Anda di halaman 1dari 9

PSIKOLOGI OLAHRAGA

MOTIVASI BERPRESTASI
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Doris Apriani Ritonga, S. Psi., M. A

Disusun Oleh : Kelompok 1

Abdillah Prabowo 6203111044

Ajeng Ayu Ningrum 6203111058

Clarisa Anggriani Malau 6212411001

Dara Suhesti 6203111054

Fieri Y Panjaitan 6202411018

Oktavia Carolina Pardede 6203111035

Sarisma Purba 6202411013

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul "Motivasi
Berprestasi". Sebagai salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosen kami yaitu Ibu
Doris Apriani Ritonga, S. Psi., M. A.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan beberapa
referensi sehingga dapat memperlancar pengerjaannya. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan dalam penulisan dan penyususunan tata
bahasa. Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, dan dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.

12 September 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................iv

DAFTAR ISI .....................................................................................................................v

BAB 1 DESKRIPSI KASUS .............................................................................................1

BAB 2 KAJIAN LITERATUR .........................................................................................

BAB 3 ANALISIS KASUS ................................................................................................


BAB I

DESKRIPSI KASUS

Adapun deskripsi kasus yang kami bahas yaitu “Kecemasan”. Kecemasan adalah suatu
istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu
berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran yang berkepanjangan,
dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun, rasa cemas
disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk menjalani
kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan produktif.

Penyebab pasti rasa cemas tidak diketahui. Namun, sudah terbukti bahwa rasa cemas
disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tertentu. Seperti gangguan mental lainnya, rasa
cemas disebabkan oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut.
Contohnya stress dapat mengubah alur komunikasi sel-sel saraf dalam sirkuit otak. Hal ini
akan mengubah struktur otak tertentu yang mengkontrol emosi. Struktur otak tertentu ini
pada awalnya dibentuk dari genetik dan keturunan keluarga.

Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi situasi sulit. Bahkan, rasa cemas
dapat membantu jika situasi yang membutuhkan respon “lawan atau lari” terjadi. Respon
“lawan atau lari” adalah suatu respon yang diatur oleh hormon adrenalin yang akan
menentukan apakah Anda harus “lawan” atau “lari” dalam situasi genting. Namun, jika
respon ini berlebihan dan berkepanjangan atau menjadi terlampau paranoid terhadap
masalah kecil, Anda mungkin mengalami gangguan kecemasan.

Dalam setiap pertandingan, Tama bercerita bahwa selama mengikuti pertandingan sepak
takraw ia mengalami kecemasaan sebelum bertanding. Kecemasan saat akan menghadapi
pertandingan, terlihat bahwa dia akan mengalami puncak ketegangan beberapa jam
sebelum pertandingan.
BAB II

KAJIAN LITERATUR

Motivasi berprestasi berasal dari dua kata yaitu “motivasi” dan “prestasi” yang membentuk
suatu kesatuan makna dan interpretasi. Pada dasarnya motivasi berasal dari motif yang
merupakan pengertian yang melingkupi penggerak. Alasan-alasan atau dorongan-dorongan
dalam diri manusialah yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu. Motif memberi
tujuan dan arah kepada tingkah laku kita, juga berbagai kegiatan yang biasanya kita
lakukan sehari-hari mempunyai motif tersendiri (Sobur, 2009).

McClelland dkk (Hamzah 2013) berpendapat motif merupakan implikasi dari hasil
pertimbangan yang telah dipelajari (reintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada
situasi afektif. Sumber utama munculya motif adalah dari rangsangan perbedaan situasi
sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada
adanya perbedaan afektif saat muncul motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.

Menurut Poerwadaminto (1995) motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri
seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Menurut Suryabrata (2002) Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seorang yang
mendorong diri untuk melakukan aktivitas-akivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Greenberg mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses membangkitkan,
menagarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan ( Djaali, 2007).

Motivasi berprestasi dalam olahraga sering diistilahkan dengan daya saing


(competitiveness). Daya saing diartikan sebagai disposisi, berusaha untuk memperoleh
kepuasan sehingga memengaruhi pe rilaku dalam situasi sosial, sedangkan motivasi
berprestasi lebih terkait dengan hakikat kompetisi diri.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah kebutuhan
untuk mengungguli dalam hubungannya dengan ukuran-ukuran yang dipertandingkan.
Individu yang memiliki motif berprestasi akan dapat menyelesaikan sesuatu yang sukar,
menguasai, memanipulasi dan mengorganisasi objek fisik/ide, melakukan sesuatu dengan
cepat dan bebas, mengatasi rintangan dan! Mencapai standar yang tinggi, mengungguli diri
sendiri, melawan dar mengatasi oranglain, dan meningkatkan harga diri dengan kesuksesan
dalam menggunakan kemampuan khusus.
Motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk meraih kesuksesan. Kesuksesan
bukanlah sesuatu yang instan, tetapi melalui proses yang panjang. Dalam proses tersebut
sangat boelh jadi banyak tantangan, ketidaknyamanan, dan bahkan kegagalan. Mantan
Perdana Menteri Inggris Winston Churcill mengatakan: “Success is ability to go from
failure without losing your enthusiasm”. Orang yang memiliki kecenderungan kuat untuk
meraih prestasi selalu berusaha bekerja keras, berusaha mengatasi masalah, berkomitmen,
dan berusaha lebih baik dari yang lain.

Menurut Muray (dalam Haryani & Tairas, 2014) motivasi berprestasi (need achievement)
adalah kebutuhan untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit, menguasai sesuatu dengan cepat
dan mandiri, menyelesaikan permasalahan dan mencapai standar yang tinggi, menantang
diri sendiri, bersaing dan mengungguli orang lain, mengembangkan penguasaan atas objek
fisik, kemanusiaan, dan ide, serta melakukan semua hal tersebut sebagai kebanggaan,
dengan latihan-latihan yang baik.

Dalam motivasi berprestasi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor


ekstrinsik dan intrinsik. Menurut McClelland (Haryani & Tairas, 2014) faktor intrinsik
adalah faktor yang berasal dari internal diri manusia itu sendiri seperti kemungkinan untuk
sukses, ketakutan akan kegagalan, nilai, self efficcacy, serta jenis kelamin. Faktor
ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri individu seperti lingkungan sekitar,
keluarga serta teman.

Proses terbentuknya motivasi berprestasi mulai muncul pada masa anak-anak yang
dibentuk oleh faktor eksternal, yaitu dorongan keluarga dan sekolah. Saat memasuki usia
SMP mulai muncul faktor internal. Motivasi berprestasi individu semakin terlihat seiring
dengan bertambahnya pengalaman (yang merupakan faktor internal). Faktor eksternal lain
seperti teman, orang yang telah lebih dulu sukses juga berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi individu. Bagi mereka orang yang telah lebih dulu sukses serta nasehat yang
diberikan oleh teman serta guru dan dosen dapat mengubah cara pandang individu terhadap
prestasi dan mempengaruhi perilaku mereka terhadap pencapaian prestasi mereka
selanjutnya.
BAB III

ANALISIS KASUS

Objek kami mengalami kecemasan pasa saat bertanding atau sering disebut dengan demam
panggung. Banyak yang meyebabkan kecemasan terjadi pada dirinya sendiri saat
bertanding salah satu nya adalah Pengaruh massa penonton, dia mengatakan bahwa
terlebih yang masih asing, dapat mempengaruhi kestabilan mental. Penonton juga
memainkan peranan yang sangat berarti dalam suasana pertandingan. Di samping pengaruh
yang merugikan, ada pula pengaruh yang dapat membangkitkan semangat atau rasa
percaya diri, sehingga dalam situasi yang kritis dia merasa masih ada yang mendukungnya
dan selanjutnya secara berangsur-angsur ia mampu menguasai keadaan kembali dan
melanjutkan penampilan yang lebih baik.

Saingan, Dia mengatakan bahwa Saingan yang bukan tandingannya apabila dia
mengetahui lawan yang akan dihadapi adalah atlet peringkat diatasnya atau lebih unggul
dari pada dirinya, maka dalam hati kecil nya tersebut telah timbul pengakuannya akan
ketidak mampuannya untuk menang. Situasi tersebut akan menyebabkan berkurangnya
kepercayaan pada diri sendiri.

Dicemooh atau dimarahi akan menimbulkan reaksi pada diri nya. Reaksi tersebut akan
tetap bertahan, sehingga menjadi sesuatu yang menekan dan menimbulkan frustasi yang
mengganggu pelaksanaan tugas.

Faktor utama yang menyebabkan dia mengalami kecemasan sebelum bertanding adalah
adanya gangguan perhatian dan konsentrasi yang kemudian memberi pengaruh saat
bertanding

Kecemasan saat akan menghadapi pertandingan, terlihat bahwa saat dia akan mengalami
puncak ketegangan beberapa jam sebelum pertandingan. Pada saat memasuki menit-menit
akhir menjelang pertandingan sampai dengan dimulainya pertandingan, ketegangan akan
menurun atau hilang sama sekali. Akan tetapi, menurut Gunarsa, Satiadarma, dan
Soekasah (1996), dalam pertandingan yang berlangsung lama, tingkat kecemasan biasanya
makin lama makin naik. Mendekati akhir pertandingan, tingkat kecemasan biasanya akan
naik lagi terutama bila pertandingan berimbang
Untuk mengurangi kecemasan yang ada pada dirinya dia selalu diberikan intervensi yang
dapat mengurangi kecemasan yang ada dalam diri nya sebelum bertanding, dan juga
dengan kemampuan mengontrol rasa cemas pada dirinya sendiri, dampak kecemasan yang
dialami berasal dari dalam diri nya sendiri, seperti menimbulkan keyakinan dalam
menghadapi pertandingan, situasi ini tentu saja dapat membuat dia merasa optimis,
sehingga dia dapat mengontrol kecemasan sebelum bertanding.

Empat teori telah berevolusi selama bertahun-tahun untuk menjelaskan apa yang
memotivasi individu untuk bertindak. Teori-teori tersebut, antara lain teori kebutuhan
berprestasi, teori atribusi, teori tujuan berprestasi, dan teori motivasi kompetensi.

1. Teori Kebutuhan Bberprestasi


Teori kebutuhan berprestasi adalah pandangan interaksional yang
mempertimbangkan faktor-faktor pribadi dan situasional sebagai alat prediksi
penting dari perilaku dan didasari oleh proses interaktif antara faktor individu
dengan faktor sosial sebagai prediktor perilaku. Sementara itu, komponen
pembentuk teori ini, antara lain komponen motif, kondisi individu, kecenderungan
perilaku, reaksi emosi, dan perilaku yang terkait dengan prestasi (Weinberg &
Gould, 2003: 61).
2. Teori Atribusi
Teori atribusi menjelaskan tentang keberhasilan dan kegagalan perilaku yang
dipandang dari aspek situasi dan predisposisi, penye, bab internal dan eksternal,
dan faktor tetap atau tidak tetap (Hidayat 2008: 69). Teori atribusi juga merupakan
suatu pendekatan kognitir terhadap motivasi, yang memfokuskan diri pada cara
individu membuat interpretasi mengenai sebab akibat terjadinya perilaky pribadi
sendiri dan perilaku orang lain. Sebagai contoh, seorang pemain bulutangkis akan
merasa lebih bangga apabila berhasil me. Nang dalam suatu pertandingan dan akan
merasa lebih malu apa: bila kalah. Apabila mengatribusi kemenangan dan
kekalahannya karena faktor internal daripada faktor keberuntungan/keterampilan
bermain lawan.
3. Teori Tujuan Berprestasi
Teori tujuan berprestasi didasarkan pada asumsi adanya perbedaan dalam
perspektif tujuan setiap individu atau cara-cara yang berbeda ketika individu
menilai kompetensinya dan keberhasilannya. Menurut teori tujuan berprestasi, ada
tiga faktor berinteraksi yang menentukan motivasi seseorang, yakni pencapaian
tujuan, kemamPuan persepsi, dan perilaku berprestasi. Untuk memahami motivasi
seseorang, seseorang harus memahami arti dari keberhasilan dan kegagalan orang
tersebut.
4. Teori Motivasi Kompetensi
Teori motivasi kompetensi berpendapat bahwa persepsi atlet sebagai kontrol, yakni
mengontrol persepsi belajar/latihan dan melakukan keterampilan yang berfungsi
sebagai harga diri dan evaluasi kompetensi dalam memengaruhi motivasi individu
tersebut.

Berikut ini beberapa kiat untuk membangun motivasi dalam olahraga prestasi dengan
meyakinkan diri terhadap hal-hal berikut ini:

1. Lebih senang dan puas terhadap prestasi usaha sendiri.


2. Meyakini bahwa sukses bukan nasib mujur, melainkan memang hasil dari sebuah
perjuangan.
3. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Temukan cara untuk memecahkan
masalah tersebut.
4. Apabila menghadapi kegagalan jangan berputus asa. Cari tahu penyebabnya dan
menyusun rencana menuju langkah baru.
5. Orang yang memiliki motivasi tinggi bukan berarti tidak pernah gagal. Akan tetapi,
bila gagal akan terus berusaha lebih keras dan lebih gigih lagi.

Anda mungkin juga menyukai