Anda di halaman 1dari 19

UTS AKUNTANSI KEPERILAKUAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, MOTIVASI BELAJAR DAN


KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN MATA
KULIAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN MAHASISWA ITB WIDYA
GAMA LUMAJANG

Dosen Pengampu :
Dr.Ratna Wijayanti, S.E.,M.M

Disusun Oleh :
DITA ANGGRAENI (218133076)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS

WIDYA GAMA LUMAJANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah


SWT.Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar
menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di ITB
WIDYA GAMA LUMAJANG, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan
judul ”Pengaruh kecerdasan emosional, motivasi belajar dan kecerdasan
spiritual pada pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan mahasiswa ITB
Widya Gama Lumajang ” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami
juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ratna Wijayanti Daniar Paramita, S.E,.M.M sebagai ketua Rektor ITB
WIDYA GAMA Lumajang
2. Fetri Setyo Liyundira, S.E,.M. Akun sebagai Ketua Prodi S1 Akuntansi
3. Ani Yulianti, S.E,.M.Akun sebagai asisten dosen mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan 2
4. Deni juliasari, S.E,.M. Akun Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Akuntansi
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa
sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada materi makalah ini.

Lumajang, 16 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori.........................................................................................6
2.1.1 Pemahaman Akuntansi.....................................................................6
2.1.2 Kecerdasan Emosional......................................................................7
2.1.3 Motivasi Belajar................................................................................8
2.1.4 Kecerdasan Spiritual.......................................................................10
2.2 KerangkaPemikiran................................................................................12

BAB III METODEPENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................12
3.2 ObjekPenelitian......................................................................................13
3.3 Sumber dan Jenis Data..........................................................................13
3.4 Populasi dan Sampel..............................................................................14
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Konseptual......................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikan di suatu
negara tersebut yang diterapkan. Maju atau tidak majunya proses pembagunan
negara dilihat dari pendidikannya, untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat, kualitas pendidikan di suatu negara harus ditingkatkan pula.
Perguruan tinggi diharapkan terus melakukan peningkatkan pada kualitas
sistem pendidikannya agar dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang
berkualitas (zakiah,2013).
Dalam dunia pendidikan tinggi dituntut tidak hanya menghasilkan
lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik, tetapi juga
mempunyai kemampuan yang bersifat teknis analisis dalam bidang humanistic
skill (kemampuan menghadirkan diri secara manusiawi dalam kehidupan
masyarakat yang turut bertanggung jawab bagi kelangsungan nilai-nilai
kemanusiaan dan kemasyarakatan) dan professional skill (kemampuan
melaksanakan profesinya dengan berbekal pengetahuan akademik yang
memadai dalam rangka mengaktualisasikan dirinya di masyarakat) sehingga
mempunyai nilai tambah dalam bersaing di dunia kerja (Budhiyanto dan
Nugroho, 2004:260).
Pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti
seorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari, dalam konteks ini
mengacu pada mata kuliah akuntansi dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya ditunjukan dari
nilai-nilai yang didapatkannya dalam mata kuliah saja, tetapi juga apabila
mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait
(Praptiningsih, 2009). Mahasiswa dikatakan menguasai atau memahami
akuntansi apabila ilmu akuntansi yang diperolehnya telah dapat diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat serta dapat dipraktekan di dunia kerja
(Dewi,2016).

1
Fenomena yang terjadi menurut KEMENKER (Kementrian Ketenaga
kerja Republik Indonesia) menunjukan bahwa mayoritas atau lebih dari 60%
lulusan sarjana di tanah air bekerja di area yang tidak sesuai dengan
jurusannya dikarenakan ilmu yang telah dipelajari selama 4 sampai 5 tahun
masa kuliah tidak terpakai secara optimal. Pendidikan akuntansi yang
diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa
agar dapat bekerja sebagai akuntan profesional yang memiliki pengaruh
dibidang akuntansi untuk mengkasilkan lulusan yang berkualitas pada sistem
pendidikannya (Mawardi, 2011).
Kecerdasan emosional,motivasi belajar dan kecerdasan spiritual sangat
mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa. Roestiah (dalam
Hanifah dan Syukriy, 2001) bependapat bahwa, belajar yang efisien dapat
dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan
waktu yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok
ataupun untuk mengikuti ujian. Kecerdasan emosional (Goleman, 2000)
merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan
pengaruh yang manusiawi.
Goleman (2005) yang mengadaptasi model Salovey–Mayer membagi
kecerdasan Emosional (EQ) ke dalam lima unsur yang meliputi : kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi,empati, dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut di kelompokkan ke dalam
dua kecakapan, yaitu: Kecakapan pribadi, yang meliputi kesadaran diri,
pengaturan diri, dan emosi,serta Kecakapan sosial, yang meliputi empati dan
keterampilan sosial. Yani (2011) menyatakan kecerdasan intelektual
merupakan kecerdasan yang sangat dibutuhkan dalam keberhasilan seseorang,
kecerdasan intelektual tetap mempengaruhi pola fikir seorang mahasiswa.
karena kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang
dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara
rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya.
Zohar dan Marshall (2002) dalam Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo
(2006), menegaskan bahwa kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan

2
dengan agama. Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan
budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang
pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara
pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat
agama menjadi perlu. Agustian (2005) memberikan makna berbeda dengan
nilai Danah Zohar dan Ian Marshall, yang menyatakan kecerdasan spiritual
terkait dengan masalah ketuhanan atau agama. Kecerdasan manusia terwujud
karena adanya dorongan suara hati (fitrah) yang bersumber dari Allah dengan
unsurunsur sifat Tuhan atau God-Spot, menjadikan manusia memiliki
ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial dalam mewujudkan kesuksesan
manusia.
Napitupulu (2009), hasil penelitiannya adalah Kecerdasan Intelektual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
mahasiswa. Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Dwijayanti (2009),
bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh positif pada pemahaman
akuntansi. Rokhana dan Sugeng Sutrisno (2016) hasil penelitian menunjukan
bahwa perilaku belajar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi, namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan
Widyawanti, dkk (2014) yang menyatakan bahwa perilaku belajar tidak
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Selanjutnya, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rachmi (2010) yang menyatakan bahwa
kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Namun
hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yangdilakukan
oleh dwijayanti (2009).
Dari pemaparan diatas membuat peneliti tertarik untuk menganalisis
pengaruh kecerdasan emosional, motivasi belajar dan kecerdasan spiritual
dalam mempengaruhi tingkat pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan.
Penelitian ini akan membuktikan pengaruh kecerdasan emosional, motivasi
belajar dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi keperilakuan
dan mengambil judul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi Belajar dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi
Keperilakuan.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas perumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman mata
kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB Widya Gama
Lumajang ?
2. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap pemahaman mata kuliah
akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB Widya Gama Lumajang?
3. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman mata
kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB Widya Gama
Lumajang ?

1.3 Tujuan Penelitian


Sehubungan dengan perumusan masalah yang telah disebutkan diatas
maka tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB
Widya Gama Lumajang.
2. Untuk mengetahui apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap
pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB
Widya Gama Lumajang.
3. Untuk mengetahui apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap
pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB
Widya Gama Lumajang.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan di atas maka penelitian ini diharapkan memberi
manfaat antara lain :
1. Bagi peneliti
Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas
terkait pengaruh kecerdasan emosional, motivasi belajar dan kecerdasan
spiritual terhadap pemahaman akuntansi keperilakuan.

4
2. Bagi Akademik
Penelitian ini memberikan masukan dalam rangka pengembangan
Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan Perilaku Belajar serta
juga melihat sejauh mana mahasiswa dalam memperoleh Pemahaman
Akuntansi yang baik dan sempurna.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkandapat memberikan tambahan wawasan
pengetahuan serta dapat dijadikan referensi untukpenelitian yang serupa
dimasa yang akan datang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pemahaman Akuntansi
Pengertian Pemahaman
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000 : 74) Pemahaman berasal
dari kata paham yang artinya pengertian; pengetahuan yang banyak. Jika
mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2)
perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-
baik supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah
suatu proses, dan cara mempelajari baik-baik supaya paham dan
pengetahuan banyak. Yang dikatakan pemahaman adalah cara bagaimana
seseorang memiliki kemampuan untuk mengerti dan mengetahui sesuatu
yang disampaikan pada pelajaran akuntansi oleh pengajar. Ukuran
pemahaman ini adalah adanya respon dari mahasiswa terhadap pelajaran.
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
adalah pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan
mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat
memecahkan masalah suatu problem tertentu denga tujuan mendapatkan
kejelasan.

Pengertian Akuntansi
Menurut American Accounting Association , 1966 (Halim, 2012 :
10), Mendefinisikan Akuntansi sebagai proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari suatu organisasi atau entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang memerlukan.
Menurut Accounting Principle Board, 1970), Mendefenisikan Akuntansi
sebagai suatu kegiatan yang fungsinya menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi
yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi

6
membuat pilhan – pilihan nalar diantara berbagai alternative arah
tindakan.
Menurut Suwarjono (2002), akuntansi dapat didefenisikan
sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan
transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan.
Pengertian seni dalam defenisi tersebut dimaksudkkan untuk
menunjukkan bahwa akuntansi bukan ilmu pengetahuan eksakta, karena
dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur
pertimbangan (judgement).

Pemahaman Akuntansi
Pemahaman akuntansi menurut Munawir (2004) dalam Mawardi
(2011) terdiri dari tiga konsep dasar bagian utama yaitu aktiva, hutang
dan modal. Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan
perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-
pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered changes) atau biaya yang
masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta
aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset) misalnya goodwill,
hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pemahaman akuntansi
merupakan sejauh mana kemampuan untuk memahami akuntansi baik
sebagai seperangkat pengetahuan (body of knowledge) maupun sebagai
proses atau praktik. Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka yang diberikan oleh dosen.

2.1.2 Kecerdasan Emosional


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ginanjar, 2005 : 91) ,
emosi didefinisikan sebagai 1) Luapan perasaan yang berkembang dan
surut dalam waktu singkat, 2) keadaan dan reaksi psikologis dan
fisiologis. Menurut Goleman (Dalam Ali, 2004 : 62) dalam
mendefinisikan emosi merujuk pada makna yang paling harfiah diambil
dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi sebagai kegiatan

7
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang
hebat, dan meluap – luap. Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa
emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran – pikiran yag khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Istilah “ Kecerdasan Emosional “ Pertama kali
dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikologi Peter Salovey dari Harvard
University dan John Mayer of New Hampshire untuk menerangkan
kualitas – kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Menurut Meyer (1990), Kecerdasan Emosional adalah
kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan untuk mengatur
emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup
seseorang. Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2005) dalam
Zakiah (2013), menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai
rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi
seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau sebarapa tinggi
sukses yang dicapainya dalam hidup. Goleman (2005) menyatakan
bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan
inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi
biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan
orang dalam bekerja. Menurut Ginanjar (2005 : 23) Kecerdasan
Emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang
lain rasakan, termasuk tepat untuk menangani masalah.
Menurut Mubayidh (2006), kecerdasan Emosional adalah
“kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional
dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya.

2.1.3 Motivasi Belajar


Suwardjono (2004) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi
merupakan suatu pilihan strategi dalam mencapai tujuan individual
seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar
sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan
tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan ajang untuk

8
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri.
Pengendalian proses belajar lebih penting dari pada hasil atau nilai ujian.
Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi
logis dari proses tersebut.
Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri seberti
berikut ini:
1. Kebiasaan Mengikuti Pelajaran
Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang
mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat
dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan
mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan
penjelasan dosen, membuat catatan, dan keaktifan di kelas.
2. Kebiasaan Membaca Buku
Membaca buku merupakan merupakan ketrampilan membaca yang
paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan membaca harus
di budidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat bertambah dan
dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari suatu
pelajaran.
3. Kunjungan Ke Perpustakaan
Kunjungan perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa
mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan
agar dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap pelajaran.
Walaupun pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana
mana, namun tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang
lengkap adalah perpustakaan.
4. Kebiasaan Menghadapi Ujian
Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa
dilakukan mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu
dapat dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal
mengikuti pelajaran, siswa tersebut.

9
2.1.4 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall
pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan
bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Spiritual berasal dari
bahasa Latin spiritus yang berarti prinsip yang memvitalisasi suatu
organisme. Sedangkan, spiritual berasal dari bahasa Latin sapientia
(sophia) dalam bahasa Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan
Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa
spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan
aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki
spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan
pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi
mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap
peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan
memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan
melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Sinetar (2000) dalam Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas
yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia
menjadi bagian di dalamnya. Menurut Khavari (2000) dalam Rachmi
(2010) kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non-material atau
jiwa manusia. Kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan
dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu
menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan
yang abadi. Menurut Abdul Wahab & Umiarso (2011 : 52) dalam
Panangian (2012) Kecerdasan Spritual adalah kecerdasan yang sudah ada
dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup
penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah
merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai.

10
Ginanjar (2001) dalam Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola
pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah. Menurut
Ginanjar (2005:47) Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk
memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta
mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.
Prinsip- prinsip Kecerdasan Spiritual menurut Agustian (2001) dalam
Rachmi (2010), yaitu:
1. Prinsip Bintang
Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Tuhan
yang Maha Kuasa. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk
Tuhan dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya
sendiri.
2. Prinsip Malaikat (kepercayaan)
Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat.
Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai dengan sifat
malaikat yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala
perintah Tuhan yang Maha Kuasa.
3. Prinsip Kepemimpinan
Prinsip kepemimpinan adalah pada Agama Islam yaitu prinsip
berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus
memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang
sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang
dihormati oleh semua orang.
4. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab.
Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan
mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan
menjadikan kitab suci sebagai pedoman dalam bertindak.

11
5. Prinsip Masa Depan
Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada
”hari akhir”.Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya
”hari akhir” dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap
setiap tindakan yang dilakukan.

2.2 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual merupakan suatu metode yang menjelaskan
bagaimana hubungan dengan faktor-faktor penting yang mencerminkan
keterkaitannya anatara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk
menyelesaikan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Kerangka
konseptual dalam hal ini akan menghubungkan antara variabel-variabel
penelitian, yakni variabel independen dengan variabel dependen.

Kecerdasan
Emosional (X1)
Pemahaman
Motivasi Belajar (X2) Akuntansi
Keperilakuan (Y)

Kecerdasan Spiritual
(X3)

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang dikategorikan penelitian
kuantitatif dimana dalam penelitian kuantitatif akan diketahui sejauh mana
variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen. Dalam
penelitian ini pemahaman akuntansi keperilakuan menjadi variabel dependen.
Kecerdasan emosional, motivasi belajar dan kecerdasan spiritual menjadi
variabel independen.

3.2 Objek Penelitian


Adapun objek yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 3 objek yaitu
Kecerdasan emosional, motivasi belajar dan kecerdasan spiritual. Dalam
penelitian ini objek yang menjadi variabel independen adalah kecerdasan
emosional, motivasi belajar dan kecerdasan spiritual. Sedangkan variabel
dependennya yaitu pemahaman akuntansi keperilakuan.

3.3 Sumber dan Jenis Data


3.3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu diperoleh dengan survey lapangan dengan menggunakan semua
pengumpulan data original.
3.3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder dalampenelitian ini berupa data tentang pemahaman
mata kuliah akuntansi keperilakuan mahasiswa ITB Widya Gama
Lumajang.

13
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa S1 yang
masih aktif Jurusan Akuntansi Institut Teknologi dan Bisnis Widya
Gama Lumajang
3.4.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling, yaitu “teknik pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan
tertentu.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Konseptual


3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel independen sering juga disebut variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Menurut (Sugiyono,2015:64)
dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah sebagai
berikut:
1 = Kecerdasan Emosional
2 = Motivasi Belajar
3 = Kecerdasan Spiritual
Varibel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independen (variabel bebas). Menurut (Sugiyono, 2015:64) dalam
penelitian ini yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y)
adalah Pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan.

3.5.2 Definisi konseptual


a. Kecerdasan Emosional
Menurut Meyer (1990), Kecerdasan Emosional adalah kemampuan
untuk memahami perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi,

14
yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup
seseorang.
b. Motivasi Belajar
Suwardjono (2004) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi
merupakan suatu pilihan strategi dalam mencapai tujuan individual
seseorang.
c. Kecerdasan Spiritual
Sinetar (2000) dalam Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan,
efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang
semua manusia menjadi bagian di dalamnya.
d. Akuntansi Keperilakuan
Lubis, (2017:20) mendefinisikan akuntansi keperilakuan sebagai
subdisiplin ilmu akuntansi yang melibatkan beberapa aspek
keperilakuan manusia yang berkaitan dengan proses dalam
kegiatan pengambilan sebuah keputusan ekonomi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul . Wahab dan Umiarso, 201 1. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan


Spiritual. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Budhiyanto, Suryanti J. Dan Nugroho, Ika P., 2004, “Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Jurnal Ekonomi
Bisnis, Vol. X, No.2, Hal.260-281.
Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Lubis, Ade Fatma, Arifin Akhmad, dan Firman Syarif. 2007. Aplikasi
SPSS(Statistical Product And Service Solutions) untuk Penyusunan Skripsi
dan Tesis . USU Press, Medan.
Sinetar, M. 2000. Spiritual Intelligence : Belajar dari anak yang Mempunyai
kesadaran dini. (Boedidarmo, penerj). Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. ALFABETA, Bandung.
Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar : Proses Penciptaan Data Pendekatan
Sistem. BPFE, Yogyakarta.
Zakiah, Farah. 2013. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional
Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun 2009 di Universitas
Jember). Skripsi. Universitas Jember.
Zohar, Danah dan Marshall ian, 2001. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai hidup. Terjemahan.
Rahmani Astuti. Mizan, Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai