Anda di halaman 1dari 310

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

S 25 TAHUN G3P2A0
DI PMB BIDAN Y BOGOR PERIODE FEBRUARI – APRIL
TAHUN 2020

LAPORAN STUDI KASUS


Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ilmu

Disusun Oleh

Nama : Nurul Fitria

Nim : 1571121726

AKADEMI KEBIDANAN PELITA ILMU


Jalan Bojongsari Raya Nomor 34, Bojongsari Depok
2020
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S 25 TAHUN G3P2A0

DI PMB BIDAN Y BOGOR PERIODE FEBRUARI – APRIL

TAHUN 2020

LAPORAN STUDI KASUS


Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ilmu

Disusun Oleh

Nama : Nurul Fitria

Nim : 1571121726

AKADEMI KEBIDANAN PELITA ILMU


Jalan Bojongsari Raya Nomor 34, Bojongsari Depok
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S 25

TAHUN DI PMB BIDAN Y, BOGOR PERIODE FEBRUARI –

APRIL TAHUN 2020

PENYUSUN : Nurul Fitria

NIM : 1571121726

Depok, 2020

Mengetahui

Pembimbing

Rona Riasma M.Keb

Direktur

Akademi Kebidanan Pelita Ilmu

Dr.Hj. Ade Jubaedah,S.SiT,MM,MKM


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S 25


TAHUN G3P2A0 DI PMB BIDAN Y BOGOR PERIODE
FEBRUARI – MARET TAHUN 2020

PENYUSUN : NURUL FITRIA

NIM : 1571121726

Depok, 2020

Mengesahkan

Penguji I Penguji II

(Vita Pratiwi SST.Mkes) (Rona Riasma SST.Mkeb)

Direktur

Akademi Kebidanan Pelita Ilmu

Dr.Hj. Ade Jubaedah,S.SiT,MM,MKM


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga ilmu yang telah diberikan

oleh Allah SWT kepada penulis, maka penulis dapat menyelesaikan laporan

studi kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY. S 25 TAHUN G3P2A0 DI PMB BIDAN Y BOGOR PERIODE FEBRUARI

- APRIL TAHUN 2020”.

Adapun laporan studi kasus komprehensif ini diajukan dan dibuat

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan akhir Diploma III

Program Studi Kebidanan Akademi Kebidanan Pelita Ilmu.

Selama pembuatan laporan studi kasus ini, penulis menyadari banyak

menemukan kesulitan dan hambatan. Namun atas segala bantuan,

dorongan, bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis dari

berbagai pihak, untuk itu penulis mampu menyelesaikannya dengan baik.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Emi Nurjasmi, M.Kes selaku Ketua Yayasan Bina Keluarga

Bahagia.
2. Ibu Dr. Hj. Ade Jubaedah, S.SiT, MM, MKM selaku Direktur Akademi

Kebidanan Pelita Ilmu.

3. Ibu Rona Riasma SST, M.Keb, selaku dosen pembimbing akademik

sekaligus Penguji II yang banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, arahan, saran, dan kritik dalam penyusuna

studi kasus ini.

4. Ibu Vita Pratiwi SST.Mkes Selaku Penguji 1 yang telah memberikan

masukan dan saran dalam ujian komprehensif ini.

5. Kepada wali kelas angkatan XII ibu Destin Daifa SST.MKM dan ibu

Irma Dewi .SST yang telah memberikan arahan dan motivasi

semangat dalam proses penyusunan studi kasus ini.

6. Para Dosen dan staf Akademi Kebidanan Pelita Ilmu yang telah

memberikan bantuan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

7. Ibu Bidan Hj. Yayah Sobariah Am.Keb selaku pembimbing lahan

praktik yang telah memberikan ilmu serta bimbingannya dalam

pelaksaanaan praktek dan studi kasus ini.

8. Kepada NY.S dan keluarga yang telah bersedia dan mau bekerjasama

dalam membantu untuk kelengkapan penulisan studi kasus ini.

9. Terima kasih kepada Orangtua tercinta dan kedua adik saya tersayang

terimakasih atas kasih sayang yang terus mengalir sampai sekarang,


doa yang selalu terucap, bantuan moril maupun materil serta nasehat

yang selalu disampaikan dan kesabaran yang selama ini yang selalu

diberikan dalam mendidik dan membimbing saya.

10. Kepada Muhammad Hafizh yang selalu membantu, memberikan

semangat dan motovasi kepada saya, yang selalu mendengar keluh

kesah saya, terimakasih banyak.

11. Kepada teman-teman angkatan XII Akademi Kebidanan Pelita Ilmu

yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi dalam komperensif ini. Saya bangga mempunyai

teman seperjuangan dari berbagai daerah, suku, seperti kalian.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

laporan studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik

yang membangun demi perbaikan laporan studi kasus ini.

Wassalamualaikum, Wr.Wb

Depok, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...........................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Tujuan Penulisan................................................................................8

1. Tujuan Umum................................................................................8

2. Tujuan Khusus..............................................................................8

C. Gambaran Khusus..............................................................................9

D. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus...........................................12

1. Waktu...........................................................................................15

2. Tempat.........................................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis..................................................................................14
1. Kehamilan....................................................................................14

2. Persalinan....................................................................................42

3. Nifas.............................................................................................91

4. Bayi Baru Lahir............................................................................113

5. Keluarga Berencana (KB)...........................................................136

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Umum Tempat Pengambilan Kasus..............................162

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.................................................164

1. ANC I (Varney)............................................................................164

2. ANC II (SOAP)............................................................................177

C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.............................................182

1. Kala I (Varney)............................................................................182

2. Kala II (SOAP).............................................................................193

3. Kala III (SOAP)............................................................................198

4. Kala IV (SOAP)...........................................................................201

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas..................................................204

1. PNC 6 Jam (Varney)...................................................................204

2. PNC 6 Hari (SOAP)....................................................................215

E. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir........................................218

a. Neonatus 1 Jam..........................................................................218

b. Neonatus 6 Jam..........................................................................229

c. Neonatus 6 Hari..........................................................................232
BAB IV PEMBAHASAN

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan...............................................244

B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan......................................247

C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas..............................................250

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir........................................251

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................255

B. Saran................................................................................................256

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
LAMPIRAN

LEMBAR KONSULTASI

LEMBAR IZIN INFORM CONSENT

PARTOGRAF

SATUAN ACARA PENYULUHAN

FORMAT PENGKAJIAN KASUS

LAIN-LAIN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas

merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai Negara di dunia

terutama di negara-negara yang masih berkembang. Dari berbagai

publikasi Badan Kesehatan Dunia atau Departemen Kesehatan di

berbagai negara terakhir ini, masih menyatakan angka kematian ibu

(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih sangat tinggi dan

disepakati sebagai indikator untuk mengukur kualitas program

kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara.

Menurut laporan WHO tahun 2014 angka kematian ibu di dunia yaitu

289/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 34/100.000

kelahiran hidup (WHO, 2014).

World Health Organization (WHO) menargetkan pada tahun

2030, mengurangi rasio kematian ibu secara global menjadi kurang

dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2015 sekitar 830 wanita

meninggal setiap hari karena komplikasi kehamilan atau melahirkan


dengan rasio kematian ibu dari 216 per 100.000 kelahiran hidup

(WHO,
2017). Dari target SDGS (Sustainable Development Goals)

2030, yaitu mengurangi Angka Kematian Ibu hingga kurang dari 70 per

100.000 kelahiran hidup kelahiran hidup dan angka kematian bayi

berusaha menurunkan hingga 12 per 1000 kelahiran hidup (Helmizar,

2014).

Menurut United Nation dalam The Global Goals (2015) salah

satu tujuan SDGS 2030 yaitu tujuan ke-3 (Good Health and Well-

Being) adalah pastikan hidup sehat dan mempromosikan

kesejahteraan untuk semua pada segala usia termasuk didalamnya

mengurangi angka kematian ibu global untuk kurang dari 70 per

100.000 kelahiran hidup, untuk mencapai tujuan itu ada beberapa

sasaran yang harus dicapai diantaranya menjamin akses universal

dan reproduksi, termasuk keluarga berencana, informasi dan

pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi kedalam strategi dan

program nasional, akses ke layanan kesehatan yang berkualitas

penting akses ke aman, efektif, berkualitas, dan terjangkau obat

esensial dan vaksin untuk semua, mengurangi epidemi AIDS,

tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis terabaikan dan mengurangi

hepatitis, penyakit yang terbawa air, dan penyakit menular lainnya,

substansial meningkatkan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen,

pengembangan, pelatihan, dan retensi tenaga kesehatan di negara-

14
negara berkembang, terutama dinegara kurang berkembang

(sustainabledevelopment, 2015).

Bedasarkan data dari kementrian kesehatan 2017 menunjukan

angka kematian bayi dan ibu saat melahirkan mengalami penurunan

sejak tahun 2015 hingga pertengahan tahun 2017, jumlah kasus

kematian bayi turun dari 33.278 kasus pada 2015 menjadi 32.007

kasus 2016. Sementara hingga pertengahan tahun 2017 tercatat

sebanyak 10.294 kasus kematian bayi. Demikian pula dengan angka

kematian ibu saat melahirkan turun dari 4.999 kasus pada tahun 2015

menjadi 4.912 kasus pada 2016. Sementara hingga pertengahan

tahun 2017 terjadi 1.721 kasus kematian ibu saat proses persalinan

(Kemenkes, 2017).

Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat ditahun 2016

disampaikan bahwa ratio kematian ibu dibawah capaian target, yaitu

target yang harus dicapai sebesar 89/100.000 KH, dengan realisasi

sebesar 86,97/100.000 KH. Hal ini baik sekali karena ada penurunan

kematian ibu dibandingkan tahun 2016. Capaian tahun 2016

dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya, jumlah kematian ibu pada

tahun 2014 sebanyak 748 jiwa, jumlah kematian ibu tahun 2015

sebanyak 823 jiwa dan pada tahun 2016 sebanyak 797 jiwa, sehingga

terdapat penurunan ratio kematian ibu pada tahun 2016 sebesar

15
86,97/100.000 KH . Hal serupa juga terjadi pada ratio Kematian Bayi

pada tahun 2016 menunjukan penurunan dibandingkan tahun 2015,

yaitu 4,4/1000 KH, pada tahun 2016 yaitu 4,01/1000 KH, sehingga

pencapaiannya menunjukan penurunan dibandingkan tahun 2015

(Dinkes.jabarprov, 2016).

Dari hasil Penguatan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) Program Kesehatan Kabupaten Bogor

tahun 2017, Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bogor terdapat 59 per

100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 105 per 1000

kelahiran hidup (dinkesbogorkab, 2018).

Masalah kesehatan bayi / neonatal selain terkait erat dengan

kondisi saat ibu hamil dan bersalin juga penyakit dan masalah

kesehatan yang dialami bayi segera setelah lahir yang menyangkut

perawatan bayi baru lahir. Disamping itu sebagai besar kematian ibu

disebabkan oleh penyebab langsung, yaitu pendarahan, infeksi,

eklamsia, persalinan lama dan komplikasi abortus. Selain itu, kematian

ibu juga dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial

budaya serta faktor transpotasi, yang kesemuanya berpengaruh pada

muculnya kedua keadaan yang tidak menguntungkan, yaitu (4T)

empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan

terlalu dekat jarak kelahiran), maupun (3T) tiga terlamabat (terlambat

16
mengenali tanda bahaya dan terlambat mengambil keputusan,

terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan telambat dalam

penanganan kegawatdaruratan). ( dinkesbogorkab, 2018).

Menurut Departemen Kesehatan (2012) penyebab langsung

kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (42%),

preeklampsia/eklampsia (13%), komplikasi abortus (11%), infeksi

(10%), dan persalinan lama (9%). Laporan lain dari WHO

menyebutkan bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (2,6 juta) dari 120

juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian

meninggal. Penyebab langsung dari kematian bayi adalah BBLR

(28%), asfiksia (12%), tetanus (10%), masalah pemberian makanan

(10%), infeksi (6%), gangguan hematologik (5%), dan lain-lain (27%)

(WHO, 2010).

Tenaga kesehatan melakukan upaya preventif dengan

memberikan asuhan seperti asuhan kehamilan, persalinan, BBL, nifas,

dan KB (Kuswanti, 2014). Kehamilan dapat berjumlah tunggal atau

ganda (dua), tiga atau lebih yang disebut kehamilan kembar.

Kehamilan biasanya sering terjadi selama 40 minggu, terhitung sejak

fase menstruasi terakhir hingga persalinan (atau 38 minggu sejak

fertilisasi/pembuahan hingga persalinan) (Pujiastuti Sindhu, 2011).

17
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesi nambungan

yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel

telur) dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuhan dan

pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus

dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, dkk, 2012).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau

dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 2010). Persalinan normal

adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

(37-42 minggu), lahir spontan, persentasi belakang kepala yang

berlangsung tidak lebih dari 18 jam baik ibu maupun janin (sarwono,

2009).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Mas nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam seperti keadaan

sebelum hamil (Pitriani, dkk. 2014). Masa nifas adalah masa keluarnya

placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan

secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari

(Ambarwati, 2010).

18
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan yang

aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam

pertama setelah kelahiran (Prawirohardjo, 2014).

Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang

membantu individu / pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif

tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur

interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga (Anggraini, 2012).

Kehamilan, persalinan, dan nifas adalah salah suatu kondisi

yang normal, namun memerlukan pengawasan supaya tidak berubah

menjadi yang abnormal. Upaya percepatan penurunan AKI dapat

dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses

pelayananan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan

kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan

bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi

komplikasi, serta pelayanan berencana (Kemenkes RI, 2015). Oleh

karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI salah

satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau

Continuity Of Care. Continuity Of Care adalah pelayanan yang dicapai

19
ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita

dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga

profesional kesehatan, selama semua trimester, kelahiran dan

melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum (Pratami, 2014).

Bidan sebagai ujung tombak dalam melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir. Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan dengan

cara memantau keadaan ibu pada saat hamil, bersalin, nifas, dan

pada bayi baru lahir guna mendeteksi secara dini adanya kelainan-

kelainan yang mungkin terjadi, untuk dapat segera ditangani sehingga

morbilitas dan mortalitas dapat dicegah. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.S

Tahun di PMB Bidan Y Bogor Periode Februari-April Tahun 2020

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Penulis mampu memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan

secara komprehensif sesuai standar pelayanan kebidanan pada

Ny. S mulai dari kehamilan trimester III, persalinan, nifas sampai 2

minggu, bayi baru lahir dan KB di PMB Bd. Y dengan pedoman 7

Langkah Varney dan SOAP.

2. Tujuan khusus

20
Setelah melakukan studi kasus secara komprehensif,

diharapkan mahasiswa mampu:

a. Menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan

pendokumentasian secara SOAP pada Ny. S di PMB Bd.Y

b. Menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan

pendokumentasian secara SOAP pada Ny. S di PMB Bd.Y

c. Menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan

pendokumentasian secara SOAP pada Ny. S di PMB Bd.Y

d. Menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan

pendokumentasian secara SOAP pada Ny. S di PMB Bd.Y

C. Gambaran khusus

Ny. S (25 tahun) agama islam, pendidikan terakhir SMA,

pekerjaan ibu rumah tangga. Ny. S merupakan istri dari Tn. F.R (28

tahun) agama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Karyawan

swasta. Beralamat di Cibuluh, Kedung Badak Bogor. Ny. S

mengatakan ini merupakan kehamilan yang Ketiga, pernah duaa

kali melahirkan, belum pernah keguguran (G3P2A0) . Hari Pertama

21
Haid Terakhir tanggal 06 Juni 2020 dan Tafsiran Persalinan 13

Maret 2020.

Pada tanggal 17 februari 20120 pukul 16.15 WIB, Ny. S datang

ke klinik Bd. Y dengan kunjungan pertama dengan mahasiswa,

dengan diagnosa ibu : G3P2A0, hamil 36 minggu 4 hari, ibu

mengatakan tidak ada keluhan untuk saat ini, dengan TD 110/70

mmHg, S 36,8°C, N 74x/m, RR 21x/m, Lila 26 Cm, BB 29 kg, TFU

petengahan pusat dengan prosessus xifoideus (PX) (Mc Donald 27

cm), dan diagnosa janin : tunggal, hidup, letak kepala dan belum

masuk PAP (Konvergen), dengan DJJ 142x/m, PM 1 tempat

(kuadran kanan bawah pusat). USG : (31-01-2020) Uk : 34 mg 2

hr, Tbj : 2.123 gram

Pada tanggal 03 maret 2020 pukul 10.00 WIB, Ny. S datang ke

klinik Bd.Y dengan kunjungan ulang yang kedua dengan

mahasiswa, dengan diagnosa ibu : G3P2A0, hamil 38 minggu 4

hari, ibu mengatakan tidak ada keluhan untuk saat ini, dengan TD

120 / 70 mmHg, S 36,5 °C, N 69x/m, RR 20x/m, Lila 26,5 cm, BB

79 kg, TFU petengahan pusat dengan prosessus xifoideus (PX)

(Mc Donald 31 cm), dan diagnosa janin : tunggal, hidup, letak

kepala dan sudah masuk Pintu Atas Panggul (Divergen), dengan

DJJ 138x/m, PM 1 tempat (kuadran kanan bawah pusat).

22
Pada tanggal 12 Maret 2020 Pukul 18.00 WIB, Ny. S G3P2A0,

hamil 39 minggu 6 hari, dengan keluhan mulas-mulas teratur dan

keluar lendir darah sejak pukul 13.00 WIB. TD 120/80 mmHg, nadi

80x/menit, suhu 36,5oC, RR 21x/menit, DJJ 143x/menit, TFU 3 jari

dibawah prosesus xifoideus (Mc Donald 31 cm), HIS 3x10’45’’.

Pemeriksaan dalam dinding vagina tidak ada kelainan, porsio

teraba lunak tipis, pembukaan 6 cm, ketuban utuh, posisi UUK

kanan depan, presentasi kepala, penurunan Hodge III, tidak ada

molase. Pada pukul 21.20 WIB Ny.S mengeluh ingin meneran dan

mulas semakin kuat, dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil

Dinding vagina tidak ada massa, porsio tidak teraba, pembukaan

lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah spontan pukul 21.30 WIB

warna jernih, presentasi kepala, posisi UUK kanan depan, sutura

tidak ada molase, penurunan Hodge IV. Pukul 21.40 WIB bayi lahir

spontan, JK Laki-laki, BB 3300 gram, PB 49 cm, menangis kuat,

kulit kemerahan, tonus otot baik. Pukul 21.50 WIB plasenta lahir

spontan lengkap. Tidak terdapat robekan. Jumlah perdarahan 

120 cc ibu dalam keadaan baik. Pukul 22.50 WIB Neonatus cukup

bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam DJB 145x/menit, RR

52x/menit, suhu 36,7oC, BB 3300 gram, PB 49 cm, kulit

kemerahan, bayi cukup aktif dan dalam keadaan baik, sudah

23
dilakukan penyuntikkan Vitamin K 1 mg di paha kiri bagian luar dan

6 jam setelah kemudian disuntikkan HB0 di paha kanan bagian

luar.

Pada tanggal 13 Maret 2020 Pukul 03.00 WIB Ny. S usia P3A0

6 jam post partum. TD 110/80 mmHg, nadi 82x/menit, RR

20x/menit, suhu 36,7oC, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

baik, perdarahan  20 cc, kandung kemih kosong, pengeluaran

lochea rubra, warna kemerahan, baunya khas. Ibu dan bayi dalam

keadaan baik. Bayi neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

usia 6 jam DJB 143x/menit, RR 49x/menit, suhu 36,8 oC, BB 3300

gram, PB 49 cm, kulit kemerahan, bayi cukup aktif dan dalam

keadaan baik, sudah dilakukan penyuntikkan HB 0 di paha kanan

bagian luar.

Pada tanggal 18 Maret 2020 Pukul 10.00 WIB, Ny.S P3A0 post

partum 6 hari. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, TD 120/80

mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36,7oC, RR 19x/menit, TFU

pertengahan pusat dan simpisis, kandung kemih kosong,

pengeluaran lochea sanguinolenta, merah kecoklatan, baunya

khas, jumlahnya  10 cc. Bayi neonatus cukup bulan sesuai masa

kehamilan usia 6 hari, DJB 133x/menit, RR 48x/menit, suhu 36,8 oC,

BB: 3400 gram, PB 50 cm, tali pusat belum puput tetapi tidak ada

24
tanda-tanda infeksi, bayi tidak kuning, ibu dan bayi dalam keadaan

baik.

D. Waktu dan tempat pengambilan kasus

1. Waktu

a. ANC (Antenatal Care)

1) Kunjungan ANC ke I pada hari Senin, tanggal 17 Februari

2020, pukul 16.15 WIB di PMB Bd Y

2) Kunjungan ANC ke II pada hari Selasa, tanggal 03 Maret

2020, pukul 10.00 WIB di PMB Bd.Y

b. INC (Intra Natal Care)

1) Ibu bersalin pada hari Kamis, tanggal 12 Maret 2020, pukul

18.00 WIB di PMB Bd.Y

c. PNC (Post Natal Care)

1) Asuhan nifas pertama pada hari Jum’at, tanggal 13 Maret

2020, pukul 0300 WIB di ruang nifas PMB Bd Y

2) Asuhan nifas kedua pada hari Rabu, tanggal 18 Maret

2020, pukul 10.00 WIB di PMB Bd Y

d. Neonatal

1) Asuhan BBL pertama pada hari Kamis, tanggal 12 Maret

2020, pukul 22.50 WIB di PMB Bd Y

2) Asuhan BBL 6 jam pada hari Jum’at tanggal 13 Maret

2020 pukul 03.00 WIB di PMB Bd Y

25
3) Asuhan BBL kedua pada hari Rabu, tanggal 18 Maret

2020, pukul 10.00 WIB di PMB Bd Y

2. Tempat

a. PMB Bidan Y

Jalan Raya Cilebut, Rt 03 Rw 05, Sukaresmi Tanah Sareal,

Bogor

26
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

a. Konsep kehamilan

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesi nambungan

yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel

telur) dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuhan dan

pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus

dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, dkk, 2012).

b. Definisi kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Prawirohardjo, 2014). Kehamilan sebagai suatu proses yang

27
terjadi antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi

konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya lahir normal adalah 280

hari atau 40 minggu dihitung dari haid terakhir (HPHT)

(Wiknjosastro, 2009).

28
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

dibagi dalam 3 periode yaitu triwulan pertama dari konsepsi sampai

3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,

triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. Kehamilan

melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta

perubahan sosial dalam keluarga, pada umumnya kehamilan

berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi

sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak

sesuai dengan yang diharapkan (Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa

embrio atau fetus didalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin (Kuswanti, 2014).

Menurut Kuswanti (2014) apabila ditinjau dari lamanya,

kehamilan dibedakan menjadi:

a. Kehamilan premature, yaitu Kehamilan yang berlangsung antara

28 dan 36 minggu.

b. Kehamilan mature, yaitu kehamilan antara 37minggu sampai 42

minggu.

c. Kehamilan postmatur, yaitu kehamilan lebih dari 43 minggu.

Apabila ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3

bagian yaitu:

162
a. Kehamilan triwulan pertama (antar 0 sampai 12 minggu), dimana

dalam triwulan pertama alat-alat mulai dibentuk

b. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu), dimana

dalam triwulan kedua alat-alat telah terbentuk tetapi belum

sempurna dan viabilitas janin masih disangsikan.

c. Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu),

dimana janin yang dilahirkan dalam trimester tiga telah viable

( dapat hidup).

Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan

dibawah 20 minggu disebut dengan abortus (keguguran), bila hasil

konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan dibawah 36

minggu disebut partus prematur (persalinan prematur), dan bila

hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan

antara 38 sampai 40 minggu disebut partus aterm (Kuswanti,

2014).

c. Perubahan fisiologis wanita hamil

1) Sistem Reproduksi

Terjadinya hipertrofi dan hiperplasia mengakibatkan rahim atau

uterus semakin meningkat beratnya, otot rahim semakin besar,

lunak serta istrimus uteri (rahim) menjadi lebih panjang

(Manuaba, 2010).

163
2) Traktus Urinarius

Kareana pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala

bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk

sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung

kemih cepat terasa penuh (Manuaba, 2010)

3) Perubahan Pada Kulit

Perubahan pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulasi

mormone lobus hipofis anterior dan pengaruh kelenjar

suprarenalis. Hiperpigmentadi ini terjadi pada striae gravidarum

livide atau alba, areola mamae, papila mamae, linea nigra, pipi

(khloasma gravidarum) (Manuaba, 2010).

4) Metabolisme

Perubahan metabolisme pada kehamilan menurut Manuaba

(2010), yaitu :

a) Metabolisme basal naik sebesar 15 sampai 20% dari

semula, terutama pada trimester III.

b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari

155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan

hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang

diperlukan janin.

164
c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan

organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam

makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat

badan atau sebutir telur sehari.

d) Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak, atau

protein.

e) Kebutuhan zat mineral untuk ibu untuk ibu hamil

f) Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu

hamil bertambah anatara6,5 sampai 16,5 kg selama

hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5

kg/minggu.

5) Serviks Uteri

Servik uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Perubahan tersebut berupa meliputi tanda

goodell, tanda chadwick, tanda kemungkinan hamil (Kusmiyati,

2010)

6) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus iuteum

graviditatum, korpus iuteum graviditatis berdiameter kira-kira 3

cm, kemudian dia mengecil setelah plasenta terbentukm korpus

165
iuteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron

(Kusmiyati, 2010).

7) Payudara / Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, ekstogrn dan progesteron, akan tetapi

belum mengeluarkan ASI (Kusmiyati, 2010).

8) Sistem Endrokin

Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi

untuk memperthankan kehamilan, pertumbuhan normal janin

dan pemulihan pascapartum (nifas). Perubahan-perubahan

hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi estrogen

dan progesteron plasenta dan juga hormon-hormon yang

dikeluarkan janin (Kusmiyati, 2010).

9) Kardiovaskuler

Volume plasma maternal mulai meningkat pada saat 1- minggu

usia kehamilan dan terus menerus meningkatkan sampai 30-34

minggu, sampai ia mencapai titik maksimum (Kusmiyati, 2010).

10)Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hoperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihan berwarna keunguan

(Prawihardjo, 2014).

166
d. Perubahan psikologis wanita hamil

1) Trimester I

Pada trimester I terjadi peningkatan hormon estrogen dan

progesteron yang memepengaruhi perubahan fisik sehingga

banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan,

kecemasan, dan kesedihan. Selain itu ada beberapa

ketidaknyamanan yang dialami ibu hamil trimester I yaitu mual,

lelah, perubahan selera, emosiaonal, mungkin mencerminkan

konflik dan depresi yang dialami (Kusmiyati, 2010).

2) Trimester II

Pada trimester kedua ibu hamil merasa sudah baik dan

terbebas dari rasa ketidaknyamanan yang telah dialami pada

trimester pertama. Pada trimester kedua terjadi dua fase, yaitu

fase prequickening dan postquickening. Pada pase

prequickening, ibu hamil akan melengkapi dan mengevaluasi

segala sesuatu yang menghubungkan dengan ibunga sendiri

serta kemampuan untuk dapat mempertahankan hubungan ibu

dan anak diuji. Pada fase postquickening ibu akan merasakan

cemas yaitu kemungkinan cacat pada anaknya (Kusmiyati,

2010).

3) Trimester III

167
Pada trimester ketiga, ibu hamil akan mengalami perasaan

yang tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat pada

waktunya. Ibu hamil akan merasa gelisah dan hanya bisa

meliihat serta menunggu tanda-tanda dan gejala (Kusmiyati,

2010).

e. Pemantauan khusus trimester III

Pemantauan antenatal memberikan manfaat dengan

ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini,

sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah –

langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin

dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling

mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan

meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin.

Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal

sebanyak 4 kali, yaitu setiap trimester, sedangkan pada trimester

akhir sebanyak 2 kali. Secara khusus pengawasan antenatal

bertujuan untuk :

1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang

terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas.

2) Mengenali dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,

persalinan dan nifas.

168
3) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, nifas dan aspek KB.

4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta perinatal.

(Manuaba, 2010).

Menurut Kusmiyati, dkk (2009), pada trimester III kehamilan

nasehat yang harus diberikan kepada ibu hamil adalah observasi

adanya penyakit atau tanda-tanda bahaya yang menyertai

kehamilan terutama pada trimester III seperti :

1) Perdarahan pervaginam.

2) Sakit kepala yang hebat.

3) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan.

4) Keluar cairan pervaginam.

5) Serta gerakan janin berkurang.

f. Ketidak nyamanan pada kehamilan trimester III

1) Nyeri ulu hati

Dirasakan pada bulan-bulan terakhir, disebabkan karena adanya

progesteron serta tekanan dari uterus. Asuhan yang dapat

dilakukan dengan memberikan nasihat tentang gizi, makan

sedikit tapi sering, minum susu, hindari makanan yang pedas,

gorengan atau berminyak, tinggikan bagian kepala tempat tidur.

2) Konstipasi

169
Disebabkan karena progesteron dan usus yang terdesak oleh

rahim yang membesar, atau bisa juga karena efek dari terapi

teblet zat besi. Asuhan yang diberikan dengan nasihat makanan

serat tinggi, buah dan sayuran, ekstra cairan, hindari makanan

berminyak, dan anjurkan olahraga tanpa dipaksa.

3) Haemoroid

Disebabkan karena progesteron serta adanya hambatan arus balik

vena. Asuhan yang dapat diberikan dengan nasihat mencegah

konstipasi.

4) Vena Verikosa

Terasa pada bulan-bulan pertengahan hingga terakhir.

Disebabkan karena pengaruh progesteron dan venous return

yang terhalang, atau peningkatan volume darah dan alirannya

selama kehamilan serta adanya perubahan elastisitas pembuluh

darah yang menyebabkan dinding vena menonjol. Asuhan

dengan memberikan nasihat untuk menghindari berdiri atau

duduk terlalu lama, meninggikan tungkai jika sedang beristirahat

atau berbaring, menganjurkan penggunaan stocking elastis tapi

hindari penggunaan pakaian terlalu ketat setinggi lutut yang

akan menurunkan sirkulasi ke kaki, olahraga secara rutin

(berjalan atau berenang), dan pada saat duduk jangan

170
menyilangkan kaki karena akan menurunkan sirkulasi darah ke

kaki.

5) Insomnia

Karena tekanan pada kandung kemih, kekhawatiran, gerakan janin

yang sering menendang, kram, dan heart burn. Memastikan

bahwa cara-cara sederhana untuk mengurangi insomnia seperti

mengubah suhu dan suasana kamar menjadi lebih sejuk

dengan mengurangi.sinar matahari yang masuk atau

mengurangi kegaduhan. Sebaiknya tidur miring kekiri atau

kekanan dan beri ganjalan pada kaki, serta mandilah dengan air

hangat sebelum tidur yang akan menjadikan ibu lebih santai dan

mengantuk, merujuk pasien kepada petugas psikolog jika

diperlukan.

6) Kram Otot Betis

Penyebab tidak jelas, bisa karena kebutuhan akan kalsium

(kadarnya rendah dalam tubuh) atau perubahan sirkulasi darah,

tekanan pada syaraf dikaki. Nasihat untuk jangan menggunakan

sembarang obat tanpa seijin dokter, perbanyak makan-

makanan yang mengandung kalsium menaikkan kaki keatas,

pengobatan simptomatik dengan kompres hangat.

7) Buang air kecil yang sering

171
Disebabkan karena progesteron dan tekanan pada kandung

kemih karena pembesaran rahim atau kepala bayi yang turun ke

rongga panggul. Berikan nasihat untuk mengurangi minum

setelah makan malam atau minimal 2 jam sebelum tidur,

menghindari minum yang mengandung kafein, jangan

mengurangi kebutuhan air minum (minimal 8 gelas per hari)

perbanyak disiang hari dan lakukan senam kegel.

8) Secret dari vagina (Keputihan)

Karena pengaruh estrogen atau karena kandidiasis. Beri nasihat

dengan menjelaskan bahwa pengingkatan secret vagina

merupakan kejadian fisiologis, anjurkan untuk memperhatikan

hygiene dengan menggunakan celana dalam yang terbuat dari

bahan katun tipis, jangan menggunakan sabun serta basuh dari

depan kebelakang dan keringkan dengan handuk.

9) Nyeri punggung

Disebabkan oleh progesteron dan relaksin (yang melunakan

jaringan ikat) postur tubuh yang berubah serta meningkatnya

beban berat yang dibawah oleh rahim. Berikan nasihat untuk

memperhatikan postur tubuh jangan terlalu sering

membungkuk, berdiri serta berjalan dengan punggung dan bahu

yang tegak, menggunakan sepatu tumit rendah, hindari

172
mengangkat benda-benda berat, tidur pada kasur tipis yang

dibawahnya ditaruh papan jika diperlukan.

10) Bengkak pada kaki

Dikarenakan adanya perubahan hormonal yang menyebabkan

retensi cairan. Kurangi asupan makanan yang mengandung

garam, hindari duduk dengan kaki bersilang, gunakan bangku

kecil untuk menopang kaki ketika duduk, memutar pergelangan

kaki juga perlu diperlukan.

11) Sesak nafas

Disebabkan oleh pembesaran rahim yang menekan daerah

dada. Dapat diatasi dengan senam hamil (latihan pernafasan),

pegang kedua tangan diatas kepala yang akan memberi ruang

bernafas yang lebih luas.

12) Mudah lelah

Disebabkan karena perubahan emosional maupun fisik. Yang

harus dilakukan dengan mencari waktu untuk beristirahat, jika

merasa lelah pada siang hari maka segera tidurlah, hindari

tugas rumah tangga yang terlalu berat, cukup mengkonsumsi

kalori, zat besi dan asam folat (Rukiyah dan Yulianti, 2009).

g. Tanda bahaya pada kehamilan trimester III

1) Perdarahan Pervaginam

173
Salah satu komplikasi pada kehamilan ialah pendarahan.

Pendarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan.

Pendarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua

terutama setelah melewati trimester III disebut pendarahan

antepartum. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak

normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak selalu

disertai rasa nyeri, kemungkinan plasenta previa atau solusio

plasenta (Prawirohardjo, 2014).

2) Keluarnya air ketuban sebelum waktunya

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses

persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum perslinan. Bila ketuban pecah dini

terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban

pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-

10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah

dini (Prawirohardjo, 2014).

3) Demam Tinggi

Ibu menderita demam yang tinggi dengan suhu >38 oC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan adanya infeksi suatu kehamilan. Pasien

mengeluhkan bermacam-macam pola demam mulai dari tanpa

174
demam, demam tidak terlalu tinggi yang terus menerus, hingga

ke hiperpireksia (Prawirohardjo, 2014).

4) Nyeri Abdomen Yang Hebat

Menunjukkan masalah yang mengancam jiwa, nyeri hebat,

menetap, dan tidak hilang setelah istirahat, hal ini bisa berarti

apendiksitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis,

persalinan preterm, iritasi uterus, solusio plasenta, dan infksi

saluran kemih (Mochtar, 2010).

5) Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang hebat dan penglihatan kabur dapat

menyebabkan gejala kehamilan ini disertai pre-eklamsi

(Mochtar, 2010).

6) Gerakan Janin Tidak Ada atau Kurang

Ibu mulai merasakan gerakan janin mulai bulan ke-5 atau

ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan ini lebih awal,

bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika

ibu berbaring atau beristirahat (Mochtar, 2010).

7) Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

keadaan HB dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III. Anemia

ini disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan

tak jarang keduanya saling berkaitan (Mochtar, 2010).

175
h. Antenatal care (ANC)

1) Pengertian Antenatal Care (ANC)

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan onbstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan

neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin

selama kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

2) Tujuan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada

wanita semenjak dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal

care menurut Kusmiyati, dkk (2009) memiliki beberapa tujuan,

yaitu :

a) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental

ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan

proses kelahiran bayi.

b) Mendeteksi dan menatalaksanaan komplikasi medis, bedah,

atau obstetri selama kehamilan.

c) Mengebangkan persiapan persalinan serta kesiapan

menghadapi komplikasi.

d) Membantu menyiapkan ibu untuk menyesui dengan sukses,

menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik,

psikologis dan sosial.

i. Standar asuhan kehamilan

176
Menurut Kusmiyati, dkk (2009) standar asuhan kehamilan

dibagi atas :

1) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi

untuk pemeriksaan dini dan teratur.

2) Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Sedikitnya 4 kali pelayanan kehamilan. Pemeriksaan meliputi :

anamnesis dan pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan

resiko tinggi, imunisasi, nasehat dan penyuluhan, mencatat data

yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.

3) Standar 5 : Palpasi abdominal.

4) Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan.

5) Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.

j. Kebijakan Program Antenatal Care (ANC)

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali

selam kehamilan (Rukiyah, 2009) :

1) Satu kali pada triwulan pertama.

2) Satu kali pada triwulan kedua.

3) Dua kali pada triwulan ketiga.

k. Standar minimal ANC

177
Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan

sekarang menjadi 12T sedangkan untuk daerah gondok dan

endemik malaria menjadi 14 T (Walyani, 2015), yakni:

1) Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan

Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang

normal 11,5 sampai 16 kg. Adapun tinggi badan menentukan

ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik

untuk ibu hamil yaitu lebih dari 145 cm (Rukiyah, 2009 : 7).

Berat badan dilihat dari Indeks Masa Tubuh (IMT) diperoleh

dengan memperhitungkan berat badan sebelum hamil dalam

kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrad.

Indikator Penilaian Untuk IMT

Nilai IMT Katagori

Kurang dari Di bawah normal

20

20-24,9 Normal

25-29,9 Gemuk/Lebih dari

normal

Over 30 Sangat gemuk

Tabel 2.1

Sumber : Kusmiyati (2009)

178
2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah ibu harus diperiksa setiap kali

pemeriksaan kehamilan. Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau

diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat

mengindikasi potensi hipertensi (Rukiyah, 2009).

3) Ukur tinggi fundus uteri

Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran

dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24

minggu memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara

mengukur tinggi fundus memakai cm dari atas simfisis ke

fundus uteri. Tinggi fundus uteri dapat menentukan usia

kehamilan (Rukiyah, 2009)

Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri

Tinggi Fundus

Uteri secara TFU (cm) Usia Kehamilan

Internasional

1-2 jari diatas Sympisis 12 minggu

Pertengahan Sympisis 16 minggu

pusat

179
3 jari dibawah pusat 20 minggu

Setinggi pusat 20 cm 24 minggu

3 jari diatas pusat 24 cm 28 minggu

Pertengahan pusat – PX 26 cm 32 minggu

3 jari dibawah PX 30 cm 36 minggu

Pertengahan PX – pusat 33 cm 40 minggu

Tabel 2.2

Sumber : Manuaba, 2009

4) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada kehamilan

umumnya diberikan 2 kali, imunisasi pertama diberikan pada

usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4

minggu kemudian (Rukiyah, 2009).

Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Antige Interval (Selang Lama %

n Waktu Minimal) Perlindungan Perlindungan

TT 1 Pada kunjungan - -

180
antenatal pertama

TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 80

TT 1

TT 3 6 bulan setelah TT 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT 10 tahun 99

TT 5 1 tahun setelah TT 25 tahun 99

Tabel 2.3

Sumber : Kusmiyati (2009)

artinya dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS) tersebut

melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari

tetanus neonaturum.

5) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Sulfas Ferosus (SF) diberikan satu tablet sehari

sesegera mungkin setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak

90 tablet selama masa kehamilan (Rukiyah, 2009).

181
6) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

Pemeriksaan Hemoglobin sangat dibutuhkan untuk ibu

hamil karena bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan

adanya anemia pada ibu hamil. Normal Hb untuk ibu hamil

adalah > 11 gr%.

7) Pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)

Pemeriksaan VDRL dapat digunakan untuk

memeriksakan kemungkinan adanya penyakit menular seksual

pada ibu hamil seperti sifilis.

8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara

Perawatan payudara diperlukan untuk ibu hamil guna

mempersiapkan payudara untuk menyusui terutama pada ibu

yang mempunyai payudara rata dan datar.

9) Pemeliharaan Tingkat Kebugaran atau Senam Hamil

Senam hamil dapat dimulai pada usia kehamilan diatas

22 minggu. Senam pada ibu hamil sangat berguna untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil,

memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau

pegal-pegal dan mempersiapkan pernafasan, aktivitas otot dan

panggul untuk menghadapi proses persalinan.

10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi

182
yang dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan

untuk memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan dapat

memotivasi agar ibu hamil memeriksa kehamilannya sejak dini

untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan.

11) Pemeriksaan protein urin

Pemeriksaan protein urin berguna untuk mengetahui

adanya penyakit pre-eklampsia pada ibu hamil.

12) Pemeriksaan reduksi urin

Pemeriksaan reduksi urin berguna untuk mengetahui

adanya kadar glukosa pada urin ibu hamil, apabila hasil

pemeriksaan reduksi urin pada ibu hamil positif maka

kemungkinan besar ibu mengalami diabetes gestasional.

13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

Yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana

tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat

kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin

yang ditandai dengan :

a) Gangguan fungsi mental

b) Gangguan fungsi pendengaran

c) Gangguan pertumbuhan

d) Gangguan kadar hormon yang rendah.

14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria.

183
Diberikan khusus untuk ibu hamil didaerah endemik

malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu

panas tinggi disertai menggigil (Walyani, 2015).

l. Persiapan Pasien (BAKSOKUDA)

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan

rujukan disingkat “BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :

1) B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga

kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk

melaksanakan kegawatdaruratan

2) A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan

seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop

3) K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu

(klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota

keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat

rujukan.

4) S (Surat) : Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi

ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau

obat-obat yang telah diterima ibu

5) O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama

perjalanan merujuk

184
6)  K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk

memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan

dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

7) U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam

jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan

yang diperlukan di tempar rujukan

8) DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu

membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan.

m. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Manajemen kebidanan pada kehamilan diantaranya adalah

(Kusmiyati, dkk. 2009).

1) Langkah I Pengkajian Data

a) Anamnesis

(1) Identitas diri (nama ibu, usia, alamat, pekerjaan, agama,

pendidikan terakhir dan identitas suami).

(2) Riwayat kehamilan ini (HPHT, gerakan janin, masalah /

keluhan).

(3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu (jumlah

kehamilan, jumlah anak hidup, kelahiran premature,

keguguran, jarak, jenis persalinan, riwayat perdarahan,

tekanan darah tinggi, berat bayi lahir, masalah / kelainan

lain).

185
(4) Riwayat kesehatan yang sedang dan pernah diderita

(masalah kasdivaskuler, hipertensi, diabetes, malaria,

IMS atau lainnya).

(5)Riwayat kesehatan keluarga (penyakit keturunan).

(6) Riwayat psikosial-ekonomi (status perkawinan, respon-

respon terhadap kehamilan dan persalinan, riwayat KB,

dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam

keluarga, gizi yang dikonsumsi, gaya hidup, rencana

tempat dan penolong persalinan).

b) Pemeriksaan fisik dan penunjang

(1)Pengukuran Fisik : Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu,

tinggi badan, dan berat badan.

(2)Pemeriksaan Fisik : Head to toe dari mulai kepala,

rambut, mata, THT, mulut / gigi, leher, dada axial, perut,

extermitas atas, bawah, genita urinaria, system saraf

pusat.

(3)Pemeriksaan Obstetrik : dibagi dalam: inspeksi (periksa

pandang) Palpasi (periksa Raba), Auskultasi ( periksa

Dengar). Palpasi (periksa Raba) ialah untuk menentukan:

(a) Besarnya Rahim dan dengan ini menentukan tuanya

kehamilan.

186
(b) Menentukan letaknya anak dalam rahim. Cara

melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri

atas 4 bagian :

Gambar 2.1

Pemeriksaan Leopold

Gambar 2.1

Sumber : (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2013)

(1)Leopold I : Pengukuran tinggi fundus uteri dan tentukan

bagian apa yang terdapat di dalam fundus

Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur

dilakukan setelah 22-24 minggu kehamilan.

Caranya : Titik nol pita pengukur diletakan pada tepi

atas simpisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati

187
garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca

dalam skala cm.

(2)Leopold III : Menentukan bagian janin apa yang terdapat

pada bagian bawah perut ibu dan apakah bagian bawah

masih dapat digoyangkan atau tidak.

(3)Leopold IV : Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat

kearah kaki pasien dengan kedua tangan menentukan

apa yang menjadi bagian bawah dan apakah bagian

bawah sudah masuk PAP serta berapa masuknya bagian

bawah ke dalam rongga panggul. Jika kita rapatkan

kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari

kepala yang masih teraba dari luar.

(a) Jika Kedua tangan itu convergen, hanya bagian kecil

dari kepala turun ke dalam rongga.

(b) Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari

kepala masuk kedalam rongga panggul

(c) Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari

kepala telah masuk ke dalam rongga panggul dan

ukuran terbesar dari kepala sudah melewati PAP.

(ilmu kebidanan, Varney’s midwifwry 3 rd.ed)

2) Langkah II Interpretasi Data Dasar

188
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan untuk

menegakkan diagnosa kehamilan, mengidentifikasi masalah /

kebutuhan.

3) Langkah III Mengindentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru,

adalah suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin,

penantian dengan pengawasan penuh, dan persiapan untuk

kejadian apapun (Ilmu Kebidanan, Varney’s midwifwry 3


rd
.ed.hal : 24). Masalah potensial : Anemia, preeklamsi,

pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit

kelamin, perdarahan, eklampsi, ketuban pecah dini.

4) Langkah IV Menentukan Tindakan atau Kolaboratif

Langkah keempat menggambarkan sifat berkelanjutan dari

management proses tidak hanya selama perawatan primer tapi

selama para bidan terus menerus bersama wanita, misalnya

pada saat akan melahirkan. Beberapa data mengidentifikasikan

situasi darurat dimana bidan harus bertindak secepatnya untuk

keselamatan ibu dan bayi, (Ilmu Kebidanan, Varney’s midwifwry


rd
3 .ed.hal : 24). Tindakan segera atau kolaboratif : USG,

pelvimetri, LAB (darah,Urine).

5) Perencanaan

189
Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan, maka bidan

harus membuat rencana asuhan apa saja yang harus diberikan.

6) Pelaksanaan

Melaksanakan atau menjalankan rencana asuhan yang tela

dibuat berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan.

7) Evaluasi

Mengevaluasi hasil dari keefektifan dari asuhan yang telah

diberikan. Apakah asuhan itu berhasil atau tidak.

2. Persalinan

a. Konsep persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisologis yang

normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial

yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika

persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran

petugas kesehatan adalah memantau persalianan untuk

mendeteksi dini adanya komplikasi di samping itu bersama

keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin

(Rukiyah, dkk. 2010).

b. Definisi persalinan

Persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi

dengan usia kehamilan yang cukup, letak memanjang atau sejajar

sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan

190
diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu

sendiri. Hampir sebagian besar persalinan merupakan persalinan

normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan persalinan

patologik (Saifuddin, 2010).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandunngan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)

dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum

inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan

serviks (Damayanti, 2014).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu. Lahir spontan dengan

persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Wijknosastro, 2013).

c. Persalinan berdasarkan umur kehamilan

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu

atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.

2) Partus immaturus

191
Pengeluaran buah kehamilan antar 22 minggu dan 28 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.

3) Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499

gram.

4) Partus maturus atau a’terme

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu

atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

5) Partus postmaturus atau serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu

(Wineka, 2018).

d. Teori persalinan

Terdapat berbagai teori persalinan, di antaranya adalah :

1) Teori Penurunan Progesteron

Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga

kadar estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya

kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum

partus dimulai. Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif

terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada

tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi.

2) Teori Oksitosin

192
Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor

oksitosin dalam otot rahim, sehingga mudah terangsang

saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi.

Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan

prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus.

3) Teori Keregangan Otot Rahim

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi

tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini

merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi

uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang sampai

batas tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati, maka

akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai

(Manuaba, 2010).

4) Teori Prostaglandin

Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan

desidua dari minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya

meningkat hingga ke waktu partus. Prostaglandin dapat

melunakkan serviks dan merangsang kontraksi, bila

diberikan dalam bentuk infus, per os, atau secara

intravaginal (Manuaba, 2010).

5) Teori Hipotalamus- dan Glandula Suprarenalis

193
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan

anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena

tidak terbentuk hipotalamus. Ada hubungan antara

hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula

suprenal merupakan pemicu terjadinya persalinan

(Sumarah,2010).

e. Tanda-tanda persalinan

Menurut Manuaba (2010) gejala persalinan jika sudah dekat

akan menyebabkan kekuatan his makin sering dan teratur dengan

jarak kontraksi semakin pendek, dengan terjadi pengeluaran tanda

jarak kontraksi semakin pendek, dengan terjadi pengeluaran tanda

seperti lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks, terkadang ketuban pecah dengan

sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat perlunakan serviks

pendataran serviks dan terjadi pembukaan serviks.

Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:

1) Rasa sakit karena his datang lebih kuat, sering dan teratur.

2) Keluarnya lendir bercampur darah (blood show) karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Pada pemeriksaan dalam didapati serviks mendatar dan

pembukaan telah ada.

194
f. Sebab-sebab terjadinya persalinan

Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih

merupakan kumpulan teoritis yang kompleks terori yang turut

memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan anatar lain :

teori hormonal, prostaglandi, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh syaraf dan nutrisi hal ini yaang diduga memberikan

pengaruh sehingga partus dimulai (Rukiyah, 2009).

1) Penurunan kadar Progesteron

Progesteron menimbulkan relaksi otot-otot rahim,

sebaiknya estrogen meningkat kontraksi otot rahim. Selama

kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar

progesterone dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir

kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

2) Teori oxcytosin

Pada akhir kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim.

3) Peregangan otot-otot

Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah

otot-otot rahim sehingga timbullah kontraksi untuk

mengeluarkan janin.

4) Pengaruh janin

195
Hipotesis dan kadar suprarenal janin rupanya memegang

peranan penting oleh karena itu pada ancephalus kelahiran

sering lebih lama.

5) Teori prostaglandin

Kadar prostaglandi dalam kehamilan dari minggu ke- 15

hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan

kontraksi miometrium (Rukiyah, 2009).

g. Tahap - tahap persalinan

Menurut Damayanti (2014) persalinan dibagi dalam 4 kala,

yaitu:

1) Kala I (Kala pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan I :

a) Jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi

teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.

b) Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap).

c) Proses pada kala I terbagi menjadi dua fase, yaitu :

(1) Fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai

pembukaan 3 cm.

(2) Fase akselerasi, (2 jam), dari pembukaan 3 sampai 4

cm.

196
(3) Fase deselerasi (2 jam), dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm.

d) Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam

sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.

e) Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2

cm per jam.

2) Kala II (pengeluaran bayi)

a) Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari

pembukaan lengakap sampai bayi lahir.

b) Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan

meneran akan mendorong bayi hingga lahir.

c) Lamanya proses ini berlangsung selama 1 ½ - 2 jam

pada primigravida dan ½- 1 jam pada multigravida.

d) Diagnosa persalinan kala II ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan

pembukan sudah lengkap dan kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

e) Tanda gejala kala II : dorongan meneran, tekanan anus,

perinenium menonjol, dan vulva membuka.

3) Kala III (pengeluaran plasenta)

197
a) Kala III adalah waktu untuk perlepasan dan pengeluaran

plasenta.

b) Berlangsung setelah kala II yang tidak lebih dari 30 menit,

kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

c) Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka

plasenta lepas dari lapisan Nitabusch.

d) Tanda-tanda terlepasnya plasenta, sebagi berikut :

(1) Uterus menjadi berbentuk bundar.

(2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke

segmen bawah rahim.

(3) Tali pusat semakin panjang

(4) Terjadinya pendarahan

e) Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

secara crede pada fundus uterus.

4) Kala IV (Observasi)

Hal yang penting yang harus diperhatikan pada kala IV

persalinan :

a) Kontraksi uterus harus baik.

b) Tidak ada pendarahan pervaginam atau dari alat genital

lain.

c) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.

d) Kandung kemih harus kosong.

198
e) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada

hematoma.

f) Resume keadaan umum ibu dan bayi.

h. Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu:

1) Passage (Jalan Lahir)

Passage atau jalan lahir berarti lintasan yang harus

dijalani oleh janin sebelum meninggalkan uterus ibunya. Jalur

lintasan ini meliputi rongga pelvis ibu dan jaringan lunak, rongga

pelvis ibu harus cukup luas untuk dapat dilewati oleh bayi.

2) Passanger (Janin)

Passanger mengacu kepada janin dan kemampuannya

bergerak turun melewati jalan lahir (passage). Passanger

dipengaruhi oleh beberapa faktor fetal yaitu :

a) Kranium janin

Ukuran kranium adalah sangat penting karena

menentukan pelintasan janin melewati jalan lahir.

Kranium terdiri dari delapan buah tulang, dua buah os

frontalis yang berfusi pada bagian dahi, dua buah os

parietalis pada puncak kepala, dan satu buah os

oksipitalis pada bagian posterior kepala merupakan faktor

yang penting selama proses kelahiran bayi. Delapan

199
potong tulang ini bertemu pada garis sutura, garis sutura

ini terbentuk dari jaringan fibrosa yang kuat dan lentur

sehingga memungkinkan tulang kranium bergerak serta

saling bertumpuk dan dengan demikian ukuran kranium

dapat dikurangi agar bisa melinbtas jalan lahir dengan

lebih mudah. Kepala dapat melakukan fleksi atau

ekstensi sampai 45 derajat dan kemudian rotasi sampai

180 derajat, gerakan ini memungkinkan diameter terkecil

kranium bergerak turun di sepanjang jalan lahir dan

melintasi panggul ibu. Kemampuan kranium untuk

berubah bentuk juga memudahkan pelintasan (passage)

selama persalinan (Sutura pada os kranium

memungkinkan pergeseran os kranium sehingga terjadi

molase kepala janin dalam proses persalinannya)

(Lockhart, 2014).

b) Presentasi janin

Presentasi janin menyatakan bagian tubuh janin

yang akan melintasi serviks dan dilahirkan pertama,

terutama ditentukan oleh sikap, letak, dan posisi janin.

Jenis presentasi janin yaitu sefalik (kepala), bokong, dan

bahu.

c) Letak janin

200
Letak janin mengacu kepada hubungan sumbu

panjang (tulang belakang) tubuh janin dengan sumbu

panjang tubuh ibu, dapat dinyatakan sebagai letak

longitudinal (membujur), letak transversal (lintang) atau

oblique (miring).

d) Sikap janin

hubungan tubuh yang satu dengan bagian tubuh

yang lainnya, menyatakan apakah presenting part janin

berada dalam keadaan fleksi atau ekstensi.

e) Posisi janin

Hubungan presenting part janin dengan bagian

tertentu pelvis ibu. Pelvis ibu dibagi menjadi empat

bagian berdasarkan sisi kanan, kiri, depan, dan belakang

yaitu: anterior kanan, anterior kiri, posterior kanan dan

posterior kiri.

f) Stasiun

Hubungan presenting part janin dengan spina

ischadica pelvis ibu. Pada enggagement ( masuknya

kepala janin kedalam pintu atas panggul), presenting part

berada setinggi spina ischadica ibu.

3) Power

201
Istilah power mengacu kepada kekuatan kontraksi

uterus, kontraksi uterus akhirnya akan menghasilkan penipisan

dan dilatasi serviks yang lengkap. Kontraksi otot abdomen

seperti saat pasien mengejan untuk mendorong bayi bergerak

kebawah menjadi sumber kekuatan sekunder.

Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga

sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini

digunakan pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong

bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma.

Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam

mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Persalinan akan

berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan

his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic

atau atonia uteri dan hypertonic atau tetania uteri.

kelainan kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh:

a) Kelainan kontraksi rahim

(1) inersia uteri primer dan sekunder.

(2) Tetania uteri dapat mengakibatkan partus presipitatus,

asfiksia intrauterin sampai kematian janin dalam rahim.

(3) Inkoordinasi kontraksi otot rahim yang disebabkan karena

usia terlalu tua, pimpinan persalinan salah, induksi

persalinan, rasa takut dan cemas.

202
b) Kelainan tenaga meneran 

(1) Kelelahan.

(2) Salah dalam pimpinan meneran pada kala 2.

4) Psyche (Kondisi psikis)

Psyche mengacu kepada perasaan kejiwaan pasien

dalam menghadapi persalinannya. Bagi sebagian ibu hamil,

perasaan tersebut dapat meliputi rasa khawatir dan takut, pada

sebagian lainnya sering terdapat perasaan tegang dan takjub.

Komponen utamanya berupa kesiapan psikis pasien untuk

menghadapi persalinan (Lockhart, 2014).

5) Penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat

untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah

kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan

kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik

dalam memberikan asuhan tidak terjadi (Asinah, 2010).

Tidak hanya aspek tindakan yang diberikan, tetapi aspek

konseling dan pemberian informasi yang jelas dibutuhkan oleh

ibu bersalin untuk megurangi tingkat kecemasan ibu dan

keluarga.

203
Bidan mempunyai tanggungjawab yang besar dalam

proses persalinan. Langkah utama yang harus dikerjakan

adalah mengkaji perkembangan persalinan memberitahu

perkembangannya baik fisiologis maupun patologis pada ibu

dan keluarga dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Kesalahan yang dilakukan bidan dalam mendiagnosis

persalinan dapat menimbulkan kegelisahan dan kecemasan

pada ibu dan keluarga.

i. Mekanisme persalinan normal

1) Turunnya kepala janin

Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus

dalam jalan lahir sejak kehamilan trimester III, antar lain

masuknya bagian terbesar janin kedalam pintu atas panggul

(PAP) yang pada primigravida 38 minggu atau selambat-

lambatnya awal kala II (Rukiyah, 2009).

2) Fleksi

Pada pemulaan persalinan kepala janin biasanya berada

dalam sikap fleksi. Dengan adanya his dan tahn dari dasar

panggul yang makin besar, maka kepala janin makin turun dan

semakin fleksi sehingga dagu janin menekan pada dada dan

204
belakang kepala (Oksiput) menjadi bagian bawah. Keadaan ini

dinamakan fleksi maksimal. Dengan fleksi maksimal kepada

janin dapat menyesuaikan diri dengan ukuran panggul ibu

terutama bidang sempit panggul yang ukuran panggul ibu

terutama bidang sempit panggul yang ukuran melintang 10 cm.

Untuk dapat melewatinya, maka kepala janin yang awalnya

masuk dengan ukuran diameter oksipito frontalis (11,5) harus

fleksi secara maksimal menjadi diameter oksipito bregmatik (9,5

cm) (Rukiyah, 2009).

3) Rotasi dalam / Putaran paksi dalam

Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala

janin akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter

terpanjang rongga panggul atau diameter anterior posterior

kepala janin akan bersesuain dengan diameter tekecil antero

posterior Pintu Bawah Panggul (PBP). Hal ini mungkin karena

kepala janin tergerak spiral atau seperti sekrup sewaktu turun

dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan

kepala akan membuat sudut 45. Keadaan demikian disebut

putaran paksi dalam dan ubun-ubun kecil berbeda dibawah

simfisis (Rukiyah, 2009).

4) Ekstensi

205
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai dasr

panggul, terjadilah ektensi atau depleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada PBP mengarah

kedepan dan keatas, sehingga kepala harus mengadakan

ekstensi untuk melaluinya kalau tidak terjadi ekstensi maka

kepala akan tertekan pada pertemuan dan menembusnya.

Dengan eksensi ini maka sub. Oksiput bertindak sebagai

Hipomochlion (sumbu putar). Kemudian larilah beturut-turut

sinsiput (puncak kepala), dahi, hidung, mulut, dan akhir dagu

(Rukiyah, 2009).

5) Resitusi dan putaran paksi luar

Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi

luar yang pada hakikatnya kepala janin menyesuaikan kembali

dengan sumbu panjang bahu, sehingga sumbu panjang bahu

dengan sumbu panjang kepala janin berada pada satu garis

lurus (Rukiyah, 2009).

6) Eksplusi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah

symsis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu

belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan selanjutnya

seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir

(Rukiyah, 2009).

206
j. Aspek lima benang merah dalam asuhan persalinan normal

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting

dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.

Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik

normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :

1) Membuat keputusan klinik.

2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.

3) Pencegahan infeksi.

4) Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan.

5) Rujukan (Damayanti, 2014).

k. Tanda-tanda bahaya persalinan

Ada beberapa tanda-tanda bahaya ibu bersalin yang akan

mengancam jiwanya diantaranya : syok pada saat persalinan,

pendarahaan pada saat persalinan, nyeri kepala, gangguan

pengliahatan, kejang atau koma, tekanan darah tinggi, persalinan

yang lama, gawat janin dalam persalinan, demam dalam

persalinan, nyeri perut hebat, sukar bernafas (Rukiyah, 2009).

l. Partograf

1) Pengertian Partograf

207
Partograf adalah alat yang digunakan selama persalinan

(Prawirohardjo, 2014).

2) Tujuan Partograf

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara

normal, dengan demikian dapat mendeteksi secara dini,

setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Prawirohardjo,

2014).

3) Bagian-Bagian Partograf

Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks

b) Turunnya bagian terendah dan kepala janin

c) Kontraksi uterus

Kondisi Janin

a) Denyut jantung janin

b) Warna dan volume air ketuban

c) Moulase kepala janin.

Kondisi Ibu

a) Tekanan darah, nadi, suhu badan

b) Volume urine

c) Obat dan cairan

4) Penggunaan Partograf

208
World Health Organization (WHO) telah memodifikasi patograf

agar lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase laten

telah dihilngkan dan pencatatan pada patograf dimulai dari fase

aktif ketika pembukaan serviks 4 cm.

Menurut Prawirohardjo (2014) Patograf digunakan untuk :

a) Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai

dengan kelahiran bayi, sebagai elmen penting asuhan

persalinan

b) Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas,

klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain)

c) Semua penolong perasalinan yang memberikan asuhan

kepada ibu sekala persalinan dan kelahiran (Spesialis

Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen, dan

Mahasiswa Kedokteran).

5) Halaman Depan Partogaf

Halaman depan patograf mencatumkan bahwa observasi yang

dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan

kolom unttuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase

aktif persalinan, menurut Prawirohardjo (2014) yaitu :

a) Informasi tentang ibu :

(1) Nama, umur

(2) Gravida, Para, Abortus (keguguran).

209
(3) Nomor catatan medik / nomor Puskesmas.

(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah,

tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat

ibu).

b) Waktu pecahnya selaput ketuban

c) Kondisi janin

(1) DJJ (denyut jantung janin).

(2) Warna dan adanya air ketuban.

(3) Penyusupan (molase) kepala janin.

d) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks.

(2) Penurunan bagian terbawah janin atau persentasi janin.

(3) Garis waspada dan garis bertindak

e) Jam dan waktu

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.

(2) Waktu aktual saan pemeriksaan atau penilaian.

f) Kontraksi uterus

Frekuensi dan lamanya

g) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

(1) Oksitosin.

(2) Obat-obatan dan cairan yang diberikan.

h) Kondisi ibu

210
(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh.

(2) Urin (volume, aseton, atau protein).

i) Asuhan, pengamatan, dan asuhan kelinik lainnya (dicatat

dalam kolom tersedia di sisi patograd atau di catat

kemajuan persalinan).

6) Halam Belakang Patograf

Halaman belakang patograf, merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dn kelahiran,

serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I

hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya

bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dna catatan

asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama

selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong

persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat

keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV

(mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan). Selain itu,

catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tetap )

dapat pula digunakan untuk me nilai/memantau sejauh mana

telah dilakukan pelaksanaan asuhan yang bersih dan aman

(Prawirohardjo, 2014).

m. Langkah pertolongan persalinan normal

60 Langkah APN :

211
Melihat tanda dan gejala kala dua

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan / atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial

siap digunakan. Mematahkan ampul oksitoksin 10 IU dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.

3) Mengenakan baju penutup atu celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai / pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Menghisap oksitoksin 10 IU ke dalam tabung suntik atau spuit

(dengan memakai sarung tangan DTT atau steril) dan

212
meletakkan kembali di partus set atau wadah DTT atau steril

tanpa mengkontaminasi tabung suntik atau spuit.

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang

sudah dibasahi dengan air DTT. Jika mulut vagina, perinem

atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke

belakang. Membuang kapas yang terkontaminasi dalam wadah

yang benar. Mengganti sarung tangan yang terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di

dalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan mengggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti biasa).

213
10)Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan

bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali permenit)

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ

dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pipinan

meneran

11)Memberitahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap

dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi

yang nyaman sesuai keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran,

melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.

12)Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).

214
13)Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semanga atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membentu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai

pilihannya.

d) Menganjurkan ibu untuk istirahat jika tidak ada his.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat kepada ibu.

f) Memberi asupan nutrisi kepada ibu ketika tidak ada his.

g) Memantau DJJ.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera.

i) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran,

menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit (1 jam), menganjurkan ibu untuk mulai

215
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan

segera.

Persiapan pertolongan kelahiran bayi

14)Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

15)Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, diletakan

dibawah bokong ibu.

16)Membuka partus set.

17)Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong kelahiran bayi

18)Lahirnya kepala.

a) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

tadi, letakkan tangan yang lain ke kepala bayi dan lakukan

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

216
b) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap

hidung dan mulut setelah kepala lahir menggunakan

penghisap lendir DeLee DTT atau steril atau bola karet

penghisap yang baru dan bersih.

19)Dengan lembut menyeka muka , mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kassa yang bersih.

20)Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

21)Menunggu hingga kepala bayi melakukanputaran paksi luar

secara spontan. Lahir bahu .

22)Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya ke arah bawah dan ke arah keluar hingga bahu

anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior. Lahir badan dan tungkai.

217
23)Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan melalui

kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior

(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior

bayi saat keduanya lahir.

24)Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

diatas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati, membantu kelahiran kaki.

Penanganan bayi baru lahir

25)Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di

tempat yang memungkinkan).

26)Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan

bayi kecuali bagian pusat.

27)Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

218
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke

arah ibu).

28)Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29)Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan

kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian

kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.

30)Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

31)Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

32)Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33)Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan

suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Peregangan tali pusat terkendali

34)Memindahkan klem pada tali pusat.

219
35)Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat

di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36)Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40

detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta

37)Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

220
c) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

38)Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan

serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan

atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.

Pemijatan Uterus

221
39)Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai perdarahan

40)Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di

dalam kantung plastik atau tempat khusus.

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41)Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan prosedur pasca persalinan

42)Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.

43)Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

222
44)Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul

mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45)Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46)Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

klorin 0,5 %.

47)Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48)Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

Evaluasi

49)Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai.

223
50)Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51)Mengevaluasi kehilangan darah.

52)Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama

dua jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

Kebersihan dan keamanan

53)Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

54)Membuang bahan - bahan yang terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

55)Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56)Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkan.

224
57)Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58)Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59)Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60)Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

n. Manajemen kebidanan pada ibu bersalin normal

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengambilan data ini dikelompokan menjadi dua data yaitu data

subyektif dan data obyektif.

1. Data subyektif

Biodata mencakup identitas pasien

a. Nama jelas dan lengkap.

b. Umur dalam hitungan tahun, apakah pasien termasuk dalam

golongan usia reproduksi sehat.

c. Alamat untuk mempermudah hubungan, mengetahui jarak

dengan sarana kesehatan, kondisi geografis dan keadaan

lingkungan tempat tinggal pasien.

225
d. Pekerjaan untuk mengetahui apakah pekejaannya

berpengaruh pada kehamilan.

e. Agama untuk mempermudah pendekatan.

f. Suku dan bangsa untuk mengetahui adat istiadat

kebudayaan dan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

g. Pendidikan untuk mengetahui tingkat intelektual.

1) Keluhan utama

Yaitu hal-hal yang paling menonjol yang dirasakan pasien

saat pengkajian, seperti ibu merasakan kencang-kencang.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji apakah ibu menderita penyakit diabetes militus

(karena dapat menyebabkan bayi besar), jantung

(decompensasi cordis), hipertensi, dan lain-lain.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Dikaji untuk mengetahui kronologis kesehatan ibu

sekarang sebelum datang kepetugas kesehatan, dan

untuk mengetahui tindakan apa saja yang sudah

diperoleh ibu hingga pengkajian dilakukan.

c) Riwayat kesehatan keluarga

226
Dikaji apakah ibu mempunyai keturunan kembar, cacat,

dari keluarga, penyakit jantung, hipertensi, DM, dan lain-

lain (penyakit keturunan).

d) Riwayat perkawinan

Perlu dikaji untuk mengetahui pada usia berapa ibu dan

suami menikah,apakah ibu tinggal serumah dengan

suami, berapa kali ibu menikah, lamanya pernikahan ibu

sampai sekarang.

e) Riwayat obstetric

(1) Riwayat haid

(a) Umur menarche

(b) Siklus menstruasi

(c) Teratur atau tidak menstruasinya

(d) Lama menstruasi

(e) Banyaknya darah

(f) Pernah dismenorhea atau tidak

(g) Hari pertama haid terakhir untuk menentukan

umur kehamilan

(2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ditanyakan untuk mengetahui tahun berapa ibu

hamil, dengan usia kehamilan berapa bulan, jenis

persalinan, tempat persalinan, komplikasi ibu dan

227
bayi, ditolong oleh siapa, berat badan bayi waktu

lahir, jenis kelamin dan keadaan nifas sehingga dapat

meyimpulkan kehamilan dan persalinan saat ini

beresiko atau tidak.

(3) Riwayat kehamilan sekarang

Hal-hal yang perlu dikaji, antara lain:

(a) Umur kehamilan

(b) ANC berapa kali, dimana, mendapat therapy,

penyulit apa

(c) Imunisasi TT sudah atau belum (berapa kali)

(d) Adakah kebiasaan-kebiasaan waktu hamil

sekarang ini (minum jamu, merokok atau minum

obat-obatan tertentu)

(e) Rencana tempat persalinan

(4) Riwayat KB

Perlu dikaji untuk mengetahui kondisi sebelumnya,

ibu pernah mengikuti KB atau tidak, menggunakan

KB apa sebelumnya, hal ini berhubungan dengan

penerimaan ibu terhadap kehamilan dan persalinan

saat ini.

(5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(a) Pola nutrisi

228
Dikaji untuk mengetahui selama dalam proses

persalinan kapan ibu makan dan minum terakhir,

jenis makanan yang ibu makan dan minum dan

porsinya.

(b) Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu kurang atau

cukup istirahat sebelum dan selama massa

persalinan ini, pola tidur malam sebelumnya.

(c) Pola eliminasi

Perlu dikaji untuk mengetahui sebelum proses

persalinan kapan ibu BAB dan BAK terakhir.

(d) Pola aktifitas

Dikaji untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari

dan aktifitas terakhir sebelum in partu.

(e) Pola seksual

Dikaji untuk mengetahui apakah ada masalah

dalam berhubungan sexual, bagaimana riwayat

sebelum proses persalinan.

(f) Pola personal hygiene

Perlu dikaji untuk mengetahui sebelum proses

persalinan ini bagaimana kebersihan ibu.

(6) Pola psikososial spiritual

229
(a) Tanggapan ibu terhadap persalinannya

Perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana

perasaan ibu tentang kehamilannya saat

ini.Pandangan ibu tentang IMD

(b) Tanggapan keluarga terhadap proses persalinan

ibu.

Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan

ibu menghadapi persalinannya, juga pandangan

keluarganya tentang IMD.

(c) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya

Untuk mengetahui pengetahuan dan kesiapan ibu

serta perasaan ibu terhadap kondisi yang dialami

saat ini, yaitu akan mengalami persalinan normal

(d) Pengambilan keputusan

Perlu dikaji untuk mengetahui siapakah pengambil

keputusan dalam keluarga ibu.

(e) Koping

Bagaimana cara ibu menyelesaikan masalah

dalam keluarga.

(f) Ketaatan beribadah

230
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu taat

dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama

yang ibu anut.

(g) Lingkungan yang berpengaruh

Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dengan siapa

saat ini dan apakah selama ini ibu mempunyai

hewan peliharaan.

(h) Tingkat ekonomi

(i) Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan status

ekonomi ibu, apakah ibu termasuk golongan

menengah ke atas atau ke bawah.

2. Data Obyektif

Yang termasuk data obyektif yaitu data yang didapat dari hasil

pemeriksaan secara langsung kepada pasien, meliputi:

a. Pemeriksaan umum

Mengetahui keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, status

emosional, tanda-tanda vital yang terdiri dari tekanan darah,

nadi, suhu, pernafasan, berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas.

b. Status present

231
Dilakukan pemeriksaan head to toe. Pada asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan persalinan normal

ditekankan pada:

1) Kepala : bagaimana bentuk kepala ibu, kulit kepala

bersih atau tidak, apakah rambut rontok atau tidak.

2) Muka : apakah terlihat pucat atau tidak, terdapat edema

pada muka atau tidak.

3) Mata : apakah konjungtiva anemis atau tidak. Apakah

sklera ikterik atau tidak.

4) Hidung : apakah hidung bersih.

5) Mulut : apakah terdapat stomatitis dan caries dentist.

6) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

7) Dada : apakah simetris atau tidak. Apakah terdapat

benjolan didaerah mamae.

8) Abdomen : apakah ada bekas operasi atau tidak, apakah

ada pembesaran hati, limpa atau tidak.

9) Punggung : apakah ada kelainan bentuk punggung

(lordosis, kifosis, skoliosis), Apakah ada nyeri tekan pada

sudut costa vertebra (CVAT).

10)Genetalia : apakah tampak kondiloma dan flour albus

atau tidak.

232
11)Ekstremitas : apakah tampak ada varises dan edema

pada tangan dan kaki atau tidak, reflek patela positif atau

tidak.

c. Status obstetric

1) Pemeriksaan inspeksi

Muka : apakah ada cloasma gravidarum.

Dada : payudara (hiperpigmentasi, kolostrum, puting

datar / masuk / menonjol, payudara membesar).

Abdomen : apakah perut membuncit adakah striae livid,

striae albican atau tidak, apakah ada linea nigra/tidak.

Genetalia : adakah lendir dan darah.

2) Palpasi

Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan

bagian janin yang ada dibagian fundus.

Leopold II : untuk menentukan bagian janin yang ada

dikiri atau kanan perut ibu.

Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin.

Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian terbawah

sudah masuk panggul atau belum (tangan divergen atau

konvergen).

His : frekuensi his, lamanya / durasi, kekuatannya.

TFU : menurut Mc.Donald (Menentukan TBJ).

233
3) Auskultasi : DJJ janin ada atau tidak (dihitung dalam

waktu 1 menit).

4) Pemeriksaan dalam (VT)

Dikaji untuk menentukan pembukaan, penipisan serviks,

ketuban sudah pecah atau belum, bagian bawah /

(presentasi apa ), turunnya bagian bawah, POD.

d. Pemeriksaan penunjang

Dikaji apakah dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti

Darah rutin

Langkah II : Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau

masalah

Pada langkah interpretasi data dilakukan analisa mengenai data

yang telah diperoleh pada pengkajian langkah I, diinterpretasikan

secara akurat dan logis menjadi suatu diagnosa kebidanan dan

masalah. Interpretasi data ini meliputi :

a. Diagnosa kebidanan

Gravida, para, abortus, umur klien, umur kehamilan, jumlah

janin tunggal atau ganda, keadaan janin hidup atau mati,

intra uteri atau ekstra uteri, letak janin membujur atau

melintang, punggung kiri atau kanan, presentasi kepala atau

bokong, bagian terbawah sudah masuk pintu atas panggul

atau belum. Inpartu kala I.

234
Dasar:

1) Pernyataan ibu tentang hamil ke berapa, pernah

melahirkan berapa kali, apakah pernah mengalami

keguguran atau tidak.

2) HPHT

3) TTV

4) Pemeriksaan Leopold I – IV.

5) Auskultasi.

6) Pemeriksaan dalam.

7) Pemeriksaan penunjang.

b. Diagnosa kebidanan

Gravida, para, abortus, umur klien, umur kehamilan, jumlah

janin tunggal atau ganda, keadaan janin hidup atau mati,

intra uteri atau ektra uteri, letak janin membujur atau

melintang, punggung kiri atau kanan, presentasi kepala atau

bokong, bagian terbawah sudah masuk pintu atas panggul

atau belum. Inpartu kala II.

Dasar: Tanda dan gejala kala II, pembukaan lengkap.

c. Diagnosa kebidanan

Para, abortus, inpartu kala III

Dasar: Bayi telah lahir, nampak tali pusat di vulva.

d. Diagnosa kebidanan

235
Inpartu kala IV

Dasar : Plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri setinggi

pusat.

e. Masalah

Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi yang tidak dapat

dituangkan dalam diagnosa, tetapi memerlukan pemecahan

pada asuhan kebidanan ibu bersalin dengan persalinan

normal, dan keluhan-keluhan atau gangguan yang dirasakan

pasien dalam persalinannya, misal, pasien merasa cemas

dan takut.

Dasar : Berdasarkan tanggapan ibu terhadap proses

persalinannya.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

dan mengantisipasi penanganannya

Pada langkah ini diagnosa atau masalah potensial didasarkan

pada rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Pada kasus persalinan normal ini diagnosa potensial tidak muncul

Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain berdasarkan kondisi klien

236
Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk

mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut

dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan

tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul

seperti melakukan kolaborasi atau konsultasi dengan dokter

spesialis kandungan sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus

persalinan normal tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter

spesialis kandungan.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap apa yang akan terjadi.

Perencanaan pada persalinan normal dapat berupa:

Pada kala I

1. Beri informasi kepada pasien dan keluarga tentang

persalinannya dan rencana tentang inisiasi menyusu dini.

2. Berikan informed consent.

3. Beri dukungan mental pada ibu dalam menghadapi

persalinannya.

4. Pantau dengan partograf.

5. Lakukan pengawasan.

237
6. Beri informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan.

7. Siapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan essensial

untuk asuhan persalinan kelahiran dan bayi baru lahir serta

persiapan inisiasi menyusu dini (IMD).

8. Siapkan pertolongan persalinan normal.

9. Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.

Pada kala II.

1. Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan

meneran.

2. Siapkan pertolongan kelahiran bayi.

3. Tolong kelahiran bayi.

Pada kala III

1. Tangani keadaan bayi baru lahir dan pelaksanaan inisiasi

menyusu dini (IMD).

2. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.

3. Nilai perdarahan yang terjadi.

4. Lakukan prosedur pasca persalinan.

Pada kala IV

1. Lakukan evaluasi dalam 2 jam pertama pasca persalinan.

2. Lakukan dekontaminasi pada semua peralatan yang sudah

dipakai.

3. Lengkapi partograf untuk dokumentasi.

238
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien

dan aman

Pada langkah ini asuhan yang telah direncanakan secara

menyeluruh pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien , atau tenaga kesehatan yang lain. Dalam

pelaksanaan asuhan pada ibu bersalin normal dan Inisiasi

Menyusu Dini atau (IMD) bisa dilaksanakan seluruhnya oleh bidan.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

pada perencanaan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan. Evaluasi ini merupakan langkah terakhir dari

manajemen kebidanan. Pada langkah ini dilakukan evaluasi

tentang informasi yang diberikan sesuai dengan masalahnya, hasil

yang diharapkan adalah:

1. Mental ibu dalam kondisi stabil, dan proses persalinannya

berjalan dengan lancar.

2. Bayi dapat lahir spontan dan normal, pelaksanaan inisiasi

menyusu dini (IMD) dapat berjalan dengan lancar.

3. Tidak terdapat komplikasi atau kegawatdaruratan, dan setelah

persalinan bayinya mau menetek.

3. NIFAS

239
a. Konsep masa nifas

masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu

(Rukiyah, dkk. 2010).

b. Definis masa nifas

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Periode

pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan

keluarganya secara fisiologis emosional, dan sosial. Masa

pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi

(Prawirohardjo, 2014).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6

minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali

ke keadaan tidak hamil yang normal (Rukiyah, dkk. 2010).

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur

telentang selama 8 jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh

miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis

dan trombo emboli, hari kedua ibu diperbolehkan duduk. Pada hari

ketiga ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada hari keempat atau

hari kelima diperbolehkan pulang. Makanan yang dikonsumsi

240
sebaiknya mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan

(Mochtar, 2013).

c. Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Fraser (2009), Terlepasnya plasenta dari dinding rahim

menimbulkan perubahan fisiologis pada jaringan otot dan jaringan

ikat, karena disebabkan menurunnya kadar estrogen dan

progesteron dalam tubuh, perubahan-perubahan fisiologis itu

meliputi :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang

berkontraksi tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Dua

hari setelah pelahiran, uterus mulai mengalami pengerutan

hingga kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100g atau

kurang (Cunningham, 2014). Perubahan uterus dalam

keseluruhannya disebut involusi uteri (Rukiyah, 2010).

Berikut merupakan perubahan normal pada uterus selama

post partum.

Involusi TFU Berat Diameter Palpasi

Uteri Uteri Uterus Servik

Uterus

241
Plasenta Sepusat 1000 12,5 cm Lembut

Lahir gram

7hari Pertengahan 500 7,5 cm 2 cm

pusat dan gram

simpisis

2 minggu Tidak teraba 350 5 cm 1 cm

gram

6 minggu Normal 60 2,5 cm Menyempit

gram

Tablet 2.4

Sumber : Saleha 2009

Selain uterus, serviks juga mengalami involusi bersamaan

dengan uterus, hingga 6 minggu setelah persalinan serviks

menutup (Trisnawati, 2012). Pada masa nifas dari jalan lahir ibu

mengeluarkan cairan mengandung darah dan sisa jaringan

desidua yang nekrotik dari dalam uterus (Lochia). Lochia

berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda

pada setiap wanita . Pengeluaran lochia berlangsung pada hari

pertama setelah persalinan hingga 6 minggu setelah persalinan

dan mengalami perubahan warna serta jumlahnya karena

proses involusi (Mansyur, 2014).

242
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia

dibagi menjadi 4 jenis:

a) lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai

hari ketiga masa postpartum, warnanya merah karena berisi

darah segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.

b) lochia sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan

muncul di hari keempat sampai hari ketujuh.

c) lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai

hari keempat belas dan berwarna kuning kecoklatan.

d) lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6

minggu postpartum (Marmi, 2012, dan Mansyur, 2014).

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini

terjadi karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan

mendapat tekanan menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang

makan, dan laserasi jalan lahir (Trisnawati, 2012).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah

melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen.

Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-

buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama

243
persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat

perubahan otolitik di dalam uterus (Rukiyah, dkk. 2010).

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang

meregang. Sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-

angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamen

rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia

jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat

diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi

berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan

(Saleha, 2009).

5) Perubahan Sistem Hematologi

Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan

darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan

sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan

hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan

akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum (Trisnawati,

2012).

6) Perubahan Sistem Endokrin

Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan

cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7

postpartum (Mansyur, 2014).

244
7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah.

Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat

menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum

cordia (Rukiyah, dkk. 2010).

8) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Pada ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital,

meliputi :

a) Suhu tubuh

24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,5 0C-

380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan yang berlebihan, dan kelelahan

(Trisnawati, 2012).

b) Nadi

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat

dari denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).

c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah

tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti

perdarahan dan preeklamsia (Mansyur, 2014).

d) Pernafasan

245
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24

kali permenit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan

lambat atau normal. Bila pernafasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok

(Rukiyah, dkk. 2010).

d. Perubahan psikologis pada masa nifas

Masalah psikologis pada masa pascapersalinan bukan

merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. Masalah ini dapat

dihindari dengan adanya dukungan sosial serta dukungan

pelaksana pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan,

dan pascapersalinan. Bagi ibu, yang mengalami persalinan untuk

pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan

yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini ditandai

dengan perubahan emosional, hubungan keluarga dan aturan serta

penyesuaian terhadap aturan baru. Termasuk didalamnya

perubahan dari seorang ibu disamping masa pascapersalinan

mungkin terjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun

perseorangan (Prawirohardjo, 2014).

3 tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas, antara lain:

1) Fase takin-in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

246
melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering

berulang diceritakan. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat

untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.

Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami

dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu

diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses

pemulihannya. Disamping itu nafsu makan ibu memang

meningkat. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu

adalah:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit,

jenis rambut, dan lain-lain.

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang

dialami misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk

kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka

jahitan.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara

merawat bayi.

2) Fase taking hold

247
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahrkan.

Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Selain itu

perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik

untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayi sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab

akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keingnn untuk merawat diri dan

bayinya meningkat pada fase ini (Wulandari, 2011).

e. Gambaran klinis masa nifas

Adapun tahapan masa nifas (postpartum puerperium) menurut

(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009) adalah:

1) Puerperium Dini : Masa kepulihan, yakni saat ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalanjalan.

2) Puerperium Intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari

organ - organ genetal kira - kira 6-8 minggu.

248
3) Remot Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan

mempunyai komplikasi). Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu – minggu, bulanan atau tahunan.

f. Tujuan asuhan masa nifas

Tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah sebagai

berikut menurut (Saleha, 2009), yaitu :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologi.

2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, dan manfaat

menyusui, imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana

g. Asuhan kunjungan masa nifas

Kunjuangan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.

Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir

untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani maslah-masalah

yang terjadi (Saleha, 2009).

Kunjungan Waktu Tujuan

249
1. 6 – 8 jam  Mencegah terjadinya pendarahan

setelah pada masa nifas.

persalinan  Mendeteksi dan merawat

penyebab lain pendarahan dan

memberi rujukan bila pendarahan

berlanjut.

 Memberikan konseling kepada

ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana

mencegah pendarahan masa

nifas karena atonia uteri.

 Pemberian ASI pada masa awal

menjadi ibu.

 Mengajarkan cara mempererat

hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.

 Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara mencegah hipotermi.

Jika bidan menolong persalinan,

maka bidan harus menjaga ibu dan

bayi untuk 2 jam pertama setelah

250
kelahiran atau sampai keadaan ibu

dan bayi dalam keadaan stabil.

2. 6 hari  Memastikan ivolusi uteri berjalan

setelah normal, uterus berkontraksi,

persalinan fundus dibawah umbilikus tidak

a ada pendarahan abnormal, dan

tidak ada bau.

 Menilai adanya tanda – tanda

demam, infeksi, atau kelainan

pasca melahirkan.

 Memastikan ibu mendapat

cukup makan, cairan, dan

istirahat.

 Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak ada tanda

– tanda penyulit.

 Memeberikan konseling kepada

ibu mengenai asuhan bayi, cara

merawat tali pusat, dan

bagaimana menjaga bayi agar

251
tetap hangat.

3. 2 minggu  Sama seperti di ats ( 6hari

setelah setelah persalinan).

persalinan

4. 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang

setelah penyulit – penyulit yang dialami

persalinan atau bayinya.

 Memberikan konseling untuk

keluarga berencana secara dini.

Tabel 2.5

Sumber : Saleha 2009

h. Tanda Bahaya Masa Nifas atau Komplikasi Masa Nifas

Beberapa wanita setelah melahirkan secara fisik merasakan

ketidaknyamanan terutama pada 6 minggu pertama setelah

melahirkan diantaranya mengalami beragam rasa sakit, nyeri, dan

gejala tidak menyenangkan lainnya adalah wajar dan jarang

merupakan tanda adanya sebuah masalah. Namun tetap saja,

semua ibu yang baru melahirkan perlu menyadari gejala-gejala

yang mungkin merujuk pada komplikasi pascapersalinan (Murkoff,

252
2009). Gejala atau tanda bahaya yang harus diwaspadai

diantaranya sebagai berikut:

1) Perdarahan Post Partum

Dengan tanda dan gejala secara umum yaitu perdarahan

yang membutuhkan lebih dari satu pembalut dalam waktu satu

atau dua jam, sejumlah besar perdarahan berwarna merah

terang tiap saat setelah minggu pertama pascapersalinan.

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600

ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu

terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan postpartum

primer (early postpartum hemorhage) yang terjadi dalam 24 jam

setelah anak lahir dan perdarahan postpartum sekunder (late

postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya

antara hari ke-5 sampai ke-15 postpartum (Mochtar, 2010).

Hal-hal yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah

atonia uteri, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian

plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta

seperti kotiledon atau plasenta suksenturiata, endometritis

puerperalis, penyakit darah (Mochtar, 2010, Wiknjosastro, 2009,

Saleha, 2009).

2) Infeksi masa Nifas

Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:

253
a) Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 37 0C lebih dari 1 hari.

Tetapi kenaikan suhu tubuh temporal hingga 41 0C tepat

seusai melahirkan (karena dehidrasi) atau demam ringan

tidak lebih dari 380C pada waktu air susu mulai keluar tidak

perlu dikhawatirkan.

b) Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa

pembengkakan, di area abdominal bawah usai beberapa

hari melahirkan.

c) Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah

beberapa hari pertama.

d) Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan

keluar darah di tempat insisi Caesar.

e) Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas,

dan rasa lembek pada payudara begitu produksi penuh air

susu mulai berkurang yang bisa berarti tanda-tanda mastitis.

Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan

disebut infeksi nifas. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara

hari ke 10 postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali

sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu

pada masa nifas dianggap sebagai infeksi nifas apabila tidak

ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Saifuddin, 2010).

i. Proses laktasi

254
1) Pengertian laktasi

Menyusui atau laktasi adalah suatu proses dimana

seorang bayi menerima air susu dari payudara ibu (Sumastri,

2012). Menyusui yang dikategorikan ASI eksklusif adalah

gerakan menghisap dan menelan dari mulut sang bayi langsung

ke puting susu ibu (Sitepoe, 2013).

Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui

dini, di mana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta

lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin

(hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.

Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak

produksi lagi, sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar

2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya di payudara

sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena

mengandung zat kaya gizi dan antibodu pembunuh kuman

(Saleha, 2009).

2) Proses laktasi

Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas.

Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon

plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah

255
plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga

susu pun keluar (Saleha, 2009).

Jenis-Jenis Ciri-Ciri

ASI

Kolostrum Cairan yang pertama yang dikeluarkan oleh

kelenjar payudara pada hari 1-3, berwarna

kuning keemasan, mengandung protein

tinggi rendah laktosa

ASI Transisi Keluar pada hari 3-8 hari, jumlah ASI

meningkat tetapi protein rendah dan lemak,

hidrat arang tinggi.

ASI Mature ASI yang keluar hari ke 8-11 dan seterusnya,

nutrisi terus berubah sampa bayi 6 bulan.

Tabel : 2.6

Sumber : Kemenkes RI, 2015

3) Fisiologi Laktasi

Yang dimaksud dengan Laktasi adalah produksi dan

pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah siap baik

256
secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka Bayi : cukup

sehat untuk menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan

kebutuhan bayi, Volume ASI : 500 – 800 ml/hari. (3000 ml/hari).

Refleks penting pada proses laktasi : Refleks prolaktin, Refleks

aliran, Refleks penting pada proses laktasi (Rukiyah, dkk.

2010).

a) Reflek Prolaktin

Seperti telah di jelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan

hormon prolaktin memegang peranan penting dalam proses

pembuatan kolostrum, namun jumlah kolostrumnya masih

terbatas, karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen

dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Hormon ini

merangsang sel-sel alveoli yang fungsinya untuk membuat

air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan

normal kembali tiga bulan setelah melahirkan sampai

penyapihan anak. Setelah anak selesai disapih, maka tidak

akan ada peningkatan prolaktin. Walaupun ada isapan bayi,

namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu

yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-

keadaan seperti :

(1) Stress atau pengaruh psikis

(2) Anestesi

257
(3) Operasi

(4) Rangsangan puting susu

(5) Tabungan kelamin

(6) Obat-obatan trandulizer hipotalamus seperti resepin,

klorpromazim, dan fenotiazid (saleha, 2009).

b) Reflek Aliran / Let Down

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan

menghasilkan rangsangan saraf yang dilanjutkan ke dalam

kelenjar hipofisis posterior (Astuti, 2014). Akibatnya, hipofisis

posterior menghasilkan oksitosin yang menyebabkan sel-sel

myoepithelial di sekitar alveoli akan berkontraksi dan

mendorong air susu masuk ke pembuluh laktifer sehingga

lebih banyak air susu yang mengalir keluar. Keadaan ini

disebut reflek oksitosin atau let down reflex. Namun reflek ini

dapat dihambat oleh faktor emosi atau psikologis dari ibu

(Sheerwood, 2009).

4) Pemeliharaan laktasi

a) Rangsangan

Bayi harus difiksasi secara benar, yaitu posisi yang benar

antara lidah dengan gusi bayi terhadap papilla dan areola

mammae ibu, supaya bisa meningkatkan rangsangan.

258
Sebagai respon terhadap rangsangan, prolaktin dikeluarkan

oleh hipofisis anterior sehingga memacu pembentukan air

susu yang lebih banyak. Semakin sering bayi menghisap

atau lebih sering ASI dikeluarkan dengan dipompa atau

diperah, maka ASI akan lebih banyak diproduksi.

Sebaliknya, bila bayi berhenti menyusu, maka payudara

akan berhenti memproduksi ASI (Sheerwood, 2009;

Sumastri, 2012).

b) Pengosongan Payudara secara Sempurna

Sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan

payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan

payudara yang kedua, maka pemberian air susu yang

berikutnya, payudara yang kedua ini yang diberikan pertama

kali (Sheerwood, 2009).

j. Manajemen kebidanan pada ibu nifas

1) Langkah I pengumpulan data dasar

a) Riwayat ANC dan INC.

b) Jumlah jam atau hari postpartum.

c) Catatan kemajuan persalinan.

d) Pengukuran TTV.

e) Laporan laboratorium.

259
f) Ambulasi beberapa banyak.

g) Pemeriksaan fisik dada dan abdomen, keadaan payudara,

puting susu, tinggi fundus uterus, keadaan kandung kemih,

distase.

h) Data eliminasi dan keluhan.

i) Pola makan.

j) Proses laktasi dan keluhan.

k) Tanggapan terhadap bayinya.

l) Tanggapan terhadap proses persalinan.

m) Luka ruptur / episiotomi grade, teknik jaitan, keadaan luka,

n) Lochea dan keterangannya.

2) Langkah II interpretasi data

Ibu (usia ibu) P.. A.. partus kala IV .. jam atau .. hari.

3) Langkah III mengidentifikasi diagnosa atau masalah

potensial

a) Ruptur, luka episiotomi.

b) Perdarahan.

c) Atonia uteri.

d) Infeksi.

4) Langkah IV menentukan tindakan segera

a) Pemberian uterotonika.

b) Penjahitan luka perineum.

260
c) Cek laboratorium untuk mengetahui Hb

d) Infus sesuai kebutuhan.

e) Antibiotik

5) Langkah V menyusun rencana asuhan kebidanan

a) Penjahitan luka episiotomi.

b) Observasi kontraksi uterus.

c) Observasi keadaan umum, TTV ibu.

d) Pemenuhan kebutuhan nutrisi.

e) Pemenuhan kebutuhan hyegine.

f) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.

g) Pemberian multivitamin atau antibiotik.

6) Langkah VI pelaksanaan asuhan

Sesuai dengan langkah V dalam penyusunan rencana asuhan.

7) Langkah VII Evaluasi

Diharapkan ibu dalam kala IV

a) Ruptur / luka episiotomi teratasi.

b) Perdarahan dalam batas normal.

c) Kontraksi uterus baik.

d) Tidak ada tanda-tanda infeksi.

e) Involusi uterus sesuai dengan yang diharapkan.

f) Keadaan umum dan TTV ibu dalam batas normal.

261
4. BAYI BARU LAHIR

a. Konsep BBL

Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa

memakai alat. Pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai

dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 - 4000 gram dan

tanpa cacat bawaan (Rukiyah, dkk. 2010).

b. Definisi BBL

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0 - 28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi

berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu

dan berat badannya 2.500 - 4000 gram (Dewi, 2010).

Neonatus ialah bayi yang mengalami proses kelahiran dan

harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan

ekstra uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi

dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.

Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan

cepat berlangsung adalah pada sistem pernafasan, sirkulasi,

kemampuan menghasilkan sumber glukosa (Rukiyah, dkk. 2010).

c. Ciri-ciri BBL

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badanlahir

2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera

262
menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan

baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,

lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut

jantung 120-160x/menit, pernapasan 40-60x/menit, lanugo tidak

terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang

dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk

dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia

pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis

berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang

serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar

dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).

d. Macam-macam refleks pada bayi

1) Refleks Moro

Jika bayi dikagetkan oleh suara keras, gerakan mendadak atau

seperti memeluk bila ada rangsangan, cahaya atau posisi

secara mendadak, seluruh tubuhnya bereaksi dengan gerakan

kaget, yaitu gerakan mengayunkan / merentangkan lengan dan

kaki seolah ia akan meraih sesuatu dan menariknya dengan

cepat kearah dada dengan posisi tubuh meringkuk seperti

berpegangan dengan erat, mendorong kepala ke belakang,

263
membuka mata dan mungkin menangis. Terjadi pada usia 1-2

minggu dan akan menghilang ketika berusia 6 bulan.

2) Refleks Rooting

Jika seseorang mengusapkan sesuatu di pipi bayi, ia akan

memutar kepala ke arah benda itu dan membuka mulutnya.

Reflex ini terus berlangsung selama bayi menyusu.

3) Refleks Mengisap (Sucking)

Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika anda

menyentuhkan puting susu keujung mulut bayi.

4) Refleks Swallowing

Muncul ketika benda-benda yang dimasukkan kedalam mulut,

seperti puting susu ibu dan bayi akan berusaha menghisap lalu

menelan. Proses menelan ini yang disebut reflex swallowing.

Reflex ini tidak akan hilang.

5) Refleks Berkedip (Refleks Corneal)

Bayi berkedip pada permunculan sinar yang tiba-tiba atau pada

pandel atau obyek kearah kornea, harus menetap sepanjang

hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan

pada saraf cranial.

6) Refleks Pupil

Pupil kontriksi jika sinar terang diarahkan padanya, reflex ini

ada sepanjang hidup.

264
7) Refleks Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)

menyebabkan mata menutup dengan rapat.

8) Refleks Tonic Neck

Ketika kedua tangan bayi diangkat, bayi akan berusaha

mengangkat kepalanya. Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk

melakukan posisi ini, atau jika refleks ini terus menetap hingga

lewat usia 6 bulan, kemungkinan bayi mengalami gangguan

pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, refleks tonic

neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala

bayi yang akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar.

9) Refleks Palmar Grasping

Bayi baru lahir menggenggam atau merenggut jari ibu jika ibu

menyentuh telapak tangannya. Genggaman tangan ini sangat

kuat hingga ia bisa menopang seluruh berat badan jika ibu

mengangkatnya dengan satu jari tergenggam dalam setiap

tangannya. Gerakan refleks ini juga terdapat di telapak kaki

yang melengkung saat disentuh. Gerakan refleks ini hilang

setelah beberapa bulan. Ia harus belajar menggenggam

dengan sengaja. Menurun setelah 10 hari dan biasanya

menghilang setelah 1 bulan. Untuk gerakan kaki berlanjut

hingga 8 bulan.

265
10)Refleks Babinski

Jari-jari mencengkeram / hyperekstensi ketika bagian bawah

kaki diusap, indikasi saraf berkembang dengan normal. Hilang

di usia 4 bulan.

11)Refleks Plantar (Plantar Grasp)

Muncul sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar satu tahun

kelahiran. Refleks plantar ini dapat diperiksa dengan

menggosokkan sesuatu di telapak kakinya, maka jari-jari

kakinya akan melekuk secara erat.

e. Klasifikasi neonatus

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi

menurut Marmi (2015) , yaitu :

1) Neonatus menurut masa gestasinya :

a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu).

b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu).

c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau

lebih)

2) Neonatus menurut berat badan lahir :

a) Berat lahir rendah : < 2500 gram.

b) Berat lahir cukup : 2500 - 4000 gram.

c) Berat lahir lebih : > 4000 gram

266
3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa

gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa

kehamilan) :

a) Nenonatus cukup / kurang / lebih bulan (NCB/NKB/NLB).

b) Sesuai / kecil / besar untuk masa kehamilan

(SMK/KMK/BMK).

f. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui

apakah transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstra uterine

berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis

komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan.

Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan,

tujuannyauntuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang

muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran,

pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada

saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait

riwayat kehamilanibu dan kelainan yang diturunkan, dan

memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap

sudden infant deathsyndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah

untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat

267
talipusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan

pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).

Asuhan bayi baru lahir meliputi :

1) Pencegahan Infeksi (PI).

2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak

dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir

dengan tiga pertanyaan :

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis atau bernafas / tidak megap-

megapa?

c) Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami

asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi.

Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan

secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

3) Pemotongan dan perawatan tali pusat

Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada

bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan

mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,

kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah

268
pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat

dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat

adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan

cairan / bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan

RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci

tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering

dan terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari

dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat, dan

melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,

menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi

akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,

menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45-60

dan berlangsung selama 10 - 20 menit dan bayi cukup menyusu

dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika

bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak

kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi

masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan

269
asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,

pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang

pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar

menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6

jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan

tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

6) Pemberian salep mata / tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan

infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika

profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika

lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam

setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif

jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian

Kesehatan RI, 2013).

7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis

tunggal di paha kiri

Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1

(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk

mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan

RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan

270
hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam

suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau

secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk

mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang

pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan

dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).

8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha

kanan

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah

penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah

penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat

menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan

dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam

karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam

pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1

kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali

pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

10)Pemberian ASI eksklusif

271
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika

memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan

makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI

ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes

Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak

untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu

Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan

perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan

perdagangan bayi.

g. Kunjungan Pada Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada

neonatus sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6

jam sampai dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II

(KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari, kunjungan neonatal III (KN3) pada

hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan diberikan oleh

dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau

melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu

pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada

algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM)

termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,

272
perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0

diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari

(bila tidak diberikan pada saat lahir) (Kemenkes RI, 2010).

Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan

neonatal dasar (ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa

perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak

diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 apabila

tidak diberikan pada saat lahir dan manajemen terpadu bayi muda).

Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari (Depkes Jateng, 2010).

Berdasarkan Profil Kesehatan Jateng 2011, kunjungan neonatal

menurut Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3 yaitu :

a) Kunjungan Neonatal ke satu (KN1)

Adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari

pertama sampai hari kedua.

b) Kunjungan Neonatal ke dua (KN2)

Adalah kunjungan neonatal yang kedua kalinya yaitu pada hari

kedua sampai hari ke tujuh.

c) Kunjungan Neonatal ke tiga (KN3)

Adalah kunjungan neonatal yang ketiga kalinya yaitu pada hari

ke tujuh sampai hari ke dua puluh delapan.

273
h. Imunisasi Dasar

1) Pengertian Imunisasi Dasar

Imunisasi merupakan pemberian kekebelan tubuh

terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam

tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya (Lisnawati, 2011).

2) Tujuan Imunisasi

Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat

dicegah dengan iminisasi yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis,

Tetanus, TBC dan Hepatitis B (Depkes, 2014).

Dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan maksud menurunkan kematian dan kesakitan

serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi.

3) Sasaran Program Imunisasi

Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :

a) Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi

BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B.

b) Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon

pengantin (catin) untuk mendapatkan imunisasi TT.

274
c) Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk

mendapatkan imunisasi DPT.

d) Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas

VI untuk mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d

tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas III

mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2014).

4) Manfaat Imunisasi

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

a) Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang

disebabkan oleh penyakit menular yang sering berjangkit.

b) Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan

serta biaya pengobatan jika anak sakit.

c) Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan,

menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk

melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2014).

5) Jenis Imunisasi

a) Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat

anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun (A.H

Markum, 2012).

Adapun tipe vaksin yang dibuat “hidup dan mati”. Vaksin

yang hidup mengandung bakteri atau virus (germ) yang

275
tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi tubuh dan

merangsang pembentukan antibodi. Vaksin yang mati dibuat

dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang

dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut

toxoid. (A.H Markum, 2012). Imunisasi dasar yang dapat

diberikan kepada anak adalah :

(1) BCG, untuk mencegah penyakit TBC.

(2) DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis

dan tetanus.

(3) Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.

(4) Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).

(5) Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.

b) Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada

resipien, dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara

langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut

untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan

untuk upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi,

baik untuk infeksi bakteri maupun virus (Satgas IDAI, 2014).

Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu hamil

memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta,

terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan jenis

276
antibodi yang ditransfer melalui plasenta adalah

immunoglobulin G (LgG). Transfer imunitas alami dapat

terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI), jenis yang

ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA). Sedangkan

transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang

menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi

tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya.

Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak

berlangsung lama, sebab kadar zat-zat anti yang meningkat

dalam tubuh anak bukan sebagai hasil produksi tubuh

sendiri, melainkan secara pasif diperoleh karena pemberian

dari luar tubuh. Salah satu contoh imunisasi pasif adalah

Inmunoglobulin yang dapat mencegah anak dari penyakit

campak (measles) (AH, Markum, 2012).

6) Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi

a) Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)

Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk

mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan

Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12

bulan.

b) Hepatitis B

277
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi

hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat

efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi

maternal dari ibu pada bayinya.

c) DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)

Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh

diberikan sebelum umur 6 minggu ) dengan interval 4-8

minggu.

d) Polio

Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program

pengembangan imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk

mendapatkan cakupan yang tinggi.

e) Campak

Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-

kutan dalam, pada umur 9 bulan.

7) Jadwal Pemberian Imunisasi

Vaksin Pemberian Selang Umur Keterangan

Imunisasi Waktu

Pemberian

278
BCG 1x - 0 – 11 Bulan Untuk bayi

yang lahir
DPT 3x 4 Minggu 2 – 11 Bulan
di Rumah
(DPT 1,2,3)
Sakit/
Polio 4x 4 Minggu 0 – 11 Bulan
Puskesmas
(Polio 1,2,3,4)
Hep-B,

Campak 1x - 9 – 11 Bulan BCG dan

Polio dapat
Hepatitis B 3x 4 Minggu 0 – 11 Bulan
segera
(Hep-B 1,2,3)
diberikan.

Tabel : 2.7

Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia

Tahun 2014.

i. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,

dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak

mengancam nyawa bayi. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yang

harus diwaspadai yaitu :

1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit.

2) Terlalu panas > 38oC atau terlalu dingin < 36,5oC.

279
3) Warna kulit atau bibir biru pucat.

4) Memar atau sangat kuning.

5) Hisapan lemah.

6) Mengantuk berlebihan.

7) Banyak muntah.

8) Tali pusat terlihat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau

busuk.

9) Pernafasan sulit.

10)Tidak berkemih dalam 24 jam.

11)Tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.

12)Aktivitas menggigil atau menangis tidak biasa.

13)Sangat mudah tersinggung.

14)Lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang.

15)Menangis terus menerus (Muslihatun, 2010).

j. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Langkah I : Pengumpulan data dasar

1) Identitas bayi baru lahir (BBL), nama orang tua, alamat , no.

telepon.

2) Tanggal dan waktu dilahirkan.

3) Tempat dan penolong persalinan, BPS, RS, Oleh bidan atau

dokter.

280
4) Riwayat cara dilahirkan.

5) Jenis kelamin, BB, PB, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

perut, lingkar lengan atas.

6) Nilai 0 detik, Yaitu penilaian :

a) Tangisan bayi

b) Tonus otot

c) Warna kulit

7) Maturitas fisik

8) KU dan TTV

9) Nilai refleks :

a) Babinski : Mengektensikan jari -jari telapak kaki diusap

b) Gallant : Melengkungkan badan kearah sisi yang

distimulasi ketika dilakukan pengusapan di sepanjang

tulang belakang.

c) Moro : Ektensi tangan tiba-tiba kearah luar dan kembali

ke garis tangan ketika bayi terkejut.

d) Palmar : Menggenggam obyek ketika tangan disentuh.

e) Parasut : Ektensi lengan dan tungkai kearah depan ketika

bayi ditahan pada posisi telungkup.

f) Palacing : Usaha untuk mengangkat dan meletakkan kaki

ketika kaki disentuh dibagian atasnya.

281
g) Plantar : Fleksi jari-jari kaki kearah dalam ketika tumit

telapak kaki diusap.

h) Righting : Berusaha menahan kepala ketika pada posisi

tegak.

i) Rooting : Memiringkan kepala kearah pipi yang diberi

stimulus sentuhan.

j) Menghisap : Menghisap obyek yang dimasukkan kedalam

mulut.

k) Berenang : Menirukan gerak berenang ketika ditahan pada

posisi horizontal didalam air.

l) Berjalan : Membuat gerakan melangkah ketika digendong

pada posisi tegak dengan kaki menyentuh permukaan.

10)Kematangan neoromuskular.

Langkah II Interprestasi data.

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

Langkah III Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial

1) Hipotermi

2) Aspiksia

3) Infeksi

4) Hiperbilirubin

Langkah IV Menentukan tindakan segera atau kolaboratif.

282
1) Rangsangan taktil.

2) Pemberian Oxygen.

3) Perawatan di bkuelight.

4) Pemeriksaan di laboraturium

Langkah V Menyusun rencana asuhan menyeluruh

1) Pemotongan dan perawatan tali pusat.

2) Mencegah infeksi.

3) Penilaian awal.

4) Pencegahan kehilangan panas.

5) Pemberian ASI secara dini.

6) Pemberian salep mata dan vitamin K.

Langkah VI Pelaksanana asuhan

Sesuai dengan langkah V dalam penyusunan rencanaasuhan.

Langkah VII Evaluasi.

1) Tali pusat dalam keadaan baik, terawat.

2) Tidak ada tanda-tanda infeksi.

3) Penilaian awal bayi dalam keadaan normal.

4) Tidak terjadi hypotermi.

5) Bayi dapat menyusu dengan baik.

283
5. Keluarga Berencana (KB)

a. Definisi KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah

anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,

pemerintah merencanakan program atau cara untuk mencegah

dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

b. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak-anak

maupun keluarga serta bangsa secara menyeluruh. Tujuan lain

adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan

mengurangi angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk

tidak melebihi kapasitas produksi. Adapun beberapa tujuan lain

dari KB adalah sebagai berikut:

1) Tujuan demografi yaiu mencegah terjainya ledakan penduduk

dengan menekan laju pertumbuhan penduduk ( LLP).

2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda

kehamilan anak pertama, dan menjarangkan kehamilan setelah

284
kelahian anak pertama serta menghentikan kehamilan bila

dirasakan anak telah cuku.

3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah

menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai

keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga

bahagia.

4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau

pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan

akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup

tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Normal Keluarga

Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga

berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang

harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan papan, pendidikan,

dan produktif dari segi ekonomi ( Maryanto, 2014).

c. Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :

285
1) Keluarga berencana.

2) Kesehatan reproduksi remaja.

3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga.

4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas.

5) Keserasian kebijakan kependudukan.

6) Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM).

7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

d. Definisi Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu,

berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang

membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan

hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal

namun tidak menghendaki kehamilan.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat

286
permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan cara, alat atau

obat-obatan (Proverawati, 2010).

e. Macam-Macam Kontrasepsi

1) Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi

dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode

Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode

Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan,

dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir

servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat

yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida

(Handayani, 2010).

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL).

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI

tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.

(1) Mekanisme Kerja :

Menunada atau menekankan terjadinya ovulasi. Pada

saat menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin

dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar

287
prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas

hormon penghabat.

(2) Indikasi

(a) Wanita yang menyusui secara eksklusif.

(b) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang

dari 6 bulan.

(c) Ibu belum mendapatkan haid setelah melahirkan.

(3) Kontraindikasi

(a) Ibu sudah mendapatkan haid setelah bersalin.

(b) Tidak menyusui secara eksklusif.

(c) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.

(d) Bekerja dan berpisah dari bayinya lebih lama dari

6 jam (Dewi, 2013).

b) Koitus Interruptus (Senggama Terputus)

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina

sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,

bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh

sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu

kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi.

(1) Mekanisme Kerja

Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik

penis keluar dari vagina.

288
(2) Keuntungan

(a) Tidak membutuhkan biaya.

(b) Tidak membutuhkan alat-alat apapun.

(3) Kekurangan

(a) Dibutuhkan pengendalian yang besar dari pihak

laki-laki (Prawirohardjo, 2014).

c) Metode Kalender.

Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan

pantang berkala atau lebih dikenal dengan sisten kalender

merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami

dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh

pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan

senggama pada masa subur.

(1) Mekanisme Kerja

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala

yaitu tidak melakukan hubungan seksual pada masa

subur istri. Menggunaka 3 patokan yaitu ovulasi 14 hari

sebelum haid yang akan datang, sperma dapat hidup

dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi dan

ovum hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi apabila

kontrasepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari

289
sekurang-kurangnya selama 3 hari yaitu 48 jam

sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi.

(2) Indikasi

(a) Dapat digunakan oleh setiap wanita.

(b) Tidak membutuhkan alat / pemeriksaan khusus.

(c) Menghindari resiko kesehatan yang berkaitan

dengan kontrasepsi

(d) Tidak memerlukan biaya.

(e) Tidak memerlukan tempat pelayanan.

(3) Kontraindikasi

(a) Menstruasi yang tidak subur menjadi terhambat.

(b) Pasutri harus tau masa subur dan masa tidak

subur.

(c) Pasutri tidak melakukan hubungan seksual setiap

saat (Dewi, 2013).

d) Lendir Serviks

Perubahan siklis dari lendir servik yang terjadi karena

perubahan kadar estrogen. Lendir servik yang diatur oleh

hormon estrogen dan progesteron ikut berperan dalam

reproduksi oleh kelenjar-kelenjar servik. Apabila siklus

menstruasi tidak teratur, dapat ditentukan waktu ovulasi

dengan memeriksa lendor yang di produksi oleh kelenjar-

290
kelenjar di dinding servik. Tepat sebelum ovulasi, lendir itu

transparan, agak encer, dan lebih banyak, lebih mirip jeli,

setelah ovulasi lebih sedikit lendir yang keluar dan

warnanya menjadi keruh seperti susu.

(1) Mekanisme Kerja

Untuk menguji lendir, masukan jari kedalam vagina

kemudian perlahan-lahan tarik kemballi keluar. Apabila

lendirnya jernih, lembab, dan kental, dalam dekat anda

mungkin akan mengalami ovulasi. Maka tidak

dianjurkan melakukan hubungan seksual dalam 24 – 72

jam berikutnya.

(2) Keuntungan

(a) Dalam kendali wanita.

(b) Memberikan kesempatan pada pasangan

menyentuh tubuhnya.

(c) Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan

tubuhnya.

(3) Kerugian

(a) Membutuhkan komitmen.

(b) Dapat membutuhkan 2 – 3 kali siklus untuk

mempelajari metode.

291
(c) Beberapa obat yang digunakan mengobati flu

disebabkan dapat menghambat produksi lendir

servik (Dewi, 2013).

e) Metode Suhu Basal.

Suhu metode yang dilakukan untuk mengukur suhu

mengetahui suhu tubuh basal, menentukan masa ovulasi.

Karena progesteron yang dihasilkan corpus luteum,

menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh. Sebelum

perubahan suhu basal tubuh dipertimbangkan sebagai

masa ovulasi, suhu tubuh terjadi peningkatan sedikitnya 0,2

– 0,5 derajat celcius diatas 6 kali perubahan suhu

sebelumnya yang diukur.

(1) Keuntungan

(a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

pasangan terhadap masa subur.

(b) Membatu wanita yang mengalami siklus haid yang

tidak teratur.

(2) Kerugian

(a) Suhu tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor

(sakit, kurang tidur, stres, alkohol, imunisasi, iklim).

(b) Bila suhu tidak diukur pada waktu yang sama

menyebabkan ketidak akuratan suhu tubuh basal.

292
(c) Tidak mendeteksi permulaan masa subur

sehingga sulit mencapai kehamilan (Dewi, 2013).

f) Kondom

Penggunaan kondom untuk tujuan perlindungan terhadap

penyakit kelamin telah dikenal sejak zaman mesir kuno.

(1) Mekanisme Kerja

Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis

sewaktu melakukan koitus, dan mencegah

pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom

adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung

yang terbuka, sedang ujung yang buntut berfungsi

sebagai penampung sperma. Biasanya diameternya

kira-kira 31 – 36,5 mm dan panjangnya lebih kurang 19

cm.

(2) Keuntungan

(a) Terlindung dari IMS.

(b) Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel

telur dengan cara mengemas sperma diujung

selubung karet yang dipasang di penis.

(3) Kekurangan

293
(a) Saat melakukan hubungan pasangan merasakan

selaput karet sebagai penghalang dalam

kenikmatan sewaktu melakukan koitus.

(b) Kondom dapat bocor atau tumpahnya sperma

yang disebebkan oleh tidak dikeluarkannya penis

segera setelah terjadinya ejakulasi (Prawirohardjo,

2014).

2) Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi

menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron

dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan

suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi

progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,

2010).

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana

estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap

kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi

hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

Di bawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan

hormon gonadotropin Follicle Stimulating Hormone (FSH),

Luteinizing Hormone (LH). Hormon-hormon ini dapat

294
merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan

progesteron. Dua hormon yang terakhir ini menumbuhkan

endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang

tertentu menyebabkan ovulasi, dan penurunan kadarnya

mengakibatkan desintegarsi endometrium dan haid.

Penyelidikan lebih lanjut menunjukan bahwa baik estrogen

maupun progesteron dapat mencegah ovulasi. Penetahuan ini

menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi ekstrogen dan

progesteron sebagai cara kontrasepasi dengan jalan mencegah

terjadinya ovulasi. Pincus dan Rock melakukan percobaan

lapangan di Puerto Rico dengan menggunakan pil terdiri atas

estrogen dan progesteron (Enavid), dan tenyata bahwa pil

tersebut mempunyai daya yang sangat tinggi untuk mencegah

kehamilan. Ini permulaan terciptanya pil kombinasi. Pil yang

terdiri atas kombinasi antara estradiol atau mestranol dengan

salah satu jenis progestragen (progesteron sintetik). Kini pil

kombinasi banyak digunakan untuk kontrasepsi (Prawirohardjo,

2014).

Kemudian, sebagai hasil penyelidikan lebih lanjut, diadakan

pil sekkuensial, mini pill, morning after pill, dan Depo-Provera

yang diberikan sebagai suntikan. Dewasa ini masih terus

dilakukan kegiatan untuk menemukan suatu cara kontrasepsi

295
hormonal yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek

samping yang sekecil mungkin (Prawirohardjo, 2014).

a) Pil Kombinasi

Pil-pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan

progestagen, atau oleh satu dari komponen hormon itu.

Walaupun banyak hal yang msih belum jelas, pengetahuan

tentang dua komponen tersebut tiap hari bertambah.

Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen

dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi

folikel dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen dari

ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka tidak terdapat

pengeluaran LH. Sehingga menyebabkan ovulasi

terganggu. Komponen progestagen pada pil kombinasi

memperkuat khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi,

sehingga dalam 95 – 98 % tidak terjadi ovulasi. Selanjutnya,

estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat

perjalanan ovum yang akan menyulitkan terjadinya

implantasi dalam endometrium dari ovum yang sudah di

buahi (Prawirohardjo, 2014).

(1) Mekanisme Kerja

Komponen progestagen dalam pil kombinasi seperti

disebut di atas memperkuat kerja estrogen untuk

296
mencegah ovulasi. Prostagen sendiri dalam dosis tinggi

dapat menghambat ovulasi, tetapi tidak dalam dosis

rendah. Selanjutnya progestagen mempunyai khasiat

sebagai berikut seperti lendir servik uteri menjadi lebih

kental, sehingga menghalangi penetrasi spermatozoon

untuk masuk dalam uterus dan kapasistas

spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum

terganggu (Prawirohardjo, 2014).

(2) Indikasi

(a) Gemuk atau kurus.

(b) Pasca keguguran.

(c) Siklus haid tidak teratur.

(d) Nyeri haid hebat.

(e) Kelainan payudara jinak.

(3) Kontraindikasi

(a) Hamil atau dicurigai hamil.

(b) Menyusui ekslusif.

(c) Pendarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya.

(d) Hepatitis.

(e) Perokok usia > 35 tahun.

297
(f) Riwayat penyakit jantung, TD > 180/110 mmHg

(Dewi, 2013).

b) Suntik Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradional Spinoat

yang diberikan ijeksi IM sebulan sekali (Cyclofem) dan 50

mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan

sekali.

(1) Mekanisme Kerja

(a) Menekan ovulasi

(b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga

panetrasi sperma tergantung.

(c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga

implantasi terganggu.

(2) Keuntungan

(a) Tidak terpengaruh terhadap hubungan suami istri.

(b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

(c) Mencegah kehamilan etopik.

(d) Pada keadaan tertentu d.apat diberikan pada

perempuan perimenopause.

(3) Kerugian

298
(a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak

teratur, pendarahan bercak / spotting, atau

pendarahan sampai 10 hari.

(b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan

keluahan seperti ini akan hilang setelah suntikan

kedua atau ketiga.

(c) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan

setelah penghentian pemakaian (Dewi, 2013).

c) Mini Pil (Pil Progestin)

Mini pil bukan merupakan penghambat ovulasi pleh karena

selama memakai pil mini kadang-kadang ovulsi masih dapat

terjadi. Efek utamanya ialah terhadap lendir serviks, dan

juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista

tidak dapat terjadi. Mini pil ini umumnya tidak dipakai untuk

kontrasepsi (Prawirohardjo, 2014).

(1) Mekanisme kerja

(a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid

seks di ovarium (tidak begitu kuat).

(b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit,

299
(c) Mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma.

(2) Keuntungan

(a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

(b) Tidak mempengaruhi ASI.

(c) Nyaman dan mudah digunakan.

(d) Dapat dihentikan setiap saat.

(e) Mengurangi nyeri haid.

(f) Mencegah kanker endometrium.

(3) Yang tidak boleh menggunakan mini Pil

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Pendarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

(d) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(e) Menggunakan obat tuberculosis (Dewi, 2013).

d) Suntuk Progestin

Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang

digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai

efek progestagen yang kuat dan sangan efektif. Obat ini

termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam

golongan kontrasepsi suntikan (Prawirohardjo, 2014).

300
(1) Mekanisme Kerja

(a) Obat ini menghalangi terjadinya, ovulasi dengan

jalan menekan pembentukan gonadotropin

releasing hormone dari hipotalamus.

(b) Lendir seviks bertambah kental, sehingga

menghambat penetrasi sperma melalui serviks

uteri.

(c) Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.

(d) Mempengaruhi traspor endometrium di tuba.

(2) Keuntungan

(a) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

(b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

(c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan

gangguan pembekuan darah.

(d) Membantu mencegah kanker endometrium dan

kehamilan etopik.

(3) Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan

progestin

(a) Hamil atau dicurigai hamil.

(b) Pendarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

301
(c) Tidak dapat menerima terjadinya ganguan haid,

terutama amenore.

(d) Menderita penyakit atau riwayat kanker payudara.

(e) DM disertai komplikasi (Dewi, 2013).

e) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (IMPLAN)

Implan merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasng

di bawah kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat

di pakai oleh semua wanita usia reproduksi dan aman

dipakai pada menyusui. Implan efektif dalam menunda

kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengguna

produksi ASI. Implan pun bida dicabut sesuai dengan

kebutuhan. Waktu yang paling baik untuk pemasangan

implan adalah saat haid berlangsung atau masa pra-evolusi

dari masa haid (Nani, 2018).

(1) Mekanisme kerja

(a) Lendir serviks menjadi kental.

(b) Menggangu proses pembentukan endometrium

sehingga sulit terjadi implantasi.

(c) Mengurangi transformasi sperma.

(d) Menekan ovulasi.

(2) Indikasi

(a) Usia reproduksi

302
(b) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efeltifitas

tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan

jangka panjang.

(c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

(d) Pasca keguguran (Dewi, 2013).

(3) Kontraindikasi

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Pendarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya.

(c) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(d) Tidak menerima perubahan pola haid yang terjadi.

(e) Mioma uterus dan ganguan toleransi gulkosa

(Dewi, 2013).

f) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan alat kontasepsi yang dimasukkan ke

rahim yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga yang

hanya boleh dipasng oleh dokter atau bidan terlatih.

Pemasangan sebaiknya dilakukan pada masa haid untuk

mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui

kanalis servikalis. Segera setelah pemasangan AKDR, rasa

nyeri atau kejang di perut. Rasa nyeri dapat dikurangi atau

dihilangin dengan pemberian analgetik. Jika keluhan

303
berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan giganti

dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil

(Nani, 2018).

Pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan

terhadap IUD yang mengandung bahan-bahan seperti

tembaga, seng, magnesium, timah, dan progesteron.

Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi

efektivitas IUD. Penelitian IUD jenis ini, yang diberi nama

IUD bioaktif, masih berlangsung terus hingga saat ini

(Prawirohardjo, 2014).

(1) Mekanisme Kerja

Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum

diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak

ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi

peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan

leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau

sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada

pemakaian IUD seringkali dijumpai pula sel-sel

makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

Kar dan kawan-kawan selanjutnya menemukan

sifat-sifat dan isi cairan uterus yang mengalami

perubahan-perubahan pada pemakaian IUD, yang

304
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam

uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian

lain menemukan sering adanya kontraksi uterus,

walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain

menemukan sering adanya kontraksi uterus pada

pemakaian IUD, yang dapat menghalangi nidasi.

Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar

prostaglandin dalam uterus pada perempuan tersebut.

Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain

menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga

oleh karena “ionisasi” ion logam atau bahan lain yang

terdapat pada IUD mempunyai pengaruh terhadap

sperma. Menurut penelitian, ion logam yang paling

efektif adalah ion logam tembaga (Cu) yang lambat laun

aktifnya terus berkurang dengan lama pemakaian

(Prawirohardjo, 2014).

(2) Indikasi

(a) Usia Reproduksi.

(b) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang.

(c) Menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi.

305
(d) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat

adanya infeksi.

(e) Risikio rendah dari IMS.

(3) Kontaindikasi

(a) Sedang hamil atau diduga hamil.

(b) Pendarahan pervaginam yang belum jelas

diketahui penyebabnya.

(c) Sedang menderita infeksi genetalia.

(d) Kelaianan bawaan uterus yang abnormal / tumor

jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum

uteri.

(e) Diketahui menderita TBC pelvik

(f) Kanker alat genetalia.

(g) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Dewi,

2013).

f. Dokumentasi Kebidanan

1) Tujuh langkah Varney

Langkah I

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk

menilai keadaan klien secara keseluruhan. Memperoleh data

dapat dilakukan dengan cara :

a) Anamnesa.

306
b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan ibu dan

pemeriksaan tanda-tanda vital.

c) Pemeriksaan Khusus.

d) Pemeriksaan penunjang (laboratorium).

Langkah II

Menginterprestasikan data untuk menentukan

diagnosa/masalah. Dimana langkah ini dilakukan berdasarkan

interprestasi yang akurat atas data-data yang telah

dikumpulkan.

Langkah III

Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial

dan mengatisipasi penanganannya. Langkah ini

mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensi yang mungkin

terjadi berdasarkan rangkaian diagnosa masalah yang telah

diidentifikasi.

Langkah IV

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk

melakukan tindakan, konsultasi, kolaborasi serta rujukan

berdasarkan kondisikan klien.

Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang

gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan

keselamatan ibu dan anak.

307
Langkah V

Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan

tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang ada pada

langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan lanjutan asuhan yang

menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya

dan kelanjutan penatalaksanaan masalah atau diagnosa yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Langkah VI

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari asuhan

menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V.

Perencanaan ini bila dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lagi klien, atau anggota tim kesehatan lainnya tetapi

tanggung jawab pada bidan. Penatalaksanaan yang efisien

akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu

dan asuhan klien.

Langkah VII

Pada langkah ini mengevalusi keefektifan asuhan yang

diberikan dengan mengulang kembali penatalaksanaan proses

untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. Rencana

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya.

308
2) Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas

logis dan tertulis. Pendekatan SOAP terdiri 4 langkah yang

disajikan dalam proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan

yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien dalam

rekam medik klien sebagai catatan kemajuan.

S : Subjektif : Informasi / data yang diperoleh dari apa

yang dikatakan klien tersebut.

O : Objektif : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan

dirasakan oleh bidan saat melakukan pemeriksaan.

A : Assesment : Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data

subjektif / objektif tersebut.

P : Planning : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

sesuai dengan kesimpulan yang telah dibuat.

309
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Umum Tempat Pengambilan Kasus

1. Profil Bidan

a. Biodata

Nama : Hj. Yayah Sobariah Am.Keb

TTL : Singaparna, 21 Februari 1953

310
Agama : Islam

Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia

Alamat : Jalan Raya Cilebut, Rt 03 Rw 05

SIPB : 440/00006/SIPB/BPMPTSP/2008

b. Riwayat Pendidikan

1) SDN Singaparna

Tahun 1960 – 1966

2) SMPN Singaparna

Tahun 1966 – 1969

3) SPR Depkes Bandung

Tahun 1969 – 1973

4) D1 Kebidanan Depkes Bandung

Tahun 1984-1985

5) D3 Kebidanan Pelita Ilmu

311
Tahun 2008 – 2010

c. Riwayat Pekerjaan

1) RSUP Hasan Sadikin Bandung

Tahun 1972-1991

2) Dinkes Kabupaten Bogor (puskesmas Tanah Sareal)

Tahun 1991-2004

3) PMB

Tahun 2004-sekarang

d. Pelayanan dan Kunjungan

1) PMB Bidan Y melayani pemeriksaan kehamilan (ANC),

persalinan (INC), perawatan nifas (PNC), perawatan Bayi

Baru Lahir (BBL), imunisasi, KB dan rujukan.

2) Rata-rata kunjungan per bulan ANC 50 orang, INC dan PNC

13 orang, imunisasi 20 orang, dan KB 50 orang.

244
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. ANC 1 dengan Manajemen Varney

I. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 17 Februari 2020 Pukul : 16. 15 WIB

Sumber Informasi : Ny. S

Oleh : Nurul Fitria

A. IDENTITAS

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.F.R

Umur : 25 th Umur : 28

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Kary. swasta

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Alamat Rumah : Cibuluh, Kedung Badak Bogor

No. Telp : 083811275797

B. Anamnesa

1. Alasan Kunjungan saat ini

Kunjungan Ulang : Ya (dengan mahasiswa)

Keluhan : Tidak ada

2. Riwayat Kehamilan saat ini:

Riwayat menstruasi ini

245
HPHT : 06-06-2019

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : 3 kali ganti pembalut

Siklus : 30 hari

Konsistensi : Cair kental

Tafsiran Persalinan : 13-03-2020

Tanda- tanda kehamilan

Hasil test kehamilan : HCG positif

Tanggal dilakukak test : 21 juli 2019

Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : UK 16 minggu

Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : ± 20 kali

Ibu merasa sakit saat janin bergerak : tidak

Keluhan yang dirasakan (bila diperlukan) : tidak ada

Diet/ makan : 3 kali sehari

Makanan sehari-hari : Nasi, sayur, lauk pauk, buah,

minum susu

Perubahan pola makan : tidak ada

Pola Eliminasi : BAB 1 kali sehari

BAK 5-6 kali sehari

Aktifitas sehari- hari : Beres-beres rumah

Pola Istirahatdan tidur : Tidur siang :1 jam

Tidur malam : 7 jam

246
Seksualitas : 1 kali seminggu

Imunisasi TT : TT3

Kontrasepsi yang pernah digunakan : suntik 3 bulan

3. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu:

Tahun Tempat UK Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan

Partus Partus Persalinan anak

04-05- PMB aterm spontan Bidan - L 3100 48 Sehat

2016 Hidup

29-10- PMB aterm spontan Bidan - L 2800 49 Sehat

2018 Hidup

Hamil

ini

4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Jantung : Tidak

Tekanan darah tinggi : Tidak

Hepar : Tidak

Diabetes mellitus : Tidak

Anemia berat : Tidak

Penyakit hubungan seksual : Tidak

247
Campak, rubella : Tidak

Malaria : Tidak

Tuberculosis : Tidak

Gangguan mental : Tidak

Operasi, seksio caesaria : Tidak

b. Lain-lain / riwayat keturunan : Tidak ada

c. Perilaku kesehatan

Pengguna Alkohol : Tidak

Obat-obatan/ jamu yang sering digunakan : Tidak

Merokok, makan sirih : Tidak

Iritasi Vagina /Ganti celana dalam : Tidak /3x ganti

5. Riwayat Psikososial

a. Apakah kehamilan ini direncanakan/ diinginkan: ya

b. Jenis kelamin yang diharapkan : apa saja

c. Status perkawinan : Kawin.

d. Ibu pantang makan tertentu : Tidak ada

e. Suami pengambilan keputusan utama : ya

f. Ibu memiliki kepercayaan tertentu : Tidak ada

g. Ibu dan keluarga sangat mengharapkan anak ini : ya

h. Tempat bersalin yang diinginkan : PMB

C. PEMERIKSAAN FISIK

248
Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Emosional : Stabil

2. Tanda-Tanda Vital

TD : 110/80 mmHg Suhu :36,8˚ C

Nadi :81 kali/menit Respirasi : 21 kali/ menit

3. Tinggi badan : 158 Cm

Berat badan : 79 Kg

Sebelum hamil : 67 kg

Kenaikan BB selama hamil : 12 kg

LILA : 26 Cm

Pemeriksaan Sistematis

1. Kepala :

Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok

Muka : Normal, tidak pucat, tidak oedem

Kelopak mata : Tidak oedem

Konjungtiva : merah muda

Sklera : Putih

Mulut dan gigi : Bersih, tidak ada karies dan stomatitis

2. Leher

Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan

249
Kelenjar Getah bening : Tidak ada pembengkakan

Vena Jugularis : Tidak ada pembengkakan

Dada dan Axilla : Simetris, tidak ada benjolan

Mammae

Membesar : ya

Simetris : ya

Benjolan/tumor : tidak ada

Areolla : Hyperpigmentasi

Pengeluaran : Belum ada

Axilla : tidak ada benjolan

3. Punggung dan pinggang

Posisi tulang belakang : Lordosis Fisiologis

Nyeri pinggang : tidak ada

4. Ekstremitas atas dan bawah

Atas : simetris, tidak oedema, jari lengkap, kuku tidak sianosis

Bawah: simetris, tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada

tanda homan

Refleks patella: +/+

D. PEMERIKSAAN OBSTETRIK

1. Abdomen

a. Inspeksi

250
Pembesaran : Normal sesuai usia kehamilan

Memanjang/melintang : Memanjang

Linea alba/nigra : Alba

Striae albicans/livide : Albicans

Bekas luka operasi/ sc : Tidak ada

b. Palpasi

Gerakan janin : Ada

Kontraksi : Belum ada

TFU (Mcdonald) : 27 CM

Leopod I :

TFU pertengahan pusat dan prosesus xhypoedeus

Teraba satu bagian bulat, lunak, kurang melenting

Leopod II :

Kanan : teraba bagian memanjang seperti ada tahanan

Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin

Leopod III :

Teraba satu bagian agak bulat, keras, kurang melenting

Leopod IV : Convergent

TBJ: (27-13)x 155= 2.170 gram

c. Auskultasi

DJJ : 142 kali/menit

PM :1

251
Tempat : kuadran kanan bawah pusat

2. Anogenital

a. Inspeksi

Perineum luka parut : Tidak ada

Warna : Normal

Fistula : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Kelenjar Bartholini : Tidak ada

Haemoroid : Tidak ada

Pemeriksaan Laboratorium (19 Februari 2020)

Hb : 11,4 gr %

Golongan darah : A

Protein Urine : Negatif (-)

Urine reduksi : Negatif (-)

Pemeriksaan penunjang lain : Tidak ada

USG (31 Januari 2020)

Uk : 34 mg

II. Interpretasi Data Dasar

252
Ibu : G3P2A0 Hamil 36 minggu 4 hari

1. Dasar Subjektif :

G3 : Ibu mengetakan ini kehamilan ke 3

P2 : Ibu mengatakan sudah pernah melahirkan 2 kali

A0 : Ibu mengatakan belum pernah keguguran

HPHT : 06-06-2019

2. Dasar Objektif :

TFU : 27 Cm

Leopold I : palpasi pertengahan pusat dan Prosesus

Xhypoedeus

Janin : Tunggal, Hidup, Presentasi Kepala

1. Dasar Subjektif :

Ibu mengatakan janin bergerak aktif dan tidak merasa sakit saat

janin bergerak.

2. Dasar Objektif :

Tunggal : leopold I teraba satu bagian agak bulat, lunak,

dan

tidak melenting.

Hidup : DJJ : 142 x/menit

PM : Kuadran kanan bawah pusat

Presentasi kepala : Leopod III Satu bagian besar, bulat, keras,

dan masih bisa digoyangkan.

253
III. Antisipasi Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Berikan inform consent kepada ibu.

2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.

3. Jelaskan kepada ibu tentang ketidak nyamanan pada

kehamilan trimester III.

4. Jelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III.

5. Anjurkan ibu untuk melakukan senam hamil,

6. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

7. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan dengan pola gizi

seimbang.

8. Anjurkan meminum tablet Fe, dan Kalsium.

9. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu

yang akan datang.

VI. Pelaksanaan

1. Memberikan inform consent pada ibu

254
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan BB 58 kg. TD

100/70, N 74x/menit, S 36,8 oC, RR 20x/menit , DJJ 126x/menit,

Janin tunggal, hidup, letak kepala, ibu dan janin dalam keadaan

sehat.

3. Menjelaskan pada ibu tentang ketidak nyamanan pada

kehamilan trimester III

a. Sering BAK cara mengatasinya yaitu segera BAK bila ingin

perbanyak minum pada siang hari dan kurangi minum pada

malam hari, kemudian kurangi minum teh, kopi, soda.

b. Keputihan cara mengatasinya tingkatkan kebersihan diri

dengan mandi setiap hari dan menjaga kebersihan daerah

vagina.

c. Perut kembung cara mengatasinya hindari makan makanan

yang mengandung gas (tape, durian), mengunyah makanan

secara sempurna, lakukan senam hamil secara teratur, dan

pertahankan kebiasaan BAB secara teratur.

d. Pusing cara mengatasinya bangun secara perlahan dari

posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan

hangat dan sesak, serta hindari berbaring dalam posisi

terlentang.

4. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III yaitu pendarahan pervarginam yang banyak,

255
bengkak di kaki, tangan dan wajah, sakit kepala yang menetap,

penglihatan kabur, demam tinggi (>38C), bayi dalam

kendungan gerakannya berkurang dari biasanya atau malah

tidak bergerak sama sekali.

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil untuk

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi

secara optimal dalam persalinan normal serta mengimbangi titik

berat tubuh,

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, biasanya ibu

hamil cepat merasa kelelahan terutama pada kehamilan

trimester III sehingga ibu hamil perlu istirahat yang cukup agar

stamina ibu tetap terjaga dan tidak mudah sakit karna

kelelahan.

7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

seimbang seperti nasi, ikan, ayam, daging, tahu-tempe, sayur-

sayuran, buah-buahan dan susu. Porsi makanan ibu harus lebih

banyak dari biasanya agar kebutuhan nutrisi ibu dan janin dapat

terpenuhi.

8. Menganjurkan kepada ibu untuk rutin meminum tablet Fe

dengan dosis 60 gram (14 tablet) sebanyak 1x1 / hari karena

dapat mencegah terjadinya pendarahan pasca persalianan,

256
kalsium dengan dosis 500 gram (14 tablet) sebanyak 1x1 / hari

bagus untuk pertumbuhan tulang janin ibu, sebaiknya diminum

dimalam hari menjelang tidur dengan air putih.

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dua

minggu kemudian pada tanggal 03 maret 2020. Kecuali jika ada

keluhan.

VII. Evaluasi

1. Ibu menyetujui inform consent yang diberikan.

2. Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan.

3. Ibu dapat mengetahui dan mengerti tentang ketidak

nyamanan pada kehamilan trimester III.

4. Ibu dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda

bahaya pada kehamilan trimester III.

5. Ibu dapat mengerti dan akan mencoba untuk mengikuti

senam hamil.

6. Ibu akan istirahat yang cukup.

7. Ibu akan mengonsumsi makanan dengan pola gizi seimbang.

8. Ibu mengerti dan bersedia untuk meminum tablet fe, kalsium

secara rutin.

9. Ibu akan melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian

pada tanggal 03 maret 2020.

257
2. ANC 2 dengan SOAP

Tanggal : 03 Maret 2020

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif :

Ny. S mengatakan tidak ada keluhan.

Objektif :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Berat Badan : 79 kg

Sebelum Hamil : 67 kg

Kenaikan BB : 12 kg

Nadi : 69 x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,5˚C

Mata : Kelopak mata tidak ada bengkak, konjungtiva tidak

258
pucat, sklera tidak kuning.

Ekstermitas atas : Simetris, tidak bengkak, kuku tidak pucat.

Ekstermitas bawah : Simetris, tidak bengkak, varises tidak ada,

refleks patella positif.

Pemeriksaan abdomen :

1. Inspeksi

Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, ada linea alba, tidak ada

striae, tidak ada bekas luka operasi / SC.

2. Palpasi

Kontraksi : Tidak ada

Mc Donald : 30 cm

Leopold I :TFU pertengahan pusat dengan Prosesus

Xifoideus.

Teraba : Satu bagian besar, agak bulat, lunak dan

tidak melenting.

Leopold II

Kanan : Teraba bagian keras, memanjang, seperti ada

tahanan.

Kiri : Teraba bagian-bagian kecil janin.

Leopold III : Teraba satu bagian besar, bulat, keras, dan

masih bisa digoyangkan.

259
Leopold IV : Divergen bagian terendah janin sudah masuk

Pintu Atas Panggul (PAP) 3/5

TBJ : (31-11) X 155 = 3.100 gram

3. Auskultasi

Punctum Maximum : Satu tempat, kuadran kanan bawah pusat

DJJ : Frekuensi 138x/menit, teratur, dan intensitas

kuat.

Assessment :

Diagnosa Ibu : G3P2A0 Hamil 38 Minggu 4 hari

Diagnosa Janin : Tunggal, Hidup, Presentasi Kepala

Planning :

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu usia kehamilan ibu

sekarang sudah 38 minggu 4 hari, keadaan ibu dan janin dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan dari pemeriksaan yang

telah dilakukan.

2. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III yaitu adanya pengeluaran pervaginam (darah atau cairan),

bengkak di kaki, tangan dan wajah, sakit kepala yang menetap,

penglihatan kabur, nyeri ulu hati, bayi dalam kandungan gerakannya

berkurang dari biasanya atau malah tidak bergerak sama sekali. Ibu

sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

260
3. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan klinik yang akan dijadikan

tempat bersalin, kendaraan yang akan digunakan saat persalinan

untuk ke klinik, dana untuk persalinan, pendonor darah bagi ibu,

perlengkapan bayi (seperti bedongan, baju bayi, popok dan lain-lain)

dan perlengkapan ibu (seperti baju, kain panjang, celana dalam) dan

memasukkan kedalam tas untuk persiapan persalinan nantinya. Ibu

mengerti dan memahami dan akan mempersiapkan perlengkapan

persalinan dari sekarang.

4. Menjelaskan tanda-tanda persalinan yaitu adanya mulas semakin

sering, adanya lendir bercampur darah, dan pembukaan serviks. Ibu

mengerti bisa mengulangi tanda-tanda persalinan.

5. Menganjurkan ibu melakukan senam hamil untuk mempersiapkan dan

melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam

persalinan normal serta mengimbangi perubahan titik berat tubuh. Ibu

akan mencoba melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dengan mandi

minimal 2 kali sehari, menyikat gigi secara benar dan teratur, ganti

pakaian dalam setiap hari, membersihkan payudara dan daerah

kemaluan. Ibu akan tetap menjaga kebersihan diri.

7. Menganjurkan kepada ibu untuk rutin meminum tablet Fe dengan

dosis 60 gram (14 tablet) sebanyak 1x1 / hari karena dapat mencegah

terjadinya pendarahan pasca persalianan, kalsium dengan dosis 500

261
gram (14 tablet) sebanyak 1x1 / hari bagus untuk pertumbuhan tulang

janin ibu, sebaiknya diminum dimalam hari menjelang tidur dengan air

putih. Ibu akan meminum tablet fe dan kalsiumnya dengan rutin.

8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 13 Maret 2020

kecuali jika terdapat tanda-tanda bahaya atau tanda - tanda persalinan

segera datang ke bidan. Ibu mengerti dan bersedia melakukan

kunjungan ulang.

262
C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Varney Kala I

Fase Aktif

Hari/Tanggal :12 Maret 2020

Pukul : 18.00 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

I. Pengumpulan Data Dasar

A. Anamnesa

1. Identitas

Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. F.R

Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kary.Swasta

No Telp : 083811275797

Alamat : Cibuluh, Kedung Badak

2. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pemeriksaan ANC di : PMB Bidan Y

Keluhan utama : Mulas-mulas teratur sejak pukul

13.00 WIB,

HPHT : 06 – 06 – 2019

263
TP : 13 – 03 – 2020

Siklus Haid : 28 hari

Imunisasi TT : Lengkap

3. Riwayat Perasalinan lalu

Tahun Tempat UK Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan

Partus Persalinan Anak


Partus

04-05- PMB Aterm Spontan Bidan - L 3100 48 Sehat

2016 Hidup

29-10- PMB Aterm Spontan Bidan - L 2800 49 Sehat

2018 Hidup

Hamil

ini

4. Riwayat Kontrasepsi : KB Suntik 3 Bulan

5. Riwayat Psikososial

Apakah kehamilan ini direncanakan : Iya

Jenis kelamin yang diharapkan : Apa saja

Status perkawinan : Sah

Ibu pantang makanan tertentu : Tidak ada

264
Suami sebagai pengambil keputusan utama : Iya

Ibu memiliki kepercayaan tertentu : Tidak ada

Ibu dan keluarga sangat menginginkan anak ini : Iya

Tempat bersalin yang diinginkan : PMB Bd. Y

6. Pola Makan

a. Makan : 3x / sehari (Nasi, tahu, tempe, ikan,

ayam, sayuran, buah)

b. Minum : 9-10 gelas

7. Riwayat Penyakit yang Pernah diderita :

Jantung : Tidak ada

Tekanan Darah Tinggi : Tidak ada

Hepar : Tidak ada

Diabetes Militus : Tidak ada

Anemia berat : Tidak ada

Penyakit Hubungan Seksual : Tidak ada

Campak, Rubella : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

Tubercolosis : Tidak ada

Gangguan Mental : Tidak ada

Lain-lain / Riwayat Keturunan : Tidak ada

8. Pola Istirahat dan tidur

a. Siang : 1 jam

265
b. Malam : 7 jam

9. Pola Eliminasi

a. BAK : ± 6 – 7x/hari

b. BAB : ± 1x/hari

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Emosional : Stabil

2. Tanda - tanda Vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5˚C

Rr : 21x/menit

3. Muka : Tidak bengkak

Kloasama gravidarum : Tidak ada

Kelopak mata : Tidak bengkak

Konjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Tidak kuning

4. Mulut dan Gigi : Tidak ada caries, lidah bersih,

bibir tidak pucat.

266
5. Leher

Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembengkakan

Vena Jugularis : Tidak ada pembengkakan

6. Payudara

Simetris : Iya

Pembesaran : Iya

Puting Susu : Menonjol

Benjolan : Tidak ada

Pengeluaran : Ada, Colostrum

7. Abdomen

a. Inspeksi

Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, arah

memanjang, linea alba, tidak ada bekas luka operasi/SC

b. Palpasi

1) Gerakan janin : Teraba

2) Kontraksi : Baik

3) Mc. Donald : 31 cm

4) Leopold I

TFU : 3 jari dibawah px

Teraba : Satu bagian besar, agak bulat,

lunak dan tidak melenting.

267
5) Leopold II

Kanan : Teraba panjang keras seperti ada

Tahanan.

Kiri : Teraba bagian-bagian kecil dari janin

6) Leopold III : Teraba satu bagian besar, bulat,

7) Leopold IV : Divergen bagian terendah janin sudah

masuk Pintu Atas Panggul (PAP) 2/5.

8) TBJ : (31– 11) X 155 = 3.100 gram

c. Auskultasi

1) Punctum Maximum : Satu tempat, kuadran

kanan bawah pusat ibu

2) DJJ : Frekuensi 143x/menit,

teratur, dan intensitas kuat

3) His : 3x10”45”

8. Ekstermitas Atas dan Bawah

Atas : Simetris, tidak ada bengkak, kuku tidak pucat

dan pergerakan normal.

Bawah : Simetris, tidak ada bengkak, tidak ada

varises, dan kuku tidak pucat, refleks patella

kiri dan kanan positif.

9. Genetalia

Oedema : Tidak ada

268
Kemerahan : Tidak ada

Keputihan : Tidak ada

Pengeluaran : Lendir darah

Lesi : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Luka : Tidak ada

10. Pemeriksaan Dalam

Dinding Vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis lunak

Pembukaan : 6 cm

Ketuban : Utuh

Posisi : UUK Kanan Depan

Presentasi : Kepala

Penurunan : Hodge III

Penyusupan : Tidak ada molase

C. Data Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium (19 Februari 2020)

Hb : 11,8 gr %

Gol darah :A

Protein : Tidak dilakukan

Reduksi : Tidak dilakukan

269
II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa Ibu : G3P2A0 39 Minggu 6hari, Inpartu Kala I Fase

Aktif

1. Dasar Subjektif :

G3 : Ibu mengatakan ini kehamilan ke 3

P2 : Ibu mengatakan pernah melahirkan 2 kali

A0 : Ibu mengatakan belum pernah Abortus

HPHT : 06-06-2019

Ibu mengatakan sudah merasakan mules sejak pukul 11.00 WIB,

belum keluar air-air, sudah keluar lendir bercampur darah.

2. Dasar Objektif :

TFU : 31 cm,

Leopold I : Palpasi 3 jari dibawah Px

His : 3 X 10 “45”

Portio: Tipis lunak, Pembukaan: 6 cm, Ketuban: Utuh, Presentasi:

Kepala, Posisi: UUK kanan depan, Penurunan: H III, Penyusupan:

Tidak ada

Diagnosa Janin : Tunggal, Hidup, Presentasi Kepala

1. Dasar Subjektif :

Ibu mengatakan janin bergerak aktif dan tidak merasa sakit saat

pada saat janin bergerak.

2. Dasar Objektif :

270
Tunggal : Leopold I teraba I bagian agak bulat, lunak, dan

tidak melenting.

Hidup : DJJ : 143 x/menit

Persentasi Kepala : UUK Kanan Depan

III. Diagnosa Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan Asuhan

1. Bina hubungan baik dengan ibu.

2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.

3. Berikan support mental untuk ibu.

4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.

5. Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.

6. Siapkan alat untuk menolong persalinan.

7. Anjurkan ibu memilih pendamping persalinan.

8. Pantau majunya perasalinan.

9. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

VI. Pelaksanaan Asuhan

1. Membina hubungan baik dengan ibu yaitu memberikan

informasi

271
yang dibutuhkan ibu sesuai kebutuhan.

2. Menjelasakan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini ibu

dan janin dalam keadaan baik dan akan melewati fase

persalinan.

3. Memberikan support mental kepada ibu yaitu dengan

meyakinkan ibu bahwa dirinya mampu melewati fase

persalinan.

4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan

hidrasinya agar ibu memiliki banyak tenaga.

5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK agar

kepala janin cepat turun.

6. Menyiapkan alat untuk menolong persalinan dan ditata secara

sistematis.

7. Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan agar

ibu merasa nyaman dan aman.

8. Memantau kemajuan persalinan seperti DJJ, His, Nadi setiap 30

menit sekali dan TD, Suhu, Pembukaan serviks setiap 4 jam

sekali.

9. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke dalam partograf.

VII. Evaluasi

272
1. Penolong sudah membina hubungan baik dengan ibu, dengan

memberikan informasi yang sesuai kebutuhan ibu dan telah

memberikan rasa nyaman dan aman untuk ibu.

2. Setelah dijelaskan hasil pemeriksaan ibu merasa senang.

3. Penolong telah memberikan support mental kepada ibu, ibu

merasa percaya diri dan mampu menghadapi persalinan

normal.

4. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu sudah terpenuhi untuk saat ini.

5. Ibu tidak menahan BAB dan BAK.

6. Alat telah disiapkan secara sistematis diatas troli.

7. Ibu mengerti dan memilih suami sebagai pendamping

persalinan.

8. Hasil pemantauan telah dicatat.

9. Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan dalam partograf.

Pemantauan Kala I

Jam DJJ HIS Nadi TD Suhu VT

(x/menit) (x/menit) (mmHg) (oC) (cm)

18.00 143x/menit 3x10’45’’ 80 120/80 36,5 6

18.30 133x/menit 4x10’45’’ 73

273
19.00 148x/menit 4x10’45’’ 80 110/70 36,4

19.30 137x/menit 5x10’45” 83

20.00 133x/menit 4x10’45” 74 110/80 36,8

20.30 144x/menit 5x10’50” 81

21.00 129x/menit 5x10’50” 79 100/70 36,5

21.20 148x/menit 5x10’50” 83 110/70 10

2. SOAP Kala II

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020

Pukul : 21.20 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif :

Ibu mengeluh mulas yang semakin sering dan lama, keluar lendir darah

yang semakin banyak, sudah keluar air-air dan mengatatakan ingin

meneran seperti ingin BAB.

Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

274
His : 5x10”45” intensitas kuat relaksasi baik

DJJ : Positif dengan frekuensi 148x/menit dan teratur

Pengeluaran : Cairan ketuban jernih

TRUI : Tidak ada

Tanda Kala II : Adanya dorongan ingin meneran, tampak adanya

tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva

membuka.

Periksa Dalam : Dinding vagina tidak ada massa, porsio tidak teraba,

pembukaan lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah

pukul 09:30 WIB (spontan) warna jernih, presentasi

kepala, posisi UUK depan, sutura tidak ada molase,

penurunan Hodge IV.

Assesment

Diagnosa ibu : G3P2A0 Hamil 39 minggu 6 hari Partus Kala II

Diagnosa janin : Tunggal, Hidup, Presentasi Kepala

Planning

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

pembukaan sudah lengkap 10 cm dan ibu akan segera melahirkan. Ibu

mengatakan sudah siap untuk menghadapi proses persalinan.

2. Memberikan asupan nutrisi yaitu makan dan minum agar ibu lebih

bertenaga, Ibu telah makan roti dan minum teh manis hangat.

275
3. Mendekatkan dan memeriksa perlengkapan partus set, obat-obatan,

perlengkapan ibu, bayi dan penolong. Kemudian penolong memakai

pelindung diri dan menyiapkan diri untuk menolong persalinan, Semua

telah disiapkan.

4. Memberikan semangat kepada ibu sehingga timbul kepercayaan diri

ibu.Ibu merasa mampu menjalani proses persalinan dengan baik.

5. Memberikan pilihan kepada ibu untuk memilih posisi persalinan.

Setelah dijelaskan ibu memilih posisi litotomi.

6. Memimpin persalinan, menganjurkan ibu untuk meneran disaat ada

kontraksi dan relaksasi diantara kontraksi. Menganjurkan ibu meneran

dengan benar, mulai dengan menarik nafas panjang, gigi bertemu gigi

dan mata melihat keperut. Pimpin berulang kali sampai kepala bayi

lahir dan sampai oksipito lahir, tangan kanan melindungi perineum,

dan tangan kiri fleksi kepala bayi. Telah dilakukan.

7. Melahirkan bayi. Saat kepala bayi berada 5-6 cm di depan vulva ,

tangan melindungi perineum dengan dilapisi kain/duk, biarkan kepala

bayi lahir perlahan dan anjurkan ibu membatukkan saat kepala bayi

lahir. Memeriksa lilitan tali pusat, menunggu kepala bayi melakukan

putaran paksi luar secara spontan, melahirkan bahu depan dan bahu

belakang, dan tungkai dengan sanggah susur. Bayi baru lahir spontan

pukul 21.40 WIB langsung menangis, warna kulit kemerahan, dan

276
tonus otot baik, jenis kelamin perempuan, BB: 3300 gram, PB: 49 cm,

Ll : 11 cm, LD : 31 cm, LK: 33 cm.

8. Meletakkan bayi diatas perut ibu dan secara menyeluruh keringkan

bayi dan bersihkan jalan pernafasannya. Tali pusat diklem dan

dipotong kemudian dipasang pengikat tali pusat, tali pusat dibungkus

kassa steril, kemudian ganti selimut bayi dengan yang kering serta

meletakkan di dada ibu, lalu bayi dipasang selimut dan pastikan kepala

bayi ditutup, kemudian lakukan IMD. Bayi dibungkus dan bounding

attachment agar bayi terhindar dari hilangnya panas. Telah dilakukan

dengan baik dan IMD telah dilakukan.

LAPORAN PERSALINAN

Pada tanggal 12 Maret 2020, pukul 21.20 WIB, sudah ditemukan

tanda dan gejala kala II yaitu dorongan ingin meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol, vulva membuka. Ketuban sudah pecah

spontan sejak pukul 21.30 WIB. Ibu dipimpin meneran pada saat ada his,

kepala maju pesat mulai nampak di vulva, setelah kepala 5-6 cm di

depan vulva, maka perineum ditahan dengan tangan kanan dialasi duk

steril dan tangan kiri menahan klitoris agar tidak terjadi defleksi maksimal

saat kepala bayi lahir. Kemudian lahirlah berturut-turut ubun-ubunbesar,

dahi, muka, dagu, dan kepala bayi lahir sepenuhnya.

277
Kemudian tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar, kepala

bayi dipegang secara biparietal, kemudian dengan lembut mengarahkan

kebawah untuk melahirkan bahu depan dan mengarahkan ke atas untuk

melahirkan bahu belakang, kemudian tangan kanan menyangga dan

tangan kiri menyusuri dada bayi dengan ibu jari di dada bayi sehingga

lahirlah seluruh badan bayi.

Pada pukul 21.40 WIB bayi lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala, bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan, jenis kelamin Laki-

laki, berat badan 3300 gram, panjang 49 cm, LL 11 cm, LD 31, LK 33,

tidak ada kelainan kongenital, anus ada, cacat tidak ada.

Kemudian bayi diletakkan diatas perut ibu dan secara menyeluruh

keringkan bayi kecuali telapak tangan, bersihkan pernafasannya, tali

pusat diklem dan dipotong kemudian dipasang pengikat tali pusat, tali

pusat dibungkus kassa steril, kemudian mengganti selimut bayi dengan

yang kering serta meletakkan bayi didada ibu serta dipasangkan selimut

yang kering dan pastikan kepala bayi ditutup. Kemudian melakukan IMD.

Bayi dibungkus dan bounding attachment agar bayi terhindar dari

hilangnya panas.

278
3. SOAP Kala III

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 20120

Pukul : 21.40WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif :

Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya dan mengatakan perutnya

masih terasa mulas.

Objektif :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TFU : Sepusat

Janin kedua : Tidak ada

Kontraksi Uterus : Baik

Kandung Kemih : Kosong

Telah terlihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu :

1. Tampak tali pusat memanjang di depan vulva.

2. Adanya semburan darah secara tiba-tiba.

3. Uterus teraba globuler.

279
Assesment :

Diagnosa Ibu : P3A0 Partus Kala III

Planning :

1. Melakukan manajemen aktif kala III

a. Melakukan penyuntikkan oksitoksin 10 IU secara IM di paha kanan

ibu dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Evaluasi : Ibu telah

disuntukkan oksioksin 10 IU secara IM di paha kanannya.

b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan meletakkan

tangan kiri di atas simpisis untuk menahan segmen bawah rahim

sementara tangan kanan meregangkan tali pusat.

Ketika uterus berkontrsaksi, lakukan Peregangan Tali Pusat

terkendali (PTT) dengan tangan kanan, dan tangan kiri melakukan

dorso kranial. PTT telah dilakukan. Evaluasi : Plasenta lahir

spontan pukul 21:50 WIB.

c. Memassase fundus uteri selama 15 kali dalam 15 detik dan

memastikan uterus teraba keras.

2. Mengecek kelengkapan plasenta, panjang plasenta 40 cm, selaput

martenal (selaput yang mengarah ke ibu) lengkap, selaput fetal

(selaput yang mengarah ke bayi) lengkap, kontiledon menyatu

lengkap, diameter plasenta 20 cm, ketebalan plasenta 2,5 cm, dan

280
berat plasenta 500 gram. Evaluasi : Plasenta lahir lengkap, selaput

yang mengarah ke ibu dan janin lengkap serta kotiledon juga lengkap.

3. Mengecek jumlah pendarahan. Jumlah perdarahan kala III ±120 cc.

4. Mengecek apakah ada laserasi/ robekan pada jalan lahir atau tidak.

Tidak ada Laserasi jalan lahir.

281
4. SOAP Kala IV

Hari/Tanggal :kamis, 12 Maret 2020

Pukul : 21.50 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif :

Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan masih merasa sedikit

mulas.

Objektif :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Emosional : Stabil

TTV : TD 110/70 mmHg Nadi : 83x/menit

RR 21x/menit Suhu : 36,6oC

TFU : 1 jari di bawah pusat

Kontraksi Uterus : Baik

Kandung Kemih : Kosong

Perdarahan : ± 50 cc

Laserasi : Tidak ada robekan.

Assesment :

Diagnosa Ibu : P3A0 Partus Kala IV

Planning :

282
1. Memberitahukan kepada ibu bahwa proses persalinan pada kala I, II

dan III sudah selesai dan ibu akan memasuki proses persalinan kala

IV. Ibu mengerti.

2. Mengobservasi kala IV selama 2 jam, pada 1 jam pertama post partum

yaitu TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, Pendarahan selama

15 menit sekali, dan pada 1 jam kedua post partum selama 30 menit

sekali. Ibu akan diobservasi selama 2 jam postpartum.

3. Membersihkan ibu dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang

bersih dan ibu merasa nyaman. Pakaian ibu telah diganti dan ibu

merasa nyaman.

4. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang cara melakukan masase fundus

uteri. Ibu dan keluarga dapat melakukannya.

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan miring

kanan miring kiri selama 2 jam postpartum. Ibu akan melakukan

mobilisasi dini.

6. Menganjurkan pada ibu untuk memberi ASI Ekslusif kepada bayinya

yaitu bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan

pendamping ASI termasuk air putih.Ibu mengatakan akan berusaha

memberikan ASI saja kepada bayinya.

7. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK, karena jika ibu

menahan BAB dan BAK akan dapat menghambat kontraksi uterus

pasca persalinan. Ibu tidak akan menahan BAB dan BAK.

283
8. Memberikan terapi obat paracetamol dengan dosis 500 mg (9 tablet)

3x1 / hari, Tablet penambah darah/Fe 60 mg (40 tablet) 1x1 / hari, dan

Vit A 200.000 IU (2 tablet) 1x1 / hari. Ibu telah meminum obat yang

telah diberikan sesuai dosis setelah makan.

9. Melakukan dekontaminasi alat ke dalam larutan clorin 0,5% selama 10

menit, kemudian di sikat dalam air sabun hingga bersih, bilas dengan

air mengalir, tiriskan alat, dan masukan ke dalam auto clave selama

10-15 menit. Alat telah didekontaminasi.

10. Melakukan pendokumentasian dan melengkapi partograf.

Pendokumentasian dan partograf telah dilengkapi.

284
D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

1. Postpartum 6 Jam

Hari/Tanggal : jum’at, 13 Maret 2020

Pukul : 03.00 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

I. PENGKAJIAN

A. Identitas

Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. F.R

Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kary.swasta

No Telp : 083811275797

Alamat : Cibuluh, Kedung Badak

B. Anamnesa

1. Data kesehatan

a. Keluhan utama : Pegal-pegal

b. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada

c. Penyakit yang sedang diderita : Tidak ada

d. Penyakit keturunan : Tidak ada

e. Penyakit menular : Tidak ada

285
2. Riwayat Kehamilan dan persalinan

Tahun Tempat UK Jenis Penolong Penyulit JK BB PB Keadaan

Partus Persalinan
Partus

04-05- PMB Aterm Spontan Bidan - L 3100 48 Hidup,

2016 sehat

29-10- PMB Aterm Spontan Bidan - L 2800 49 Hidup,

2018 sehat

12-03- PMB Bidan Spontan Bidan - L 3300 49 Hidup,

2020 sehat

a. Masa gestasi : 39 minggu 6 hari

b. Keluhan selama kehamilan : Tidak ada keluhan

c. Tanggal persalinan : 12 Maret 2020

d. Jenis persalinan : Spontan

e. Proses Persalinan

Kala I : 8 jam 20 menit

Kala II : 20 menit

Kala III : 10 menit

Kala IV : 2 jam

286
f. Kelainan saat persalinan : Tidak ada

g. Anak hidup/mati : Hidup

JK : Laki-laki

BB : 3300 gram

PB : 49 cm

h. Nilai 0 detik : Menangis kuat, warna kulit

kemerahan, gerakan aktif

i. Kelainan bawaan : Tidak ada

j. Rawat Gabung : Iya

k. Alasan : Ingin dekat dengan bayi

3. Status Perkawinan

a. Umur perkawinan : 19 tahun

b. Berapa kali kawin : 1 kali

c. Lama perkawinan : 6 tahun

4. Pola Nutrisi

a. Makanan sehari - hari : 3 kali sehari, menu : nasi,

sayur, lauk pauk, buah dan susu.

b. Makan pantangan : Tidak ada

c. Nafsu makan : Normal

d. Makanan / minuman tambahan lainnya : Tidak ada

5. Pola Istirahat

a. Siang : 1 jam

287
b. Malam : 7 jam

6. Pola Eliminasi

a. BAB : 1 kali sehari

b. BAK : 6-7 kali sehari

7. Data Psikososial

a. Tanggapan ibu atas kelahiran bayinya : Senang dan

Lega

b. Rencara ibu menyusui bayinya : ASI eksklusif sampai 6

bulan, dilanjut ASI dengan MPASI sampai 2 tahun.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Keadaan Emosional : Stabil

d. Tanda - tanda Vital

TD : 110/80 mmHg

RR : 20 x/menit

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,7˚C

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

Muka : Tidak bengkak

288
Kelopak mata : Tidak bengkak

Konjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Tidak kuning

Mulut dan Gigi : Bersih, tidak ada Stomatitis dan

caries.

b. Leher

Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar vena jugularis : Tidak ada pembengkakan

c. Dada dan Axilla

Pembesaran : Normal

Puting susu : Menonjol

Simetris : Iya

Benjolan : Tidak ada

Pengeluaran : Ada, Kolostrum

Rasa Nyeri : Tidak ada

Lain - lain : Tidak ada

d. Abdomen

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : Baik

e. Ekstermitas atas dan bawah

Oedema : Tidak ada

289
Kekakuan sendi : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Refleks patella : Positif (kanan dan kiri)

Tanda Homan : Negatif (kanan dan kiri)

f. Pengeluaran pervaginam

Lochea : Rubra

Warna : Merah

Baunya : Khas

Banyaknya : ±20 cc

g. Perineum dan anus

Luka : Tidak ada

Keadaan luka : Tidak ada

Tanda - tanda Infeksi : Tidak ada

Keadaan Vulva : Baik

Anus : Normal

h. Obat-obatan yang didapat

1. Paracetamol 500 mg (9 tablet) 3x1 / hari

2. Fe 60 mg (40 tablet) 1x1 / hari

3. Vitamin A 200.000 (2 tablet) 1x1 / hari

II. INTERPRESTASI DATA

Diagnosa ibu : P3A0 Postpartum 6 jam

290
1. Dasar Subjektif

P3 : Ibu mengatakan sudah pernah melahirkan 3

kali

A0 : Ibu mengatakan belum pernah abortus

PP 6 jam : Ibu mengatakan melahirkan tanggal 12 maret

2020, pukul 21.40 WIB bayi lahir spontan.

2. Dasar Objektif :

TFU : 2 Jari dibawah pusat

Lochea : Rubra

Pendarahan : + 20 cc

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. RENCANA ASUHAN

1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.

2. Berikan asupan nutrisi pada ibu.

3. Anjurkan ibu untuk meminum obat dan vitaminnya yang telah

diberikan.

4. Beritahu ibu mengenai tanda-tanda bahaya nifas.

5. Ajarkan ibu tentang teknik menyusui dengan benar.

6. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini 6 jam post partum.

291
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

mengandung protein.

8. Anjurkan ibu untuk istirahat jika bayinya tidur.

9. Ajarkan ibu cara vulva hygiene yang benar.

10. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada 6 hari kemudian.

VI. PELAKSANAAN ASUHAN

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu

dalam keadaan baik.

2. Memberikan asupan nutrisi pada ibu yaitu untuk menambah

energi pasca melahirkan dan untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

3. Menganjurkan ibu minum obat yang diberikan yaitu

Paracetamol 500 mg (9 tablet) 3x1 / hari, Fe/ tablet penambah

darah 60 mg (40 tablet) 1x1 / hari, Vitamin A 200.000 UI (2

tablet) A 1x1 / hari.

4. Memberitahu tanda-tanda bahaya nifas seperti pendarahan

pervaginam, suhu di atas 370C lebih dari 1 hari, pandangan

kabur, bengkak pada wajah, kaki dan tangan, payudara

bengkak, ibu segera pergi ke tenaga kesehatan.

5. Mengajarkan ibu tentang cara menyusui bayi dengan benar,

yaitu seluruh tubuh bayi berdekatan dan terarah pada ibunya,

mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara, aerola tidak

292
terlihat (masuk seluruhnya), bayi terlihat melakukan hisapan

yang lamban dan dalam, bayi terlihat tenang dan senang, ibu

tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu, dan

memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,

karena ASI mengandung zat antibody yang baik bagi kekebalan

tubuh bayi. Usahakan bayi tetap hanya mengkonsumsi ASI

selama 6 bulan tanpa menggunakan makanan pendamping

ASI.

6. Manganjurkan ibu untuk mobilisasi dini 6 jam post partum

seperti jalan-jalan disekitar tempat tidur, BAB atau BAK sendiri

ke kamar mandi. Hal tersebut dapat mempercepat proses

pemulihan.

7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

dan berprotein, hal ini dilakukan untuk mempercepat

penyembuhan pasca persalinan.

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat jika bayinya tidur, sehingga ibu

dapat istirahat yang cukup dan tidak cepat lelah.

9. Mengajarkan ibu cara vulva hygiene yang benar yaitu dengan

selalu membersihkan vagina menggunakan air bersih dan

sabun khusus kewanitaan, cara membersihkannyan dengan

tangan kiri mengusap kearah depan ke belakang dan tidak

293
boleh bolak balik. Menjaga agar daerah vagina tidak lembab

dan tetap kering.

10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada 6 hari yang

akan datang pada tanggal 26 maret 2019.

VII. EVALUASI

1. Ibu mengerti dan memahami hasil pemeriksaan.

2. Ibu telah makan sepiring nasi beserta lauk dan 2 gelas air putih.

3. Ibu telah meminum therapy oral yang telah diberikan. Ibu

mengerti dan dapat mempraktekannya, ibu berjanji akan

melakukannya di rumah.

4. Ibu mengerti dan dapat meneyebutkan kembali apa saja tanda-

tanda bahaya nifas.

5. Ibu mengerti dan mengetahui teknik menyusui dengan benar.

6. Ibu sudah bisa berjalan-jalan disekitar tempat tidur.

7. Ibu akan makan makanan yang bergizi dan banyak

mengandung protein.

8. Ibu mengatakan akan istirahat jika bayinya tidur.

9. Ibu dapat mengerti dan mengetahui cara vulva hygiene yang

benar.

10. Ibu mengerti, dan sepakat untuk melakukan kunjungan ulang

pada tanggal 18 maret 2020.

294
295
2. Kunjungan Postpartum 6 Hari

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Maret 2020

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Emosional : Stabil

Tanda - tanda Vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 83x/menit

S : 36,7 ˚C RR : 19x/menit

Muka : Tidak bengkak

Kelopak mata : Tidak bengkak

Konjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Tidak kuning

Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada rasa

nyeri, tidak kemerahan, tidak bengkak,

adanya hyperpigmentasi aerola, puting susu

menonjol, pengeluran ASI.

296
TFU : Pertengahan antara pusat dan sympisis

Kontraksi uterus : Baik

Kandung kemih : Kosong

Vagina : Bersih

Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguinolenta jumlah ± 10 cc,

berwarna kecoklatan, bau khas, dan

konsistensi cair kental

Ekstremitas : Tidak oedema, tidak kemerahan

Reflek Patela : kanan ( positif ) / kiri ( positif ).

Assesment

P3A0 Postpartum 6 hari

Planning

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa ibu dalam

keadaan baik. Ibu dapat mengerti dan memahami hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi makanan yang

bergizi, terutama yang mengandung zat besi. Hal ini dilakukan agar

kebutuhan nutrisi ibu dapat terpenuhi dan ibu tidak anemia. Ibu

mengerti dan akan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

297
3. Mengajurkan ibu untuk istirahat yang cukup, agar tidak kelelahan,

sebaiknya ibu istirahat saat bayi sedang tidur. Ibu dapat mengerti dan

akan istirahat yang cukup.

4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dalam

sehari, serta tidak memberi makanan pendamping ASI.Ibu dapat

mengerti dan akan melakukannya.

5. Menganjurkan ibu memakai pakaian yang agak longgar terutama pada

daerah payudara agar payudara tidak tertekan dan memudahkan ibu

saat akan menyusui bayinya. Ibu mengerti dan melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan

bayinya. Ibu dapat mengerti dan akan melakukannya.

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas guna membantu

proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan. Ibu mengerti

dan dapat melakukan senam nifas dengan baik.

8. Menganjurkan ibu untuk terus rutin melanjutkan tablet fe 60 mg 1x1 /

hari yang sudah diberikan sesudah persalinan 1 jam. ibu mengerti dan

rutin meminumnya di rumah.

9.

298
E. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1. Neonatus 1 Jam

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020

Pukul : 22.50 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

I. PENGKAJIAN

A. Identitas

1. Bayi

Nama bayi : Bayi Ny.S

Tanggal dan jam lahir : 12 Maret 2020, 21.40 WIB

Jenis kelamin : Laki-laki

2. Orang tua

Nama Ibu : Ny.S Nama Suami : Tn. F.R

Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kary.Swasta

Alamat : Cibuluh, Kedung Badak Bogor

No. Telp : 083811275797

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang sekarang

299
1. Riwayat Kehamilan

a. Pemeriksaan Kehamilan

1) Trimester I : 3 kali periksa

Tempat periksa : PMB Bidan Y

Keluhan : Tidak ada

2) Trimester II : 2 kali periksa

Tempat periksa : PMB Bidan Y

Keluhan : Tidak ada

3) Trimester III : 3 kali periksa

Tempat periksa : PMB Bidan Y

Keluhan : Tidak ada

b. Imunisasi TT selama kehamilan : Lengkap

c. Penyakit yang diderita selama kehamilan

1) Perdarahan : Tidak ada

2) Pre eklamsia : Tidak ada

3) Eklamsia : Tidak ada

4) Penyakit kelamin : Tidak ada

5) Lain-lain : Tidak ada

d. Kebiasaan waktu hamil : Tidak ada

Makan pantang : Tidak ada

Minum jamu-jamuan : Tidak ada

Merokok : Tidak ada

300
Lain-lain : Tidak ada

2. Riwayat Persalinan

a. Persalinan ditolong oleh : Bidan dan Mahasiswi

b. Jenis persalinan : Spontan

c. Tempat persalinan : PMB Bidan Y

d. Lama Persalinan

Kala I : 8 jam 20 menit

Kala II : 20 menit

Kala III : 10 menit

Kala IV : 2 jam

e. Masalah yang terjadi selama hamil : Tidak ada

f. Keadaan air ketuban : Jernih

3. Riwayat Nifas

Masalah setelah persalinan : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik

1. Nilai 0 detik : Kulit : Kemerahan

Tonus Otot : Baik

Menangis : Kuat

2. Tanda - tanda Vital

Keadaan Umum : Baik

Suhu : 36,7˚C

301
DJB : 145x/menit

Pernafasan : 52x/menit

3. Antropometri

a. Berat badan : 3300 gram

b. Panjang badan : 49 cm

c. Lingkar lengan : 11 cm

d. Lingkar dada : 31 cm

e. Lingkar Kepala

Fronto Occipitalis : 33 cm

Mento Occipitalis : 33 cm

Sub Occipito Bregmatika : 32 cm

Sub Mento Bregmatika : 31 cm

4. Refleks

a. Moro : Positif

b. Tonic neck : Positif

c. Palmar graps : Positif

d. Walking : Positif

e. Rooting : Positif

f. Sucking : Positif

g. Plantar : Positif

h. Babinski : Positif

5. Menangis : Ya, menangis kuat

302
6. Kepala

a. Simetris : Ya

b. UUB : Berdenyut, belum menutup

c. UUK : Normal

d. Caput Cuccedanum : Tidak ada

e. Chepal Hematoma : Tidak ada

f. Sutura : Tidak ada molase

g. Luka dikepala : Tidak ada

h. Kelainan yang dijumpai : Tidak ada

7. Mata

a. Posisi : Simetris

b. Kotoran : Tidak ada

c. Perdarahan : Tidak ada

d. Sklera : Tidak ada

e. Bulu mata : Ada, Normal

8. Hidung

a. Lubang hidung : Ada, Normal

b. Cuping hidung : Ada, Normal

c. Pengeluaran : Tidak ada

9. Mulut

a. Simetris : Ya

b. Palatum molle : Normal

303
c. Palatum dunum : Normal

d. Saliva : Normal

e. Bibir : Normal

f. Gusi : Normal

g. Lidah bintik putih : Tidak ada

10. Telinga

a. Simetris : Ya

b. Daun telinga : Ada

c. Lubang telinga : Ada

d. Pengeluaran : Tidak ada

11. Leher

a. Kelainan : Tidak ada

b. Pergerakan : Normal, aktif

12. Dada

a. Simetris : Ya

b. Pernafasan : 52x/menit

c. Retraksi : Tidak ada

d. Denyut jantung : Normal

13. Perut

a. Bentuk : Normal

b. Bising usus : Ada

c. Kelainan : Tidak ada

304
14. Tali Pusat

a. Pembuluh darah : 1 Vena, 2 Arteri

b. Perdarahan : Tidak ada

15. Kulit

a. Warna : Kemerahan

b. Turgor : Normal

c. Elastisitas : Normal

d. Lanugo : Ada

e. Verniks caseosa : Ada

f. Kelainan : Tidak ada

16. Punggung

a. Bentuk : Normal

b. Kelainan : Tidak ada

17. Ekstermitas

a. Tangan : Lengkap, normal

b. Kaki : Lengkap, normal

c. Gerakan : Aktif

d. Kuku : Kemerahan

e. Bentuk kaki : Normal

f. Bentuk tangan : Normal

g. Kelainan : Tidak ada

18. Genetalia

305
a. Scrotum : sudah masuk testis

b. Penis : Normal

c. Uretra: ada, sudah buang air kecil

d. Anus : Normal dan sudah keluar mekonium

II. INTERPRSESTASI DATA

Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan

Usia 1 Jam.

1. Dasar Subjektif :

Ibu mengatakan melahirkan bayinya pada tanggal maret 12

2020, pukul 21.40 WIB.

2. Dasar Objektif :

BB : 3300 gram

PB : 49 cm

III. MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. PERENCANAAN ASUHAN

306
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa akan di lakukan

pemeriksaan pada bayinya.

2. Jaga kehangatan bayi.

3. Lakukan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.

4. Lakukan penyuntikan vit. K setelah 1 jam bayi lahir. Kemudian

suntikan Hb 0 setelah 6 jam bayi lahir.

5. Rapikan bayi.

6. Berikan bayi pada ibunya agar segera disusui.

7. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

8. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 18 maret

2020.

VI. PELAKSANAAN ASUHAN

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan

pemeriksaan pada bayinya dari kepala sampai kaki.

2. Menjaga kehangatan bayi selama proses identifikasi dan

pemeriksaan dengan cara menyelimutinya dan menutupi kepala

bayi dengan topi.

3. Melakukan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir dengan

mengoleskan salep mata (Oxitetracycline) dan membungkus tali

pusat denga kassa steril.

307
4. Melakukan penyuntikan vit. K (neo K) setelah 1 jam bayi baru

lahir sebanyak 0,5 cc secara intramuscular dipaha kiri bayi

5. Merapikan bayi dengan memakaikan baju dan membedong

bayi.

6. Memberikan bayi pada ibunya agar segera disusui.

7. Menjelaskan hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga

bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan tidak ada cacat

maupun kelainan.

8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada 18 maret 2020

VII. EVALUASI

1. Ibu memberikan izin kepada bidan untuk melakukan

pemeriksaan fisik pada bayinya.

2. Bayi selalu diselimuti dan kepalanya ditutupi topi.

3. Mata bayi telah di olesi salep mata dan tali pusat telah

dibungkus dengan kassa steril.

4. Bayi telah disuntik vit. K (neo K) sebanyak 0,5 cc dipaha kiri

secara intramuscular.

5. Bayi telah dipakaikan baju dan dibedong.

6. Bayi telah diberikan pada ibunya dan sedang disusui.

7. Ibu dan keluarga dapat mengerti dan memahami hasil

pemeriksaan bayinya.

308
8. Ibu sepakat untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 18

Maret 2020.

2. SOAP Neonatus 6 Jam

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Maret 2020

Pukul : 03.00 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif :

Bayi sudah menyusu dengan kuat, gerakan bayi aktif, dan tidak ada

pendarahan tali pusat

Objektif :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TTV bayi : Pernafasan : 49x/menit

Nadi :143 x/menit

Suhu : 36,8˚C

BB : 3300 gram

PB : 49 cm

Menangis : Kuat

Refleks menghisap : Baik

Pergerakan : Aktif

Warna kulit : Kemerahan

309
Tali pusat : Tidak ada pendarahan tali pusat

Assesment :

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 6 Jam.

Planning :

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bayinya bahwa

bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan.

2. Melakukan penyuntikan HB0 6 jam kemudian di paha kanan secara

intramuscular. penyuntikan HB0 sudah dilakukan di paha kanan

bayi.

3. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dipagi hari sekitar 15

menit, hal ini dilakukan untuk mencegah kuning pada tubuh bayi

(ikterus neonatorum). Ibu melakukan apa yang telah dianjurkan.

4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali atau pada

saat bayi ingin menyusu. Ibu akan melakukan apa yang telah

dianjurkan.

5. Mengajurkan ibu untuk memberikan ASI tanpa makanan tambahan

pada bayinya. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

310
6. Menganjurkan ibu untuk membersihkan payudara terlebih dahulu

sebelum menyusui bayinya. Ibu mengerti dan akan

membersihkannya terlebih dahulu sebelum menyusui.

7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 18 maret

2020. Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang.

3. SOAP Neonatus 6 Hari

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Maret 2020

Pukul :10.00 WIB

Tempat : PMB Bidan Y

Subjektif :

Bayi sudah menyusu dengan kuat, gerakan bayi aktif dan tali pusat

belum puput.

Objektif :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TTV bayi : Pernafasan : 48x/menit

Nadi :133 x/menit

Suhu : 36,8˚C

BB : 3400 gram

PB : 50 cm

Menangis : Kuat

311
Refleks menghisap : Baik

Pergerakan : Aktif

Warna kulit : Kemerahan

Tali pusat : Belum puput

Assesment :

Neonatus usia 6 hari

Planning :

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bayinya bahwa

bayi dalam keadaan baik.Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan.

2. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dipagi hari sekitar 15

menit, hal ini dilakukan untuk mencegah kuning pada tubuh bayi

(ikterus neonatorum). Ibu melakukan apa yang telah dianjurkan.

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali atau pada

saat bayi ingin menyusu. Ibu akan melakukan apa yang telah

dianjurkan.

4. Mengajurkan ibu untuk memberikan ASI tanpa makanan tambahan

pada bayinya. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

5. Menganjurkan ibu untuk membersihkan payudara terlebih dahulu

sebelum menyusui bayinya. Ibu mengerti dan akan

membersihkannya terlebih dahulu sebelum menyusui.

312
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang asuhan kebidanan yang dilakukan

pada Ny. S dimulai dari trimester III (36 minggu) sampai dengan 6 hari

post partum serta bayi baru lahir. Dalam bab pembahasan ini akan

membandingkan antara teori dengan praktek asuhan kebidanan

komprehensif yang diterapkan pada Ny. S 25 tahun di PMB Bidan Y, yang

dilakukan dari tanggal 17 Februari 2020 sampai dengan 03 April 2018.

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN

Pertemuan pertama penulis dengan Ny. S yaitu pada tanggal 17

Februari 2020 di PMB Bidan Y, Sukaresmi, Tanah Sareal Bogor. Ibu

mengatakan tidak mendapat haid sejak tanggal 06 Juni 2019 dan

didapatkan tafsiran persalinan yaitu pada tanggal 13 Maret 2020 yang

313
dihitung menurut rumus Naegle yaitu tanggal (+)7, bulan 1s/d 3 (+)9

dan bulan 4 s/d 12 (-)3, tahun (+)0/(+1), dan usia kehamilan Ny. S

saat itu adalah 36 minggu 4 hari. (Ilmu Kebidanan, Sarwono

Prawirohardjo, 2014).

Ny. S telah melakukan kunjungan kehamilan pada tenaga

kesehatan sebanyak 7 kali, yaitu pada Trimester I sebanyak 2 kali,

Trimester II sebanyak 2 kali dan Trimester III sebanyak 2 kali.

Menurut

314
Saifudin tahun 2010 kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan

paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada triwulan

pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan

ketiga, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Kenaikan berat badan Ny. S selama hamil yaitu 12 kg hal ini

sesuai dengan teori, karena kenaikan berat badan normal pada ibu

hamil adalah 6,5 kg - 16 kg (Prawirohardjo, 2014).

Pada Ny. S telah dilakukan imunisasi TT pada kehamilan

pertama, dan kedua, hal ini sesuai dengan teori menurut (Saifudin,

2010). Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dianjurkan untuk membangun

kekebalan pada ibu hamil sebagai upaya pencegahan terhadap

infeksi tetanus sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi

karena infeksi tetanus. Imunisasi TT dilakukan minimal 2 kali selama

kehamilan dengan interval 4 minggu dari imunisasi yang pertama dan

diharapkan imunisasi TT 1 belum ada perlindungan, TT2 memberikan

perlindungan selama 3 tahun, dan TT 3 memberikan perlindungan

selama 5 tahun. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

Selama proses antenatal tidak ditemukan tanda-tanda bahaya

kehamilan seperti perdarahan, bengkak pada kaki, tangan, dan

wajah, sakit kepala yang hebat dan gerakan janin yang berkurang
atau tidak bergerak (Kusmiyati, 2010). Keadaan Ny. S selama proses

antenatal berjalan dengan normal tidak ditemukan tanda bahaya

kehamilan.

Kunjungan antenatal care, seharusnya ibu mendapatkan

pelayanan standar asuhan 14 T yang terdiri dari tanyakan dan

menyapa ibu dengan ramah, tinggi badan dan berat badan ditimbang,

temukan kelainan/periksa daerah muka dan leher (gondok, vena

jugularis externa), jari dan tungkai (oedema), lingkaran lengan atas,

panggul (perkusi ginjal) dan reflek lutut, tekanan darah diukur,

tekan/palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, kebugaran

atau senam kehamilan, tekan titik (accu pressure) peningkatan ASI.

tinggi fundus uteri diukur, tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan

detak jantung janin, tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa,

tentukan kadar Hb dan periksa lab (protein dan glucosa urin), sediaan

vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi, terapi dan pencegahan

anemia (Tablet Fe) dan penyakit lainnya sesuai indikasi (gondok,

malaria dan lain-lain), tetanus toxoid imunisasi, tingkatkan kesegaran

jasmani (accu pressure) dan senam hamil, tingkatkan pengetahuan

ibu hamil (penyuluhan): makanan bergizi ibu hamil, tanda bahaya

kehamilan, petunjuk agar tidak terjadi bahaya pada waktu kehamilan

dan persalinan, temu wicara konseling (Badan Litbangkes Depkes

RI), namun pada kasus ini, Ny. S tidak mendapatkan pelayanan


standar asuhan 14T secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan

sarana dan prasarana.

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PERSALINAN

1. Kala I

Ibu datang ke PMB Bidan Y pada tanggal 12 Maret 2020

pukul 18.00 WIB dengan keluhan mulas-mulas yang teratur dan

keluar lendir darah pukul 13.00 WIB, ini merupakan tanda-tanda

persalinan dan sesuai dengan tanda-tanda persalinan yaitu mulas

yang semakin sering, keluar lendir bercampur darah. Dari hasil

pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa ibu sudah memasuki

persalinan kala I, hal ini sesuai teori menurut Sofian (2012), tanda

dan gejala persalinan antara lain rasa sakit karena his datang

lebih kuat, sering dan teratur, keluarnya lendir bercampur darah

(blood show) karena robekan-robekan kecil pada serviks,

terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan

dalam didapati serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Kala I pada Ny. S berlangsung selama 8 jam 20 menit dimulai

dari mulas teratur pukul 13.00 WIB sampai pembukaan lengkap

pukul 21.20 WIB, menurut Sulistyawati (2012) lamanya kala 1

pada primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada

multigravida sekitar 8 jam. Sehingga tidak ada kesenjangan


antara teori dengan praktek.

2. Kala II

Pada Ny. S pembukaan lengkap pukul 21.20 WIB ibu

merasakan adanya dorongan ingin meneran, ingin BAB, perineum

menonjol dan vulva semakin membuka, hal ini sesuai dengan

teori Sulistyawati (2012) setelah pembukaan lengkap terdapat

tanda gejala kala II yaitu dorongan ingin meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol dan vulva membuka, sehingga tidak ada

kesenjangan antar teori dan praktek.

Pada persalinan kala II yaitu dari pembukaan lengkap pukul

21.20 WIB hingga keluarnya janin pada pukul 21.40 WIB

berlangsung selama 20 menit. Pada proses persalinan kala II

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek, karena menurut

Damayanti, dkk (2014) dari pembukaan 10 cm sampai bayi lahir

pada primigravida 1 ½ sampai 2 jam dan pada multigravida ½ jam

sampai 1 jam.

3. Kala III

Pada Ny. S ditemukan tanda-tanda pelepasan plasenta

seperti adanya semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang

dan uterus teraba globular. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh (Sulistyawati, 2012) yakni tanda-tanda


pelepasan plasenta seperti adanya semburan darah tiba-tiba, tali

pusat memanjang, serta adanya perubahan posisi uterus.

Proses kelahiran plasenta pada Ny. S dilakukan sesuai

dengan APN yang menerapkan manajemen aktif kala III yaitu

pemberian oksitosin, peregangan tali pusat terkendali (PTT),

melahirkan plasenta secara Brad Andrew dan massage fundus

uteri setelah plasenta lahir (Sulistyawati, 2012).

Kala III pada Ny. S berlangsung selama 10 menit,

plasenta lahir spontan dan tidak ada plasenta yang tertinggal.

Proses kala III dikatakan normal apabila tidak melebihi waktu 30

menit (Sulistyawati, 2012). Sehingga pada proses kala III Ny. S

tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

4. Kala IV

Pada kala IV (kala pengawasan) dilakukan pengawasan

ketat pada keadaan umum, TTV, TFU, kontraksi uterus dan

jumlah perdarahan, dan kandung kemih selama 2 jam setelah

plasenta lahir yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan

setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Sulistyawati (2012) bahwa pada kala IV

dilakukan observasi selama 2 jam, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktek.

Pengawasan ini dilkakukan karena pada dua jam setelah


persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Karena

ibu baru saja mengalami perubahan fisik setelah melahirkan

sedangkan bayi sedang menyesuaikan diri dengan kehidupan di

luar kandungan.

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

Berdasarkan kebijakan program asuhan kebidanan, pada masa

nifas minimal dilakukan 4 kali kunjungan yaitu kunjungan nifas 6 jam,

kunjungan nifas hari ke 6, kunjungan nifas 2 minggu, dan kunjungan

nifas 6 minggu. Pada kasus ini karena keterbatasan waktu maka

kunjungan hanya dapat dilakukan pada saat 6 jam post partum, dan 6

hari,. Sehingga kunjungan nifas ini sesuai dengan kebijakan teknis

standar asuhan kebidanan pada masa nifas. Oleh karena itu tidak

terdapat kesenjangan antara teori menurut Eny Retna Ambarwati,

Diah Wulandari (2009) dengan praktek.

Pada kunjungan 6 jam postpartum pada tanggal 13 Maret 2019,

keadaan Ny.S baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari

dibawah pusat, tidak ada tanda-tanda infeksi, lochea rubra, ASI sudah

keluar. Tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan teori

mengenai perubahan fisiologis sistem reproduksi selama masa nifas

yaitu involusi uterus pada 6 jam postpartum adalah 2 jari di bawah

pusat dan pengeluaran pervaginam berupa lochea rubra yang terjadi

selama 1-2 hari pasca persalinan menurut (Marmi, 2012, dan


Mansyur, 2014).

Pada kunjungan 6 hari postpartum pada tanggal 26 Maret 2019,

hasil pemeriksaan objektif keadaan Ny. S baik, tanda-tanda vital

dalam batas normal, involusi uterus berjalan dengan baik, Tinggi

Fundus Uteri pertengahan pusat dan simpisis, lochea sanguinolenta,

tidak ada tanda-tanda infeksi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada

6 hari postpartum Tinggi Fundus Uteri berada pada pertengahan

pusat simpisis serta pengeluaran pervaginam berupa lochea

sanguinolenta yang muncul pada hari ke 3–7 pasca persalinan

menurut (Marmi, 2012, dan Mansyur, 2014). Sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan praktek.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Penilaian sepintas segera setelah bayi lahir yang dilakukan oleh

penulis pada bayi cukup bulan, air ketuban jernih, menangis kuat,

tonus otot baik dan gerakan aktif. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa segera setelah bayi lahir dilakukan penilaian awal

dengan menjawab pertanyaan apakah bayi cukup bulan, air ketuban

jernih, tidak bercampur mekonium, bayi menangis atau bernafas,

tonus otot bayi baik. Ini berati bayi Ny. S dengan keadaan sehat dan

sehingga tidak ada kesenjangan antara praktek dengan teori menurut

(Winkjosastro, 2016).
Segera setelah bayi lahir penulis melakukan penanganan pada

bayi baru lahir dengan mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali

telapak tangan, mengganti handuk basah dengan yang kering, dan

memotong tali pusat dan meletakkan bayi diantara payudara ibu

untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Keadaan tersebut

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa setelah bayi lahir

lakukan asuhan yaitu mengeringkan, menjaga kehangatan bayi,

memotong tali pusat dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sehingga tidak

ada kesenjangan antara praktek dengan teori menurut. (Winkjosastro,

dkk, 2012).

Bayi dilakukan pemeriksaan fisik hasilnya Berat Badan: 3300

gram, panjang badan: 49 cm, Lingkar Kepala: 33 cm, Lingkar Dada:

31 cm, bayi yang lahir pada usia kehamilan 39 minggu 6 hari disebut

bayi aterm (normal). Hal ini sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir

aterm (normal) adalah bayi yang lahir dari kelahiran aterm (37- 42

minggu) dengan berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan bayi

baru lahir cukup bulan rata-rata 48-53 cm. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara praktek dengan teori menurut (Muslihatun,2010) .

Pada saat pemeriksaan fisik pada reflek, yaitu reflek morro,

reflek rooting, reflek glabella, reflek sucking dan semua reflek ada.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa asuhan dan penanganan BBL

salah satunya mengecek adanya semua reflek pada bayi seperti


refleks rooting adalah refleks membuka mulut atau mencari puting

susu saat akan menyusu, refleks sucking adalah refleks menghisap,

refleks slawling adalah refleks menelan. Refleks morro adalah respon

tiba-tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau

gerakan yang mengejutkan, refleks glabella adalah refleks berkedip

(Nasrullah, 2012)

Setelah IMD 1 jam, bayi langsung dimandikan Tali pusat

dibungkus dengan kassa steril kering hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa bungkus tali pusat dengan longgar / tidak terlalu

rapat dengan kassa steril / bersih (Prawirohardjo, 2014).

Memberikan injeksi vit K sebanyak 1 mg IM dipaha kiri untuk

mencegah perdarahan. Penyuntikan vit K dilakukan sejam setelah

bayi lahir. Kemudian diberi antibiotik profilaksis/chlorampenicol 0,5%.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Saifuddin (2009) yang

menyatakan bahwa vitamin K parenteral dengan dosis tunggal 1 mg

secara Intramuskular.

Penyuntikan HB0 dilakukan 6 jam setelah bayi lahir, menurut

(Kemenkes 2010) Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha

kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah

penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat


menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Sehingga ada kesenjangan anatar teori dengan praktek yang

dilakukan.

Memandikan bayi 1 jam setelah lahir, memandikan bayi baru

lahir dilakukan pada saat suhu tubuh bayi stabil, yaitu 36,5˚C – 37,5˚C

atau menunggu 6 jam setelah bayi lahir. Memandikan bayi adalah

kegiatan penting yang harus dilakukan secara benar. (Kemenkes RI,

2016) dalam praktek ini ada kesenjangan antara teori dan praktek,

seharusnya bayi dimandikan dalam jangka waktu 6 jam setelah bayi

lahir.

Pada kunjungan hari ke 6 tanggal 18 Maret 2020. Keadaan bayi

baik, TTV dalam batas normal, tali pusat belum puput, Berat Badan

bayi menunjukkan adanya kenaikan berat badan bayi sebanyak 100

gram dari berat badan saat lahir 3300 gram menjadi 3400 gram. Hal

ini sesuai dengan teori yang menyatakan satu sampai tiga hari berat

badan bayi akan mengalami penurunan berat badan, dan pada hari

keempat sampai hari kesepuluh dan seterusnya, berat badan bayi

akan mengalami kenaikan (Prawirohardjo, 2014) bahwa pertambahan

rata-rata bayi selama 3 bulan pertama sekitar 200 gram perminggu.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara praktek dengan teori.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam studi kasus ini merupakan hasil dari seluruh

kegiatan dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan yang

penulisannya dimulai dari pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas

dan bayi baru lahir.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini yaitu :

1. Telah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S

selama masa kehamilan Trimester III di PMB Bidan Y Sukaresmi,

Tanah Sareal Bogor, di dalam asuhan kebidanan kehamilan

ternyata ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek yaitu

tidak dilakukannya standar asuhan 14T secara keseluruhan.


2. Telah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S

selama persalinan di PMB Bidan Y Sukaresmi, Tanah Sareal

Bogor, di dalam asuhan kebidanan persalinan ternyata tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

3. Telah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S

selama masa nifas di PMB Bidan Y Sukaresmi, Tanah sareal

Bogor, di dalam asuhan kebidanan masa nifas ternyata tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.


4. Telah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru

lahir Ny. S di PMB Bidan Y Sukaresmi, Tanah sareal Bogor, di

dalam asuhan kebidanan bayi baru lahir ditemukan kesenjangan

antara teori dengan praktek.

5. Tidak dilakukannya asuhan kebidanan komprehensif keluarga

berencana pada Ny. S karena keterbatasan waktu.

6. Telah dilakukan pendokumentasian dengan manajemen 7 langkah

varney dan SOAP.

B. SARAN

1. Untuk Bidan

Diharapkan kepada pihak PMB agar dapat mempertahankan

kualitas mutu pelayanan yang baik seperti yang telah diberikan dan

diharapkan dengan adanya studi kasus ini mutu pelayanan yang

baik itu dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

2. Pasien dan Keluarga

a. Keluarga dapat berperan aktif dalam menjaga bayi dan pasien.

b. Pasien dapat memahami dan bersedia menerima penyuluhan

kesehatan atau dukungan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan.

c. Pasien diharapkan dapat merawat bayi secara mandiri, seperti

memandikan bayi sendiri.


3. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat terus menerapkan manajemen

asuhan kebidanan yang telah diberikan oleh pihak institusi, selalu

meningkatkan keterampilannya dalam melakukan asuhan

kebidanan terhadap masyarakat dan tidak lupa agar mahasiswa

selalu mengikuti perkembangan ilmu yang berkembang di

masyarakat.

4. Untuk Institusi Pendidikan

Institusi diharapkan agar dapat terus membimbing mahasiswa

dan dapat terus meningkatkan mutu pelayanan pendidikan agar

menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa kehamilan. Yogyakarta,

Graha Ilmu.

Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Helmizar. 2014. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan

(JAMPERSAL) Dalam Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi di

Indonesia. http//journal. Unnes.ac.id/nju/index.php/kesmas.

Kuswanti, Ina. 2014. Asuhan Kehamilan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kemenkes.ac.id “praktikum Asuhan Kebidanan Neonatus”

Maryanti, Dwi et al. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta,

Trans Info Media.

Manuaba, et al. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.

Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Nasrullah, 2012. Refleks Bayi Baru Lahir. www.scrib.com. Diakses

tanggal 16 Februa’’ri 2020.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2011. Asuhan Kebidanan I

(Kehamilan). Cv Trans Info Media, Jakarta.

Rukiyah, Ai Yeyeh et al. 2010. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Cv

Trans Info Media, Jakarta.

Saifuddin, et al. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Triana, Ani,dkk. 2015. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

Yogyakarta, Deepublish.

Walyani, E.S., dan Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa

Nifas dan Menyusui.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., dan Rachimhadhi. 2013. Ilmu

Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.
World Health Organization. 2015. Trends in Maternal Mortality 1990 to

2015. Apps.who.int/iris/9789241565141_eng (diakses 16 Februari

2020).

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-

kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

( diakses tanggal 18 februari 2020)


LAMPIRAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN PELITA ILMU

KEGIATAN BIMBINGAN ASUHAN KOMPREHENSIF


PERIODE FEBRUARI-MARET 2020

Nama Mahasiswa : Nurul Fitria

NIM : 1571121726

Pembimbing : Rona Riasma,SST.Mkeb

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S

25 Tahun G3P2A0 Di Pmb Bidan Y

Sukaresmi,Tanah Sareal Bogor . Periode Februari

– April Tahun 2020

No Hari/Tanggal Kegiatan Paraf

1 12 Februari 2020 Konsul BAB i

2 17 Februari 2020 Laporan Pasien

3 22 Februari 2020 Revisi BAB 1, Konsul

BAB II
4 27 Februari 2020 ACC BAB 1

5 4 April 2020 Konsul BAB III

6 6 April 2020 Revisi BAB III

7 9 April 2020 ACC BAB III

8 10 April 2020 Konsul BAB IV dan V

9 11 April 2020 ACC BAB V

10 12 April 2020 Menyerahkan

keseluruhan BAB
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TANDA - TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Padsa Ibu Hamil

Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Tempat : PMB Bidan Y

Sasaran : Ny. S

Tanggal : 17 Februari 2020

Waktu : 20 menit

Pemberi Penkes : Nurul Fitria

I. Tujuan

1. Umum

Setelah dilakukan pembelajaran selama 20 menit diharapkan Ny. N

dapat memahami tentang tanda - tanda bahaya pada kehamilan.

2. Khusus

Ibu dapat menjelaskan tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan ingin

melakukan konsultasi ketenaga kesehatan bila terdapat tanda bahaya

pada dirinya.

II. Metode

1. Ceramah
2. Tanya jawab

III. Media

1. Buku

IV. Jadwal Kegiatan

No Waktu Kegiatan Pemberi Penkes Kegiatan Ibu

1. 3 menit Mengucapkan salam Menjawab salam

Perkenalan

Kontrak waktu

2. 10 menit Menjelaskan tanda - tanda Mendengarkan

bahaya pada kehamilan

3. 5 menit Memberikan kesempatan Memberikan

pada ibu untuk bertanya. pertanyaan

Evaluasi : Ibu menanyakan

lebih detail tentang tanda –

tanda bahaya pada

kehamilan

4. 2 menit Salam penutup Menjawab salam


V. Materi

1. Perdarahan Pervaginam

Salah satu komplikasi pada kehamilan ialah pendarahan.

Pendarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan.

Pendarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua

terutama setelah melewati trimester III disebut pendarahan

antepartum. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak

normal adalah merah, banyak dan kadang – kadang tidak

selalu disertai rasa nyeri, kemungkinan plasenta previa atau

solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014).

2. Keluarnya air ketuban sebelum waktunya

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses

persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum perslinan. Bila ketuban pecah dini

terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban

pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-

10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah

dini (Prawirohardjo, 2014).

3. Demam Tinggi
Ibu menderita demam yang tinggi dengan suhu >38 oC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan adanya infeksi suatu kehamilan. Pasien

mengeluhkan bermacam-macam pola demam mulai dari tanpa

demam, demam tidak terlalu tinggi yang terus menerus, hingga

ke hiperpireksia (Prawirohardjo, 2014).

4. Nyeri Abdomen Yang Hebat

Menunjukkan masalah yang mengancam jiwa, nyeri hebat,

menetap, dan tidak hilang setelah istirahat, hal ini bisa berarti

apendiksitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis,

persalinan preterm, iritasi uterus, solusio plasenta, dan infksi

saluran kemih (Mochtar, 2010).

5. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang hebat dan penglihatan kabur dapat

menyebabkan gejala kehamilan ini disertai pre-eklamsi

(Mochtar, 2010).

6. Gerakan Janin Tidak Ada atau Kurang

Ibu mulai merasakan gerakan janin mulai bulan ke-5 atau

ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan ini lebih awal,

bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika

ibu berbaring atau beristirahat (Mochtar, 2010).


7. Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

keadaan HB dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III. Anemia

ini disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan

tak jarang keduanya saling berkaitan (Mochtar, 2010).

VI. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit ibu mampu menyebutkan

tanda - tanda bahaya pada kehamilan trimester III.

VII. Referensi

1. PUSDIKNAKES – WHO. 2012. Asuhan Kebidanan Antenatal.

Jakarta. JHPIEGO

2. Kusmiyati, Yuni dkk. 2009. Asuhan kebidanan pada ibu hamil.

Yogyakarta. Fitramaya

3. Prawirohardjo Sawono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat.

Jakarta. Tridasa Printer


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TANDA – TANDA PERSALINAN

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Sub Pokok Bahasan : Tanda – Tanda Persalinan

Tempat : PMB Bidan Y

Sasaran : Ny. S

Tanggal : 03 Maret 2020

Waktu : 15 menit

Pemberi Penkes : Nurul Fitria

I. Tujuan

1. Umum

Ibu dapat mengerti dan mengetahui tentang tanda – tanda persalinan.

2. Khusus

Diharapkan ibu dapat menyebutkan tanda – tanda persalinan.

II. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

III. Media
1. Buku KIA

IV. Jadwal Kegiatan

No Waktu Kegiatan Kegiatan ibu

1 2 menit Salam Menjawab salam

Perkenalan

Kontrak waktu

2 5 menit a. Menyampaikan materi a. Mendengarkan

b. Penayangan gambar b. Melihat

3 6 menit Memberikan kesempatan Menjawab pertanyaan

ibu untuk bertanya

Evaluasi : menanyakan

apa saja tanda – tanda

persalinan

4 2 menit Salam penutup Menjawab salam

V. Materi

1. Tanda permulaan persalinan

Pada permulaan persalinan yang terjadi bebrapa minggu sebelum

terjadinya persalinan. Dapat terjadi tanda – tanda berikut :

a. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.


b. Perasaan sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh

bagian terbawah janin.

c. Sakit perut sampai pinggang karena kontraksi ringan otot rahim.

d. Terjadinya pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks

dilepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody Show).

2. Tanda – tanda inpartu (persalinan)

a. Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering

dan teratur dengan jarak kontraksi yang makin pendek.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan –

robekan kecil pada serviks.

c. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, perlunakan,

pendataran dan terjadinya pembukaan serviks.

VI. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan ibu mampu

menyebutkan tanda – tanda persalinan.

VII. Referensi

Manuaba.IBG. 2010 .Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana.Jakarta. EGC

Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TEKNIK MENERAN YANG BAIK

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Sub Pokok Bahasan : Teknik Meneran Yang Baik

Tempat : PMB Bidan Y

Sasaran : Ny. S

Tanggal : 12 Maret 2020

Waktu : 30 menit

Pemberi Penkes : Nurul Fitria

I. Tujuan

1. Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu dapat

memahami materi penyuluhan yang sudah diberikan dan

mempraktikan ilmu pada proses persalinan.

2. Khusus

a. Memahami dan menjelaskan tentang teknik meneran pada

persalinan.
b. Mengetahui cara meneran yang baik dan benar pada saat

persalinan.

II. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

III. Media

1. Buku

IV. Jadwal Kegiatan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu

1 2 menit Salam Menjawab salam

Perkenalan

Kontrak waktu

2 15 menit 1. Menjelaskan tentang teknik meneran

pada persalinan.

2. Menjelaskan cara meneran yang baik Mendengarkan

dan benar saat persalinan.

3 11 menit Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya Menjawab

Evaluasi pertanyaan ibu pertanyaan

4 2 menit Salam penutup Menjawab salam


V. Materi

A. Teknik Meneran yang Benar

Teknik mengejan yang benar saat persalinan bermanfaat

untuk mengurangi terjadinya rupture uteri, teori ini diperkuat dengan

penelitian Mujab S (2014).

Cara meneran yang salah dapat disebabkan karena

pengetahuan ibu tentang persalinan kurang, sehingga dapat

mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi persalinan.

Pengetahuan ibu tentang meneran memegang peranan yang

sangat penting dalam proses persalinan, karena pada saat ibu

memiliki pengetahuan yang baik tentang cara meneran, ibu akan

lebih mudah untuk diarahkan.

Cara meneran yang benar adalah anjurkan ibu untuk

meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi,

beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran, minta untuk

berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi, jika ibu

berbaring miring atau setengah duduk, akan lebih mudah untuk

meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan kedada,
minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran, tidak

diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran

bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan

rupture uteri.

Pada saat bersalin, proses mengejan perlu dilakukan dengan

baik dan benar agar kekuatan ibu tidak sia - sia dan bayi biar lahir

selamat. Oleh karena itu ibu harus mendengarkan komando pada

saat melahirkan seperti mengejan pada saat pembukaan 10 cm, saat

his puncak, tidak boleh mengejan pada saat tidak ada kontraksi.

Posisi mengejan dalam persalinan yang dianjurkan adalah

posisi setengah duduk, jongkok, miring, dan merangkak. Adapun

keuntungan posisi setengah duduk seperti member rasa nyaman

pada ibu, gaya gravitasi dapat membantu proses kelahiran. Posisi

jongkok keuntungannya membantu penurunan kepala bayi dan

memperbesar dorongan untuk mengejan. Posisi miring

keuntungannya memberi rasa santai pada ibu yang letih, member

oksigenasi pada bayi. Posisi merangkak dengan keuntungan

mengurangi rasa nyeri punggung, dan peregangan perineum lebih

sedikit.

VIII. Evaluasi
1. Ibu dapat memahami teknik meneran pada persalinan.

2. Ibu dapat mengetahui dan memahami cara meneran yang baik dan

benar pada proses persalinan.

IX. Referensi

Sumber pustaka : Yeyeh Ai, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Pesalinan,

TIM,Jakarta.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

GIZI SEIMBANG IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Gizi Pada Ibu Nifas

Sub Pokok Bahasan : Gizi Seimbang Pada Ibu Nifas

Tempat : PMB Bidan Y

Tanggal : 18 Maret 2020

Waktu : 15 menit

Pemberi Penkes : Nurul Fitria

I. Tujuan

1. Umum

Meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada ibu nifas.

2. Khusus

Dengan penyuluhan ini diharapkan :

a. Ibu mengerti tentang pengertian gizi pada ibu nifas.

b. Ibu mengerti tentang zat gizi yang diperlukan tubuh selama nifas.

c. Ibu mengerti tentang manfaat gizi pada ibu nifas.

d. Ibu mengerti dampak jika kebutuhan ibu nifas tidak terpenuhi.

II. Metode

1. Ceramah
2. Tanya jawab

III. Media

1. Leaflet

IV. Jadwal Kegiatan

No Waktu Kegiatan Kegiatan ibu

1 2 menit Salam Menjawab salam

Perkenalan

Kontrak waktu

2 7 menit a. Menjelaskan tentang gizi pada ibu

nifas.

b. Menjelaskan zat gizi yang Mendengarkan

dibutuhkan ibu nifas.

c. Menjelaskan manfaat gizi pada ibu

nifas.

d. Menjelaskan dampak jika gizi ibu

tidak terpenuhi.

3 5 menit Memberikan kesempatan ibu untuk Menjawab

bertanya pertanyaan

4 1 menit Salam penutup Menjawab salam

V. Materi
A. Pengertian gizi pada ibu nifas

Gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila

menyusui meningkat menjadi 25 %. Ibu nifas membutuhkan nutrisi

yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan

karbohidrat.

B. Zat gizi yang dibutuhkan ibu nifas

1. Kalori

Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah

air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui

dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang

dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-

kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk setiap 100 ml yang dihasilkan.

Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan

pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk

menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus

mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang

dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,

cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu

sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu

memenuhi syarat, seperti : susunya harus seimbang, porsinya


cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, serta

tidak mengandung alkohol, nikotin dan bahan pengawet dan

pewarna.

2. Protein

Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan

normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500

kal yang dianjurkan . Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat

diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein hewani

antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju.

Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu,

tempe, kacang-kacangan dan lain-lain.

3. Cairan

Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan

cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam

bentuk air putih, susu dan jus buah (anjurkan ibu minum tiap kali

menyusui). Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi

tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran

metabolisme didalam tubuh. Sumber zat pengatur tubuh tersebut

bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.


4. Vitamin dan mineral

Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan

metabolisme tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada

air susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya

kurang mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi

sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.

5. Zat besi

Zat besi dapat mencegah anemia dan meningkatkan daya

tahan tubuh. Sumber zat besi antara lain hati, telur, sumsum tulang

dan sayuran hijau. Kebutuhan zat besi sebanyak 28 mg per hari. Pil

zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

6. Lodium

Lodium dapat meningkatkan pertumbuhan fisik dan mental.

Sumber iodium yaitu garam beriodium. Kebutuhan iodium

sebanyak 200 mg per hari.

C. Manfaat gizi pada ibu nifas

1. Untuk mempercepat kesembuhan ibu terutama kesembuhan alat

reproduksi.

2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, agar dapat mencukupi

kebutuhan ASI bayinya.

3. Dampak jika ibu nifas tidak terpenuhi.


4. Menghambat pemulihan tubuh pasca persalinan.

5. Kelelahan dan gangguan kesehatan.

6. Berkurangnya produksi ASI.

VI. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan ibu mampu:

1. Ibu mengetahui gizi pada ibu nifas.

2. Ibu mengetahui zat gizi yang diperlukan tubuh selama nifas.

3. Ibu mengetahui dampak jika kebutuhan gizi ibu nifas tidak terpenuhi.

VII. Referensi

http://eprints.umpo.ac.id/2761/8/LAMPIRAN.pdf

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

IMUNISASI
Pokok Bahasan : Kesehatan Anak

Sub Pokok Bahasan : Imunisasi

Waktu : 30 menit

Pemberi Penkes : Nurul Fitria

I. Tujuan

1. Umum

Ibu dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya

imunisasi pada bayi dan balita.

2. Khusus

Setelah kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat mengerti

dan memahami tentang :

a. Pengertian Imunisasi.

b. Macam – macam imunisasi dan waktu diberikan.

c. Manfaat Imunisasi bagi bayi.

d. Efek samping dari masing – masing imunisasi.

II. Metode

1. Ceramah.

2. Tanya jawab.

III. Media

1. Poster

IV. Jadwal Kegiatan


No Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu

1 3 menit Salam Menjawab salam

Perkenalan

2 12 menit a. Menjelaskan pengertian Imunisasi.

b. Menjelaskan macam – macam

imunisasi dan waktu diberikan. Mendengarkan

c. Menjelaskan manfaat Imunisasi.

d. Menjelaskan efek samping dari

imunisasi tersebut.

3 13 menit Memberikan kesempatan ibu untuk Menjawab

bertanya pertanyaan

Evaluasi pertanyaan ibu

4 2 menit Salam penutup Menjawab salam

V. Materi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah tekhnik untuk meningkatkan kekebalan tubuh

seseorang dengan cara memasukkan bakteri atau virus yang

dilemahkan kedalam tubuh. Sehingga jika suatu saat bakteri atau virus
tersebut menyerang tubuh kita, antibodi yang berupa protein khusus

ini akan mengenalinya dan tubuh pun melawan penyakit tersebut.

2. Macam – macam imunisasi dan waktu diberikan

a. Hepatitis B0, 1, 2, 3

b. BCG

c. Polio 1, 2, 3, 4

d. DPT 1, 2, 3

e. Campak

Waktu diberikan

a. Umur 0-7 hari : Heptitis B 0

b. Umur 0-2 bulan : BCG dan Polio 1

c. Umur 2 bulan : DPT/ HB 1, Polio 2

d. Umur 3 bulan : DPT/ HB 2, Polio 3

e. Umur 4 bulan : DPT/ HB 3, Polio 4

f. Umur 9 bulan : Campak

3. Manfaat Imunisasi bagi bayi

Dapat mencegah penyakit – penyakit seperti polio, TBC/

Tuberkulosis (sakit paru – paru), Hepatitis B (kerusakan hati), difteri,

pertusis (batuk rejan/ batuk 100 hari), tetanus serta campak (radang

paru, radang otak, dan kebutaan).

4. Efek samping dari masing – masing imunisasi


a. BCG : 2 minggu setelah penyuntikan dapat timbul bisul kecil yang

semakin membesar, dapat sembuh perlahan dan menimbulkan

bekas.

b. Polio : Jarang terjadi reaksi, sehingga tidak perlu khawatir.

c. Hepatitis B : Setelah penyuntikan dapat timbul demam tidak tinggi.

d. DPT : Setelah penyuntikkan dapat timbul demam tinggi dan rewel.

e. Campak : Timbul 5 – 12 hari setelah penyuntikan demam tidak

tinggi, kulit kemerahan dan pilek.

VI. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan ibu mampu:

a. Menjelaskan pengertian Imunisasi.

b. Menjelaskan macam – macam imunisasi dan waktu diberikan.

c. Menjelaskan manfaat Imunisasi bagi bayi.

d. Mengetahui efek samping dari masing – masing imunisasi.

VII. Referensi

Hisyam W, Masyhar. 2009. Vaksinasi dan Fenomena Yang Terjadi.

Yogyakarta. Apel Media


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

KELUARGA BERENCANA

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Sub Pokok Bahasan : Keluarga Berencana

Waktu : 30 menit

Pemberi Penkes : Nurul Fitria

I. Tujuan

1. Umum

Ibu dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya alat

kontrasepsi.

2. Khusus

Setelah kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat mengerti

dan memahami tentang :

a. Mengetahui Keuntungan alat kontrasepsi.

b. Mengetahui kerugian alat kontrasepsi.

c. Mengetahui kontra indikasi alat kontrasepsi.

d. Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk ber KB.

e. Mengetahui tempat pelayanan KB.

II. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab
III. Media

1. Poster

2. Buku

IV. Jadwal Kegiatan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Ibu

1 2 menit Salam Menjawab salam

Perkenalan

Kontrak waktu

2 15 menit a. Menjelaskan keuntungan alat kontrasepsi

suntik 3 bulanan.

b. Mengetahui kerugian alat kontrasepsi Mendengarkan

suntik 3 bulanan.

c. Mengetahui kontra indikasi alat

kontrasepsi.

d. Mengetahui kapan waktu yang tepat

untuk ber KB.

e. Mengetahui tempat pelayanan KB.

3 11 menit Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya Menjawab

Evaluasi pertanyaan ibu pertanyaan

4 2 menit Salam penutup Menjawab salam


V. Materi

1. Defenisi KB (Keluarga Berencana)

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah

anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,

pemerintah merencanakan program atau cara untuk mencegah dan

menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

2. Macam – Macam KB

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu

(ASI). MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi bila menyusui

secara penuh (full breast feeding), belum haid dan umur bayi

kurang dari 6 bulan.

Cara kerja MAL adalah menunda / menekan ovulasi.

Keuntungan MAL efektifitas tinggi, segera efektif, tidak

mengganggu senggama, tidak perlu pengawasan medis, tidak

perlu obat atau alat, tanpa biaya.

Keterbatasan MAL : Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan

agar segera menyusui bayinya dalam 30 menit pascapersalinan,

mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial, efaktivitas tinggi

hanya sampai kembalinya haid aatau sampai 6 bulan, tidak


melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B / HBV dan

HIV/AIDS.

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Macam - macam KBA : Metode lendir serviks atau metode 2

hari mukosa serviks (metode ovulasi billings/MOB), Metode

simtomtermal, Sistem kalender (pantang berkala), Metode suhu

basal.

Mekanisme kerja KBA : Senggama di hindari pada masa

subur yaitu pada fase siklus mentruasi di mana kemungkinan

terjadi konsepsi / kehamilan.

Keuntungan KBA : Dapat digunakan untuk menghindari

kehamilan atau tercapainya kehamilan, tidak ada resiko kesehatan

yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping

sistemik, murah dan tanpa biaya, meningkatkan keterlibatan suami

dalam keluarga berencana, menambah pengetaahuan tentang

sistem reproduksi oleh suami dan istri, memungkinkan

mengeraatkan relasi / hubungan melalui penungkatan komunikasi

antara suami istri / pasangan.

Keterbatasan KBA : Sebagai kontraseptif sedang, keefektifan

tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikutu

intruksi, perlu ada pelatian sebagai persyaratan untuk

menggunakan jenis KBA secara efektif secara benar, dibutuhkan


guru / pelatih KBA, perlu pantang berhubungan selam masa subur

untuk menghindari kehamilan, perlu pencatatan setiap hari, Infeksi

vagina membuat lendir serviks sulit dinilai, termometer basal

diperlukan untuk metode tertentu, tidak terlindung dari IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS.

Indikasi KBA : Semua perempuan semasa reproduksi, baik

siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena

menyusui maupun premenouse, semua perempuan dengan paritas

berapapun termasuk nulipara, perempuan kurus ataupun gemuk,

perempuan yang merokok, perempuan dengan alasan tertentu.

c. Metode senggama terputus

Adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum

mencapai ejakulasi.

Cara kerja metode senggama terputus Alat kelamin (penis)

dikeluarkn sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke

dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

Manfaat metode senggama terputus efektif bila digunakan

dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, dapat digunakan

sebagai pendukung metode KB lainnya, tidak ada efek samping.

Keterbatasan metode senggama terputus efektifitas

bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama


terputus setiap melaksanaakannya, memutus kenikmatan dalam

hubungan seksual.

Indikasi Semua pasangan, suami yang akan berpartisipasi aktif

dalm keluarga berencana, pasangan yang memerlukan kontrasepsi

segera, pasangan yang melakukan hubungan seksual yang tidak

teratur.

d. Metode Barier

Macam - macam metode barier :

1) Kondom

Merupakan selubung/sarung karet yang dipasang pada

penis saat hubungan seksual.

Cara kerja kondom menghalangi terjadinya pertemuan

sperma dan sel telur, mencegah penularan mikroorganisme

(IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS).

Manfaat kondom efektif bila digunakan dengan benar,

tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan

klien, dapat mencegah penularan IMS.

Keterbatasan kondom efektifitas tidak terlaalu tinggi,

cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan

kontrasepsi, agak mengganggu hubungan seksual.

2) Diafragma
Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks

(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks.

Cara kerja diafragma Menahan sperma agar tidak

mendapatkan akses mencapai saluaran alat reproduksi bagian

atas.

Manfaat diafragma efektif bila digunakan dengan benar,

tidak menganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan

klien, Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS.

Keterbatasan diafragma angka keberhasilan sebagai

kontrasepsi tergantung pada kepatuhan mengikuti cara

penggunaan, pada beberapa pengguna menjadi penyebab

infeksi saluran uretra

3) Spermisida

Adalah bahan kimia digunakan untuk menonaktifkan atau

membunuh sperma.dikemas dalam bentuk aerosol (busa),

tablet vagina, krim.

Cara kerja spermisida yaitu Menyebabkan sel membran

sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan

menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Manfaat spermisida efektif seketika, tidak mengganggu

produksi ASI, bisa digunakan sebagi pendukung metode lain,


tidak mengganggu kesehatan klien, merupakan salah satu

perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.

Keterbatasan spermisida efektifitas sebagai

kontrasepsi tergantung pada kepatuhan mengikuti cara

pemakaian, pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah

aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual.

e. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil Kombinasi

Macam – macam Pil kombinasi Pil Monofasik, Pil

Bifasik, dan Pil trifasik.

Cara kerja : Menekan ovulasi, mencegah inpantasi,

serviks mengental hingga sulit dilalui oleh sperma, Pergerakan

tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya

akan terganggu pula.

Efek samping : Mual, perdarahan bercak terutama 3

bulan pertama, pusing, nyeri payudara, mengurangi ASI,

meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan.

Indikasi : Siklus haid tidak teratur, kencing manis tanpa

komplikasi pada ginjal, menderita tubercolosis, varices vena.

Kontra Indikasi : Hamil atau dicurigai hamil, menyusui

dibawah 6 bulan psca persalinan, perdarahan pervaginam yang

belumjelas penyebabnya, riwayat penyakit jantung, stroke, atau


dengan tekanan darah tinggi >180 / 110 mmHg, penyakit hati

akut, kanker payudara.

2) Mini Pil

Cara kerja minipil mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma, mengubah mobilitas tuba

sehingga transportasi sperma terganggu.

Keuntungan mini pil sangat efektif bial digunakan

secara benar, tidak mempengaruhi ASI, Kesuburan cepat

kembali, sedikit efek samping.

Keterbatasan mini pil Hampir 30-60% mengalami

gangguan haid, peningkatan/penurunan berat badan, harus

digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

Indikasi mini pil semua wanita usia subur kecuali yang

tercantum dalam kontra indikasi mini pil.

Kontra indikasi mini pil Hamil atau di duga hamil,

perdarahan pervaginam yang belum diketahui secara pasti

penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,

menggunakan obat tuberkulosis dan epilepsi, kanker payudara

atau riwayat kanker payudara, sering lupa menggunakan pil,

miom uterus, riwayat stroke.

3) Suntik
Jenis - jenis suntik Cyclofem (1 bulan) dan

Depo/DMPA (3 bulan).

Cara kerja Menekan ovulasi,membuat lender serviks

menjadi kental sehingga venetrasi sperma terganggu,

perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu.

Efek samping Terjadinya perubahan pada pola haid,

seperti tidak teratur, perdarahan bercak / spooting atau

perdarahan selama 10 hari, Mual, sakit kepala, nyeri payudara

ringan dan keluhan ini akan hilang ketika setelah suntikan

kedua dan ketiga.

Indikasi Usia reproduksi, elah memiliki anak ataupun

yang belum memiliki anak, anemia, nyeri haid hebat, Haid

teratur.

Kontra indikasi Hamil atau dicurigai, perdarahan

pervaginam yang belum jelas penyebabnya, riwayat penyakit

jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi >180/110

mmHg, penyakit hati akut, kanker payudara.

Keuntungan Sangat efektif, pencegahan kehamilan

jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.


Keterbatasan Sering ditemukan gangguan haid,

masalah berat badan merupakan efek samping yang tersering,

tidak menjamin perlindungan terhadap IMS, HBV, dan HIV/AIDS

Pada suntik KB 3 bulan tidak mengganggu ASI

sedangkan KB suntik 1 bulan pengganggu produksi ASI.

4) Kontrasepsi implant

Cara kerja : Lendir serviks menjadi kental, menganggu

prose pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

inplantasi, mengurangi tranportasi sperma, menekan ovulasi.

Efek samping nyeri tidak teratur, dan perdarahan

bercak, nyeri kepala, mual, dan gelisah.

Indikasi Usia reproduksi, menyusui dan membutuhakan

kontrasepsi, pasca kelahiran tidak menyusui, pasca keguguran,

riwayat KEK.

Kontra indikasi Hamil diduga atau tidak hamil,

Perdarahan pervaginam yang belum jelas akibatnya, benjolan /

kanker payudara atau riwayat kanker payudara, mioma uterus.

f. Kontrasepsi non - Hormonal

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk

huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga

(CU).
Cara kerja Menghambat kemampuan sperma untuk

amsuk ketuba fallopi, Mempengaruhi vertilisasi sebelum ovum

mencpai kavum uteri.

Efek samping Perubahan siklus haid, haid lebih lama

dan banyak, perdarahan (spooting) antar menstruasi, saat haid

lebih sakit.

Indikasi Usia reproduktif, keadaan nullipara,

mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang,

menyusui yang mengiginkan menggunakan kontrasepsi, resiko

rendah dari IMS, tidak menghendaki metode hormonal.

2) Kontrasepsi Mantap

a) Tubektomi

Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

Vertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara

permanen.

Cara kerja Dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat

dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum.

Manfaat tubektomi Sangat efektif, permanen, tidak

mempengaruhi proses menyusui.

Keterbatasan tubektomi Harus dipikirkan sifaat

permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan


kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, rasa

sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah

tindakan, Tidak melindungi dari IMS, termasuk HBV dan

HIV/AIDS.

b) Vasektomi

Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklsi vasa

deferensia sehingga alat transportasi sperma terhambat dan

proses vertilisasi (penyatuan dalam ovum tidak terjadi) tidak

terjadi.

Indikasi merupakan upaya untuk menghentikan vertilitas

dimana fungsi refroduksi merupakan ancaman atau

gangguan terhadap kesehatn pria dan pasangannya serta

melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

Manfaat vasektomi Sangat efektif dan permanen, tidak

ada efek samping jangka panjang, tindak bedah aman dan

sederhana, efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan.

Kontra indikasi infeksi kulit pada daerah operasi, Infeksi

sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien,

hidrokel atau varikokel yang besar, hernia inguinalis,

filariasis, undensensus testikularis, massa intrakrotalis,


anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang

menggunakan antikoagulansi.

VI. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan ibu mampu :

1. Mengetahui keuntungan alat kontrasepsi.

2. Mengetahui kerugian alat kontrasepsi.

3. Mengetahui efek samping alat kontrasepsi.

4. Mengetahui kontra indikasi alat kontrasepsi.

5. Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk ber KB.

6. Mengetahui tempat pelayanan KB.

VII. Referensi

Saifudin, A.B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontarsepsi.Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai