Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KETERAMPILAN BERBAHASA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa

Dosen Pengampu : Mega Riyawati, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Ermita Sari (4.20.5183)


2. Muzaki Risnanda (4.20.5191)
3. Talina (4.20.5207)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TANJUNG PINANG

T.A. 2021/2022
PEMBAHASAN
A. Penalaran Dalam Karangan
1. Pengertian Penalaran
Menurut Keraf dan Moeliono (dalam Suparno dan Yunus, 2007:1.41) “Penalaran
(reasoning) adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta,
petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu
kesimpulan”. Dari pernyataan tersebut Suparno dan Yunus (2007:1.41) mengemukakan
“Penalaran adalah proses berfikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah
kesimpulan (pengetahuan atau keyakinan).
Dengan demikian, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak. Data
yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan harus dalam
bentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu
disebut Proposisi. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

2. Proposisi dan Term


Menurut Keraf (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 1.48) “Proposisi merupakan pernyataan
yang dapat dibuktikan kebenarannya atau ditolak karena kesalahan yang terkandung
didalamnya”. Namun proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat pernyataan tentang
hubungan antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau salah. Suatu proposisi mempunyai
subjek dan predikat yang berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat digolongkan dalam
proposisi. Hanya kalimat berita netral yang dapat disebut proposisi. “Term adalah suatu kata
atau frasa yang menempati fungsi subjek atau predikat.” (Suparno dan Muhammad Yunus,
2007: 1.49). Term adalah kata atau sejumlah kata yang dapat berdiri sendiri. Jenis kata seperti
itu disebut kata kategorimatis. Misalnya : bunga, burung, pohon (term tunggal), orang tua
asuh, pencinta lingkungan hidup (term majemuk).
3. Jenis-jenis Proposisi
Berdasarkan jenis dibedakan dengan lingkaran yang disebut lingkaran Euler.
1) Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang

terdapat dalam predikat. S=P


Semua S adalah semua P
Semua sehat adalah semua tidak sakit.
2) Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari
perangkat predikat.
Semua S adalah P S P
Semua sepeda beroda.
3) Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari peringkat
subjek
S P
Sebagian S adalah P
Sebagian binatang adalah kera
4) Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat
predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat
relasi.
S P
Tidak satu pun S adalah P
Tidak seorang pun manusia adalah binatang
5) Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat
predikat.
S
Sebagian S tidaklah P PP
Sebagian kaca tidaklah bening
Jenis proposisi:
1) Berdasarkan bentuk:
a. Proposisi Tunggal:
Proposisi tunggal hanya mengandung satu pertanyaan.
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan
b. Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan,
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan dan calon pemimpin
2) Berdasarkan sifatnya :
a. Proposisi Kategorial
Proposisi kategorial adalah hubungan subjek dan predikat terjadi
tanpa syarat.
Contoh: Sebagian binatang berkaki empat.
b. Proposisi Kondisional
Proposisi Kondisional adalah hubungan antara subjek dan predikat terjadi
dengan suatu syarat yang dapat diingat sebelum peristiwa berlangsung.
     Proposisi Kondisional dibagi 2, yaitu:
1) Proposisi Kondisional Hipotesis yang terdiri anteseden (syarat) dan
konsekuen (akibat).
Contoh: Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya akan
berbeda (konsekuen).
2) Proposisi kondisional Disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.
Contoh: Kita akan melanjutkan diskusi ini, atau bubar saja.
3) Berdasarkan kualitas :
a. Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan adanya
persesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian mahasiswa tidak melekukan KKN.
b. Preposisi Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan antara
subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
4) Berdasarkan kuantitasnya
a. Proposisi Universal
Proposisi universal adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari
seluruh objek.
Contoh: Semua dokter adalah orang pintar
          Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
b. Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah predikat  proposisi hanya membenarkan atau mengingkari
sebagian subjek.
Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga.

4. Jenis-Jenis Penalaran
Secara umum, penalaran atau pengambilan kesimpulan itu dapat dilakukan secara
induktif dan deduktif.
1) Penalaran Deduktif
“Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang
umum menuju hal-hal yang khusus; atau penerapan sesuatu yang umum pada
peristiwa yang khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan.”dikemukakan oleh
Suparno dan Yunus (2007: 1.41). Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip
hukum,teori atau keputusan lainnya yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun
gejala. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Menarik Kesimpulan Secara Langsung
            Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
       Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis)
                    Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2. Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis
pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran
deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain: .
a. Jenis-Jenis Penalaran
Secara umum, penalaran atau pengambilan kesimpulan itu dapat dilakukan secara
induktif dan deduktif.

2) Penalaran Deduktif
“Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang
umum menuju hal-hal yang khusus; atau penerapan sesuatu yang umum pada peristiwa
yang khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan.”dikemukakan oleh Suparno dan Yunus
(2007: 1.41). Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori atau keputusan
lainnya yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Dalam penalaran deduktif
terdapat premis. Yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan
(konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
3. Menarik Kesimpulan Secara Langsung
            Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
       Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis)
                    Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
4. Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis
pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran
deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:
1.) Silogisme:
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan
proposisi ketiga. (Suparno dan Yunus, 2007: 1.48).
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang
terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan.
Premis bersifat umum disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut
premis minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut
term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah.
 Contoh Silogisme Kategorial:
1. Premis Mayor(My) : Semua cendikiawan adalah pemikir.

Premis Minor(Mn) : Sasono adalah cendikiawan.

Kesimpulan (K) : Sasono adalah pemikir.

2. My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA


Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
3. My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
4. My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa

Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:


1)Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor dan
term simpulan.
2)   Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor,
dan simpulan.
3)   Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan .
4)   Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5)   Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)   Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)   Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8)  Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak dapat ditarik
satu simpulan.
5. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis (pengandaian) terdiri atas mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan aden, maka simpulannya
membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
Contoh :
1. My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
2. My : Kalau rupiah mengalami devaluasi, harga-harga barang akan naik.
Mn : Rupiah mengalami devaluasi.
K : Harga-harga barang akan naik.

6. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif (pilihan) terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya
akan menolak alternatif lain.
Contoh :
1. My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
2. My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.

2.) Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor
karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan. Menurut Guinn dan Marder (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 1.50) “Dalam
kenyataan sehari-hari, kita jarang menggunakan bentuk silogisme secara lengkap, Demi
kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah dipahami, dihilangkan”.
Contoh entimen:
1. Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
2. Pak Jadam adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang dilanda
kesusahan.

7. Penalaram Induktif
Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.41) “Penalaran induktif adalah suatu proses
berfikir yang bertolak dari hal-hal yang khusus menuju sesuatu yang umum”. Proses
penalaran induktif dibatasi sebagai proses penalaran untuk sampai kepada suatu
keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan
pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif antara lain:
1) Generalisasi

Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.41) “Generalisasi atau perampatan adalah
proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk
menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.”.
Generalisasi juga diartikan oleh Kosasih dan Mulyadi (2013:229) sebagai proses penalaran
yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk
mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
1. Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai
     Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

2. Jika ada udara, manusia akan hidup.

Jika ada udara, hewan akan hidup.

Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.


Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

3. Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto,


Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh.
Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena
itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang..
Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a.            Data itu harus memadai jumlahnya
b.            Data itu harus mewakili keseluruhan
c.            Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.

2) Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat
yang sama(Kosasih dan Mulyadi, 2013:229). Suparno dan Yunus (2007 : 1.44)
mengemukakan bahwa “Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang
bersifat abstrak atau rumit secara konkret dan lebih mudah dicerna.”
     Contoh:
Dr. Maria C. Diamond tertarik untuk meneliti pengaruh pil
kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebral kortex wanita, sebuah bagian otak yang
mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon
yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya, tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan
celebral kortex yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi
hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond, seorang profesor anatomi dari
University of California, menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat
perkembangan otak penggunanya (Salmon, 1998).
Tujuan penalaran secara analogi yaitu:
a.     Meramalkan kesamaan
b.    Menyingkapkan kekeliruan
c.     Menyusun klasifikasi.

3) Hubungan Kausal
Kosasih dan Mulyadi (2013:229) berpendapat bahwa “Hubungan kausal(Sebab-
Akibat) adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola
hubungan sebab-akibat”. Pola yang dapat terwujud dalam penalaran Kausalitas dijelaskan
oleh Suparno dan Yunus(2007:1.46) sebagai berikut:
a. Sebab – Akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
Contoh:
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena
pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya
pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan
tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi.
b. Akibat- Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan
simpulan.
Contoh:
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas.
Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia
dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.
c. Akibat- Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa
“akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan. Akibat
dari kecelakaan tersebut dia mengalami patah kaki dan harus dirawat di rumah sakit.

8. Salah Nalar
Suparno dan Yunus (2007: 1.51) berpendapat bahwa “Salah nalar(logical fallacy)
adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik
kesimpulan.”. Jadi, salah nalar juga bisa diartikan sebagai kekeliruan atau kesalahan pada
gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh
ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat disebabkan oleh
beberapa macam, yaitu:
1) Deduksi Yang Salah
Deduksi yang salah terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu
silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
Contoh:

1. Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
2. Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas
2) Generalisasi Terlalu Luas
Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung
generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang
diambil menjadi salah. Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar
generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas mengumpulkan dan menguji data secara
memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.

Contohnya :

1. Semua pejabat pemerintah korupsi.


2. Para remaja sekarang rusak moralnya.
3. Orang Makasar pandai berdayung.
3) Pemilihan Terbatas Pada Dua alternatif

Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”.

Contoh:

1. Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan serba kekurangan dan hidup di
kampong dengan menanggung malu.
2. Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang
lain.
4) Penyebab Yang Salah Nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran
maksud.

Contoh:

1. Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para leluhurnya, dia hamil.


2. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.

5) Analogi Yang Salah


Apabila orang menganologikan sesuatu dengan yang lain dan beranggapan
persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya.
Contoh:

Sumini, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat   menyelesaikan tugasnya


dengan baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.

6) Argumentasi Bidik Orang


Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas
yang diembannya.

Contoh:

1. Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua Verdo itu bekas penjahat.
2. Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas
penyuluhannya memiliki enam orang anak.
7) Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika atasan kita
melakukan hal itu.

Contoh:

1. Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para undangan yang
menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.
2. Kita melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.
3. Anak SLTA saat mengerjakan ujian matematika dapat menggunakan kalkulator
karena para rofessor menggunakan kalkulator saat menjawab ujian matematika
8) Penyemarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan
pandangan yang sama dan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.

Contoh:

Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran Toto, seorang ahli di bidang
perikanan.

B. Tata Cara Pengutipan dan Penulisan Daftar Pustaka


1) Tata Tulis Penulisan Karya Ilmiah
a. Tata Cara Penulisan Kutipan
Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat atau pendapat seorang
pengarang atau ucapan seorang ahli dalam bidang yang sedang ditulis. Fungsi
kutipan adalah sebagai landasan teori, sebagai penjelas, dan sebagai penguat
pendapat yang dikemukakan penulis.
 Jenis kutipan
1) Kutipan Langsung
Kutipan Langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan aslinya
tanpa mengalami perubahan sedikitpun. Bahan yang dikutip harus direproduksi tepat
seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda baca, dan sebagainya.
Contoh Kutipan Langsung:
Agus mengatakan, “perlu dikembangkan sikap apresiatif dan aspiratif terhadap
pengetahuan-pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin
yang terlibat dalam akar penjarahan” (Sudibyo, 2002 : 184).
………………………………
2) Kutipan Tak Langsung :
Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis
dengan kata-katanya sendiri. Yang dikutip adalah pokok-pokok pikiran, atau
ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan kemudian dinyatakan dengan bahasa
sendiri. Walaupun yang dikutip berasal dari bahasa asing, namun tetap dinyatakan
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Contoh Kutipan Tidak Langsung :
Sikap apresiatif dan aspiratif terhadap pengetahuan-pengetahuan tandingan yang
dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin yang terlibat dalam akar penjarahan perlu
dikembangkan agar lebih terbuka pada perkembangan yang ada disekitarnya. Hal itu
penting agar mereka tidak terpaku pada padi, jagung, tetapi juga pada komoditi yang
lain (Sudibyo, 2001 : 12). Selain itu Joni menyatakan bahwa
………………………………………….
b. Cara penulisan Kutipan
 Di depan
Muass (1989:23) Perpustakaan merupakan ………
 Di tengah
Mengenai kalimat efektif, Anton M. Moeliono mengemukakan: “Kalimat efektif
dapat dikenal karena ciri-cirinya yang berikut: keutuhan, perpautan, pemusatan
perhatian, dan keringkasan.”
 Di Akhir
Pengembangan Koleksi harus didasarkan pada kajian pemakai yang tepat sehingga
terjadi efesiensi dan tingkat keterpakaian yang tinggi (Meisel  1976:125)
c. Aturan  Penulisan Kutipan antara lain :
 Penulis satu
Menyebutkan nama akhirnya saja (kata terakhir dari nama seseorang)
Contoh : Calvin (1978:34) menyatakan bahwa …………….
 Penulis dua
Menyebutkan kata terakhir dari penulis pertama dan nama terakhir penulis kedua.
Contoh : Kebijakan Pengembangan Koleksi, menurut Othmer dan Frenstrom
(1978:23) menghasilkan …………
 Penulis lebih dari dua
Menuliskan nama akhir penulis pertama yang dicantumkan dengan diikuti dengan
singkatan dkk . Contoh : Pengembangan Koleksi harus didasarkan pada kajian
pemakai yang tepat sehingga terjadi efesiensi dan tingkat keterpakaian yang tinggi
(Meisel dkk, 1976:125)
 Pengutipan lebih dari satu karangan
Suatu kalimat kutipan seringkali merupakan suatu rangkuman dari berbagai sumber
yang menguraikan hal yang sama (mengandung suatu pengertian yang sama). Di
dalam hal yang seperti itu, pencantuman nama penulis satu dengan yang lainnya
dipisahkan dengan tanda titik koma (;) Contoh : Sebagaimana dinyatakan oleh Delvin
(1987:34); Asidie dan Hermawan (1989:76); dan Basuki (2004:90) bahwa…….
 Sitasi dari Sitasi
Hal ini boleh dilaksanakan apabila terpakasa, misalnya publikasi aslinya sulit sekali
untuk ditemukan. Sebelum melakukan sitasi seperti itu hendaknya mahasiswa
melakukan konsultasi dengan pembimbing. Contoh : Sebagaimana dinyatakan oleh
Hary (1987) seperti dikutip oleh Heri (1990:87) bahwa ……….. Lain halnya
dinyatakan oleh Henry (1999); Herni (2000) bahwa ………..
d. Tata Cara Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah daftar untuk menyajikan semua pustaka yang
diambil dalam skripsi. Penyajian disusun secara sistematik, yaitu nama penulis
dibalik jika penulis tersebut orang luar negeri, sedangkan untuk nama
Indonesia hanya dibalik jika nama tersebut mengandung marga. Kemudian
daftar pustaka diurutkan secara alfabetis. Semua gelar akademik tidak
dicantumkan dalam penyusunan daftar pustaka.
Daftar pustaka ditulis dengan satu spasi, tetapi antara satu pustaka
dengan pustaka berikutnya diberi jarak dua spasi. Setiap pustaka ditulis
dengan urutan nama, tahun, judul, kota terbit, dan penerbit dengan masing-
masing menggunakan tanda baca yang telah ditentukan. Berikut cara penulisan
daftar pustaka beserta penggunaan tanda bacanya:
 Pustaka berupa buku
1)      Nama keluarga (last name) pada penulis pertama diletakkan di depan diikuti
tanda koma (,) diteruskan nama lengkapnya. Jika penulisnya dua orang, nama
pengarang yang kedua tidak mengalami perubahan. Antara nama penulis pertama dan
kedua dihubungkan dengan kata  dan.
2)      Tahun ditulis lengkap. Tidak boleh diputus dan diakhiri dengan tanda titik.
3)     Huruf pertama  masing-masing kata pada judul buku ditulis dengan menggunakan
huruf kapital, kecuali untuk kata-kata depan, misalnya kata dalam, pada, dan,
di, dan dari.
4)      Penerbit buku dicantumkan setelah kota penerbit yang diikuti dengan titik dua (:),
kemudian nama penerbit dan diikuti tanda titik.
Contoh daftar pustaka berupa buku
Huda, Nurul dan Heru Ramli. 2004. Managemen Pembinaan dan Pengembangan
Koleksi. Yogyakarta: Nilai Ilmu.
 Pustaka berupa majalah
Yang dimaksudkan majalah disini dapat berupa buletin, jurnal, dan sejenisnya.
Penulisannya didalam daftar pustaka hampir seperti yang lain, yaitu dimulai dari
penulis artikel, diikuti tahun terbit, judul karangan, nama majalah (cetak miring),
nomor atau edisi majalah. Misalnya:
Buckland, Michael K. 1991. “Information as Thing”. Dalam Journal of the American
Society for Information Science, Volume V, Nomor 11.
 Pustaka dari artikel pada surat kabar
Sumber yang berupa surat kabar dicantumkan seperti penulisan artikel dari
majalah. Misalnya:
Torsina, M. 1998. “Rintihan di Balik Penjarahan”. Kompas, 29 Mei 1998, Th. 33 No.
338, Hlm. 4.
 Pustaka dari suatu abstrak atau intisari
Penggunaan abstrak atau intisari sebagai rujukan dapat digunakan hanya
manakala dokumen aslinya tidak ditemukan. Pustaka dari abstrak atau intisari
penulisannya di daftar pustaka pelu dicantumkan kata abstrak  atau intisari diantara
tanda kurung yang diletakkan pada urutan paling belakang atau setelah nama
(majalah) abstraknya. Misalnya:
Almquist, J.O. and B.C. Cunningham. 1996. “Semen Traits of Beef Bull Ejaculated
Frecuently”. Dalam Journal Animal Science (abstrak)
 Pustaka dari publikasi dalam buku yang diterbitkan oleh editor
Suatu buku dapat diterbitkan oleh editor, yaitu kumpulan dari berbagai tulisan
dalam suatu bidang, kemudian dilakukan pengeditan oleh seseorang atau lebih.
Dengan demikian, di dalam buku itu ada penulis aslinya dan ada pula editornya.
Penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
Levin, R.J. 1994. “Absorption from the Alimentary Tract in: phsyologi and
Biochemestry of the Domestic Fowl”. Dalam Chemistry. B.M. Freeman (ed.). Vol. 5.,
London, Orlando, and Tokyo: academic Press.
 Pustaka dari suatu skripsi
Pada pustaka ini hampir sama dengan buku. Hanya saja setelah judul skripsi
disebutkan nama fakultas, nama universitas, dan nama lokasi universitasnya.
Misalnya:
Rusdi, Ibnu. 2001. “Tingkat Keterpakaian Bahan Nonbuku pada Perpustakaan Khusus
DIY” (skripsi). Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
 Pustaka dari internet
Misalnya:
Victor, H. 2004. “Perpustakaan Digital pada Era Teknologi”. www.presscom.com,
tanggal 11 November 2004, pukul 14.32.
 Penulisan pustaka tanpa tahun terbit, kota, dan penerbit.
Bila tahun terbit tidak tercantum pada sebuah dokumen, terpaksa ditulis
dengan kata tanpa tahun (dapat disingkat t.t.) diantara tanda kurung (t.t.). jika tanpa
kota terbit tulislah tanpa kota (disingkat t.k.) diantara tanda kurung (t.k.). jika tanpa
penerbit tulislah tanpa penerbit (disingkat t.p.) diantara tanda kurung (t.p.).
 Pustaka dari karangan institusi
Yang dimaksud institusi disini dapat berupa universitas, badan pemerintahan,
lembaga penelitian, organisasi, dan sebagainya. Misalnya:
AOAC. 1970. Official Methods of Analysis, 11th ed. Washington DC: Association of
Official Analytical Chemists.
 Pustaka yang tidak diketahui pengarangnya
Untuk sumber yang tidak diketahui pengarangnya, bagian yang seharusnya
dicantumkan pengarang diganti kata anonim. misalnya:
Anonim. 1993. “Earth’s Most Primitive Mammals”. The Won-ders of Life on
Earth. New York: Life Public.
e. Penulisan Footnote atau Catatan kaki
 Fungsi Catatan kaki atau footnote
1) Sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil yang jika disatukan dengan  uraian akan
mengganggu kelancaran penulisan
2) Memberi keterangan tambahan
3) Petunjuk sumber informasi bagi pernyataan ilmiah yang terdapat dalam tulisan
karya ilmiah
4) Referensi silang, yakni petunjuk yang menyatakan pada bagian mana atau halaman
berapa hal yang sama dibahas dalam tulisan.
 Cara penulisan catatan kaki
1). sumber yang dirujuk berupa buku :
a. Nama penyusun tanpa dibalik seperti dalam daftar pustaka. Contoh :[i] Selo
Soemardjan …….
b. judul buku sesudah tanda koma, dicetak miring, dan huruf awal setiap kata-kata
yang bukan kata depan, kata sandang, dan kata penghubung ditulis dengan huruf
capital contoh : [ii]……….., Sosiologi Pendidikan, ……….
c. nama editor, penerjemah atau pemberi kata pengantar (jika ada), dicantumkan
(sesudah tanda koma). Contoh : [iii]…., Metode Penelitian Kualitatif, Editor
Sugiyono,…..
d. Nomor cetakan atau edisi (jika ada) sesudah tanda koma. Contoh : [iv] Hasyim
Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, edisi dan kata pengantar M. Amin
Sukur, Cet. I (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hal 1-4.
e. Nama kota tempat penerbitan sesudah tanda kurung buka tanpa spasi. Jika tidak
ada, diganti dengan ttp (tanpa tempat penerbitan). Contoh : [v]Zamroni, Paradigma
Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: ttp, 2012), hal 9.
f. nama Penerbit sesudah titik dua. Jika tidak ada diganti dengan tnp (tanpa nama
penerbit). Contoh :[vi] Al-Syafi’I, Al-Um, (ttp:tnp., tt), hal. 304.
g. tahun terbit setelah tanda koma dan langsung diikuti oleh kurung tutup tanpa spasi.
Jika tidak ada tahun terbit, diganti dengan t,t (tanpa tahun). Contoh : [vii] Al-
Syafi’I, Al-Um, (ttp:tnp., tt), hal. 304.
h. nomor jilid (jika ada) dengan angka romawi besar sesudah tanda koma. Jika tidak
ada nomor jilid, diganti dengan hal. (singkatan dari halaman). Contoh : [viii] Al-
Syafi’I, Al-Um, (ttp:tnp., tt), hal. 304.
            2). Penulis lebih dari satu orang
Apabila penyusunya lebih dari satu orang, maka nama kedua penyusun itu
ditulis dengan kata penghubung dan. Apabila lebih dari dua orang cukup nama
penyusun pertama saja yang ditulis dan nama-nama lain ditulis dengan dkk.
Contoh : [ix] Ikhsan dan Sena, Ilmu Perpustakaan, Cet. I (Yogyakarta: Ilmu Perss,
2000), hal. 9.
3). Penyusun adalah Editor
Apabila penyusun adalah editor, maka didalam catatan kaki sesudah nama
penyusun yang sekaligus editor itu ditulis (ed). (singkatan dari editor) .
Contoh : [x] Sanusi (ed.), Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Gramedia, 1980),
hal.9.
4). Penyusun addalah suatu perhimpunan, lembaga, panitia, atau tim
Apabila penyusun adalah suatu perhimpunan, lembaga, panitia, atau tim, maka
dalam catatan kaki pada tempat nama penyusun itu ditulis nama penghimpun,
lembaga, panitia atau tim itu. Contoh : [xi] Panitia Penerbitan Buku dan Seminar,
Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam 70 Tahun Harun Nasution, Cet1 (Jakarta:
Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989), hal.89.
5). Tanpa nama penyusun
Apabila buku yang dirujuk tidak ada nama penyusunnya, maka dalam catatn
kaki langsung ditulis judul buku. Contoh : [xii]Ke-Nu-an (Yogyakarta: Pengurus
Wilayah NU   DY,1999), hal. 22.
6). Buku Terjemahan
Apabila Sumber Rujukan buku terjemahan, maka dalam catatan kaki
disebutkan pengarang asli, judul terjemahan, penerjemah. Jika judul asli tidak
diterjemahkan, disebutkan judul asli dan apabila diinginkan menyebutkan bahasa asli
atau judul asli bersama judul terjemahan dapat dilakukan seperti contoh : [xiii]Al-
Syafi;I, Ar-Risalah, alih bahasa Ahmadie Toha, Cet I (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1987), hal.46.
7). Buku Saduran
Apabila sumber yang dirujuk adalah buku saduran, maka dalam catatan kaki
disebutkan pengarang asli, judul buku dan penyadur. Jika tidak ada pengarang asli,
disebutkan nama penyadur yang diikuti oleh singkatan (peny.). Contoh : [xiv]Lili
Rosyidi (peny.), Filsafat Ilmu, Cet 2 (Bandung: CV Remaja, 1987), hal.4.
8). Himpunan Artikel
Apabila buku yang dirujuk adalah sumber artikel, maka penulisan catatan
kakinya sebagai berikut : [xv]Ani, “Pebelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah
Dasar” , dalam Jauhar Hatta (ed.)  Pembelajaran di SD, Cet. 1 (Yogyakarta : Pena,
2008), hal. 123.
9). Ensiklopedi dan Kamus
Apabila buku yang dirujuk adalah ensiklopedi atau kamus sama penulisanya
catatan kakinya yaitu: [xvi] Al-Mu;jam al-falsafi, Lembaga Bahasa ARRAM (Kairo:
Al-Matabai; al-Amiriyyah, 1978), hal. 123, artikel : “Qanun”, oleh Musa.
10). Majalah, Jurnal, Surat Kabar
a. terdapat nama pengarang
Apabila yang ditulis dari majalah, surat kabar, jurnal ataupun penerbitan
berkala lainnya maka penulisannya: Khoiruddin Bashori, “ Pendidikan
Karakter”, Kedaulatan Rakyat, No. 11, Tahun XLI (24 Januari 2012), hal. 8. Kolom
7.
b. tidak terdapat pengarang
Apabila tidak ada pengarang, maka disebutkan judul atau langsung nama
penerbitan yang bersangkutan. Contoh : [xvii]KUHP yang Baru Harus Beri Rasa
Keadilan Masyarakat”, Kedaulatan Rakyat, 123, Tahun XLI (12 Oktober 2010), hal.
9.
11). Internet
Apabila mengutip dari internet maka penulisan catatan kakinya sebagai
berikut : [xviii]Khoirudin Bashori, “Manusia Bekas”, dikutip dari http//www.uin.suka-
ac.id/-artikel 1109/accessed 24 Oktober 2009.
C. Menulis untuk Berbagai Keperluan
1. Menulis Berita
1.1 Pengertian Berita
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Berita (KBBI) adalah (1) Cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat (2) Laporan, dan (3)
Pemberitahuan.
- Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi,
disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang
ketiga atau orang banyak (https://id.wikipedia.org/wiki/ Berita)
- Laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan
yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang diampaikan oleh wartawan di media
massa.Faktor peristiwa atau keadaan menjadi pemicu utama terjadinya sebuah
berita,Dengan kata lain,peristiwa dan keadaan itu merupakan fakta atau kondisi
yang sesungguhnya terjadi,bukan rekaan atau fiksi penulisnya.( Husnun N
Djuraid,2012,Panduan Menulis Berita,hal 9)

Dalam menulis berita,seorang wartawan harus mengedepankan fakta dan tidak


memasukkan opini atau pendapat pribadi. Fakta dan pendapat pribadi harus dipisahkan
secara tegas,bahkan dalam penulisan berita diusahakan tidak memasukkan pendapat
pribadi.Seorang wartawan mengemban tugas yang berat untuk menyampaikan sesuatu
secara utuh kepada khalayak pembaca melalui tulisan yang dipertanggung jawabkan.

a. Unsur Berita
Unsur berita sangatlah penting untuk diketahui sebelum menulis karena
akan menjadi panduan bagi seorang wartawan untuk memutuskan suatu
kejadian,informasi atau keadaan itu layak diberitakan atau tidak.Unsur berita
itu sebagai berikut :
1) Aktual
2) Kedekatan
3) Penting
4) Eksklusif
6) Ketegangan
7) Konflik
8) Human interest
9) Seks
10) Humor
11) Trend
b. Sifat Berita
1) Berita terjadwal,berita-berita yang sudah dijadwalkan pada waktu
tertentu.
Contoh : peringatan hari besar,konferensi pers sebelum pertandingan .
2) Berita Insidentil,berita yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
sama sekali.Contoh : kriminalitas,bencana alam,kecelakaan lalulintas
dll.
c. Jenis Berita
Berita mengalami segmentasi sesuai dengan perkembangan
masyarakat.Secara umum media cetak harin tak lepas dari berita-berita yang
sudah dibakukan dalam rubric yang tetap.Diantaranya :
1) Berita Politik,
adalah berita mengenai berbagai macam aktifitas politik yang dilakukan para
pelaku politik di partai poltik,lembaga legislative,pemetinthan dan masyarakat
secara umum.
2) Berita Ekonomi,
meskipun tidak banyak pembacanya,tapi ia punya segmen yang jelas,para
pebisnis,para pengambil kebijakan dan para pelaku dunia bisnis.
3) Berita Kriminal,
kriminalitas muncul sejalan dengan dinamika kehidupan manusia
modern.Dibeberapa media rubric criminal sengaja disembunyikan agar tidak
terlalu mencolok.
4) Berita Olahraga,
ketika masyrakat mulai bosan dengan berita politik dan criminal,berita
olahraga menjadi daya Tarik tersendiri.itulah sebabnya semua Koran
menempatkan berita olahraga dalam halaman khusus dengan tampilan yang
menarik
5) Berita Seni,Hiburan dan Keluarga,
berita ini menjadi primadona dalam beberapa tahun terakhir.Ini ditandai
dengan banyaknya tabloid hiburan yang menampilkan berita seluk beluk
kehidupan artis,fashion,dll
6) Berita Pendidikan,
dibanding materi yang lain ini bisa jadi berita yang paling tidak menarik.Namun
di kota yang memiliki banyak perguruan tinggi seperti Malang,Jogja,berita
pendidikan ditempatkan sebagai rubrik khusus dengan halaman tersendiri.
7) Berita Pemerintahan,
Meskipun hamper semua media cetak memuat aktifita pemerintahan,tapi
pemuatannya tidak dihalam khusus.Bisa jadi berita ini hanya sebagi pelengkap
karena tidak terlalu penting.Tapi banyak kepala daerah di pemerintahan yang
sering mengeluarkan pernyataan kontroversial sehingga banyak diliput media.

1.2 Menulis Berita


Untuk melihat macam berita,ditentukan oleh materi,kejadian,sifat peristiwa
dan cara penulisannya,macam-macam berita :
1) Berita langsung ( straight news ) : Berita utama yang sangat penting yang harus
disampaikan kepada pembaca ditempatkan di halaman depan.Contoh : “Wapres :
Harga BBM tidak naik,pertamina harapkan kenaikan kurang dari 10 persen untuk
nonsubsidi.Headline Kompas 23 April 2006”
2) Berita ringan ( soft news ) : Beita yang menampilkan sesuatu yang menarik,penting
dan bersifat informative.Penulisannya tidak terlalu panjang,mungkin tidak lebih dari
tiga alinea.Contoh : Rekor baca nonstop 103 jam.Jawa Pos 25 April 2006,hal 1.
3) Berita Kisah (feature) : Tulisan mengenai kejadian yang dapat menggugah perasaan
da menambah pengetahuan pembaca melalui penjelasan yang
rinci,lengkap,mendalam dan tidak terpengaruh waktu.

5W + 1 H
Pelajaran dasar menulis berita dimulai dengan pengenalan bagian berita yang sangat
popular, yaitu 5W+1H (What,Where,When,Who,Why,and How).Dari bahan-bahan yang
diperoleh kemudian dipilah-pilih disesuaikan dengan rumus diatas.

Konstruksi Kalimat
Ada tiga bagan penting dari sebuah berita
1) Lead atau kepala berita,adalah kalimat yang menjadi bagian yang terpenting dari
sebuah berita sehingga menempati alinea pertama dari sebuah berita.untuk
mempermudah,banyak wartawan yang mengedepankan unsur who.Ini merupakan
cara paling mudah sebelum masuk menggunakan unsur yang lain.Hal ini tak lepas
dari kultur kita yang memberi tempat terhormat kepada tokoh dengan
menempatkannya di bagian awal.Model penempatan tokoh sebagai lead berita ini
sering dipakai untuk berita di media elektronik,terutama radio.fungsi lead disini
adalah sebagai penarik minat pembaca.
            Penulisan Lead,
a. Berisi kalimat langsung yang mudah dimengerti Pembaca.
b. Mencakup unsur 5W 1H.
c. Ditempatkan pada alinea pertama.
d. Maksimal tiga kalimat yang tidak bertele-tele.
e. Merupakan bagian yang terpenting dari berita.
2) Isi Berita,
Isi berita memang tidak lepas dari unsur 5W1H akan tetapi tidak selalu bisa
dipakai seterusnya.Tentang apa yang terjadi dan keterangan waktu cukup hanya
sekali disebut dalam lead,begitu juga keterangan tempat.Sementara keterangan
tokoh memang tetap disebutkan tapi tidak menyebutkan nama secara langsung atau
lengkap.Untuk penulisan tokoh harus jeli dan akurat.Penulisan ejaan harus
diperhatikan.Dan tak kalah pentingnya adalah penulisan nama gelar akademik,adat
atau keagamaan.
Penulisan nama sumber berita secara lengkap cukup hanya di dalam
lead,selanjutnyan penulisan nama itu cukup hanya dengan kata ganti atau panggilan
akrab seperti cak nun untuk Emha Ainun Najib,Bendol untuk Benny Dollo dsb.
Selanjutnya adalah pengembangan what,why,how.wartawan harus jeli melihat apa
yang terjadi.Kata kunci untuk menguak sebuah peristiwa lebih jauh adalah
why.Dengan pertanyaan ini akan terkuak apa saja yang ada dibalik kejadian.Selain
Why,wartawan juga bisa memancing dengan pertanyaan How.Pertanyaan ini
mendeskripsikan kondisi atau situasi di balik peristiwa.           
3) Membuat Kutipan
Layaknya sebuah berita,maka harus ada kutipan yang berasal dari pertanyaan
langsung sumber berita.Sesuai prinsip berita berasal dari fakta, maka pertanyaan
sumber berita harus ditulis secara langsung.Penulisan kutipan langsung teknisinya
menggunakan tanda kutip diawal kalimat dan di akhir kalimat.Setelah tanda kutip
disertai kata yang menjelaskan bahwa kalimat itu ucapan sumber berita dengan
kata : katanya,ucapnya,ujarnya dll.
Contoh : “Saya berterima kasih ada gontor di Indoneisa” kata Jokowi di hadapan
ribuan santri gontor.

1.3 Meliputi Berita


Bagian lain dari proses pembuatan berita adalah meliput sebuah peristiwa
sebagai bahan untuk menulis berita.Liputan ini bisa untuk peristiwa,misalnya
pertandingan sepak bola,kecelakaan,kebakaran,kerusuhan dan sebagainya.Tapi juga
dalam bentuk wawancara menemui salah satu sumber berita.Dibutuhkan kesiapan
khusus untuk bisa melakukan interaksi dengan baik.Liputan dengan menemui
sumber berita bisa jadi sebuah pekerjaan yang berat.Tidak sedikit diantara mereka
yang mengalami krisis kepercayaan diri karena harus menghadapi orang asing yang
belum dikenal.
Seorang wartawan harus cepat dan tanggap mengenal berita sebagai
kemampuan indra warta ( sense of news ).Indra warta inilah yang akan menjadi
factor yang menentukan berhasil tidaknya seorang wartawan dalam menjalankan
tugasnya.Keahlian ini tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat,tapi harus melalui
proses berkelanjutan.

Pengalaman dilapangan akan mengasah indera warta.Untuk itu dibutuhkan


kemampuan  :
1.      Mengenal berita diantara berbagai informasi dan fakta yang dijumpai di
lapangan.
2.      Tahu tempat untuk mencari fakta berita.
3.      Tonjolkan bagian yang paling menarik.
4.      Membuang bagian yang tidak penting.

Hal-hal yang diharus persiapkan sebaik-baiknya sebelum melakukan liputan


1.      Penampilan
2.      Percaya Diri
3.      Menguasai Masalah

1.4 Wawancara
Wawancara adalah kegiatan liputan untuk mendapat informasi dari sumber berita
mengenai sebuah masalah.Hal ini terkait dengan kaidah bahwa berita merupakan
penyampaian fakta dan bukan opini.
Macam-macam wawancara : Berita factual, pribadi, biografi,
Wawancara menurut suasana : Diagendakan, Insidentil, Bersama, Jumpa Pers,
Jalanan, Telepon.
2. Menulis Hasil Diskusi / Seminar
1.1 Pengertian  Menulis Laporan Hasil Diskusi
Pada kegiatan pembelajaran yang lalu, kamu sering melakukan kegiatan
diskusi untuk membahas berbagai hal. Dalam kegiatan diskusi tersebut ada teman
yang berperan sebagai pembicara, moderator, dan ada notulis. Pembicara adalah
orang yang menyampaikan dan membahas topik permasalahan yang didiskusikan.
Moderator adalah orang mengatur jalannya diskusi. Notulis adalah orang yang
bertugas untuk membuat notula (catatan rapat/hasil diskusi).
Menulis laporan hasil diskusi adalah salah satu tugas seorang notulis. Laporan
yang disampaikan harus dapat menyajikan fakta secara objektif tentang keadaan atau
kegiatan yang telah dilaksanakan. Fakta objektif  yang disajikan menjadi tanggung
jawab notulis yang membuat laporan diskusi tersebut.

3. Menulis Makalah
1.1 Pengertian Makalah
Makalah merupakan tulisan yang berisikan prasaran, pendapat yang turut
membahas suatu pokok persoalan yang akan dibacakan dalam rapat kerja, simposium,
seminar, dan sejenisnya. Istilah makalah itu sendiri terkadang dikaitkan dengan karya
tulis di kalangan siswa/ mahasiswa, yakni segala jenis tugas yang berhubungan
dengan bidang studi, hasil pembahasan buku atau tulisan tentang suatu persoalan
(Ekosusili dkk, 1991 : 145, dalam Dalman, 2012 : 179).
Menurut Tanjung (2000 : 7, dalam Dalman 2012: 179) makalah adalah karya
tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis
secara sistematis dan runtut dengan disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah
ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditulis atas
inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, makalah adalah suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka
umum dalam suatu persidangan dan yang sering disusun untuk diterbitkan. Makalah
merupakan karya tulis pelajar atau mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas
sekolah atau perguruan tinggi.
Mardanu ( dalam Dalman 2012 : 32) bahwa proses berpikir ilmiah terdiri atas
(1) identifikasi masalah,  (2) pembatasan masalah, (3) penyusunan hipotesis, (4)
pengujian hipotesis, dan (5) penarikan simpulan. Dilihat dari cara berpikir, makalah
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu makalah hasil berpikir deduktif dan
makalah hasil berpikir induktif. Makalah hasil berpikir deduktif membahas masalah
atas dasar teori tertentu, atau menerapkan teori tertentu untuk memecahkan maslah
yang dipilihnya. Hal itu berbeda dengan makalah hasil berpikir induktif. Makalah
jenis ini membahas masalah dengan menyajikan deskripsi gejala, fakta dan data dari
pengamatan di lapangan (Dalman, 2012 : 32).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa makalah
merupakan kara tulis ilmiah yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik
tertentu yang ditulis secara runtut dan sistematis dengan disertai analisis yang logis
dan objektif.
1.2 Ciri-ciri Makalah
Secara umum, makalah yang baik ( berkualitas tinggi ) memiliki ciri umum
sbagai berikut:
 Akurat dan Menyeluruh ( Comprehensive ).
Artinya, makalah tersebut menyajikan fakta dan gagasan secara akurat, dan
membahas masalahnya secara lengkap dan tutas. Makalah tersebut juga telah
mengantisipasi pertanyaan yang akan diajukan calon pembaca mengenai topik
tersebut dan kemudian menjawabnya dengan baik.
 Memiliki Sumber Informasi yang Baik
Ini adala ciri yang paling penting dari setiap makalah. Makalah yang bagus
mengakui sumbangan penulis lain yang karyanya tentang topik itu telah diterbitkan.
Jika tidak melakuka hal itu dianggap sebagai praktek kesarjanaan yang buruk.
Makalah tersebut menggunakan sumber informasi yang beragam. Untuk semua fakta
dan gagasan yang bukan merupakan karya asli penulisnya diberikan kutipan. Kutipan
langsung diberikan secara jarang, dan dipilih untuk memberikan ilustrasi gagasan
penulis lain dalam bahasa mereka sendiri.
 Seimbang
Seimbang berarti makalah tersebut mambahas fakta, gagasan, dan sudut
pandang yang dibicarakan secara objektif dan seimbang, dengan memperhatikan
kekuatan dan kelemahan masing-masing. Makalah yang baik mungkin bersikap kritis
terhadap karya tulis sebelumnya, tetapi tidak memberikan kritik tanpa dasar dan
menyerang kepada penulis lain.
 Kreatif
Kreatif dalam pengertian ilmiah berarti bahwa makalah tersebut tidak sekedar
menyajikan fakta belaka tetapi ini tidak berarti bahwa informasi yang disajikan itu
“dikarang” atau tidak berdasarkan fakta. Dalam makalah yang berkualitas, fakta-fakta
itu ditata, dianalisis, dipadukan, dan digunakan sebagai dasar kesimpulan dengan cara
yang inovatif, kreatif, dan orisinil.
 Secara Teknis, Penulisan Benar.
Ini berarti makalah tersebut terbebas dari kesalahan gaya bahasa, tatabahasa,
tanda baca, penggunaan kata, dan ejaan.
 Tertata dengan Baik.
Berarti makalah tersebut memiliki tujuan yang jelas. Dalam makalah yang
berkualitas, materinya ditata secara logis, dengan kata-kata transisi yang  baik antara
bagian-bagiannya dan dengan kecepatan yang tepat (Dalman, 2012 : 133-134).

1.3 Jenis-jenis Makalah


Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan
menjadi tiga macam yaitu (1) makalah deduktif, (2) makalah induktif, dan (3)
makalah campuran (Dalman, 2012 : 136).
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada
kajian teoristis yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam hal ini, metode
berpikir yang digunakan adalah deduktif. Metode berpikir deduktif adalah metode
berpikir yang merapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Makalah induktif adalah makalah
yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan serta relevan
dengan masalah yang dibahas. Dalam hal ini, metode berpikir yang digunakan adalah
induktif, yaitu metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal
khusus ke umum.
Makalah campuran merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada
kajian teoristis digabung dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang
dibahas. Dalam hal ini, metode berpikir yang digunakan adalah deduktif-induktif
(campuran) yaitu metode yang digunakan dalam berpikir bertolak dari hal yang
bersifat umum menuju khusus kemudian disimpulkan kembali menjadi hal yang
bersifat umum.
Dalam pelaksanaanya, jenis makalah pertama yang sering digunakan.
Selanjutnya dilihat dari segi jumlah halaman, makalah dapat dibedakan menjadi
makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang memiliki jumlah halaman
lebih dari 20 halaman, sedangkan makalah pendek memiliki jumlah halama urang dari
20 halaman.
Menurut Soegandra (dalam Dalman 2012 : 136) jenis-jenis makalah dibedakan
menjadi berikut ini:
 Makalah Ilmiah
Makalah ilmiah pada umumnya digunakan sebagai karya tulis hasil studi
ilmiah yang berisi masalah dan pembahasan. Perlu diperhatikan bahwa dilihat dari
segi prinsip dan prosedur ilmiahnya, makalah ilmiah menyerupai laporan penelitian
sederhana. Makalah ilmiah biasanya ditulis sebagai suatu saran pemecahan masalah
secara ilmiah.
 Makalah Kerja
Makalah keja umumnya dibacakan pada seminar makalah kerja, dismapaian
dalam bentuk argumentasi dalam suatu hasil penelitian. Dalam makalah kerja yang
dibacakan itu harus ada masalah. Penyampain makalah kerja sudah memasukan
asumsi dan hipotetis untuk menjawab masalah.
 Makalah Kajian
Istilah ini dipakai untuk karya tulis ilmiah yang merupakan saran pemecahan
suatu masalah yang kontroversial tanpa maksud untuk dibaca dalam suatu seminar.

1.4 Cara Menyusun Makalah


Menurut Ekosusilo (1991 : 146, dalam Dalman 2012 :137) agar makalah dapat
tersusun secara sistematis, maka harus dipertimbangka hal-hal yang terkait dengan
cara penyusunan makalah tersebut. Permasalahan itu adalah bagaimana cara menyusu
pola pikir, pegumpulan da pengolahan data, penulisan makalah, dan peelitian akhir
makalah. Untuk menyusun makalah secara sistematis, harus memperhatikan tata
urutan penyajian makalah yang umumnya diawali dengan pendahuluan dan diakhiri
dengan penutup.
Secara terperinci pembabagan makalah tersebut adalah sebagai berikut
(dengan komposisinya dalam persen):

Pendahuluan………………………………… 15%
Permasalahan………………………………. 5 %

Pembahaan…………………………………. 65%

Kesimpulan dan saran…………………. 10%

Penutup……………………………………. 5 %

 Menyusun pola pikir


Untuk dapat menyusun pola pikir yang baik, maka kita harus memperhatikan
hal-hal berikut ini:
a) Mengenali persoalan
b) Menentukan tujuan dan ruang lingkup
c) Menentuka kepada siapa makalah diajikan.

 Pengumpulan bahan dan pengolahan data


Untuk dapat menyusun makalah dengan baik, maka kita harus mengumpulkan
bahan-bahan eferensi untuk mendukung argumentasi yang kita susun dalam makalah.
Bahan ini dapat diperoleh lewat bku-buku, majalah, surat kabar, bulletin, hasil
penelitian, dan sebagainya. Bahan yang dipilih hendaknya mendukung judul yang kita
ajukan, jangan sebaliknya tidak memilii kaitan langsung dengan makalah yang kita
buat.
 Penulisan makalah
Pada tahab penulisan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis
naskah, yaitu:
a) Gunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
b) Gunakan kalimat yang efektif, sehingga mudah dicerna oleh pembaca.
c) Uraian materi hendaknya berkoherensi.
d) Pembahasan singkat, jelas, tegas, dan jangan sampai bertele-tele.
e) Hindarkan kata-kata yang bobastis yang hanya akan menghamburkan isi makalah.

1.5 Koreksi Akhir Makalah


Sebelum makalah ditampilkan, sebaiknya dilakukan koreksi ulang terhadap
makalah yang disusun guna menyempurnakan makala. Tujuan dari koreksi ulang ini
adalah untuk mendapatkan hasil yang objektif. Dalam hal ini, penulis perlu membaca
ulang secara keseluruhan isi makalah tersebut sehingga dapat ditemukan kesalahan
berupa pengorganisasian isi, penulisan kalimat, hubungan amntarparagraf,
penggunaan diksi, penggunaan unsur mekanik (EYD), dan lain-lain (Dalman, 2012 :
138).

1.6 Sistematika Penulisan  Makalah


Menurut Zaenuddin (2004: 114-125, dalam Dalman 2012 : 186), format
penulisan makalah secara umum terdiri atas:
 Bagian Awal Makalah
a) Lembar Judul
Pada bagian ini memuat:
- Judul makalah
Judul merupakan nama yang melukiskan dengan singkat masalah yang ditulis.
Meskipun singkat, judul harus mencerminkan isi tulisan. Penulisan judul biasanya
dituliskan bersamaan dengan nama penulis pada halaman judul, selain ditempatkan
secara tersendiri pada halaman luar depan (kulit luar).
- Nama, NIM, NPM.
- Nama dan tempat perguruan tinggi dan keterangan untuk apa makalah ditulis.
- Tahun.

 Kata Pengantar
Kata pengantar belum termasuk dalam bagian bab pendahuluan, oleh karena
itu penempatannya harus di luar tubuh tulisan. Bagian ini umunya berisi tentang
pernyataan penulis untuk menyerahka hasil tulisannya kepada penerima tulisan;
gambaran umum tentang pelaksanaan tugas dan hasilnya, ucapan terima kasih kepada
semua pihak; tempat, tanggal, bula, dan tahun penyusunan tulisan itu; serta
penanggung jawab tulisan tersebut. Pada bagian paling akhir biasanya diakhiri dengan
harapan penulis atas teguran, kritik, dan saran-saran untuk perbaikan tulisan tersebut
pada pembaca.

 Daftar Isi
Daftar isi merupakan krangka tulisanyang terperinci yang telah ditulis, mulai
kata pengantar sampai bagian indeks. Daftar isi diletakkan pada halaman baru setelah
kata pengantar.
1) Daftar Gambar (jika ada)
2) Daftar Tabel
Bagian ini berisi keterangan tabel-tabel yang tercantum dalam tulisan. Yang disajikan
dalam bentuk tabel biasanya yang berupa jumlah, statistik, presentasi, dan lain-lain
(jika ada).

 Bagian Inti Makalah


Bagian inti makalah berisi tentang:

 Pedahuluan
Pendahuluan merupakan bagian dari makalah yang berusaha mengantarkan
pembaca ke arah pokok permasalahan yang disajikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalampendahuluan ini adalah sebagai berikut:
1) Umum
2) Maksud dan tujuan
3) Pendekatan
4) Ruang lingkup
5) Pengertian-pengertian
6) Tata urutan.
 Permasalahan
Permasalahan merupakan kesulitan yang ingin dipecahkan manusia, atau suatu
kenyataan yang tidak sesui dengan keinginan. Permasalah dalam suatu makalah perlu
mengikuti kreteria berikut ini:

1). Apakah masalah tersebut berguna untuk dipecahkan?

2). Apakah penulis memiliki kepandaian/kemampuan untuk memecahkan?

3). Apakah permasalahan tersebut menarik untuk dipecahkan?

4). Apakah permasalahan tesebut memberikan sesuatu yang baru apabila dipecahkan?

5). Untuk memacahkan permasalahan tersebut apakah cukup data yang tersedia?

 Pembahasan
Pembahasan merupakan isi dari makalah, berupa uraian yang relevan dengan
ruang lingkup, uraian yang membahas pemecahan masalah sesuai dengan isi topik.
Pembahasan juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengurangi permasalahan yang
diajukan. Pembahasan yang baik harus berorientasi pada pokok permasalahan yang
disoroti selain harus disusun dengan bahasa yang baik, jelas, dan singkat. Untuk
memperjelas permasalahan, penulis makalah harus dapat memperjelas uraiannya
dengan menggunakan contoh-contoh.
 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan disesuaikan dengan kajian masalah yang telah dikemukakan.
Kesimpulan hendaknya dibuat secara sederhana dan sistematis, sehingga pembaca
dapat memahami isi makalah dengan mudah. Ringkasan itu hendaknya menyatakan
kembali secara ringkas tujuan makalah, setiap hipotesis yang diuji, materi dan metode
penelitian yang digunakan, dan hasil yang diperoleh.kesimpulan ditarik berdasarkan
hasil/temuan penelitian tersebut. Sedangkan sarana merupakan anjuran-anjuran
yanmg bersifat realistis demi perbaikan makalah tersebut dan manfat makalah tesebut
bagi pembaca umumnya.
 Penutup
Penutup meupakan bab atau bagian paling akhir dari suatu makalah. Penutup
hendaknya ditulis secara singkat dan ringkas sebagai penegasan apa yang telah diulas
atau dibahas dalam makalah tersebut.
 Bagian Akhir Makalah
Bagian akhir makalah semua daftar rujukan dan lampiran jika ada.
 Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi smua kepustakaan yang diperunakan dalam penulisan.
Sumber kepustakaan ini dapat acuan dalam penulisan makalah yang baik dari buku,
surat kabar, internet, dan sumber tertuls lainnya. Penulisan daftar pustaka hendaknya
memenuhi kaidah yang lazim dalam penulisan ilmiah. Penulisan disusun secara
alfabetis, dari A ampai Z, dengan patokan huruf pertama dari nama keluarga
penulisnya. Secara keseluruhan penulisan daftar pustaka itu berturut-turut sebagai
berikut:
1) Nama pengarang dengan mencantumkan nama akhir dan tanpa menggunakan
gelar atau derajat kesarjanaannya. Penulisan harus dibalik dengan disertai
penggunaan tanda koma (,) dan diakhiri dengan tanda titik (.).
2) Setelah nama pengarang tercantum, maka dituliskan tahun penerbitan buku
tersebut dan diberi tanda titik (.).
3) Setelah penulisan tahun terbit, dicantumkan nama buku tersebut dengan disertai
garis bawah atau huruf miring, semua diketik dengan huruf kecil, kecuali huruf
pertama judul dan subjudul dan tanda petik (“….”) apabila merupakan juduk
artikel yang dimuat dalam surat kabar atau majalah dengan disertai tanda titik (.).
4) Setelah nama buku tercantum, maka dituliskan kota penerbitan buku atau majalah
tersebut diterbitkan dan disertai tanda titik (.).
5) Pada  bagian akhir, setelah dicamtumkan kota, maka dicantumkan kota penerbitan
dicantumkan penerbit mana yang menerbitkan buku atau majalah tersebut dan
diakhiri dengan tanda titik (.).

Contoh penulisan daftar pustaka

Barthes, Rolland. 1980. S/Z An Essay. New York: Hill and Wang.

Jika nama pengarang lebih dari satu maka diikuti kata et.al. atau dkk dalam kurung.

Contoh

Suroso, Hadi (et.al.). 1988. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. Katen: Intan.

Idris, ZH (dkk.). 1982. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

 Lampiran-lampiran
Lampiran atau sering disebut appendiks biasanya disusun setelah daftar
pustaka dan sebelum indeks dengan memberikan tulisan “lampiran”, nomor urut
lampiran, dan judul lampran. Lampiran ini berisikan tentang tabel-tabel yang tidak
tercantum dalam teks atau perincian perhitungan yang tidak terjabarkan dala hitungan
statistik. Selain itu, lampiran berisi pula gambar-gambar, bagan, peta, instrumen
penelitian, transkipsi, pegangan kerja, rancangan penelitian, riwayat hudup, dan lain-
lain.
1.7 Teknik Kutipan
Menurut Ekosusilo, dkk. (1991 : 37, dalam dalman 2012 : 192), kutipan
berfungsi sebagai pendukung penulisan makalah. Teknik kutipan dapat dilakukan
melalui langsung dan tidak langsung.
 Kutipan Langsung
Yang dimaksud kutipan langsung adalah kutipan dari buku atau tulisan yang
harus sama dengan aslinya baik dengan susunan kata-katanya maupun tanda bacanya.

Contoh :
Menurut sunarto, dalam bukunya berjudul perpajakan (2002:46), yang dimaksud objek pajak
adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis diterima atau diperoleh
wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk komsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.

 Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung adalah kutipan dengan mengambil pendapat/uraian dari
buku/sumber lain yang penyajiannya dengan bahasa sendiri.
Contoh:
Sehingga ada tiga kategori pembagian barang dan jasa menurut hubungannya, yaitu
barang komplementer, barang substitusi, dan barang bebas (James,2001).

1.8 Format Kutipan


Pada umumnya, format dasar suatu kutipan terdiri atas (penulis, tahun) atau
(para penulis, tahun). Sebagai contoh, (Brackman,1980) atau (Gonick &
Wheelis,1983). Dalam menulis kata penghubung untuk dua pakar yang dikutip dalam
satu sumber, kebanyakan editor lebih suka menggunakan tanda “&” daripada kata
“dan”. Berikut ini adalah beberapa penyempurnaan dan pengecualian atas prinsip
dasar di atas.
1) Apabila ada lebih dari dua penulis, anda hendaknya menggunakan “et.al.”
2) Untuk menyetir beberapa sumber fakta atau gagasan, letakkan semuanya dalam tanda
kurung yang sama dan pisahkan masing-masing dengan tanda titik-koma.urutan
sumber itu berdasarkan tanggal penerbitannya dan secara alfabetis bila ada dua
sumber yang bertahun penerbitan sama.
3) Ketika menyetir dua atau lebih karya tulis dari seorang penulis, sebutkan nama
penulis itu sekali saja dan pisahkan tahun penerbitan karya itu dengan koma.
4) Nomor halaman biasanya tidak digunakan kecuali untuk kutipan langsung.
5) Apabila menyebutkan nama penulis di dalam teks makalah, sertakan hanya tahun
penerbitannya saja, sesudah namanya.

Format penulisan karya ilmiah berbeda dengan masing-masing institusi, namun pada
intinya format yang berbeda itu bukan berarti tidak ilmiah karena memiliki tujuan yang sama.
Jadi, isi tulisannya tetap ilmiah, meskipun formatnya berbeda. Dalam hal ini buku-buku yang
perlu dijadikan rujukan dan perlu dikuasai oleh semua penulis adalah buku EYD, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4. Menulis Artikel Seminar dan Jurnal


Pencapaian tertinggi dalam sebuah karya ilmiah adalah ketika
dipublikasikan. Dengan publikasi jurnal ilmiah tidak hanya sebagai prasyarat
akreditasi dan angka kredit melainkan juga memperkaya literasi keilmuan yang
ada. Meskipun demikian dalam publikasi sebuah karya ilmiah terdapat beberapa
etika yang perlu diperhatikan. Salah satu bentuk publikasi ilmiah adalah jurnal.
Tidak semua artikel hasil penelitian dapat dikatakan sebagai jurnal ilmiah.
Sebelum melakukan penulisan artikel pada jurnal ilmiah biasanya akan melakukan
telaah pustaka terkait dengan teori dan penelitian terdahulu sesuai dengan bidang
keilmuan yang menjadi masalah penelitian.
Menulis hakikatnya merangkai ide dengan bantuan kata, kalimat, dan
paragraf. Kata, kalimat, dan paragraf merupakan “wadah” untuk menyampaikan
ide. Ide-ide itu terangkai dalam proposisi-proposisi yang kemudian diungkapkan
dengan kalimat dan paragraf-paragraf. Pada saat yang sama, kita mengenal fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur. Hasil pemikiran dan atau kajian selanjutnya
dituangkan dalam bentuk makalah, laporan penelitian, artikel atau wujud karya
ilmiah yang lain.
Ada tujuh hal penting agar dapat menghasilkan tulisan yang bermutu.
Bermutu artinya karyanya berkualitas baik, yaitu isinya benar, akurat, cermat,
rinci, mendalam atau analisisnya tajam, mudah dipahami/diikuti oleh alur
berpikirnya, terbebas dari plagiasi.
Tulisan benar artinya benar menurut hukum agama dan landasan
keilmuan masing-masing. Akurat, artinya, data yang disajikan atau hasil
penelitian yang dikutip atau gagasan yang dikemukakan dapat
dipertanggungjawabkan. Cermat, artinya, teliti yakni tidak ada yang kurang atau
berlebih atau tidak ada yang salah tempat atau salah kutip halaman sekalipun.
Rinci, artinya setiap bagian atau aspek yang disuguhkan dijabarkan ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil sesuai dengan cakupan atau rinciannya masing-
masing. Selanjutnya, jabaran yang rinci tersebut masing-masing dijelaskan secara
mendalam melalui analisis yang tajam, jelas ide pokoknya.
Terakhir, tulisan harus terbebas dari plagiasi. Artinya, bila mengutip pendapat
orang lain, atau data orang lain atau data lembaga, atau temuan orang lain, wajib
dilakukan secara hati-hati dan cermat dengan memperhatikan cara-cara pengutipan
dan perujukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjerumus
ke perilaku plagiasi, baik disengaja maupun tidak.
Artikel untuk jurnal ilmiah dibedakan menjadi dua jenis, yakni artikel
hasil penelitian dan artikel gagasan konseptual (artikel review). Kedua jenis artikel
itu mempunyai bahan dan komponen yang berbeda. Artikel hasil penelitian,
bahan dasarnya adalah laporan (sebuah) penelitian. Bertolak dari laporan
penelitian, penulis artikel mengolah laporan penelitian itu menjadi artikel hasil
penelitian. Sementara itu, artikel gagasan konseptual bahannya adalah gagasan
atau pemikiran penulis. Gagasan atau pemikiran penulis selanjutnya dipadukan
dengan gagasan-gagasan para penulis atau ahli sebelumnya. Bisa juga dipadukan
dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Bila ingin dimuat dalam jurnal ilmiah, artikel yang dikirimkan oleh
penulis kepada dewan penyunting jurnal harus bermutu. Selain bermutu, isi artikel
harus sesuai
dengan bidang cakupan jurnal yang dituju serta sesuai dengan panduan penulisan jurnal
yang dituju. Sekalipun bermutu, artikel ekonomi misalnya bila dikirimkan ke jurnal
ilmiah yang bidang cakupannya bahasa, artikel itu pasti tidak akan dimuat. Nah,
bagaimana
artikel yang bermutu?
KANDUNGAN KARYA ILMIAH
Terdapat beberapa unsur atau kandungan karya ilmiah (makalah, laporan
penelitian, artikel, buku, atau bentuk lainnya), yang terdiri atas 9 unsur berikut.
1. Gagasan dan/atau klaim penulis. Gagasan ilmiah berupa pernyataan ilmiah penulis
mengenai suatu hal atau masalah atau konsep atau prosedur atau teori tertentu
yang dijelaskan lebih lanjut dengan menggunakan contoh atau ilustrasi atau
rincian atau bukti tertentu. Gagasan ilmiah ini sangat penting karena merupakan
unsur yang dapat membedakan dengan tulisan orang lain. Orisinalitas tulisan juga
akan muncul melalui gagasan ini.
2. Fakta (sekumpulan kejadian atau peristiwa nyata yang terkait dengan hal/entitas
tertentu yang sedang dijelaskan oleh penulis. Fakta bersifat sporadis.
3. Data penelitian (fakta yang tersusun sistematis, dikumpulkan dengan instrumen
tertentu untuk tujuan penelitian tertentu). Data bersifat sistematis.
4. Pandangan-pandangan ahli sebelumnya (pemikiran-pemikiran atau gagasan ahli di
bidangnya, baik yang telah teruji maupun belum, mengenai suatu hal atau
masalah atau konsep atau prosedur atau teori tertentu.
5. Hasil-hasil penelitian (data penelitian yang telah dianalisis dengan teknik tertentu
untuk menjawab rumusan masalah yg telah ditetapkan).
6. Teori-teori yang relevan, termasuk konsep-konsep dan prosedur yang relevan
(penjelasan sistematis yg komprehensif dan tuntas ttg suatu hal/fenomena/entitas
oleh pakar di bidangnya berdasarkan penelitian dan/atau gagasan-gagasan
ilmiahnya). 1-6 termasuk unsur isi.
7. Penalaran, merujuk kepada bagaimana isi KI itu diuraikan atau dijabarkan,
dihubung-hubungkan, dan disusun dalam jalinan yang padu dan sistematis.
Tulisan yang baik berawal dari organisasi gagasan yang baik. Organisasi gagasan
itu terbangun melalui penalaran penulisnya.
8. Bahasa, mencakup pilihan dan bentukan kata, kalimat, paragraf, dan penggunaan
ejaan/tanda baca secara cermat.
9. Tampilan visual, dapat berupa gambar, grafik, bagan, atau lainnya.

Artikel ilmiah adalah representasi penyampaian hasil pemikiran atas suatu objek
kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah
penulisan ilmiah. Artikel ilmiah memiliki beberapa dimensi/ aspek yakni (1) bentuknya bisa
berupa hasil penelitian atau gagasan konseptual secara analitis dan kritis, (2) menggunakan
bahasa tulis sebagai sarana penyajiannya, (3) ada sistematika yang dijadikan unsur pembeda
dengan karya ilmiah lainnya, dan (4) ada kaidah penulisan yang harus ditaati.
Dalam penulisan artikel ilmiah (hasil penelitian maupun konseptual/ non-penelitian)
perlu memperhatikan kaidah-kaidah penulisan baik yang bersifat universal (umum) maupun
yang bersifat khusus yakni norma-norma yang ditetapkan dan hanya berlaku bagi jurnal
tertentu (suatu jurnal memiliki kaidah dan norma yang mungkin saja berbeda dengan jurnal
yang lain). Bentuk artikel yang dimuat dalam jurnal umumnya dapat berupa hasil penelitian
atau hasil pemikiran konseptual terhadap suatu masalah yang dilakukan secara kritis dan
analitis.
DAFTAR PUSTAKA
Agam, Rameli. 2009. Menulis karya ilmiah. Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga.
Ichsan, dkk. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI). Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Masruri, Anis, dkk. 2004. Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi Fakutas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nasucha, Yakub, dkk. 2002. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Media
Perkasa.
http://punyablo.blogspot.com/2016/06/pengertian-menulis-laporan-hasil.html?m=1
A.R. Syamsudin. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 3. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Alwasilah, A. Chaedar, Senny Suzana Alwasilah. 2007. Pokoknya
Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Arsjad Maidar G., Mukti U.S. 2007. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dalman. (2012). Menulis Karya Ilmiah.  Bandar Lampung: UM Lampung Press.
………….. (2012). Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Hariadi, Kresna Langit. 2004. Mengarang Itu Gampang. Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Jabrohim dkk. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widiarti, Pangesti. 2005. Menuju Budaya Menulis. Yogyakarta: Tiara Wacana.

ASPEK PENTING DALAM ARTIKEL ILMIA

Anda mungkin juga menyukai