Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Konsep General Price-Level Accounting Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan (Mursalin)

PENGGUNAAN KONSEP GENERAL PRICE-LEVEL ACCOUNTING


DALAM MENILAI RELEVANSI LAPORAN KEUANGAN SUATU PERUSAHAAN

Mursalin *)

ABSTRAK

Sebagai negara yang menganut ekonomi terbuka, Indonesia memiliki masalah inflasi dari
tahun ke tahun. Sementara pencatatan akuntansi di Indonesia umumnya menganut historical
cost, dimana konsep ini tidak merngenal adanya perubahan seperti pengaruh inflasi tetapi
stable monetary unit yang mengakibatkan semua transaksi yang terjadi dicatat atas dasar
nilai nilai historis atau nilai yang di dapat saat terjadi transaksi. Ini menyebabkan dilema
relevansi laporan keuangan perusahaan. Untuk para investor dan pemain saham, untuk
mengetahui ketahanan perusahaan untuk menghadapi persaingan dan moneter yang tidak
dapat diprediksi, laporan tambahan berupa general price-level accounting atau dikenal
sebagai akuntansi tingkat harga umum sangat dibutuhkan. Konsep ini menyatakan bahwa
nilai sesungguhnya dari rupiah ditentukan oleh barang atau jasa yang dapat diperoleh, yang
biasa disebut daya beli. Dalam masa inflasi ataupun deflesi, jumlah barang atau jasa yang
dapat diperoleh berubah dengan nilai uang nominal yang konstan, yang berarti bahwa daya
beli rupiah berubah. Dengan adanya laporan tambahan ini tujuan dari pelaporan akuntansi
dapat dipenuhi, yaitu sebagai rujukan untuk membuat keputusan yang tepat.

Kata Kunci: Akuntansi Inflasi, Historical cost, General Price-Level Accounting.

A. PENDAHULUAN perusahaan yang menjual


Indonesia adalah salah satu sahamnya di pasar modal dapat
negara berkembang. Masalah diketahui melalui laporan
umum yang sering dihadapi keuangannya.
sebagai negara berkembang Laporan keuangan
adalah tingginya tingkat inflasi. merupakan informasi yang penting
Sejak krisis moneter tahun 1998 bagi pengguna laporan keuangan
hingga saat ini harga-harga di dalam rangka menilai kinerja
pasaran cenderung naik. perusahaan secara keseluruhan.
Pada saat ini pasar modal Informasi laporan keuangan
menjadi primadona yang dipilih dianggap memiliki nilai kualitas
investor untuk meninvestasikan informasi jika memenuhi dua unsur
modalnya. Namun untuk yaitu dapat diandalkan (reliable)
menginvestasikan modal dalam dan tepat waktu (relevance) bagi
saham tidak semudah membalik pengguna laporan keuangan.
telapak tangan. Investor harus Uniknya pencatatan
mengetahui kemampulabaan akuntansi di Indonesia menganut
perusahaan yang akan dibeli sistem akuntansi konvensional
sahamnya. Bagaimana ketahanan dimana laporan keuangan disajikan
suatu perusahaan dalam berdasarkan nilai historis (historical
menghadapi persaingan dan cost) yang mengasumsikan bahwa
moneter yang sulit diprediksi. harga-harga (unit moneter) adalah
Informasi mengenai suatu stabil. Akuntansi konvensional tidak

*) Dosen Tetap FE Univ-PGRI Plg 78


Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.2,Juli 2011 : 78 - 87

menagakui adanya perubahan ekonomi negara-negar


tingkat harga umum maupun berkembang pada umumnya masih
perubahan tingkat harga khusus. bercorak agraris. Sehingga,
Sebagai konsekuensinya, jika goncangan ekonomi yang
terjadui perubahan daya beli bersumber dari dalam negeri,
seperti pada periode inflasi, maka misalnya gagal panen (akibat faktor
laporan keuangan jika kita kembali eksternal penggantian musim yang
pada penjelasan diatas secara terlalu cepat, bencana alam, dan
ekonomis tidaklah relevan. sebagainya), atau hal-hal yang
Untuk mengatasi hal ini memiliki kaitan dengan hubungan
akuntansi inflasi menjadi suatu luar negeri, misalnya memburuknya
pedoman yang dapat diandalkan term of trade, utang luar negeri,
dalam menganalisa laporan dan kurs valuta asing, dapat
keuangan suatu perusahaan. menimbulkan fluktuasi harga di
Dalam artikel ini akuntansi inflasi pasar dalam negeri.
yang dibahas adalah general price- Fenomena struktural yang
level accounting (GPLA). disebabkan oleh kesenjangan atau
kendala structural dalam
B. LANDASAN TEORI perekonomian di negara
1. INFLASI berkembang, sering disebut
Secara umum pengertian dengan structural bottlenecks.
inflasi adalah suatu proses Structural bottlenecks terutama
kenaikan harga barang dan jasa terjadi dalam tiga hal (Admadja,
termasuk faktor-faktor produksi 1999), yaitu :
secara umum dan terus-menerus a. Pengeluaran pemerintah
selama periode tertentu dalam terbatas. Hal ini disebabkan
suatu perekonomian serta dapat oleh sektor penerimaan rutin
diukur dengan satuan mata uang. yang terbatas, yang tidak cukup
Inflasi merupakan untuk membiayai
kecenderungan harga-harga pembangunan, akibatnya timbul
barang dan jasa termasuk faktor- defisit anggaran belanja,
faktor produksi, diukur dengan sehingga seringkali
satuan mata uang yang semakin menyebabkan dibutuhkannya
naik terus-menerus. (Na’im, 2001). pinjaman dari luar negeri
Selanjutnya, inflasi adalah suatu ataupun mungkin pada
proses kenaikan harga barang umumnya dibiayai dengan
yang berlaku dalam perekonomian. pencetakan uang (printing of
(Sukirno, 2002). money).
Banyak studi mengenai b. Supply dari sektor pertanian
inflasi di negara-negara (pangan) tidak elastis. Hal ini
berkembang, menunjukkan bahwa dikarenakan pengelolaan dan
inflasi semata-mata merupakan pengerjaan sektor pertanian
fenomena moneter, tetapi juga yang masih menggunakan
merupakan fenomena struktural metode dan teknologi yang
atau cost push inflation. Hal ini sederhana, sehingga seringkali
disebabkan karena struktur terjadi supply dari sektor

79
Penggunaan Konsep General Price-Level Accounting Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan (Mursalin)

pertanian domestik tidak dicatat atas dasar nilai historis atau


mampu mengimbangi nilai yang di dapat saat terjadi
pertumbuhan permintaannya. transaksi. Di sisi lain disadari pula
c. Cadangan valuta asing yang bahwa stable monetary unit
terbatas (sedikit) akibat dari tersebut pada kenyataannya tidak
pendapatan ekspor yang lebih ada, apalagi pada negara yang
kecil daripada pembiayaan menganut ekonomi terbuka seperti
impor. Keterbatasan cadangan Indonesia.
valuta asing ini menyebabkan Penggunaan nilai historis
kemampuan untuk mengimpor dalam akuntansi keuangan
barang-barang baik bahan disebabkan karena beberapa
baku, input antara, maupun alasan (Harahap, 2007) :
barang modal yang sangat a. Relevan dalam pembuatan
dibutuhkan untuk pembangunan keputusan ekonomi. Bagi
sektor industri menjadi terbatas manajer dalam membuat
pula. Belum lagi ditambah keputusan masa depan
dengan adanya demonstration diperlukan data transaksi masa
effect yang dapat menyebabkan lalu.
perubahan pola konsumsi b. Nilai historis yang didasarkan
masyarakat. Akibat dari pada data obyektif dapat
lambatnya laju pembangunan dipercaya, dapat diaudit dan
sektor industri, seringkali lebih sulit memanipulasi bila
menyebabkan laju pertumbuhan dibandingkan dengan nilai yang
supply barang tidak dapat lain seperti current cost atau
mengimbangi laju pertumbuhan replacement cost.
permintaan. c. Karena telah disepakati
Dengan adanya structural berlakunya standar akuntansi
bottlenecks ini, dapat pada penggunaan nilai historis
memperparah inflasi di negara memudahkan untuk melakukan
berkembang dalam jangka perbandingan baik antara
panjang. Oleh karena itu fenomena industri maupun antar waktu
inflasi di negara-negara yang suatu industri.
sedang berkembang kadangkala Kelemahan penggunaan
menjadi suatu fenomena jangka nilai historis (Harahap, 2007)
panjang, yang tidak dapat antara lain :
diselesaikan dalam jangka waktu a. Adanya pembebanan biaya
yang pendek. yang terlalu kecil karena
pendapatan suatu hal tertentu
2. HISTORICAL COST pada saat tertentu akan
Sudah dibahas pada dibebani biaya yang didasarkan
pendahuluan bahwa dunia usaha pada suatu nilai uang yang
pada umumnya selalu telah ditetapkan beberapa
mendasarkan diri pada historical periode yang lalu pada saat
cost yaitu asumsi adanya stable pencatatan terjadinya biaya
monetary unit yang mengakibatkan tersebut.
semua transaksi yang terjadi

80
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.2,Juli 2011 : 78 - 87

b. Nilai aktiva yang dicatat dalam 3. GENERAL PRICE-LEVEL


neraca akan mempunyai nilai ACCOUNTING (GPLA)
yang lebih rendah apabila Di Indonesia, general price-
dibandingkan dengan level accounting dikenal sebagai
perkembangan harga beli uang akuntansi tingkat harga umum
terakhir. Di samping itu juga menyatakan bahwa nilai
terjadi perubahan-perubahan sesungguhnya dari Rupiah
kurs yang cepat atas aktiva dan ditentukan oleh barang atau jasa
passiva dalam valuta asing yang dapat diperoleh, yang biasa
yang dikuasai perusahaan disebut daya beli. Dalam masa
sehingga mengalami kesulitan inflasi atau deflesi, jumlah barang
dalam perhitungan selisih kurs atau jasa yang dapat diperoleh
yang tepat. berubah dengan dengan nilai
c. Alokasi biaya untuik depresiasi, nominal yang konstan, yang berarti
amortisasi akan dibebankan daya beli Rupiah berubah.
terlalu kecil dan mengakibatkan Akuntansi tingkat harga umum
laba dihitung terlalu besar. akan mengadakan penyajian
d. Laba atau rugi yang terjadi yang kembali komponen-komponen
dihasilkan oleh perhitungan laba laporan keuangan ke dalam Rupiah
atau rugi yang didasarkan pada pada tingkat daya beli yang sama,
asumsi adanya stable monetary namun sama sekali tidak
unit tersebut tidaklah riil apabila mengubah standar akuntansi yang
diukur dengan perkembangan digunakan dalam akuntansi
daya beli uang yang sedang berdasarkan nilai historis.
berlangsung. Penyesuaian atas besaran
e. Adanya stable monetary unit. keuangan untuk inflasi guna
Perusahaan tidak akan mencerminkan nilai harga umum
mempertahankan real capital- atau tingkat harga umum dan
nya dan ada kecenderungan penggunaan nilai yang telah
terjadinya kanibalisme terhadap disesuaikan tersebut dalam
modal sehubungan dengan akuntansi. Perubahan tingkat harga
pembayaran pajak perseroan umum dapat dihitung atau diukur
dan pembagian laba yang lebih dengan indeks harga. Indeks harga
besar daripada semestinya. yang biasa digunakan adalah
f. Menyalahi mathematical indeks harga konsumen, yaitu
principle karena berbagai suatu indeks yang menyajikan
himpunan yang tidak sama perubahan periodik dalam biaya
dijumlahkan menjadi satu. kelompok barang-barang terpilih
g. Di samping hal-hal di atas akan yang dibeli konsumen yang
timbul kesulitan-kesulitan bagi digunakan sebagai ukuran inflasi.
manajemen perusahaan apabila Penyusunan berdasarkan
harus mendasarkan pada nilai historis disesuaikan menjadi
laporan akuntansi yang disusun berdasarkan tingkat harga umum
atas dasar asumsi. dapat dilakukan dengan
mengkonversi nilai historis dengan
faktor konversi menjadi tingkat

81
Penggunaan Konsep General Price-Level Accounting Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan (Mursalin)

harga umum, dengan rumusan lain disajikan berdasarkan nilai


sebagai berikut : historis tidak mencerminkan
perubahan kemampuan atau
indeks sekarang daya beli (purchasing power)
Faktor konversi = dari bermacam-macam asset
indeks tahun dasar
dan klaim dalam perusahaan.
Sedangkan laporan yang
Dalam penyusunan
disajikan berdasarkan tingkat
berdasarkan tingkat harga umum
harga umum menyajikan data
perlu diperhatikan pos-pos yang
yang mencerminkan purchasing
akan terpengaruh dengan adanya
power dari asset dan klaim
penurunan daya beli Rupiah
mata uang tertentu pada akhir
(Harahap, 2007), yaitu :
periode.
a. Monetary assets, seperti kas b. Conventional historical-cost
ditangan, surat-surat berharga, accounting tidak mengukur
dan pos-pos piutang dan lain-
pendapatan (income dengan
lain sifatnya sebagai dormant sewajarnya sebagai hasil
account akan mengalami
matching Rupiah dalam laporan
pengaruh penurunan daya beli laba atau rugi. Beban-beban
secara berarti karena rekening-
yang telah terjadi pada periode
rekening tersebut tidak dapat sebelumnya dikontrakan
lagi dinilai (di-appraisal).
dengan pendapatan-
b. Non monetary assets secara riil pendapatan yang umumnya
tidak mengalami pengaruh dicerminkan dalam nilai Rupiah
penurunan daya beli, tetapi dari tertentu pada saat ini. General
sudut akuntansi merupakan pos price-level accounting
yang terkena pengaruh menyediakan konsep matching
penurunan harga beli. Akan pendapatan dan beban yang
tetapi hal tersebut tidak menjadi lebih baik karena menggunakan
masalah yang serius karena nilai uang konstan (common
rekening-rekening tersebut value).
dapat dinilai. c. General price-level accounting
c. Assets dalam bentuk valuta relatif mudah diterapkan. Hanya
asing tidak dipengaruhi oleh sekedar mengganti ‘nilai lama’
penurunan daya beli Rupiah dengan nilai saat ini’. General
karena dapat dinilai dengan price-level accounting
kurs yang terakhir. mencerminkan konsep terakhir
Kontroversi yang berkaitan dari prinsip akuntansi umum
dengan relevansi GPLA telah dan (general accepted accounting
masih berlangsung hingga saat ini. principles). Sebagai akibatnya,
Sejumlah argumentasi yang dirasa relatif lebih obyektif dan
mendukung telah dikembangkan dapat diuji kebenarannya.
(Richard dan Myrte, 1995) adalah : Karakteristik tersebut yang
a. Laporan keuangan yang tidak menyebabkan general price-
disesuaikan dengan tingkat level accounting lebih dapat
harga umum atau dengan kata diterima di banyak perusahaan

82
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.2,Juli 2011 : 78 - 87

dibanding current-value mengiterpretasikan hal tersebut


accounting. secara penuh.
d. General price-level accounting b. Tingkat harga umum merubah
menyediakan informasi yang rekening hanya untuk
relevan bagi manajemen dalam perubahan dalam tingkat harga
evaluasi dan penggunaannya. secara umum dan tidak
Jadi laba atau rugi berdasarkan merubah rekening ke dalam
tingkat harga umum dihasilkan tingkat harga tertentu. Jadi
dari penanganan item-item penanganan laba dan rugi untuk
moneter yang merefleksikan asset-asset non-moneter tidak
respon manajemen terhadap diakui dan para pengguna data
inflasi. Pada akhirnya, general yang disesuaikan pada tingkat
price-level accounting harga umum mungkin
menyajikan pengaruh inflasi mempercayai bahwa perubahan
secara umum terhadap laba nilai-nilai telah berkorespodensi
dan menyediakan hasil dengan nilai-nilai saat ini.
investasi (rate of returns) yang c. Pengaruh atau akibat adanya
lebih realistis. Relevansi lebih inflasi akan berbeda dalam
berkepentingan dengan masa berbagai perusahaan.
sekarang dan masa mendatang, Perusahaan-perusahaan yang
karena itu informasi yang insentif modal akan lebih
didasarkan pada nilai histories dipengaruhi oleh inflasi
dianggap kurang relevan untuk disbanding dengan perusahaan-
tujuan pengambilan keputusan perusahaan yang dipenuhi
khususnya dalam kondisi dengan asset-asset jangka
ekonomi yang cenderung pendek.
mengalami inflasi. d. Biaya-biaya diimplementasikan
Di sisi lain, penolakan lebih besar dari nilai pokoknya
terhadap general price-level dalam general level-price
accounting didasarkan pada accounting dibanding benefit-
beberapa argumentasi (Harahap, nya.
2007) sebagai berikut : Beberapa peraturan yang
a. Kebanyakan studi empiris dikeluarkan oleh Financial
mengidentifikasi bahwa Accounting Standard Board (FASB)
relevansi dari informasi tingkat di Amerika Serikat juga masih tidak
harga umum lemah atau memberikan kepastian mengenai
dengan kata lain tidak dapat perlu tidaknya penggunaan general
diterima. Penelitian-penelitian price-level accounting, diantaranya:
selanjutnya diharapkan lebih a. Statement No. 33 yang
dapat memberikan jaminan mengharuskan beberapa
sebelum adanya kesimpulan perusahaan tertentu untuk
yang dapat dicapai sehubungan menyajikan informasi tambahan
dengan tingkat relevansi dengan menggunakan general
informasi tingkat harga umum price-level accounting dan
dan kemampuan untuk current cost accounting.

83
Penggunaan Konsep General Price-Level Accounting Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan (Mursalin)

b. Statement No. 89 menyatakan satu konsep akuntansi inflasi yang


bahwa informasi tambahan merubah satuan pengukuran, tetapi
dengan general price-level tetap mempertahankan model
accounting dan current cost pelaporan atas dasar historical
accounting sebaiknya disajikan cost. Tujuan pendekatan ini adalah
tetapi tidak diharuskan. untuk mempertahankan nilai modal
Pernyataan Standar menurut harganya yang tetap
Akuntansi Keuangan di Indonesia dengan ukuran indeks harga.
bahwa informasi tambahan antara Dalam GPLA, akun-akun
lain mengenai pengungkapkan dalam laporan keuangan historis
pengaruh perubahan harga bersifat dikelompokkan menjadi pos
tidak mengikat. moneter dan pos non moneter,
kemudian diperlakukan sesuai
C. PEMBAHASAN dengan karakteristiknya. Akun
Laporan keuangan (financial moneter tidak terpengaruh
statement) yang selama ini kita perubahan harga umum yang
kenal adalah laporan yang lebih berlaku. Pemilikan akun-akun
mengedepankan unsure keandalan moneter akan menimbulkan
(reliabilitas) daripada relevansinya. keuntungan atau kerugian daya
Oleh karena itu, salah satu prinsip beli. Sebaliknya, akun non moneter
penyusunan laporan keuangan terpengaruh perubahan harga,
digunakan adalah biaya historis nilainya tidak mencerminkan tingkat
(historical cost). Artinya, laporan harga umum yang berlaku,
keuangan disusun berdasarkan sehingga harus disesuaikan
harga perolehannya (historical dengan suatu faktor konversi yang
cost). Konsep ini mengabaikan mencerminkan tingkat harga umum
adanya inflasi yang nyata-nyata yang berlaku berupa indeks harga
terjadi pada setiap Negara. Inflasi konsumen.
akan mempengaruhi nilai dari Kas dan piutang dagang
setiap angka yang terjadi dalam tidak perlu disesuaikan dengan
laporan keuangan yang membuat perubahan daya beli, tetapi pada
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang
laporan keuangan menjadi dibandingkan perlu adanya
terdistorsi. kesamaan daya beli. Penyesuaian
Seperti yang dibahas ini dilakukan dengan cara sebagai
sebelumnya, GPLA merupakan berikut :

Angka indeks pada tahun I


x kas / piutang dagang
Angka indeks pada tahun dasar

Persediaan dikonversikan dengan cara sebagi berikut :

Angka indeks pada tahun ini


x harga perolehan persediaan
Angka indeks saat perolehan

84
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.2,Juli 2011 : 78 - 87

Besarnya harga perolehan Pembayaran dimuka


persediaan tergantung dengan (prepayment) disajikan dalam
metode yang digunakan (FIFO, laporan keuangan sesuai dengan
LIFO, Rata-rata, dan lain-lain) dan perubahan daya beli saat dilakukan
penggunaan metode tersebut harus pembayaran. Nilai konversinya
konsisten. adalah :

Angka indeks pada tahun ini


x pembayaran dimuka
Angka indeks saat pembayaran

Investasi disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan perubahan daya


beli saat investasi terjadi. Penyajiannya dalah sebesar :

Angka indeks pada tahun ini


x nilai investasi
Angka indeks saat investasi terjadi

Aktiva tetap dalam laporan keuangan disajikan sesuai dengan perubahan


daya beli saat aktiva tersebut dimiliki. Besarnya nilai konversi adalah :

Angka indeks pada tahun ini


x harga perolehan aktiva tetap
Angka indeks saat aktiva dimiliki

Hutang lancar tidak perlu Kontrak


dinilai kembali karena sudah pemeliharaan/langganan
secara langsung mengikuti (advances on maintenance
perubahan daya beli kecuali contracts) diukur dengan nilai
apabila ingin dibandingkan dengan konversi sebesar :
laporan keuangan lainnya.

Angka indeks pada tahun ini


x kas yang dibayar
Angka indeks selama masa pemeliharaan

Hutang jangka panjang tidak (tax savings) dan disajikan dalam


perlu dinilai kembali karena sudah laporan keuangan setelah
secara langsung mengikuti daya disesuaikan dengan perubahan
beli kecuali apabila ingin daya beli sebesar nilai yang akan
dibandingkan dengan laporan dibayar, sehingga pajak yang
keuangan lainnya. ditangguhkan tidak perlu lagi
Pajak yang ditangguhkan disesuaikan dengan perubahan
(differed income taxes) dilaporkan daya beli.
dalam neraca sebesar jumlah Modal saham preferen dapat
akumulasi dari penghematan pajak digolongkan sebagai elemen

85
Penggunaan Konsep General Price-Level Accounting Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan (Mursalin)

moneter dan elemen non moneter D. KESIMPULAN


tergantung keadaannya. Modal Kesimpulan yang dapat
saham biasa diukur dengan selisih diambil adalah pada masa inflasi,
antara total aktiva yang telah laporan keuangan GPLA lebih
disesuaikan dengan perubahan informatif dibanding historical cost,
daya beli dengan total hutang yang namun material atau tidaknya
telah disesuaikan dengan perbedaan yang ditimbulkan GPLA
perubahan daya beli ditambah tergantung pengaruhnya terhadap
modal saham preferen. perusahaan tersebut, sehingga
Pendapatan dan biaya dapat GPLA bukan dimaksudkan untuk
diklasifikasikan menjadi dua mengganti laporan keuangan
kelompok yaitu elemen moneter historical cost, tetapi hanya sebagai
dan non moneter. Sifat dari akun- supplement report untuk digunakan
akun tersebut menjadi dasar dalam sebagai informasi dalam
pengklasifikasiannya. Laporan pengambilan keputusan bagi pihak-
keuangan yang telah disusun pihak yang membutuhkan informasi
dengan metode general price-level laporan keuangan sehingga tujuan
accounting dibandingkan dengan dari pelaporan akuntansi terpenuhi.
laporan keuangan yang disusun Hal ini didasari oleh Pernyataan
dengan historical cost accounting. Standar Akuntansi Keuangan di
Kedua laporan keuangan dianalisis Indonesia bahwa informasi
dengan menggunakan NOD tambahan antara lain mengenai
(number of dollar) attribute untuk pengungkapan pengaruh di
mengetahui bahwa laporan perubahan harga bersifat tidak
keuangan tersebut interpretatif dan mengikat.
dianalisis dengan COG (commond
over good) attribute untuk E. REFERENSI
mengetahui bahwa laporan
keuangan tersebut relevan. Ainun, Na’im. 2001. Akuntansi Inflasi.
Dari hasil analisis tersebut Edisi 4. BPFE UGM. Yogyakarta.
selanjutnya dilakukan analisa. Atmadja, Adwin S. 1999. Inflasi Di
Elemen laporan keuangan Indonesia: Sumber-sumber
dikatakan relevan > 16 unit dan Penyebab dan
interpretatif bila selisih elemen Pengendaliannya. Jurnal
yang telah disusun berdasarkan Akuntansi dan Keuangan. Vol.
dollar konstan dibagi dengan selisih 1. No. 1. Hal. 54-67. Universitas
unit sama dengan indeks harga Kristen Petra. Jakarta.
konsumen. Apabila persentase Badriwan, Zaki. 2000. Intermediate
elemen-elemen dalam laporan Accounting. BPFE UGM. Yogyakarta.
keuangan yang sesuai dengan Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori
NOD attribute dan COG attribute > Akuntansi. Edisi Revisi. PT Raja
50%, maka laporan keuangan Grafindo Persada. Jakarta.
tersebut dapat dikatakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2007.
interpretatif dan relevan. Standar Akuntansi Indonesia.
Edisi 5. Salemba Empat.
Jakarta.

86
Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 8, No.2,Juli 2011 : 78 - 87

Kodrat, David Sukardi. 2006. Studi


Banding Penyusunan Laporan
Keuangan dengan Metode
Historical Cost Accounting dan
General Price-Level Accounting
pada Masa Inflasi. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 8.
No. 2. Hal. 78-91. Universitas
Kristen Petra. Jakarta.
Leng, Pwee. 2002. Analisis Terhadap
Perlunya Penyesuaian Laporan
Keuangan Historis
(Convensional Accounting)
Menjadi Berdasarkan Tingkat
Harga Umum (General Price-
Level Adjustment). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4.
No. 2. Hal. 141-155. Universitas
Kristen Petra. Jakarta.
Schroeder, Richard G. dan Clark, Myrtle.
1995. Accounting Theory: Text
and Reading. John Willey &
Sons. New York.
Sundjaja, Ridwan S. dan Barlian, Inge.
2003. Manajemen Keuangan.
Edisi 5. Literata Lintas Media.
Bandung.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori
Makro Ekonomi. Edisi 2. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta.

87

Anda mungkin juga menyukai