang ketakutan. “Pastor, Anda tak
boleh pergi. Pastor pasti ditangkap,” kata salah seorang umat. Dari umat yang hadir
ada seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat. Mantan serdadu ini menawarkan
diri untuk melakukan tugas itu. Namun, umat juga keberatan karena mantan serdadu
ini pun sedang dicari-cari.

15
Skripsi: Sesilia tahun 2018 (Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan
Prodiakon). p.15
Tarsisius merasa mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia
menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan menganggukkan
kepala. Tarsisius berdiri dan berkata, “Pastor, biarkan aku ke sana membawa Tubuh
Kristus untuk saudara-saudara kita.” Pastor menggeleng, “Engkau masih terlalu kecil.
Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang akan kau perbuat?”

Tarsisius berusaha meyakinkan pastor. “Percayalah, Pastor. Saya akan berhati-


hati danmenjaga Ekaristi Mahakudus ini supaya tiba dengan selamat.” Melihat
keberanian Tarsisius, imam lalu membungkus Sakramen Mahakudus dan
memberikannya kepada Tarsisius.

Perjalanan melewati daerah serdadu Romawi aman. Namun, justru saat melewati
sebuah lapangan tempat teman-teman Tarsisius sedang bermain, halangan muncul.
Teman-temannya mengajaknya bermain. Tarsisius menolak. Teman-temannya heran.
Mereka mengerumuni Tarsisius. Ketika mereka melihat Tarsisius memegang sesuatu
di tangan, mereka menarik tangan Tarsisius, dan berusaha melihat apa yang ada di
dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya. Bahkan, ia semakin kuat
mempertahankan apa yang sedang dipegangnya. Akhirnya, Tarsisius jatuh.

Satu di antara anak-anak itu kesal, karena tidak berhasil melepaskan tangan
Tarsisius. Katanya, “Ayo kita buktikan siapa yang paling kuat!” Ia mengambil batu
dan melemparkannya ke arah Tarsisius. Tarsisius bergeming namun tangannya tetap
tak terbuka. Kini, ia semakin kuat memeluk Sakramen Mahakudus di dadanya. Anak-
anak itu semakin marah dan brutal. Mereka merajam Tarsisius dengan batu berkali-
kali.

Beberapa menit kemudian, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba terdengar
suara, “Berhenti! Mengapa kalian menganiaya dia?” Anak-anak itu lari terbirit-birit.
Ternyata, suara itu berasal dari serdadu Romawi yang bertobat, yang sebelumnya
telah menawarkan diri untuk membawa Sakramen Mahakudus. Mantan serdadu ini
mengikuti Tarsisius dari jauh. Ia lari ke arah Tarsisius, memeluknya dengan perasaan
sedih. Ia menggendong Tarsisius yang sudah tak sadarkan diri. “Tarsisius, Tarsisius,”
panggilnya dengan suara halus. Tarsisius membuka matanya yang memar dan berkata
pelan, “Tubuh Kristus masih di tanganku.” Setelah mengatakan itu, Tarsisius
menutup matanya.

Tarsisius meninggal dalam perjalanan pulang menuju katakombe. Jasadnya


dimakamkan di katakombe santo Kalisitus, Roma. (Sumber : infokatolik.id)

6.2 Pelayanan Misdinar

6.2.1 Pelayanan

Pelayanan dapat diartikan dengan melakukan perbuatan yang hasilnya ditunjukan


untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, maupun kelompok atau masyarakat.16

6.2.1.1 Dasar Biblis

- Mat 20:28

“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”

- Yoh 12:26

“Barangsiapa melayani aku, ia harus mengikuti Aku dan di mana Aku berada,
disitu pelayanan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati
Bapa.”

6.2.1.2 Ajaran Gereja

- KGK 931

Orang berbakti kepada Allah, yang sudah menjadi milik Allah melalui
Pembaptisan, menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, yang ia kasihi di atas
segala sesuatu. Dengan demikian ia dibaktikan secara lebih dalam
kepada pelayanan Allah dan ditentukan untuk kesejahteraan Gereja. Oleh status
pembaktian kepada Allah, Gereja memberi kesaksian tentang Kristus dan
menunjukkan bagaimana Roh Kudus bekerja di dalamnya secara mengagumkan.
Mereka, yang mengikrarkan nasihat-nasihat Injil, pertama-tama mempunyai
tugas supaya hidup sesuai dengan kebaktiannya. Tetapi "justru karena...

16
http://yusfrimembaca.blogspot.com/2013/01/pelayanan-secara-umum-pelayanan-dapat.html?m=1
membaktikan diri kepada pelayanan Gereja dengan pengudusan dirinya itu,
[mereka] berkewajiban untuk berkarya secara khusus dalam kegiatan misioner,
dengan cara yang khas bagi lembaga mereka sendiri"

- Pelayanan, Kepemimpinan dan Ketaatan (art 24)

Santo Ignatius dari Loyola menulis dalam Latihan Rohaninya bahwa Tuhan
memanggil semua orang dan berkata, “Barangsiapa mau ikut Aku dalam usaha
itu, harus bersusah payah bersama Aku, supaya karena ikut Aku dalam
penderitaan, kelak dapat ikut pula dalam kemuliaan.”

Saat ini, seperti juga di masa lalu, misi menghadapi kesulitan-kesulitan besar,
yang hanya dapat dihadapi dengan rahmat yang berasal dari Tuhan, dalam
kesadaran yang penuh kerendahan hati dan keteguhan, bahwa mereka telah
diutus oleh-Nya dan, oleh karena itu, harus mengandalkan bantuan-Nya. Berkat
ketaatan, dimilikilah keyakinan bahwa mereka melayani Tuhan, menjadi ‘hamba-
hamba Tuhan’ dalam karya dan penderitaan mereka. Keyakinan ini adalah
sumber dari komitmen tanpa syarat, kesetiaan yang teguh, ketenangan batin,
pelayanan tanpa pamrih, serta pemberian tenaga yang terbaik. “Mereka yang
taat mempunyai jaminan bahwa mereka sungguh berperan serta dalam misi,
mengikuti Tuhan, dan tidak mengejar keinginankeinginan mereka sendiri.
Begitulah dapat kita ketahui, bahwa kita dibimbing oleh Roh Allah, dan bahkan
di tengah kesukaran-kesukaran yang besar pun tetap ditopang oleh tangan-Nya
yang andal (bdk. Kis. 20:22-23).”17

6.2.2 Misdinar

6.2.2.1 Asal Kata Misdinar18

Misdinar berasal dari Bahasa Belanda (Misdienaar) yang artinya “asisten misa”
dan Bahasa Jerman (Messdiener) yang artinya “pelayan misa kudus”, sedangkan
dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Altar Serve.

Dapat disimpulkan bahwa misdinar adalah Pelayan Altar ketika misa kudus
berlangsung.

6.2.2.2 Sejarah Misdinar19

17
Dokpen KWI, El Servicio De La Autoridad Y La Obediencia. art 24
18
http://seputarputraaltar.blogspot.com/2017/11/kata-misdinar.html
19
http://seputarputraaltar.blogspot.com/2017/11/kata-misdinar.html
Pada mulanya, Misdinar atau Akolit (Acolyte) merupakan salah satu tingkatan
pastoral sebelum menjadi Imam. Selama masa pendidikan, Gereja Katolik
menganjurkan agar frater-frater pernah menjadi akolit. Seiring berjalannya waktu,
Gereja membuka jalan bagi awam yang ingin membantu imam di altar, tanpa
harus hidup membiara. Ketika Konsili Vatikan II, istilah misdinar muncul, dan
memberi kebebasan awam untuk memeriahkan liturgi tanpa menghilangkan nilai
asli dari liturgi. Selain itu, muncul juga istilah Putri Altar, yaitu perempuan yang
melayani imam di altar.

6.2.3 Profil Misdinar Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah

Misdinar Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah merupakan kelompok
kategorial dibawah naungan Bidang Liturgi, yang lingkup pelayanan yang dilakukan
di Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah, Paroki Kepanjen. Misdinar di
Stasi Majang Tengah beranggotakan 11 orang dari berbagai jenjang. Rata-rata,
anggota misdinar di Stasi Majang Tengah masih duduk dibangku sekolah. Selama ini,
dinamika misdinar di Stasi Majang Tengah lebih terlibat dalam kebersihan gereja
setiap akhir pekan dan latihan persiapan tugas misdinar. Kepengurusan misdinar
vacuum dari tahun 2018, yang menyebabkan bentuk dinamika pelayanan dan
persaudaraan dilakukan secara bersama-sama dan tetap didampingi oleh seorang
pendamping yang saat ini menjabat sebagai ketua Misdinar.

7. Metodologi Penelitian

7.1 Lingkup Penelitian

7.1.1 Variabel yang diteliti

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.20 Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas, dan variabel

20
Sugiyono 2017, p.38
terikat. Adapun uraian mengenai variabel bebas dan variabel terikat sekaligu sub-
Variabel sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)


(Pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius) (Pelayanan Misdinar)
1. Rela Berkorban 1. Disiplin
2. Pemberani 2. Tepat waktu
3. Ikhlas 3. Ikhlas
4. Tekun 4. Tanpa Paksaan
5. Kuat 5. Tekun
6. Taat 6. Tanggung Jawab
7. Relasi
8. Berani
9. Percaya Diri
10. Kompak
11. Rendah hati

6.1.2 Subyek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudia ditarik kesimpulannya.21 Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah
Anggota Misdinar Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah.

6.1.3 Lokasi Penelitian

Yang dimaksud dengan lokasi penelitian disini adalah tempat dimana peneliti
mengadakan penelitian. Maka, lokasi penelitian berada di Stasi St. Maria Diangkat
Kesurga Majang Tengah, Paroki Maria Tak Bernoda Kepanjen, Keuskupan Malang.
Alasan memilih lokasi penelitian sebagai berikut:

21
Sugiyono 1997: 57
 Belum pernah adanya penelitian mengenai Pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius
terhadap Pelayanan Misdinar.

 Banyak keluhan mengenai pelayanan Misdinar di stasi dijalankan dengan


setengah hati.

 Penulis ingin melihat lebih jauh sejauh mana pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius
terhadap Pelayanan Misdinar di Stasi Majang Tengah, karena mengingat banyak
anggota misdinar yang menjalankan tugas dengan setengah hati, dan minimnya
rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai misdinar.

 Alasan lain, karena penulis berasal dari Stasi Majang Tengah, sehingga penulis
benar-benar tau situasi dan kondisi penelitian yang saat ini mengalami
kekurangan akan pembinaan misdinar baik dari segi spiritualitas maupun dari segi
pengetahuan umum akan misdinar.

6.2 Sumber Data

Penulis memperoleh data yang akurat dan jelas sehingga membantu dalam proses
penelitian. Sumber data utama adalah Anggota Misdinar di Stasi St. Maria Diangkat
Kesurga Majang Tengah. Sedangkan data pendukung yang membantu dalam proses
penelitian yaitu Ketua Stasi dan Ketua Bidang Liturgi di Stasi St. Maria Diangkat
Kesurga Majang Tengah.
6.3 Tekhnik Pengambilan Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh
sebuah Populasi22. Untuk mengambil Sampel, Peneliti menggunakan Simple random
Sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu23.

22
Sugiyono 2008: 118
23
Ibid. P. 120
6.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan
peneliti dalam upaya mendapatkan keterangan atau data-data yang diperlukan. Dalam
penelitian ini tekhnik yang digunakan adalah:
 Tekhnik Angket (Kuesioner)
Angket (Kuesioner) adalah teknik pengumpuIan data dengan cara mengirimkan
suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.24 Kuesioner yang
digunakan adaIah Pertanyaan tertutup dimana pertanyaan-pertanyaan teIah
disediakan jawaban piIihan, sehingga responden tinggaI memiIih saIah satu dari
jawaban yang teIah disediakan.25 Kelebihan kuesioner ini adalah:
- Untuk peneIiti, mudah mengoIah jawaban yang masuk.
- Untuk peneIiti, waktu yang dimanfaatkan daIam pengelompokan jawaban
menjadi singkat.
- Untuk responden, mudah memiIih jawaban.
- Untuk responden, daIam mengisi jawaban memerIukan waktu singkat26.
 Tekhnik Analisa Data
Agar data yang diperoleh benar-benar representative dan menggambarkan
kenyataan dalam lapangan, maka dalam menganalisa data harus teliti, cermat,
tekun, dan benar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik, yaitu:
- Tekhnik Prosentase
Teknik ini digunakan untuk melihat banyaknya prosentase frekuensi dari subjek
yang diteliti. Adapun rumusnya:
F
P= X 100
N
P = Prosentase yang didapat
F = Frekuensi yang diteliti
N = Jumlah populasi yang diteliti

24
Rumidi, Sukandar, Metodologi Penelitian: Petunjuk untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, Cetakan ketiga Oktober 2006), p. 47 p.78
25
Ibid. p. 79
26
Ibid. p. 80
- Tekhnik Analisis Chi Kuadrat
Teknik analisis Chi Kuadrat digunakan dengan tujuan untuk mengadakan
penilaian probabilitas perbedaan frekuensi yang diobservasi (f 0) dengan
frekuensi yang diharapkan (fh)


X =∑ ¿ ¿ ¿ ¿
2

Keterangan:
X2 = Chi Kuadrat yaitu hasil akhir dari pengolahan data tentang Pengaruh
Spiritualitas St. Tarsisius terhadap Pelayanan Misdinar.
F0 = Frekuensi yang diperoleh dari populasi yang diteliti yaitu frekuensi
Pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius terhadap Pelayanan Misdinar.
Fh = Frekuensi yang diharapkan dari populasi sebagai pencerminan dari
frekuensi yang diharapkan dari Pengaruh Spiritualitas St. Tarsisius
terhadap Pelayanan Misdinar.

7. Penjelasan Istilah
7.1 Pengaruh

Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang27.

7.2 Spiritualitas

Spiritualitas didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk membuat dan mencari makna
melalui rasa keterhubungan pada dimensi yang melebihi diri sendiri.28

7.3 St. Tarsisius

St. Tarsisius adalah seorang martir yang mati ditangan orang-orang kafir karena ia
menolak menyerahkan Tubuh Kristus kepada anjing-anjing penindas itu. Menurut
tradisi abad keenam, Tarsisius seorang Akolit muda yang ditugaskan membawa Komuni

27
www.kbbi.web.id
28
Reed dalam McEwen, 2004
Kudus kepada orang-orang Kristen yang dipenjarakan selama masa penganiayaan yang
dilancarkan oleh Kaisar Valerianus (256-260). Penghormatan dan kebaktian kepada
Sakramen Mahakudus didaasarkan pada kesaksian iman Tarsisius. Tarsisius dikuburkan
di pekuburan St. Kalistus di Roma.29

7.4 Pelayanan

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung. Dalam KBBI, pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang
diperlukan orang lain.30

7.5 Misdinar

Kata misdinar berasal dari bahasa Belanda (Misdienaar) yang berarti pelayan Misa.31

7.6 Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah

Stasi St. Maria Diangkat Kesurga Majang Tengah merupakan stasi yang terletak di Desa
Majang Tengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Stasi ini masuk kedalam
wilayah Paroki Maria Tak Bernoda Kepanjen, Keuskupan Malang.

8. Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN PELAKSANAAN
1 Pengajuan Judul Februari 2022
2 Seminar Proposal Februari 2022
3 Revisi Maret 2022
4 Menyusun BAB I Maret 2022
5 Revisi Maret 2022
6 Menyusun BAB II Maret 2022
7 Revisi Maret 2022
8 Menyusun BAB III Maret/April 2022
9 Menyusun Instrumen Penelitian Maret/April 2022
29
Tim Nisi, Santo dan Santa di Bulan Agustus, p.67
30
https://pengertianahli.id/pengertian-pelayanan-apa-itu-pelayanan/
31
Gabriel FX, Buku Pintar Misdinar p.87
10 Penelitian April 2022
11 Mengolah Hasil Penelitian April 2022
12 Revisi April 2022
13 Menyusun BAB IV Mei 2022
14 Revisi Mei 2022
15 Menyusun BAB V Juni 2022
16 Revisi Juni 2022
17 Ujian PPA Juli 2022

9. Daftar Pustaka

9.1 Gabriel FX, “Buku Pintar Misdinar” (Yogyakarta, Yayasan Pustaka Nusatama, 2010).

9.2 Tim Nisi, “Santo dan Santa di Bulan Agustus”.

9.3 Piet Go, “Sumber-Sumber Spiritualitas Awam”. 1990

9.4 Eko Riyadi Pr, St, “Firman Menjadi Manusia”. Yogyakarta: Kanisius

9.5 Banawiratma, JB, “Spiritualitas dari Berbagai Tradisi”. Yogyakarta: Kanisius

9.6 Pius Abdillah & Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arloka )

9.7 Alkitab Deutrokanonika. Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia

9.8 Katekismus Gereja Katolik

9.9 Dokpen KWI, El Servicio De La Autoridad Y La Obediencia (Jakarta)

9.10 Rumidi, Sukandar, Metodologi Penelitian: Petunjuk untuk Peneliti Pemula,


(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cetakan ketiga Oktober 2006).

9.11 https://dilihatya.com/2236/pengertian-pengaruh-menurut-para-ahli.

9.12 https://id.wikipedia.org/wiki/Spiritualitas_Katolik.
9.13 http://yusfrimembaca.blogspot.com/2013/01/pelayanan-secara-umum-pelayanan-
dapat.html?m=1.

9.14 https://pengertianahli.id/pengertian-pelayanan-apa-itu-pelayanan/ .

9.15 https://katolisitas.org/apakah-tugas-akolit-misdinar/.

9.16 http://seputarputraaltar.blogspot.com/2017/11/kata-misdinar.html.

9.17 Skripsi: Bernadus Novan Kristianto tahun 2010 (Makna Spiritualitas Santo Tarsisius
dalam Tugas Pelayanan Misdinar).

9.18 Skripsi: Sesilia tahun 2018 (Penghayatan Spiritualitas Hidup Kristiani untuk
Meningkatkan Semangat Pelayanan Prodiakon).

Anda mungkin juga menyukai