diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Etika Profesi Hukum
Disusun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Tak ada kata yang indah saya ucapkan selain “Alhamdulillah”. puji serta
syukur terpanjatkan selalu kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang
tak terhitung, Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas waktu, kesempatan dan kekuatan yang di
berikan-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. segala pujian hanyalah
bagi Allah SWT.
Saya ucapkan terima kasih kepada anggota kelompok dan semua yang telah
berkenan untuk membimbing saya dalam pembuatan makalah ini . Dan dalam
program sebagai tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum ini yaitu pembuatan makalah
yang mana bertujuan untuk pengenalan bagi kami sebagai mahasiswa, Kami yakin
dengan tugas ini dapat bermanfaaat bagi kami dan sebagai pelajaran di masa yang
akan datang.
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos dengan bentuk jamaknya yakni (ta etha), yang
berarti kebiasaan. Etika sering dipadankan dan dikenal dengan kata “moral” atau “moralitas”
yang berasal dari bahasa latin, yaitu mos dengan bentuk jamaknya yakni (mores), di mana
artinya juga sama yakni kebiasaan. Sumaryono (1995) mengemukakan makna dari etika,
menurut beliau etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang memiliki arti yakni adat
istiadat yang baik. Pemadanan makna antara etika dengan moral bukanlah hal yang salah,
namun kurang tepat. Hal ini dikarenakan etika memiliki makna yang lebih luas daripada
moral. Etika memiliki arti tidak hanya terbatas pada suatu sikap tindak dari seseorang namun
juga mencangkup motif-motif seseorang melakukan sikap tersebut. Berbeda halnya dengan
moral yang terbatas pada sikap tindak lahiriah seseorang saja.
Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan tersendiri dalam hal peyebutan etika, yakni
“susila” atau “kesusilaan”. Kesusilaan berasal dari bahasa Sangsekerta, yang terdiri dari dua
suku kata yakni su dan sila. Kata su berarti bagus, indah, cantik. Sedangkan silamemiliki arti
adab, kelakuan, perbuatan adab (sopan santun dan sebagainya), akhlak, moral. Dari dua arti
suku kata tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “susila” merupakan suatu kelakuan atau
perbuatan yang baik dan sesuai dengan norma-norma maupun kaidah yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam agama Islam, etika merupakan bagian dari akhlak. Hal ini
dikarenakan tidak hanya berkaitan dengan perbuatan manusia secara lahiriah namun juga
keterkaitannya dengan akidah, ibadah dan syari’ah oleh karenanya memiliki cakupan yang
lebih luas dibandingkan dengan pengertian etika yang dikemukakan sebelumnya.
PEMBAHASAN
Sedangkan istilah “berlaku” mengandung makna sebagai yang memberi akibat hukum
pada peristiwa-peristiwa dalam pergaulan hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Adapun kata “sekarang” menunjuk pada pergaulan hidup saat ini, tidak pada pergaulan hidup
yang telah terlampaui, tidak juga pada pergaulan hidup yang akan datang. Kata “di
Indonesia” menunjukkan pada pergaulan hidup yang terdapat di Republik Indonesia, bukan
yang di Amerika Serikat, Filipina, bukan pula yang terjadi di Malaysia (Soediman, 1984:46).
Setelah mengkajinya kata demi kata, tentulah Anda sekarang dapat memahami mengapa.
Hukum Positif Indonesia diartikan sebagai keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur
manusia dalam hidup bermasyarakat, yang berlaku saat ini di negara Republik Indonesia.
Hukum positif disebut juga dengan Ius Constitutum, sedangkan lawannya adalah Ius
constitendum yaitu hukum yang belum berlaku, yang masih ada dalam cita-cita hukum
bangsa Indonesia atau yang masih ada dalam kesadaran hukum bangsa Indonesia, yaitu
kesadaran tentang isi atau substansi dari hukum dan bagaimana seharusnya hukum itu
dibentuk.
2.2 Fungsi Dan Tujuan Hukum Indonesia
Mochtar Kusumaatmaja (2000:49) mengemukakan bahwa apa yang menjadi fungsi
atau tujuan hukum Indonesia sebenarnya sudah terkandung pada batasan pengertian hukum
itu sendiri. Di atas dikemukakan bahwa hukum diartikan sebagai perangkat kaidah-kaidah
dan asas-asas berdasarkan keadilan yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.
Dengan berpedoman pada batasan hukum tersebut, dapatlah dikemukakan bahwa fungsi
hukum adalah untuk mencapai ketertiban dan keteraturan, sedangkan tujuan dari hukum
adalah mencapai keadilan.
Keberadaan hukum sebagai bagian dari tatanan sosial yang ada di samping norma
agama, kesusilaan dan kesopanan, pada dasarnya berfungsi untuk melindungi dan
mengintegrasikan (menggabungkan danmenyelaraskan) kepentingan-kepentingan anggota
masyarakat yang ada. Hal ini dimungkinkan karena sifat dan watak hukum (termasuk hukum
Indonesia) yang memberi pedoman dan petunjuk tentang bagaimana berperilaku dalam
masyarakat. Hukum juga menunjukkan mana yang boleh dan tidak boleh melalui norma-
normanya yang bersifat mengatur dalam bentuk perintah dan larangan.
Keadilan adalah sesuatu yang sukar didefinisikan, tetapi bisa dirasakan dan
merupakan unsur yang tidak bisa tidak harus ada dan tidak bisa dipisahkan dari hukum
sebagai perangkat asas dan kaidah yang menjamin adanya keteraturan dan ketertiban dalam
masyarakat. Tujuan hukum dalam hukum positif Indonesia tidak bisa dilepaskan dari aspirasi
dan tujuanperjuangan bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan Sila
Keadilan Sosial yang merupakan bagian penting dari sistem nilai Indonesia (Mochtar
Kusumaatmaja, 2000:53)
Beberapa alasan lain yang dikemukakan oleh Satjipto Raharjo (1986:52) untuk
mempertanggungjawabkan bahwa hukum itu merupakan satu sistem adalah sebagai berikut:
suatu sistem hukum itu dapat disebut demikian karena ia bukan sekedar merupakan kumpulan
peraturan-peraturan belaka. Kaitan yang mempersatukannya, sehingga tercipta pola kesatuan
yang demikian adalah: masalah keabsahan. Peraturan-peraturan itu diterima sebagai sah
apabila dikeluarkan dari sumber atau sumber-sumber yang sama, seperti peraturan hukum,
yurisprudensi dan kebiasaan. Sumber-sumber yang demikian itu dengan sendirinya
melibatkan kelembagaan seperti pengadilan dan pembuat undang-undang.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos dengan bentuk jamaknya yakni (ta etha), yang
berarti kebiasaan. Etika sering dipadankan dan dikenal dengan kata “moral” atau “moralitas”
yang berasal dari bahasa latin, yaitu mos dengan bentuk jamaknya yakni (mores), di mana
artinya juga sama yakni kebiasaan. Sumaryono (1995) mengemukakan makna dari etika,
menurut beliau etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang memiliki arti yakni adat
istiadat yang baik. Pemadanan makna antara etika dengan moral bukanlah hal yang salah,
namun kurang tepat. Hal ini dikarenakan etika memiliki makna yang lebih luas daripada
moral. Etika memiliki arti tidak hanya terbatas pada suatu sikap tindak dari seseorang namun
juga mencangkup motif-motif seseorang melakukan sikap tersebut. Berbeda halnya dengan
moral yang terbatas pada sikap tindak lahiriah seseorang saja.
Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan tersendiri dalam hal peyebutan etika, yakni
“susila” atau “kesusilaan”. Kesusilaan berasal dari bahasa Sangsekerta, yang terdiri dari dua
suku kata yakni su dan sila. Kata su berarti bagus, indah, cantik. Sedangkan silamemiliki arti
adab, kelakuan, perbuatan adab (sopan santun dan sebagainya), akhlak, moral. Dari dua arti
suku kata tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “susila” merupakan suatu kelakuan atau
perbuatan yang baik dan sesuai dengan norma-norma maupun kaidah yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam agama Islam, etika merupakan bagian dari akhlak. Hal ini
dikarenakan tidak hanya berkaitan dengan perbuatan manusia secara lahiriah namun juga
keterkaitannya dengan akidah, ibadah dan syari’ah oleh karenanya memiliki cakupan yang
lebih luas dibandingkan dengan pengertian etika yang dikemukakan sebelumnya.
Pengertian etika yang pertama dan kedua dalam penjelasan K. Bertens sebenarnya
mengacu pada pengertian etika yang sama, yaitu etika sebagai sistem nilai. Jika kita berbicara
tentang etika profesi hukum, berarti kita juga bicara tentang sistem nilai yang menjadi
pegangan suatu kelompok profesi, mengenai apa yang baik dan yang buruk menurut nilai-
nilai profesi itu. Biasanya nilai-nilai itu dirumuskan dalam suatu norma tertulis, yang
kemudian disebut kode etik. Jadi, cukup jelas apabila etika diartikan dalam dua hal, yaitu:
etika sebagai sistem nilai dan etika sebagai ilmu, atau lebih tegas lagi sebagai cabang filsafat
2.5 Tujuan Etika & Manfaat Etika
Etika termasuk cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari nilai dan norma. Etika meliputi
kebiasaan sopa. santun dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Mengutip dari buku Etika
Bisnis: Prinsip dan Relevansi tujuan etika sebagai berikut:
Manfaat Etika
Mengutip dari buku Etika Profesi Dan Aspek Hukum Bidang Kesehatan, ada 3
macam etika yang harus dipahami, untuk menentukan perilaku manusia. Berikut macam-
macam etika :
Etika Deskriptif Adalah etika yang memberikan dasar sebagai acuan, untuk keputusan
tentang perilaku atau sikap yang mau diambil. Macam etika ni berusaha secara kritis dan
nasional untuk perilaku dan suatu nilai yang dikejar selama hidup.
Etika Normatif Merupakan etika yang menetapkan pola perilaku ideal, seharusnya dimiliki
manusia dan memberikan nilai. Etika normatif memberikan norma sebagai dasar untuk
tindakan yang akan diputuskan.
Metaetika atau Meta Kata Meta berasal dari bahasa Yunani yang artinya melebihi atau
melampaui. Metaetika ini mempersoalkan tentang bahasa normatif, sehingga dapat
diturunkan menjadi ucapan kenyataan. Fokus metaetika ini pada arti khusus dan bahasa etika.
B. Contoh Etika
Etika ada dalam kehidupan sehari-hari dan dilakukan terus menerus. Perilaku ini dipakai di
lingkungan, sekolah, dan di rumah. Berdasarkan pengembangannya, berikut contoh dalam
masyarakat dan pribadi :
Etika perangai Etika perangai adalah adat atau kebiasaan yang ada di dalam masyarakat,
waktu tertentu, dan daerah tertentu. Etika ini telah disepakati oleh kelompok sehingga
menghasilkan penilaian seseorang dalam berperilaku. Contoh etika perangai yaitu pergaulan
anak muda, upacara adat, upacara pernikahan di daerah tertentu, dan busana adat daerah.
Etika Moral Menjelaskan tentang baik buruknya perilaku, berdasarkan kodrat manusia. Jika
etika ini dilanggar amaka menimbulkan kejahatan dan dampak buruk. Kebiasaan ini berkaitan
dengan moral manusia. Contoh etika moral yaitu berkata jujur, menghormati orang yang
lebih tua, menghargai perbedaan pendapat, menyantuni anak yatim, membela kebenaran dan
keadilan.
Etika Pribadi Etika pribadi ini berasal dari diri seseorang menjadi lebih baik. Misalnya
seorang pebisnis yang sukses dan kaya raya. Dia bisa menjadi orang yang sukses karena tidak
lupa dirinya sebagai hamba Tuhan, sehingga berusaha maksimal untuk memberikan yang
terbaik.
Etika Sosial Etika sosial berhubungan dengan seseorang dengan lingkungan sosialnya.
Contoh seorang pejabat yang dipercaya untuk mengelola keuangan milik negara. Tetapi dia
melakukan korupsi sampai tidak dapat tanggung jawab pada pemerintah. Etika ini bisa
merusakan nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Etika berkaitan dengan norma, kesopanan, dan tingkah laku. Etika termasuk bagian
filsafat meliputi hidup baik, seseorang berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik
dalam hidupnya.Etika menjadi pedoman pada seseorang atau kelompok untuk perilaku dan
perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61c9575f9b5aa/pengertian-etika-macam-dan-
contohnya-dalam-kehidupan-sehari-hari
http://wordpress.com/2007/06/30/pengertian-etika/