Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK FINISHING ANILIN


FINISHING KULIT BIAWAK GLAZING

DOSEN PENGAMPU :

Titik Anggraini, S.E., M.M.

Sofwan Sidiq Abdullah A.Md., ST, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Elza Rakhmanita (
Maulana Dwi Cahyo (
Chorynur Retmaningrum (2001011)
Sufaida Regina Nawang W (

WORKSHOP PASCA TANNING DAN FINISHING


TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulit mentah bersifat sangat rentan terhadap parasite dan kesalahan kesalahan
manusia yang dapat menyebabkan defek sehingga dapat mengakibatkan menurunnya
kualitas kulit. Kerusakan kulit tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas akhir
kulit dan proses penyamakan mulai dari perendaman hingga pengeringan tidak dapat
menutupi kerusakan atau defek kulit tersebut. sehingga cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi kerusakan atau defek tersebut yakni dengan dilakukan finishing
atau penyempurnaan.
Finishing merupakan serangkaian proses untuk melapisi permukaan suatu
benda, dimana proses tersebut dilakukan dimaksudkan agar dapat memberikan nilai
tambah pada produk itu sendiri. (Dadang ITS, 2009). Selain untuk menyembunyikan
kerusakan, finishing juga dapat meningkatkan sifat fisik kulit samak, melindungi dari
kotoran, noda, air, tekanan mekanis, serta menentukan produk akhir.
(griyanitasari,dkk, 2017). Proses finishing, selain dilakukan untuk kulit hide dan skin
juga dilakukan pada kulit eksotik salah satunya adalah kulit biawak yang akan
digunakan sebagai raw material untuk praktikum ini. Kulit eksotik atau reptile seperti
kulit biawak harus memiliki permukaan rajah yang halus, patern natural, grain utuh,
disamak dengan penyamak krom (chrome tanned), atau metoda wet white, di-
retanning dengan zat penyamak nabati, syntan sebagai pengendali kemuluran agar
ketika dilakukan proses glazing, kulit tidak mengalami perubahan bentuk. Glazing
disebut proses yang bertujuan untuk meratakan atau menghaluskan grain sehingga
muncul efek shiny (bercahaya) menggunakan batu, kerang atau kaca (glass). Proses
glazing dilakukan untuk mendapatkan lapisan yang lebih glossy, halus pada
permukaan kulit dengan ditekan atau digososk secara manual ataupun dengan
menggunakan mesin glazing. Dan menggunakan binder protein casein yang berasal
dari susu sapi.
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami tahapan proses finishing aniline artikel kulit biawak
2. Mahasiswa mampu melakukan praktik finishing aniline artikel kulit biawak
3. Mahasiswa mampu membuat formula bahan finishing aniline artikel kulit biawak
4. Mahasiswa mampu mengoperasikan mesin glazing untuk proses finishing anilin
artikel kulit biawak

BAB II

MATERI DAN METODE

A. ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Spray gun 2 buah


2. Gayung 1 buah
3. Nampan 1 buah
4. Cepuk besar + tutup 1 buah
5. Cepuk kecil + tutup 1 buah
6. Sendok plastik 1 buah
7. Sumpit pengaduk 1 buah
8. Gelas + tutup plastik 3 buah
9. Spons 2 buah
10. Timbangan elektrik 1 buah
11. Kain saring 1 buah
12. Kompressor 1 buah
13. Meja miring 1 buah
Bahan

1. Air
2. Hustapol NID
3. Melio TOP 239
4. Gliserin
5. Melio TOP 297
6. PF
7. Aqualen TOP LN
8. polysocynate
9. 2 lembar kulit krus biawak
B. DATA BAHAN BAKU

Bahan Baku Formulasi :

1. Air
Air berwarna bening, tidak berbau, serta berkonsentrasi cair dengan fungsi untuk
mengencerkan bahan yang akan digunakan
2. Hustapol NID
Hustapol NID berwarna bening, tidak berbau menyengat, memiliki konsentrasi yang
dimiliki yaitu kental, bahan ini digunakan untuk membuka tegangan muka pada
proses clearing.
3. Melio TOP 239
Melio TOP 239 merupakan casein binder (protein) yang memberikan efek kilap
yang tinggi, mempunyai ketahanan gosok dan pegangan yang tinggi, dan bisa
digunakan pada base coat dan top coat
4. Gliserin (plastisizer)
Gliserin adalah plastisizer dengan penambahan gliserin pada saat base coat ataupun
medium coat kulit menjadi tidak terlalu kaku
5. Melio TOP 297
Melio TOP 297 adalah binder protein yang dimodifikasi karena sifatnya medium
hard, transparan serta mempunyai efek pegangan yang baik, binder ini dapat
digunakan pada saat top coat dan base coat
6. Glueteraldehyde (PF)
Merupakan bahan crosslinker yang digunakan pada tahapan proses top coat karena
dapat mempermudah kering antara lapisan dengan binder
7. Relca Wax Top B
Merupakan bahan yang memberikan efek yang kilap dan mempunyai efek pelapisan
serta efek lembut yang bagus, bahan ini bersifat thermoplastic maka memberi
pegangan yang elastis.

Bahan Baku Kulit :

Kulit Tebal (mm) Luas Feeling Kerataan % Defek Kualitas Keterangan


ke- (sqft) Touch Warna
(1-10) (1-10)
1. 0,78 2 7 Natural 15 3 Defek
terdapat
lubang pada
bagian
bahu,
terdapat
belah
punggung
2. 1,88 1 6 Natural 10 2 Defek
terdapat
kutu pada
bagian
leher,
lubang
bagian
bahu, dan
belh
punggung

C. FORMULASI DAN URUTAN PROSES

Product- Produk 1st coat 2nd coat 3rd coat 4th coat 5th coat (IF) Prosedu
Generic Paten r
H2O Air 980 790 600 485 490 1. Ulas
dengan
busa dan
keringka
n
Surfactant Hustapol 20 - - - - 2. Ulas
Anionic NID sebanyak
2x,
drying,
glaze
Soft Binder Melio - 200 - - - 3. Ulas
Protein TOP 239 sebanyak
2x,
drying,
glaze
Hard Melio - - 395 485 - 4. Ulas,
Binder TOP 297 drying,
Protein glazing
Plastisizer Gliserin - 10 10 10 - 5.
Penmabh
an PU
hanya
pada
salah
satu kulit
dan
sebagai
pemband
ing
glossy
pada
kulit

Crossed PF - - 20
lingker
Protein
Glutaralde
hyde
PU Glossy Aqualen - - - - 490
TOP
Crosslinker Polyisocy - - - - 20
agent PU nate
HASIL Setelah Base coat Mediu Top Coat Penamba
di berfungsi m coat berfungsi han PU
clearing mempersia berfung sebagai berfungsi
, kan dan si lapisan pemberi
teganga melindung sebagai atas yang efek
n i kulit pemben mempenga High
permuk untuk tuk film ruhi Glossy
aan masuk yang permukaan
kulit ketahap keras dan
menjadi selanjutnya sedang ketahanan
rendah soft binder dan pakai.
memiliki memilik
efek high i efek
glossy, mengkil
menimbul ap yang
kan nantiny
kenyamana a dioles
n, dan kembali
gliserin di TOP
sebagai coat.
pelindung
agar kulit
saat
diglazing
tidak
crack.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil Akhir per-bagian :

Kulit Kulit Kulit Setelah Kulit Kulit Setelah Kulit Setelah


Sebelum di Setelah Glazing Setelah PU Platting
Base Coat Glazing Medium Glazing Top
Base Coat Coat Coat

Hasil Akhir Sortasi Grading :

Kulit Tebal (mm) Luas Feeling Kerataan % Kualitas Keterangan


(sqft) Touch Warna Defek
(1-10) (1-10)
Glaze 0,39 2 9 Natural 10 2 Defek loose
Protei grain
n
Glaze 0,6 1 7 Natural 15 3 Defek
PU terdapat
lubang di
ekor, kutu,
dan proses
mekanik
pada bagian
perut.

B. PEMBAHASAN
CHORYNUR RETMANINGRUM / 2001011

Pada praktikum teknik finishing anilin ini digunakan artikel biawak glaze finish,
Istilah finishing dalam industry penyamakan kulit digunakn untuk mendeskripsikan
keseluruhan tahapan proses dan perlakuan untuk meningkatkan karakteristik dan keindahan
dari kulit jadi dan merubahnya menjadi barang yang sangat indah (BASF,2011).

Anilin diambil dari kata aniline yang merupakan bahan dasar untuk membuat
dyestuff, sehingga finishing aniline menunjukan bahwa pewarnanya menggunkan dyestuff
transparan. Berdasarkan alasan diatas finishing aniline lebih dititikberatkan untuk kulit
full grain, kualitas rajah yang baik, atau reptile natural untuk menonjolkan keindahan rajah
karena dyestuff yang transparan (Anggraini dkk, 2019).

Kulit reptil seperti biawak harus mempunyai rajah yang halus, patern dan
natural, grain – nya utuh, disamak dengan penyamak krom (chrome retanned), atau
metoda wet white, di retanning dengan zat penyamak nabati, syntan sebagai pengendali
kemuluran agar saat di glazing tidak mengalami perubahan bentuk. Kulit reptile yang akan
mengalami glazing selalu menggunakan binder protein casein, sifat lapisan keras
(thermosetting) sehingga perlu sedikit plastiziser dan perlu penambahan crossed lingker
agent aldehyde. Mengingat kulit reptile yang diutamakan patern dan marking rajahnya
maka harus tampak senatural mungkin sehingga harus menggunakan pewarna dyes atau
lake.

Glazing finish adalah salah satu jenis finishing berdasarkan teknik yang digunakan
yang memanfaatkan gosokan dari kaca pada mesin glazing untuk menghasilkan efek
khusus berupa permukaan yang mengkilat seperti kaca, namun dengan tekstur grain
(reptile) yang masih terjaga, biasanya hanya untuk kulit kualitas tinggi/ kulit reptile.

`Pada praktikum yang telah dilakukan artikel kali ini proses yang dilakukan yaitu
yang pertama adalah proses Buffing, Dalam proses buffing atau mengamplas pada bagian
permukaan flesh. Proses Buffing dilakukan untuk meratakan kulit terutama kulit biawak agar
memudahkan untuk proses glazing. Dalam mengamplas semakin kecil nomor amplas maka
akan semakin kasar kertas amplasnya dan hal ini memudahkan kulit menjadi lebih halus.
Disini menggunakan tahapan sebanyak dua kali, yaitu tahapan pertama menggunakan kertas
amplas nomor 120 dan tahap kedua dengan kertas amplas nomor 600.
Proses kedua yang dilakukan yaitu proses Clearing, dalam proses clearing merupakan
proses peningkatan daya serap air pada kulit, akibat penggunaan minyak berlebih atau
bahan water proof saat pasca tanning nya. Praktikum kali ini menggunakan air sebanyak 980
bagian dan surfaktan dengan produk paten Hustapol NID 20 bagian. Kedua bahan ini
dihomogenkan untuk kemudian dioleskan pada bagian grain kulit biawak dengan spons,
proses pengolesan dilakukan sebanyak dua kali, setiap tahapan setelah diulas langsung
dijemur sampai kering baru dilakukan ulasan kembali, ini dilakukan untuk semua tahapan
dalam proses finishing agar bahan finishing melekat dengan sempurna dan tidak
meluber akibat belum kering lapisan bawahnya.

Proses ketiga yang dilakukan yaitu proses pelapisan base coat, base coat merupakan
lapisan yang mendasari seluruh lapisan cat dan yang bertanggung jawab terhadap kekuatan
adisi cat tutup dengan kulit. Lapisan dasar harus mempunyai rekatan yang kuat dengan
permukaan kulit. Lapisan ini berpengaruh besar terhadap flexibility, pada umumnya lapisan
ini lebih soft dan elastis dibandingkan lapisan selanjutnya karena harus mengikuti
karakter asli kulit (Gerhard, 1996). Jenis binder yang digunakan pada lapisan base coat dalam
praktikum ini adalah binder yang bersifat thermoplastik, yang lemas dan lunak, serta
memiliki fleksibelitas tinggi. Formulasi yang digunakan dalam lapisan base coat ini yaitu air
790 bagian dan Soft Binder dengan produk paten yaitu Melio top 239 sebanyak 200 bagian,
serta ditambah plastisizer yaitu gliserin sebanyak 10 bagian dengan tujuan saat kulit di
glazing menjadi tidak pecah atau crack. Tetapi dalam menggunakan gliserin hanya sedikit
karena semakin banyak gliserin kulit akan semakin lemas dan elastis sedangkan artikel
biawak glaze finish membutuhkan kulit yang tidak terlalu lemas dan terlalu elastis. Proses
base coat dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan kemudian di oleskan ke bagian
grain kulit dengan spons. Dalam pengaplikasian base coat dilakukan secara dua kali, setelah
olesan pertama dikeringkan terlebih dahulu kemudian baru dilanjut olesan kedua, hal ini
memiliki tujuan supaya lapisan base coat dapat masuk merata pada kulit, dan setelah kering
lanjut untuk overnight kulit kemudian glazing yang diaplikasikan dengan menggunakan
mesin glazing yang nantinya agar kulit biawak dapat glossy secara maksimal.

Proses keempat yang dilakukan yaitu proses pelapisan medium coat, Medium coat
adalah lapisan tengah yang berfungsi memberi efek kilau pada kulit glazing. Pada tahap ini
digunakan bahan yang lebih keras dibandingkan dengan base coat karena hubunganya tidak
langsung ke kulit yang lemas melainkan ke lapisan base coat. Binder yang digunakan pada
medium coat adalah binder jenis hard binder dengan produk paten Melio Top 297. Pada
praktikum ini menggunakan air 600 bagian, Melio Top 297 sebanyak 390 bagian, dan
ditambahkan gliserin sebanyak 10 bagian. Penggunaan hard binder pada lapisan medium coat
harus memiliki sifat yang lebih keras dibandingkan dengan diatas namun masih termasuk
dalam golongan thermoplastik. Semua bahan di homogenkan untuk kemudian di ulas
sebanyak dua kali dan di overnight dan besoknya di glazing kembali agar kulit terlihat lebih
glossy.

Proses kelima yang dilakukan yaitu proses pelapisan top coat, Lapisan Top coat
adalah lapisan paling atas dan paling keras dari semua lapisan proses finishing. Lapisan
ini berfungsi sebagai perlindungan untuk kulit dari berbagai pengaruh luar seperti gesekan,
panas, air, bahan kimia, dan mikroorganisme. Pelapisan pada lapisan Top Coat praltikum kali
ini menggunakan hard binder dengan produk paten Melio Top 297 dan gliserin, serta
menggunakan glutaraldehyde dengan produk paten Novaltan PF. Novaltan PF adalah
plastisizer yang bertujuan untuk meningkatkan kemuluran dan elatisitas lapisan base coat
serta meningkatkan kepadatan lapisan cat tutup atau fullness juga mengurangi kelengketan.
Semua bahan di campurkan kemudian diulas 2 kali dan diovernight. Kemudian besoknya
dilakukan proses glazing top coat hingga permukaan menjadi benar high glossy.

Dikarenakan dalam praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan dari hasil
kedua kulit dalam ke-glossyannya, maka perlu dilakukan proses top coat lagi menggunakan
Poliurethane pada salah satu sampel kulit yang dianggap kurang glossy. Proses top coat ini
menggunakan bahan Air 490 bagian, Aqualen Top LN 490 bagian, dan polyisocyanate 20
bagian. Bahan Polyisocyanate adalah crosslinker yang bertujuan agar mempercepat
pengeringan kulit biawaknya, Aqualen Top LN merupakan jenis Poliurethane yang akan
menjadikan kulit high glossy dan memiliki durability yang tinggi. Semua bahan di
homogenkan dengan cara spray dengan alat spray gun sampai rata, kemudian kulit di platting.
Proses terakhir yaitu dilakukan sortasi grading dengan hasil yang tertera pada tabel hasil.

SUFAIDA REGINA NAWANG WULAN / 2001097

pada praktikum kali ini telah dilakukan praktikum finishing aniline artikel kulit
biawak glazing. Finishing aniline merupakan proses finishing yang dilakukan dengan
menggunakan pewarna dye stuff dan tanpa menggunakan pigmen sehingga kulit tampak
trasparan dan natural. Finishing sendiri bertujuan sebagai protecting, upgrading, dan
decorating. Finishing anilin lebih dititikberatkan untuk kulit full-grain, yang memiliki
kualitas rajah/grain yang baik, atau reptile natural (non-bleaching) untuk menonjolkan
keindahan rajah/marking nya karena sifat dyestuff yang tranparant. Pengelompokan jenis atau
tipe finishing dapat berdasarkan alat/mesin yang digunakan atau bahan kimia apakah itu
binder, wax, oil atau pewarnanya. Pada praktikum ini, digunakan artikel kulit biawak yang
akan diaplikasikan dengan binder protein kasein yang kemudian dilakukan proses glazing
dengan menggunakan mesin glazing untuk mengkilapkan permukaan kulit. Sebelum
dilakukan pengaplikasian binder, kulit krus biawak yang akan difinishing dilakukan beberapa
tahapan proses.

Pertama, kulit akan dilakukan proses sortasi grading yakni meliputi pengidentifikasian
defek atau kerusakan pada material kulit, pengukuran panjang, lebar, luas, serta ketebalan
kulit. Setelah itu, kulit kemudian dilakukan proses buffing. Buffing dilakukan untuk
mengurangi ketebalan dan meratakan permukaan flesh kulit. Proses buffing dilakukan
dengan menggunakan kertas buffing nomer 120 dan 600. Setelah proses buffing dirasa sudah
cukup, selanjutnya dilakukan proses clearing.

Proses clearing dilakukan untuk mengurangi tegangan muka pada permukaan kulit
biawak. Sehingga memudahkan bahan kimia finishing masuk atau menyerap ke kulit. Karena
khususnya pada praktikum ini digunakan bahan finishing yang bersifat water basis. Pada
proses ini digunakan sebanyak 980bagian air dan 20bagian surfactant yang kemudian
dihomogenkan. Setelah itu larutan tersebut diulaskan ke permukaan grain kulit biawak
setelah itu dikeringkan hingga kering sempurna. Proses ini dilakukan hingga larutan habis.
Setelah larutan habis dan kulit sudah kering sempurna kemudan dilanjutkan dengan proses
selanjutnya yakni pelapisan base coat.

Base coat merupakan lapisan yang paling fleksible dan paling soft karena merupakan
lapisan yang berhubungan langsung dengan kulit sehingga lapisan ini juga bertanggung
jawab atas adhesi atau kerekatan cat tutup dengan kulit. Pada proses ini diharapkan agar
penetrasinya seimbang sehingga seolah olah lapisan ini merupakan lapisan asli yang mirip
dengan rajah kulit. Pada tahapan ini digunakanformulasi air sebanyak 790 bagian, melio top
239 (soft binder) sebanyak 200 bagian, dan gliserin (plastisizer) sebanyak 10 bagian.
Plastisizer digunakan untuk meningkatkan elastisitas atau fleksibilitas kulit. Sehingga pada
saat di glazing lapisan tidak crack atau pecah. Penggunaan plastisizer tidak boleh terlalu
banyak karena akan menyebabkan kulit akan semakin lemas dan elastis, tentu hal tersebut
tidak diinginkan karena karakteristik kulit yang diinginkan utuk dilakukan proses glazing
merupakan kulit yang tidak terlalu lemas ataupun elastis. Pengaplikasian lapisan base coat ini
dilakukan dengan cara diulas tipis kemudian dikeringkan. Proses ini diulang hingga larutan
habis. Pada saat pengeringan diharuskan kulit dalam keadaan kering sempurna dan kulit tidak
lembab. Setelah larutan habis kemudian kulit dilakukan overnight. Setelah dilakukan
overnight, kulit kemudian dilakukan proses glazing yang dilakukan dengan menggunakan
mesin glazing. Proses ini dilakukan agar kulit lebih glossy atau mengkilat. Kulit akan
digososk dengan menggunakan kaca yang terpasang pada ujung mesin glazing.

Setelah glazing base coat selesai, kemudian dilanjutkan denga proses pelapisan
medium coat. Medium coat merupakan lapisan yang berada diantara base coat dan top coat.
Medium coat memiliki sifat yang lebih keras dari base coat namun lebih soft dan fleksible
dari top coat. Pada lapisan ini digunakan formulasi air sebanyak 600 bagian, melio top 297
(hard binder) sebanyak 390 bagian,m dan gliserin sebanyak 10 bagian. . proses pengulasan
pada lapisan ini sama dengan proses pengulasan di base coat dan top coat. Penggunaan binder
pada lapisan ini harus disesuaikan dengan kekerasan dan fleksibilitas dari lapisan base
coatnya. Setelah larutan habis, kemudian dilakukan overnight. Setelah overnight, kemudian
dilakukan proses glazing. Proses glazing medium coat dilakukan sama dengan proses glazing
pada lapisan base coat dan top coat.

Setelah diglazing kemudian kulit dilanjutkan dengan proses pelapisan top coat. Top
coat merupakan lapisan akhir pada proses finishing dan merupakan lapisan yang diharapkan
sebagai pelindung kulit dari berbagai pengaruh luar seperti gesekan, bahan kimia, dll. Pada
lapisan ini digunakan formulasi air sebanyak 485 bagian, melio top 297 485 bagian, gliserin
10 bagian, dan gluteraldehyde(novaltan PF) sebanyak 20 bagian. Pada tahap ini, nivaltan PF
berfungsi sebagai crosslinker sehingga dapat meningkatkan kepadatan lapisan cat tutup atau
fullness. Setelah semua larutan formulasi sudah diulas atau diaplikasikan pada kulit,
kemudian dilakukan overnight. Setelah overnight kulit kemudian dilakukan proses glazing.

Dikarenakan perbedaan kemengkilatan atau keglossyan hasil dari kulit satu dan kulit
dua, maka untuk kulit yang dinilai kurang glossy dari yang lain kemudian dilanjutkan dengan
proses top coat kembali dengan menggunakan Polyurethan(PU). Proses ini dilakukan dengan
fomulasi Air 490 bagian, Aqualen Top LN 490 bagian, dan polyisocyanate 20 bagian.
Lapisan ini diaplikasikan dengan cara dispray dengan menggunakan spray gun. Sebelum
larutan dimasukkan ke dalam tabung spray gun disarankan untuk disaring terlebih dahulu
untuk menghindari penyumbatan yang disebabkan karena adanya gumplan pada larutan. Pada
proses ini, aqualen top LN digunakan karena bahan ini merupakan jenis PU yang memiliki
tingkat keglossyan yang tinggi(high glossy) dan memiliki durability yang tinggi. Sedangkan
polysacyanate berfungsi sebagai crosslinker agar dapat mempercepat proses pengeringan
kulit biawaknya. Setelah proses spraying selesai, kemudian kulit dikeringkan hingga kering
sempurna dan kemudian dilanjutkan dengan proses patting. Dan setelah itu dilakukan sortasi
grading kembali.

BAB IV

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

abdullah , sofwan siddiq dan anggraini titik. (2022). modul kuliah teknik finishing anilin.

Dadang ITS. (2009, 11 17). Finishing, Alternatif Peningkatan Nilai Tambah Sebuah Produk.
Retrieved 3 12, 2022, from its.ac.id: https://www.its.ac.id/news/2009/11/17/finishing-
alternatif-peningkatan-nilai-tambah-sebuah-produk

griyanitasari,dkk. (2017). PENGARUH VARIASI PIGMEN UNTUK LAPISAN DASAR


(BASE COAT) PADA PROSES. Buletin Peternakan Vol. 41 (3), 307-318.

BASF. 2007. Pocket Book For Leather Technology Fourth Edition.


BASF Ludwigshafen: Germany.

Purnomo, Eddy. 2017. Leather Finishing. Politeknik ATK Yogyakarta: Yogyakarta.

Gerald, John. 1996. Posible Defect in Leather Production. ISBN: Lampertheim.

Anda mungkin juga menyukai