Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN DASAR

REFLEKSI TINDAKAN

Oleh :
Ardiansyah Noch
R014212001

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(…………………………………) (……………………………….…)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
A. Tindakan Keperawatan Yang Dilakukan :
Prosedur Suctioning
1. Nama Klien : Ny. M
2. Diagnosa Medis : Meningioma
3. Tanggal Dilakukan : 09-02-2022
Tujuan :
a. Untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Untuk memasukkan obat intravena
Prosedur dan rasional tindakan :
1. Persiapan Alat dan Bahan

- Jarum Steril/angiocath/wing needle dengan ukuran yang sesuai


- Alcohol Swab
- Turniket
- Plester untuk fiksasi kateter/jarum
- Cairan infus yang sudah disiapkan
- Infus set
- Duk/perlak untuk melindungi seprei
- Sarung tangan
- Tiang infus
- Nirbeken/Kantung Kertas (Jacob et al., 2014)

2. Prosedur Kerja (Jacob et al., 2014)


Langkah-langkah Rasional
Pengkajian
1. Telaah order dokter terkait jenis dan jumlah Resep cairan intravena harus
cairan infus, kecepatan pemberian infus dan diberikan oleh dokter sebelum
tujuan pemberian. Ikuti 7 benar pemberian melakukan prosedur pemasangan
obat infus
2. Telaah data klinis terkait indikasi jenis Membantu dalam memilih alat yang
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan dan benar, perawat memahami alasan
alasan pemberian infus yang diresepkan pemberian infus yang diresepkan dan
kecepatan infus serta monitoring
bekelnajutan yang diperlukan,
memberikan data dasar untuk evaluasi
lanjut perubahan status cairan dan
elektrolit
3. Kaji Riwayat alergi pasien Mungkin memberikan informasi yang
dapat mempengaruhi pemasangan
infus seperti alergi iodine, adesif atau
lateks
4. Kaji pengalaman sebelumnya terkait terapi Menentukan tingkat dukungan
IV dan pilihan tempat pemasangan emosional dan Pendidikan Kesehatan
yang dibutuhkan
5. Pertimbangkan penggunaan krim EMLA Meskipun pemberian krim EMLA
untuk anak-anak dan klien yang fobia jarum membuat kanulasi IV tidak nyeri,
akan tetapi krim harus diberikan 1-1,5
jam sebelum prosedur dilakukan.
Efektif sampai 4 jam setelah
pemberian. Tidak direkomendasikan
untuk bayi berumur di bawah 3 bulan
6. Tentukan apakah pasien akan menjalani Memfasilitasi pemasangan kateter
rencana operasi atau akan mendapatkan dengan ukuran yang benar yang tidak
transfusi darah akan menganggu prosedur medis
7. Perhatikan factor-faktor risiko seperti anak- Klien dengan umur ekstrim
anak atau dewasa tua, adanya gagal jantung mengalami ketidakseimbangan cairan
atau nilai trombosit rendah lebih cepat karena volume ECF yang
lebih besar, klien dengan gagal
jantung dan penyakit ginjal akut
mungkin memerlukan restriksi cairan
dan tidak dapat beradaptasi terhadap
peningkatan volume vascular secara
tiba-tiba. Nilai trombosit yang rendah
merupakan faktor predisposisi
terjadinya perdarahan pada area IV
Persiapan Klien
8. Siapkan klien dan keluarga dengan Menurunkan cemas dan meningkatkan
menjelaskan prosedur, tujuan dan hasil yang Kerjasama
diharapkan
9. Bantu klien duduk nyaman atau posisi Memberikan kenyamanan pada pasien
supine
10. Ganti baju pasien dengan baju yang mudah Penggunaan baju IV khusus
memfasilitasi pelepasan baju dengan
aman
11. Lakukan kebersihan tangan Mengurangi trasnmisi
mikroorganisme
12. Susun peralatan pada meja yang bersih dan Menjaga sterilitas peralatan dan
rapi mengurangi penyebaran
mikroorganisme
Menyiapkan Cairan IV
13. Cek cairan IV dan cairan tambahan lain Cairan IV adalah obat dan harus dicek
yang diresepkan menggunakan 7 benar secara berhati-hati oleh kedua perawat
pemberian obat untuk mengurangi risiko kesalahan
14. Cek warna, kejernihan dan tanggal Cairan yang berubah warna,
kadaluarsa cairan. Cek kebocoran kantong, mengandung partikel atau kadaluarsa
yang lebih baik dilakukan sebelum ke pasien tidak boleh digunakan. Kebocoran
kantung memungkinkan terjadinya
infeksi dan tidak boleh digunakan
15. Buka set infus, jaga sterilitaas ujung-ujung Mencegah bakteri masuk ke dalam
selang. Banyak set infus yang peralatan infus dan aliran darah
memungkinkan pengisian (priming) tanpa
membuka ujung tutup
16. Tempatkan roda klem sekitar 2-5 cm di Mendekatkan roda klem ke ruang
bawah ruang tetasan dan pindahkan klem tetesan membuar pengaturan
roda pada posisi terkunci kecepatan aliran lebih akurat.
Memindahkan klem ke posisi terkunci
mencegah terbuangnya cairan secara
tidak sengaja dan mengurangi jumlah
terbentuknya gelembung udara Ketika
mengisi selang
17. Buka tutup pelindung set pemberian IV pada Memberikan akses insersi selang infus
kantung cairan IV plastikuntuk cairan botol, ke cairan
lepasa tutup metal dan karet di bawah tutup
18. Masukkan set infus ke dalam kantung Mencegah kontaminasi cairan dari
cairan. Buka tutup ujung selang insersi dan ujung insersi yang terkontaminasi
masukkan ujung selang infus IV ke dalam
kantung IV melalui selang insersi
19. Isi selang dengan cairan IV. Tekan ruang Memberikan efek sedot, cairan masuk
tetesan dan lepas, sampai terisi sepertiga ke dalam chamber tetes untuk
sampai setengah penuh mencegah udara masuk ke dalam
selang.
20. Kendurkan klem roda secara perlahan dari Mengisi selang secara perlahan
ruang tetesan melalui selang ke ujung jarum meminimalkan turbulen dan
atau adapter kateter. Selang dapat diisi tanpa terjadinya pembentukan gelembung.
membuka ujung penutup selang. Membuang air dari selang dan
Kembalikan roda klem pada posisi terkunci mengisi selang dengan cairan.
setelah selang terisi penuh dengan cairan. Menutup klem mencegah terbuangnya
cairan secara tidak sengaja
21. Pastikan selang bebas udara dan gelembung Gelembung udara besar dapat menjadi
udara. Untuk menghilangkan gelembung air emboli.
kecil, tepuk selang IV dimana geleumbung
udara berada. Cek di sepanjang selang untuk
menghilangkan gelembung udara
22. Lepas tutup selang dan ganti dengan Menyiapkan IV untuk disambungkan
threader link cannula atau lever lock ke kanula IV. Menjaga kesterilan
cannula biarkan pelindung tetap menempel system.
pada ujung kanula sampai disambungkan ke
interlink injection site yaitu suatu
sambungan yang ditempelkan ke kanula IV
Insersi kateter IV/Kanula
23. Pasang sarung tangan Mengurangi transmisi
mikroorganisme
24. Identifikasi vena yang akan dipasang IV. Torniket harus cukup kencang untuk
Pasang torniket 10-15 cm di atas area mencegah aliran balik vena tetapi
insersi. Cek adanya nadi radial. Pilihan : tidak menganggu aliran arteri
pasang cuff tekanan darah sebagai pengganti
torniket. Kembangkan sampai satu tingkat di
bawah tekanan diastolic normal klien
25. Pilih vena. Penusukan vena harus dilakukan dari
c. Pilih area paling distal pada tangan non distal ke proksimal, yang bertujuan
dominan, jika memungkinkan meningkatkan ketersediaan area lain
d. Hindari : untuk terapi IV selanjutnya
 Area-area nyeri Ketika
dilakukan palpasi
 Area-area yang mengganggu
aktivitas harian
 Area distal dari area penusukan
vena sebelumnya
 Vena yang mengeras dan kaku
 Area infiltrasi atau pembuluh
darah yang mengalami phlebitis,
memar, dan area katup vena atau
bifurkasi
 Vena dorsal yang rapuh pada
dewasa tua dan pembuluh darah
pada ekstremitas dengan
pembuluh darah terkompromi
e. Pilih vena yang cukup besar untuk
pemasangan kateter
f. Palpasi vena dengan menekan ke bawah
dan terasa lembut saat tekanan
dilepaskan. Selalu gunakan jari untuk
mempalpasi
g. Tingkatkan distensi vena dengan
meminta klien membuka dan menutup
kepalan tangan beberapa kali,
menurunkan lengan klien pada posisi
tertahan, menggosok atau menarik
lengan klien dari distal ke proksimal di
bawah area yang akan ditusuk
26. Lepaskan torniket sementara dan dengan Mencegah terganggunya aliran vena
hati-hati. Jepit bulu tangan dengan gunting saat menyiapkan area IV. Rambut
jika diperlukan. Jangan mencukur area menghalangi penusukan vena atau
menempelnya balutan. Pencukuran
dapat menyebabkan mikroabrasi dan
menjjadi faktor predisposisi klien
terhadap infeksi
27. Bersihkan area insersi : Povidone-iodine mengurangi bakteri
a. Gunakan Gerakan tegas secara sirkuler pada permukaan kulit; menyentuh
(dari tengah ke arah luar) bersihkan area yang telah dibersihkan membawa
dengan alcohol dan biarkan kering organisme dari tangan perawat.
b. Bersihkan Kembali dengan Povidone-iodine harus kering supaya
menggunakan cara yang sama, dengan efektif dalam mengurangi jumlah
povidone-iodine dan biarkan kering; bakteri
cegah dari menyentuh area yang sudah Penggunaan alcohol meningkatkan
dibersihkan visualisasi pada area IV dan
Jika klien alergi iodine, gunakan 70% mengurangi efek berkebalikan
alcohol dan biarkan kering selama 60 povidone-iodine yang mungkin terjadi
detik
28. Pasang torniket kembali Lama waktu torniket harus sesingkat
mungkin. Hindari penggunaan
torniket pada area-area dengan
sirkulasi terkompromi. Torniket tidak
boleh mengganggu aliran darah arteri
ke ekstremitas.
29. Lakukan pemasangan vena. Fiksasi vena Tempatkan jarum paralel terhadap
dengan meletakkan ibu jari di atas vena dan vena. Ketika vena ditusuk, risiko
regangkan kulit area insersi 5-7,5 cm di atas menusuk vena posterior dapat
distal. diminimalkan
30. Untuk menusuk vena, kateter dipegang
dengan tangan dominan. Dengan bevel
menghadap ke atas, kulit ditusuk pada sudut
vena 30-45 derajat
31. Sesaat setelah masuk ke dalam vena, sudut
kateter di kurangi sampai hampir parallel
dengan kulit. Jika vena terlihat bengkak,
berikan tekanan pada kulit tepat di bawah
area penusukan menggunakan tangan non
dominan
32. Kateter dimasukkan terus ke dalam vena
sampai terlihat darah pada chamber
belakang kateter
33. Setelah masuk, fiksasi jarum dan kateter
plastic dimasukkan terus ke dalam vena.
Kateter pa=lastik harus di dorong e dalam
dengan mudah dan tidak boleh dipaksa
masuk ke dalam vena
34. Torniket pada tahap ini harus dilepas
35. Tekan perlahan di atas vena proksimal area Mencegah risiko terpaparnya darah
penusukan sambal mengeluarkan jarum dari
kateter dan membuangnya ke dalam tempat
sampah tajam. Jarum tidak boleh
dimasukkan kemabli ke dalam kateter
karena dapat berisiko merobet plastic kateter
yang dapat menyebabkan emboli
36. Pasang interlink injection (bung/cap) ke IV Membilas akan memastikan Kembali
canula dan bilas jalur IV kepatenan dan mengurangi risiko
pembekuan di dalam kanula
37. Jika cairan IV yang digunakan, lepaskan Koneksi yang terfikasis dengan baik
tutup pelindung dari threaded link cannula pada set infus akan menjaga
atau lever lock cannula pada ujung selang IV kepatenan vena. Menjaga kesterilan.
dan sambungkan ke interlink injection site
yang pada saat ini seharusnya berada pada
ujung kanula IV. Sesuaikan kecepatan aliran
sesuai kebutuhan
38. Jika cairan IV tidak digunakan, bilas kanula
IV dengan 1-3 mL normal saline steril,
menggunakan jarum penyambung melalui
interlink injection site
39. Plester kateter menggunakan balutan Balutan transparan memfasilitasi
transparan (jernih) observasi dini phlebitis
a. Dengan hati-hati lepas kertas Mengamankan kateter dengan selang
pembungku belakang mencegah pergerakan dan penekanan
b. Tempelkan satu sisi balutan dan dengan pada selang, mengurangi iritasi
perlahan tempel sisa balutan ke seluruh mekanik dan kemungkinan phlebitis
area, biarkan interlink injection site tidak dan infeksi. Disarankan untuk tidak
tertutup menggunakan Teknik chevron
40. Lingkarkan selang di sebelah lengan dan Menempelkan bagian atas
tempelkan plester kedua untuk mempermudah akses ke sambungan
mengamankan selang pada dua tempat selang. Memfiksasi selang
mengurangi risiko terlepasnya kateter
41. Berikan label pada area IV dengan tanggal,
waktu pemasangan dan inisial
42. Buka klem roda perlahan untuk memulai Melancarkan aliran vena dan
infus pada kecepatan tertentu untuk menjaga mencegah clotting vena dan obstruksi
kepatenan IV line aliran cairan IV
43. Catat tanggal dan waktu, ukuran jarum dan Dokumentasi Ketika IV terpasang dan
kateter dan area penusukan IV dan balutan Ketika penggantian rutin kanula IV
yang dibutuhkan
44. Buang jarum yang telah digunakan pada Mengurangi transmisi
wadah yang benar. Buang bahan yang telah mikroorganisme dan melindungi staf
digunakan pada sampah terkontaminasi. dari cedera
Lepas sarung tangan dan lakukan hygiene
tangan
45. Observasi klien setiap jam untuk Penekanan menyebabkan obstruksi
menentukan apakah cairan mengalir dengan mekanik pada vena.
benar. Ketika IV kateter terfiksasi dengan
a. Cek apakah jumlah cairan masuk sesuai baik, penekanan menyebebabkan
resep dengan melihat waktu pemasangan melambatnya atau terhentinya
pada label kecepatan aliran. Tidak ada perubahan
b. Hitung kecepatan aliran pada kecepatan aliran mungkin
c. Cek kepatenan kateter IV atau jarum : mengindikasikan adanya infiltrasi.
tekan perlahan cena dengan kanula pada Memberikan evaluasi berkelanjutan
proksimal area. Observasi adanya terkait jenis dan jumlah cairan yang
keterlambatan atau penghentian diberikan pada klien. Inspeksi setiap
kecepatan IV jam mencegah kelebihan cairan yang
d. Observasi juga klien selama penekanan tidak disengaja atau kecepatan infus
pembuluh darah terkait adanya tandan yang tidak adekuat dan untuk
ketidaknyamanan mengidentifikasi dini kejadian
e. Inspeksi area insersi terkait inflitrasi, inflamasi vena atau kerusakan
phlebitis dan inflamasi jaringan
46. Observasi klien setiap jam untuk Cairan IV dan cairan tambahan
menentukan respons terapi. diberikan untuk menjaga atau
mengembalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Cairan tersebut juga
dapat menyebabkan efek yang tidak
diharapkan yang berbahaya
B. Asuhan Keperawatan yang dilakukan :
1. Pengkajian
a. Data Subjektif (DS) :
- Anak pasien mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran setelah
mencoba mengedan untuk buang air besar
b. Data Objektif (DO) :
- Tingkat kesadaran Coma
- GCS : E1M1V2
c. Diagnosa Keperawatan : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037) (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017)
d. Intervensi
Pemasangan Infus
C. Prinsip caring yang dilakukan :
1. Knowing (Mengetahui)
Perawat mengetahui kebutuhan dan harapan pasien, menjelaskan manfaat dan rencana
perawatan, memberikan perawatan yang efektif dan efisien.
2. Being with (Kehadiran)
Perawat dalam melakukan tindakan keperawatan harus bisa memperlihatkan kontak mata,
Bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta mempunyai sikap positif dan semangat,
bisa membuka suasana terbuka dan saling mengerti.
3. Doing For (Melakukan)
Perawat dalam melakukan tindakan harus dapat memberikan kenyamanan, menunjukkan
keterampilan, menjaga martabat pasien, selalu meminta izin ataupun persetujuan pasien
atau keluarga, serta menjaga hak-hak pasien.
4. Enabling (Memampukan)
Perawat harus memvalidasi semua Tindakan yang telah dilakukan, memberikan informasi
yang akurat, mendukung pasien untuk mencapai kesejahteraan kesehatannya, dan
memberikan umpan balik positif terhadap usaha pasien untuk mengikuti perintah atau
mencapai kesembuhan, serta membantu pasien agar selalu focus dan ikut dalam program
peningkatan kesehatannya
D. Prinsip Universal Precaution yang dilakukan :
Pasien dalam hal ini tidak memiliki penyakit infeksi yang membutuhkan kewaspadaan
berdasarkan transmisi, sehingga hanya kewaspadaan standar yang dilakukan dalam tindakan
keperawatan ini :
1. Kebersihan tangan
Kebersihan tangan dilakukan teknik handwash atau handrub 6 langkah sebelum dan
setelah serta melakukan tindakan. Selalu memperhatikan durasi kebersihan tangan sesuai
dengan yang direkomendasikan yaitu 20-30 detik untuk handrub dan 40-60 detik untuk
handwash.
2. Alat Pelindung Diri (APD)
Menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan indikasi. Dalam tindakan pemasangan
infus, perawat perlu melindungi diri dari risiko terpapar darah pasien. Sehingga APD
yang digunakan pada tindakan ini adalah sarung tangan. Kemudian melepaskan APD
segera setelah digunakan.
3. Pengelolaan Limbah
Pada tindakan pemasangan infus, alcohol swab yang telah kontak dengan darah dan
cairan tubuh pasien dibuang kedalam tempat sampah infeksius (kantong warna kuning).
Sedangkan jarum dan mandrin dibuang kedalam safety box.(Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017).
E. Prinsip Etik yang harus dilakukan :
1. Prinsip Otonom (Autonomy)
Perawat memberikan penjelasan kepada klien terhadap tindakan yang akan dilakukan,
dan pasien diberikan kebebasan dalam mengambil keputusan bagi dirinya setelah
mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
2. Prinsip kebaikan (beneficience)
Perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak merugikan klien dan mencegah bahaya
bagi klien
3. Prinsip Keadilan (Justice)
Perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan kebutuhannya.
4. Prinsip Non-Maleficence
Perawat melakukan tindakan pemasangan infus tanpa menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis kepada klien yaitu dalam melakukan tindakan tetap memperhatikan
keamanan dan kenyamanan pasien.
5. Prinsip Veracity
Memberikan informasi yang akurat kepada klien tentang tindakan yang dilakukan (Ngesti
et al., 2016)
F. Refleksi Tindakan yang dilakukan
No Kesenjangan Prosedur Hal yang harus Rasional
dilakukan
1 Mengidentifikasi pasien Mengidentifikasi pasien Mencegah terjadinya
dengan cara memanggil nama harus dengan pertanyaan insiden keselamatan
pasien terbuka seperti pasien
menanyakan nama dan
tanggal lahir pasien atau
mencocokkan nama dan
tanggal lahir pasien
dengan rekam medis
Keselamatan pelayanan di rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi
pasien. kesalahan identifikasi pasien di awal pelayanan akan berdampak pada kesalahan
pelayanan pada tahap selanjutnya (World Health Organization, 2007). Sebagai perawat kita
diperhadapkan atau terlibat dalam kesalahan praktik klinis karena idenfikasi pasien
(Ferguson et al., 2019). Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, misalnya
kematian dan sebagai pemicu kesalahan lainnya seperti kesalahan pemberian obat,
pembedahan, pemeriksaan patologi anatomi, spesimen, dan transfusi (Swastikarini et al.,
2019). Identifikasi bertujuan untuk keselamatan pasien namun masih ditemukan 90%
kejadian verifikasi pasien tidak sesuai dengan kebijakan saat ini. Kesalahan identifikasi dapat
dicegah jika karakteristik pasien diketahui. Kejadian insiden keselamatan pasien terkait
identifikasi pasien tidak akan terjadi jika petugas melakukan proses identifikasi pasien secara
baik dan benar sesuai program sasaran keselamatan pasien di unit rawat inap (Parmasih,
2020). Perlu adanya kerjasama dengan antara petugas kesehatan dan pasien serta keluarganya
dalam identifikasi. Rekomendasi dari WHO, perlu adanya edukasi pada pasien tentang risiko
yang berkaitan dengan kesalahan identifikasi, meminta pasien atau anggota keluarganya
untuk memverifikasi identitas untuk memastikan bahwa identifikasi tersebut valid, meminta
pasien untuk mengidentifikasi diri mereka sebelum menerima apapun pengobatan dan
sebelum intervensi diagnostic atau terapeutik, dan mendorong pasien dan keluarga untuk
menjadi peserta aktif dalam identifikasi untuk mengungkapkan kekhawatiran tentang
keamanan dan potensi kesalahan dan untuk mengajukan pertanyaan terkait kebenaran yang
berhubungan dengan perawatannya (World Health Organization, 2007)
Daftar Pustaka

Ferguson, C., Hickman, L., Macbean, C., & Jackson, D. (2019). The wicked problem of patient
misidentification: How could the technological revolution help address patient safety?
Journal of Clinical Nursing, 28(13–14), 2365–2368. https://doi.org/10.1111/jocn.14848
Goldberg, J. L. (2017). Guideline Implementation: Hand Hygiene. AORN Journal, 203–212.
Jacob, A., R, R., & Tarachand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures (E. Huriani
(ed.); 2nd ed.). Binarupa Aksara.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. In Kemenkes RI.
Ngesti, Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan Dan Keperawatan Profesional
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia PPSDMK.
Parmasih, E. R. (2020). Pelaksanaan Ketetapatan Identifikasi Pasien Oleh Petugas Kesehatan di
Rumah Sakit : Case Study. Indonesian Journal of Nursing Health Science ISSN, 5(2), 176–
183.
Rebeiro, G., Jack, L., Scully, N., & Wilson, D. (2015). Keperawatan Dasar Manual
Keterampilan Klinis (E. Novitasari & Y. Supartini (eds.); 1st ed.). Elsevier.
Swastikarini, S., Yulihasri, Y., & Susanti, M. (2019). Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien Oleh Perawat Pelaksana. Jurnal Ilmiah
Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9(2), 125–134.
https://doi.org/10.32583/pskm.9.2.2019.125-134
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
World Health Organization. (2007). Patient Identification: The Foundation for a Culture of
Patient Safety. Journal of Nursing Care Quality, 18(1), 73–79.
https://doi.org/10.1097/00001786-200301000-00010
World Health Organization. (2009). WHO Guidlines on Hand Hygiene in Health Care First
Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care. WHO.

Anda mungkin juga menyukai