Anda di halaman 1dari 17

MOTIVASI DAN EMOSI

Dosen Pengampu:

Anggi Anggraeni, M.Psi.,Psikolog

Disusun oleh :

Indah Handayanti (200209117)

Indira Annisa Salwa (200209118)

Luki Herdiansyah (200207134)

Psikologi D

Universitas Muhammadiyah Bandung


Jl. Soekarno-Hatta No.752, Cipadung Kidul, Kec. Panyileukan, Kota Bandung, Jawa Barat
40614
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul berjudul “Motivasi dan Emosi“ tepat waktu.

Makalah Motivasi dan Emosi disusun guna memenuhi tugas Ibu Anggi Angraeni, M.Psi,. pada
Psikologi di Universitas Muhammadiyah Bnadung. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Motivasi dan Emosi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Anggi Angraeni, M.Psi., selaku
dosen pengampu. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 18 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….. 1

Daftar Isi…………………………………………………………………….…... 2

BAB 1: PENDAHULUAN……………………………………………………… 4

BAB 2: PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 5

Motivasi………………………………………………………………………….. 5

Motif dari Emosi…………………………………………………………………. 5

Lingkaran Motivasi………………………………………………………………. 7

Hakikat Emosi…………………………………………………………………… 11

Teori-teori Emosi…………………………………………………………...……. 11

Perkembangan Emosi…………………………………………………………….. 12

Gangguan Emosi……….…………………………………………………………. 12

Agresi sebagai Reaksi Emosional…………………………………………………. 14

Teori-teori Agresi………………………………………………………………….. 15

BAB 3: PENUTUPAN…………………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….17
BAB 1

PENDAHULUAN

Stres dapat dialami oleh siapa saja, baik stres didunia kerja maupun di dunia pendidikan.
Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan perguruan
tinggi. Stres yang dialami oleh mahasiswa dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, misalnya
banyaknya deadline atau tuntutan tugas dan tekanan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Motivasi adalah keadaan yang ada dalam diri individu untuk mendorong individu
berperilaku kearah tujuan. Sukmadinata (2003), menyebutkan bahwa motivasi merupakan
kekuatan yang menjadi pendorong perilaku individu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam perilaku individu yaitu akan mempengaruhi
kekuatan dari perilaku tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh tujuan.

Motivasi yang berhubungan erat dengan pendidikan adalah motivasi berprestasi.


kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan
prestasi yang baik, memecahkan masalah yang dihadapi dan mengerjakan tugas dengan cepat
dan sebaik-baiknya. Istilah ini kemudian dikembangkan oleh McClelland yang membagi
motivasi manusia menjadi tiga jenis, yaitu motivasi untuk berafiliasi (berhubungan dengan orang
lain, motivasi untuk berkuasa, dan motivasi untuk berprestasi.

Atkinson (dalam Djaali, 2012), mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup


manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan,
melatih kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang
baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau
melampaui standar keunggulan.

Motivasi berprestasi adalah keinginan atau dorongan seseorang mengatasi tantangan atau
rintangan dan memecahkan masalah, bersaing secara sehat, mampu menghasilkan suatu karya
serta akan berpengaruh pada prestasi kerja serta mampu mencapai suatu prestasi setinggi
mungkin dan mampu mengerjakan tugas yang diberikan guna mencapai kesuksesan bagi
individu itu sendiri serta adanya dorongan baik dan positif dari lingkungan sekitar.

Djaali (2008), menyebutkan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dua macam
faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari tujuan yang ditetapkan,
harapan yang diinginkan, cita-cita, harga diri yang tinggi, rasa takut untuk sukses, dan potensi
dasar yang dimiliki. Faktor ekstrinsik terdiri dari faktor situasional, norma kelompok, serta
resiko yang ditimbulkan sebagai akibat dari prestasi yang diperoleh.
BAB 2
PEMBAHASAN

Motivasi
A. Studi Ilmiah Tentang Motivasi Manusia

David C. McClelland dalam bukunya The Achieving Society (1916), para filsuf barat
mengkaji alasan dan hasrat sebagai dua unsur yang berbeda dalam pikiran manusia. Unsur
“hasrat”, kata McClelland, merupakan jenis “kekuatan yang bersifat mendorong”, yang sering
bertentangan dengan alasan, tetapi akhirnya selalu di control oleh alasan tersebut.

Pada pertengahan abad ke-19, studi mengenai motivasi manusia, saat iu sangat dipengaruhi
oleh karya-karya biology Inggris, Charles Darwin, bahwa manusia dianggap sebagai makhluk
yang terlibat dalam pegulatan keras dengan alam untuk dapat bertahan hidup.

Para biolog dan psikologi menyatakan bahwa hasrat seperti itu secara mekanis dikendalikan
oleh tubuh manusia dan berbagai kebutuhan badniah, apabila tidak terpenuhi, akan
menggerakkan tanda-tanda bahaya tertentu yang akan mengganggu tubuh hingga kebutuhan
tersebut terpenuhi. Contohnya adalah kebutuhan makanan. Jika tidak memperoleh makanan kita
tidak akan bertahan hidup. Oleh karena itu, tubuh kita dilengkapi tanda-tanda bahaya (seperti
adanya dorongan rrasa lapar) yang akan bekerja apabila tubuh memerlukan makanan dan akan
berhenti saat kebutuhan makanan sudah terpenuhi.

Rasa lapar merupakan motivator yang kuat yang pernah dialami oleh semua orang. Para ahli
psikologi membedakan antara makan dan alasan untuk makan bahwa jika kekuatan rangsangan
lapar itu diukur dengan jumlah jam tanpa makanan. Para psikologi cenderung membedakan
antara motivasi dan tindakan, rasa lapar dan makanan, hasrat untuk berprestasi dan prestasi nyata
itu sendiri.

Baru-baru ini para psikologi tertarik pada perilaku manusia dan motif-motif sosial yang dapat
melengkapi tinjaun yang lebih bersifat holistik. Seorang psikolog, R.S. Woodworth (Effendy,
1983: 71-73), telah mengadakan eksperimen mengenai materi ini, salah satunya adalah
pesaingan, eksperimen kedua adalah dengan cara bersaing sendiri (self competition), eksperimen
ketiga adalah dengan cara “membuat jarak (pace making)” .

B. Motif dari Motivasi

Motif merupakan pengertian yang melingkupi pergerakkan. Motif manusia dapat bekerja
secara sadar dan tidak sadar. Motif manusia merupkn dorongan, hasrat, keinginan, dan
tenagapenggerakan lainnya, yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu.
Misalnya, kita makan tiga kali sehari dan tiur setiap malam dengan motif memenuhi
kebutuhan makanan dan istirahat.

Pendapat mengenai pengertian motif:

1) Sherif dan sheriff menyebut motif sebagai suatu istilah generic yang meliputi semua
faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku ang bertujuan, semua
pengantar internal, kebutuhan yang berasal dari dari fungsi-fungsi orgnisme dorongan
dan keinginan, yang bersumber dari fungsi tersebut.
2) Giddes (1991: 64) mengartikan motif sebagai implus atau dorongan yang
memberikan energy pada tindakan manusia sepanjang lintasan kohnitif kea rah
pemuasan kebutuhan. Motif tidak harus diapresiasikan secara sadar, ia lebih
merupakan suatu “keadaan perasaan”.
3) Nasution .M.A. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
4) Harold dan kawan-kawan (1980: 632), mengutip pendapat berelson dan steiner,
bahwa “is an inner state that energizes, activates, or moves (hence ‘motivation’), and
that directs or channles behavior toward goals”.
5) Guralnik (1979: 314) motif: suatu perangsang dari dalam, suau gerak hati, dan
sebagainya, yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.
6) R.S. Woodworth, motif sebagai suatu set yang dapat atau muah menyebabkan
induvidu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (berbuat sesuatu) dan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Dengan demikian, motif adalah tujuan. Tujuan ini disebut insentif. Insentif diartikan
sebagai tujuan yang menjadi arah suatu kegiatan yang bermotif. Walaupun terdapat perbedaan
pendapat pada dasarnya Motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari sesuatu
mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Jadi, motif adalah suatu dorongan atau
alasan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, atau besikap tertentu.

Motivasi membangkitkan motif, membangkitkan gaya gerak, atau menggerakan


seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu keputusan atau
tujuan. Dalam suatu motif terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur atau kebutuhan dan unsur
tujuan. Kedua unsur ini terjadi di dalam diri manusia, namun dapat di peroleh oleh hal-hal di luar
diri manusia. Misalnya, keadaan cuaca.

Dalam pandangan Dister, setiap tingkah laku manusi merupakan buah dari hubungan
dinamika timbal-balik antara tiga faktor.

1) Sebuah gerak atau dorongan yang spontan dan alamiah terjadi pada manusia.
Dorongan ini timbul dengan sendirinya. Dorongan ini tik dikerjakan manusia dengan
“tahu dan mau”.
2) Ke-kaku-an manusia sebagai inti kepribaddiannya
Berkat ke-aku-annya, manusia bersifat bebas dan dapat melaksanakan atau menolak apa
yang terjadi pada dirinya. Dunia atau lingkugan, adalah buah hasil dari pertukaran antara
pengalaman batin manusia dan hal-ihwal diluar diri manusia.

C. Lingkaran Motivasi (Motivational Cycle)

Tingkah laku bermotivasi itu dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian atau tujuan agar
suatu kebutuhan terpenuhi.

1. Kebutuhan

Motif juga merupakan orientasi kognitif elemneter yang diarahkan pada pemuasan
kebutuhan. Pada umumnya para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia juga tergerak
untuk menumbuhkan, menentukan, dan saling berbagi. Menurut maslow, kebutuhan dasar
(fisik, dan rasa aman) harus lebih dulu dipenuhi sebelum beranjak pada pemenuhan
kebutuhan psikologis.

2. Teori-teori Kebutuhan
a. Hierarki kebutuhan Maslow
Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator)
membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Terdapat lima tingkat kebutuhan
1) Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling jelas karena kebutuhan ini untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan makanan, minuman, tempat
berteduh, seks, tidur, dan oksigen. Maslow berpendapat, keyakinan kaum behavioris
bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis memiliki pengaruh yang besar pada tingkah
laku manusia hanya dapat membenarkan sejauh kebutuhan-kebutuhan itu tidak
terpuaskan. Menurut maslow, selama hidupnya, praktis manusia selalu
mendambakan sesuatu.
2) Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yaitu kebutuhan keamanan jiwa dan
kebutuhan keamanan harta. Dalam pandangan maslow kebutuhan rasa aman sudah
dirasakan induvidu sejak kecil ketika ia mengeksplorasi lingkungannya. Orang
dewasa yang merasa tidak aman atau neurotik, bertingkah laku sama seperti anak-
anak yang tidak aman. Kata “maslow” orang semacam ini “bertingkah laku seakan-
akan selalu dalam keadaan teramcam bencana besar.”
3) Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki (belongingness and love needs)
Kebutuhan ini muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi secara rutin.
Rasa saling menyayangi dan rasa diri terikat antara satu dan lainnya, terutama dalam
keluarga sendiri. Maslow mengatakan bahwa kita semua membutuhkan rasa diingini
dan diterima oleh orang lain. Maslow mwmbedakan kebutuhan ini dengan B-love
karena memiliki tingkat yang lebih tinggi.
4) Kebutuhan Perhargaan (esteem needs)
Kebutuhan penghargaan sering diliputi frustasi dan konflik pribadi karena yang
diinginkan orang bukan hanya perhatian dan pengakuan dari kelompoknya,
melainkan juga kehormatan dan status yang memerlukan standar moral, sosial, dan
agama. Maslow membagi kebutuhan ini dalam dua jenis, pertama, penghargaan yang
didasarkan atas aspek terhadap kemampuan, kemandirian kita sendiri. Kedua,
penghargaan yang didasarkan atas penilaian orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs)
Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Tujuan maslow
adalah mempelajari berapa banyak potensi yang dimiliki manusia untuk dapat
berkembng dan mengungkap manusia sepenuhnya. Prasyarat untuk mencapai
alkutualisasi diri adalah terpuaskannya berbagai kebutuhan yang lebih rendah. Faktor:
Pertama, alkualisasi merupakan kebutuhan naluriah yang paling lemah sehingga dapat
dengan mudah dikuasai oleh kebiasaan. Kedua, orang-orang sering takut untuk
mengetahui diri sendiri yang sebenarnya penting untuk akualisasi diri. Ketiga,
akualisasi pada umumnya memerlukan lingkungan yang memberikan kebebasan
kepada seseorang bebas untuk mengungkapkan dirinya, menjelajah, memilih
perilakunya, keadilan, dan kejujuran. Pada dasarnya kebutuhan akualisasi diri berbeda
pada setiap orang, artinya akualisasi diri antara orang yang satu berbeda dengan orang
lain.
b. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)
Alderfer (1972) mengemukakan tiga kategori kebutuhan yaitu exsistence (E) atau
ekistensi, relatedness (R) atau keterkaitan, dan growh (G) atau pertumbuhan. Eksistensi
meliputi kebutuhan fisiologi. Kebutuhan keterkaitan menyangkut hubungan dengan
orang-orang yang penting bagi seseorang,seperti anggota keluarga. Kebutuhan
partumbuhan meliputi keinginan untuk produktif dan kreatif dengan mengerakkan
segenap kesanggupan. Konsep kebutuhan ERG merupakan penghalusan dari sistem
kebutuhan maslow, namun berbeda dalam 2 aspek. Pertama, ide hierarki tidak
dimasukkan. Kedua, meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut dapat
berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan. Suatu kebutuhan yang sudah
terpenuhi dapat terus berlangsung menjadi motivator. Sebaliknya, kebutuhan akan
keterkaitan dan pertumbuhan dapat meningkat ketika terpenuhi.
c. Teori Motivasi Dua Faktor
Frederick Herzbeng (1966) menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan
memperkenalkan teori motivasi dua fakor. Perbedaan menurut Herzberg teori motivasi
kerjanya paling dikenal, digunakan, dan dibicarakan. Dengan menggunakan teknik
insiden kritis, Herzberg mengumpulkan data kepuasan dan ketidakpuasan orang dalam
pekerjaan mereka. Analisis, menimbulkan dua faktor atau perangkat kegiatan yang
memuaskan kebutuhan manusia.

1) Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja disebut motivator. Meliputi


prestasi, penghargaan, tanggung jawab. Apabila faktor ini ditanggapi secara
positif pegawai cenderung merasa puas, jika tidak pegawai akan kekurangan
motivasi yang berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka.
2) Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja, atau faktor
pemelihraan (maintenance) atau kesehatan (hygiene). Meliputi gaji,
pengawasan, keamanan kerja. Apabila faktor ini ditanggapi positif, pegawai
tidk mengalami kepuasan atau tampak termotivasi, jika tidak ada maka
pegawai akan merasa tidak puas.

d. Teori Desakan kebutuhan murray


Menurut murray kebutuhan-kebutuhan manusia berdiri sendiri-sendiri, terpisah
dari yang lain. Untuk mengetahui apa yang memotivasi, kita harus mengukur kekuatan
semua kebutuhannya yang penting, bukan hanya menentukan tingkat yang telah
dicapainya dalam suatu hierarki atau jenjang kebutuhan.
Teori motivasi kebutuhan Herry A. Murray (1983) yang dinamikan teori
kebutuhan manifestasi atau teori desakan kebutuhan. Setiap orang dianggap memiliki
jenis kebutuhan yang berbeda yang memengaruhi perilaku. Definisi kebutuhan disini
adalah “perhatikan sekarang untuk mencapai suatu sasaran.” Masing-masing kebutuhan
terdiri atas 2 komponen yaitu, komponen kualitatif atau arah yang mencakup sasaran
yang dibidik kebutuhan, komponen kuantitatif atau energy yang terdiri atas kekuatan
kebutuhan menuju sasarannya.

e. Teori Kebutuhan Untuk Berprestasi McClelland


McClellend adalah seorang ahli psikologi sosial yang terkenal dengan
pemikirannya mengenai kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement). Menurut
David McClelland, untuk membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting
adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut.
Kebutuhan untuk berprestasi menurut McClellad, adalah suatu daya dlam mental
manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dn
lebih efesien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.

f. Teori Harapan Vroom


Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan jenis-jenis
pilihan yang dibuat orang untuk mencapai tujun. Teori harapan memilik 3 asumsi pokok
(pace dab paules, 1998 124-125)
1) Setiap induvidu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan
memperoleh hal tertentu.
2) Setiap hasil mempunyai nilai atau aya tarik bagi orang tertentu. Hal ini disebut
valensi (valance).
3) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit
mencapai hal tersebut. Hal ini disebut harapan usaha (effort expectancy).

Motivasi, menurut Pace dan Paules (1998: 125), dengan mengombinasikan ketiga prinsip
ini. Orang akan termotivasi apabila ia percaya bahwa perilaku tertentu akan
menghasilkan hasil tertentu, hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, hasil tersebut
dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.

3. Tingkah Laku
Tingkah laku ini dipergunakan sebagai cara atau alat agar suatu tujuan dapat
tercapai. Tujan tertentu tiak selalu diketahui secara sadar oleh seorang induvidu. Semua
perilaku merupakan serentetan kegiatan. Sebagai manusia kita selalu melakukan sesuatuu
seperti berjalan-jalan, berbicara, makan, tidur, dan bekerja.
Melihat, merasakan, memimpikan, memikirkan, mengingat, semuanya adalah
proses yang diasumsikan berlangsung dari semacam tingkah laku yang dapat
diobservasikan secara langsung.
Emosi

A. Hakikat Emosi
Menurut Wiliam James (wedge, 1995), emosi adalah kecenderungan untuk
memiliki perasaan yang khas apabila berhadapan dengan objek tertentu dalam
lingkungannya. Crow dan Crow (1962) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang
bergejolak pada diri induvidu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari
dalam) terhap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan induvidu.
Coleman dan Hammen menyebutkan, terdapat empat fungsi emosi. Pertama,
emosi adalah pembangkitan energi (energizer). Kedua, emosi adalah pembawa informasi
(messenger). Ketiga,emosi bukan hanya pembawa informasi dalam komunikasi
interpersonal, melainkan juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Keempat,
emosi merupakan sumber informasi tengtang keberhasilan kita.

B. Teori-teori Emosi
1. Teori emosi dua faktor Schachter-Singer
Schachter dan singer memulai analisis mereka dengan mempertanyakan pandangan
(yang dikemukakan oleh wiliam james dkk). Bahwa emosi tertentu merupakan fungsi
dari reaksi-reaksi tubuh tertentu.
2. Teori Emosi James-Lange
Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologi.
Wiliam james (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark,
telah mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan. Menurut teori ini, emosi
adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang dating dari luar. Emosi
menurut kedua ahli ini, terjadi karena adanya perubahan pada sistem otot-otot.
James melihat empat langkah dalam proses terjadinya suasana emosional, yaitu
kejadian itu dipahami, implus bergerak dari sistem saraf pusat ke otot, sensasi yang
disebabkan perubahan bagian tubuh disalurkan kembali ke otak, implus baik
dipahami oleh otak setelah ikombinasikan dengan persepsi stimulus pertama dan
menghasilakn “objek dirasakan secara emosional”. Ucap james, bukan penilaian yang
menyebabkan suasanan emosional, melainkan reaksi tubuh terhadap interprestasi ini.
3. Teori “Emergency” Cannon
Cannon menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk
mengatasi keadaan yang genting. Teori ini menyebutkan, emosi timbul bersama-sama
dengan reaksi fisiologis.

C. Perkembangan Emosi
Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan,
yang paling sukar untuk diklasifikasi adalah perkembangan emosional. Pada ssaat anak
baru lahir, saraf yang menghunbungkan otak baru dengan otak lama belum berkembang
secara penuh. Hubungan-hubungan penting pun belum berkembang secara penuh. Dalam
pertumbuhan normal, hubungan-hubungan saraf itu berkembang didalam otak baru dan
diantara orak baru dan otak lama. Respons-respons emosional berkembang melalui 4
jalan. Hal ini sesuai dengan 4 aspek emosi, yaitu (1) Stimulus, (2) Perasaan,(3) Respons-
respons internal, (4) Pola-pola tingkah laku.
Menurut Jersild (1954), perkembangan emosi selama masa kanak-kanak terjalin
sangat erat dengan aspek-aspek perkembangan yang lain. Emosi dapat juga diartikan
sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira,
bahagia, sedih, berani, takut, marah, haru dan sejenisnya.
Teori ini tidak dapat menjelaskan alasan bahwa pada suatu waktu peristiwa
tertentu membawa kesedihan, tetapi tidak demikian pada saat lain. Menurut pandangan
ini, tekanan emosional dapat dihilangkan jika masalah “penyebab” ketegangan tersebut
dihilangkan,
Menurut Bertand Rusell, lingkungan emosional yang tepat bagi seorang anak
merupakan suatu hal yang sulit dan tentu bervariasi menurut usia anak. Sepanjang masa
kanak-kanak, ada kebutuhan untuk merasa aman meskipun semakin berkurang. Anak
mempunyai dua kebutuhan yang berlawanan, yaitu keamanan dan kebebasan.

D. Gangguan Emosional
1. Teori Lingkungan
Teori ini mengnganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai
peristiwa yang menyebabkan timbulnya stress. Menurut Bertand Rusell, lingkungan
emosionl yang tepat bagi seorang anak merupakan suatu hal yang sulit dan tentu bervriasi
menurut usia anak. Sepanjang masa kanak-kanak, ada kebutuhan untuk merasa aman
meskipun semakin berkurang. Anak mempunyai dua kebutuhan yang berlawanan, yaitu
keamanan dan kebebasan, yang terakhir berangsur-angsur berkembang dengan berkurang
yang pertama.
2. Teori Afektif
Menurut pandangan ini, bukan lingkungan, seperti ayah yang menimbulkan
gangguan, melainkan perasaan bawah sadar anak. Ketidaksengajaan hanya dapat dicapai
apabila perasaan tersebut dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seseorang yang
tidak akan menghukum anak tersebut atas keinginan-keinginannya yang berbahaya.
3. Teori Kognitif
Menurut teori ini, penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah
kita atau pe-rasaan bawah sadar kita terhadap masalah tersebut, yang disadari atau tidak
disadari terhadap masalah-masalah yang kita hadapi. Menurut Hauck (1967), perbaikan
emosional mencakup 3 hal. Pertama, kita harus memperlihatkan kepada anak anggapan-
anggapan yang salah. Kedua menunjukan melalui nalar bahwa bukan perilakunya,
melainkan reaksinya terhaap orang tuanya. Ketiga, dinasehati agar bersikap lebih manis
dan dapat bekerja sama.

4. Macam-macam Emosi
Dibagi menjadi 4 macam, yaitu takut, marah, cinta, depresi.
1. Takut
Rasa takut merupakan salah satu ketakutan utama yag mendorong dan
menggerakkannnya. Reaksi yang timbul di dalam induvidu, lalu menggerakkan
induvidu untuk melindungi diri terhadap rangsangan atau bahaya dari luar,
menjauhkan diri dari sesuatu yang dapat menyakiti diri. Menurut Alisjahbana, anak-
anak dibawah umur 6 tahun, rasa takut akan kehilangan dukungan dan bimbingan dari
orang tua sangat mendalam.
2. Marah
Bentuk-bentuk kemarahan yang banyak kita hadapi adalah pada anak yang berumur
sampai kira-kira 4 tahun. Kemarahan selalu berhubungan dengan dengan keadaan
tertentu. Kecenderungan agresif menyertai amarah. Konsepsi amarah sebagai keadaan
emosional yang berkembang dan dibentuk oleh kesadaran orang tentang perubahan
fisiologis. Menurut Berkowitz jika mempunyai gagasan dan ingatan agresif, kita
cennderung mempunyai perasaan dan reaksi-reaksi tubuh yang berhubungan dengan
agresif.
3. Cinta
untuk menimbulkan rasa cinta dan aman pada anak adalah degan mengungkapkan
rasa cinta secara terbuka dan terus terang. Cinta kasih ibarat fundamen pendidikan
secara keseluruhan.
Para ahli berpendapat bahwa pada garis besarnya faktor curahan kasih sayang orang
tua akan tampak pengaruhnya sejak bayi berusia 6 bulan.

5. Ekspresi dan Emosi

Wullur (1970:16) melukiskan ekspresi sebagai pernyataan batin seseorang dengan cara
berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan
menjelmakan perasaan atau buah pikiran. Menurut Wullur, ekspresi bersifat membersihkan,
membereskan. Dalam kaitannya dengan emosi, kita dapat membagi ekspresi emosional

1) Startle response atau reaksi terkejut


2) Ekspresi wajah atau suara (facial and vocal exspression)
3) Sikap dan gerak tubuh ( posture and gesture)
Bagi Atkinson, ekspresi wajah yang menyertai emosi jelas berfungsi mengomunikasikan
emosi tersebut.

6. Perasaan dan Emosi


Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai dungsi menilai, yaitu penilaian terhadap satu hal.
Prkataan emosi berasal dari kata emotus atau emovere, yang artinya mencerca (to stir up), yaitu
sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Pembagian perasaan menurut beberapa ahli.

 Max Scherler, dibagi menjai 4 golongan. Perasaan pengindraan, Perasaan vital, Perasaan
psikis, Perasaan pribadi.
 W. Stren. Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, perasaan yang bersangkutan
dengan masa lampau, perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang.
 E.B. Titchener, mempunyai beberapa ciri. Perasaan dapat dilihat intensitasnya, Perasaan
dapat dilihat kualitasnya, Perasaan menghinggapi seseorang untuk jangka waktu tertentu.

Watson menyatakan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai tiga emosi dasar,
1) Fear, berkembang menjadi anxiety (cemas).
2) Rage, berkembang menjadi anger (marah).
3) Love, berkembang menjadi simpati
Descartes mengemukakan emosi-emosi dasar sebanyak enam macam, yaitu desire, hate,
wonder, sorrow, love, joy.
Perasaan biasanya ditimbulkan oleh rangsangan yang datang dari luar dan
pengungkapan perasaan umumnya diarahkan pada lingkungan yang menimbulkan
dorongan atau ransangan tertentu dari dalam dan reaksinya ditujukan pada objek tertentu.

H. Agresi sebagai Reaksi Emosional


1. Apakah Agresi itu?
Sikap agresif adalah penggunaan hak sendiri dengan cara melanggar hak orang
lain. Singkatnya, orang yang agresif mempertahankan haknya dengan melukai orang lain.
Berkowitz (1993) mendefinisikan agresi sebagai “segala bentuk perilaku yang
dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental”. Berkowitz
membedakan agresi dalam 2 macam, yaitu agresi instrumental dan agresi benci.tujuan
dari sikap agresif adalah kemenangan, dengan jalan apapun dan harganya mahal.
2. Agresi pada anak
Agresi merupakan kekuatan hidup dan energi yang dapat bersifat membangun dan
menghancurkan. Agresi yang berlebihan banyak didapatkan pada anak yang orangtuanya
bersikap terlalu memanjakan, terlalu melindungi, atau terlalu bersifat kuasa serta
penolakan orangtua. Seorang anak memang memiliki bentuk primitif agresi, seperti
memukuldan menggigit. Membunuh sikap agresif pada anak, membuat ia “lumpuh”.
Mungkin ia akan menjadi sasaran dalam pergaulan.

Teori-teori Agresi

Dibagi dalam 2 kategori utama, yaitu teori-teori yang berpandangan bahwa agresi bersifat
naluriah, dan teori-teori yang tidak berpandang demikian. Sigmund freud berpendapat, bahwa
manusia mempunyai 2 naluri dasar. Naluri seksual atau libidio adalah naluri yang mendorong
manusia untuk mempertahankan hidup, mempertahankan jenis atau melanjutkan keturunannya.
Pada pihak lain , naluri agresif adalah naluri yang mendorong manusia untuk menghancurkan
manusia lain. Freud memiliki pandangan tentang agresif sebagai suatu sikap bermusuhan, suatu
energi agresif yang akan membangun dan bersikap kritis serta dapat berkembang menjadi suatu
perilaku yang kejam, bersifat merusak.

Teori lainnya dikemukakan oleh Konrad Lorenz Koeswara. Menguraikan agresif


sebagai suatu naluri perkelahian yang dicetuskan oleh isyarat tertentu di dalam
lingkungan. Meski ada perbedaan pandangan yang penting antara psychoanalytic dan
ethological tentang agresi, keduanya menganggap perilaku agresif sebagai sikap tidak
suka bersosialisasi (antisosial) yang diakibatkan oleh satu kecenderungan bawaan
bertindak untuk melakukan kekerasan. Seperti pandangan Bandura dan para ahli teori
lainnya (Parke & Slaby, 1983) meyakinkan bahwa "agresi "sebenarnya hanya merupakan
suatu anggapan sosial tentang berbagai tingkah laku, tidak terlepas dari pemahaman
dalam mengartikan suatu bentuk perilaku yang dilakukan kepada kita.

Applefield (1987), mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang disengaja yang


mengakibatkan atau mempunyai kemungkinan mengakibatkan penderitaan fisik atau
psikis pada orang lain atau kerusakan barang dan benda. Selanjutnya Bandura (1973),
menjelaskan lebih lanjut bahwa agresi adalah prilaku yang berakibat pada penderitaan
orang lain dan kerusakan barang atau benda. Penderitaan tersebut dapat bersifat psikis
maupun fisik.

1. Mengendalikan Emosi
Emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri kepada orang
lain. Menurut Wedge (1995), rahasia hidup bahagia dapat dinyatakan dalam suatu
kalimat singkat, “pilihlah emosi Anda seperti anda memiliki sepatu anda”. Artinya sepatu
jika pas berarti enak dipakai, tetapi jika tidak pas, dapat melecetkan kaki.
Peraturan untuk mengendalikan emosi (Mahmud, 1990).
1. Hadapilah emosi tersebut.
2. Jika mungkin, tafsirkanlah kembali situasinya
3. Kembagkanlah rasa humor dan sikap realistis
4. Atasilah secara langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi.

Emosi mempunyai daya gerak yang besar. Namun, kita dapat mengatur dan
mengarahkannya sedemikian rupa sehingga emosi tersebut menggerakkan kita ke arah
hidup yang lebih menyenangkan dan lebih efisien.

BAB 3

PENUTUP
Kesimpulan

Motivasi adalah kekuatan, tenaga, keadaan yang komleks, kesiap sediaaan dalam diri manusia
atau individu untuk bergerak (motion) kearah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak di
sadari. Sumber Motivasi yaitu instrinsik (berhubungan dengan fungsi perilaku tersebut) dan
Sumber motivasi ekstrinsik (perilaku tidak berhubungan langsung dengan perilaku tadi). Macam
motivasi yaitu motivasi primer atau dasar yang bersifat tidak dipelajari dan motivasi
sekunder yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman dan dipelajari.
Motivasi berfungsi sebagai dorongan, sebagai suatu respon yang dipelajari, sebagai energi dan
sebagai perantara. Teori motivasi, yaitu teori insting (naluri), teori dorongan dan teori kognif
serta teori yang dikemukakan oleh David McClelland dan A.H. Maslow.  Emosi adalah setiap
pergolakan atau kegiatan pikiran, perasaan, nafsu, dari setiap keadaan mental yang hebat atau
meluap-luap. Proses terjadinya emosi yaitu  pendapat nativistik (emosi adalah bawaan) dan
pendapat empirik (emosi adalah hasil belajar/ pengalaman). Fungsi emosi yaitu sebagai
pembangkit energy, sebagai pembawa  informasi dan sebagai komunikasi. Bentuk emosi adalah
senang dan marah. Motivasi dan emosi mempunyai hubungan yang sangat erat, sistem
motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi

DAFTAR PUSTAKA
Davin R. Shaffer. University Of Georgia Edisi 3

Brooks/Cole Publising Company. Tahun 1994

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial, jilid 2 (Edisi 10). Jakarta: Erlangga.

Alex Sobur, M.Si. 2013.Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai