PEMBAHASAN
2. Fungsi Kontrol Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam
diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam
masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur
sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan.
Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3. Fungsi Pembelajaran Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam
masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat
berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai
dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.
II c. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan konfigurasi atau pemilahan struktur sosial menggunakan
parameter graduated/berjenjang. Hasilnya adalah dalam masyarakat terdapat kelas-kelas
sosial.
Kriteria yang digunakan dapat berupa kriteria (1) sosial, (2) ekonomi, dan (3) politik.
Kriteria sosial meliputi: pendidikan, profesi atau pekerjaan, dan keturunan atau keanggotaan
dalam kasta dan kebangsawanan. Kriteria ekonomi meliputi pendapatan/penghasilan dan
pemilikan/kekayaan. Kriteria politik meliputi kekuasaan.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Menurut Weber, para anggota masyarakat dapat dipilah secara vertikal berdasarkan
atas ukuran-ukuran kehormatan, sehingga ada orang-orang yang dihormati dan disegani dan
orang-orang yang dianggap biasa-biasa saja, atau orang kebanyakan, atau bahkan orang-
orang yang dianggap hina. Orang-orang yang dihormati atau disegani pada umumnya adalah
mereka yang memiliki jabatan atau profesi tertentu, keturunan bangsawan atau orang-orang
terhormat, atau berpendidikan tinggi.
Ukuran-ukuran penempatan anggota masyarakat dalam stratifikasi sosial yang dapat
dikategorikan sebagai kriteria sosial antara lain, (1) profesi, (2) pekerjaan, (3) tingkat
pendidikan, (4) keturunan, dan (5) kasta.
1. Profesi
Yang dimaksud profesi adalah pekerjaan-pekerjaan yang untuk dapat
melaksanakannya memerlukan keahlian, misalnya dokter, guru, wartawan, seniman,
pengacara, jaksa, hakim, dan sebagainya. Orang-orang yang menyandang profesi-profesi
tersebut disebut kelas profesional. Di samping kelas profesional, dalam masyarakat terdapat
juga kelas-kelas tenaga terampil dan tidak terampil, yang pada umumnya ditempatkan pada
posisi yang lebih rendah dalam stratifikasi sosial masyarakat.
2. Pekerjaan.
Berdasarkan tingkat prestise atau gengsinya, pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat
dapat dibedakan menjadi: (1) pekerjaan kerah putih (white collar), dan (2) pekerjaan kerah
biru (blue collar). Pekerjaan kerah putih merupakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
menuntut penggunaan pikiran atau daya intelektual, sedangkan pekerjaan-pekerjaan kerah
biru lebih menuntut penggunaan energi atau kekuatan fisik. Pada umumnya anggota
masyarakat lebih memberikan penghargaan atau gengsi yang lebih tinggi pada pekerjaan-
pekerjaan kerah putih. Walaupun, tidak selalu bahwa pekerjaan kerah putih memberikan
dampak ekonomi atau finansial yang lebih besar daripada pekerjaan kerah biru.
3. Pendidikan
Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah dianggap sebagai kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan tinggi
akan menempati posisi dalam stratifikasi sosial yang lebih tinggi. Sehingga tamatan S-3
dipandang lebih tinggi kedudukannya daripada tamatan S2, S1, SMA/SMK, SMP, SD, dan
mereka yang tidak pernah sekolah.
4. Keturunan
Keturunan raja atau bangsawan dalam masyarakat dipandang memiliki kedudukan
yang tinggi. Bahkan, pada masyarakat feodal, hampir tidak ada pengakuan terhadap simbol-
simbol yang berasal dari luar istana, termasuk tata kota, arsitektur, pemilihan hari-hari
penting, pakaian, seni, dan sebagainya. Penempatan orang dalam posisi-posisi penting dalam
masyarakat akan selalu mempertimbangkan faktor keturunan, dan keaslian keturunan
dipandang sangat penting.
5. Kasta
Kasta merupakan pemilahan anggota masyarakat yang dikenal pada masyarakat
Hinduisme. Masyarakat dipilah menjadi kasta-kasta, seperti: Brahmana, Ksatria, Weisyia,
dan Sudra. Kemudian ada orang-orang yang karena tindakannya dihukum dikeluarkan dari
kasta, digolongkan menjadi paria. Sebagian besar orang menganggap pemilahan dalam kasta
bersifat graduated atau berjenjang, mengingat orang-orang yang berasal dari kasta yang
berbeda akan memiliki gengsi (prestige) dan hak-hak istimewa (privelege) yang berbeda.
Namun, tokoh-tokoh Hinduisme menyatakan bahwa kasta bukanlah pemilahan vertikal,
melainkan hanyalah merupakan catur warna.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Kriteria ekonomi yang digunakan sebagai dasar stratifikasi sosial dapat meliputi penghasilan
dan pemilikan atau kekayaan.
Apabila dipilah menggunakan kriteria ekonomi, maka masyarakat akan terdiri atas
Kelas atas, yaitu orang-orang yang karena penghasilan atau kekayaannya dengan leluasa
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
Kelas menengah, yaitu orang-orang yang karena penghasilan dan kekayaannya dapat leluasa
memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapi tidak leluasa untuk kebutuhan-kebutuhan
lainnya
Kelas bawah, yaitu orang-orang yang dengan sumberdaya ekonominya hanya dapat
memenuhi kebutuhan hidup mendasarnyanya, tetapi tidak leluasa, atau bahkan tidak mampu
untuk itu.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
Ukuran yang digunakan untuk memilah masyarakat atas dasar dimensi atau kriteria
politik adalah distribusi kekuasaan. Kekuasaan (power) berbeda dengan kewenangan
(otoritas). Seseorang yang berkuasa tidak selalu memiliki kewenangan.
Yang dimaksud kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi individu-
individu lain dalam masyarakat, termasuk mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif.
Sedangkan wewenang adalah hak untuk berkuasa. Apa yang terjadi apabila orang
mempunyai wewenang tetapi tidak memiliki kekuasaan? Mana yang lebih efektif, orang
mempunyai kekuasaan saja, atau wewenang saja?
Meskipun seseorang memiliki hak untuk berkuasa, artinya ia memiliki wewenang,
tetapi kalau dalam dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, maka
ia tidak akan dapat melaksanakan hak itu dengan baik. Sebaliknya, apabila seseorang
memiliki kemampuan mempengaruhi pihak lain, meskipun ia tidak punya wewenang untuk
itu, pengaruh itu dapat berjalan secara efektif. Untuk lebih memahami hal ini, dapat
diperhatikan pengaruh tokoh masyarakat, seperti seorang tokoh agama atau orang yang
dituakan dalam masyarakat.
Dominasi
Dominasi merupakan kekuasaan yang nyaris tidak dapat ditolak oleh siapapun. Kekuasaan
yang sifatnya hampir multlak. Kekuasaan dalam masyarakat berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1) kekuasaan tradisional,
(2) kekuasaan kharismatik, dan
(3) kekuasaan legal-rasional.
Kekuasasan tradisional adalah kekuasaan yang sumbernya berasal dari tradisi masyarakat,
misalnya raja. Kekuasaan kharismatik bersumber dari kewibawaan atau kualitas diri
seseorang, dan kekuasaan legal rasional bersumber dari adanya wewenang yang didasarkan
pada pembagian kekuasaan dalam birokrasi, misalnya pemerintahan.
Status sosial
Unsur penting dalam stratifikasi sosial adalah status. Apakah status? Status adalah Posisi atau
kedudukan atau tempat seseorang atau kelompok dalam struktur sosial masyarakat atau pola
hubungan sosial tertentu. Status seseorang dapat diperoleh sejak kelahirannya (ascribed
status), diberikan karena jasa-jasanya (assigned status), atau karena prestasi dan
perjuangannya (achived status). Masyarakat modern lebih menghargai status-status yang
diperoleh melalui prestasi atau perjuangan, masyarakat feudal lebih menghargai status yang
diperoleh sejak lahir.
Apakah kelas sosial?
Segolongan orang yang menyandang status relatif sama
Memiliki cara hidup tertentu
Sadar akan privelege (hak istimewa) tertentu, dan
memiliki prestige (gengsi kemasyarakatan) tertentu
Apakah simbol status?
Simbol “sesuatu” yang oleh penggunanya diberi makna tertentu
Ciri-ciri/tanda-tanda yang melekat pada diri seseorang atau kelompok yang secara relatif
dapat menunjukkan statusnya
Antara lain: cara berpakaian,cara berbicara, cara belanja, desain rumah, cara mengisi waktu
luang, keikutsertaan dalam organisasi, tempat tinggal,cara berbicara, perlengkapan hidup,
akses informasi, dst.
Konsekuensi perbedaan status dalam pelapisan sosial masyarakat?
Cara hidup (cara berfikir, berperasaan dan bertindak) yang berbeda: sikap politik, kepedulian
sosial, keterlibatan dalam kelompok sosial, dst.). Ingat: PS = f(S + K), bahwa perilaku sosial
pada dasarnya merupakan fungsi dari struktur sosial dan kebudayaan. Jawablah: mengapa
seorang individu menyebut orangtuanya sebagai mama dan papa, bukan ayah dan ibu, bukan
bapak dan ibu, atau bapak dan simbok?
Prestige (gengsi/kehormatan sosial) yang berbeda
Privilege (hak istimewa) yang berbeda
Peluang hidup yang berbeda
II d. Konflik Sosial
Konflik sosial merupakan salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat, misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup.
Sumber konflik:
1.Perbedaan kepentingan
2.Perbedaan individual
3.Perbedaan kebudayaan
4.Perubahan sosial
Macam-macam konflik
Penjelasan:
TANPA KONFLIK: dalam kesan umum adalah lebih baik, namun setiap masyarakat atau
kelompok yang hidup damai, jika ingin keadaan ini terus berlangsung, mereka harus hidup
bersemangat dan dinamis. Memanfaatkan konflik perilaku dan tujuan, serta mengelola
konflik secara kreatif.
KONFLIK LATEN: sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar dapat
ditangani secara effektif
KONFLIK TERBUKA: berakar dalam, dan sangat nyata. à memerlukan berbagai tindakan
untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.
KONFLIK DI PERMUKAAN: memiliki akar yang dangkal/tidak memiliki akar, muncul hanya
karena kesalah fahaman mengenai sasaran yang dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Struktur Sosial
Mengenai istilah struktur sosial di kalangan ahli di Indonesia memang belum ada
kesepakatan untuk menentukan secara pasti tentang defenisinya. Sebagian para ahli
menganggap struktur sosial identik dengan pengambaran tentang suatu lembaga sosial,
sebagian lain mengartikan sebagai pranata sosial, bangunan sosial, dan lembaga
kemasyarakatan.
Menurut Firth ( Soejono Soekanto : 1983 ), organisasi sosial berkaitan dengan
piliahan dan keputusan hubungan – hubungan sosial aktual. Struktur sosial yang lebih
fundamental yang meberikan batas – batas pada aksi – aksi yang mungkin dilakukan secara
organisator. Sedangkan menurut E.R Leach, menetapkan konsep tersebut pada cita – cita
tentang distribusi kekuasan diantara orang – orang dan kelompok – kelompok.
Koentjraningrat menjelaskan bahwa sturktur sosial adalah kerangka yang dapat
menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu Soeleman B.
Taneko menjelaskan bahwa struktru sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur – unsur
sosial yang pokok, yakni kaidah – kaidah sosial, lembaga – lembaga – lembaga sosial,
kelompok – kelompok sosial serta lapisan – lapisan sosial.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa struktur sosial mencakup berbagai
hubungan sosial antara individu – individu secara tertentu pada waktu yang ditentukan
merupakan keadaan statis dari sistem sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung
unsur kebudayaan belaka, melainkan sekaligus mencakup seluruh prinsip – prinsip hubungan
– hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil. Sedangkan Person memandang struktur
sosial sebagai aspek yang relatif statis daripada aspek fungsional dalam suastu sistem sosial.
Dengan tidak mengurangi unsur pengertian dari struktur sosial, maka secara singkat
struktur sosial diartikan sebagai tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di
dalamanya terkandung hubungan timbal balik anatara status dan peranan dengan batas – batas
perangkat unsur – unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga
dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.
e. Struktur merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung
dua pengertian, yakni : pertama, dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris
dalam proses perubahan dan perkembangan, kedua, dalam setiap perubahan dan
perkembangan tersebut terdapat tahap penghentian stabilitas, keteraturan,dan integrasi,
berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidapkuasan dalam tubuh
masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan
keteraturan sosial atau keteraturan elemen – elemen dalam kehidupan masyarakat.
Dari beberapa ciri struktur sosial sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyrakat
yang merupkan penjaringan daripada unsur – unsur sosial yang pokok.
Menurut Soejono Soekanto, unsur – unsur sosial adalah sebagai berikut :
a. Kelompok sosial
b. Kebudayaan
c. Lembaga Sosial
d. Stratifikasi Sosial
e. Kekuasaan dan Wewenang
Jika dilihat proses memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kedudukan seseorang yang diperoleh dari bawahan (ascribed status) yang diantaranya
kedudukan yang bersifat biologis seperti gender, dan kedudukan yang bersifat historis seperti
keturunan pejabat tinggi, keturunan raja, dan sebagainya.
b. Kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau dengan disengaja ( achieved status ), seperti
seseorang yang karena kegigihannya ia berhasil meraih gelar sarjana dari gelar tersebut
menyebabkan ia diterima bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang tinggi.
Pernanan merupakan pola tindakan atau perilaku yang diharapkan dari orang memiliki
status tertentu, artinya jika seseorang melakukan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia telah menajalankan peranan. Dalam hal ini, peranan dan kedudukan
merupakan suatu kesatuan tidak terpisahkan karena kesalingtegantungan satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial tidak ada kedudukan tanpa peranan dan
tidak ada peranan tanpa kedudukan. Setiap orang memiliki peranan yang berasal dari pola –
pola pergaulan hidupnya, sehingga antara peranan dan kedudukan tersebut menentukan apa
yang diperbuat dan kesempatan – kesempatan yang dapat diambil dari kehidupan masyrakat
tersebut.
Dengan demikian, peranan mengatur pola – pola perilaku seseorang dan batasan –
batasan tertentu pada perilaku di dalam pola – pola kehidupan sosial. Oleh karena itu,
hubungan sosial yang ada dalam masyarakat adalah hubungan antar peranan – peranan
individu di dalam kehidupan kelompok. Peranan – pernanan tersebut diatur oleh norma –
norma yang berlaku di dalam masyarakat.
2) Lembaga Sosial
Proses pembentukan lembaga sosial tidak terlepas dari sifat struktur sosial itu sendiri
di mana struktur sosial merupakan susunan komponen sosial yang saling mendukung
kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Ada lembaga sosial yang terbentuk dengan
sendirinya, tanpa tahu dari mana asal usul sejarah pembentukannya. Misalnya lembaga adat
yang menghasilkan berbagai tatanan kelakuan masyarakat terbentuk secara tidak sengaja.
Akan tetapi da juga lembaga sosial yang secara resmi atau formal sengaja dibentuk sesuai
kebutuhan masyarakat saaat itu.
Keberadaaan lembaga kepolisian misalnya, tentu tidak lepas dari situasi dan kondisi
saat itu yang berkaitan dengan banyaknya pelanggaran atas nilai dan norma sosial sehingga
membutuhkan keberadaan lembaga yang mengurus ketertiban masyarakat dan memiliki
kekuatan mengikat semua orang.
Memang di dalam realitas sosial ada nilai dan norma yang selalu menjadi pedoman
perilaku anggota masyarakatnya. Akan tetapi adanya nilai dan norma sosial sebagai patokan
tata kelakuan tersebut ternyata belum cukup memberikan kekuatan mengikat pada anggota –
anggota masyarakatnya.
Dalam kelompok sosial tidak semua orang berperilaku sesuai dengan harapan
kelompoknya. Ada beberapa di antara anggota masyarakat yang berperilaku tidak sejalan
dengan harapan – harapan kelompok. Sementara itu di pihak lain harapan akan kehidupan
sosial yang konformis masih tetap menjadi keinginan kehidupan sosial bersama. Untuk itulah
maka masyarakat membentuk lembaga sosial baik secara formal maupun secara informal
dengan tujuan mengikat perilaku anggota – anggota agara berperilaku sesuai dengan harapan
kelompok tersebut. Dengan demikian, lembaga sosial adalah alat untuk mengikat perilaku
anggota masyarakat agar berperilaku sesuai dengan tatanan aturan yang menjadi
kesepakatan kelompok sosial.
3) Pelapisan Sosial
Tidak semua manusia yang memiliki kualifikasi yang sama. Ada yang tidak bisa
mengakses kebutuhan akan benda – benda yang memiliki nilai sosial ekonomi. Ketidak
saamaan kualifikasi manusia dalam kehidupan sosial tersebut melahirkan perbedaan
kepemilikan akan benda – benda yang berharga secara sosial ekonomi. Perbedaaan besar
kecilnya kemampuan akses atasa dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja menimbulkan
pengelompokan atau dasar perbedaaan kepemilikan benda – benda berharga. Gejala inilah
yang akhirnya menimbulkan sistem pelapisan masyarakat secara hierarkis berbentuk
piramida mengerucut ke atas. Makin ke atas kelompok tersebut makin mengecil hingga di
pucuk piramida tersebut merupakan anggota masyarakatb yang memiliki kualifikasi terbaik
di dalam kelompoknya.
Adapun makin ke bawah, maka kelompok tersebut makin besar dengan diisi oleh
kelompok – kelompok yang makin rendah pula derajat kualifikasinya. Adapun kualifikasi
manusia itu secara alamiah, adalah sebagai berikut : (1) Kaulifikasi positif (2) Kualifikasi
negatif. Kualifikasi positif didasarkan pada nilai – nilai positif, seperti : kelompok berharta
cukup, kaya, lebih kaya, dan paling kaya ). Kualifikasi negatif didasarkan pada nilai – nilai
negatif, seperti : jahat, lebih jahat, dan paling jahat. Adapun pengelompokan secara hierarki
ini seacara rill pasti ada di dalam kehidupan sosial, artinya di dalam segala ruang dan waktu
sistem pelapisan sosial pasti ada.
4) Kelompok Sosial
Konsep sosial merupakan akibat dari konsekuensi kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial yang cendrung berkelompok dengan manusia lainnya. Akan tetapi perbedaan
dan persamaan karakter kepribadian, perbedaan kepentingan dan tujuan, perbedaan bahasa,
adat istiadat, ras, suku, kegemaran masing – masing individu, dab sevagainya tidak sekedar
menyebabkan kecendrungan manusia untuk berkelompok dengan manusia lainnnya sebagai
konsekuensi manusia berkedudukan sebagai makhluk sosial, akan tetapi gejala tersebut
mengakibatkan pada pengelompokan manusia atas dasar ciri dan karakter tertentu yang
berujung pada in group dan out group feeling. Perasaan kelompok orang dalam dan orang
luar ini menimbulkan perbedaan yang cukup tajam sehingga membedakan si A adalah
kelompok kami, sedangkan si B bukan kelompok murni.
Perbedaan kelompok sosial tersebut melahirkan gejala sosial yang memunculkan
ketegangan atau kerja sama anatar satu kelompok dengan yang lainnya. Hal itu tergantung
kepada keadaan masing – masing kelompok. Jika terjadi perbedaan ciri, watak dan karakter
maka itu akan menjadi perekat antara sesamanya untuk melakukan kerja sama.
5) Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang membahas tentang
perubahan – perubahan ynag terjadi di dalam kehidupan sosial. Objek pemabahsan meliput :
a. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan
maupun yang tidak direncanakan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa warga
msyarakat agar para anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
Dalam pengendalian sosial, struktur sosial memiliki alat-alat pengendalian yang
berupa nilai-nilai dan norma yang dilengkapi dengan unsur kelembagaanya. Misalnya dalam
mengendalikan ketertiban, struktur sosial memiliki alat – alat pengendali, yaitu polisi,
hukum, dan alat – alat sanksinya. Untuk mencapai kehidupan sosial yang tertib, struktru
sosial memiliki kelembagaan pengendalian seperti agama dan alat – alat agamanya seperti
kitab suci, dan ulama.
b. Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial adalah perilaku sekelompok orang yang dianggap tidak sesuai
dengan norma dan nilai yang berlaku sehingga dianggap penyimpangan tersebut
menimbulkan reaksi – reaksi tertentu sebagai celaan, cemoohan, gunjingan masyarakat,
hingga menimbulkan hukuman. Walaupun sudah ada nilai dan norma yang berlaku, tetapi
pola kehidupan yang teratur masih sangat sulit untuk dicapai. Hal ini diakibatkan
kecendurngan masyarakat yang selalu ingin berperilaku menyimpang.
c. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak
atau berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik pergerakan itu mengarah pada
gerak sosial dari lapisan sosial bawah bergerak ke atas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke
bawah. Status atau kedudukan manusia dapat dikatakan dinamis, artinya kedudukan sosial
tidaklah konstan, yaitu berubah – ubah, seperti dari tukang becak berubah menjadi pedagang,
atau bisa saja dari pedagang jadi bussinessman berubah menjadi salah satu objek bahasan
sosiologi.
d. Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalah pergeseran nilai – nilai, norma – norma sosial, pola – pola
perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.Perubahan sosial disebut juga transformasi sosial.
Perubahan sosial mengarah pada pergeseran yang bersifat dari pola – pola kehidupan yang
tradisional ke arah modern tetapi ada juga yang justru bergeser dari pola – pola peradaban
yang maju ke pola – pola tradisonal atau bahkan mengalami kehancuran. Adapun bentuk
perubahan dapat dilihat dari mekanisme perubahan itu sendiri, sebab ada perubahan sosial
yang disengaja atau dikehendaki atau direncanakan, ada juga perubahan yang tidak
dikehendaki atrau tidak disengaja.
Perubahan sosial yang dikehendaki sering direncanakan melalui program – program
tertentu yang disebut pembangunan, sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki biasanya
berasal dari faktor luar (eksternal), seperti bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami
di Aceh dan Sumatra Barat yang mengubah struktur masyarakatnya.
6) Masalah Sosial
Objek kajian sosiologi adalah yang pokok adalah interaksi sosial di dalamnya dibahas
berbagai hubungan antar elemen sosial. Hubungan antar elemen ini dipilah menjadi dua, yaitu
: keteraturan sosial dan ketidakteraturan sosial. Keadaan sosial dikatakan teratur apabila
apabila anatara elemen yangs satu dengan yang lainnya sudah melaksanakan fungsi dan
perananannya sesuai nilai dan norma yang berlaku. Keadaan sosial dikatakan tidak teratur
apabila antara elemen yang satu dengan yang lain tidak melaksanakan fungsi dan peranannya
sesuai nilai dan norma yang berlaku.
Soejono Soekanto membuat kriteria masalah sosial, diantara :
a. Faktor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini kemisikimnan dibedakan
menjadi dua, yakni : kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
b. Faktor biologis yang di dalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti masalah
endemis atau penyakit menular sebagaimana terjadi dewasa ini, yakni kasus flu burung, virus
SARS, HIV, penyakit kelamin yang menyerang beberapa daerah.
c. Faktor Psikologis, seperti : depresi, stres, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, kesejahteraan
jiwa, dan sebagainya.
d. Faktor sosial dan kebudasyaan, seperti : perceraian, masalah kriminal. Pelecehan seksual,
kenakalan remaja, konflikn ras, krisis moneter, dan sebagainya.
Beberapa Contoh Masalah Sosial
a. Kemiskinan
Ketimpangan ekonomi sering kali menimbulkan kejahatan manusia, sebab
kemiskinan saling mendorongn manusia untuk melakukan penyimpangan seperti : mencuri,
mencopet, merampok, hingga sampai dalam bentuk pembunuhan.
b. Kejahatan
Kejahatan tidak hanya dalam konteks perilaku kriminal seperti membunuh atau
mencuri saja. Tindakan lain seperti korupsi, penipuan data juga merupakan pembahasan
dalam kejahatan.Pemicu kejahatan itu adalah karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan hak –
haknya. Sehinggs untuk mencapai pemenuhan sksn kebutuhan dan hak – hak tersebut orang
melakukan langkah yang kontoversial, yaitu langkah yang bertentangan dengan nilai dan
norma yang berlaku.
c. Disorganisasi Keluarga
Hal itu disebut juga perpecahan keluarga. Keluarga dikatakan pecah apabila pelaku di
dalamnya sudah melakukan perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.
Bentuk penyimpangan ; Suami menganiaya istri, anak melawan orang tua, dan sebagainya.
Jika fungsi kelurga sudah sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku, maka disorganisasi
keluarga tidak akan dapat terelakkan.
d. Masalah Remaja
Masalah remaja adalah fase perkembangan anak yang menginjak anatara masa anak –
anak ke masa dewasa. Maka tersebut dianggap sebagai masa transisisi. Pada masa itu anak
mencari jati dirinya. Seperti terlalu meniru kepiribadian tokoh idolanya, hingga terjerumus ke
tingkah laku menyimpang dan kontroversial lainnya. Penyimpangan itu karena jiwa remaja
saat itu masih labil.
e. Perperangan
Perperangan adalah suatu gejala sosial dimana terdapat lebih dari satu kelompok
manusia yang berambisi untuk saling serang demi memperoleh kemenangan. Perang biasanya
terjadi karena kelompok yang satu menyinggung persaan kelompok lainnya.
f. Kelainan Seksual
Kelainan seksual adalah kecendrungan manusia untuk lebih tertarik kepada lawan
jenis. Kelainan seksual berbeda dengan penyimpangan seksual. Peyimpangan seksual lebih
fokus pada perilaku seksual di luar norma – norma yang membenarkan tindakan seks, seperti
dalam agama, seks boleh dilakukan jika sudah menikah. Penyimpangan seksual sering
dilakukan oleh orang gay atau homoseks.
Penyimpangan seksual bisa saja disebabkan oleh penyimpangan hormon, dimana
keadaan fisiknya adalah laki-laki tetapi di dalam jiwanya di dominasi oelh hormon
progestetron, maka ia memiliki kecendrungan untuk menjadi homoseksual.
g. Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan yang pokonya biasanya terfokus pada pertambahan penduduk
yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Jika tingkat natalitas (kelahiran) tinggi, maka jelas
akan menunjukkan pertambahan penduduk, akan tetapi jika angka mortalitas (kematian)
menurun, maka hal ini menunjukkan adanya jumlah pengurangan.
Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk akan berpengaruh pada jumlah
produksi sebagai kebutuhan pokok penduduk harus dipenuhi. Jika jumlah penduduk yang
kian bertambah tanpa disertai adanya jumlah produksi, maka akan berakibat buruk bagi
kehidupan sosial. Dampak yang paling urgen adalah patologi sosial.
h. Masalah Gender
Masalah gender, tidak hanay menyangku persoalan jenis kelamin anatar laki – laki
dan permpuan. Jenis kelamin selalu merujuk kepada aspek biologis manusia, dimana laki-laki
ditandai dengan memiliki jakun, berbadan kekar, dan menghasilkan sperma. Sedangkan
untuk perempuan ditandai dengan adanya masa menstruasi atau menghasilkan ovum.
i. Masalah Kekerasan
Pada masa lalu kekerasan dianggap sebagai media untuk melakukan pendisiplinan diri
masyarakat. Kekerasan di dunia pendidikan contohnya. Maka banyak terlihat kasus kekerasan
guru terhadap murid di kelasnya. Kekerasan ini sangat bertentangan dengan Hak Asasi
Manusia (HAM).
D. Lembaga – Lembaga Sosial
1. Keluarga
Keluarga adalah atuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial,
yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga adalah untuk berkembang biak,
bersosialisasi, menolong, dan melindungi orang tua (jompo). Bentuk keluarga adalah terdiri
dari : suami, istri, dan anak. Secara resmi biasanya diikat oleh hubungan perkawinan.
Secara umum fungsi keluarga adalah pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi,
pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan, dan
kontrol sosial (William J. Goode : 1983).
a. Pengaturan Seksual
Adanya norma yang mengatur perkawinan. Anak yang tidak jelas ayahnya karena
hubungan yang tidak sesuai dengan aturan norma. Makanya kelahiran diluar nikah tidak
dibolehkan.
b. Reproduksi
Ada sebagian pihak yang memiliki alasan tersendiri dalam memilih kuantitas anak.
Orang yang memanfaatkan ilmu kedokterab pro terhadap program KB. Akan tetapi orang
yang berpedoman pada agama, amak ia tidak akan melakukan program KB. Bagi mereka
banyak anak adalah banyak rezeki.
c. Sosialisasi
Manusia bergantung kepada kebudayaan, bukan pada naluri dan insting. Bagaimana
seorang anak mengambil pelajaran dari orang tuanya dalam kehidupan bekeluarga.
d. Pemeliharaan
Seorang bayi yang baru lahir butuh pemeliharaan yang bagus dari orang tuanya
hingga menuju dewasa. Alasannya :
Manusia lebih lama dewasanya daripada binatang
Tidak mempunyai naluri untuk menyederhanakan penyesuaian dengan lingkungan
Memiliki otak yang paling rumit diantara semua hewan.
e. Penempatan Anak di dalam Masyarakat
Jika anak tidak memiliki ayah yang syah, hak – hak yang seharusnya ia diterima
dalam sisi pengembangan diri tidak akan berjalan. Penempatan sosial ditetapkan oleh
masyrakat atas dasar keanggota keluargaan melaluin pemberian orientasi hubungan seperti
orang tua, saudara kandung, atau kerabat.