Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

II a. Pengertian Struktur Sosial


struktur sosial merupakan salah satu konsep paling esensial dalam sosiologi. Struktur
sosial berkaitan dengan posisi-posisi individu atau kelompok dalam masyarakat. Kalau dalam
ruang geografi seseorang atau sekelompok orang memiliki lokasi/tempat tinggal atau dalam
bahasa yang lebih populer ”alamat”, maka dalam ruang sosial seseorang juga memiliki
”lokasi”, ”tempat”, atau ”alamat”.  Anda dan keluarga Anda memiliki posisi tertentu dalam
struktur sosial, posisi itu sering disebut sebagai status atau kedudukan sosial.  SMA di mana
Anda sekarang ini bersekolah juga memiliki posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.
Bagaimana mengetahui posisi kita? Sama dengan ruang geografik,  ruang sosial juga
memiliki dimensi horizontal dan vertikal. Di ruang geografik seseorang memiliki alamat ”Jl.
Sultan Agung Nomor 8 Lantai 7”, maka di ruang sosial seseorang dapat memiliki alamat
”orang tua atau muda, beragama Islam, Kristen-Protestan, Kristen-Katholik, Hindu, atau
Budha, bekerja sebagai petani, pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, atau bekerja
di sektor nonformal perkotaan, miskin, setengah kaya, atau kaya raya, berbudi bekerti luhur
dan berhati mulia atau dikenal sebagai penjahat, pengikut setia Bung Karno,  Bung Hatta, 
Gus Dur,  Amien Rais, atau yang lain, dan seterusnya.
Struktur sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang
pokok dalam masyarakat, yaitu kelompok,  kelas sosial,  nilai dan norma sosial, dan lembaga
sosial.
Struktur sosial dan peluang hidup (life chance)
Struktur sosial identik dengan struktur peluang hidup (life chance), semakin tinggi
posisi dalam struktur sosial, semakin baik peluang hidupnya.
Struktur sosial dan fakta sosial
Struktur sosial merupakan fakta sosial, yaitu cara bertindak, berfikir, dan berperasaan
yang berada diluar individu tetapi mengikat. Sehingga, kelas sosial tertentu identik dengan
cara hidup tertentu. Kelas sosial bukanlah sekedar kumpulan dari orang-orang yang
pendidikan atau penghasilannya relative sama, tetapi lebih merupakan kumpulan orang-orang
yang memiliki cara atau gaya hidup yang relative sama.
Paramater struktur sosial.
Terdapat dua macam parameter yang dapat digunaan untuk menganalisis struktur sosial, yaitu
(1) Parameter Graduated/berjenjang, meliputi antara lain: kekuasaan, keturunan/kasta,
tingkat pendidikan, kekayaan, usia, dst., dan
(2) paramater Nominal/tidak berjenjang, meliputi antara lain: sukubangsa, ras,
golongan/kelompok, jenis kelamin, agama, dan seterusnya.
Konfigurasi atau pemilahan struktur sosial berdasarkan parameter-parameter  graduated
disebut stratifikasi sosial (diferensiasi rank/tingkatan). Sedangkan, konfigurasi atau
pemilahan struktur sosial berdasarkan parameter nominal disebut diferensiasi sosial
(diferensiasi fungsi, dan custom/adat).
Status, kedudukan, atau posisi individu atau kelompok dalam struktur sosial tidak
bersifat statis atau tetap, melainkan dapat mengalami perubahan atau perpindahan.
Perpindahan posisi dalam struktur sosial yang dialami oleh individu ataupun kelompok dalam
struktur sosial disebut mobilitas sosial.
II b. Ciri-ciri dan Funtgsi Struktur Sosial
a. Ciri – ciri Struktur Sosial
1. Muncul pada kelompok masyarakat Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-
individu yang memiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya
bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat. Pada
setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang berbeda-
beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.
2. Berkaitan erat dengan kebudayaan Kelompok masyarakat lama kelamaan akan
membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri.
Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini
menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Hal-hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:
a. Keadaan geografis Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah.
Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan
yang berbeda satu sama lain.
b. Mata pencaharian Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam,
antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
c. Pembangunan Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia.
Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah dapat menciptakan kelompok
masyarakat kaya dan miskin.
3. Dapat berubah dan berkembang Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan
individu. Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya,
struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
b. Fungsi Struktur Sosial
1. Fungsi Identitas Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh
sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras,
sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari
kelompok lainnya.

2.   Fungsi Kontrol Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam
diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam
masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur
sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan.
Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3. Fungsi Pembelajaran Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam
masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat
berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai
dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.
II c. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan konfigurasi atau pemilahan struktur sosial menggunakan
parameter graduated/berjenjang. Hasilnya adalah dalam masyarakat terdapat kelas-kelas
sosial.
Kriteria yang digunakan dapat berupa kriteria (1) sosial, (2) ekonomi, dan (3) politik.
Kriteria sosial meliputi: pendidikan, profesi atau pekerjaan, dan keturunan atau keanggotaan
dalam kasta dan kebangsawanan. Kriteria ekonomi meliputi pendapatan/penghasilan dan
pemilikan/kekayaan. Kriteria politik meliputi kekuasaan.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Menurut Weber,  para anggota masyarakat dapat dipilah secara vertikal berdasarkan
atas ukuran-ukuran kehormatan, sehingga ada orang-orang yang dihormati dan disegani dan
orang-orang yang dianggap biasa-biasa saja, atau orang kebanyakan, atau bahkan orang-
orang yang dianggap hina. Orang-orang yang dihormati atau disegani pada umumnya adalah
mereka yang memiliki jabatan atau profesi tertentu,  keturunan bangsawan atau orang-orang
terhormat, atau berpendidikan tinggi.
Ukuran-ukuran penempatan anggota masyarakat dalam stratifikasi sosial yang dapat
dikategorikan sebagai kriteria sosial antara lain, (1) profesi, (2)  pekerjaan, (3) tingkat
pendidikan, (4) keturunan, dan (5) kasta.
1. Profesi
Yang dimaksud profesi adalah pekerjaan-pekerjaan yang untuk dapat
melaksanakannya memerlukan keahlian, misalnya dokter, guru, wartawan, seniman,
pengacara, jaksa, hakim, dan sebagainya.  Orang-orang yang menyandang profesi-profesi
tersebut disebut kelas profesional. Di samping kelas profesional, dalam masyarakat terdapat
juga kelas-kelas  tenaga terampil dan tidak terampil, yang pada umumnya ditempatkan pada
posisi yang lebih rendah dalam stratifikasi sosial masyarakat.
2. Pekerjaan.
Berdasarkan tingkat prestise atau gengsinya, pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat
dapat dibedakan menjadi: (1) pekerjaan kerah putih (white collar), dan (2) pekerjaan kerah
biru (blue collar).  Pekerjaan kerah putih merupakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
menuntut penggunaan pikiran atau daya intelektual, sedangkan pekerjaan-pekerjaan kerah
biru lebih menuntut penggunaan energi atau kekuatan fisik. Pada umumnya anggota
masyarakat lebih memberikan penghargaan atau gengsi yang lebih tinggi pada pekerjaan-
pekerjaan kerah putih. Walaupun, tidak selalu bahwa pekerjaan kerah putih memberikan
dampak ekonomi atau finansial yang lebih besar daripada pekerjaan kerah biru.
3. Pendidikan
Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah dianggap sebagai kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan tinggi
akan menempati posisi dalam stratifikasi sosial yang lebih tinggi. Sehingga tamatan  S-3
dipandang lebih tinggi kedudukannya daripada tamatan  S2, S1, SMA/SMK, SMP, SD, dan
mereka yang tidak pernah  sekolah.
4. Keturunan
Keturunan raja atau bangsawan dalam masyarakat dipandang memiliki kedudukan
yang tinggi. Bahkan, pada masyarakat feodal, hampir tidak ada pengakuan terhadap simbol-
simbol yang berasal dari luar istana, termasuk tata kota, arsitektur, pemilihan hari-hari
penting, pakaian, seni, dan sebagainya. Penempatan orang dalam posisi-posisi penting dalam
masyarakat akan selalu mempertimbangkan faktor keturunan, dan keaslian keturunan
dipandang sangat penting.
5. Kasta
Kasta merupakan pemilahan anggota masyarakat yang dikenal pada masyarakat
Hinduisme. Masyarakat dipilah menjadi kasta-kasta, seperti:  Brahmana, Ksatria, Weisyia,
dan Sudra. Kemudian ada orang-orang yang karena tindakannya dihukum dikeluarkan dari
kasta, digolongkan menjadi paria. Sebagian besar orang menganggap pemilahan dalam kasta
bersifat graduated atau berjenjang, mengingat orang-orang yang berasal dari kasta yang
berbeda akan memiliki gengsi (prestige) dan hak-hak istimewa (privelege) yang berbeda.
Namun, tokoh-tokoh Hinduisme menyatakan bahwa kasta bukanlah pemilahan vertikal,
melainkan hanyalah merupakan catur warna.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Kriteria ekonomi yang digunakan sebagai dasar stratifikasi sosial dapat meliputi penghasilan
dan  pemilikan atau kekayaan.
Apabila dipilah menggunakan kriteria ekonomi, maka masyarakat akan terdiri atas
         Kelas atas, yaitu orang-orang yang karena penghasilan atau kekayaannya  dengan leluasa
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan  hidupnya
         Kelas menengah, yaitu orang-orang yang karena penghasilan dan kekayaannya dapat leluasa
memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapi tidak leluasa untuk kebutuhan-kebutuhan
lainnya
         Kelas bawah, yaitu orang-orang yang dengan sumberdaya ekonominya hanya dapat
memenuhi kebutuhan hidup mendasarnyanya, tetapi tidak leluasa, atau bahkan tidak mampu
untuk itu.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
Ukuran yang digunakan untuk memilah masyarakat atas dasar dimensi atau kriteria
politik adalah distribusi kekuasaan. Kekuasaan (power) berbeda dengan kewenangan
(otoritas).  Seseorang yang berkuasa tidak selalu memiliki kewenangan.
Yang dimaksud kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu-
individu lain dalam masyarakat, termasuk mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif. 
Sedangkan wewenang adalah hak untuk berkuasa.  Apa yang terjadi apabila orang
mempunyai wewenang tetapi tidak memiliki kekuasaan? Mana yang lebih efektif, orang
mempunyai kekuasaan saja, atau wewenang saja?
Meskipun seseorang memiliki hak untuk berkuasa, artinya ia memiliki wewenang,
tetapi kalau dalam dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, maka
ia tidak akan dapat melaksanakan hak itu dengan baik. Sebaliknya, apabila seseorang
memiliki kemampuan mempengaruhi pihak lain, meskipun ia tidak punya wewenang untuk
itu, pengaruh itu dapat berjalan secara efektif.  Untuk lebih memahami hal ini, dapat
diperhatikan pengaruh tokoh masyarakat, seperti seorang tokoh agama atau orang yang
dituakan dalam masyarakat.

Dominasi
Dominasi merupakan kekuasaan yang nyaris tidak dapat ditolak oleh siapapun. Kekuasaan
yang sifatnya hampir multlak. Kekuasaan dalam masyarakat berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1) kekuasaan tradisional,
(2) kekuasaan kharismatik, dan
(3) kekuasaan legal-rasional.
Kekuasasan tradisional adalah kekuasaan yang sumbernya berasal dari tradisi masyarakat,
misalnya raja.  Kekuasaan kharismatik bersumber dari kewibawaan atau kualitas diri
seseorang, dan kekuasaan legal rasional bersumber dari adanya wewenang yang didasarkan
pada pembagian kekuasaan dalam birokrasi, misalnya pemerintahan.
Status sosial
Unsur penting dalam stratifikasi sosial adalah status. Apakah status? Status adalah Posisi atau
kedudukan atau tempat seseorang atau kelompok dalam struktur sosial masyarakat atau pola
hubungan sosial tertentu. Status seseorang dapat diperoleh sejak kelahirannya (ascribed
status), diberikan karena jasa-jasanya (assigned status), atau karena prestasi dan
perjuangannya (achived status). Masyarakat modern lebih menghargai status-status yang
diperoleh melalui prestasi atau perjuangan, masyarakat feudal lebih menghargai status yang
diperoleh sejak lahir.
Apakah kelas sosial?
         Segolongan orang yang menyandang status relatif sama
         Memiliki cara hidup tertentu
         Sadar akan privelege (hak istimewa) tertentu, dan
         memiliki prestige (gengsi kemasyarakatan) tertentu
Apakah simbol status?
         Simbol “sesuatu” yang oleh penggunanya diberi makna tertentu
         Ciri-ciri/tanda-tanda yang melekat pada diri seseorang atau kelompok yang secara relatif
dapat menunjukkan statusnya
         Antara lain: cara berpakaian,cara berbicara, cara belanja, desain rumah, cara mengisi waktu
luang, keikutsertaan dalam organisasi, tempat tinggal,cara berbicara, perlengkapan hidup,
akses informasi, dst.
Konsekuensi perbedaan status dalam pelapisan sosial masyarakat?
         Cara hidup (cara berfikir, berperasaan dan bertindak) yang berbeda: sikap politik, kepedulian
sosial, keterlibatan dalam kelompok sosial, dst.). Ingat: PS = f(S + K), bahwa perilaku sosial
pada dasarnya merupakan fungsi dari struktur sosial dan kebudayaan.  Jawablah: mengapa
seorang individu menyebut orangtuanya sebagai mama dan papa, bukan ayah dan ibu, bukan
bapak dan ibu, atau bapak dan simbok?
         Prestige (gengsi/kehormatan sosial) yang berbeda
         Privilege (hak istimewa) yang berbeda
         Peluang hidup yang berbeda

II d. Konflik Sosial
Konflik sosial merupakan salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat, misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup.
Sumber konflik:
1.Perbedaan kepentingan
2.Perbedaan individual
3.Perbedaan kebudayaan
4.Perubahan sosial
Macam-macam konflik

1. Individu atau kelompok  (berdasarkan pelakunya perorangan atau kelompok)


2. Horizontal atau vertical (berdasarkan status pihak-pihak yang terlibat, sejajar atau
bertingkat)

Konflik horizontal = antar-etnis, antar-agama, antar-aliran, dll.


Konflik vertical = antara buruh dengan majikan, pemberontakan atau gerakan
separatis/makar terhadap kekuasaan negara

1. Ideologis atau politis (berdasarkan tingkat konflik, apabila sebatas pemikiran/ideologi,


disebut konflik tingkat ideologis (misalnya pertentangan ideology antara santri denan
abangan dan priyayi), apabila sampai muncul di tingkat tindakan disebut tingkat
politis (misalnya: riot/kerusuhan, demonstrasi, pemberontakan, makar, dan
sebagainya)
2. Konflik terbuka, konflik laten dan konflik permukaan

Penjelasan:
TANPA KONFLIK: dalam kesan umum adalah lebih baik, namun setiap masyarakat atau
kelompok yang hidup damai, jika ingin keadaan ini terus berlangsung, mereka harus hidup
bersemangat dan dinamis. Memanfaatkan konflik perilaku dan tujuan, serta mengelola
konflik secara kreatif.
KONFLIK LATEN: sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar dapat
ditangani secara effektif
KONFLIK TERBUKA: berakar dalam, dan sangat nyata. à memerlukan berbagai tindakan
untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.
KONFLIK DI PERMUKAAN: memiliki akar yang dangkal/tidak memiliki akar, muncul hanya
karena kesalah fahaman mengenai sasaran yang dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Struktur Sosial
Mengenai istilah struktur sosial di kalangan ahli di Indonesia memang belum ada
kesepakatan untuk menentukan secara pasti tentang defenisinya. Sebagian para ahli
menganggap struktur sosial identik dengan pengambaran tentang suatu lembaga sosial,
sebagian lain mengartikan sebagai pranata sosial, bangunan sosial, dan lembaga
kemasyarakatan.
Menurut Firth ( Soejono Soekanto : 1983 ), organisasi sosial berkaitan dengan
piliahan dan keputusan hubungan – hubungan sosial aktual. Struktur sosial yang lebih
fundamental yang meberikan batas – batas pada aksi – aksi yang mungkin dilakukan secara
organisator. Sedangkan menurut E.R Leach, menetapkan konsep tersebut pada cita – cita
tentang distribusi kekuasan diantara orang – orang dan kelompok – kelompok.
Koentjraningrat menjelaskan bahwa sturktur sosial adalah kerangka yang dapat
menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu Soeleman B.
Taneko menjelaskan bahwa struktru sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur – unsur
sosial yang pokok, yakni kaidah – kaidah sosial, lembaga – lembaga – lembaga sosial,
kelompok – kelompok sosial serta lapisan – lapisan sosial.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa struktur sosial mencakup berbagai
hubungan sosial antara individu – individu secara tertentu pada waktu yang ditentukan
merupakan keadaan statis dari sistem sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung
unsur kebudayaan belaka, melainkan sekaligus mencakup seluruh prinsip – prinsip hubungan
– hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil. Sedangkan Person memandang struktur
sosial sebagai aspek yang relatif statis daripada aspek fungsional dalam suastu sistem sosial.
Dengan tidak mengurangi unsur pengertian dari struktur sosial, maka secara singkat
struktur sosial diartikan sebagai tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di
dalamanya terkandung hubungan timbal balik anatara status dan peranan dengan batas – batas
perangkat unsur – unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga
dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.

B.     Ciri – Ciri Struktur Sosial


Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan beberapa ciri umum dari struktur
sosial :
a.       Struktur sosial mengacu pada hubungan – hubungan sosial yang pokok yang dapat
memberikan bentuk dasar pada masyarakat ; memberikan batas – bats pada aksi-aksi yang
kemungkinan besar dilakukan secara organisatoris. Konsep struktur sosial diterapkan pada
setiap totalitas, seperti lembaga – lembaga, kelompok dan proses sosial. Struktur sosial di
satu pihak dapat berupa hubungan – hubungan sosial antar anggota kelompok masyarakat, di
pihak lain stuktur sosial merupakan ketetapan daripada cita – citra tentang distribusi
kekuasaan di antara anggota – anggota masyarakat tertentu.
b.      Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial anatara individu –individu pada saat
tertentu. Oleh karena itu maka struktur sosial dapat disebut sebagai aspek non proses dari
sistem sosial, yang pada intinya adalah situasi statis dari sistem sosial. Struktur sosial
merupakan kerangka acuan yang utama dalam setiap studi tentang keteraturan hubungan –
hubungan sosial dalam masyarakat.
c.       Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dpat dilihat dari sudut
padanng teoritis. Artinya dalam setiap meneliti tentang kebudayaan selayaknya diarahkan
pada pemikiran terhadap berbagai derajat dari susunan sosialnya. Dengan demikian struktur
sosial dapat dipandang sebagai suatu kenyataan empiris yang ada pada setiap saat terjadi
hubungan sosial antar manusia. Struktur sosial merupakan abstaraksi dari kenyataan yang
menyangkut kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya tidak terlepas dari perilaku, perasaan,
dan kepercayaan, disamping menyangkut kehidupan yang aktual.
d.      Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku,
sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai tubuhnya yang berbentuk struktur. Jadi
struktur sosial adalah aspek statis dari suatu proses atau fungsionalisasi dari sistem sosial.

e.       Struktur merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung
dua pengertian, yakni : pertama, dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris
dalam proses perubahan dan perkembangan, kedua, dalam setiap perubahan dan
perkembangan tersebut terdapat tahap penghentian stabilitas, keteraturan,dan integrasi,
berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidapkuasan dalam tubuh
masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan
keteraturan sosial atau keteraturan elemen – elemen dalam kehidupan masyarakat.
Dari beberapa ciri struktur sosial sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyrakat
yang merupkan penjaringan daripada unsur – unsur sosial yang pokok.
Menurut Soejono Soekanto, unsur – unsur sosial adalah sebagai berikut :
a.       Kelompok sosial
b.      Kebudayaan
c.       Lembaga Sosial
d.      Stratifikasi Sosial
e.       Kekuasaan dan Wewenang

C.    Komponen dan Struktur Sosial


1)      Status dan Peranan
Status dan kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan orang – orang lainnya dalam kelompok ini atau tempat
suatu kelompok sehubungan dengan kelompok – kelompok lainnnya di dalam kelompok
yang lebih besar. Adapun kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang – orang lain, di dalam lingkungan pergaulannya,
prestise (harga diri) dan hak-hak serta kewajibannya. Dengan demikian, tanpa ada orang lain
maka tidak akan ada status sosial, sebab status sosial terjadi akibat dari struktur sosial yanbg
secara normatif menempatlan seseorang di dalam posisi sosial tertentu berdasarkan
kualifikasi pribadinya sehubungan kualifikasi orang – orang disekitarnya.

Jika dilihat proses memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.       Kedudukan seseorang yang diperoleh dari bawahan (ascribed status) yang diantaranya
kedudukan yang bersifat biologis seperti gender, dan kedudukan yang bersifat historis seperti
keturunan pejabat tinggi, keturunan raja, dan sebagainya.
b.      Kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau dengan disengaja ( achieved status ), seperti
seseorang yang karena kegigihannya ia berhasil meraih gelar sarjana dari gelar tersebut
menyebabkan ia diterima bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang tinggi.
Pernanan merupakan pola tindakan atau perilaku yang diharapkan dari orang memiliki
status tertentu, artinya jika seseorang melakukan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia telah menajalankan peranan. Dalam hal ini, peranan dan kedudukan
merupakan suatu kesatuan tidak terpisahkan karena kesalingtegantungan satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial tidak ada kedudukan tanpa peranan dan
tidak ada peranan tanpa kedudukan. Setiap orang memiliki peranan yang berasal dari pola –
pola pergaulan hidupnya, sehingga antara peranan dan kedudukan tersebut menentukan apa
yang diperbuat dan kesempatan – kesempatan yang dapat diambil dari kehidupan masyrakat
tersebut.
Dengan demikian, peranan mengatur pola – pola perilaku seseorang dan batasan –
batasan tertentu pada perilaku di dalam pola – pola kehidupan sosial. Oleh karena itu,
hubungan sosial yang ada dalam masyarakat adalah hubungan antar peranan – peranan
individu di dalam kehidupan kelompok. Peranan – pernanan tersebut diatur oleh norma –
norma yang berlaku di dalam masyarakat.
2)      Lembaga Sosial
Proses pembentukan lembaga sosial tidak terlepas dari sifat struktur sosial itu sendiri
di mana struktur sosial merupakan susunan komponen sosial yang saling mendukung
kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Ada lembaga sosial yang terbentuk dengan
sendirinya, tanpa tahu dari mana asal usul sejarah pembentukannya. Misalnya lembaga adat
yang menghasilkan berbagai tatanan kelakuan masyarakat terbentuk secara tidak sengaja.
Akan tetapi da juga lembaga sosial yang secara resmi atau formal sengaja dibentuk sesuai
kebutuhan masyarakat saaat itu.
Keberadaaan lembaga kepolisian misalnya, tentu tidak lepas dari situasi dan kondisi
saat itu yang berkaitan dengan banyaknya pelanggaran atas nilai dan norma sosial sehingga
membutuhkan keberadaan lembaga yang mengurus ketertiban masyarakat dan memiliki
kekuatan mengikat semua orang.
Memang di dalam realitas sosial ada nilai dan norma yang selalu menjadi pedoman
perilaku anggota masyarakatnya. Akan tetapi adanya nilai dan norma sosial sebagai patokan
tata kelakuan tersebut ternyata belum cukup memberikan kekuatan mengikat pada anggota –
anggota masyarakatnya.
Dalam kelompok sosial tidak semua orang berperilaku sesuai dengan harapan
kelompoknya. Ada beberapa di antara anggota masyarakat yang berperilaku tidak sejalan
dengan harapan – harapan kelompok. Sementara itu di pihak lain harapan akan kehidupan
sosial yang konformis masih tetap menjadi keinginan kehidupan sosial bersama. Untuk itulah
maka masyarakat membentuk lembaga sosial baik secara formal maupun secara informal
dengan tujuan mengikat perilaku anggota – anggota agara berperilaku sesuai dengan harapan
kelompok tersebut. Dengan demikian, lembaga sosial adalah alat untuk mengikat perilaku
anggota masyarakat agar berperilaku sesuai dengan tatanan aturan yang menjadi
kesepakatan kelompok sosial.
3)      Pelapisan Sosial
Tidak semua manusia yang memiliki kualifikasi yang sama. Ada yang tidak bisa
mengakses kebutuhan akan benda – benda yang memiliki nilai sosial ekonomi. Ketidak
saamaan kualifikasi manusia dalam kehidupan sosial tersebut melahirkan perbedaan
kepemilikan akan benda – benda yang berharga secara sosial ekonomi. Perbedaaan besar
kecilnya kemampuan akses atasa dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja menimbulkan
pengelompokan atau dasar perbedaaan kepemilikan benda – benda berharga. Gejala inilah
yang akhirnya menimbulkan sistem pelapisan masyarakat secara hierarkis berbentuk
piramida mengerucut ke atas. Makin ke atas kelompok tersebut makin mengecil hingga di
pucuk piramida tersebut merupakan anggota masyarakatb yang memiliki kualifikasi terbaik
di dalam kelompoknya.

Adapun makin ke bawah, maka kelompok tersebut makin besar dengan diisi oleh
kelompok – kelompok yang makin rendah pula derajat kualifikasinya. Adapun kualifikasi
manusia itu secara alamiah, adalah sebagai berikut : (1) Kaulifikasi positif (2) Kualifikasi
negatif. Kualifikasi positif didasarkan pada nilai – nilai positif, seperti : kelompok berharta
cukup, kaya, lebih kaya, dan paling kaya ). Kualifikasi negatif didasarkan pada nilai – nilai
negatif, seperti : jahat, lebih jahat, dan paling jahat. Adapun pengelompokan secara hierarki
ini seacara rill pasti ada di dalam kehidupan sosial, artinya di dalam segala ruang dan waktu
sistem pelapisan sosial pasti ada.
4)      Kelompok Sosial
Konsep sosial merupakan akibat dari konsekuensi kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial yang cendrung berkelompok dengan manusia lainnya. Akan tetapi perbedaan
dan persamaan karakter kepribadian, perbedaan kepentingan dan tujuan, perbedaan bahasa,
adat istiadat, ras, suku, kegemaran masing – masing individu, dab sevagainya tidak sekedar
menyebabkan kecendrungan manusia untuk berkelompok dengan manusia lainnnya sebagai
konsekuensi manusia berkedudukan sebagai makhluk sosial, akan tetapi gejala tersebut
mengakibatkan pada pengelompokan manusia atas dasar ciri dan karakter tertentu yang
berujung pada in group dan out group feeling. Perasaan kelompok orang dalam dan orang
luar ini menimbulkan perbedaan yang cukup tajam sehingga membedakan si A adalah
kelompok kami, sedangkan si B bukan kelompok murni.
Perbedaan kelompok sosial tersebut melahirkan gejala sosial yang memunculkan
ketegangan atau kerja sama anatar satu kelompok dengan yang lainnya. Hal itu tergantung
kepada keadaan masing – masing kelompok. Jika terjadi perbedaan ciri, watak dan karakter
maka itu akan menjadi perekat antara sesamanya untuk melakukan kerja sama.
5)      Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang membahas tentang
perubahan – perubahan ynag terjadi di dalam kehidupan sosial. Objek pemabahsan meliput :
a.      Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan
maupun yang tidak direncanakan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa warga
msyarakat agar para anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
Dalam pengendalian sosial, struktur sosial memiliki alat-alat pengendalian yang
berupa nilai-nilai dan norma yang dilengkapi dengan unsur kelembagaanya. Misalnya dalam
mengendalikan ketertiban, struktur sosial memiliki alat – alat pengendali, yaitu polisi,
hukum, dan alat – alat sanksinya. Untuk mencapai kehidupan sosial yang tertib, struktru
sosial memiliki kelembagaan pengendalian seperti agama dan alat – alat agamanya seperti
kitab suci, dan ulama.
b.      Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial adalah perilaku sekelompok orang yang dianggap tidak sesuai
dengan norma dan nilai yang berlaku sehingga dianggap penyimpangan tersebut
menimbulkan reaksi – reaksi tertentu sebagai celaan, cemoohan, gunjingan masyarakat,
hingga menimbulkan hukuman. Walaupun sudah ada nilai dan norma yang berlaku, tetapi
pola kehidupan yang teratur masih sangat sulit untuk dicapai. Hal ini diakibatkan
kecendurngan masyarakat yang selalu ingin berperilaku menyimpang.
c.       Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak
atau berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik pergerakan itu mengarah pada
gerak sosial dari lapisan sosial bawah bergerak ke atas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke
bawah. Status atau kedudukan manusia dapat dikatakan dinamis, artinya kedudukan sosial
tidaklah konstan, yaitu berubah – ubah, seperti dari tukang becak berubah menjadi pedagang,
atau bisa saja dari pedagang jadi bussinessman berubah menjadi salah satu objek bahasan
sosiologi.
d.      Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalah pergeseran nilai – nilai, norma – norma sosial, pola – pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.Perubahan sosial disebut juga transformasi sosial.
Perubahan sosial mengarah pada pergeseran yang bersifat dari pola – pola kehidupan yang
tradisional ke arah modern tetapi ada juga yang justru bergeser dari pola – pola peradaban
yang maju ke pola – pola tradisonal atau bahkan mengalami kehancuran. Adapun bentuk
perubahan dapat dilihat dari mekanisme perubahan itu sendiri, sebab ada perubahan sosial
yang disengaja atau dikehendaki atau direncanakan, ada juga perubahan yang tidak
dikehendaki atrau tidak disengaja.
Perubahan sosial yang dikehendaki sering direncanakan melalui program – program
tertentu yang disebut pembangunan, sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki biasanya
berasal dari faktor luar (eksternal), seperti bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami
di Aceh dan Sumatra Barat yang mengubah struktur masyarakatnya.
6)      Masalah Sosial
Objek kajian sosiologi adalah yang pokok adalah interaksi sosial di dalamnya dibahas
berbagai hubungan antar elemen sosial. Hubungan antar elemen ini dipilah menjadi dua, yaitu
: keteraturan sosial dan ketidakteraturan sosial. Keadaan sosial dikatakan teratur apabila
apabila anatara elemen yangs satu dengan yang lainnya sudah melaksanakan fungsi dan
perananannya sesuai nilai dan norma yang berlaku. Keadaan sosial dikatakan tidak teratur
apabila antara elemen yang satu dengan yang lain tidak melaksanakan fungsi dan peranannya
sesuai nilai dan norma yang berlaku.
Soejono Soekanto membuat kriteria masalah sosial, diantara :
a.       Faktor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini kemisikimnan dibedakan
menjadi dua, yakni : kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
b.      Faktor biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti masalah
endemis atau penyakit menular sebagaimana terjadi dewasa ini, yakni kasus flu burung, virus
SARS, HIV, penyakit kelamin yang menyerang beberapa daerah.
c.       Faktor Psikologis, seperti : depresi, stres, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, kesejahteraan
jiwa, dan sebagainya.
d.      Faktor sosial dan kebudasyaan, seperti : perceraian, masalah kriminal. Pelecehan seksual,
kenakalan remaja, konflikn ras, krisis moneter, dan sebagainya.
Beberapa Contoh Masalah Sosial
a.      Kemiskinan
Ketimpangan ekonomi sering kali menimbulkan kejahatan manusia, sebab
kemiskinan saling mendorongn manusia untuk melakukan penyimpangan seperti : mencuri,
mencopet, merampok, hingga sampai dalam bentuk pembunuhan.
b.      Kejahatan
Kejahatan tidak hanya dalam konteks perilaku kriminal seperti membunuh atau
mencuri saja. Tindakan lain seperti korupsi, penipuan data juga merupakan pembahasan
dalam kejahatan.Pemicu kejahatan itu adalah karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan hak –
haknya. Sehinggs untuk mencapai pemenuhan sksn kebutuhan dan hak – hak tersebut orang
melakukan langkah yang kontoversial, yaitu langkah yang bertentangan dengan nilai dan
norma yang berlaku.
c.       Disorganisasi Keluarga
Hal itu disebut juga perpecahan keluarga. Keluarga dikatakan pecah apabila pelaku di
dalamnya sudah melakukan perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.
Bentuk penyimpangan ; Suami menganiaya istri, anak melawan orang tua, dan sebagainya.
Jika fungsi kelurga sudah sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku, maka disorganisasi
keluarga tidak akan dapat terelakkan.
d.      Masalah Remaja
Masalah remaja adalah fase perkembangan anak yang menginjak anatara masa anak –
anak ke masa dewasa. Maka tersebut dianggap sebagai masa transisisi. Pada masa itu anak
mencari jati dirinya. Seperti terlalu meniru kepiribadian tokoh idolanya, hingga terjerumus ke
tingkah laku menyimpang dan kontroversial lainnya. Penyimpangan itu karena jiwa remaja
saat itu masih labil.
e.       Perperangan
Perperangan adalah suatu gejala sosial dimana terdapat lebih dari satu kelompok
manusia yang berambisi untuk saling serang demi memperoleh kemenangan. Perang biasanya
terjadi karena kelompok yang satu menyinggung persaan kelompok lainnya.
f.       Kelainan Seksual
Kelainan seksual adalah kecendrungan manusia untuk lebih tertarik kepada lawan
jenis. Kelainan seksual berbeda dengan penyimpangan seksual. Peyimpangan seksual lebih
fokus pada perilaku seksual di luar norma – norma yang membenarkan tindakan seks, seperti
dalam agama, seks boleh dilakukan jika sudah menikah. Penyimpangan seksual sering
dilakukan oleh orang gay atau homoseks.
Penyimpangan seksual bisa saja disebabkan oleh penyimpangan hormon, dimana
keadaan fisiknya adalah laki-laki tetapi di dalam jiwanya di dominasi oelh hormon
progestetron, maka ia memiliki kecendrungan untuk menjadi homoseksual.
g.      Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan yang pokonya biasanya terfokus pada pertambahan penduduk
yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Jika tingkat natalitas (kelahiran) tinggi, maka jelas
akan menunjukkan pertambahan penduduk, akan tetapi jika angka mortalitas (kematian)
menurun, maka hal ini menunjukkan adanya jumlah pengurangan.
Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk akan berpengaruh pada jumlah
produksi sebagai kebutuhan pokok penduduk harus dipenuhi. Jika jumlah penduduk yang
kian bertambah tanpa disertai adanya jumlah produksi, maka akan berakibat buruk bagi
kehidupan sosial. Dampak yang paling urgen adalah patologi sosial.
h.      Masalah Gender
Masalah gender, tidak hanay menyangku persoalan jenis kelamin anatar laki – laki
dan permpuan. Jenis kelamin selalu merujuk kepada aspek biologis manusia, dimana laki-laki
ditandai dengan memiliki jakun, berbadan kekar, dan menghasilkan sperma. Sedangkan
untuk perempuan ditandai dengan adanya masa menstruasi atau menghasilkan ovum.
i.        Masalah Kekerasan
Pada masa lalu kekerasan dianggap sebagai media untuk melakukan pendisiplinan diri
masyarakat. Kekerasan di dunia pendidikan contohnya. Maka banyak terlihat kasus kekerasan
guru terhadap murid di kelasnya. Kekerasan ini sangat bertentangan dengan Hak Asasi
Manusia (HAM).
D.    Lembaga – Lembaga Sosial

1.      Keluarga
Keluarga adalah atuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial,
yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga adalah untuk berkembang biak,
bersosialisasi, menolong, dan melindungi orang tua (jompo). Bentuk keluarga adalah terdiri
dari : suami, istri, dan anak. Secara resmi biasanya diikat oleh hubungan perkawinan.
Secara umum fungsi keluarga adalah pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi,
pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan, dan
kontrol sosial (William J. Goode : 1983).
a.      Pengaturan Seksual
Adanya norma yang mengatur perkawinan. Anak yang tidak jelas ayahnya karena
hubungan yang tidak sesuai dengan aturan norma. Makanya kelahiran diluar nikah tidak
dibolehkan.
b.      Reproduksi
Ada sebagian pihak yang memiliki alasan tersendiri dalam memilih kuantitas anak.
Orang yang memanfaatkan ilmu kedokterab pro terhadap program KB. Akan tetapi orang
yang berpedoman pada agama, amak ia tidak akan melakukan program KB. Bagi mereka
banyak anak adalah banyak rezeki.
c.       Sosialisasi
Manusia bergantung kepada kebudayaan, bukan pada naluri dan insting. Bagaimana
seorang anak mengambil pelajaran dari orang tuanya dalam kehidupan bekeluarga.
d.      Pemeliharaan
Seorang bayi yang baru lahir butuh pemeliharaan yang bagus dari orang tuanya
hingga menuju dewasa. Alasannya :
         Manusia lebih lama dewasanya daripada binatang
         Tidak mempunyai naluri untuk menyederhanakan penyesuaian dengan lingkungan
         Memiliki otak yang paling rumit diantara semua hewan.
e.       Penempatan Anak di dalam Masyarakat
Jika anak tidak memiliki ayah yang syah, hak – hak yang seharusnya ia diterima
dalam sisi pengembangan diri tidak akan berjalan. Penempatan sosial ditetapkan oleh
masyrakat atas dasar keanggota keluargaan melaluin pemberian orientasi hubungan seperti
orang tua, saudara kandung, atau kerabat.

f.       Pemuas Kebutuhan Perseorangan


Setiap orang memiliki jalinan hubungan emosional yang kuat setelah kelahiran
seorang bayi. Banyak survei yang membuktikan bahwa anak yang hidup tidak dibawah
bimbingan orang tua mengalami tekanan batin atau kematian sekalipun.
g.      Kontrol Sosial
Individu yang sudah dewasa membutuhkan sistem nilai sebagai macam tuntunan
umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembangan kepribadiannya.
2.      Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangb berawal dari jenjang taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi.Baik itu sekolah negeri maupun swasta memiliki
kedudukan yang sama. Di dunia pendidikan informal anak bisa memahami kondisi sosial
yang ada di sekitarnya, Misal : memahami teman dan kepribadian guru atau dosennya.
3.      Masyarakat
Masayarakat atau society berarti kawan. Artinya saling bergaul. Ini tentu saja karena
ada bentuk – bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang
merupakan kesatuan. Dengan adanya saling bergaulndan interaksi karena mempunyai nilai –
nilai, norma – norma, cara – cara, dan prosedur merupakan kebutuhan yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat isitiadat tertentu, yang bersifat kontiniue dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
E.     Fungsi Struktur Sosial
Dengan adanya struktru sosial maka individu akan mengetahui batas – batas tertentu
dalam melakukan segala aktivitas dalam hidupnya, memberikan pengawasan terhadap segala
aktivitas individu atau kelompok tertentu, dan mendisiplinkan individu atau kelompok
tertentu.
Dalam teori sebernetik tentang General System Of Action (Ankie M.M Hoogvelt :
1985), dijelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat – syarat
fungsonalnya, yaitu :

a.      Fungsi mempertahankan pola


Prinsip mempertahankan prinsip – prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh karena itu
diorientasikan realitas yang terakhir.
b.      Fungsi intrgrasi
Jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan anatar unit – unit dari suatu sistem
sosial, khusunya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam
keseluruhan sistem.
c.       Fungsi Pencapaian
Hal ini menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub
sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penetuan tujuan – tujuan yang sangat penting
bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapat tujuan – tujuan tersebut.
d.      Fungsi Adaptasi
Hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme
perilaku dan dengan duna fisiko organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian
masyarakat terhadap kondisi – kondisi dari lingkungan hidupnya

Anda mungkin juga menyukai