Anda di halaman 1dari 10

ADMINISTRASI PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Kehidupan dan penghidupan mengalami perubahan dengan semakin majunya ilmu dan
teknologi. Ini berarti generasi baru memerlukan masa persiapan dan pendidikan yang lebih lama
dengan persyaratan-persyaratan yang lebih tinggi. Sekolah menjadi lebih besar dan tidak mudah
untuk dikelola. Para pendidik dan guru tidak cukup dilengkapi hanya dengan kemampuan-
kemampuan mengenai belajar-mengajar saja, tetapi memerlukan juga berbagai pengetahuan an
ketrampilan dalam rangka “penyelenggaraan usaha pendidikan”, yaitu administrasi pendidikan.
            Administrasi sebagai proses, yaitu sebagai suatu urutan kegiatan-kegiatan tertentu yang
harus ditempuh untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi itu. Administrasi ialah keseluruhan
proses yang mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi yang tersedia dan
yang sesuai, baik personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan,
secara efektif dan efisien.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian administrasi ?
b.      Apa pengertian pendidikan non formal ?
c.       Bagaimana administrasi lembaga pendidikan non formal ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Administrasi
            Administrasi jika kita telaah arti kata asalnya “ad” dan “ministrere”, berarti “dengan
bantuan”. Maksudnya, bahwa administrasi merupakan suatu bantuan, yaitu bantuan agar suatu
usaha dapat berjalan lancar, mencapai tujuannya dengan baik, tanpa pemborosan apapun.
            Setiap usaha memerlukan administrasi. Makin besar dan rumit pekerjaannya, makin sukar
tujuan tercapainya, makin kompleks pula pemikiran dan pengaturannya. Makin tinggi pula taraf
pengadministrasiannya, agar tujuannya dapat dicapai sebaik-baiknya, secara efektif dan efisien.
            Dalam arti yang luas. Arti sebenarnya, administrasi mencakup semua kegiatan, yang
perlu dijalankan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kegiatan itu dimulai dari mulai
menentukan kebijaksanaan, membuat rencana, membagi-bagi tugas, menyusun peraturan
pelaksanaan, mengawasi dan membimbing pelaksanaan, sampai kepada penilaian berhasil-
tidaknya usaha itu.
             Jadi secara umum dan luas dapat kita katakan bahwa : Administrasi ialah keseluruhan
proses yang mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi yang tersedia dan
yang sesuai, baik personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan,
secara efektif dan efisien.[1]

B.     Pengertian Pendidikan Non Formal


1.      Latar Belakang Kelahiran Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal juga disebut pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah sebagai
suatu sistem, baru dikenalkan kepada umum secara resmi kira-kira tahun 1970.
Sebelum anak menjadi murid suatu sekolah anak-anak telah memperoleh pendidikan yang
diberikan oleh keluarganya terutama ayah dan ibunya. Anak-anak banyak belajar di rumah dari
ibunya dan bapaknya (orang tuanya) dimana dan kapan saja menyangkut beberapa hal yang
mereka perlukan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya ke arah kesempurnaannya.
Pendidikan di dalam keuarga disebut pendidikan informal, belum merupakan sistem pendidikan
dengan aturan-aturan yang ketat dan tegas. Proses pendidikan informal ini terjadi karena adanya
komunikasi antara anak-ibu-ayah-nenek-kakak-dan lain-lain. Bentuk pendidikan berupa nasihat,
contoh, anjuran, larangan, perintah, pendidikan agama, etika, sopan santun, dan lain-lain. Karena
masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga, maka pendidikan informal menjadi diperluas sesuai
dengan kepentingan masyarakat dalam bentuk pendidikan tradisional. Landasan pendidikan
tradisional antara lain yaitu agama, dan tempat tinggal sebagai tempat menggali rejeki. Dalam
hal ini berorientasi pada ekonomi, seperti pertanian, kerajinan, industri, dan lain-lain. Pendidikan
tradisional tersebut merupakan awal sejarah pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah
yang berkembang dewasa ini.
Telah lama dikenal sebagai kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan
bukan pula dalam sekolah. Beberapa contoh kegiatan pendidikan di luar sekolah misalnya :
1.      Mass Education, yaitu pendidikan yang diberikan kepada orang dewasa di luar lingkungan
sekolah yang bertujuan memberikan kecakapan baca, tulis dan pengetahuan umum untuk dapat
mengikuti perkembangan dan kebutuhan hidup sekelilingnya.
2.      Adult Education, yaitu kegiatan atau usaha yang pada umumnya dilakukan dengan kemauan
sendiri (bukan dipaksa dari atas) oleh orang dewasa, terutama yang berhubungan dengan
kebutuhan sehari-hari.
3.      Foundamental Eucation : pendidikan dasar ini dilancarkan UNESCO tahun 1949, terutama
menolong masyarakat untuk mencapai keajuan sosial ekonomi, agar mereka dapat menduduki
tempat yang layak dalam dunia modern. Materi pendidikannya sederhana, misalnya kecakapan
berumah tangga, pendidikan akhlak/jiwa/ pendidikan kesehatan dan lain-lain.
4.      Pendidikan Masyarakat : ditunjukkan kepada orang dewasa termasuk pemuda di luar batas
umur tertinggi kewajiban belajar dan diakukan di luar lingkungan dan sistem pengajaran sekolah
biasa. Pendidikan ini dilakukan sejak tahun 1946. Tugas utama untuk mengadakan
pemberantasan buta huruf.
5.      Extention Education : yaitu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan
sekolah biasa, diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi untuk mengimbangi hasrat masyarakat
yang ingin menjadi peserta aktif dalam pengeolaan jaman.
Dengan dikembangkan pendidikan seumur hidup (life long education), maka semakin dirasakan
kebutuhan bentuk-bentuk kegiatan pendidikan bagi masyarakat pada umumnya agar dapat
mengatasi ketertinggalannya dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Nonformal
Pendidikan Luar Sekolah yaitu setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasikan yag
diselenggarakan di luar sistem pendidikan sekolah, baik tersendiri maupun merupakan bagian
dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran
didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.
Kegiatan pendidikan di luar sekolah mempunyai ciri-ciri antara lain : (a) ada pengorganisasian,
(b) ada program isi pendidikan, (c) adanya urutan materi, (d) jangka waktu pendek, (c) tujuan
spesifik, (f) sasaran : anak, orang dewasa, orang tua.
Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Olah Raga telah membuat keputusan No. Kep-
757/18/1977 tanggal 9 September 1977 tentang Pola Dasar Pelaksanaan Pembinaan Pendidikan
Luar Sekolah yang diselenggarakan Masyarakat (PLSM). PLSM adalah kegiatan pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan secara lisan dan atau secara tertulis, untuk warga masyarakat, oleh
warga masyarakat, dari masyarakat, di tengah-tengah masyarakat, dengan daya dan dana sendiri,
berdasarkan kebutuhan yang dirasakan, melalui lembaga-lembaga pendidikan dalam bentuk
kursus kejuruan atau sejenis lainnya.
Pendidikan luar sekolah merupakan kebutuhan bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi
warga masyarakat dengan dana dan daya mandiri.
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha pelayanan
pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, teratur, dan berencana di luar sistem sekolah,
berlangsung sepanjang umur, yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia sehingga
terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu mningkatkan taraf hidup
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. Pendidikan Luar Sekolah
bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia. PLSM merupakan program yang perlu
dikelola dengan efektif dan efisien.
Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok atau
organisasi (lembaga) dan memuat komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen itu
meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya,
organisasi penyelenggaraan dan lain sebagainya.[2]
            Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.  Selanjutnya, pendidikan
diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar dewasa
atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.[3]
Fungsi administrasi biasanya kita lihat dari 3 segi:
a.       Administrasi sebagai Kepemimpinan, yang melihat efektivitas dan efisiensi pencapaian
tujuan dari segi Pemimpinnya, dari segi pengaruh dan tanggung jawabnya.
b.      Administrasi sebagai Proses, yang melihat urutan-urutan kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan.
c.       Administrasi sebagai Gugusan Permasalahan, yang melihat sasaran/masalah-masalah yang
harus diselesaikan, dan hubunganantar sesamanya, dalam usaha mencapai tujuan.

C.    Administrasi Lembaga Pendidikan Nonformal


Yang dimaksud lembaga pendidikan luar sekolah  adalah suatu lembaga pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan oleh, dari, dan untuk masyarakat baik secara lisan maupun tertulis yang
dapat dilaksanakan dalam bentuk belajar sendiri, belajar bersama, kursus, berguru, dan magang.
1.      Unsur dan komponen pendidikan nonformal
Setiap lembaga pendidikan luar sekolah memiliki unsur-unsur pendidikan sebagai berikut: (a)
pimpinan/pengelola lembaga/kursus, (b) sumber belajar (c) warga belajar, (d) kurikulum/
program belajar, (e) prasarana belajar, (f) sarana belajar, (g) tata usaha lembaga belajar, (h) dana
belajar, (i) rencana pengembangan, (j) usaha-usaha bersifat pengabdian, (k) Hasil belajar, dan (l)
Ragi belajar.
Selain unsur-unsur pendidikan tersebut diatas, lembaga-lembaga Diklusemas terdiri dari
komponen-komponen pokok umum dan penunjang.
a.       Komponen pokok:
1.      Sumber belajar yang sudah mendapat pelajaran atau penataran P4.
2.      Perbandingan jumlah sumber belajar, warga belajar sesui dengan jenis pendidikan.
3.      Sumber belajar yang memiliki tanda kemampuan / keahlian sesuai dengan bidangnya.
4.      Sumber belajar yang memiliki pengalaman membelajarkan sesui dengan bidangnya.
5.      Mempergunakan kurikulum/ program belajar yang baku.
6.      Sejumlah warga belajar.
7.      Alat-alat pelajaran yang sesui dengan jumlah warga belajar.
8.      Alat-alat pelajaran yang sesui dengan jenis pendidikan yang dilaksanakan.
9.      Buku pegangan untuk sumber belajar yang sesui dengan tingkat dan jenis pendidikan yang
dilaksanakan.
10.  Tersedianya ruang-ruang belajar sesui dengan  keperluan.
11.  Mempunyai buku inventaris.
12.  Terdaftar/ memiliki izin dari Depdikbud.
13.  Pengelola dan karyawan karyawat menjaddi anggota HP-PLSM.
14.  Sumber belajar menjadi anggota HISPI.
b.      Komponen umum:
1.      Buku induk warga belajar
2.      Berkas tentang data mengenai sumber belajar
3.      Buku absen sumber belajar dan warga belajar
4.      Pembukuan keuangan / perbendaharaan
5.      Arsip dan dokuntasi
6.      Bukti pemberian penghargaan dan kesejahteraan kepada sumber belajar dan pegawai-
pegawai lainnya
7.      Mempunyai ketentuan besarnya uang kursus sesui dengan jenis pendidikan serta
penggunaannya
8.      Menghasilkan jumlah warga belajar yang dapat menyelesaikan program belajar, sesui
dengan jenis pendidikannya
9.      Menyelenggarakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir( EBTA)
10.  Mengeluarkan Surat Tanda Selesai Belajar (STSB) sesui peraturan yang berlaku.
c.       Komponen-komponen penunjang:
1.      Jadwal kerja untuk pengembangan kursusnya
2.      Memberi keringanan uang kursus
3.      Rencana peningkatan kemampuan sumber belajar
4.      Kegiatan kemasyarakatan atau pengabdian
2.      Pendaftaran dan perizinan
Mendirikan lembaga pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat baik
perorangan, kelompok agar mendapat  pengakuan dari Dikmas tingkat kecamatan, kotamadya/
kabupaten harus mendaftarkan diri / lembaga. Selanjutnya mengurus perizinan agar mendapat
persetujuan wewenang resmi untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka menunjang
program pendidikan. Pemberian izin tidak mutak, tetapi terikat dengan ketentuan dan hukum
yang berlaku.
a.       Pentahapan kriteria perizinan :
Tahap pertama : tercatat, yaitu suatu tahap lembaga PLS telah dicatat oleh penilik pendidikan
masyarakat setempat.
Tahap kedua : terdaftar, yaitu suatu tahap lembaga PLS telah terdaftar pada kepala seksi Dikmas
dengan petunjuk penilik Dikmas. Status terdaftar ini merupakan masa percobaan dan berlaku
paling lama 6 bulan.
Tahap ketiga : izin penyelenggara kursus PLS. Izin dapat diberikan kepada penyelenggara/
pengelola kursus yang telah memenuhi persyratan.
b.      Pentahapan izin ada tiga tahap, yaitu :
Tahap C : disebut tahap swadaya, yang statusnya dalam masa pembinaan. Pemberian izin
tersebut untuk melegalisasi kegiatan penyelenggaraan. Tahap ini maksimum 1 tahun.
Tahap B : disebut tahap swakarya, statusnya dalam masa pengembangan. Pemberian izin
dilakukan sebelum tahap swadaya berakhir, sedang pelaksanaan pendidikan berjalan lancar dan
baik. Masa berlaku izin penyelenggaraan pada tahap ini maksimum 3 tahun.
Tahap A : disebut tahap swasembada, statusnya dalam masa pemantapan. Pemberian izin pada
tahap ini apabila kursus telah melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Masa berlaku masa penyelenggaraan pada tahap ini maksimum 5 tahun. 
3.      Prosedur Pengajuan Permohonan Izin
Maksud diadakan pendaftaran dan perizinan adalah memberikan wewenang kepada seseorang
atau badan untuk menyelenggarakan/ mendirikan kursus Diklusemas sesuai dengan jenisnya
dalam rangka menunjang sukses program pembangunan di bidang pendidikan. Hal ini sesuai
dengan Surat Keputusan mendikbud nomor 0153/U/1981, tanggal 29 April 1981. Ada 3 macam
pendaftaran dan perizinan, yaitu terdaftar, izin dan perpanjangan.
a.       Terdaftar :
Untuk mendapatkan status terdaftar pimpinan kursus kan ursusnya kepada kantor Dekdikbud
Kabupaten/Kodya dalam hal ini Kepala seksi Dikmasdengan petunjuk Penilik Dikmas,
tembusannya dikirim kepada Kantor Dekdikbud Kecamatan. Penilik memberikan petunjuk
secukupnya tentang pendaftaran kursus serta cara pengisian formulir pendaftaran. Penilik
Dikmas atas nama Kepala Kantor Depdikbud kecamatan melaporkan kepada Kepala Kantor
Depdikbud Kabupaten/Kodya, dalam hal ini Kepala Seksi Dikmas, ssetelah diadakan
pengecekan/peninjauan.
Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten/Kodya mengeluarkan bukti pendafatran kepada
penyelenggara kursus yang tebusannya ditujujkan kepada Kepala Kantor Depdikbud Kecamatan,
Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi dan Direktur Pendidikan Masyarakat.
b.      Izin :
Setelah kursus Diklusemas terdaftar, maka penyelenggara kursus tersebut dapat mengajukan
permohonan izin kursus. Penilik Dikmas memberikan petunjuk tentang cara mengisi formulir
berikut lampiran-lampirannya. Kepala Seksi Dikmas mempelajari kelengkapan permohonan
beserta lampirannya. Apabila ternyata masih ada kekurangan, maka Kepala Seksi Dikmas segera
mengembalikan kepada penyelenggara atau pengelola kursus untuk melengkapi. Segera Kepala
Seksi Dikmas beserta Penilik Dikmas meninjau kursus Diklusemas yang bersangkutan. Berdasar
hasil pemeriksaan ini Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten/Kodya meneruskan permohonan
tersebut kepada Kakanwil Depdikbud disertai rekomendasi, agar kepada kursus Diklusemas
tersebut dapat diberikan izin, dengan melampirkan formulir-formulir dan lampiran-lampiran,
serta hasil pemeriksaan/peninjauan meliputi tempat, tenaga, kelengkapan buku-buku administrasi
dan lain-lainnya. Kanwil Depdikbud Propinsi, dalam hal ini bidang Dikmas akan meneliti
berkas-berkas tersebut. Apabila dianggap perlu bidang Dikmas dapat meninjau langsung ke
lokasinya. Setelah diteliti dan telah memenuhi persyaratan Kakanwil Depdikbud Propinsi
mengeluarkan surat keputusan izin penyelenggarakan kursus Diklusemas dan piagam. Surat
Keputusan dan Piagam untuk kursus Diklusemas dikirimkan kepada penyelenggara kursus
melalui Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten/Kodya dan Kantor Depdikbud Kecamatan baik
bidang Dikmas dan seksi Dikmas maupun penilik Dikmas harus mencatatnya dalam buku
registrasi /pendaftaran.
c.       Prosedur pengajuan perpanjangan :
Pada prinsipnya prosedur pengajuan perpanjangan izin sama dengana prosedur pengajan
perizinan, mengisi formulir perpanjangan izin yang sudah ditentukan dan melampikan fotokopi
surat keputusan izin yang lama serta laporan kegiatan selama periode 1 tahun yang telah
berlangsung. Satu bulan sebelum waktu masa perizinan, penyelenggara kursus sudah harus
melapor kepada Kepala Kantor Depdikbud Kabuppaten/Kodya, dalam hal ini Kepala Seksi
Dikmas. Bila masa perizinan telah berakhir dan penyelenggara kursus tidak melapor, maka
Kepala Seksi Dikmas membuat surat pemberitahuan. Bila setelah 3 bulan sejak berakhirnya surat
izin penyelenggaraan kursus yang bersangkutan tidak mengurus sebagaimana mestinya, maka
izin penyelenggaraan kursus tersebut tidak dapat diperpanjang lagi dan yang bersangkutan harus
mengurus izin baru.
4.      Kewenangan memberi dan mencabut izin penyelenggaraan kursus Diklusemas
a.       Teguran lisan oleh Kepala Kantor Depdikbud Kecamatan.
b.      Peringatan tertulis I, II, dan III dilakukan oleh Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten/Kodya
dengan tembusan Kepala Kanwil Depdikbud Propinsi dan Direktur Pendidikan Masyarakat.
c.       Pencabutan izin untuk sementara dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Depdikbud
Propinsi dengan tembusan kepada Direktur Dikmas, Kepala Kantor Depdikbud
Kabupaten/Kodya dan Kecamatan. Apabila dalam waktu 1 bulan setelah peeeringatan tertulis III
pihak penyelenggara/pengelola kursus Diklusemas tidak menunjukkan perbaikan.
d.      Pencabutan izin sepenuhnya oleh Kakanwil Depdikbud Porpinsi, bila dalam waktu 3 bulan
berturut-turut setelah pencabutan izin sementara, penyelenggara/pengelola kursus tetap
mengabaikannya. Tembusannya kepada Direktur Dikas, Kepala Kantor Depdikbud
Kabupaten/Kodya dan Kecamatan.  [4]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
i. Administrasi ialah keseluruhan proses yang mempergunakan dan mengikutsertakan
                     

semua sumber potensi yang tersedia dan yang sesuai, baik personal maupun material, dalam
usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan, secara efektif dan efisien
ii.            Pendidikan Nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasikan yag
      

diselenggarakan di luar sistem pendidikan sekolah, baik tersendiri maupun merupakan bagian
dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran
didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.
iii.            Lembaga pendidikan nonformal adalah suatu lembaga pendidikan luar sekolah yang
    

diselenggarakan oleh, dari, dan untuk masyarakat baik secara lisan maupun tertulis yang dapat
dilaksanakan dalam bentuk belajar sendiri, belajar bersama, kursus, berguru, dan magang.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Moh. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Penerbit  Jemmars Bandung, 1984
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992
Sukirman, Hartati dkk, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
[1]Moh Rifai, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Penerbit  Jemmars Bandung,
1984), hlm. 24
[2] Hartati
Sukirman dkk, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Yogyakarta:Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta), hlm. 39
[3]Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 4.
[4] Hartati
Sukirman dkk, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Yogyakarta:Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta), hlm. 43-48

Anda mungkin juga menyukai