Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PADUAN SUARA CAMPURAN

Dosen Pengampu : Lamhot Basani Sihombing, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

NAMA : Andika Lorensius Gurusinga

NIM : 2203342025
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta
perlindungan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Paduan
Suara Campuran tepat pada waktunya.
Penulis berterima kasih kepada bapak Lamhot Basani Sihombing, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen mata kuliah yang telah memberi tugas ini kepada penulis. Penulis juga berterima kasih
kepada rekan-rekan yang sudah turut membantu penyusun dalam menyelesaikan tugas ini.
Penyusun sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun sadar bahwa dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran, kritik, dan usulan demi memperbaiki
tugas yang akan penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
baik tanpa adanya saran yang membangun

Medan, 16 Oktober 2021

Penulis
Makalah tentang Presto, Reff, Serenade, Tone Colour, Vivace

PENDAHULUAN
Musik merupakan bahasa universal yang selalu mengalami perkembangan di setiap
zamannya, terutama di era sekarang ini. Dengan adanya perkembangan itu, maka jenis-jenis
musik semakin beraneka ragam. Setiap jenis musik itu memiliki karakteristiknya masing-
masing, baik itu dalam mode, tempo, harmonisasi, melodi, ritme, dan pitch levelnya. (Patrik
Juslin and John Slobada, 2001) Dalam dunia kesehatan, musik dapat dijadikan salah satu
terapi alternatif dalam penyembuhan, yang dikenal sebagai terapi musik. Terapi musik ini
memiliki spektrum yang luas, antara lain meliputi: fisiologikal, developmental, suportif,
psikodinamik, humanistik, dan transpersonal. (Leslie Bunt and Sarah Hoskyns, 2002). Salah
satu musik yang sangat dikenal berefek terapi adalah musik klasik yang dapat digunakan
untuk mengatasi gangguan mental dan emosi. (Don Campbell, 2001) Musik klasik dipakai
sebagai terapi musik, karena memiliki perubahan tempo dan struktur yang cukup dinamik,
sehingga dapat mempengaruhi emosi seseorang. Dapat diambil contoh musik klasik dengan
tempo cepat dapat mengekspresikan kesenangan/ kebahagiaan/ kesukaan, dan eksitasi,.
Sebaliknya, musik klasik dengan tempo lambat menggambarkan ketenangan, keanggunan,
atau kesedihan. (Patrik Juslin and John Slobada, 2001) Perubahan tempo tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung turut ambil bagian dalam perubahan emosi dan keefektivan
dalam terapi, salah satunya terhadap TD. Namun, musik klasik sekarang ini semakin kurang
peminatnya dibanding musik lain. Oleh karena itu, perlu dicari musik jenis musik lain yang
memiliki tempo tertentu sebagai alternatif lain dalam terapi musik untuk menurunkan TD.
Musik merupakan salah satu cabang seni yang menjadi kebutuhan hidup masyarakat.
Keberadaan musik dalam kehidupan masyarakat tentunya tidak lepas dari berbagai macam
fungsi yang ada dalam musik itu sendiri, antara lain sebagai media ekspresi, ritual
keagamaan, estetik, dan sebagai media hiburan bagi masyarakat. Musik menurut para filsuf
(Susantina, 2004 : 2), mampu mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan dengan
kata-kata maupun jenis seni lainya. Mereka juga mengatakan bahwa musik akan lebih
mampu dan ekspresif untuk mengungkapkan perasaan dari bahasa baik lisan maupun tulisan.
Hal demikian, menurut para filsuf disebabkan bentuk-bentuk perasaan manusia jauh lebih
dekat atau sesuai dengan bentukbentuk musikal dari bentuk bahasa. Sementara itu menurut
Hatta (1980 : 113), musik menanamkan perasaan halus dan budi yang halus dalam jiwa
manusia. Dengan musik, jiwa lebih mempunyai rasa akan harmoni dan irama. Kedua-duanya
adalah landasan yang baik untuk menghidupkan rasa keadilan. Namun dalam pendidikan
musik, harus dijauhkan lagu-lagu yang melemahkan jiwa serta mudah menimbulkan nafsu
buruk.
Musik yang menanamkan perasaan mulia dan halus dalam jiwa manusia, secara tidak
langsung berpengaruh pada perkembangan jaman dan 2 kemajuan teknologi, serta ilmu
pengetahuan sebagai faktor utama yang membuat musik menjadi dinamis. Berkembangnya
berbagai jenis aliran musik di abad 20 menjadi eksistensi musik itu sendiri dan tolak ukur
sebuah kreativitas. Kreativitas itu sendiri dalam seni mencakup dua aspek nilai yaitu, nilai
intrinsik dan nilai ekstrinsik seni. Oleh karena itu, segi kreativitas dalam seni harus ditinjau
dari dua sudut tersebut, meskipun tidak sama sekali memisahkan kedua aspek itu tanpa
mengubah kesatuan atau keutuhan karya seni. Hakikat kreativitas adalah menemukan sesuatu
yang baru atau hubungan-hubungan baru dari sesuatu yang telah ada. Manusia menciptakan
sesuatu bukan dari kekosongan, manusia menciptakan sesuatu dari yang telah ada
sebelumnya. Setiap seniman menjadi kreatif dan besar karena bertolak dari bahan yang telah
tercipta sebelumnya. Seperti yang dituliskan oleh Sumardjo (2000 : 84), setiap seniman
bertolak dari tradisi seni tertentu yang hidup dalam suatu masyarakat. Seorang seniman
bukan manusia yang muncul dari angkasa dan mampu menciptakan karya seni tanpa
dukungan karya seni yang tersedia dalam masyarakatnya. Manusia dapat menulis sejak
pernah membaca yang diperoleh dari masyarakat dan lingkungannya. Dari perkembangan
karya seni yang sudah ada khususnya seni musik membuat berbagai jenis aliran musik
berkembang hingga saat ini. Dari jenis musik dengan tempo pelan sampai tempo cepat,
masing-masing aliran musik memiliki ciri atau gaya tersendiri. Sebagai contoh dalam
perkembangan musik 3 seni barat yang lahir pada jaman Renaisans, Barok, Rococo, Klasik,
Romantik sampai Modern mempunyai ciri khas masing-masing, dari teknik bermain sampai
tempo yang dimainkan, begitu juga musik jaman Modern yang masing-masing juga memiliki
ciri khas sebagai contoh di antaranya aliran musik pop, jazz dan rock. Beberapa dari jenis
aliran tersebut adalah cikal bakal terbentuknya jenis musik baru dengan cara melakukan
penggabungan dari beberapa jenis aliran musik atau dengan menambahkan instrumen musik
lainnya seperti instrumen musik tradisional. Seiring dengan kemajuan teknologi, pada jenis
alat musik modern banyak mengalami perkembangan, seperti gitar elektrik, keyboard, bass
elektrik sampai drum elektrik. Perkembangan tersebut juga mempengaruhi musisi dalam
berkreasi, sehingga terbentuklah aliran musik baru seperti campursari, house music, sampai
worldmusic. Dengan banyaknya aliran musik baru yang muncul, banyak juga kelompok
musik yang mencoba terobosan baru, seperti mengkolaborasikan dengan orkestra, kelompok
musik yang sekarang banyak berkolaborasi dengan orkestra yaitu kelompok musik dengan
aliran rock, sebagai contoh Metallica dan Scorpion. Kelompok musik tersebut memilih
berkolaborasi dengan orkestra untuk memberi suasana baru dalam penampilan mereka.
Metallica dan Scorpion adalah dua dari banyaknya kelompok musik beraliran rock yang
mengkolaborasikan dengan orkestra. Baru-baru ini banyak kelompok musik beraliran rock
yang mengikuti jejak mereka yaitu, Dream Theater. Banyaknya kelompok musik rock yang
mencoba berkolaborasi 4 dengan orkestra, ada pula kelompok musik rock yang mencoba
terobosan baru dengan menggunakan instumen cello (salah satu instrumen dalam orkestra)
sebagai instrumen utamanya yaitu Apocalyptica.

Biasanya untuk tempo cepat atau allegro memiliki jumlah ketukan per menitnya sekitar
120 hingga 168 BPM. Untuk tempo sedang atau moderato, jumlah ketukan per menitnya
sekitar 108 hingga 120 BPM. Sedangkan tempo lambat atau largo, jumlah ketukan per
menitnya sekitar 40 hingga 60 BPM.
1. Presto Jumlah ketukan per menitnya sekitar 168 hingga 200 BPM. Temponya sangat
cepat. Tempo ini sering digunakan pada lagu dan cukup populer untuk tempo lagu
yang sangat cepat.
2. Lagu merupakan suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan nada yang berurutan.
Lagu juga merupakan seni yang melukiskan pemikiran dan perasaan manusia lewat
keindahan suara. Terkadang kita menyanyikan sebuah lagu, tetapi tidak mengetahui
reff dan verse nya. Penelitian ini tentang pencarian reff dan verse dengan inputan lagu
yang membutuhkan potongan reff dan verse dari lagu untuk disimpan pada database.
Database yang terdiri dari 25 potongan reff dan verse dari data lagu diproses secara
manual. Proses tersebut membutuhkan waktu yang lama dikarenakan peneliti harus
terlebih dahulu menentukan letak reff dan verse secara manual. Hal ini akan menjadi
masalah bila jumlah database reff dan verse ditambahkan dengan data baru, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan pemisahan reff dan verse secara
otomatis dengan menganalisis sinyal dari file musik pada mp3. Pada penelitian ini
akan merancang metode pemisahan letak reff dan verse menggunakan perhitungan
kreorelasi antar frame. Sinyal audio dari file mp3 diubah menjadi frame-frame kecil
pada proses framing, selanjutnya frame tersebut ditransformasi menggunakan metode
Harmonik Fast Fourier Transform (FFT). Hasil transformasi Harmonik FFT kemudian
akan dihitung nilai korelasi antara kumpulan frame untuk mencari pola kesamaan
beberapa kumpulan frame tersebut. Dari hasil korelasi tersebut didapat pola korelasi
yang sama pada kumpulan frame dan selanjutnya menentukan letak reff dan verse.
Proses terakhir adalah pemotongan reff dan verse sesuai dengan letak yang telah
ditentukan pada proses sebelumnya. Simulasi metode ini diaplikasikan pada software
pemrograman matlab.
etika bernyanyi beberapa orang banyak yang ingin mengetahui letak reff dan
verse di lagu tersebut, sehingga peneliti membuat simulasinya untuk mempermudah
penikmat musik mengetahui letak reff dan verse lagu tersebut. Pada penilitian
sebelumnya dirancang analisis dan simulasi klasifikasi judul lagu dari senandung
manusia menggunakan ekstrasi ciri Harmonik Fast Fourier Transform (Harmonik-
FFT) [1]. Tetapi pada sistem tersebut terbatas dalam penambahan database dimana
lagu-lagu yang disimpan di dalam database dipisahkan secara manual antara bagian
reff dan versenya. Data lagu diambil dengan menggunakan frekuensi sampling
sebesar 44100 sampel/detik yang disesuai dengan data mp3 pada umumnya, setelah
itu setiap lagu dipotong berdasarkan reff dan verse dengan format *.wav dengan
sampling 44100 sampel/detik dan jumlah bit sebesar 16 bit. Sehingga pada penelitian
ini dilakukan sistem penambahan database secara otomatis untuk memperbanyak
lagu-lagu pada database secara cepat dan tepat. Dengan memanfaatkan perkembangan
dari audio processing yang banyak membantu dalam perkembangan industri musik
digital. Sistem yang akan dibuat menggunakan lagu sebagai input yang kemudian
dilakukan ekstraksi ciri menggunakan Harmonik Fast Fourier Transform (Harmonik-
FFT). Pada tahun 2016 telah diteliti topik pencarian judul lagu dengan input suara
senandung manusia atau humming oleh Arintyo [1] dengan metode Fast Fourier
Transform (FFT), Agatha Rizka [2] dengan metode Fast Fourier Transform (FFT),
Ignatius [3] dengan metode Liner Predictive Coding (LPC), dan Ganang [4] dengan
metode Mel Frequency Cepstrum Coefficient (MFCC). Penelitian tersebut
membutuhkan potongan reff dan verse dari lagu untuk disimpan pada database,
dimana 25 data lagu yang dipisah menjadi reff dan verse. Proses tersebut
membutuhkan waktu yang lama dikarenakan peneliti harus menentukan terlebih
dahulu letak reff dan verse secara manual. Hal ini akan menjadi masalah bila jumlah
database reff dan verse ditambahkan dengan yang baru, sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk melakukan pemisahan reff dan verse secara otomatis
dengan menganalisis sinyal dari file musik pada mp3. Pada tahun 2017 juga telah
dilakukan penelitian untuk pemisahan reff dan verse pada lagu oleh Obed [5] dengan
metode Fast Fourier Transform (FFT), Shimon [6] dengan metode Linier Predictive
Coding (LPC), Firmansyah [7] dengan metode Discrete Wavelet Transform (DWT),
dan Chandra [8] dengan metode Modified Fast Fourier Transform (MFFT). Pada
penelitian ini dilakukan dahulu pemisahan reff dan verse secara manual lalu di
masukan kedalam database. Pemisahan letak awal reff dan verse masih dilakukan
secara manual pada matlab yang ditampilkan pada GUI. Dengan demikian, pada
penelitian ini merancang metode pemisahan letak reff dan verse secara otomatis
menggunakan perhitungan korelasi antar frame. Sinyal audio dari file mp3 diubah
menjadi frame-frame kecil pada proses framing, selanjutnya frame tersebut
ditransformasi menggunakan metode Fast Fourier Transform terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan ditransformasi kembali menggunakan Harmonic Fast Fourier
Transform (Harmonic-FFT). Hasil transformasi Harmonic-FFT dihitung korelasi
antara kumpulan frame untuk mencari pola kesamaan beberapa kumpulan frame
tersebut. Dari hasil korelasi tersebut didapat pola korelasi yang sama pada kumpulan
frame dan selanjutnya ditentukan letak reff dan verse. Proses terakhir adalah
pemotongan reff dan verse sesuai dengan letak yang telah ditentukan pada proses
sebelumnya. Simulasi metode ini diaplikasikan pada software pemrograman matlab.
Penelitian ini akurasi lebih dari 50% dari ketepatan letak reff dan verse dalam detik
dari hasil metode dibandingkan dengan letak aktual dari hasil pemisahan letak secara
manual oleh peneliti pada masing-masing lagu. Waktu komputasi terbaik yang
dihasilkan pada tugas akhir ini 86 detik dengan frame 1000ms untuk pemotongan 1
lagu file mp3.
Konsep Dasar Suara Suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium. Kebanyakan dari suara merupakan gabungan
beberapa sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan frekuensi
yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau tekanan suara dengan pengukuran
dalam decibel [9]. Batas suara yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari
frekuensi dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitude umum dengan berbagai variasi
dalam kurva responnya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonik dan dibawah 20 Hz
disebut infrasonik.
Chorus/Reff Chorus/Reff adalah bagian pada lagu yang sering diulang-ulang dan
merupakan bagian utama dari sebuah lagu. Chorus/Reff merupakan bagian yang
paling ditunggu-tunggu dalam sebuah lagu. Chorus memiliki nilai excitement yang
lebih tinggi dari verse. Sementara Reff lebih sederhana dari pada Chorus. Reff yang
berisi pengulangan kata yang biasanya menggunakan bagian lain dari lagu biasanya
untuk diulang di bagian ini. Notasi pengulangan dan syairnya sama.
3. Serenade adalah sebuah bentuk musik kontemporer yang masih berhubungan dengan
beragam genre orkestra pada pertengahan abad ke 13 termasuk orkes simfoni dan
partita. Serenade berarti sebuah musik penyambut yang biasanya ditampilkan diluar
ruangan pada malam hari yang ditujukan pada orang yang spesial, berpangkat dan
dihormati.1 Serenade yang digunakan pada periode klasik umumnya ansambel
serenade yang terdiri dari alat musik tiup, double bass, cello, dan 2 pemain biola.
Setting untuk string kemudian muncul pada akhir abad ke 18. Abad ke 19 Serenade
orkestra mulai mendominasi. Serenade orkestra abad ke-19 menyerupai simfoni, dan
pada abad ke-20 para komponis telah bebas mengeksplorasi dan mengubah susunan
asli serenade dan instrumentasinya. Serenade in C minor karya W.A. Mozart
merupakan musik kamar dalam enam kuintet gesek. Ansambel musik kuintet ini
terdiri dari dua biola, dua biola alto dan cello2 . Saat ini musik berkembang semakin
luas, musik tidak hanya kita nikmati di gedung konser saja tetapi dapat kita jumpai di
dalam kehidupan sehari-hari, karena musik memberikan peran penting dalam dunia
hiburan. Dalam dunia hiburan di Indonesia yang lebih mendominasi adalah musik
pop, rock, dan dangdut. Musik jazz relatif sedikit, ada kelompok band jazz tetapi tidak
jazz murni, dan lebih banyak mengarah pada aliran new soul dan funk. Musik jazz
adalah salah satu ikon musik dan budaya musik abad 20 yang lahir di Amerika Serikat
dari proses akulturasi unsur budaya Afrika (terutama Afrika Barat) dengan unsur
musik Eropa. Timbulnya musik jazz dari suatu komunitas negro di New Orleans
(selatan Amerika Serikat) terutama setelah berakhirnya perang saudara Amerika
Serikat. Kelahiran jazz banyak dikaitkan dengan proses perkembangan musik blues3 ,
ragtime4 , dan bebop5 yang selalu bersinggungan satu sama lain. Berdasarkan
paparan diatas maka penulis akan menyusun komposisi “Song For You” dengan
format kuartet jazz dengan menggunakan struktur musik klasik serenade. Alasan
penulis menyusun komposisi musik serenade jazz karena komposisi berstruktur
serenade untuk format jazz sangat jarang digubah oleh komponis Indonesia. Karya ini
ditujukan kepada orang yang spesial bagi penulis. Komposisi “Song For You” terdiri
dari tiga bagian yaitu moderato-andante-allegro dengan menggunakan harmonisasi
dan akor modern.

Ilustrasi serenade

4. Kata-kata bahasa Itali umumnya digunakan dalam notasi musik untuk


menginstruksikan pemain bagaimana cara memainkan musik. Awal digunakan oleh
komposer Itali pada abad ke 17, kini terminologi ini telah tersebar ke seluruh dunia.
vivace adalah bahasa Italia untuk hidup dan hidup. yang diucapkan dalam alfabet
fonetik internasional.
Daftar penandaan tempo. Nomor ketukan beats-per-minute (BPM) hanyalah panduan
umum. Di musik modern, tanda metronom mengindikasi nomor dari BPM
(contohnya ♩= 120) dapat menambahkan atau menggantikan tanda tempo.

vivace digunakan sebagai istilah misikal bahasa Italia yang menunjukkan gerakan yang
sedang dalam suasana hati yang hidup. kecepatan biasanya bertepatan dengan molto allegro
dan menyiratkan tanda metronom 132-160 denyut per menit. biasanya ditemukan pada karya
musik, di awal atau di awal frasa baru.
tempo vivace merupakan tempo yang cepat sehingga memunculkan kesan girang, senang, da
n semacamnya.
kisaran ketukannya adalah 156 sampai 176 BPM.

tempo vivace masuk dalam kelompok tempo cepat.

vivace fast dan ringan 140-176

TIMBRE / TONE COLOR / WARNA BUNYI dan AKUSTIK RUANG 

PART 1 (TIMBRE DALAM SAINS)

          Beberapa waktu yang lalu kami kedatangan klien dari Jakarta. Sebelum berkunjung ke
kantor kami beliau sempat membaca artikel-artikel Mystudio yang terdapat di blog dalam
web kami dan beliau tertarik berdiskusi mengenai timbre atau tone color atau warna bunyi.
Beliau ingin berdiskusi mengenai pengaruh bentuk ruang dan material terhadap warna bunyi
yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan diterima oleh pendengar. Mari kita bahas apa
itu timbre? Bagaimana ruang bisa mempengaruhinya? Dan apa saja yang perlu dilakukan
untuk mengatasinya?

            Ketika kita mendengarkan bunyi dari gitar atau piano, kita dapat membedakan mana
bunyi gitar dan mana bunyi piano walaupun dimainkan dalam not dan intensitas bunyi yang
sama persis. Perbedaan karakter bunyi inilah yang disebut dengan timbre. Namun jika kita
menilik lebih jauh lagi, bunyi gitar dalam ruang yang satu dengan ruang yang lain juga akan
berbeda sekalipun dimainkan dengan gitar yang sama dengan not dan intensitas yang sama
pula. Perbedaan ini disebabkan oleh dimensi (ukuran) ruang dan juga material penyusun
ruang tersebut. Pengetahuan akan timbre menjadi penting dalam penentuan desain akustik
ruang.
Bentuk Gelombang Bunyi Dalam Setiap Instrumen Bunyi

sumber : simplyfyingtheory.com

            Menurut Beranek (2004), timbre adalah kualitas bunyi yang membedakan antara satu


instrumen bunyi dengan instrumen bunyi lainnya. Secara terminologi, timbre adalah istilah
yang sering digunakan oleh musisi dan seniman sedangkan yang lebih umum digunakan
adalah istilah tone color atau warna bunyi. Warna bunyi mendeskripsikan adanya karakter
sebuah bunyi di frekuensi rendah, tengah, dan tinggi. Lingkungan akustik dimana bunyi itu
dihasilkan akan mempengaruhi warna bunyi. Jika ruang tersebut menyerap terlalu banyak
bunyi di frekuensi rendah, tengah, ataupun tinggi, maka akan berpotensi
terjadinya colorization atau perubahan warna bunyi.

         Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ruang terhadap warna bunyi, maka ada baiknya
kita membahas bagaimana gelombang bunyi itu terjadi dalam berbagai instrumen bunyi.
Untuk memahami sebuah gelombang bunyi, kita bisa memulai dari sebuah gelombang bunyi
sempurna atau yang dikenal dengan Sine Wave. Sebuah sine wave yang dihasilkan oleh
sebuah komputer atau sebuah tone generator memiliki bentuk gelombang yang sempurna
dengan puncak dan lembah yang identik / simetris. Sebuah sine wave hanya menghasilkan
sebuah frekuensi tertentu di satu waktu. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat sebuah sine
wave 220 Hz dalam bentuk grafik 2d dan 3d:
 

Grafik 2d (atas) dan 3d (bawah) gelombang bunyi dari Sine Wave

sumber : NCSSM

           Dapat kita lihat dalam gambar di atas bahwa dalam sebuah sine wave hanya
terdapat amplitudo di satu frekuensi saja yaitu frekuensi 220Hz, sedangkan di frekuensi lain
hanya datar (flat) atau amplitudonya 0. Sekarang mari kita lihat grafik 2d dan 3d dari sebuah
cello yang dimainkan di frekuensi yang sama (220Hz):
Grafik 2d (atas) dan 3d (bawah) gelombang bunyi dari Cello

sumber : NCSSM

       Dalam gambar di atas dapat kita lihat bahwa bentuk grafik baik 2d dan 3d memiliki
kompelsitas yang berbeda dibandingkan dengan sine wave. Bentuk gelombang yang
demikian disebut dengan gelombang kompleks (complex wave). Terdapat banyak variasi
bentuk dalam gelombang tersebut. Dalam grafik 3d, dapat dilihat bahwa selain bunyi di
frekuensi 220Hz, terdapat beberapa frekuensi yang mengikutinya seperti frekuensi 440Hz,
660Hz, dan 880Hz namun dalam amplitudo yang berbeda-beda pula. Frekuensi yang
mengikuti tersebut ada hubungannya dengan frekuensi dasar yaitu 220Hz yang disebut
dengan octave relationship dimana frekuensi yang berhubungan memiliki selisih dua kali
frekuensi dan hal inilah yang membentuk karakter setiap instrumen bunyi. Frekuensi dasar
yaitu 220Hz yang merupakan frekuensi dengan amplitudo tertinggi disebut dengan
fundamental, sedangkan frekuensi yang mengikutinya disebut dengan harmonik (440Hz
adalah first harmonic, 660Hz adalah second harmonic, dst.). Frekuensi fundamental dan
harmonik yang dihasilkan instrumen bunyi inilah yang disebut dengan Timbre.
Unsur-unsur Pembentuk Timbre

sumber : NCSSM

                Sekarang mari kita perhatikan instrumen bunyi lain yaitu trombone yang dimainkan
dalam frekuensi yang sama yaitu 220Hz:
Grafik 2d (atas) dan 3d (bawah) gelombang bunyi dari Trombone

sumber : NCSSM

         Dapat kita lihat dalam grafik 2d dan 3d dari trombone yang memiliki karakter bentuk
gelombang yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh cello. Karakter bentuk gelombang
bunyi dari trombone secara visual lebih sederhana dibandingkan dengan cello. Dalam grafik
3d, Frekuensi fundamental memiliki amplitudo yang lebih kecil dibandingkan dengan
frekeunsi harmonicnya, hal ini menjadi keunikan tersendiri dari bunyi trombone. Frekuensi
fundamental tidak selalu memiliki amplitudo yang tertinggi, namun bisa juga di frekuensi
yang terendah.

          Selanjutnya mari kita lihat lebih jauh perbedaan timbre antara satu alat musik dengan
alat musik lainnya. Kita dapat melihat dari diagram spektrum intensitas bunyi yang
membandingkan antara intensitas bunyi frekuensi fundamental dengan bunyi frekuensi
harmonik (overtone) serta melihat grafik bentuk gelombangnya. Di bawah ini adalah diagram
dari spektrum intensitas bunyi (kiri) dan diagram grafik bentuk bunyi (waveform) dari sebuah
biola yang dimainkan pada nada E5.
Diagram Intensitas Bunyi Overtone (Kiri) dan Grafik 2d Gelombang Bunyi (Kanan) dari
Biola

sumber : Lapp, 2000

           Dari gambar di atas dapat dilihat dalam spektrum intensitas bunyi bahwa frekuensi
fundamental (grafik batang yang paling kiri) mendominasi. Frekuensi fundamental memiliki
intensitas bunyi yang tertinggi dengan intensitas sekitar 10% dari total intensitas bunyi.
Frekuensi fundamental diikuti dengan frekuensi harmonik (overtone), yang setelah overtone
kedua, intensitas bunyi menurun cukup banyak. Dengan adanya bunyi frekuensi fundamental
yang dominan, bentuk grafik dari biola dapat dikatakan cukup simpel. Sekarang mari kita
perhatikan diagram dari spektrum intensitas bunyi (kiri) dan diagram grafik bentuk bunyi
(waveform) dari sebuah clarinet yang dimainkan pada nada F3.

Diagram Intensitas Bunyi Overtone (Kiri) dan Grafik 2d Gelombang Bunyi (Kanan) dari
Clarinet
sumber : Lapp, 2000

          Dapat kita lihat bahwa dalam diagram spektrum intensitas bunyi, frekuensi harmonik
(diagram batang kedua dari kiri, ketiga dari kiri, dst) memiliki selisih intensitas bunyi yang
lebih jika dibandingkan dengan yang dihasilkan biola. Jika diperhatikan frekuensi harmonik
ketiga, kelima, dan ketujuh memiliki intensitas yang hampir sama. Frekuensi harmonik
setelah overtone kedelapan, memiliki intensitas yang bervariasi. Variasi intensitas dari
frekuensi harmonik (overtone) itulah yang membentuk grafik dari clarinet menjadi lebih
rumit jika dibandingkan dengan biola.

DAFTAR PUSTAKA
https://journal.isi.ac.id/index.php/promusika/article/view/2289/777
https://www.mystudio.co.id/detail-blog-timbre--tone-color--warna-bunyi-dan-akustik-
ruang--53.html
https://haloedukasi.com/tanda-tempo
http://lib.unnes.ac.id/31268/1/1401413119.pdf
https://www.google.com/search?
q=contoh+partitur+tanda+tempo+presto&tbm=isch&ved=2ahUKEwjoy4bpktPzAhVh
sksFHedrCwcQ2-
cCegQIABAA&oq=contoh+partitur+tanda+tempo+presto&gs_lcp=CgNpbWcQAzo
HCCMQ7wMQJ1Cs6AFYwIwCYPqOAmgFcAB4AIAB-
gGIAfsQkgEGMC4xNS4xmAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1pbWfAAQE&sclient=im
g&ei=RvtsYeiQA-HkrtoP59etOA#imgrc=1RDlGPEzM9nz4M

Anda mungkin juga menyukai