Uts Akuntansi Keperilakuan
Uts Akuntansi Keperilakuan
Dosen Pengampu :
Dr.Ratna Wijayanti, S.E.,M.M
Disusun Oleh :
DITA ANGGRAENI (218133076)
2021
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Fenomena yang terjadi menurut KEMENKER (Kementrian Ketenaga
kerja Republik Indonesia) menunjukan bahwa mayoritas atau lebih dari 60%
lulusan sarjana di tanah air bekerja di area yang tidak sesuai dengan
jurusannya dikarenakan ilmu yang telah dipelajari selama 4 sampai 5 tahun
masa kuliah tidak terpakai secara optimal. Pendidikan akuntansi yang
diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa
agar dapat bekerja sebagai akuntan profesional yang memiliki pengaruh
dibidang akuntansi untuk mengkasilkan lulusan yang berkualitas pada sistem
pendidikannya (Mawardi, 2011).
Kecerdasan emosional,motivasi belajar dan kecerdasan spiritual sangat
mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa. Roestiah (dalam
Hanifah dan Syukriy, 2001) bependapat bahwa, belajar yang efisien dapat
dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan
waktu yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok
ataupun untuk mengikuti ujian. Kecerdasan emosional (Goleman, 2000)
merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan
pengaruh yang manusiawi.
Goleman (2005) yang mengadaptasi model Salovey–Mayer membagi
kecerdasan Emosional (EQ) ke dalam lima unsur yang meliputi : kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi,empati, dan kecakapan dalam membina
hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut di kelompokkan ke dalam
dua kecakapan, yaitu: Kecakapan pribadi, yang meliputi kesadaran diri,
pengaturan diri, dan emosi,serta Kecakapan sosial, yang meliputi empati dan
keterampilan sosial. Yani (2011) menyatakan kecerdasan intelektual
merupakan kecerdasan yang sangat dibutuhkan dalam keberhasilan seseorang,
kecerdasan intelektual tetap mempengaruhi pola fikir seorang mahasiswa.
karena kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang
dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara
rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya.
Zohar dan Marshall (2002) dalam Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo
(2006), menegaskan bahwa kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan
2
dengan agama. Kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai spesifik dan
budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang
pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara
pengungkapan kecerdasan spiritual melalui agama formal sehingga membuat
agama menjadi perlu. Agustian (2005) memberikan makna berbeda dengan
nilai Danah Zohar dan Ian Marshall, yang menyatakan kecerdasan spiritual
terkait dengan masalah ketuhanan atau agama. Kecerdasan manusia terwujud
karena adanya dorongan suara hati (fitrah) yang bersumber dari Allah dengan
unsurunsur sifat Tuhan atau God-Spot, menjadikan manusia memiliki
ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial dalam mewujudkan kesuksesan
manusia.
Napitupulu (2009), hasil penelitiannya adalah Kecerdasan Intelektual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
mahasiswa. Hasil berbeda ditemukan pada penelitian Dwijayanti (2009),
bahwa kecerdasan intelektual tidak berpengaruh positif pada pemahaman
akuntansi. Rokhana dan Sugeng Sutrisno (2016) hasil penelitian menunjukan
bahwa perilaku belajar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi, namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan
Widyawanti, dkk (2014) yang menyatakan bahwa perilaku belajar tidak
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Selanjutnya, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rachmi (2010) yang menyatakan bahwa
kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Namun
hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yangdilakukan
oleh dwijayanti (2009).
Dari pemaparan diatas membuat peneliti tertarik untuk menganalisis
pengaruh kecerdasan emosional, motivasi belajar dan kecerdasan spiritual
dalam mempengaruhi tingkat pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan.
Penelitian ini akan membuktikan pengaruh kecerdasan emosional, motivasi
belajar dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi keperilakuan
dan mengambil judul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi Belajar dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi
Keperilakuan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas perumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman mata
kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB Widya Gama
Lumajang ?
2. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap pemahaman mata kuliah
akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB Widya Gama Lumajang?
3. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman mata
kuliah akuntansi keperilakuan pada mahasiswa ITB Widya Gama
Lumajang ?
4
2. Bagi Akademik
Penelitian ini memberikan masukan dalam rangka pengembangan
Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan Perilaku Belajar serta
juga melihat sejauh mana mahasiswa dalam memperoleh Pemahaman
Akuntansi yang baik dan sempurna.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkandapat memberikan tambahan wawasan
pengetahuan serta dapat dijadikan referensi untukpenelitian yang serupa
dimasa yang akan datang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Menurut American Accounting Association , 1966 (Halim, 2012 :
10), Mendefinisikan Akuntansi sebagai proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari suatu organisasi atau entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang memerlukan.
Menurut Accounting Principle Board, 1970), Mendefenisikan Akuntansi
sebagai suatu kegiatan yang fungsinya menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi
yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi
6
membuat pilhan – pilihan nalar diantara berbagai alternative arah
tindakan.
Menurut Suwarjono (2002), akuntansi dapat didefenisikan
sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan pelaporan
transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan.
Pengertian seni dalam defenisi tersebut dimaksudkkan untuk
menunjukkan bahwa akuntansi bukan ilmu pengetahuan eksakta, karena
dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur
pertimbangan (judgement).
Pemahaman Akuntansi
Pemahaman akuntansi menurut Munawir (2004) dalam Mawardi
(2011) terdiri dari tiga konsep dasar bagian utama yaitu aktiva, hutang
dan modal. Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan
perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-
pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered changes) atau biaya yang
masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta
aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset) misalnya goodwill,
hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pemahaman akuntansi
merupakan sejauh mana kemampuan untuk memahami akuntansi baik
sebagai seperangkat pengetahuan (body of knowledge) maupun sebagai
proses atau praktik. Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka yang diberikan oleh dosen.
7
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang
hebat, dan meluap – luap. Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa
emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran – pikiran yag khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Istilah “ Kecerdasan Emosional “ Pertama kali
dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikologi Peter Salovey dari Harvard
University dan John Mayer of New Hampshire untuk menerangkan
kualitas – kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Menurut Meyer (1990), Kecerdasan Emosional adalah
kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan untuk mengatur
emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup
seseorang. Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2005) dalam
Zakiah (2013), menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai
rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi
seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau sebarapa tinggi
sukses yang dicapainya dalam hidup. Goleman (2005) menyatakan
bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan
inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi
biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan
orang dalam bekerja. Menurut Ginanjar (2005 : 23) Kecerdasan
Emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang
lain rasakan, termasuk tepat untuk menangani masalah.
Menurut Mubayidh (2006), kecerdasan Emosional adalah
“kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional
dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya.
8
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri.
Pengendalian proses belajar lebih penting dari pada hasil atau nilai ujian.
Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi
logis dari proses tersebut.
Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri seberti
berikut ini:
1. Kebiasaan Mengikuti Pelajaran
Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang
mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat
dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan
mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan
penjelasan dosen, membuat catatan, dan keaktifan di kelas.
2. Kebiasaan Membaca Buku
Membaca buku merupakan merupakan ketrampilan membaca yang
paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan membaca harus
di budidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat bertambah dan
dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari suatu
pelajaran.
3. Kunjungan Ke Perpustakaan
Kunjungan perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa
mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan
agar dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap pelajaran.
Walaupun pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana
mana, namun tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang
lengkap adalah perpustakaan.
4. Kebiasaan Menghadapi Ujian
Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa
dilakukan mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu
dapat dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal
mengikuti pelajaran, siswa tersebut.
9
2.1.4 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall
pada pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan
bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Spiritual berasal dari
bahasa Latin spiritus yang berarti prinsip yang memvitalisasi suatu
organisme. Sedangkan, spiritual berasal dari bahasa Latin sapientia
(sophia) dalam bahasa Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan
Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa
spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan
aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki
spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan
pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi
mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap
peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan
memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan
melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Sinetar (2000) dalam Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas
yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia
menjadi bagian di dalamnya. Menurut Khavari (2000) dalam Rachmi
(2010) kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non-material atau
jiwa manusia. Kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan
dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu
menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan
yang abadi. Menurut Abdul Wahab & Umiarso (2011 : 52) dalam
Panangian (2012) Kecerdasan Spritual adalah kecerdasan yang sudah ada
dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup
penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah
merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai.
10
Ginanjar (2001) dalam Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola
pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah. Menurut
Ginanjar (2005:47) Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk
memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta
mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.
Prinsip- prinsip Kecerdasan Spiritual menurut Agustian (2001) dalam
Rachmi (2010), yaitu:
1. Prinsip Bintang
Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada Tuhan
yang Maha Kuasa. Semua tindakan yang dilakukan hanya untuk
Tuhan dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan melakukannya
sendiri.
2. Prinsip Malaikat (kepercayaan)
Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada Malaikat.
Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai dengan sifat
malaikat yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala
perintah Tuhan yang Maha Kuasa.
3. Prinsip Kepemimpinan
Prinsip kepemimpinan adalah pada Agama Islam yaitu prinsip
berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin harus
memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin yang
sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati yang
dihormati oleh semua orang.
4. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada kitab.
Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan
mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan
menjadikan kitab suci sebagai pedoman dalam bertindak.
11
5. Prinsip Masa Depan
Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada
”hari akhir”.Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang, disertai keyakinan akan adanya
”hari akhir” dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap
setiap tindakan yang dilakukan.
Kecerdasan
Emosional (X1)
Pemahaman
Motivasi Belajar (X2) Akuntansi
Keperilakuan (Y)
Kecerdasan Spiritual
(X3)
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa S1 yang
masih aktif Jurusan Akuntansi Institut Teknologi dan Bisnis Widya
Gama Lumajang
3.4.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling, yaitu “teknik pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria yang digunakan sebagai pertimbangan
tertentu.
14
yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup
seseorang.
b. Motivasi Belajar
Suwardjono (2004) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi
merupakan suatu pilihan strategi dalam mencapai tujuan individual
seseorang.
c. Kecerdasan Spiritual
Sinetar (2000) dalam Rachmi (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan,
efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang
semua manusia menjadi bagian di dalamnya.
d. Akuntansi Keperilakuan
Lubis, (2017:20) mendefinisikan akuntansi keperilakuan sebagai
subdisiplin ilmu akuntansi yang melibatkan beberapa aspek
keperilakuan manusia yang berkaitan dengan proses dalam
kegiatan pengambilan sebuah keputusan ekonomi.
15
DAFTAR PUSTAKA
16